PEMBAHASAN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Anorganik dengan Judul “Pembuatan Natrium


Tiosulfat” oleh:
nama : Nurun Nahdiyat
NIM : 1713040021
kelompok : III (Tiga)
kelas : Pendidikan Kimia A
telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2019


Koordinator Asisten Asisten

Sahrul Hamzah
NIM 1213442006 NIM 1513140012

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Hardin, S.Si., S. Pd., M. Pd.


NIP: 19870807 201504 1 004
PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Umum
Natrium (sodium) adalah logam alkali yang paling besar dibutuhkan untuk keperluan
dalam industri. Seperti logam-logam alkali yang lain, natrium tidak ditemukan dalam keadaan
yang murni di alam karena reaktivitasnya yang sangat tinggi. Logam putih keperakan ini
diproduksi (dalam pabrik) secara elektrometalurgi menurut proses Downs. Logam natrium dapat
digunakan dalam banyak sintesis senyawa natrium, namun terdapat dua kegunaan utama.
Pertama, yaitu untuk ekstraksi logam-logam lain (Sugiyarto dan Retno D. Suyanti. 2010: 114).
Garam natrium tiosulfat biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O dimana
larutan ini tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan menggunakan larutan standar primer (Samsuar, 2017: 18). Karena larutan-
larutan tersebut tidak stabil pada jangka waktu yang rentang lama, maka boraks atau natrium
karbonat sering kali ditambahkan sebagai bahan pengawet. Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi
ion tetrationat.
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Reaksi yang terjadi akan berjalan cepat sampai selesai dan tidak menghasilkan reaksi sampingan.
Untuk berat ekuivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat molekulnya (248,17). Karena satu
elektron per satu molekulnya hilang, dan jika pH dari larutan di atas 9, tiosulfat akan teroksidasi
secara parsial menjadi sulfat:
4I2 + S2O32- + 5H2O → 8I- + 2SO42- + 10H+
Dalam larutan yang sedikit alkali atau larutan dalam keadaan netral, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksida kuat seperti
garam permanganat, garam dikromat, dan garam serium (IV) mengoksidasi tiosulfat menjadi
sulfat. Namun reaksi yang terjadi tidak kuantitatif (Day dan Underwood, 2002: 298).
Natrium tiosulfat merupakan zat kimia yang membentuk kandidat ideal untuk
elektrokatalis setelah evaluasi/ pertimbangan kimianya, dapat dikatakan dari hasil percobaan
natrium tiosulfat berperan sebagai elektrokatalis dalam proses elektrosintesis atau redoks
poliofena (Orata, 2014: 76). Polusi, bau yang disebabkan oleh senyawa yang mudah menguap,
seperti senyawa volatil sulfur (VSC) yang dilepaskan dari limbah dapur, intensitas bau secara
signifikan berkorelasi dengan konsentrasi VSC yang dikeluarkan selama pengomposan limbah (p
<0,01), dan sekitar 55% dari total sulfur awal hilang dalam bentuk VSCs. Adapun VSC adalah
senyawa organik volatil (VOC) yang mengandung sulfur dan senyawa sulfur tereduksi (RSC),
seperti hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (MM), dimetil sulfida (DMS), dimetil disulfida
(DMDS), dan karbonil sulfida (OCS), serta karbon disulfida (CS2). Dan senyawa VSC ditandai
dengan ambang deteksi rendah dan aktivitas bau yang kuat, dan karenanya berkontribusi terhadap
polusi bau bahkan pada konsentrasi emisi yang sangat rendah. Senyawa sulfur mudah menguap
(VSC) telah diidentifikasi sebagai bau dominan yang dipancarkan selama pengomposan limbah
organik (Zhang, 2016: 369).
Sistem berdasarkan pencucian menggunakan tiosulfat yang dianggap alternatif non-
beracun ke proses konvensional seperti cyaniding. Salah satu kemajuan metode ini dibandingkan
dengan penggunaan sianida adalah selektivitas tinggi untuk ekstraksi perak dari bijih refraktori.
Stabilitas ion tiosulfat yang rendah adalah kelemahan besar dari proses tersebut. Beberapa karya
sebelumnya telah mempelajari larutan tembaga-amonium-tiosulfat sebagai sistem pelindian yang
sangat potensial, di mana ion Cu2+ mengoksidasi logam mulia sementara tiosulfat membentuk
kompleks yang stabil bersama mereka. Pada saat yang sama, ion amonium membentuk kompleks
yang stabil dengan ion tembaga menghindari proses pengendapannya. Selain peran ligan dan
oksidan selama pencucian tiosulfat emas, efek aditif dan elektrolit pada pelarutan emas dalam
larutan tiosulfat juga telah dipelajari. Namun, kimia dan kinetika dari proses tersebut sebenarnya
menghadirkan tantangan dalam industri metalurgi (Rodríguez, 2016: 7).
Belerang atau sulfur adalah bahan galian bukan logam yang berwarna kuning muda, jika
dibakar bernyala biru merah dimana asap yang di hasilkan berbau menyengat serta menyesakkan
napas karena adanya gas SO2 atau zat arang (Komandoko, 2010: 82). Adapun arah aliran uap
belerang tergantung pada arah mata angin, karena uap belerang yang mengandung gas SO 2 yang
dapat menyebabkan sesak napas, dan apabilah di hirup dalam jumlah yang banyak atau
berkelebihan dapat menyebabkan keracunan pada paru-paru, yang berakhir pada kematian
(Sukandarrumidi, 2010: 74). Belerang dibagi menjadi 2 jenis yaitu belerang alam dalam bentuk
kristal berwarna kuning muda sedangkan belerang dalam bentuk lumpur tidak disebut sebagai
belerang murni karena hanya mengandung belerang sekitar 40-60% (Komandoko, 2010: 82)
Belerang dapat ditemukan dalam kerak bumi sebagai unsurnya, mineral sulfida dan sulfat,
gas H2S dalam gas alam, dan dapat kita temukan sebagai senyawa organik pada batubara dan
minyak (Sugiyarto, 2004: 221). Namun unsur belerang yang terdapat pada minyak bumi
dianggap merugikan kerena semakin banyaknya jumlah belerang yang terkandung di dalam
minyak bumi tersebut, akan mengakibatkan harga minyak bumi semakin murah (Komandoko,
2010: 82). Adapun dalam penemuannya belerang dapat dihasilkan dengan melakukan
penambangan dengan proses Frasch, yaitu campuran air yang super panas atau pada temperatur
tinggi dan dengan menggunakan uap air 160 oC dan 16 atm dipompakan ke dalam tanah pada
daerah mineral dengan melalui pipa besar pertama yang mengakibatkan belerang mencair. Udara
dengan tekanan ~20 – 25 atm dipompakan melalui pipa kedua yang lebih kecil dari pipa pertama
yang terdapat pada pipa besar pertama yang mengakibatkan beleran cair tertekan keluar melalui
pipa ketiga untuk kemudian dikumpulkan sebagai padatannya (Sugiyarto, 2004: 221).
Struktur molekul sulfur dibagi menjadi dua jenis, yaitu berbentuk rombik dan monoklin.
Pada temperatur atau suhu di bawah 96 oC stabil dalam bentuk rombik dan di atas temperatur
tersebut stabil dalam bentuk monoklin. Dalam dua struktur tersebut molekul sulfur akan
membentuk cincin yang mengandung 8 atom. Agar sulfur dapat bereaksi maka harus dilakukan
pemutusan cincin yang ada terlebih dahulu. Oleh karena itu, mekanisme reaksi yang melibatkan
sulfur sangatlah rumit (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019: 6).
Setelah dilakukannya percobaan dilakukan perhitungan rendamen hasil seperti pada
penelitian minyak goreng dimana rendamen minyak dihitung berdasarkan bobot minyak yang
diperoleh (g) (massa praktek) dibandingkan dengan bobot kelapa parut yang digunakan (g)
(massa teori) dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
Bobot minyak yang diperoleh (g)
%Rendamen = × 100%
Bobot kelapa parut (g)
(Susilowati, 2015: 98).
2. Tinjauan Hasil
Menurut Ulfa (2015: 199), natrium tiosulfat ditambahkan dengan iodium, dimana
banyaknya volume tiosulfat yang digunakan berbanding lurus dengan iod yang dihasilkan. Sesuai
dengan reaksi sebagai berikut:
I2 + 2S2O32- S4O62- + 2I-
Erlenmeyer yang berisi larutan iodium ditutup menggunakan plastik hitam, karena iodium
mudah teroksidasi oleh cahaya dan udara sehingga akan sulit dititrasi menggunakan natrium
tiosulfat.
Menurut Svehla (1985: 325), natirum tiosulfat bila direaksikan dengan asam klorida encer
tak terjadi perubahan yang segera dalam keadaan dingin, cairan yang diasamkan itu segera
menjadi keruh karena pemisahan belerang, dan dalam larutan terdapatlah asam sulfit. Reaksi-
reaksi sampingan juga terjadi, yang menimbulkan asam-asam tionat berdasarkan reaksi berikut:
S2O32- + 2H+ S↓ + SO2↑ + H2O
B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-
sifat kimianya.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Neraca analitik 1 buah
b. Kondensor refluks 1 set
c. Penangas 1 buah
d. Labu bundar 250 mL 1 buah
e. Batang pengaduk 1 buah
f. Spatula 2 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Gelas ukur 10 mL 1 buah
i. Gelas ukur 50 mL 1 buah
j. Gelas beker 250 mL 1 buah
k. Gelas beker 100 mL 1 buah
l. Erlenmeyer 100 mL 1 buah
m. Tabung reaksi 4 buah
n. Rak tabung reaksi 1 buah
o. Pembakar spiritus 1 buah
p. Kaki tiga 1 buah
q. Kasa asbes 1 buah
r. Corong biasa 1 buah
s. Corong buchner 1 buah
t. Pompa vakum 1 set
u. Kaca arloji 1 buah
v. Penjepit tabung reaksi 2 buah
w. Pipet tetes 3 buah
x. Lap kasar 1 buah
y. Lap halus 1 buah
z. Stopwatch 1 buah
2. Bahan
a. Natrium sulfit (Na2SO3)
b. Serbuk belerang (S8-)
c. Natrium tiosulfat-5-hidrat (Na2S2O3.5H2O)
d. Natrium tiosulfat-10-hidrat (Na2S2O3.10H2O)
e. Larutan iod 0,1 M dalam larutan KI (I2)
f. Larutan asam klorida encer (HCl)
g. Aquades (H2O(l))
h. Es batu (H2O(s))
i. Aluminium foil
j. Kertas saring whatman
k. Kertas saring biasa
l. Korek api
m. Tissu
n. Label
o. Batu didih
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Natrium Tiosulfat 5-hidrat

12 gr
12 gr

Timbang 10 gr Timbang 1,8 gr sebuk Masukkan Na2S2O3 Tambahkan 20 mL air


Na2S2O3 belerang dan sebuk belerang ke
dalam labu bundar
250

200

150

250

200

150

Dinginkan
Larutan disaring
larutan diuapkan Tuang ke dalam
hingga setenagh cawan penguap
volume awal Refluks larutan selama
satu jam

25
0

20
0

15
0

250
250

200
200

250150 150

200

150
1 11

Dinginkan saring dengan corong


buchner keringkan Kristal ditimbang

2. Mempelajari Sifat-sifat Natrium Tiosulfat


a. Pengaruh Pemanasan

1 2

1 2 1 2

natrium natrium dipanaskan amati


tiosulfat-5-hidrat tiosulfat-10-hidrat

b. Reaksi dengan Iod

1 gr

Timbang 0,2 gr Tambahkan 2 mL Amati perubahan


Masukkan Na2S2O3 ke Larutkan dengan 10 mL larutan Iod secara yang terjadi
kristal Na2S2O3 dalam tabung reaksi air berlebihan

c. Pengaruh Asam Encer


l
HC
1 gr

Timbang 0,191 gr Masukkan Na2S2O3 ke Larutkan dengan 10 mL Ukur 3 mL HCl Reaksikan Na2S2O3 amati
kristal Na2S2O3 encer dan HCl
dalam tabung reaksi air

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Na2S2O3.5H2O
No. Aktivitas Hasil

1 10,005 gram Na2S2O3 + 20 mL H2O + 1,805 gram Campuran berwarna kuning


sulfur

2 Campuran direfluks selama 30 menit Residu berwarna kuning kehijauan

3 Larutan didinginkan Larutan tidak berwarna

4 Residu disaring Larutan tidak berwarna

5 Filtrat dipanaskan/ diuapkan sampai ½ volume awal Larutan tidak berwarna

6 Larutan didinginkan dalam es batu Terbentuk kristal berwarna putih

7 Larutan disaring dengan menggunakan corong Terbentuk kristal berwarna putih


buchner

8 Kristal dikeringkan dan ditimbang 2,573 gram

2. Mempelajari sifat-sifat kimia Na2S2O3


No. Aktivitas Hasil
1 Pengaruh pemanasan
 Kristal Na2S2O3.10H2O dipanaskan Meleleh pada waktu = 19,02 detik
 Kristal Na2S2O3.5H2O dipanaskan Meleleh pada waktu = 43,38 detik

2 Reaksi dengan iod


0,2 gram kristal Na2S2O3.5H2O + 10 mL H2O + Kristal larutan membentuk larutan
Penambahan iod sebanyak 2 mL (coklat tidak berwarna
kekuningan) Larutan tidak berwarna
3 Pengaruh asam encer
0,191 gram kristal Na2S2O3.5H2O + 3 mL H2O + 3 Kristal larut membentuk larutan
mL HCl encer keruh
F. ANALISIS DATA
Dik: Massa Na2SO3 = 10 gram
Massa S8 = 1,8 gram
Volume H2O = 20 mL
ρ H2O = 1,0 gr/mL
Massa praktek = 2,573 gram
MrNa2SO3 = 126 gr/mol
Mr S8 = 256 gr/mol
MrNa2S2O3.5H2O = 248 gr/mol
Dit : % Rendemen =….?
Penyelesaian :
m Na2 SO3
n Na2SO3 =
Mr Na2 SO3
10 gram
= 126 gr/mol

= 0,079 mol
mS
n S8 = Mr S8
8

1,8 gram
= 256 gr/mol

= 0,007 mol
m H2O = ρ H2O × V H2O
= 1,0 gram/mL × 20 mL
= 20 gram
m H2O
n H2O = Mr H2O
20 gr
= 18 gr/mol

= 1,111 mol
8 Na2SO3 + S8 + 40H2O 8Na2S2O3.5H2O
Mula-mula : 0,079 mol 0,007mol 1,111 mol -
Reaksi : 0,056 mol 0,007 mol 0,280 mol 0,056 mol
Setimbang : 0,023 mol - 0,831 mol 0,056 mol

Massa teori = (n x Mr) Na2S2O3.5H2O


= 0,056 mol × 248 gram/mol
= 13, 888 gram
massa praktek
% rendemen = × 100%
massa teori
2,573 gram
= 13,888 gram × 100 %

= 18,527 %
G. PEMBAHASAN
Natrium adalah logam alkali yang dibutuhkan untuk keperluan industri. Natrium tidak
ditemukan dalam keadaan murni di alam karena reaktivitasnya yang sangat tinggi. Natrium
merupakan logam alkali berwarna putih keperakan, dapat diproduksi secara elektrometalurgi
melalui proses Downs (Sugiyarto dan Retno D. Suyanti. 2010: 114). Percobaan ini bertujuan
untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya. Pada praktikum
kali ini dilakukan dua macam percobaan yaitu:
1. Pembuatan Natrium Tiosulfat Pentahidrat (Na2S2O3.5H2O)
Natrium tiosulfat merupakan senyawa anorganik yang mengikat lima molekul air dengan
rumus kimia Na2S2O3.5H2O. Natrium tiosulfat merupakan larutan standar sekunder karena tidak
stabil terhadap oksidasi dari udara, asam dan bakteri (Pursitasari, 2014: 178). Percobaan ini
bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat. Prinsip dasar dari percobaan ini
yaitu pemanasan natrium sulfit dan sulfur untuk memutuskan ikatan sulfur. Adapun prinsip
kerjanya yaitu penimbangan, pencampuran, pemanasan (refluks),
penguapan, pendinginan, penyaringan, pengeringan dan penimbangan.
Percobaan ini dilakukan dengan mecampurkan kristal natrium
sulfit (Na2S2O3) dengan serbuk sulfur dengan bentuk S8. Kristal natrium
sulfit berfungsi untuk menyediakan natrium dan sulfit sedangkan serbuk
sulfur akan berikatan dengan sulfit dan membentuk tiosulfat. Keduanya
dilarutkan dalam gelas kimia dengan aquades. Pencampuran dan pelarutan dilakukan dalam gelas
kimia dengan tujuan agar serbuk sulfur dapat larut dan tidak mengapung sebelum dimasukkan ke
dalam alat refluks. Sebelum dilakukan refluks, ditambahkan beberapa butir batu didih. Batu didih
ini berfungsi agar panas dapat merata saat pemanasan dan untuk mengurangi letupan-letupan saat
proses refluks berlangsung.
Pinsip dasar refluks adalah pelarut volatile yang
digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan
didinginkan oleh kondensor hingga pelarut akan tetap ada selama
reaksi berlangsung. Prinsip kerja dari refluks adalah pemanasan,
penguapan, pendinginan serta pengembunan. Proses refluks
sendiri betujuan untuk memutuskan struktur molekul sulfur yang
membentuk cincin yang mengandung 8 atom agar struktur molekul sulfur yang berbentuk cincin
yang mengandung 8 atom (S8) dapat diputuskan, sehingga dapat bereaksi dengan natrium sulfit.
Proses refluks dilakukan selama 30 menit. Adapun pemanasan atau refluks dilakukan untuk
memutuskan molekul sulfur yang membentuk cincin tersebut agar sulfur dapat bereaksi dengan
natrium sulfit. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah rombik menjadi monoklin sehingga dapat
bereaksi dengan Na2SO3 membentuk Na2SO3.5H2O. Adapun untuk mengubah rombik menjadi
monoklin di butuhkan suhu yang relative tinggi yaitu 1120C. Karena seperti yang diketahui
bahwa belerang akan stabil berstruktur rombik pada suhu kamar dan diatas 96,50C berubah
bentuknya sebagai monoklin. Struktu S8 dari belerang dapat dilihat pada gambar berikut:

S S
S
S S S
S
S
Hasil refluks berupa larutan berwarna kuning dan berbau tengik.
Hasil yang diperoleh menandakan bahwa sulfur telah bereaksi dengan
natrium sulfit. Larutan tersebut disaring dalam keadaan panas untuk
mencegah terbentuknya kristal Na2SO3.5H2O pada kertas saring karena
menurut Takeuchi (2006: 227) ketika larutan panas perlahan didinginkan,
kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila
suhu diturunkan. Fungsi dari penyaringan ini yaitu untuk memisahkan
filtrate dan residu karena sulfur dan natrium sulfit sukar larut dalam air. Filtrat merupakan hasil
reaksi antara Na2SO3, belerang dan air yaitu Na2SO3.5H2O. Sementara residunya merupakan
bahan-bahan yang tidak bereaksi. Filtrat yang diperoleh berwarna kuning dan residu berwarna
putih kekuningan.
Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan setengah dari volume
awal menggunakan gelas kimia. Gelas kimia digunakan karena pada gelas
kimia terdapat skala atau ukuran volume sehingga larutan dapat diketahui
apakah telah menguap setengahnya. Adapun fungsi penguapan yaitu untuk
menguapkan sisa-sisa air yang terkandung dalam larutan agar
mempermudah proses pengkristalan. Prinsip dasar kristalisasi adalah
pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran
homogen/larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya karena suatu larutan dalam
kondisi lewat jenuh dimana pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya. Setelah
diuapkan, larutan kemudian didinginkan untuk mempercepat proses pengkristalan. Kristal lebih
cepat terbentuk pada suhu dingin karena pada suhu dingin, pergerakan molekul pada larutan akan
semakin lambat sehingga terjadi pembekuan yang membentuk kristal.
Kristal yang terbentuk kemudian disaring dengan menggunakan
corong buchner untuk memisahkan kristal dengan molekul air yang masih
terdapat dalam kristal. Kristal yang berada pada kertas saring kemudian
dikeringkan. Fungsi dari pengeringan yaitu agar kristal yang diperoleh
tidak lagi terkandung air didalamnya sehingga hasil penimbangan
menunjukkan massa dari kristal yang sebenarnya. Adapun Kristal yang
diperoleh berwarna putih (serbuk putih) sesuai dengan warna kristal
Na2S2O3 yang sebenarnya, dimana menurut Tikkanen (2001: 55-56), natrium tiosulfat adalah
senyawa yang tak berwarna, kristal monoklin transparant yang sangat banyak digunakan oleh
utilitas untuk deklorinasi.
Kristal Na2S2O3 kemudian ditimbang dan diperoleh kristal
sebanyak 2,573 gram dengan rendemen 18,527 % yang artinya hanya
terdapat 18,527 gram hasil yang diperoleh dari 100 gram hasil yang
seharusnya. Berat yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yaitu 13,88
gram, hal ini dikarenakan pada proses pendinginan, kristal tidak terbentuk
seluruhnya dan juga masih terdapat kandungan air pada kristal artinya kristal belum kering
sepenuhnya. Adapun reaksi yang terjadi:
8Na2SO3 (aq) + S8 (s) + 40H2O (l) → 8 Na2S2O3.5H2O (s)
2. Mempelajari sifat-sifat natrium tiosulfat
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kimia natrium tiosulfat. Sifat-sifat
kimia natrium tiosulfat dapat diketahui dengan beberapa pengujian yaitu dengan pengaruh
pemanasan, reaksi dengan iod, dan pengaruh asam encer.
a. Pengaruh pemanasan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas termal antara Na2S2O3.5H2O dan
Na2S2O3.10H2O. Stabilitas termal yaitu ketahanan suatu produk terhadap panas. kristal
Na2S2O3.5H2O dan Na2S2O3.10H2O dipanaskan dalam sebuah tabung
reaksi yang berbeda kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan untuk
kristal Na2S2O3.5H2O dan Na2S2O3.10H2O meleleh seluruhnya. Hasil
yang diperoleh adalah kristal Na2S2O3.5H2O meleleh pada 19,02 s
sedangkan Na2S2O3.10H2O meleleh pada 43,38 s. Hasil ini menunjukkan
jika Na2S2O3.5H2O lebih cepat meleleh dibandingkan kristal
Na2S2O3.5H2O dikarenakan Na2S2O3.5H2O lebih sedikit mengandung air
sehingga membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk larut, sedangkan Na2S2O3.10H2O lebih
lama. Hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa senyawa dengan
daya ikat airnya lebih rendah, kecepatan melelehnya akan lebih tinggi (Failisnur, 2013: 15).
Karena semakin banyak molekul air yang diikat oleh suatu senyawa maka semakin sukar untuk
meleleh karena ikatan yang dimiliki H2O adalah ikatan hidrogen yang kuat, sehingga untuk
melepas ikatan tersebut memerlukan energi yang besar begitupun sebaliknya. Adapun reaksi
yang terajadi:
Na2S2O3.5H2O(s) ∆ Na2S2O3 (g) + 5H2O (l)
Na2S2O3 (g) ∆ 2Na+ + S2O32-
b. Reaksi dengan Iod
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia natrium tiosulfat sebagai zat
pereduksi atau dapat mengalami oksidasi. Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan kristal
natrium tiosulfat dengan air yang kemudian ditambahkan dengan larutan iod yang berwarna
cokelat. Diperolah larutan tidak berwarna (bening), dimana larutan bening tersebut merupakan
larutan ion tetratiosianat yang menunjukkan bahwa terjadi reaksi redoks
dimana iod mengoksidasi tiosulfat menjadi tetratiosianat dan
Na2S2O3 mereduksi I2 menjadi I. Reaksi redoks adalah suatu reaksi
dimana keadaan bilangan oksidasi berubah dan disertai pertukaran
elektron antara pereaksi. Dalam hal ini I2 mengalami reduksi menjadi I-
dan biloksnya mengalami perubahan dari 0 menjadi -1. Sedangkan
2S2O32- mengalami oksidasi menjadi S4O62- , dan biloksnya meningkat
dari -4 menjadi -2. Dalam hal ini I2 sebagai oksidator sedangakan S2O32- bertindak sebagai
reduktor. Adapun penyebab larutan menjadi tidak berwarna karena ion tiosulfat merupakan
pengoksidator kuat sehingga dapat mereduksi I2 menjadi I- yang menyebabkan larutan tidak
berwarna. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa natrium tiosulfat merupakan suatu
senyawa pereduksi (reduktor) (Jumaing, 2017: 237). Adapun reaksi yang terjadi:
2Na2S2O3 (aq) + I2 (aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6 (aq)
Oksidasi : 2 S2O3 S4O62- + 2e
Reduksi : I2 + 2e 2I-
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
Reaksi lengkap : 2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI
c. Reaksi dengan HCl encer
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam encer terhadap natrium
tiosulfat. Dalam percobaan ini digunakan larutan HCl encer. Langkah pertama yang dilakukan
yaitu melarutkan kristal natrium tiosulfat dengan air menghasilkan larutan
bening. Selanjutnya ditambah dengan asam klorida encer menghasilkan
larutan tidak berwarna dan keruh serta menghasilkan bau tengik/bau
belerang. Adapun fungsi dari penambahan HCl adalah untuk menguapkan
sulfur dioksida dan mengendapkan sulfur, sehingga pada percobaan
terbentuk endapan dari belerang/sulfur dan bau sulfur dioksida, dimana
kedua senyawa tersebut merupakan reaksi-reaksi sampingan dari
pencampuran kedua larutan tersebut. Hal ini telah sesuai dengan teori yaitu apabila natrium
tiosulfat direaksikan dengan asam klorida encer tak terjadi perubahan segera dalam keadaan
dingin dengan larutan tiosulfat, cairan akan menjadi keruh karena pemisahan belerang dan larutan
terdapat asam sulfit. Bau yang dihasilkan karena pada saat natrium tiosulfat direaksikan dengan
HCl akan terbentuk gas SO2 yang menjadikannya berbau sulfur (Svehla, 1985: 325).. Reaksi
yang terjadi:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) H2S2O3 (aq) + 2NaCl (aq)
H2S2O3 (aq) SO3 (s) + S(g) + H2O(l)
H. KESIMPULAN
Natrium tiosulfat dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sulfit dengan aquades dan
belerang dengan cara merefluks dan mengkristalisasi filtrat hasil refluks. Kristal yang diperoleh
sebanyak 7,598 gram dengan rendemen sebesar 25,5 %. Adapun sifat-sifat natrium tiosulfat yaitu
stabilisasi termal natrium tiosulfat pentahidrat lebih stabil dibandingkan natrium tiosulfat
dekahidrat dengan uji positif natrium tiosulfat dekahidrat lebih cepat meleleh dibanding natrium
tiosulfat pentahidrat. Jika direaksi dengan iodin maka akan terjadi reaksi redoks, dimana I2
berperan sebagai pereduksi, sedangkan S2O32- berperan sebagai pengoksidasi dengan uji positif
larutan tidak berwarna. Pengaruh asam encer ialah menguapkan sulfur dioksida dan
mengendapkan sulfur dengan uji positif larutan menjadi keruh dan tidak berwarna.
DAFTAR PUSTAKA

Day, JR. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Komandoko, Gamal. 2010. Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Jakarta: Pustaka Widyatama.
Orata, Duke. Hellen Njenga, Marina Mukabi, dan Amir Yusuf. 2014. Sodium Thiosulphate, A
Novel Electrocatalyst In The Electrosynthesis Of Electronically Conducting Polymer-
Polythiophene. Journal Of Applied Chemistry. Vol. 7. No. 5.
Rodriguez, Eleazar Salinas. Juan Hernandes-Avila, Isauro Rivera-Landero, Eduardo Cerecedo-
Saenz, Ma. Isabel Reyes-Valderrama, Manuel Correa-Cruz, dan Daniel Rubio-Mihi.
2016. Leaching Of Contained In Mining Tailings Using Sodium Thiosulfate A Kinetic
Study. Journal Homegape. Vol. 1 No 1.
Samsuar, Febri Mariana, Merinda Setyowati. 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) Sebagain
Pemutih pada Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) yang Beredar di Lampung. Jurnal
Farmasi Lampung. Vol. 6. No. 2.
Sugiyarto, Kristian. 2004. Kimia Anorganik I. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugiyarto, Kristian H, dan Retno D. Suyanti. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropologene. Yogyakarta: Kanisius.
Susilowati, Indah Tri dan Tri Harningsih. 2015. Penambahan Bawang Putih (Allium Sativum)
Terhadap Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Minyak Goreng. Jurnal
Kesmadaska.Vol. 1 No. 2.
Svehla, G. 1985. Vogel Bagian II: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen Kimia Anorganik. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
Ulfa, Ade Maria. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) Pada Beras Menggunakan Metode
Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik, Vol. 9. No 4.
Zhang, Hongyu. Guaxo Li, Jun Gu, Guiqin Wang, Yangyang Li, dan Difang Zhang. 2016.
Influence Of Aeration On Volatile Sulfur Compounds (VSCS) and NH3 Emissions
During Aerobic Composting Of Kitchen Waste. Journal Homepage.Vol. 2. No. 1.

Anda mungkin juga menyukai