Penda Hulu An
Penda Hulu An
Penda Hulu An
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jal ini terlihat dari luas area tanaman kakao yang cukup tinggi di Indonesia yaitu
1.704.982 hektar dengan total produksi 701.229 ton pada 2015. Luas lahan kakao
tersebut 87,4% dikelola oleh rakyat selebihnya dikelola perkebunan besar negara
(6,0%) dan perkebunan besar swasta (6,7%). Peranan penting komoditi ini adalah
(PNG). Meskupun demikian, manfaat potensial bahan tanam baru yang tersedia
per hektar per tahun tetapi hasil rata rata saat ini masih 300 kg biji kakao per
tanaman budidaya. Kelas Insekta merupakan bagian yang terbesar hama yang
diketahui. Insekta sangat mudah berpindah dan mempunyai daya adaptasi tinggi
jumlahnya sangat banyak. Salah satunya adalah ulat kantong, ulat kantong
yang luas bahkan beberapa jenis gulma dapat menjadi inang alternatif sehingga
pada kondisi tertentu ulat kantong dapat mengakibatkan tanaman gundul dan tidak
Berbagai cara pengendalian telah diketahui dan diuji pada kedua jenis
hama tersebut termasuk cara pengendalian yang sederhana, murah dan ramah
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui Hama Ulat Kantong
(Clania sp dan Mahasena sp) pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.) dan
teknik pengendaliannya.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari paper ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Ulat kantong adalah hama yang biasa menyerang daun kakao hingga
Ciri khas utama dari ulat kantong adalah hidupnya didalam sebuah
bangunan mirip kantong yang berasal dari potongan potongan daun, tangkai
Keluarga ulat ini membentuk kantong, larva ini tinggal didalamnya sampai
dewasa. Hama ini bergerak dengan mengeluarkan kepala dan sebagian dadanya.
Bentuk kantongnya bermacam macam, ada yang kecil dan sempit serta ada pula
yang besar dan longgar. Jika ulat bertambah besar, kantong bagian mukanya
mempunyai lapisan korion yang halus. Telur akan berubah warna menjadi
kecokelatan menjelang penetasan dan masa inkubasinya adalah 19,7 0,3 hari.
4
kantong imago betina dan menetas dalam waktu 18 hari. Produktivitas M.plana
relative rendah jika dibandingkan dengan spesies ulat kantong yang lain seperti
(Siswanto, 2010).
terbuat dari potongan kecil daun . Pada waktu berkepompong kantong terlihat
instar pertama pada kantong pupa induk keluar dari bagian anterior kantong.
dikaitkan satu sama lain dengan benang sutera sehingga terbentuk kantong.
Seperti halnya dengan ulat kantong yang lain, pengenala instar dilakukan dengan
Ciri khas masing masing instar adalah : instar 1, permukaan kantong relatif
lembut; instar 2, sedikit kecil dari instar 1 dan sekeliling potongan daun terikat
dengan longgar pada bagian ujung anterior kantong; instar 3, lebih besar,
potongan daun daun berbentuk bulat sampai persegi panjang yang terikat dengan
5
longgar, terlihat seperti semak; instar 5, kebanyakan potongan daun yang longgar
menempel kebawah, terlihat halus dan terdapat tanda putih yang menyempit ;
instar 6, semua potongan daun yang longgar menempel kebawah dan tanda putih
melebar sampai seperempat panjang kantong; instar 7, sama dengan instar 6 tetapi
dengan tanda putih yang lebih lebar dan lebih panjang (Basri dan Kevan, 2012).
Larva yang baru menetas bewarna kuning kecokelatan. Dengan benang air
liurnya larva akan keluar dari dan bergantungan mencari sasaran, kadang kadang
hampir sama pada semua instar. Setelah penetasan, instar pertama berada pada
kantong pupa induk dan keluar dari bagian anterior kantong. Kemudian larva
tersebut memotong jaringan dari permukaan daun, kemudian dikaitkan satu sama
berbentuk kait pada Ulat Kantong (M.plana). Siklus hidupnya 3 bulan dimana
stadia telur 18hari, ulat 50hari (4-5instar) dan berkepompong 25 hari. Tingkat
populasi kritis pada pelepah daun adalah 5-10 ulat/pelepah (Lubis, 2008).
(jantan lebih kecil dari betina). Panjang pupa jantan lebih pendek dibandingkan
hari (Siswanto,2010).
Imago jantan dewasa hama Ulat kantong mempunyai sayap seperti kupu
kupu, sehingga dapat terbang. Sedangkan imago betina tidak mempunyai sayap,
6
sehingga tetap tinggal didalam kantong. Imago betina dapat hidup selama 7 hari
dan menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir serta akan mati setelah telur
menetas. Imago jantan memiliki rentan sayap hingga 12-20mm dan dapat terbang.
Sayap bewarna cokelat kehitaman dan dapat hidup selama 1-2hari dalam kondisi
managemen pengendalian hama ini. Dengan informasi ini, rantai terlemah dari
tindakan pengendalian yang paling tepat. Informasi siklus hidup juga akan
(Kusuma, 2003).
yang kering seperti terbakar dan menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat
mencapai 46,6%. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat
kantong tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman denga umur leboh
bercak nekrotis (hangus) karena banyak daun menjadi kering. Ulatnya kecil tetapi
serangannya lebih berat karena ulat memakan dan cepat berpindah pindah.
(Sembiring, 2013).
7
Ulat kantong menyerang daun dalam bentuk lingkaran kecil yang makin
lama makin lebar dan luas. Penyerangan ini dimulai dari pinggir daun dengan
bentuk tidak rata. Ulat kantong ini tidak memakan lidi daun. Pada serangan berat
(Prawirosukarto, 2002).
Gejala serangan Ulat Kantong adalah daun tidak utuh lagi, rusak dan
bagian bawah berwarna abu-abu dan hanya daun muda yang masih berwarna
hijau. Kerusakan akibat hama ini dapat menimbulkan susut produksi sekitar 40 %
dalam merusak tanaman. Faktor tekanan (stress) dari luar merupakan faktor
ulat. Tanaman dengan nitrogen tinggi akan memberikan nutrisi yang baik untuk
Penyebaran oleh ulat kantong dapat dipercepat oleh angin, binatang dan
manusia. Walaupun demikian, penyerangannya lebih lambat daripada ulat api. Hal
ini karena imago betina ulat kantong tidak dapat berpindah seperti halnya ulat api.
Tanaman pada semua umur cukup rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi
8
lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun.
Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada
tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan
tanaman tajuk tanaman yang kering seperti terbakar. Kehilangan daun dapat
mencapai 46,60% Tanaman pada semua umur cukup rentan terhadap serangan
ulat kantong, tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur
lebih dari 8 tahun. Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran
ulat kantong pada tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling
disamping populasi generasi (500 s/d 3.000 ekor pupa per kantung). Ulat sangat
aktif makan sambil membuat kantong dari potongan daun yang agak kasar atau
kasar. Selanjutnya ulat bergerak dan makan dengan hanya mengeluarkan kepala
Kultur Teknis
Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama
Mekanis/Fisik
ini biasanya bersifat manual, yaitu dengan cara pemangkasan pelepah yang
terdapat banyak larva ulat, mengambil larva yang sedang menyerang dengan
10
(Sunarko, 2007).
secara langsung, baik dengan tangan atau dengan bantuan alat dan bahan lain.
ditentukan waktu pengendalian mekanik yang tetap, dan fase hidup yang menjadi
merupakan bagian praktek budidaya yang umum. Pengendalian fisik dan mekanik
hama sehingga dapat diketahui kapan, dimana, dan bagaimana tindakan terdebut
(Sunarko, 2007).
Biologi
predator alami ulat kantong. Di antara parasitoid yang berkerja cukup efektif
adalah Goryhus bunoh, Hiper parasitoid, dan Dolichogenidea metesae. Selain itu,
antara lain parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi
ulat Mahasena corbetti. Telah ditemukan 33 jenis parasitoid dan 11 jenis predator
11
(Prawirosukarto, 2002).
dengan sendiri tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi
tidak hanya karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena bekerjanya
(Siswanto, 2010).
Kimia
penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian OPT ini sering
dilakukan oleh petani. Oleh karena itu, pengendalian hama secara kimiawi serig
keadaan cara lain tidak dapat menghentikan perkembangan populasi ulat kantong
di areal kelapa sawit. Mengingat hama ini selalu terlindung di dalam kantongnya,
maka pada prinsipnya perlu digunakan insektisida yang bersifat racun perut atau
menggunakan bahan aktif Deltametrin. Untuk tanaman yang lebih muda (< umur
lebih dari 3 tahun, aplikasi insektisida dapat menggunakan fogging atau injeksi