Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa nama yang dimiliki oleh tumbuhan ini yaitu ubai serai (Melayu),
manting (Jawa), dan gowok (Sunda). Nama ilmiah dari tumbuhan ini yaitu
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp atau Eugenia polyantha Wight (Enda,
2009).
: Plantae
Superdivisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Order
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Species
Tumbuhan salam merupakan pohon atau perdu (Gambar 2). Memiliki tinggi
berkisar antara 18 m hingga 27 m dan biasanya tumbuh liar di hutan.
Arah tumbuh batang tegak lurus dengan bentuk batang bulat dan permukaan
yang beralur, batangnya berkayu biasanya keras dan kuat. Cara percabangan
batangnya monopodial, batang pokok selalu tampak jelas. Memiliki arah
tumbuh cabang yang tegak (Fahrurozy, 2012).
Bunga tumbuhan salam kebanyakan adalah bunga banci dengan kelopak dan
mahkota masing-masing terdiri atas 4-5 daun kelopak dan jumlah daun
mahkota yang sama, kadang-kadang berlekatan. Bunganya memiliki banyak
benang sari, kadang-kadang berkelopak berhadapan dengan daun-daun
mahkota. Tangkai sari berwarna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian
bunga. Bakal buah tenggelam dan mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1
sampai banyak, dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Biji memiliki sedikit
atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar (van Steenis,
2003).
Daun salam memiliki bentuk daun yang lonjong sampai elip atau bundar telur
sungsang dengan pangkal lancip, sedangkan ujungnya lancip sampai tumpul
dengan panjang 50 mm sampai 150 mm, lebar 35 mm sampai 65 mm, dan
terdapat 6 sampai 10 urat daun lateral. Panjang tangkai daun 5 mm sampai
12 mm (Dit Jen POM, 1980). Daun salam merupakan daun tunggal yang
letaknya berhadapan. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau muda dan
jika diremas berbau harum (Dalimartha, 2000).
Tumbuhan salam memiliki bunga majemuk yang tersusun dalam malai yang
keluar dari ujung ranting, berwarna putih dan baunya harum (Dalimartha,
2000).
Buahnya termasuk buah buni dengan diameter 8-9 mm. Buah yang masih
muda berwarna hijau dan setelah masak menjadi merah gelap, memiliki rasa
agak sepat (Dalimartha, 2000).
Daun salam mengandung minyak atsiri (sitral, eugenol), tanin, dan flavonoid
(Dalimartha, 2000; Sumono dan Wulan, 2009). Senyawa flavonoid dapat
menghambat transportasi asam amino leusin dan bersifat toksisitas terhadap
serangga (BBPPTP Ambon, 2013). Salah satu golongan flavonoid yaitu
rotenon, mempunyai efek mematikan pada serangga (Utami, dkk., 2010).
Bagian utama yang dimanfaatkan dari tumbuhan salam adalah daun, selain itu,
kulit batang, akar, dan buah juga berkhasiat sebagai obat. Daun salam dapat
10
F. Kecoa
Kecoa merupakan jenis serangga yang termasuk dalam ordo Blattodea dengan
jumlah spesies yang banyak. Salah satu spesiesnya adalah Periplaneta
americana (Gambar 3) yaitu jenis kecoa yang sering ditemukan di lingkungan
permukiman di Indonesia.
Kecoa amerika
dewasa
11
: Arthropoda
Class
: Insecta
Order
: Blatteria
Familia
: Blattidae
Genus
: Periplaneta
Species
: Periplaneta americana
H. Biologi Kecoa
Secara umum kecoa memiliki morfologi tubuh bulat telur dan pipih
dorsoventral (gepeng), kepala agak tersembunyi dilengkapi dengan sepasang
antena panjang yang berbentuk filiform yang bersegmen, dan mulut tipe
pengunyah (chewing). Caput melengkung ke ventro caudal di bawah sehingga
mulut menonjol diantara dasar kaki pertama. Bagian dada kecoa terdapat 3
pasang kaki, 2 pasang sayap dengan sayap bagian luar tebal, dan bagian dalam
berbentuk membran (Carter, 2011).
12
Kebiasaan hidupnya, kecoa termasuk serangga yang aktif pada malam hari
(nocturnal), dapat bergerak cepat, dan selalu menghindari cahaya (Septi,
2010).
Menurut Shinta (2010), zat penolak dapat dibuat dari bahan dasar kimia
maupun bahan dasar alami. Zat penolak yang berbahan dasar kimia
mengandung bahan aktif DEET. Diethyltoluamide atau DEET mempunyai
daya tolak yang sangat baik tetapi dalam penggunaannya dapat menimbulkan
reaksi hipersensitivitas dan iritasi.
Zat penolak alami adalah zat penolak berbahan dasar dari tumbuhan yang
mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung senyawa
senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik, dan zat kimia sekunder lainnya. Zat
penolak alami mudah terurai di alam (biodegradable) sehingga tidak
mencemari lingkungan dan aman bagi manusia karena residunya mudah
13
hilang. Beberapa tumbuhan yang telah diletiti dapat menjadi zat penolak serangga
antara lain jeringau, sereh wangi, tembakau, dan sirsak (Naria, 2005