Laporan Kasus Onkologi Bedah
Laporan Kasus Onkologi Bedah
Laporan Kasus Onkologi Bedah
Ca Mammae Sinistra
Oleh:
Irianty A. Pemasela
15014101187
Residen Pembimbing
dr. Hanny
Supervisor Pembimbing
Kanker payudara adalah suatu jenis kanker yang berkembang dari sel-sel
payudara.1 Kanker ini merupakan jenis kanker mengancam nyawa yang paling sering
terdiagnosis pada wanita.2
Pada tahun 2011 diperkirakan 508.000 perempuan meninggal dengan kanker
payudara. Walaupun selama ini penyakit ini dianggap merupakan masalah kesehatan
negara-negara maju, hampir 50% kasus dan 58% kematian terkait penyakit ini terjadi
di negara-negara yang sedang berkembang.3
Tingkat insidensi kanker payudara di berbagai belahan dunia sangat bervariasi
dari 19,3 per 100.000 perempuan di Afrika Timur sampai 89,7 per 100.000
perempuan di Eropa Barat. Pada kebanyakan negara berkembang tingkat insidensi
kanker payudara adalah dibawah 40 per 100.000. 3
Banyak kanker payudara tahap awal yang asimtomatik; nyeri atau rasa tidak
nyaman biasanya bukanlah gejala yang dirasakan. Kanker ini biasanya terdeteksi
pertama kali sebagai suatu abnormalitas pada mammogram sebelum pasien dan
penyedia jasa kesehatan merasakan.2
Pendekatan umum evaluasi kanker payudara formalnya adalah pendekatan
“triple” yaitu pemeriksaan klinis, pencitraan (misalnya mammografi, USG, atau
keduanya) dan biopsy jarum. Peningkatan kewaspadaan public dan peningkatan
dalam screening mengarah kepada diagnosis yang lebih dini pada stage yang masih
memungkinkan reseksi bedah dan terapi kuratif komplit.2
Pembedahan dan radioterapi bersama dengan kemoterapi atau hormone
adjuvant saat diindikasikan sekarang dianggap sebagai penanganan primer untuk
kanker payudara. Pembedahan dengan radiasi local cukup sebagai tindakan kuratif
bagi pasien dengan kanker payudara low-risk early-stage.2
Terapi adjuvant kanker payudara didesain untuk mengangani mikrometastasis
atau sel-sel kanker payudara yang lolos dari payudara serta nodus limfa regional tapi
belum diketahui tempat metstasisnya. Tergantung dari model risk-reduction terapi
adjuvant diperkirakan berhubungan dengan penurunan mortalitas kanker payudara
sebesar 35-72%.2
Selama 3 dekade terakhir penelitian tentang kanker payudara mengarah ke
proses luar biasa pemahaman tentang penyakit ini. Terkait pemahaman ini timbullah
perkembangan penanganan-penganan yang lebih tepat sasaran dan kurang toksik
untuk kanker payudara. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Payudara wanita dewasa adalah kelenjar penghasil susu yang berada di depan
dinding dada. Kelenjar ini menempel di otot pektoralis mayor dan ditopang serta
dilekatkan ke bagian depan dinding dada pada tiap sisi sternum oleh ligament.2
Setiap payudara memiliki 15-20 lobus yang tersusun sirkular. Setiap lobus
memiliki banyak lobulus, kelenjar yang memproduksi susu pada wanita menyusui.
Lobus dan lobules tersambung oleh ductus, yang berfungs sebagai pipa pembawa
susu ke putting susu.2,4
B. Patologi dan Patofisiologi
Pemahaman tentang etiopatogenesis kanker payudara saat ini adalah kanker
invasive timbul melalui suatu serial gangguan molekuler pada level selular.
Gangguan ini menimbulkan sel-sel epithelial payudara dengan karakteristik immortal
dan pertumbuhan yang tak terkendali.2
Reseptor estrogen dan progesterone terdapat di beberapa kanker payudara.
Reseptor ini memicu replikasi DNA dan pembelahan sel saat berikatan dengan
hormone yang sesuai.5 Sekitar 2/3 pasien-pasien postmenopause memiliki neoplasma
estrogen-receptor + (ER+). 5
Kanker payudara menginvasi jaringan sekitarnya dan menyebar melalui nodus
limfa regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker yang bermetastasis dapat timbul
hampir di semua organ tubuh – paling sering paru-paru, hati, tulang, otak, dan kulit.5
C. Faktor Risiko
1. Umur
Kasus kanker payudara sporadic relatif jarang diantara perempuan yang lebih
muda dari 40 tahun tetapi jumlahnya meningkat secara signfikan setelah usia 40
tahun. Insidens total dan spesifik-umur bimodal, dengan puncak pertama pada umur
50 tahunan dan puncak kedua pada umur 70 tahunan.2
4. Obesitas
Peningkatan risiko kanker payudara postmenopausal berhubungan dengan: 2
Weight-gain orang dewasa 20-25 kg diatas berat badan pada saat umur 18 tahun.
Sedentary lifestyle
Konsumsi alkohol regular, moderat
Pola diet barat.
Merokok aktif maupun pasif
Daging bakar atau olahan
Paparan pestisida, radiasi, serta estrogen
E. Screening2
Modalitas screening yaitu:
Pemeriksaan payudara sendiri
Pemeriksaan klinis payudara
Mammografi
USG
Magnetic resonance imaging (MRI)
USG dan MRI lebih sensitive daripada mammografi untuk kanker invasive
pada nonfatty breasts. Kombinasi mammografi, pemeriksaan fisik, dan MRI lebih
sensitive daripada tes-tes individual atau kombinasi yang lain.
Rekomendasi American Cancer Society 2015 untuk screening dengan
mammografi pada perempuan dengan risiko rata-rata kanker payudara yaitu:
Screening regular mammografi mulai umur 45 tahun.
Screening per tahun pada umur 45-54 tahun.
Screening 2 tahun sekali pada umur 55 tahun keatas.
Meneruskan screening selama kesehatan baik.
F. Diagnosis2
Evaluasi kanker payudara seharusnya dilakukan secara bertahap yang dimulai
dengan gejala-gejala dan riwayat medis umum. Hal ini diikuti dengan tahap-tahap
yang secara formal disebut triple assessment, yaitu:
Pemeriksaan klinis
Pencitraan (biasanya mammografi, ultrasonografi (USG, atau keduanya)
Biopsi jarum
Hasil mammograf yang mensugestikan adanya malignansi adalah asimetris,
mikrokalsifikasi, dan distorsi massa atau arsitektural.
Percutaneous vacuum-assisted large-gauge core-needle biopsy (VACNB)
dengan tuntunan imaging adalah pendekatan diagnosis yang direkomendasikan untuk
neoplasma payudara yang baru didiagnosis. Eksisi biopsy diperuntukkan untuk lesi
dengan diagnosis yang asih ambigu walaupun telah dilakukan pemeriksaan radiologis
dan core biopsy.
G. Tatalaksana
Terapi pembedahan dan radiasi, disertai dengan hormone atau kemoterapi
adjuvant jika diindikasikan, adalah penanganan primer untuk kanker payudara. Terapi
bedah dapat terdiri dari lumpektomi atau mastektomi total. Terapi hormone dan
kemoterapi adalah 2 intervensi utama untuk menangani kanker payudara yang
bermetastasis.2
Lumpektomi (mastectomy parsial atau segmental) 6
Lumpektomi didefinisikan sebagai reseksi bedah komplit tumor primer dengan
tujuan mendapatkan margin negative yang luas (idealnya 1cm). Dapat dilakukan
dengan tuntunan palpasi atau pencitraan dan dapat dipraktekkan pada hampir semua
pasien dengan karsinoma invasive stage I atau II.
Kontraindikasi absolut lumpektomi yaitu:
Penyakit multifocal
Riwayat terapi radiasi sebelumnya pada area yang akan ditangani
Tidak mampu menjalani terapi radiasi untuk penyakit invasive
Kehamilan trimester pertama atau kedua
Margin positif yang persisten setelah usaha konservatif
Mastectomi6
Mastektomi total yaitu pengangkatan komplit semua jaringan payudara sampai
clavicula di bagian atas, sternum di bagian tengah, lipatan inframammae di bagian
bawah, dan axila anterior di bagian lateral, dengan reseksi en bloc fascia pectoralis
mayor. Variannya adalah sebagai berikut:
Modified radical mastectomy : Suatu mastektomi total dengan diseksi nodus limfa
axillaris (ALND).
Matektomi radikal : Suatu mastektomi total ditambah reseksi en bloc pektoralis
mayor dan ALND.
Extended radical mastectomy : Suatu mastektomi radikal dengan reseksi nodus
limfa mammae internal.
Skin-sparing total mastectomy (SSM).
Nipple – sparing total mastectomy (NSM).
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : KG
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun
Tanggal lahir : 17 Januari 1975
Agama : Islam
Alamat : Lawangirung
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Pekerjaan : IRT
MRS : 18 Juni 2017
RM : 33.87.67
B. ANAMNESIS PASIEN
Keluhan Utama: Benjolan di payudara kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Benjolan di payudara kiri dirasakan pasien sejak ± 4 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Benjolan dirasakan keras dan tidak mobile. Pasien pertama
kali merasakan adanya benjolan saat memeriksa payudara sendiri. Benjolan
tidak dirasakan semakin membesar dan tidak nyeri. Tidak dirasakan adanya
benjolan di ketiak. Perubahan ukuran dan bentuk payudara disangkal.
Perubahan kulit sekitar payudara disangkal.
Pasien merasa pegal-pegal tangan kiri sejak ± 2 minggu. Riwayat Tangan kiri
bengkak disangkal. .
Sesak nafas, nyeri tulang, sakit perut, riwayat icterus, sakit kepala disangkal.
Riwayat obstetric dan ginekologi:
P3A1. Pasien telah menikah. Haid pertama kali umur 15 tahun. Hamil pertama
kali usia 19 tahun. Ketiga anak diberikan ASI eksklusif selama 2 tahun.
Riwayat discharge seperti mentega 6 th yll 1 tahun setelah menyusui terakhir.
Riwayat penggunaan KB: KB suntik, KB tablet (yang terakhir) ± 8 tahun.
Lifestyle:
Pasien sering mengonsumsi daging ayam potong serta makanan cepat saji.
Alkohol (-), merokok (-).
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a) Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 80x/menit, regular
Suhu : 36,5 °C
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : teraba lemas, NT (-).
Perkusi : timpani
Status Gizi
TB : 152 cm
BB : 61 kg
BMI : 26.4
b) Status Lokalis
Regio mammae dextra
Inspeksi : bentuk normal, benjolan(-), kerutan kulit (peau
d’orange) (-), retraksi papilla mama (-), keluar
cairan dari putting (-).
Palpasi : tidak teraba massa
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium 9 Juni 2017 (Pre operatif)
Leukosit : 8400/uL
Eritrosit : 4.57 10^6/uL
Hemoglobin : 13.4 g/dL
Hematokrit : 39 %
Trombosit : 388 10^3/uL
MCH : 29.3 pg
MCHC : 34,4 g/dL
MCV : 85,3 fL
Gula Darah Puasa : 78 mg/dL
SGOT : 19 U/L
SGPT : 11 U/L
Ureum darah : 14 mg/dL
Creatinin darah : 0.72 mg/dL
Hemostasis :
BT : 1 menit 3 detik
CT : 11 menit
Tumor marker :
CA 15-3 (Breast) : <2
Hepatitis marker :
HBsAg Elisa : Non reaktif
E. DIAGNOSA
Ca mammae sinistra T2N0M0
F. TATALAKSANA/TINDAKAN
Rencana MRM sinistra
G. FOLLOW UP
18/06/2017
S: benjolan di payudara kiri
O: regio mammae sinistra: luka bekas operasi uk 2x1 cm, luka terawat, tidak
ada darah, pus (-).
A: Ca mammae sinistra
P: rencana MRM sinistra
19/06/2017
S: benjolan di payudara kiri
O: regio mammae dextra: massa ukuran 2x1 cm, keras, pembesaran KGB (-).
A: Ca mammae sinistra
P: Pro MRM sinistra 20-6-2017.
Konsul Anastesi
Cross match
21/06/2017
S: nyeri luka operasi (+)
O: regio mammae sinistra : luka operasi trawat, perdarahan.
Drain I: 98 cc serohemoragic.
Drain II: 35 cc serohemoragic
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h1).
P: Aff kateter
Diet bebas TKTP
Rawat drain
IVFD NaCl 0,9% 18tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
22/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat
Drain I: 50cc
Drain II: 40cc
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h2)
P: IVFD NaCl 0,9% 18tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Diet bebas
23/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat
Drain I: 30cc hemoragic
Drain II: 30cc serous
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h3)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 amp iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Rawat luka
Diet bebas
Mobilisasi
24/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat
Drain I: 8cc hemoragic
Drain II: 40cc hemoragic
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h4)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 amp iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Rawat luka
Diet TKTP
Mobilisasi
Aff drain atas
25/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat, hematom (-), pus (-)
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h5)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv Rawat luka
Ketorolac inj 3x1 amp iv Diet TKTP
Ranitidin inj 2x1 amp iv Mobilisasi
26/06/2017
S: Nyeri bekas luka operasi
O: regio mammae sinistra : luka terawat, hematom (-), pus (-)
Drain: 80cc hemoragic
A: Post MRM ec Ca mammae sinistra (h6)
P: IVFD NaCl 0,9% 20tpm
Ceftriaxone inj 2x1 gr iv
Ketorolac inj 3x1 amp iv
Ranitidin inj 2x1 amp iv
Rawat luka
Diet TKTP
Mobilisasi
BAB IV
DISKUSI
Kanker payudara adalah suatu jenis kanker yang berkembang dari sel-sel
payudara.1 Kanker ini merupakan jenis kanker mengancam nyawa yang paling sering
terdiagnosis pada wanita dan jumlahnya meningkat secara signifikan setelah usia 40
tahun.2 Data ini sesuai dengan identitas pasien yakni seorang perempuan dan berusia
42 tahun.
Telah terdapat penelitian-penelitian yang mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kanker payudara. Salah satu faktor risiko yang ditemukan adalah adanya mutase
BRCA1 dan BRCA2 pada gen keluarga. Pada kasus ini ibu pasien memiliki riwayat
kanker payudara dan dari anamnesis ditemukan kemungkinan adanya metastasis ke
paru pada ibu pasien. Temuan ini mengindikasikan kemungkinan adanya salah satu
faktor risiko kanker payudara pada gen pasien yakni mutasi BRCA1 dan BRCA2.
Faktor risiko yang lain pada pasien ini yaitu riwayat pemakaian KB yang
mengandung estrogen dan sering mengonsumsi daging olahan (ayam potong dan
ayam cepat saji).2
Banyak kanker payudara tahap awal yang asimtomatik; nyeri atau rasa tidak
nyaman biasanya bukanlah gejala yang dirasakan. Kanker ini biasanya terdeteksi
pertama kali sebagai suatu abnormalitas pada mammogram sebelum pasien dan
penyedia jasa kesehatan merasakan. Jika benjolan dapat dipalpasi hal-hal berikut musti
menaikkan kewaspadaan, yaitu : kekerasan, Iregularitas, Focal nodularity, Asimetris
dengan payudara yang lain, Fiksasi terhadap kulit atau otot (diperiksa dengan cara
2
khusus). Pada pasien ini bisa dikatakan kanker payudara masih dalam tahap awal
yang asimtomatik karena pasien tidak merasakan nyeri atau rasa tidak nyaman. Pasien
hanya merasakan adanya benjolan kecil pada payudara kiri yang tidak nyeri dan
imobile.
Pendekatan umum evaluasi kanker payudara formalnya adalah pendekatan
“triple” yaitu pemeriksaan klinis, pencitraan (misalnya mammografi, USG, atau
keduanya) dan biopsy jarum. Peningkatan kewaspadaan public dan peningkatan
dalam screening mengarah kepada diagnosis yang lebih dini pada stage yang masih
memungkinkan reseksi bedah dan terapi kuratif komplit.2
Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi kanker payudara yaitu dengan memeriksa
axila dan fosa supraklavikular, memeriksa dada dan tempat nyeri otot, dan memeriksa
status neurologis dan abdomen.2 Pemeriksaan fisik pada pasien ditemukan benjolan
ukuran 2x1cm, keras, immobile, batas tidak tegas pada payudara kiri. Tidak
ditemukan benjolan pada supraklavikula dan axila.
Walapun pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan benjolan pada axila pasien,
terdapat keluhan pegal-pegal otot tangan kiri pasien yang sesisi dengan mammae
yang terdapat benjolan. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan penjalaran
kanker ke axilla.
Setelah dilakukan pemeriksaan patologi anatomi didapatkan hasil papillary
carcinoma dengan radang supuratif. Temuan ini menegakkan diagnosis kanker
payudara pada pasien. Berdasarkan klasifikasi American Joint Committee on Cancer
pasien berada pada stage IIA (T2N0M0).2
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien adalah dengan mastektomi radikal +
kemoterapi post-operative sebanyak 6 kali. Follow up dilakukan dengan :
Mammmografi postoperative baseline kedua payudara atau payudara yang tersisa
pada bulan ke-6.
Pemeriksaan klinis setiap 4 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 6 bulan sampai
tahun kelima, dan setiap tahun untuk berikutnya.
Mammografi dan radiografi dada tahunan.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Nordqvist C. Breast cancer: causes symptoms and treatments.
http://www.medicalnewstoday.com/articles/ 37136.php. Diakses tanggal 21
Juni 2017.
8. Pal SK, Sean KL, Kruper L, Uzoamaka N, Garberoglio C, Gupta RK, Paz B,
Lalit V,Guzman E, Artinyan A. Papillary carcinoma of the breast: an
overview. Breast Cancer Res Treat. 2010 August; 122 (3):637–645.
9. Mulligan AM, O’Malley FP. Papillary lesions of the breast: a review. Adv
Anat Pathol. 2007 Mar; 14(2):108–19.
12. Rakha EA, Ahmed MA, Ellis IO. Papillary carcinoma of the breast: diagnostic
agreement and management implications. Histopathology. 2016;69(5):862-
870.