Teks tersebut membahas tentang konsep dan pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa. Secara historis, identitas nasional Indonesia mulai terbentuk sejak masa kebangkitan nasional pada 1908 dan melalui berbagai kongres kebudayaan. Identitas nasional berfungsi sebagai pemersat dan pembeda antar bangsa, sehingga diperlukan untuk mempertahankan eksistensi dan cita-cita bangsa. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia diatur dalam konstitusi
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5K tayangan11 halaman
Teks tersebut membahas tentang konsep dan pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa. Secara historis, identitas nasional Indonesia mulai terbentuk sejak masa kebangkitan nasional pada 1908 dan melalui berbagai kongres kebudayaan. Identitas nasional berfungsi sebagai pemersat dan pembeda antar bangsa, sehingga diperlukan untuk mempertahankan eksistensi dan cita-cita bangsa. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia diatur dalam konstitusi
Teks tersebut membahas tentang konsep dan pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa. Secara historis, identitas nasional Indonesia mulai terbentuk sejak masa kebangkitan nasional pada 1908 dan melalui berbagai kongres kebudayaan. Identitas nasional berfungsi sebagai pemersat dan pembeda antar bangsa, sehingga diperlukan untuk mempertahankan eksistensi dan cita-cita bangsa. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia diatur dalam konstitusi
Teks tersebut membahas tentang konsep dan pentingnya identitas nasional bagi suatu bangsa. Secara historis, identitas nasional Indonesia mulai terbentuk sejak masa kebangkitan nasional pada 1908 dan melalui berbagai kongres kebudayaan. Identitas nasional berfungsi sebagai pemersat dan pembeda antar bangsa, sehingga diperlukan untuk mempertahankan eksistensi dan cita-cita bangsa. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia diatur dalam konstitusi
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11
A.
Menelusuri Konsep dan Urgensi Identitas Nasional
Secara Etimologis identitas nasional berasal dari dua kata yakni
“identitas” dan “nasional “. Identitas berasal dari bahasa Inggris yaitu “identity” yang menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh seseorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Contohnya Kartu Tanda Penduduk, ID Card, Surat Ijin Mengemudi, Kartu Pelajar dan Kartu Mahasiswa. Kata Nasional berasal dari kata “ national” yang berarti bersifat kebangsaan, berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa. Dalam konteks Pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan artijati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Apabila Indonesia memiliki identitas nasional, Indonesia akan mudah dikenali negara lain. Tilaar (2007) menyatakan identitas nasional berkaitan dengan pengertian bangsa. Menurutnya, bangsa adalah suatu keseluruhan alamiah dari seseorang karena daripadanyalah seorang individu memperoleh realitasnya, Dalam konteks hubungan antar bangsa, seseorang dapat dibedakan karena nasionalitasnya sebab bangsa menjadi penciri yang membedakan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Konsep identitas nasional menurut pendekatan yuridis tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Bab XV tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Pasal 35, 36A, 36B, dan 36C. Soedarsono (2002) menyatakan “ Jati diri adalah siapa diri Anda sesungguhnya”. Jati diri sebagai sifat dasar manusia. Jati diri merupakan lapisa pertama yang nantinya memnentukan karakter seseorang dan kepribadian seseorang. Identitas nasional bagi bangsa Indonesia akan sangat ditentukan oleh ideologi yang dianut dan norma dasar yang dijadikan pedoman untuk berperilaku. Bagi bangsa Indonesia, jati diri tersebut dapat tersimpul dalam ideologi dan konstitusi negara, ialah Pancasila dan UUD NRI 1945. Jati diri bangsa harus selalu mengalami proses pembinaan melalui Pendidikan demi terbentuknya solidaritas dan perbaikan nasib di masa depan. Menurut Kaelan (2002), jati diri bangsa Indonesia adalah nilai- nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, corak dan ciri masyarakat Indonesia. Watak bangsa yakni sifat religious, sikap menghormati bangsa dan manusia lain, persatuan, gotong royong dan musyawarah, serta ide tentang keadilan sosial. Nilai-nilai itu merupakan nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dikatakan sebagai jati diri bangsa sekaligus identitas nasional. Pancasila adalah identitas secara non fisik atau lebih tepat dikatakan bahwa Pancasila adalah jati diri bangsa (Kaelan, 2002). Menurut Hardono Hadi (2002) jati diri itu mencakup tiga unsur yaitu kepribadian, identitas, dan keunikan. Pancasila sebagai jati diri bangsa lebih dimaknai sebagai kepribadian (sikap dan perilaku yang ditampilkan manusia Indonesia) yang mencerminkan lima nilai Pancasila. Pancasila sebagai jati diri bangsa akan menunjukkan identitas kita selaku bangsa Indonesia yakni ada unsur kesamaan yang memberi ciri khas kepada masyarakat Indonesia dalam perkembangannya dari waktu ke waktu. Demikian juga dengan kepribadian tersebut mampu memunculkan keunikan masyarakat Indonesia ketika berhubungan dengan masyarakat bangsa lain.
B. Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Identitas Nasional
Apabila warga negara Indonesia pergi ke luar negeri, maka
adakah yang membedakan kita dengan mereka? Dengan menyatakan “kita” dan “mereka” berarti sudah ada pembeda. Kita dapat membedakan mereka karena adanya identitas. Dengan demikian, identitas berfungsi sebagai pembeda. Identitas nasional dapat membedakan antara kita sebagai bangsa Indonesia dengan mereka sebagai bangsa lain. Di sisi lain, apabila orang-orang memiliki identitas yang sama, mereka dapat disatukan dalam ikatan identitas tersebut. Misalnya satu bahasa yang sama digunakan oleh orang-orang dari berbagai latar yang berbeda. Ini berarti identitas akan bahasa dapat menyatukan orang-oran tersebut. Dengan demikian, identitas berfungsi sebagai pemersatu. Identitas yang sama maka dapat menyatukan orang-orang yang ada di suatu wilayah. Berdasarkan uraian di atas, arti penting identitas nasional bagi suatu bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa yang bersangkutan sekaligus sebagai pembeda dengan bangsa lain. Bangsa yang bersatu karena identitas yang sama dapat menimbulkan rasa kebanggan, kebersamaan, dan kecintaan pada bangsa dan tanah airnya. Di sisi lain, identitas nasional yang mampu membedakan dengan bangsa lain akan menumbuhkan saling penghargaan toleransi, hormat menghormati, dan sikap apresiatif terhadap identitas lain tersebut. Apabila suatu bangsa tidak mempunyai atau tidak mampu mempertahankan identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan terombang ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikian rupa sudah tentu merupakan hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu identitas nasional sangat mutlak diperlukan supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal hal yang menjadi cita cita dan tujuan hidup Bersama
C. Menggali Sumber Historis,Sosiologis, Politik tentang
Identitas Nasional
Istilah identitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni identitas
primer dan sekunder (Tilaar, 2007; Winarno, 2013). Identitas primer dinamakan juga identitas etnis yakni identitas yang mengawali terjadinya identitas sekunder, sedangkan identitas sekunder adalah identitas yang dibentuk atau direkonstruksi berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Secara historis, khususnya pada tahap embrionik, identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh asing pada tahun 1908 yang dikenal dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa). Menurut Nunus Supardi (2007) kongres kebudayaan di Indonesia pernah dilakukan sejak 1918 yang diperkirakan sebagai pengaruh dari Kongres Budi Utomo 1908 yang dipelopori oleh dr. Radjiman Widyodiningrat. Kongres ini telah memberikan semangat bagi bangsa untuk sadar dan bangkit sebagai bangsa untuk menemukan jati diri. Kongres Kebudayaan I diselenggarakan di Solo tanggal 5-7 Juli 1918 yang terbatas pada pengembangan budaya Jawa. Namun dampaknya telah meluas sampai pada kebudayaan Sunda, Madura, dan Bali. Kongres bahasa Sunda diselenggarakan di Bandung tahun 1924. Kongres bahasa Indonesia I diselenggarakan tahun 1938 di Solo. Peristiwa-peristiwa yang terkait dengan kebudayaan dan kebahasaan melalui kongres telah memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan jati diri dan/atau identitas nasional. Setelah proklamasi kemerdekaan, Kongres Kebudayaan diadakan di Magelang pada 20-24 Agustus 1948 dan terakhir di Bukittinggi Sumatera Barat pada 20-22 Oktober 2003. Menurut Tilaar (2007) kongres kebudayaan telah mampu melahirkan kepedulian terhadap unsur-unsur budaya lain. Secara historis, pengalaman kongres telah banyak memberikan inspirasi yang mengkristal akan kesadaran berbangsa yang diwujudkan dengan semakin banyak berdirinya organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik. Berbagai pendapat (Tilaar, 2007; Ramlan Surbakti, 2010, Winarno, 2013) menyatakan bahwa proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu, upaya keras, dan perjuangan panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Secara sosiologis, identitas nasional telah terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi, dan persinggungan budaya secara alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia merdeka maupun melalui pembentukan intensif pasca kemerdekaan. Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi: bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia sebagai Bahasa nasional atau bahasa negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bentuk- bentuk identitas nasional ini telah diatur dalam peraturan perundangan baik dalam UUD maupun dalam peraturan yang lebih khusus. Bentuk-bentuk identitas nasional Indonesia pernah dikemukakan pula oleh Winarno (2013) sebagai berikut: (1) Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia; (2) Bendera negara adalah Sang Merah Putih; (3) Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya; (4) Lambang negara adalah Garuda Pancasila; (5) Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika; (6) Dasar falsafah negara adalah Pancasila; (7) Konstitusi (Hukum Dasar) Negara adalah UUD NRI 1945; (8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; (9) Konsepsi Wawasan Nusantara; dan (10) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional. Semua bentuk identitas nasional ini telah diatur dan tentu perlu disosialisasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Empat identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Bendera negara Sang Merah Putih Ketentuan tentang Bendera Negara diatur dalam UU No.24 Tahun 2009 mulai Pasal 4 sampai Pasal 24. 2. Bahasa Negara Bahasa Indonesia Ketentuan tentang Bahasa Negara diatur dalam Undang- undang No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 25 sampai Pasal 45. 3. Lambang Negara Garuda Pancasila Ketentuan tentang Lambang Negara diatur dalam Undang- Undang No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 46 sampai Pasal 57. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar Pancasila sebagai berikut: a. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima b. Dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai c. Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai d. Dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai; dan e. Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan atas perisai. Dengan demikian, lambang negara Garuda Pancasila mengandung makna simbol sila-sila Pancasila. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Ketentuan tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya diatur dalam UU No. 24 Tahun 2009 mulai Pasal 58 sampai Pasal 64. Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini dirumuskan oleh para the founding fathers mengacu pada kondisi masyarakat Indonesia yang sangat pluralis yang dinamakan oleh Herbert Feith (1960), seorang Indonesianist yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai mozaic society. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna juga bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang heterogen, tak ada negara atau bangsa lain yang menyamai Indonesia dengan keanekaragamannya, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia. Dasar Falsafah Negara Pancasila Pancasila memiliki sebutan atau fungsi dan kedudukan dalam system ketatanegaraan Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, ideologi nasional, falsafah negara, pandangan hidup bangsa, way of life, dan banyak lagi fungsi Pancasila.
D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan
Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional Indonesia mencakup semangat kebangsaan
(nasionalisme) Indonesia, bendera negara sang Saka Merah Putih, bahasa negara Bahasa Indonesia, lambang negara Garuda Pancasila, lagu kebangsaan Indonesia Raya, semboyan negara ‘Bhinneka Tunggal Ika’, dasar negara Pancasila, kontitusi negara UUD 1945, serta tradisi dan kebudayaan daerah. Indetitas nasional memiliki kedudukan yang amat penting, sehingga harus dimiliki oleh setiap bangsa. Karena tanpa identitas nasional suatu bangsa akan terombang-ambing. Azyumardi Azra (Tilaar, 2007), menyatakan bahwa saat ini Pancasila sulit dan dimarginalkan di dalam semua kehidupan masyarakat Indonesia karena: Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik, adanya liberalisme politik, dan lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah. Menurut Tilaar (2007), Pancasila telah terlanjur tercemar dalam era Orde Baru yang telah menjadikan Pancasila sebagai kendaraan politik untuk mempertahankan kekuasaan yang ada. Liberalisme politik terjadi pada saat awal reformasi yakni pada pasca pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu, ada kebijakan pemerintahan Presiden Habibie yang menghapuskan ketentuan tentang Pancasila sebagai satu-satunya asas untuk organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi partai politik. Sedangkan, lahirnya peraturan perundangan tentang desentralisasi dan otonomi daerah seperti lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah berdampak positif dan negatif. Dampak negatifnya antara lain munculnya nilai-nilai primordialisme kedaerahan sehingga tidak jarang munculnya rasa kedaerahan yang sempit. Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga negara dalam bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya pada era reformasi bangsa Indonesia bagaikan berada dalam tahap disintegrasi karena tidak ada nilai-nilai yang menjadi pegangan bersama. Memahami dan mengerti nilai-nilai sejak dini dalam kehidupan sekolah sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran mewujudkan nila-nilai Pancasila. Kita perlu memahami secara penuh bahwa pancasila sebagai pedoman hidup bangsa sehingga kita dapat merasa berkewajiban dalam melaksanakannya. Tantangan terkait memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme perlu mendapat perhatian. Bangsa Indonesia perlu mengupayakan strategi untuk mengalihkan kecintaan terhadap bangsa asing agar dapat berubah menjadi bangsa sendiri. Hal tersebut perlu adanya upaya dari generasi baru untuk mendorong agar bangsa Indonesia membuat prestasi yang tidak dapat dibuat oleh bangsa asing sehingga mendorong masyarakat kita untuk bangga menggunakan produk bangsa sendiri. Pada hakikatnya, semua unsur formal identitas nasional, baik yang langsung maupun secara tidak langsung diterapkan, perlu dipahami, diamalkan, dan diperlakukan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana warga negara Indonesia memahami dan menyadari dirinya sebagai warga negara yang baik yang beridentitas sebagai warga negara Indonesia. Oleh karena itu, warga negara yang baik akan berupaya belajar secara berkelanjutan agar menjadi warga negara bukan hanya baik tetapi cerdas (to be smart and good citizen).
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional
Mengapa individu ingin dikenali dan ingin mengenali identitas individu
lain? Jawabannya tentu akan sangat tergantung kepada keinginan individu manusia masing-masing. Mungkin antara individu yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan keinginan atau tujuan. Namun, secara naluriah atau umumnya manusia memiliki kebutuhan yang sama, yakni kebutuhan yang bersifat fisik atau jasmaniah, seperti kebutuhan makan dan minum untuk kelangsungan hidup dan kebutuhan psikis (rohaniah), seperti kebutuhan akan penghargaan, penghormatan, pengakuan, dan lain-lain.
Selanjutnya, kita akan mengaitkan identitas diri individu dengan
konteks negara atau bangsa. Pertanyaannya, mengapa identitas nasional itu penting bagi sebuah negara-bangsa? Pada dasarnya, jawabannya hampir sama dengan pentingnya identitas bagi diri individu manusia. • Pertama, agar bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa lain. Apabila kita sudah dikenal oleh bangsa lain maka kita dapat melanjutkan perjuangan untuk mampu eksis sebagai bangsa sesuai dengan fitrahnya. • Kedua, identitas nasional bagi sebuah negara-bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup negara bangsa tersebut. Tidak mungkin negara dapat hidup sendiri sehingga dapat eksis. Setiap negara seperti halnya individu manusia tidak dapat hidup menyendiri. Setiap negara memiliki keterbatasan sehingga perlu 48 bantuan/pertolongan negara/bangsa lain. Demikian pula bagi Indonesia, kita perlu memiliki identitas agar dikenal oleh bangsa lain untuk saling memenuhi kebutuhan. Negara Indonesia berhasil melepaskan diri dari kekuasaan asing, lalu menyatakan kemerdekaannya. Para pendiri negara segera menyiarkan atau mengabarkan kepada negara dan bangsa lain agar mereka mengetahui bahwa di wilayah nusantara telah berdiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka, bersatu, berdaulat dengan citacita besar menjadi negara yang adil dan makmur.
• Ketiga, identitas nasional penting bagi kewibawaan negara dan
bangsa Indonesia. Dengan saling mengenal identitas, maka akan tumbuh rasa saling hormat, saling pengertian (mutual understanding), tidak ada stratifikasi dalam kedudukan antarnegara-bangsa. Dalam berhubungan antarnegara tercipta hubungan yang sederajat/sejajar, karena masing masing mengakui bahwa setiap negara berdaulat tidak boleh melampaui kedaulatan negara lain.