LAPORAN Hidrolisis Etil Asetat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI KINETIKA KIMIA

REAKSI HIDROLISIS ETIL ASETAT DENGAN NaOH


(Penentuan Konstanta Laju Reaksi dengan Metode Titrasi)

Oleh:
Fidela Novitasari (652016013)

Program Studi Kimia


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
LAPORAN RESMI KINETIKA KIMIA

Nama : Fidela Novitasari


NIM : (652016013)
Kelompok : 3 (Siang, 12.00-16.00)
Tanggal Praktikum : 1 Oktober 2017

I. JUDUL : REAKSI HIDROLISIS ETIL ASETAT DENGAN NaOH


(Penentuan Konstanta Laju Reaksi dengan Metode Titrasi)

II. DASAR TEORI


Etil asetat adalah (CH3CH2OC(O)CH3) merupakan ester dari hasil reaksi antara etanol dan asam
asetat. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan
tidak higroskopis dan senyawanya berwujud cairan tak berwarna, dan memiliki aroma khas. Etil asetat
merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
memiliki proton yang bersifat asam. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun
demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam. Etil asetat
dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis
asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan
hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.
Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk per satuan waktu di mana satuannya
M/s (Molar per detik). Laju reaksi berhubungan dengan koefisien reaksi. Untuk reaksi kimia dengan
koefisien reaksi yang bervariasi, laju reaksi harus disesuaikan dengan koefisien reaksi masing-masing
spesi.
Etil asetat dapat terhidrolisis dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
CH3COOC2H5 + H2O ↔ CH3COOH + C2H5OH
Hidrolisis itu sendiri adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation
hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH-) melalui suatu proses kimia. Hidrolisis juga dapat
didefinisikan sebagai terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.

Berdasarkan persamaan reaksi tersebut maka laju reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑑[𝐸]
Laju Reaksi = − 𝑑𝑡 = k [E] [A] [K]
Keterangan:
k : konstanta laju reaksi
[E] : konsentrasi etil asetat
[A] : konsentrasi air
[K] : konsentrasi katalis
Laju reaksi ini mengikuti orde reaksi satu semu sehingga laju reaksi terintegrasinya dapat ditulis
sebagai:
[𝐸]
𝑙𝑛 [𝐸]0 = 𝑘′𝑡
𝑡
Keterangan:
[E]0 : konsentrasi etil asetat pada awal reaksi
[E]t : konsentrasi etil asetat pada waktu ke t
Konsentrasi etil asetat dapat digantikan dengan volume NaOH yang digunakan untuk menetralkan
sampel pada awal reaksi (V NaOH ∞ )
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻∞ −𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻0
𝑙𝑛 𝑉 = ln 𝑄 = 𝑘 ′ 𝑡
−𝑉
𝑁𝑎𝑂𝐻∞ 𝑁𝑎𝑂𝐻
Besarnya volume NaOH pada saat reaksi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
𝜌 𝑉𝐸 𝑉1
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻∞ = 𝑀 𝑉𝐸 [𝑁𝑎𝑂𝐻] + 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻0
𝐸 𝑆
Keterangan:
ρE : densitas etilasetat pada suhu 298 K (0,895 gram/ml)
VE : volume etil asetat total pada system
V1 : volume sampel
ME: massa molar etil asetat

III. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi NaOH yang sebenarnya.
2. Menentukan pengaruh waktu reaksi terhadap volume NaOH yang dibutuhkan untuk
mentitrasi
3. Menentukan orde reaksi

IV. ALAT, BAHAN, DAN METODE


 Alat
- Beaker gelas 250 mL - Magnetik Stirer
- Timbangan - Pipet Volume 10mL,5mL
- Pipet tetes - Pillius
- Spatula - Labu takar 20mL, 100mL, 250mL
- Buret - Gelas ukur 100mL
- Hotplate Stirer - Stopwatch
- Statif - Erlenmeyer
- Klem

 Bahan
- Akuades - Asam Klorida - Asam Oksalat
- Etil asetat - NaOH - Indikator PP
 Metode
1. Pembuatan Larutan Kerja
Dibuat larutan kerja NaOH 0,05M, HCl 0,05M, Etil Asetat 0,05M, dan Asam Oksalat
0,025M
HCl 0,05 M
M1 .V1 = M2 .V2
12 .V1 = 0,05 . 100 ml
V1 = 0,42 ml
a. Diambil 0,42 ml HCl
b. Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL yang telah ditambahakan sedikit aquades.
c. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan
NaOH 0,05 M
n=Mxv M = n x Mr
= 0,05 x 250 ml = 0,0125 x 39,997
= 0,05 x 0,25 liter = 0,4999 gram
= 0,0125 mol = 0,5 gram
a. 0,5 gram NaOH ditimbang dan dimasukkan kedalam beaker gelas
b. NaOH dilarutkan dengan sedikit aquades dan dimasukkan dalam labu ukur 250 mL
c. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan
Asam Oksalat 0,025 M
n=MxV Mr= 126 g/mol
= 0,025 x 50 ml Massa = n x Mr
= 0,025 x 0,05 liter = 0,00125 x 126
= 0,00125 mol = 0,1575 gram

a. Diambil 0,1575 gr asam oksalat dan dimasukkan kedalam beaker gelas


b. Asam oksalat dilarutkan dengan sedikit aquades dan dimasukkan dalam labu ukur 50 ml
c. Ditambah aquades sampai garis tera dan dihomogenkan

Etil Asetat 0,05 M


M1 . V 1 = M 2 . V 2 M1 . V 1 = M 2 . V 2
10 . V1 = 0,05 . 100 ml 10 . V1 = 0,05 . 50 ml
V1 = 0,5 ml V1 = 0,25 mL
a. Diambil 0,5 ml etil asetat
b. Dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL
c. Ditambahkan aquades hingga garis tera dan dihomogenkan
2. Standarisasi NaOH
1. Diambil 10 ml larutan asam oksalat 0,025 M kedalam erlenmeyer
2. Ditambahkan dengan 2 tetes indikator PP
3. Dititrasi dengan NaOH hingga warna berubah menjadi merah muda
4. Titrasi dilakukan secara triplo

3. Penentuan volume NaOH pada saat t= 0 menit sampai t=90 menit


1. Diambil 120 ml NaOH dan ditempatkan dalam beaker gelas yang diletakkan diatas
hotplate stirer
2. Dimasukkan 120 ml Etil asetat kedalam beaker
3. Perhitungan waktu dimulai saat ditambahkan Etil asetat
4. Diambil larutan tersebut 10 ml dan dicampurkan kedalam erlenmeyer yang berisi HCl
10ml dan ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes pada menit ke 0
5. Dititrasi dengan NaOH, dan dicatat volume yang dibutuhkan
6. Diulangi percobaan 4 dan 5 pada menit ke 10,20,30,40,50,60,70,80,90
7. Diulangi percobaan 3,4 dan 5 secara duplo

V. HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi larutan NaOH
Volume NaOH (mL) I II III
Awal 0 0 10,6
Akhir 10,6 10,6 21,4
Ditambahkan 10,6 10,6 10,8

10,6 + 10,6+10,8
Rata-rata = = 10,67 mL
3

2. Penentuan Volume NaOH pada saat t = 0 sampai t = 90

V. NaOH 0,05 M (mL) 0 10 20 30 40 50

Awal 15 21,4 25,2 31,9 0 0 11,7 11,5 23,4 23,3 0 0


Akhir 25,2 31,9 36,7 43,3 11,7 11,5 23,4 23,2 35,2 35,1 11,7 11,8
Ditambahkan 10,2 10,5 11,5 11,4 11,7 11,5 11,7 11,7 11,8 11,8 11,7 11,8

V. NaOH 0,05 M (mL) 60 70 80 90

Awal 11,7 11,8 23,6 23,7 0 0 11,9 11,9


Akhir 23,6 23,7 35,4 35,6 11,9 11,9 23,9 23,8
Yang ditambahkan 11,9 11,9 11,8 11,9 11,9 11,9 12 11,9
VI. JAWAB PERTANYAAN
1. Bandingkan hasil praktikum anda tentang penentuan orde reaksi dengan literatur!
Jawab :
Dari hasil praktikum ini yang diperoleh seperti pada tabel diatas, namu hasil yang diperoleh kurang
sesuai dengan literatur karena hasil dari praktikum ini semakin lama waktu pengadukkan tidak semua
volume NaOH yang ditambahkan untuk titrasi semakin banyak. Hal ini dapat terjadi karena titik akhir
titrasi yang tidak tepat sama antara satu dengan yang lain ditandai dengan warna larutan hasil titrasi
tidak sama.
2. Fungsi 100 mL aquades dingin dalam praktikum?
Jawab :
Praktikum ini hanya menggunakan aquades biasa untuk melakukan pengenceran dan untuk
membilas alat. Sehingga tidak digunakan 100 ml aquades dingin dalam praktikum ini.

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yang pertama adalah standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat dan
indikator PP secara triplo. Standarisasi ini dilakukan dengan larutan standar primer asam oksalat.
Standarisasi in bertujuan untuk memperoleh konsentrasi larutan NaOH yang sebenarnya. Dimana
konsentrasi NaOH yang sebenarnya adalah :
M H2C2O4 X V H2C2O4
M NaOH = V NaOH
0,05 M X 10 ml
= = 0,0468 M
10,67 ml

Setelah dilakukan perhitungan diperolehlah konsentrasi NaOH yang sebenarnya adalah


0,0468 M. Konsentrasi ini tidaklah sesuai dengan konsentrasi NaOH yang diinginkan atau secara
teori yaitu 0,05 M. Hal ini dapat terjadi karena NaOH merupakan padatan yang bersifat
higroskopis yaitu mudah menyerap uap air dan gas CO2 di udara bebas sehingga, konsentrasi
larutan ini tidak dapat dibuat secara tepat melalui penimbangan padatannya untuk dilarutkan ke
aquades (larutan standar sekunder).
Standarisasi NaOH ini dilakukan dengan asam oksalat yang mana sebagai larutan standar
primer dan menggunakan indikator PP. Asam oksalat merupankan larutan standar primer karena
asam oksalatnsenyawa yang konsentrasi larutannya diketahui dengan tepat atau konsentrasi dapat
diperoleh dengan teliti melalui penimbangan padatannya untuk dilarutkan ke aquades. Sedangkan
penggunaan indikator PP berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi yang akan ditandai dengan
berubahnya warna pada larutan dari bening menjadi merah muda. Penggunaan PP ini juga
disesuaikan dengan pH titik ekuivalen dari titrasi antara NaOH dengan asam oksalat. NaOH
merupakan basa kuat sedangkan asam oksalat merupakan asam lemah. Reaksi antara kedua
larutan tersebut akan membentuk garam dan air. Garam ini bersifat basa sehingga pH nya > 7,
oleh sebab itu untuk mengetahui titik ekuivalen dari hasil titrasi antara larutan NaOH dengan asam
oksalat dibutuhkan indikator yang memiliki range pH di atas 7 yaitu salah satunya adalah PP.
Percobaan kedua adalah penentuan NaOH saat 0 menit sampai 90 menit. Campuran etil
asetat dan NaOH ditambah HCl kemudian dititrasi dengan NaOH. Hasil awal dari reaksi
penyabunan (etil asetat dengan NaOH) adalah karboksilat maka penambahan HCl menggubah
karboksilat menjadi asam karboksilat. Penambahan HCl ini juga berfungsi untuk mengikat NaOH
yang tidak bereaksi dengan etil asetat. Reaksinya yaitu :

CH3COOC2H5+ OH CH3COO + C2H5

OH + NaOH sisa reaksi

NaOH sisa reaksi + 2 HCl NaCl + H2O + HCl sisa

Lalu ditambah dengan indikator PP dan selanjutnya dititrasi dengan NaOH. Penambahan
NaOH untuk mentitrasi campuran ini akan berfungsi untuk mengikat HCl sisa yang tidak bereaksi
dengan NaOH sisa reaksi penyabunan. Penambahan indikator FF bertujuan untuk mengetahui titik
akhir dari titrasi ditandai warna larutan menjadi merah muda. Reaksi:

HCl sisa + NaOH NaCl + H2O

Berdasarkan teori semakin lama waktu pengadukkan maka volume NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi semakin banyak. Ini dikarenakan semakin lama waktu pengadukkan maka
semakin lama waktu yang dibutuhkan etil asetat bereaksi dengan ion OH- sehingga penambahan
NaOH bertambah. Namun tidak pada hasil yang diperoleh dimana hasilnya fluktiatif, hal ini
terjadi karena titik akhir titrasi yang tidak tepat sama antara satu dengan yang lain ditandai dengan warna
larutan hasil titrasi tidak sama.
M NaOH x V NaOH
N= V HCl

(a-x) = 0,05 – Nmasing-masing waktu


Percobaan 1
Menit N2 ln (a-x) (1/a)-x
0 0,051 math eror (1/0,05)- 0,051 =19,9490
10 0,0575 math eror (1/0,05)– 0,0575 = 19,9425
20 0,0585 math eror (1/0,05)– 0,0585 = 19,9415
30 0,0585 math eror (1/0,05)- 0,0585 = 19,9415
40 0,059 math eror (1/0,05)- 0,059 = 19,941
50 0,0585 math eror (1/0,05)- 0,0585 = 19,9415
60 0,0595 math eror (1/0,05)- 0,0595 =19,9405
70 0,059 math eror (1/0,05)- 0,059 =19,941
80 0,0595 math eror (1/0,05)- 0,0595 = 19,9405
90 0,06 math eror (1/0,05)- 0,06= 19,94
Grafik:

Grafik 1/a - x terhadap Waktu

19.9500

19.9450
1/a-x

1/a-x terhadap waktu


19.9400 y = -6E-05x + 19.945
R² = 0.5017 Linear (1/a-x terhadap
19.9350 waktu)
0 20 40 60 80 100
waktu (detik)

Percobaan 2
Menit N2 ln (a-x) 1/a-x
0 0,0525 math eror (1/0,05)-0,0525 = 19,9475
10 0,057 math eror (1/0,05)-0,057 = 19,9891
20 0,0575 math eror (1/0,05)- 0,0575 = 19,9425
30 0,0585 math eror (1/0,05)- 0,0585= 19,884
40 0,059 math eror (1/0,05)- 0,059 = 19,825
50 0,059 math eror (1/0,05)-0,059 = 19,825
60 0,0595 math eror (1/0,05)-0,0595 = 19,7655
70 0,0595 math eror (1/0,05)-0,0595 = 19,7655
80 0,0595 math eror (1/0,05)-0,0595 = 19,7655
90 0,0595 math eror (1/0,05)-0,0595 = 19,7655

Grafik :

Grafik 1/a-x terhadap Waktu


20.0500
20.0000
19.9500
19.9000
1/a-x

1/a-x terhadap waktu


19.8500
19.8000 Linear (1/a-x terhadap
waktu)
19.7500 y = -0.0027x + 19.969
R² = 0.8759
19.7000
0 20 40 60 80 100
Waktu (detik)
Pada percobaan, nilai ln (a-x) tidak ditemukan karena math eror sehingga tidak dapat
ditentukan grafiknya pula. Sedangkan nilai 1/a – x pada percobaan ini berbeda dengan literatur,
seharusnya nilai tersebut semakin rendah seiring pertambahan waktu, namun hasil yang diperoleh
justru kebalikannya.
R2 yang diperoleh dari percobaan satu sangatlah jauh dari satu, sedangkan pada percobaan dua
nilai R2 cukup mendekati satu. Hal ini dapat terjadi karena penentuan titik akhir titrasi yang tidak
tepat antara satu dengan yang lain.selain itu ini juga dapat terjadi karena saat campuran etil asetat
dan NaOH yang ditambah HCl dititrasi dengan NaOH, perubahan warna pada larutan tidak
konstan atau tidak setara antara larutan yang satu dengan yang lain. Karena nilai R2 pada
percobaan kedua hampir mendekati 1 maka reaksi hidrolisis etil asetat dengan NaOH memiliki
orde reaksi 2.
VIII. KESIMPULAN
1. Konsentrasi NaOH yang sebenarnya adalah 0,0468 M.
2. Semakin lama waktu pengadukan, semakin banyak pula volume NaOH yang digunakan
untuk menitrasi larutan tersebut.
3. Orde reaksi pada percobaan 1 dan 2 yaitu orde 2

IX. DAFTAR PUSTAKA


Endah, Soepi dan Suyono. 1990. Kinetika Kimia. Surabaya: University Press IKIP Surabaya.

Suyono dan Bertha Yonata. 2011. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

Tim Dosen Kimia Fisika. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika III. Surabaya: Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

X. LAMPIRAN
- Laporan sementara
- Tugas awal

Anda mungkin juga menyukai