Bab II Esensi Dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai Salah Satu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

A.

Menelusuri Konsep dan Urgensi Identitas Nasional

Secara Etimologis identitas nasional berasal dari dua kata yakni


“identitas” dan “nasional “. Identitas berasal dari bahasa Inggris yaitu
“identity” yang menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh
seseorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Contohnya Kartu Tanda
Penduduk, ID Card, Surat Ijin Mengemudi, Kartu Pelajar dan Kartu
Mahasiswa.
Kata Nasional berasal dari kata “ national” yang berarti bersifat
kebangsaan, berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi
suatu bangsa. Dalam konteks Pendidikan kewarganegaraan, identitas
nasional lebih dekat dengan artijati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik,
perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila Indonesia memiliki
identitas nasional, Indonesia akan mudah dikenali negara lain.
Tilaar (2007) menyatakan identitas nasional berkaitan dengan
pengertian bangsa. Menurutnya, bangsa adalah suatu keseluruhan
alamiah dari seseorang karena daripadanyalah seorang individu
memperoleh realitasnya, Dalam konteks hubungan antar bangsa,
seseorang dapat dibedakan karena nasionalitasnya sebab bangsa
menjadi penciri yang membedakan bangsa yang satu dengan bangsa
yang lain.
Konsep identitas nasional menurut pendekatan yuridis
tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada Bab XV tentang Bendera, Bahasa dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan Pasal 35, 36A, 36B, dan 36C.
Soedarsono (2002) menyatakan “ Jati diri adalah siapa diri
Anda sesungguhnya”. Jati diri sebagai sifat dasar manusia. Jati diri
merupakan lapisa pertama yang nantinya memnentukan karakter
seseorang dan kepribadian seseorang.
Identitas nasional bagi bangsa Indonesia akan sangat
ditentukan oleh ideologi yang dianut dan norma dasar yang dijadikan
pedoman untuk berperilaku. Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut
dapat tersimpul dalam ideologi dan konstitusi negara, ialah Pancasila
dan UUD NRI 1945. Jati diri bangsa harus selalu mengalami proses
pembinaan melalui Pendidikan demi terbentuknya solidaritas dan
perbaikan nasib di masa depan.
Menurut Kaelan (2002), jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-
nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan
watak, corak dan ciri masyarakat Indonesia. Watak bangsa yakni sifat
religious, sikap menghormati bangsa dan manusia lain, persatuan,
gotong royong dan musyawarah, serta ide tentang keadilan sosial.
Nilai-nilai itu merupakan nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila
dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus identitas nasional.
Pancasila adalah identitas secara non fisik atau lebih tepat
dikatakan bahwa Pancasila adalah jati diri bangsa (Kaelan, 2002).
Menurut Hardono Hadi (2002) jati diri itu mencakup tiga unsur yaitu
kepribadian, identitas, dan keunikan. Pancasila sebagai jati diri bangsa
lebih dimaknai sebagai kepribadian (sikap dan perilaku yang
ditampilkan manusia Indonesia) yang mencerminkan lima nilai
Pancasila. Pancasila sebagai jati diri bangsa akan menunjukkan
identitas kita selaku bangsa Indonesia yakni ada unsur kesamaan
yang memberi ciri khas kepada masyarakat Indonesia dalam
perkembangannya dari waktu ke waktu. Demikian juga dengan
kepribadian tersebut mampu memunculkan keunikan masyarakat
Indonesia ketika berhubungan dengan masyarakat bangsa lain.

B. Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Identitas Nasional

Apabila warga negara Indonesia pergi ke luar negeri, maka


adakah yang membedakan kita dengan mereka? Dengan menyatakan
“kita” dan “mereka” berarti sudah ada pembeda. Kita dapat
membedakan mereka karena adanya identitas. Dengan demikian,
identitas berfungsi sebagai pembeda. Identitas nasional dapat
membedakan antara kita sebagai bangsa Indonesia dengan mereka
sebagai bangsa lain.
Di sisi lain, apabila orang-orang memiliki identitas yang sama,
mereka dapat disatukan dalam ikatan identitas tersebut. Misalnya satu
bahasa yang sama digunakan oleh orang-orang dari berbagai latar
yang berbeda. Ini berarti identitas akan bahasa dapat menyatukan
orang-oran tersebut. Dengan demikian, identitas berfungsi sebagai
pemersatu. Identitas yang sama maka dapat menyatukan orang-orang
yang ada di suatu wilayah.
Berdasarkan uraian di atas, arti penting identitas nasional bagi
suatu bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa yang bersangkutan
sekaligus sebagai pembeda dengan bangsa lain. Bangsa yang bersatu
karena identitas yang sama dapat menimbulkan rasa kebanggan,
kebersamaan, dan kecintaan pada bangsa dan tanah airnya. Di sisi
lain, identitas nasional yang mampu membedakan dengan bangsa lain
akan menumbuhkan saling penghargaan toleransi, hormat
menghormati, dan sikap apresiatif terhadap identitas lain tersebut.
Apabila suatu bangsa tidak mempunyai atau tidak mampu
mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya,
maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan terombang ambing oleh
tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan
identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam
mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa
yang sedemikian rupa sudah tentu merupakan hal yang mudah bagi
bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk
menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu identitas
nasional sangat mutlak diperlukan supaya suatu bangsa dapat
mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal hal yang menjadi
cita cita dan tujuan hidup Bersama

C. Menggali Sumber Historis,Sosiologis, Politik tentang


Identitas Nasional

Istilah identitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni identitas


primer dan sekunder (Tilaar, 2007; Winarno, 2013). Identitas primer
dinamakan juga identitas etnis yakni identitas yang mengawali
terjadinya identitas sekunder, sedangkan identitas sekunder adalah
identitas yang dibentuk atau direkonstruksi berdasarkan hasil
kesepakatan bersama.
Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas
nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat
Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing pada tahun
1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa).
Menurut Nunus Supardi (2007) kongres kebudayaan di
Indonesia pernah dilakukan sejak 1918 yang diperkirakan sebagai
pengaruh dari Kongres Budi Utomo 1908 yang dipelopori oleh dr.
Radjiman Widyodiningrat. Kongres ini telah memberikan semangat
bagi bangsa untuk sadar dan bangkit sebagai bangsa untuk
menemukan jati diri. Kongres Kebudayaan I diselenggarakan di Solo
tanggal 5-7 Juli 1918 yang terbatas pada pengembangan budaya
Jawa. Namun dampaknya telah meluas sampai pada kebudayaan
Sunda, Madura, dan Bali. Kongres bahasa Sunda diselenggarakan di
Bandung tahun 1924. Kongres bahasa Indonesia I diselenggarakan
tahun 1938 di Solo. Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan
kebudayaan dan kebahasaan melalui kongres telah memberikan
pengaruh positif terhadap pembangunan jati diri dan/atau identitas
nasional. Setelah proklamasi kemerdekaan, Kongres Kebudayaan
diadakan di Magelang pada 20-24 Agustus 1948 dan terakhir di
Bukittinggi Sumatera Barat pada 20-22 Oktober 2003.
Menurut Tilaar (2007) kongres kebudayaan telah mampu
melahirkan kepedulian terhadap unsur-unsur budaya lain. Secara
historis, pengalaman kongres telah banyak memberikan inspirasi yang
mengkristal akan kesadaran berbangsa yang diwujudkan dengan
semakin banyak berdirinya organisasi kemasyarakatan dan organisasi
politik.
Berbagai pendapat (Tilaar, 2007; Ramlan Surbakti, 2010,
Winarno, 2013) menyatakan bahwa proses pembentukan identitas
nasional umumnya membutuhkan waktu, upaya keras, dan perjuangan
panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini
dikarenakan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat
bangsa itu.
Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam
proses interaksi, komunikasi, dan persinggungan budaya secara
alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia merdeka
maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan.
Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia
yang dapat menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia
meliputi: bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia
sebagai Bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara
Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bentuk-
bentuk identitas nasional ini telah diatur dalam peraturan
perundangan baik dalam UUD maupun dalam peraturan yang lebih
khusus. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia pernah
dikemukakan pula oleh Winarno (2013) sebagai berikut: (1) Bahasa
nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia; (2)
Bendera negara adalah Sang Merah Putih; (3) Lagu kebangsaan
adalah Indonesia Raya; (4) Lambang negara adalah Garuda
Pancasila; (5) Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika; (6)
Dasar falsafah negara adalah Pancasila; (7) Konstitusi (Hukum Dasar)
Negara adalah UUD NRI 1945; (8) Bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia; (9) Konsepsi Wawasan Nusantara; dan (10) Kebudayaan
daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional. Semua
bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu
disosialisasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Empat
identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa, dan lambang
negara serta lagu kebangsaan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bendera negara Sang Merah Putih
Ketentuan tentang Bendera Negara diatur dalam UU No.24
Tahun 2009 mulai Pasal 4 sampai Pasal 24.
2. Bahasa Negara Bahasa Indonesia
Ketentuan tentang Bahasa Negara diatur dalam Undang-
undang No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 25 sampai Pasal 45.
3. Lambang Negara Garuda Pancasila
Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang-
Undang No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila sebagai berikut:
a. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan
cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang
bersudut lima
b. Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan
dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri
bawah perisai
c. Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon
beringin di bagian kiri atas perisai
d. Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan
kepala banteng di bagian kanan atas perisai; dan
e. Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan atas
perisai.
Dengan demikian, lambang negara Garuda Pancasila mengandung
makna simbol sila-sila Pancasila.
 Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur
dalam UU No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64.
 Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Semboyan ini dirumuskan oleh para the founding fathers mengacu pada
kondisi masyarakat Indonesia yang sangat pluralis yang dinamakan oleh
Herbert Feith (1960), seorang Indonesianist yang menyatakan bahwa
Indonesia sebagai mozaic society. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
mengandung makna juga bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
heterogen, tak ada negara atau bangsa lain yang menyamai Indonesia
dengan keanekaragamannya, namun tetap berkeinginan untuk menjadi
satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
 Dasar Falsafah Negara Pancasila
Pancasila memiliki sebutan atau fungsi dan kedudukan dalam
system ketatanegaraan Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar
negara, ideologi nasional, falsafah negara, pandangan hidup bangsa, way
of life, dan banyak lagi fungsi Pancasila.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan


Identitas Nasional Indonesia

Identitas nasional Indonesia mencakup semangat kebangsaan


(nasionalisme) Indonesia, bendera negara sang Saka Merah Putih, bahasa
negara Bahasa Indonesia, lambang negara Garuda Pancasila, lagu
kebangsaan Indonesia Raya, semboyan negara ‘Bhinneka Tunggal Ika’,
dasar negara Pancasila, kontitusi negara UUD 1945, serta tradisi dan
kebudayaan daerah. Indetitas nasional memiliki kedudukan yang amat
penting, sehingga harus dimiliki oleh setiap bangsa. Karena tanpa identitas
nasional suatu bangsa akan terombang-ambing.
Azyumardi Azra (Tilaar, 2007), menyatakan bahwa saat ini Pancasila
sulit dan dimarginalkan di dalam semua kehidupan masyarakat Indonesia
karena: Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik, adanya liberalisme
politik, dan lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah.
Menurut Tilaar (2007), Pancasila telah terlanjur tercemar dalam era
Orde Baru yang telah menjadikan Pancasila sebagai kendaraan politik untuk
mempertahankan kekuasaan yang ada. Liberalisme politik terjadi pada saat
awal reformasi yakni pada pasca pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu,
ada kebijakan pemerintahan Presiden Habibie yang menghapuskan
ketentuan tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk organisasi
kemasyarakatan termasuk organisasi partai politik. Sedangkan, lahirnya
peraturan perundangan tentang desentralisasi dan otonomi daerah seperti
lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui menjadi
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah
berdampak positif dan negatif. Dampak negatifnya antara lain munculnya
nilai-nilai primordialisme kedaerahan sehingga tidak jarang munculnya rasa
kedaerahan yang sempit.
Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran
warga negara dalam bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya pada era
reformasi bangsa Indonesia bagaikan berada dalam tahap disintegrasi
karena tidak ada nilai-nilai yang menjadi pegangan bersama. Memahami dan
mengerti nilai-nilai sejak dini dalam kehidupan sekolah sangat membantu
dalam meningkatkan kesadaran mewujudkan nila-nilai Pancasila. Kita perlu
memahami secara penuh bahwa pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
sehingga kita dapat merasa berkewajiban dalam melaksanakannya.
Tantangan terkait memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme
perlu mendapat perhatian. Bangsa Indonesia perlu mengupayakan strategi
untuk mengalihkan kecintaan terhadap bangsa asing agar dapat berubah
menjadi bangsa sendiri. Hal tersebut perlu adanya upaya dari generasi baru
untuk mendorong agar bangsa Indonesia membuat prestasi yang tidak dapat
dibuat oleh bangsa asing sehingga mendorong masyarakat kita untuk bangga
menggunakan produk bangsa sendiri.
Pada hakikatnya, semua unsur formal identitas nasional, baik yang
langsung maupun secara tidak langsung diterapkan, perlu dipahami,
diamalkan, dan diperlakukan sesuai dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana warga negara
Indonesia memahami dan menyadari dirinya sebagai warga negara yang baik
yang beridentitas sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, warga
negara yang baik akan berupaya belajar secara berkelanjutan agar menjadi
warga negara bukan hanya baik tetapi cerdas (to be smart and good citizen).

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional

Mengapa individu ingin dikenali dan ingin mengenali identitas individu


lain? Jawabannya tentu akan sangat tergantung kepada keinginan individu
manusia masing-masing. Mungkin antara individu yang satu dengan yang
lain memiliki perbedaan keinginan atau tujuan. Namun, secara naluriah
atau umumnya manusia memiliki kebutuhan yang sama, yakni kebutuhan
yang bersifat fisik atau jasmaniah, seperti kebutuhan makan dan minum
untuk kelangsungan hidup dan kebutuhan psikis (rohaniah), seperti
kebutuhan akan penghargaan, penghormatan, pengakuan, dan lain-lain.

Selanjutnya, kita akan mengaitkan identitas diri individu dengan


konteks negara atau bangsa. Pertanyaannya, mengapa identitas nasional itu
penting bagi sebuah negara-bangsa? Pada dasarnya, jawabannya hampir
sama dengan pentingnya identitas bagi diri individu manusia.
• Pertama, agar bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita
sudah dikenal oleh bangsa lain maka kita dapat melanjutkan perjuangan
untuk mampu eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya.
• Kedua, identitas nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting
bagi kelangsungan hidup negara bangsa tersebut. Tidak mungkin negara
dapat hidup sendiri sehingga dapat eksis. Setiap negara seperti halnya
individu manusia tidak dapat hidup menyendiri. Setiap negara memiliki
keterbatasan sehingga perlu 48 bantuan/pertolongan negara/bangsa lain.
Demikian pula bagi Indonesia, kita perlu memiliki identitas agar dikenal oleh
bangsa lain untuk saling memenuhi kebutuhan.
Negara Indonesia berhasil melepaskan diri dari kekuasaan asing, lalu
menyatakan kemerdekaannya. Para pendiri negara segera menyiarkan
atau mengabarkan kepada negara dan bangsa lain agar mereka
mengetahui bahwa di wilayah nusantara telah berdiri Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka, bersatu, berdaulat dengan citacita
besar menjadi negara yang adil dan makmur.

• Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan


bangsa Indonesia. Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh
rasa saling hormat, saling pengertian (mutual understanding), tidak ada
stratifikasi dalam kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam berhubungan
antarnegara tercipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing masing
mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan
negara lain.

Anda mungkin juga menyukai