Makalah Evaluasi Proses Dan Hasil Pembelajaran Kimia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL

PEMBELAJARAN KIMIA

“Test, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi”

Disusun oleh:

Kelompok : 1 (Satu)
Nama Anggota : Ratu Ayu Jesika (06101281520058)
Utami Indyastuti (06101381520049)
Arindita Audi Maretta (06101381520050)
Nafa Arfarina (06101381520054)
Dosen Pengampu : Dr. Effendi, M. Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
kehendak-Nya lah kami masih dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Test, Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi”, sebagai tugas mata kuliah Evaluasi
Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan kritik dan masukan yang membangun
terhadap materi dan penyajian makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai sarana mahasiswa untuk belajar tentang
Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Kimia , makalah ini merupakan sarana
untuk mengembangkan opini mahasiswa mengenai test, pengukuran, penilaian,
dan evaluasi. Kami menyadari pada makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan atau kritik demi
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa turut andil dalam
mencerdaskan generasi muda bangsa.

Palembang, Januari 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan.
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan
signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang
awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh
dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menurut UU No.20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara (Ahira, 2010).
Proses pembelajaran dengan mengaplikasikan berbagai model-model
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat, motivasi, aktivitas,
dan hasil belajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui meningkat atau rendah
setelah dilaksanakan sebuah evaluasi. Proses evaluasi meliputi pengukuran
dan penilaian. Pengukuran bersifat kuantitatif sedangkan penilaian bersifat
kualitatif. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan
tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Keputusan dan
pendapat akan dipengaruhi oleh kesan pribadi dari yang membuat keputusan.

1.2 Rurmusan Masalah


1. Bagaimana test dalam pendidikan?
2. Bagaimana pengukuran dalam pendidikan ?
3. Bagaimana penilaian dalam pendidikan ?
4. Bagaimana evaluasi dalam pendidikan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui test dalam pendidikan
2. Untuk mengetahui pengukuran dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui penilaian dalam pendidikan
4. Untuk mengetahui evaluasi dalam pendidikan

1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini baik bagi penyusun maupun pembaca yaitu
dapat menjadi sarana penambah wawasan serta pengetahuan tentang
pengertian test, pengukuran, penilaian, dan evaluasi beserta hal – hal lainnya
yang terkait dengan materi tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tes (Test)


2.1.1 Pengertian Tes ( Test )
Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan
siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan
penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan.
Adapun pengertian test menurut para ahli:
a. Wayan Nurkencana
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau
prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan
nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah
ditetapkan. Lihat: Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi
Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

b. Overton, Terry
Test is a method to determine a student’s ability to complete
certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of
content. Some types would be multiple choice tests or a weekly
spelling test. While it commonly used interchangeably with
assesment, or even evaluation, it can be distinguished by the fact
that a test is one form of an assesment.Tes adalah suatu metode
untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah
tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu
keterampilan atau pengetahuan pada suatu materi pelajaran.
Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja
mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan asesmen,
atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat
dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah
salah satu bentuk asesmen. (Lihat: Overton, Terry.
(2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied
Approach (7th Edition). University of Texas – Brownsville).

c. Sax
“a test may be defined as a task or series of task used to
obtain systematic observations presumed to be representative of
educational or psychological traits or attributes”. Artinya tes dapat
didefinisikan sebagai tugas atau serangkaian tugas yang digunakan
untuk memperoleh pengamatan-pengamatan sistematis, yang
dianggap mewakili ciri atau aribut pendidikan atau psikologis.
(Lihat : Sax (1980 : 13).

d. S. Hamid Hasan
Tes adalah alat pengumpulan data yang dirancang secara
khusus. Kekhususan tes dapat terlihat dari konstruksi butir (soal)
yang dipergunakan”. Rumusan ini lebih terfokus kepada tes sebagai
alat pengumpul data. Memang pengumpulan data bukan hanya ada
dalam prosedur penelitian, tetapi juga ada dalam prosedur evaluasi.
(Lihat: S. Hamid Hasan (1988 : 7)

2.1.2 Jenis-Jenis Tes


1. Dari Segi Bentuk Pelaksanaannya
a. Tes Tertulis ( paper and pencil test)
Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada
penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya,
sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas
ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun
menggunakan komputer.
b. Tes Lisan ( oral test)
Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara
tatap muka antara guru dan murid.

c. Tes Perbuatan (performance test)


Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang
dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan
mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.

2. Dari Segi Bentuk Soal dan Kemungkinan Jawabannya


a. Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk
pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan
bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau
mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan
telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari
berbagai macam bentuk, antara lain ;
 Tes Betul-Salah (TrueFalse)
 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
 Tes Menjodohkan (Matching)
 Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

3. Dari Segi Fungsi Tes di Sekolah


a. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan
untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah
terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu.
Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah
perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap
kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau
dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa
dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya
hasil tes formatif adalah :
 Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik,
maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan
yang baru.
 Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka
sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih
dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang
belum dikuasai oleh peserta didik.

b. Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui
penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang
tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir
semester.

c. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka
menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau
kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki
peserta didik dalam belajar.

d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik
dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang
mengganggu kegiatan belajarnya.
4. Berdasarkan Aspek Psikis
a. Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat
khusus yang dimiliki oleh testee.
c. Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan
untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan
seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap
dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan
tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang
banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah
tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk
mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

2.1.3 Ciri-ciri Tes Yang Baik


Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan:
 Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes
dikatakan valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang
seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat
 Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas
sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel
jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama.
 Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat
kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes
dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan
kerahasiaan tes.
 Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang
baik adalah valid dan reliable.

2.1.4 Langkah-langkah Pengembangan Tes


Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar
diperoleh tes yang baik,yaitu:
1. Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan
keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes
yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah
berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil
belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata
kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati
dan dapat di ukur.
 Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan
untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan
dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat
menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
 Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan
kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi,
skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta
ketersediaan dana dan kepraktisan.
 Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif
dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan
berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
 Merencanakan banyak soal
 Merencanakan jadwal penerbitan soal
2. Penulisan soal
3. Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk
mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk
mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau
dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4. Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat
penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
5. Penganalisisan hasil uji coba.
6. Pengadministrasian soal

2.1.5 Persyaratan Tes


Tes diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara, dan
prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung
kelemahan-kelemahan.
 Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi
seseorang.
 Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar
 Tes mengategorikan siswa secara tetap
 Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
 Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas

2.1.6 Fungsi Tes


1. Fungsi Untuk Kelas
 Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
 Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
 Menaikkan tingkat prestasi
 Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode
kelompok
 Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa
secara perorangan
 Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
 Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak
2. Fungsi Untuk Bimbingan
 Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak
mereka
 Membantu siswa dalam menentukan pilihan
 Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
 Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua
dalam memahami kesulitan anak

3. Fungsi Untuk Adminitrasi


 Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa
 Penempatan siswa baru
 Membantu siswa memilih kelompok
 Menilai kurikulum
 Memperluas hubungan masyarakat
 Menyediakan informasi untuk badan-badan lain

2.2 Pengukuran (Measurment)


2.2.1 Pengertian Pengukuran
Pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang
karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu.
Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari tes.
(Lihat: Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1996), h.4-5). Adapun pengertian pengukuran
menurut para ahli:
a. Alwasilah et al
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang
mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala
kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif
dari performa siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka.
Lihat: Alwasilah, et al. (1996).Glossary of educational Assessment
Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.
b. Arikunto dan Jabar
Pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga
sifatnya menjadi kuantitatif. (Lihat: Arikunto, S & Jabar.
2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara).

c. Cangelosi
Pengukuran (Measurement) adalah suatu proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan,
dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar,
menyentuh, mencium, dan merasakan. (lihat: Calongesi, J.S. 1995.
Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB)

2.2.2 Jenis – Jenis Pengukuran


1. Pengukuran Program
Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis
evaluasi program. Jenis evaluasi program tersebut sangat beragarn
dan variatif, namun kesemuanya dapat ditsimpulkan bahwa pada
akhirnya hasil dari evaluasi digunakan sebagai kepentingan
pengambilan keputusan. Berikut ini diuraikan berbagai jenis
evaluasi program yang sampai saat ini masih digunakan CIPP
(Context Input Process Product) merupakan salah satu evaluasi
program yang dapat dikatakan cukup memadai. Model ini telah
dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebearn dkk (1967) di Ohio
State University. CIPP merupakan akronim, terdid dari : context
evaluation, input evaluation, process evaluation dan product
evaluation dan setiap tipe evaluasi terikat pada perangkat
pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasi
sebuah program.

2. Pengukuran Konteks
Meliputi analisis masalah yang berhubungan dengan
lingkungan program yang dilaksanakan, yang secara khusus
berpengaruh pada konteks masalah yang menjadi komponen dalam
program. Evaluasi konteks menjelaskan atau menggambarkan
secara jelas tentang tujuan program yang akan dicapai. Secara
singkat dapat dikatakan evaluasi konteks; merupakan evaluasi
terhadap kebutuhan, yaitu memperkecil kesenjangan antara kondisi
actual dengan kondisi yang diharapkan. Dapat disimpulkan bahwa
evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan
pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang
evaluator harus

sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang


paling menunjang kesuksesan program. Menurut Gilbert Sax,
evaluasi konteks merupakan pengambaran dan spesifikasi tentang
lingkungan program. Evaluasi konteks terutama berhubungan
dengan intervensi yang dilakukan dalam program. Untuk
memudahkan memahami evaluasi konteks, evaluator dapat
menjawab pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :
1. Kebutuhan kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh
kegiatan program ?
2. Tujuan program apa saja yang menjadi prioritas
pencapaiannya ?
3. Tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ?
4. Tujuan tujuan manakah yang paling mudah dilaksanakan ?
5. Tujuan tujuan program manakah yang benar benar sangat
diinginkan masyarakat ?
Dalam menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut,
stufflebleam memberikan saran sebagai berikut, misalnya dalam
menentukan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan meninjau
kembali tujuan program kemudian menilai pelaksanaan program.
Dan kedua hal ini diketahui kesenjangannya. Hal itulah yang
menjadi kebutuhan yang belum terpenuhi.

2.2.3 Tujuan Pengukuran


Pengukuran dan evaluasi dalam bidang pendidikan pada
umumnya dan keolahragaan khususnya mempunyai peranan yang
sangat penting.Penentuan ini dapat digunakan untuk menentukan
tingkat, membebaskan peserta dari suatu kesatuan pelajaran, menaikkan
peserta dari suatu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, memberikan
umpan balik untuk memperbaiki unjuk kerja, menempatkan individu-
individu ke dalam kelompok-kelompok tertentu atau menentukan suatu
bentuk latihan yang khusus. Pada pokoknya, penentuan status
mencakup semua tujuan-tujuan lain pada pengukuran dan evaluasi.
Berikut ini diuraikan tujuan tujuan pengukuran dan evaluasi
sebagaimana tersebut di atas:
a. Pengelompokkan.
Salah satu tujuan pengukuran dan evaluasi adalah untuk
pengelompokan. Pengelompokkan ini berdasarkan tingkat
keterampilan, umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, minat.
Sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat
menempatkan siswanya ke dalam kelompok-kelompok tertentu,
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Siswa dengan kemampuan
yang tinggi tidak harus dipaksa bertahan dengan teman
sekelompoknya yang berkemampuan kurang. Demikian juga
sebaliknya. Dengan dilakukannya pengukuran dan evaluasi, siswa
dapat dikelompokkan pada kelompok yang tepat.
Jika siswa ditempatkan pada kelompok yang setara tingkat
keterampilannya, guru dapat menyusun program pelajaran secara
individual. Keuntungan lain yang diperoleh dari pengelompokkan
ini adalah siswa dapat berani, lebih lancar, lebih aktif ketika
berlatih, karena mereka bersaing dengan siswa lain yang
berkemampuan setara. Dengan kata lain, tujuan penempatan siswa
ke dalam kelompok yang setara adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran.

b. Penilaian
Tujuan utama penilaian adalah memberi informasi tentang
kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran yang dikerjakan
dan posisi siswa di dalam kelompoknya. Dengan
mempertimbangkan seluruh faktor, penilaian harus dilakukan
secara objektif sehingga dapat mencerminkan kemajuan yang
diperoleh, dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

c. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang memandu seseorang
untuk mencapai hasil yang tertinggi. Apabila dilaksanakan secara
tepat, evaluasi dapat merupakan proses memotivasi yang positif.
Demikian pula sebaliknya, bila dilakukan secara sembarangan
evaluasi dapat mengurangi motivasi. Motivasi yang terbesar adalah
keberhasilan. Agar siswa tetap memiliki motivasi, mereka harus
mengetahui bahwa dirinya berkembang kemampuannya. Tes-tes
keterampilan olahraga memungkinkan siswa untuk berkompetisi
dengan dirinya sendiri sebagai cara untuk mengukur kemajuannya.
d. Penelitian.
Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara
sistematis untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Mutu data yang
dikumpulkan bergantung pada ketelitian dan ketepatan alat ukur,
teknik pengukuran, dan kelayakan tes.
Dengan menggunakan tes yang mengukur unjuk kerja fisik dalam
penelitian, diharapkan dapat membantu guru/pelatih dalam
menyusun program pelatihan yang tepat, membantu memecahkan
masalah-masalah dalam proses pembelajaran, dan memperbaiki
program latihan yang telah dijalankan. Dengan demikian,,
penelitian dapat dianggap sebagai sarana. Informasi data yang
dikumpulkan untuk tujuan-tujuan penelitian harus dievaluasi
keberartiannya. Jadi, tujuan penting pengukuran dan evaluasi
adalah menyediakan sarana-sarana yang diperlukan untuk
mengadakan penelitian.

2.3 Penilaian (Assessment)


2.3.1 Pengertian Penilaian
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan
penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut
Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi
belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan
dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar,
memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan
penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi
yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan
belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang
pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang
diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas :
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses
pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai
upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 64 ayat 1 dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas. Ayat 2 menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik
digunakan untuk
1. menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
2. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
3. memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil
belajar (rapor)
pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR),
proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai
tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada
semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-
tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil
pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai
rapor pada semester dua.

2.3.2 Tujuan Penilaian


1. Menilai kebutuhan individual
2. Menentukan kebutuhan pembelajaran
3. Membantu dan mendorong siswa
4. Menentukan strategi pembelajaran
5. Akuntabilitas lembaga
6. Meningkatkan kualitas pendidikan
7. Mengetahui kemajuan dan kesulitan beajar siswa
8. Memberikan umpan balik
9. Melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran
10. Memotivasi guru mengajar lebih baik
11. Memotivasi siswa belajar lebih giat

2.3.3 Prinsip Penilaian


 Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
pembelajaran
 Mencerminkan masalah dunia nyata
 Menggunakan berbagai ukuran, metode, teknik dan criteria sesuai
dengan karakteristik dan esensi opengalaman belajar
 Bersifat holistic, mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran

2.3.4 Aspek Yang Diukur Dalam Penilaian


1. Kognitif
(Menurut Bloom, Englehart, Furst, Hill, Krathwohl’ 56), meliputi :
a. Pengetahuan (recalling), kemampuan mengingat (misalnya:
nama ibu koota, rumus)
b. Pemahaman (Comprehension), kemampuan memahami
(misalnya: menyimpulkan suatu paragraf)
c. Aplikasi (application), kemampuan penerapan (misalnya :
menggunakan suatu informasi / pengetahuan yang diperolehnya
untuk memecahkan masalah).
d. Analisis (Analysis), kemampuan menganalisa suatu informasi
yang luas menjadi bagian-bagian kecil (misalnya : menganalisis
bentuk, jenis atau arti suatu puisi).
e. Sintesis (syntesis). Kemampuan menggabungkan beberapa
informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya :
memformulasikan hasil penelitian di laboratorium)
f. Evaluasi (Evaluation), kemampuan mempertimbangkan mana
yang baik dan mana yang burukl dan memutuskan untuk
mengambil tindakan tertentu.

2. Afektif
a. Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulus, respon, control dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar.
b. Menanggapi (responding): reaksi yang diberiokan: ketepatan
aksi, perasaan, kepuasan dll.
c. Menilai (evaluating):kesadaran menerima norma, system nilai
dll.
d. Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai
organisasi system nilai
e. Membentuk watak (characterization): system nilai yang
terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku

3. Psikomotor
Psikomotor merupakan tindakan seseorang yang dilandasi
penjiwaan atas dasar teori yang dipahami dalam suatu mata
pelajaran. Ranah psikomotor yaitu :
a. Meniru (perception)
b. Menyususn (Manipulating)
c. Melakukan dengan prosedur (precision)
d. Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
e. Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

2.4 Evaluasi
2.4.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk
menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri
siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri
pribadi siswa. Pada awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu
dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Seperti definisi yang pertama
dikembangkan oleh: Ralph Tyler beliau mengatakan, bahwa evaluasi
merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika
belum, bagaimana yang belum ada dan apa sebabnya. Untuk definisi
yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang ahli lain yaitu Cronbach
dan Stufflebeam, definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan. Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa
inggris) kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasa
Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit
penyesuaian lafal Indonesia menjadi evaluasi. Istilah penilaian
merupakan kata benda dari nilai. (Abdul Jabar, 2007: 1).
Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran, dan
testing. Keduanya berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses
yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi
pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit
menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada
pengukuran dan testing. (Komsiyah, 2012: 105).
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat kualitatif. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas,
yakni mengukur dan menilai. Di dalam istilah asingnya, pengukuran
adalah measurement sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata
evaluation inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti
menilai.(tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). (Arikunto,
2010: 3)
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan dan
kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala yang
berbentuk ujian, praktikum, tugas, dan atau pengamatan oleh dosen.
Bentuk ujian meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan
ujian tugas akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian
ditetapkan dengan kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan
mahasiswa berdasarkan silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman
akademik masing-masing fakultas/program studi setara fakultas dan
program pascasarjana. Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan menilai
yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Evaluasi ini dilakukan oleh
guru, Seorang guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan
menetapkan standar keberhasilan. Contoh: jika siswa sudah mencapai
suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dilanjutkan ke materi
berikutnya, jika belum maka diadakan remedial. (Majid, 2007: 224).
2.4.2 Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu
adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, yaitu antara:
 Tujuan pembelajaran,
 Kegiatan pembelajaran atau KBM,
 Evaluasi, (Arikunto, 2010: 24)
Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu ;
 Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan
pembeljaran bagi masyrakat.
 Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski
dilkukan dengan metode yang berbeda.
 Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas
suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwennag untuk
memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah
program. Evaluator hanya membantu memberikan alternatif.
 Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
 Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
 evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah
revisi.
 Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu
pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
 Evaluasi akan mntap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik
yang aplicable.
 Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan
evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
 Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai
hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.

Evaluasi Pendidikan juga harus mengikuti prinsip-prinsip sbb :


1. Prinsip keterpaduan
Harus ada keterpaduan antara tujuan instruksional , metoda
pembelajaran, materi pelajaran
2. Prinsip keterlibatan siswa
Harus memperhatikan segi keterlibatan siswa, Karena evaluasi
merupakan bagi siswa. Siswa perlu akan informasi mengenai
kemajuan dalam program pembelajaran.

3. Prinsip Koherensi
Evaluasi harus berkaitan dengan materi yang sudah disajikan
dan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Sesuai pula
dengan alat evaluasi yang digunakan serta cara
penyelenggaraannya

4. Prinsip Pedagogis
Evaluasi diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap, memberi
motivasi , dan sebagai reward ataupun punishment

5. Prinsip Akuntabilitas
Evaluasi pembelajaran sebagai pertanggungjawaban sekolah
kepada orang tua, masyarakat dan departemen/dinas terkait.

2.4.3 Tujuan Evaluasi


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki
3 hal penting yaitu : input, transformasi dan output.
Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan
siap menjalani proses pembelajaran. Transformasi adalah segala unsur
yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan bahan
beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses
pembelajaran.
2.4.4 Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan
Ruang lingkup evaluasi pendidikan mencakup : materi yang
diberikan dan satuan pelajaran yang disusun, peserta didik, pendidik
dan sumber belajar, proses pendidikan, media belajar, dan hasil belajar.
dengan demikian, evaluasi pendidikan mencakup evaluasi konteks,
evaluasi komponen – komponen proses belajar-mengajar, evaluasi
proses dan eavaluasi hasil. disamping itu evaluasi pendidikan juga harus
dikaitkan dengan program muatan local atau program tambahan yang
lain yang merupakan bagian dari evaluasi pendidikan secara
keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa
menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu
keterampilan atau pengetahuan sedangkan pengukuran adalah penentuan
besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan
pengukuran. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik.
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui
proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki
3 hal penting yaitu : input, transformasi dan output. Ruang lingkup evaluasi
pendidikan mencakup : materi yang diberikan dan satuan pelajaran yang
disusun, peserta didik, pendidik dan sumber belajar, proses pendidikan, media
belajar, dan hasil belajar.
Pada dasarnya peserta didik memiliki tiga ranah keluaran belajar, yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam setiap pembelajaran, ranah ini
diharapkan oleh pendidik dapat berkembang dengan baik. Untuk mengetahui
perkembangan ketiga ranah itu, dilakukanlah kegiatan evaluasi. Hal ini tentu
saja bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah
dicapai oleh peserta didik. Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu
pendidik untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa. Dengan mengetahui kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik
dapat mengetahui dan sekaligus membimbing peserta didik yang masih
kurang mampu memahami materi pelajaran yang telah mereka ajarkan.
Kegiatan evaluasi tentu saja tak dapat dilakukan tanpa prosedur yang jelas.
Ada prinsip-prinsip evaluasi yang sepatutnya diterapkan oleh peserta didik.
Tanpa mengikuti prinsip ini dikhawatirkan hasil evaluasi tidak akan valid,
tidak reliabilitas, tidak objektif, dan tidak praktis menggambarkan
kemampuan belajar peserta didik.

3.2 Saran
Dengan mengetahui kegiatan evaluasi (penilaian) diharapkan bisa
membantu memberikan pengetahuan kepada calon guru agar bisa memahami
cara mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa termasuk metode yang
digunakan apakah sudah tepat atau belum lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. 2015. Makalah Penilaian dan Pengukuran. (Online).


http://nurafifah14.blogspot.co.id/2015/04/makalah-penilaian-
pengukuran-dan.html. (Diakses pada tanggal 18 Januari 2018).
Djemari, M. 2012. Test, Pengukuran, Penilaian dan evaluasi pendidikan.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Koekoeh, I. 2013. Tes , Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi. (Online).


http://imankoekoeh.blogspot.co.id/2013/12/tes-pengukuran-penilaian-
dan-evaluasi.html. (Diakses pada tanggal 18 Januari 2018).
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai