1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

BAB I

A. LATAR BELAKANG
1. Zona risiko rendah yaitu area perkantoran-administrasi, ruang pertemuan, ruang
resepsionis antara lain:
a. Area Gedung administrasi Keuangan
b. Area Mushola dan area publik pendukung
2. Zona risiko sedang yaitu ruang perawatan biasa/bukan penakit menular, rawat jalan
antara lain:
a. Area rawat jalan, poli rawat jalan atau ruang tunggu pasien
b. Unit Gizi, Unit pemeliharaan sarana
3. Zona risiko tinggi atau ruang perawatan penyakit infeksi, ruang tindakan, antara lain:
a. UGD (Unit Gawat Darurat)
b. Kamar bersalin, Ruang Endoskopi.
4. Zona risiko sangat tinggi yaitu ruang isolasi airbone, ruang intensif, ruang perlindungan,
ruang isolasi.
a. Ruang HCU
b. Kamar Operasi

BAB II

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


B. Distribusi Ketenagaan
Anggota Tim PPIRS berjumlah 16 orang sesuai dengan struktur organisasinya.

BAB III
PRINSIP DASAR
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RS NU JOMBANG

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS (PPI RS) menjadi bagian penting dalam upaya
meningkatkan
Komponen Kewaspadaan Standar :
1. Kebersihan tangan
2. Alat Perlindungan Diri (APD) : sarung tangan, masker, google/kacamata pelindung, face shield
(pelindung wajah), gaun topi, pelindung kaki.
A. KEWASPADAAN STANDAR
1. HYGIENE / KEBERSIHAN TANGAN.
Kebersihan tangan telah diakui sebagai salah satu tindakan terpenting untuk
mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi di RS / fasilitas kesehatan
lain.
Ada tiga cara kebersihan tangan :
1. Mencuci tangan : dilakukan menggunakan air mengalir dengan sabun biasa atau sabun
antiseptik. Mencuci tangan dengan prosedur yang tepat harus dilakukan apabila tangan
terlihat kotor atau setelah terkena cairan tubuh ;
2. Alternatif cuci tangan (alcuta)dengan handrut antiseptik : handrutantiseptik juga berisi
pelembut seperti gliserin, gliserol propelin atau sorbitol yang melindungi dan melembutkan
kulit.
- Dilakukan ketika tangan tidak terlihat kotoran atau debris.
- Alcuta dapat dilakukan menggunakan handrub antiseptik berbasis alkohol 70 %.
- Terutama di tempat yang akses wastafel dan air bersih terbatas.
3. Cuci tangan bedah (surgical handrub) : cara kebersihan tangan sebelum melakukan
tindakan bedah :
a. Secara aseptik menggunakan sabun antiseptik dan sikat steril :
i. Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan (helang, cincin).
ii. Menggunakan air bersih mengalir serta menggunakan sabun antiseptik yang
mengandung khlorheksidin glukonat 4 %.
b. Secara aseptik menggunakan antiseptik handrub berbasis alkohol :
i. Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan (helang, cincin).
ii. Cuci tangan menggunakan air bersih mengalir dan sabun antiseptik yang
mengandung khlorheksidin glukonat sampai dengan siku tanpa sikat.

a. Indikasi Kebersihan Tangan


Secara umum, kebersihan tangan di fasilitas kesehatan dilakukan berdasarkan
Pedoman PPIRS Departemen Kesehatan (2007), disebutkan bahwa kebersihan tangan
dilakukan sebelum dan setelah :
1. memeriksa dan kontak langsung dengan pasien
2. memakai dan melepas sarung tangan
3. menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
4. pada situasi yang membuat tangan terkontaminasi :
a. memegang instrumen kotor atau barang lain yang terkontaminasi
b. menyentuh membran mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau
ekskresi)
5. masuk dan meninggalkan ruang isolasi

Lima saat penting wajib menjalankan higiene tangan (WHO) :


1. sebelum kontak pasien
2. sebelum prosedur bersih/aseptik
3. setelah kontak cairan tubuh
4. setelah kontak pasien
5. setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

b. Saat kebersihan tangan untuk pasien


Pasien perlu mendaptkan edukasi tentang kebersihan tangan pada setiap orientasi
pasien rawat inap.

c. Saat kebersihan tangan untuk pengunjung


Pengunjung perlu mendapatkan edukasi tentang kebersihan tangan melalui program
penyuluhan kesehatan masyarakat RS, melalui media leflet-poster dll.

d. Rekomendasi Mencuci Tangan


- Pemakaian sabun dan air mengalir penting ketika tangan terlihat kotor.
- Air mengalir dan sabun yang digosokkan di seluruh bagian/lipatan tangan harus digunakan
selama 40 sampai 60 detik.

Rekomendasi Alternatif cuci tangan (alcuta) dengan handrub antiseptik (handrub


berbasis alkohol)
 Handrubantiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan
terlihat kotor atau terkontaminasi (oleh darah atau cairan tubuh lain), harus mencuci tangan
dengan sabun dan air terlebih dahulu.
 Antiseptik yang bereaksi cepat menghilangkan sementara atau mengurangi mikroorganisme
penghuni tetap dan melindungi kulit tanpa menggunakan air direkomendasikan yang
mengandung alkohol 60-90%, emollient dan dapat ditambahkan antiseptik (misalnya
khlorheksidin glukonat 2 - 4%) yang memiliki anti residual.

Prosedur menjaga kebersihan tangan dengan formua berbasis alkhohol :


1 Tuangkan secukupnya handscrub berbasis alkhohol untuk dapat mengisi
satu cekungan tangan (lebih kurang 1 sendok teh/3cc)
2 Gosokan larutan dengan teliti dan benar pada kedua belah tangan,
khususna diantara jari-jemari, dibawah kuku, sesuai 6 langkah cuci tangan,
hingga kering dalam waktu 20-30 detik.
Prosedur mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir :
Prosedur kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkhohol

Prosedur cuci tangan bedah menggunakan larutan berbasis akhohol


Dilakukan setelah petugas mencuci tangan sampai dengan siku dengan sabun
berbahan chlorhexidin 4% tanpa sikat, tangan dalam kondisi kering.
2. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Pelindung barier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD) telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada
pada petugas kesehatan.
1.1 Penggunaan Sarung Tangan
Penggunaan sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi,
Terdapat 3 jenis sarung tangan yaitu :
a. Sarung Tangan Bersih
Adalah sarung tangan yang di desinfektasi tingkat tinggi dan digunakan sebelum
b. Sarung Tangan Steril
Adalah sarung tangan yang disterilkan oleh rumah sakit atau dan pabrikan dan harus

Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan pada Penggunaan Sarung Tangan


Sarung tangan tidak perlu dikenakan untuk tindakan tanpa kemungkinan
terpajan darah atau cairan tubuh lain. Contoh memberi makan pasien, membantu

Indikasi Pemakaian Sarung Tangan Ganda


Sarung tangan ganda perlu dipakai pada keadaan khusus, antara lain :
a. Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dari 60 menit) dan atau melakukan
tindakan operasi di area sempit Tindakan yang berhubungan dengan jumlah darah
atau cairan tubuh yang banyak seperti operasi caesar, persalinan, dll.
b. Penyiapan bahan yang berisiko toksik/iritatif pada kulit tangan (obat sitostika, dll)
Sarung tangan rumah tangga dapai dicuci ulang dan digunakan berkali-kali untuk
BAGAN ALUR PEMILIHAN JENIS SARUNG TANGAN

Apakah kontak TANPA


dengan darah atau SARUNG
cairan tubuh lain ? TANGAN

SARUNG TANGAN
Apakah kontak RT ATAU SARUNG
dengan pasien ? TANGAN BERSIH

SARUNG
Apakah kontak TANGAN BERSIH
dengan jaringan
di bawah kulit ?

SARUNG
TANGAN STERIL

1.2 Penggunaan Pelindung Wajah (Masker) dan Pelindung Mata


Penggunaan pelindung wajah dan pelindung mata dimaksudkan untuk melindungi
petugas sebagai barier, selaput lendir hidung, mulut dan mata selama melakukan tindakan

Pemakaian Respirator Partikulat (Masker efisiensi Tinggi)


Petugas kesehatan harus :
- Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan
untuh dan tidak cacat
- Memastikan tali masker dalam kondisi baik dan harus menempel pada titik sambungan

Fit Test untuk Respirator Partikulat


Fungsi respirator tidak optimal / tidak efektif jika respirator tidak dapat melekat
sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah ini :
- Adanya jenggot, cambang/rambut pada wajah bagian bawah/gagang kacamata
- Ketiadaan satu/dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan bagian wajah

Cara fit test Respirator Partikulat :


Langkah 1 :
Genggamlah respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung respirator
pada ujung jari-jari anda, biarkan tali pengikat respirator menjuntal bebas di bawah
tangan anda.
Langkah 2 :
Posisikan respirator di bawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada di atas.
Langkah 3 :
Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan agak tinggi di belakang kepala
anda di atas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di
bawah telinga.
Beberapa catatan pada penggunaan respirator partikulat :
1. Digunakan petugas hanya pada perawatan pasien infeksi airborne
2. Dapat digunakan oleh seorang petugas untuk 1 shift tugas pada perawatan pasien
dengan infeksi airborne / sejenis

1.3 Penggunaan Topi


Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan.
1.4 Penggunaan Gaun/Baju Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi baju kerja pada saat merawat pasien
yang diketahui atau dicurugai menderita penyakit menular melalui droplet/airborne,

Indikasi Pemakaian Gaun Pelindung :


a. Saat membersihkan luka
b. Melakukan irigasi
Direkomendasikan selalu memakai pakaian kerja yang bersih setiap kali dinas.
Pemakaian gaun pelindung atau celemek sesuai indikasi berdasarkan
identifikasi/penilaian risiko. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena kotoran,
darah atau cairan tubuh.
Tidak ada kewajiban memberikan baju khusus untuk pengunjung memasuki
ruang tertentu di rumah dakit kecuali sebagaimana direkomendasikan berdasarkan
risiko transmisi infeksi. Apabila ada ruangan yang mengatur penggunaan baju khusus
untuk pengunjung, direkomendasikan pelaksanaan standar pembersihan secara tepat
untuk meminimalkan risiko transmisi infeksi memalui media baju tersebut yaitu :
a. Dicuci minimal setiap hari kecuali pada situasi tertentu dimana baju terkena
kotoran/cairan tubuh harus segera dicuci
b. Baju pengunjung yang terkontaminasi segera ditempatkan di dalam wadah linen
infeksius

1.5 Penggunaan Apron


Apron terbuat dari karet atau plastik merupakan penghalang tahan air untuk
bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus menggunakan apron
1.6 Penggunaan Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki.

ALUR PERMINTAAN PENYEDIAAN DAN PENYIMPANAN APDDI RSNU JOMBANG

a. Alur Permintaan APD dan Sistem Penyediaan


- APD yang disposible/BHP dimintakan melalui Instalasi Farmasi (IF) dengan sistem
paket buffer floorstock. Kebutuhan APD habis pakai di luar paket floorstock dimintakan
ke Apotek (IF) dan disediakan dengan sistem diresepkan, diinputkan oleh IF dalam
transaksi billing.
- APD yang tidak habis pakai direncanakan dan disediakan melalui Unit K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja), menjadi inventaris ruangan/Unit K3 RS

b. Penyimpanan APD di Ruangan


Penyimpanan seluruh APD yang dibutuhkan di ruangan (sesuai kebutuhan spesifik
setiap ruangan) direkomendasikan dalam sistem persediaan buffer,

PANDUAN PEMAKAIAN APD DI RUANGAN ISOLASI KETAT


a) Langkah-langkah Mengenakan Pakaian Pelindung
1. Kenakan baju operasi sebagai pertama pakaian pelindung
2. Kenakan sepatu bot karet
b) Langkah-langkah Melepaskan Pakaian Pelindung
1. Disinfrksi sepasang sarung tangan bagian luar
2. Disinfeksi celemek dan sepatu bot

Pemilihan Alat Pelindung Sesuai Jenis Pajanan

Jenis Pajanan Contoh Pilihan Alat Pelindung


Risiko rendah Injeksi - Sarung tangan tidak
1. Kontak dengan kulit - Perawatan luka ringan esensial
2. Tidak terpajan darah
secara langsung
Risiko Sedang - Pemeriksaan pelvis - Sarung tangan
1. Kemungkinan terpajan - Insersi IUD - Mungkin perlu apron
darah namun tidak ada - Melepas IUD atau gaun pelindung
cipratan - Pemasangan kateter
intravena
- Penanganan spesimen
laboratorium
- Perawatan luka berat
- Ceceran darah

Manfaat Masing-masing Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Terhadap Pasien Terhadap Petugas Kesehatan


Sarung Tangan Mencegah kontak Mencegah kontak tangan
mikroorganisme yang petugas dengan darah/cairan
terdapat pada tangan tubuh penderita, selaput lendir,
petugas kesehatan kepada kulit tidak utuh atau alat
pasien kesehatan/permukaan
terkontaminasi
Masker Mencegah kontak droplet Mencegah membran mukosa
dan mulut/hidung petugas petugas kesehatan (hidung dan
kesehatan yang mulut) kontak dengan percikan
mengandung darah atau cairan tubuh
mikroorganisme dan penderita
terpecik saat bernafas,
bicara atau batuk kepada
pasien

Panduan Pemilihan APD Berdasarkan Aktivitas Perawatan Pasien

Kacamata
Gaun/
Jenis Tindakan Sarung Tangan Masker / Penutup Topi
Celemek
Wajah
Memandikan pasien Tidak kecuali
Tidak Tidak Tidak Tidak
kulit tidak utuh
Vulva/penis hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAB Ya Ya Tidak Tidak Tidak

Kacamata
Gaun/
Jenis Tindakan Sarung Tangan Masker / Penutup Topi
Celemek
Wajah
Mengganti linen tidak
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi
Mengganti linen
Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
terkontaminasi

2. PENGELOLAAN PERALATAN KESEHATAN/INSTRUMEN PASCA PAKAI


Pengelolaan alat kesehatan/instrumen pasca pakai secara benar, tepat, efektif dan efisien
merupakan hal yang sangat penting dan harus dimengerti/dipahami oleh. Berdasarkan
kemungkinan terjadinya infeksi, Dr. E.H.Spaulding mengelompokkan alat/instrumen pasca
pakai menjadi 3 kelompok yaitu :
NO. TINGKAT RISIKO PENGELOLAAN ALAT
1. Risiko tinggi (critical) adalah alat Sterilisasi atau menggunakan alat
yang digunakan menembus kulit steril sekali pakai (disposible)
atau rongga tubuh atau pembuluh
darah
2. Risiko sedang (semi critical) adalah Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
alat yang digunakan pada mukosa
atau kulit yang tidak utuh
3. Risiko rendah (non critical) adalah Disinfeksi tingkat rendah atau cuci
alat yang digunakan pada kulit bersih
yang utuh/pada permukaan kulit

Dekontaminasiadalah proses untuk menghilangkan kotoran, komponen organik dan


mikroorganisme patogen dan alat kesehatan/instrumen sehingga aman untuk penggelolaan
selanjutnya. Proses dekontaminasi meliputi perendaman, pembersihan, pencucian, disinfeksi dan
sterilisasi.
Dalam melaksanankan kegiatan tersebut harus menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai
ketentuan. Tujuan dari proses tersebut adalah :
- Sebagai pemutus mata rantai infeksi
- Meminimalkan dan mengisolasi potensi kontaminasi
- Merupakan langkah awal (first step) universal precaution yang perlu dilaksanakan
- Dikerjakan pada setiap tahapan kegiatan pelayanan sterilisasi

Disifeksi Tingkat Tinggi (DTT) dapat dilakukan apabila alat/instrumen dengan kategori semi
kritikal, segera digunakan dan tidak memungkinkan bila dilakukan sterilisasi.
Disinfektan adalah bahan/zat kimia yang digunakan untuk menghambat/membunuh virus dan
mikroorganisme patogen.
Berdasarkan daya hambat/bunuh terhadap mikroorganisme, disinfektan dikelompokkan yaitu :
NO. KLAS KETERANGAN
1. HLD (High Level Disinfektan yang berpotensi
Disinfectan) menghancurkan/membunuh semua bakteri
bentuk vegetatif: mycobacteria, jamur,
virus ukuran kecil dan sedang, lipid dan
non lipid, kecuali sejumlah spora bakteri.
Contoh : Glutaraldehide 2% pH 7.5-8.5,
H2O2 6%, Foemaldehide 8% alam alkohol
70%
2. ILD (Intermediate Level Disinfektan yang berpotensi
Disinfectan) menghancurkan/membunuh semua bakteri
bentuk vegetatif, mycobacteria, jamur,
virus ukuran kecil, sedang, lipid dan non
lipid, tetapi tidak sensitif terhadap spora
bakteri.
Contoh : Alkohol 76%-90%
Chlorine, Formaldehide 4-8% dalam air

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas/potensi disinfektan adalah :


1. Konsentrasi disinfektan; lama paparan/perendaman; suhu, pH (tingkat keasaman atau kebasaan)
2. Tipe dan jumlah mikroorganisme (misal : Mycobacterium tuberculose relatif lebih tahan
dibanding dengan mikroorganisme vegetatif)

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme (bakteri, virus, fungi,
parasit) dan benda/alat kesehatan, termasuk endospora bakteri melalui cara fisika atau kimia.
Tujuan adanya Instalasi Sterilisasi Sentral di rumah sakit adalah :
1. Menyiapkan dan menyediakan alat/instrumen dan bahan steril yang dibutuhkan unit pelayanan
secara tepat, cepat, efektif dan efisien dengan mutu yang tetap terjamin
2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi infeksi
nosokomial
Metode Sterilisasi :
Ada beberapa metode sterilisasi yang digunakan di rumah sakit yaitu :
1. Sterilisasi panas tinggi dengan tekanan (uap dengan tekanan/autoclave)
2. Sterilisasi panas kering

Metode sterilisasi yang rutin dilaksanakan di CSSD adalah sterilisasi uap (sterilisasi uap prevakum)
untuk alat kesehatan/instrumen/bahan yang tahan panas (termostabil) dan sterilisasi suhu rendah
dengan gas Ethylen Oxide untuk alat kesehatan/bahan yang bersifat termolabil.
Jenis alat kesehatan/instrumen dan program metode sterilisasi :
SPESIFIKASI METODE STERILISASI
1. Alat/instrumen tahan panas Sterilisasi Uap (Autoclave Steam)
(termostabil) Suhu (T) 134ºC; P 3000 mBara selama 5
menit; Total proses prepost = ± 60 menit
(logam, linen, kapas , kassa)
2. Alat/instrumen tidak tahan panas Sterilisasi dengan cairan glutaraldehide 2%
(termolabil) selama 1 jam

Tahapan Pengelolaan Alat Kesehatan/Instrumen Pasca Pakai :


Untuk medapatkan hasil sterilisasi yang optimal (efektif dan efisien) dan terjaga mutunya sampai
dengan digunakan maka proses pengelolaan alat kesehatan/instrumen pasca pakai harus dilakukan
secara benar dan tepat, aman bagi pasien, petugas atau lingkungan yaitu :
1. Petugas yang akan melaksanakan kegiatan/proses dekontaminasi harus menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai
2. Pre cleaning dan pencucian :
a. Alat kesehatan/instrumen pasca pakai setelah digunakan untuk tindakan medis dan atau
tindakan keperawatan harus segera dilakukan perendaman dengan larutan Anioszyme DDI
5 ml dalam 1 liter air selama 5 menit
b. Bersihkan/cuci alat/instrumen yang direndam, bila perlu dengan disikat
c. Bilas dengan air mengalir sampai bersih dan keringkan
d. Apabila alat/instrumen pasca pakai segera digunakan untuk alat/instrumen dengan :
- Kategori semi critical dilakukan DTT dengan :
 Direndam dengan larutan kimia/disinfektan (gluteraldehide 2% selama 15 menit)
- Kategori semi critical dilakukan sterilisasi dengan larutan kimia/disinfektan
(gluteraldehide 2% selama 1 jam) sebagai berikut :
 Tuang larutan secukupnya ke dalam wadah tertutup (alat/instrumen dapat terendam
seluruhnya)
 Lama perendaman : DTT 15 menit, sterilisasi 1 jam
 Bilas dengan aquadest steril, ulangi pembilasan sebanyak 2 (dua) kali
 Keringkan/di lap dengan lap steril
 Alat yang telah diproses harus segera digunakan
Catatan :
a. Stabilitas larutan gluteraldehide 28 hari, pada suhu kamar
b. Larutan gluteraldehide tidak boleh diencerkan pada saat akan digunakan
3. Setting dan pengemasan alat kesehatan/instrumen dan bahan habis pakai (BHP)
Alat/instrumen/bahan yang telah bersih dan kering disetting/ditata serta dikemas sesuai
ketentuan.
Prinsip pengemasan :
- Bahan pengemas sesuai dengan metode sterilisasi yang dipilih
- Sterilan harus dapat diserap dengan baik dan dapat menjangkau seluruh permukaan
kemasan dan isinya
- Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka
- Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi. Catatan :
bila linen atau kertas perkamen sebagai bahan pengemas, minimal harus rangkap 2 (dua)
4. Pengiriman :
Alat/instrumen/bahan yang akan dikirim atau dikembalikan ke CSSD dalam kondisi bersih dan
kering atau dalam kondisi siap untuk disterilkan, dan tercatat dalam buku ekspedisi (tanggal
pengiriman, macam/jenis set,jumlah dan nama petugas penerima).
5. Penerimaan :
Setiap penerimaan alat kesehatan/instrumen harus diverifikasi terkait dengan kesesuaian
macam dan jumlah set, kondisi kebersihan/fisik, konfirmasi bahan dasar alat, untuk
menentukan program dan metode sterilisasi yang sesuai.
6. Pencucian, pengemasan dan labeling :
- Pencucian di CSSD dapat dilakukan dengan cara manual atau dengan mesin (ultrasonic
washer atau washer disinjector).
- Pengemasan alat/instrumen/bahan,
- Labelling :
Setiap kemasan alat/instrumen/bah
- Sterilisasi
Metode sterilisasi yang dipilih,
ALAT/INSTRUMEN/BAHAN DARI METODE STERILISASI
Logam : linen, kapas, kassa Sterilisasi uap PI (suhu 134ºC)
Sensitif terhadap panas (termolabil) Sterilisasi dengan cairan kimia
gluteraldehide

Note : sterilisasi dengan larutan kimia / disinfektan dipilih apabila tidak mungkin dilakukan
sterilisasi panas tinggi maupun sterilisasi panan rendah dan dilaksanakan di unit pelayanan.
- Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi proses serta hasil sterilisasi harus dilakukan sesuai ketentuan
sebagai jaminan mutu/kualitas hasil sterilisasi, meliputi :
a. Monitoring proses secara visual dengan melihat kondisi kemasan dan label/etiket post
sterilisasi
b. Indikator eksternal dilakukan/diberikan pada setiap kemasan (perubahan warna)

- Penyimpanan
Alat kesehatan/instrumen, bahan habis pakai (BHP), serta linen medis yang telah diterilkan
- Waktu kadaluarsa : hasil sterilisasi
Kadaluarsa Cara sterilisasi dengan bahan pengemas
Satu minggu Sterilisasi dengan metode panas basah (autoclave steam)
dengan pengemas kertas perkamen rangkap 2, linen rangkap 2
atau di tempatkan dalam tromol.
Satu bulan Sama seperti 1 minggu jika kondisi ruang penyimpanan sesuai
standar (suhu 18º-22ºC kelembapan 35-75 %)

- Penyaluran/Distribusi dan Penggunaan :


Pengambilan/distribusi bahan. Alat/instrumen yang telah disterilkan berdasarkan
- Penggunaan :
Sebelum penggunaan alat/instrumen/bahan yang disteril, pastikan bahwa :
a. Kemasan dalam kondisi baik (tidak rusak, kering dan belum terbuka)
b. Indikator eksternal berwarna hitam atau coklat kehitaman
c. Belum kadaluarsa / ED.

Penggelolaan peralatan (BHP) re-used


 BHP re-used adalah BHP yang menurut petunjuk manufakturnya
 Pengelolaan BHP re-used Idi RS dilakukan berdasarkan tinjauan mutu dan

DAFTAR NAMA CAIRAN DISINFEKTAN RS NU JOMBANG

NO NAMA ISI KEGUNAAN KETERANGAN


1. Alkohol  Ethanol 75 %  Antiseptik kulit
 Ethanol 95 %  Disinfeksi
instrument non
kritis
 Disinfeksi
peralatan non
medis
 Pengawet preparat
PA
2. Aniosyme DDI 3 enzim Detergent, Mencuci dan 5 ml dalam 1 liter
Polyhexamethylene, Disinfeksi intrumen air
Biguanide HCL

DAFTAR NAMA PERALATAN SINGLE-USE YANG


TIDAK PERNAH BISADI RE-USE

NO NAMA ALAT MEDIS ALASAN


1. Sarung tangan (bersih/steril) Biaya re-use lebih tinggi
2. Endotracheal tube (ETT) Kontaminasi, Biaya re-use lebih tinggi
3. NGT (Stomach Tube) Kontaminasi, Biaya re-use lebih tinggi
4. Feeding Tube Kontaminasi, Biaya re-use lebih tinggi

3. PENGENDALIAN LINGKUNGAN
2.1.Kebersihan Ruang di Lingkungan RS
Kebersihan ruang di lingkungan RS merupakan tindakan pembersihan secara
seksama yang dilakukan teratur meliputi :
a. Disinfeksi tempat tidur, permukaan meja, peralatan dan benda-benda di lingkungan
sekitar pasien setiap hari, saat pasien pulang dan sebelum pasien masuk dengan
disinfektan standar RS
b. Pengepelan lantai meliputi seluruh permukaan dengan disinfektan standar RS setiap
hari minimla 3 kali/hari
2.2.Prinsip Pembersihan Lingkungan :
a. Dilaksanakan sesuai standar zonasi ruangan di RS
b. Mengusap seluruh permukaan lingkungan dengan disinfektan standar RS
c. Menggunakan mop khusus untuk setiap jenis ruangan, dengan cara sistematis untuk
membersihkan dan menghilangkan patogen infeksius
d. Pembersihan AC dilakukan periodik sesuai jadwal minimal 1 kali setiap bulan
menggunakan disinfektan standar RS
e. Pembersihan udara hanya dilakukan setelah penggunaan ruang dengan infeksi yang
transmisikan lewat udara (airbone), dapat menggunakan metode antara lain, sebagai
berikut :
 HEPA filter (high efficacy purified air filter)
 Fogging
 UV (ultra violet)
 Ozon

2.3.Kebersihan Ambulans
Ambulans dibersihkan secara rutin sesuai standar pembersihan ruang perawatan dan
setiap kali sesudah digunakan transportasi pasien.

4. PENGELOLAAN LINEN

Pengelolaan linen yang aman adalah kegiatan yang bertujuan mencegah kontaminasi linen
kotor atau infeksius kepada petugas, pasien dan lingkungan,
tubuh dan feses terutama yang berasal dari infeksi TB, Salmonella & Shigella, HBV,
HCV, HIV, SARS, MRSA, H1N1, H5N1 dll yang dapat menularkan mikroorganisme tersebut
kepada pasien lain, petugas ataupun mencemari lingkungan :
a. Penanganan Linen Infeksius di Ruangan
1) Linen kotor hendaknya sesedikit mungkin dipegang dan digerak-gerakkan untuk
mencegah kontaminasi udara dan petugas.
2) Linen infeksius dan non infeksius dipisahkan dalam tempat penampungan tersendiri.
Linen infeksius dilipat dan digulung selanjutnya dimasukkan dalam kantong plastik
warna kuning. Hitung dan catat linen infeksius sebelum dimasukkan dalam plastik,
sehingga mengurangi kontaminasi.
3) Petugas yang mengelola linen kotor wajib memakai APD berupa :
 Sarung tangan rumah tangga
 Masker
 Celemek plastik/apron
b. Pengiriman Linen ke Laundry
Linen kotor infeksius dan non infeksius dibawa ke laundry Penanganan Linen
Kotor di Laundry
1) Petugas laundry menerima linen kotor dengan mengenakan APD berupa : topi,
masker, sarung tanganrumah tangga, apron, sepatu boot.
2) Petugas memisahkan linen berdasarkan jenis linen serta tingkat kekotoran linen (linen
kotor infeksius, linen kotor berat dan linen kotoran ringan), menghitung dan
mencatatnya.
3) Khusus untuk linen kotor infeksius langsung dilakukan pencucian bersama linen kotor
berat, tidak perlu dilakukan perhitungan ulang.
c. Pengambilan Linen Bersih
1) Linen bersih siap pakai diterima di bagian finishing dikeluarkan oleh petugas
pengeluaran linen bersih
2) Linen yang akan dikeluarkan dihitung sesuai dengan daftar cucian yang masuk pada
hari itu kemudian menyerahkan kepada petugas pengeluaran linen
5. MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH
Limbah medis umumnya berasal dari kegiatan RS, dimana secara umum di RS NU

6.1.LIMBAH PADAT MEDIS


Limbah padat / sampah RS adalah campuran heterogen yang kompleks yang berasal dari

1.1 Limbah Medis


Limbah medis termasuk dalam golongan limbah klinis. Menurut Depkes RI, limbah klinis
Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya, limbah klinis digolongkan sebagai
berikut :
 Limbah benda tajam
 Limbah infeksius

Namun pada pelaksanaanya, penggolongan berbagai timbulan sampah Untuk itu RS NU


Jombang, sampah medis dibedakan menjadi 2 besar yaitu :
 Limbah medis tajam
 Limbah medis non tajam

Meskipun tidak seluruh limbah RS berbahaya, beberapa diantaranya dapat menimbulkan


ancaman pada saat penanganan, penampungan, pengangkutan dan atau pemusnahan.
Beberapa alasan yang menjadikan limbah RS berbahaya adalah :
 Potensi dalam menimbulkan bahaya kepada personil yang terlibat dalam pembuangan
jika tidak ditangani dengan baik.
 Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan jika dibuang tanpa pengolahan terlebih dulu,
sehingga mempunyai dampak yang membahayakan atau mengganggu kesehatan
masyarakat.

1.2 Limbah Non Medis


Dalam pelaksanaannya, sesuai dengan kesepakatan bersama di RS NU Jombang untuk
sampah umum / domestik dibedakan menjadi 2 besar yaitu :
 Sampah Umum Basah / Sampah Organik, terdiri dari sisa makanan dll
 Sampah Umum Kering / Sampah Anorganik, terdiri dari kertas, plastik dll

Pengelolaan Limbah
1. Limbah RT atau limbah non medis
Penanganan Limbah/Limbah RT/Limbah non medis
Penanganan Limbah dan masing-masing ruangan dilakukan dengan cara :
a. Wadah berupa kantong plastik warna hitam, diikat rapat pada saat akan diangkut dan
dibuang berikut wadahnya.
b. Wadah tidak boleh penuh/luber. Jika telah terisi 2/3 bagian segera dibawa ke tempat
penampungan akhir.
1.3 PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS
Di RS NU Jombang, metode yang digunakan untuk mengolah sampah medis tergantung
pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan Institusi yang berkaitan, peraturan yang berlaku,
dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.
Teknik pengolahan sampah medis yang ditetapkan adalah (medical waste) :
 Ineserasi (Incineration)
Suatu proses dimana sampah dibakar dalam kondisi temperatur yang terkontrol. Metode ini
 Sterilisasi dengan uap panas (autoclaving)
Metode dekontaminasi dengan pemaparan ke dalam uap panan bersuhu dan bertekanan

Tahapan Pengolahan Limbah


Pemilahan
Limbah padat di ruangan dipilah sesuai dengan jenisnya yaitu limbah padat medis dan non medis
(basah dan kering).
Limbah di ruangan dibuang ke tempat limbah yang dilapisi kantong plastik yang diberi tanda
dibedakan warnanya :
 Warna kuning untuk limbah pada infeksius
 Warna hitam untuk limbah padat non infeksius
Tempat limbah di ruangan ada dua macam :
 Tempat limbahpasien di ruangan (tempat sampah non sentuh/injak dan sejenisnya yang
berukuran kecil)
 Tempat limbah besar di luar ruangan (kontainer ± 0.05 m³) dengan persyaratan antara lain
terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, ringan (dapat diangkat oleh satu orang),
tidak berkarat dan kedap air terutama untuk limbah basah, mempunyai tutup, mudah
dikosongkan atau diangkut, tahan terhadap benda tajam/runcing.
 Kantong plastik jika sudah terisi 2/3 bagian diikat rapat dan kencang.
Pembuangan Limbah
a. Semua limbah yang dihasilkan dalam ruangan atau cara perawatan/isolasi harus dibuang dalam
wadah atau kantong plastik yang sesuai.
 Untuk limbah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila tidak tersedia dapat
menggunakan kantong plastik warna lain yang tebal atau dilapis dua (kantong ganda),
kemudian diikat dengan tali warna kuning dan diberi tanda “infeksius”
 Untuk limbah RT digunakan kantong plastik warna hitam
 Untuk limbah benda tajam atau jarum dimasukkan dalam wadah tahan tusukan disposible
b. Kantong limbah apabila sudah ¾ bagian penuh harus segera diikat dengan tali dan tidak boleh
dibuka kembali.
c. Petugas yang bertanggungjawab atas pembuangan limbah harus menggunakan APD lengkap
yang sesuai saat membuang limbah
d. Limbah cair seperti urine atau feses dibuang ke dalam sistem pembuangan kotoran yang tertutup
dan memenuhi syarat serta disiram air yang banyak
e. Urinebag dikosongkan secara teratur setiap 304 jam atau saat terlihat sudah ¾ penuh

Pengelolaan Benda Tajam


Benda tajam sangat berisiko menyebabkan perlukaan sehingga meningkatkan terjadinya
penularan penyakit melalui kontak darah. Penularan infeksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, sebagian
besar disebabkan karena kecelakaan yang bisa dicegah yaitu tertusuk jarum suntik diperlukan oleh
alat tajam lainnya.
Upaya untuk mencegah perlukaan :
1. Penggunaan benda tajam termasuk jarum suntik direkomendasikan sekali pakai. Tidak
direkomendasikan melakukan daur ulang atas pertimbangan penghematan
2. Semua petugas bertanggungjawab atas setiap alat tajam yang digunakan sendiri

Pecahan Kaca
Pecahan kaca dikategorikan sebagai benda tajam, yang potensial menyebabkan perlukaan
yang akan memudahkan kuman masuk ke aliran darah, sehingga perlu diperlakukan secara hati-hati
dengan cara pembuangan yang aman. Rekomendasi pengolahan pecahan kaca :
1. Gunakan sarung tangan rumah tangga saat membersihkan
2. Untuk meraup/mengumpulkan gunakan kertas koran atau kertas tebal dan gulung pecahan kaca
dalam kertas
3. Masukkan gulungan kertas yang berisi pecahan kaca ke dalam kardus, berisikan label “hati-hati
pecahan kaca”

Pengendalian terhadap serangga dan binatang pengganggu di RS


Pengendalian serangga dan binatang pengganggu adalah suatu upaya untuk mengurangi
populasi serangga dan binatang pengganggu sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan,
2. LIMBAH CAIR MEDIS
2.1 Sumber Limbah
Secara umum limbah cair medis dari suatu kegiatan rumah sakit dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu air limbah medis yang bersifat infeksius dan air limbah domestik yang

1. Air Limbah dari Kamar Mandi dan Cuci


Air limbah ini dikategorikan sebagai air limbah rumah tangga, yang berasal dari
ruang rawat inap, kegiatan administrasi dan dari unit-unit penunjang lainnya. Air limbah
2. Air Limbah Laundry
Air limbah laundry berasal dari unit pencucian bahan dari kain yang umumnya
bersifat basa dengan kandungan zat padat total berkisar antara 800 - 1200 mg/l dan
3. Air Limbah Dapur
Air limbah dari unit dapur RS, umumnya mirip limbah rumah tangga dengan
kandungan BOD, COD, Total Solid, minyak – lemak, nitrogen dan phosphat. Bahan padat
4. Air Limbah Laboratorium
Air limbah laboratorium berasal dari pencucian peralatan laboratorium dan bahan
buangan hasil pemeriksaan contoh darah dan lain-lain. Air limbah ini umumnya
5. Air Limbah dari Instalasi Radiologi
Air limbah yang dihasilkan oleh sentral Instalasi Radiologi sebagian besar berasal
dari proses pencucian film rontgen, dimana air limbah harus dilakukan
3. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MEDISRS NU JOMBANG

AIR LIMBAH KOORDINASI DENGAN


RADIOLOGI
RADIOLOGI

AIR LIMBAH
KOORDINASI DENGAN
LABORATORIUM LABORATORIUM

IPAL
AIR LIMBAH PENANGKAP MINYAK BIOLOGI
DAN LEMAK
DAPUR AEROBIK
ACTIVATED
SLUDGE
AIR LIMBAH
LAUNDRY

AIR LIMBAH
TOILET

AIR LIMBAH SEPTIK TANK


KLOSET
3.1 Karakterisrik Air Limbah Rumah Sakit.

Sesuai dengan sifat dan bahannya, air limbah rumah sakit dapat dikategorikan sama dengan

air limbah domestik, kecuali air limbah dari laboratoriumnya. Karakteristik air limbah domestik

A. Karakteristik Fisik.

Parameter – parameter yang penting dalam air buangan yang termasuk dalam karakteristik

fisik antara lain :

a. Kandungan zat padat total ( Total Solid, TS )

b. Temperatur

a. Total Solid

Didefinisikan sebagai zat – zat yang tertinggal sebagai residu penguapan pada temperatur

105° C. Zat - zat lain yang hilang pada tekanan uap dan temperatur tersebut tidak didefinisikan

sebagai total solid

b. Temperatur

Pada umumnya temperatur air buangan lebih tinggi dari temperatur air minum.Karena

adanya penambahan air yang lebih panas dari bekas pemakaian rumah tangga atau aktivitas pabrik,

serta adanya kandungan polutan dalarn air.

Temperatur pada air buangan memberikan pengaruh pada :

- Kehidupan air

- Kelarutan gas

c. Warna

Warna dari air buangan berasal dari buangan rumah tangga dan industri. Air buangan yang

segar umumnya berwarna abu - abu dan sebagai akibat dari penguraian senyawa- senyawa organic

d. Bau

Bau dalam air buangan biasanya disebabkan oleh produksi gas – gas hasil dekomposisi zat

organik.Gas Asam Sulfida (H2S) dalam air buangan adalah hasil reduksi dari sulfat oleh

Karateristik Kimia
Senyawa – senyawa yang terkandung dalam air buangan terdiri atas 3 (tiga) golongan utama,

yaitu :

a. Senyawa Organik

Kurang lebih 76% zat padat tersuspensi dan 40% padatan yang tersaring (Filterable solid)

b. Senyawa Anorganik

Konsentrasi senyawa organic di dalam air akan meningkat, baik karena formasi geologis

 Alkalinitas

 Khlorida

c. Gas - gas

Gas-gas yang umum terdapat dalam air buangan yang belum diolah meliputi: N2, 02,

C. Karakteristik Biologis

Kelompok organisme yang terpenting dalam air buangan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Kelompok Protista

2. Kelompok tumbuh – tumbuhan

3. Kelompok hewan

Kelompok protista terdiri dari bakteri, algae dan protozoa, sedangkan kelompok tumbuh-

tumbuhan antara lain seperti paku-pakuan dan lumut. Bakteri berperan sangat penting dalam air

3.3. Pengolahan Limbah Cair

Limbah rumah sakit berdasarkan pada sumbernya merupakan campuran antara limbah

domestik - limbah laboratorium yang kadang - kadang bersifat infeksius

Tujuan pengolahan air limbah :

1. Menghilangkan bahan tersuspensi dan terapung dalam air limbah

2. Penghilangan atau pengurangan bahan organic biodegradable, (mengurangi kandungan BOD

sekaligns COD)

Tabel 1 : Baku Mutu Pembuangan Limbah Cair Rumah Sakit

Parameter Satuan Kadar Maksimum


FISIKA :
 Suhu o
C 30
KIMIA :
Lampiran : KEPMENLH no KEP 58/MENLH/I/1995

Pengolahan limbah Rumah sakit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

1. Secara sendiri sendiri atau individual (on-site)

2. Secara komunal/ bersama dan terpusat (off-site).

3.3.1. Pengolahan secara individual (On-site treatment).

Pengolahan limbah secara individual umumnya ditujukan untuk pengolahan tinja saja,

a. Untuk memisahkan benda padat (tinja)

Padatan yang dapat diendapkan dipisahkan dengan pengendapan secara gravitasi.

b. Untuk mengolah padatan dan cairan secara biologis.

Komponen organic dalam padatan dan cairan dalam air kotor akan didekomposisi oleh bakteri

anerob dan proses alamiah lainnya.

3.3.2. Pengolahan Secara Komunal.

Pengolahan secara komunal di rumah sakit seperti yang dilakukan RSNU Jombang

dilakukan untuk mengolah air efluen dari septik tank dan air limbah dari mandi, cuci dan

1. Pengolahan pendahuluan

Pengolahan pendahuluan RSNU Jombang dilakukan utamanya pada air limbah yang berasal

dari kegiatan ruang gizi atau dapur, air limbah dari laboratorium analisa dan dari ruang laundry

2. Pengolahan Secara Biologis (Pengolahan talian kedua)

Dalam system pengolahan limbah cair, pengolahan biologis dikategorikan sebagai

pengolahan tahap kedua (secondary treatment), melanjutkan system pengolahan secara fisik

Dalam memilih teknologi yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan beberapa hal :

- Kuantitas dan kualitas limbah yang akan diolah

- Pemahaman teknologi yang akan digunakan.

Dari kedua hal ini ada beberapa tahapan yang umum digunakan, yaitu :

1. Mereduksi volume limbah, yang prinsipnya adalah mengurangi kuantitas limbah yang

dihasilkan.

2. Mereduksi kekuatan/ konsentrasi limbah, yang ditujukan untuk mengurangi kualitas

pencemaran.
Jenis pengolahan biologis yang digunakan bergantung pada :

- Derajat pengolahan yang dikehendaki

- Jenis air limbah yang akan diolah

Kriteria pengolahan limbah medis dalam suatu rumah sakit antara lain :

1. Kualitas effluent memenuhhi baku mutu dan stabil

2. Mudah dalam pengoperasian

Teknolgi pengolahan limbah cair medis secara biologis banyak sekali variasinya, namun dengan

memperhatikan keterbatasan lahan, biaya investasi dan biaya operasi – perawatan, maka banyak

digunakan system IPAL biologi kombinasi proses anaerobic dan aerobic biofilter. Keunggulan

system IPAL ini antara lain :

1. Tahan kejutan beban pencemar

2. Biomas aktif tidak mudah lolos bila ada fluktuasi beban pencemar

Pengendalian Effluen IPAL

Effluen IPAL sering kali masih mengandung bakteri Patogen dan kadang-kadang masih

mengandung TSS, BOD, Ammonia atau Phospat yang masih diatas baku mutu yang ditetapkan.

Pengolahan tambahan dapat dilakukan antara lain :

1. Proses desinfeksi dengan penambahan kaporit atau gas khlor. Desinfeksi secara sempurna

akan menghilangkan bakteri pathogen, mereduksi kandungan nitrogen – ammonia,

menurunkan kandungan BOD terlarut.

2. Aerasi dengan injeksi udara menggunakan Blower, proses ini akan menaikkan kandungan

oksigen, menurunkan kandungan BOD dan TSS, dan membantu mematikan

mikroorganisem pathogen.

Unit Pengolahan Limbah (UPL) RSNU Jombang

1. Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL)

 Kapasitas IPAL yang dimiliki adalah 75 m3/hr.

 Pengumpulan Limbah Cair melalui sistem gravitasi dengan beberapa bak pengumpul.
Penanganan Tumpahan Darah (lihat juga lampiran)

a) Pasang tanda peringatan

b) Siapkan spill kit;

3. PENEMPATAN PASIEN
Untuk mencegah transmisi silang agen pathogen penyebab infeksi, direkomendasikan

penempatan pasien secara kohorting (penempatan pasien berkelompok bersama pasien lain

4. HYGIENE RESPIRASI/ETIKA BATUK


Hygiene pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan

penyebaran infeksi di sumbernya. Semua pasien, pengunjung dan petugas kesehatan harus

Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran nafas harus :

1. Menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin

2. Gunakan tisu / saputangan untuk menutup batuk, buang tisu pasca pakai ke tempat limbah

infeksius.

Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk memperkenalkan hygiene respirasi / etika batuk :

- Edukasi kepada semua petugas, pasien, dan pengunjung rumah sakit dengan infeksi saluran

napas;

- Edukasi petugas pasien, keluarga dan pengunjung akan pentingnya pengendalian transmisi

kandungan aerosol dan sekresi saluran nafas dalam mencegah penularan infeksi saluran napas.

5. PRAKTEK MENYUNTIK YANG AMAN


- Tidak memakai ulang jarum suntik;

- Upayakan tidak memakai obat- obat/cairan multidose;

6. PRAKTTK LUMBAL PUNKSI


 Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi, anestesi spinal/epidural/pasang

kateter vena sentral,

 Alat pelindung diri (barrier) harus digunakan untuk mencegah transmisi droplet flora
orofaring (risiko penularan dapat menimbulkan meningitis bacterial)

7. KESEHATAN KARYAWAN/PERLINDUNGAN PETUGAS KESEHATAN

Upaya kesehatan dan perlindungan karyawan / petugas kesehatan ditujukan kepada seluruh

karyawan baik yang berhubungan langsung dengan pasien maupun tidak. Pelaksanaan upaya

kesehatan kerja meliputi:

A. Pemeriksaan Kesehatan Calon karyawan

Pemeriksaan kesehatan calon karyawan adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

pada saat proses penerimaan tenaga kerja RSNU Jombang.

a) Dilakukan pada saat proses penerimaan tenaga kerja baru di RSNU

b) Jenis pemeriksaan kesehatan meliputi :

(1) Pemeriksaan kesehatan dasar terdiri atas pemeriksaan fisik laboratorium

darah rutin, urine rutin, feses rutin, foto thorax dan psikometri

(2) Untuk petugas yang akan ditempatkan dengan risiko kerja tertentu, dilakukan

pemeriksaan kesehatan tambahan :

 Petugas yang kontak flngsung dengan pasien selama

keperawatan); HIV, Hepatitis B

c) Pelaksana pemeriksaan kesehatan calon karyawan diutamakan dilaksanakan oleh

Poliklinik Medical Check Up RSNU Jombang dengan membawa pengantar dari

Panitia Recruitmet Pegawai.

d) Pembiayaan Pemeriksaan Calon karyawan dibebankan kepada Calon Tenaga Kerja

yang bersangkutan.

B. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah Pemeriksaan kesehatan secara periodik

Ketentuan Pelaksanaan :

a) Untuk petugas dengan risiko kerja tertentu, dilakukan pemeriksaan kese

 Petugas Gizi bagian Penjamah Makanan; Rectal Swab, Tes Widal.

 Petugas di ruang rawat risiko tinggi dan sangat tinggi

b) Perencanaan pemeriksaan

c) Pemantauan, Evalusi

d) Pembiayaan pemeriksaan
C. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pemeriksaan kesehatan khusus

Ketentuan Pelaksanaan :

a) Dilakukan kepada tenaga kerja

b) Kegiatan pemeriksaan khusus meliputi evaluasi, konseling, follow up.

c) Jenis pemeriksaan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi

 Kecelakaan kerja yang beresiko tertular Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV

 Kecelakaan yang menimbulkan konstaminasi massif bahan kimia tertentu.

 Petugas sesudah kontak penyakit sangat menular SARS, MRSA,

d) Tenaga Kerja dilakukan Pemeriksaan dengan pengantar

 Untuk tenaga kerja yang mengalami

 Untuk tenaga kerja yang

e) Hasil pemeriksaan ditelaah oleh Dokter

f) Pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut hasil

g) Pembiayaan pemeriksaan kesehatan

D. Pemberian Vaksinasi kepada Karyawau

Vaksinasi adalah suatu tindakan memberikan imunisasi lewat

Ketentuan Pelaksanaan :

a) Vaksinasi Hepatitis B

 Vaksinasi hepatitis B diberikan kepada tenaga kerja

 Bila tenaga kerja sudah dilakukan vaksinasi

 Pemeriksaan ulang liter anti HBs dilakukan 3

b) Imunisasi / vaksinasi terhadap penyakit lainnya dilakukan

E. Pelaporan dan Penanganan Pasca Pajanan

Pengertian : prosedur atau tindakan vsrtfi hsrus dilakukan oleh karyawan yang telah

mengalami kecelakaan kerja berupa pajanan alat medis tajam bekas pasien yang di ruang
perawatan terkait dilaporkan melalui hasil surveilans TB/airbome disease.

Ketentuan pelaksanaan :

a) Pelaporan dan penanganan pasca pajanan mengikuti alur yang telah

b) Perlu dilakukan follow up dan pemantauan kondisi karyawan pasca pajamam pada

bulan ke 3 dan ke 6 dan atau sampai melewati masa inkubasi penyakit yang

Panduan Profilaksis Pasca Pajanan di Rumah Sakit

I. Definisi

 Kewaspadaan standar merupakan prioritas utama.

 Setiap rumah sakit perlu memiliki protocol tatalaksana pasca pajanan/ pengobatan.

II. Pajanan pada kecelakaan

 Pajanan

 Perlukaan kulit

 Pajanan pada selaput mukosa

 Bahan pajanan

 Darah

 Cairan bercampur darah yang kasat mata

III. Tatalsakana Pajanan :

Tatalaksana pasca pajanan : I

 Jangan panik! Tapi selesaikan dalam < 24 jam

Tatalaksana pasca pajanan : II

Segera :

 Luka tusuk  bilas air mengalir dan sabun / antiseptic

 Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu :

- Betadine (providone fodine 2,5%) selama 5 menit.

- Alcohol 70% selama 3 menit.

Catatan :
Chlorhexidine cetrimide bekerja melawan HIV tetapi bukan HBV.

Tatalaksana pasca pajanan : III

Laporkan

 Catat dan laporkan

 Tim PPI, K3RS, atasan langsung

 Agar secepat mungkin diberi PPP

Tatalaksana pasca pajanan : IV

Pertimbangkan profilaksis pasca pajanan (PPP)

 Didasarkan

 Derajat pajanan

KEWASPADAAN BERDASARKAN PENULARAN/TRANSMISI

Kewaspadaan berdasarkan penuiaran dibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi

a. Kontak

 Kontak langsung

 Melalui common vehicle (makanan, air, obat, peralatan)

b. Droplet

1. Kewaspadaan transmisi kontak

Transmisi kontak merupakan cara transmisi terpenting dan tersering penyebab HAI's.

Kewaspadaan

Kunci Kewaspadaan Kontak :

1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien

2. Gunakan sarung tangan bersih, tidak perlu steril dan gaun disposable reusable

bilamana kontak dengan pasien infeksi kontak.

2. Kewaspadaan Transmisi Droplet

Diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien dengan infeksi yang

telah diketahui atau suspek rnengidap

Kunci Kewaspadaan Droplet :


1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah setiap kali melepas alat

pelindung diri.

2. Gunakan masker bedah setiap kali berada dalam jarak 1 meter dengan pasien

3. Kewaspadaan Transmisi melalui Udara (Airborne)

Kewaspadaan transmisi udara diterapkan sebagai tambahan kewaspadaan standar

Kunci Kewaspadaan Udara (Airbone)

1. Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah setiap kali melepas

alat pelindung diri.

2. Gunakan respirator partikulat saat memasuki ruang isolasi udara, cek setiap akan pakai

(fit test)

3. Pengendalian Lingkungan

a. Cek aliran udara dengan selembar tisu, jaga pintu selalu tertutup.

b. Kontrol sistem ventilasi sscara teratur (tekanan negarif atau ventilasi natural)

Isolasi Perlindungan

Isolasi pedindungan diberikan kepada pasien yang karena kondisi medis / status

1. Kondisi immunocompromized (dan berbagai underlying penyakit)

2. Pengobatan steroid/obat supresi system imun yang lain.

3. Pasien dengan kemoterapi

4. Usia lanju, bayi premature / KMK, status gizi buruk, dll.

Prinsip kewaspadaan isolasi perlindungan didasarkan pada penerapan kewaspadaan standar

secara maksimal dengan penekanan antara lain :

1. Ditempatkan dalam ruang khusus yang menerapkan prinsip kewaspadaan standar secara

maksimal

2. Kebersihan tangan sebelum dan setelah masuk ruangan/kontak pasien (untuk petugas /

pengunjung)
KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI

Kontak Droplet Udara / Airbone

Penempatan Tempatkan di Tempatkan Tempatkan pasien di

pasien ruang rawat pasien diruang ruang terpisah dengan :

terpisah / secara terpisah /secara 1. Tekanan negatif

kohorting. Bila kohorting, 2. Aliran udara 12xjam

tidak mungkin, dengan jarak > 1 3. Pengeluaran udara

pertimbangkan meter antara TT terfiltrasi sebelum

epidemiologi dan dengan udara mengalir ke

mikrobanya dan pengunjung. lingkungan

populasi pasien, Pertahankan 4. Bila menggunakan

konsultasikan pintu terbuka, kohorting (mikroba

dengan petugas tidak perlu sama) dengan ventilasi

PPI (kategori IB) penanganan natural, buka jendela

Tempatkan khusus terhadap maksimal agar aliran

dengan jarak antar udara dan udara memadai dari

TT > 1 meter, jaga ventilasi udara bersih ke kurang

tidak ada (kategori IB) bersih.

kontaminasi silang 5. Pintu ruang pasien /

ke lingkungan dan kohorting tertutup

pasien lain Jarak antar pasien > 1

(kategori IB) meter. Konsultasikan

dengan petugas PPI

untuk menempatkan

pasien bila ruang isolasi /

kohorting tidak

memungkinkan (kategori

IB)

- Kewaspadaan berbasis transmisi harus dilaksanakan sebagai tambahan


kewaspadaan standar bila penyakit menular selain melalui darah.

- Kebersihan tangan merupakan kunci aktivtas kewaspadaan standard an

berbasis transmisi.

- Clean care merupakan syarat mutlak perawatan di ruang isolasi

- Petugas menerapkan komponen prinsip kewaspadaan berdasarkan penilaian

risiko pada sebab aktivitas pelayanan.

Panduan Untuk Kewaspadaan Di Ruang Isolasi

1. Rencana tindakan perawatan denganseksama agar efisien dan kontak minimal;

2. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekskresi dan sekresi seluruh

pasien untuk meminimalkan risiko transmisi infeksi;

B. KEWASPADAAN GABUNGAN BEBERAPA PENYAKIT MENULAR

Penularan melalui droplet dan kontak merupakan cara penyebaran flu musiman tersering,

termasuk H5N1. Menggabungkan ketiga kewaspadaan berdasarkan transmisi disamping

Tindakan pencegahan perlu diterapkan pada pasien infeksius, sebagai berikut :

1. Tindakan kewaspadaan perlu dilakukan saat mulai masuk fasilitas kesehatan sampai

dengan batas masa penularan, contoh :

- Untuk kasus flu burung orang dewasa (> 12 tahun) sampai 7 hari bebas demam

- Anak-anak (usia< 12 tahun) sampai 21 hari sejak onset penyakit.

2. Apabila ini tidak mungkin misalnya karena kekurangan sumber daya setempa, keluarga

harus diberi pendidikan mengenai cara menjaga kebersihan pribadi dan cara

pencegahan penularan infeksi. Sebagai contoh, selalu cuci tangan dan gunakan masker

kertas atau masker bedah pada anak yang sedang batuk.

Masker, pelindung pernafasan, pelindung mata dan pelindung wajah di ruang isolasi.

- Setiap orang yang berhubungan langsung, berada dekat dengan pasien atau memasuki suatu

ruangan dimana ada pasien dengan

- Berbagai macam jenis APD dapat digunakan


Petugas wajib mengganti APD dan mencuci tanganjika meninggalkan area isolasi

Pencegahan infeksi untuk prosedur yang menimbulkan aerosol pada pasien yang suspek

atau probable menderita penyakit menular melalui udara / airbone

- Petugas kesehatan harus memastikan bahwa pasien sudah diobservasi terhadap kemungkinan

penyakit menular melalui udara/ airbone sebelu memulai prosedur yang menimbulkan

aerosol.

Petugas kesehatan harus menerapkan kewaspadaan stanar (cuci tangan), kewaspadaan

berdasarkan transmisi melalui udara (alat pelindung pernapasan dengan efisien penyaringan

sama atau lebih dan 95%) dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui kontak (sarung

tangan, gaun dan pelindung mata) ketika melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol

dilakukan pada pasien dengan penyakit menular melalui udara /airbone.

- Tindakan yang menimbulkan aerosol pada pasien dengan penyakit menular melalui

udara/airbone dilakukan hanya bila ada indikasi medis yang penting.

PERAWATAN PASIEN DALAM ISOLASI

Bagi pasien dengan penyakit menular melalui udara harus dirawat di ruang isolasi/kohorting di

ruang infeksi airborne untuk mencegah transmisi langsung atau tidak langsung. Jumlah petugas

Setiap langkah pencegahan dan pengendalian infeksi perlu dilakukan sesuai petunjuk untuk

mencegah transmisi infeksi antar pasien dan pasien ke petugas pelayanan kesehatan atau

orang lain.

Perawatan pasien diruang isolasi menjadi sulit, jika sumber daya tidak mencukupi, pasien

tidak memiliki kebiasaan menjaga kebersihan, sengaja mencemari lingkungan atau tidak

Persiapan dan pemeliharaan ruang isolasi

- Lakukan tindakan pencegahan tambanan dengan meletakkan tanda peringatan pada pintu
- Sediakan lembar catatan pada pintu masuk ruang isolasi. Semua petugas kesehatan atau

pengunjung yang masuk area isolasi harus mengisi lembar catatan tersebut, agar bila dibutuhkan

tindak lanjut, tersedia data yang dibutuhkan.

Kumpulkan linen seperlunya.

- Lengkapi tempat cuci tangan dengan kebutuhan untuk cuci tangan yang cukup.

- Sediakan kantong limbah yang sesuai dalam tempat limbah yang dioperasikan oleh kaki dalam

ruangan.

Memasuki Ruangan

- Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan

- Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrub berbasis alcohol

Meninggalkan ruangan

- Di pintu keluar atau ruang antara (anteroom), lepaskan APD dengan urutan yang benar.

- Sarung tangan: lepas dan buang ke dalam kontainer limbah infeksius

PANDUAN KHUSUS KAMAR OPERASI

Kamar operasi merupakan ruangan yang tennasuk zona risiko sangat tinggi kejadian infeksi

di RS yang akan memberikan dampak peningkatan morbilitas dan mortalitas dengan segala

1. Memakai baju, celana, topi dan sandal yang sudah disediakan khusus untuk kamar operasi;

2. Tangan dilarang memakai cincin, jam tangan, gelang, kuku selalu pendek dan bersih serta tanpa

cat kuku;

Dekontaminasi meja kerja / operasi

- Dekontaminasi dilakukan setiap pagi & bila tampak tercemar

- Pakai APD : sarung tangan rumah tangga, masker, kaca mata / visor

Dekontaminasi tumpahan darah

- Darah/cairan tubuh dalam jumlah banyak tidak boleh langsung dilakukan dekontaminasi

dengan klorin 0,5%.


Standar PPI untuk Operasi Blood Borne Pathogen

- Penerapan prinsip kewaspadaan standar dan kewaspadaan kontak, khususnya terhadap cairan

tubuh (darah);

- Kebersihan tangan sebelum dan setelah tindakan secara seksama;

Standar PPI untuk Lingkungan Kamar Operasi

Kamar operasi merupakan ruangan dengan kriteria zona risiko infeksi sangat tinggi sehingga

diperlukan pengendalian lingkungan yang ketat meliputi :

1. Pengaturan sistem aliran udara : tekanan positif.

2. Filtrasi udara menggunakan system filtrasi high efficacy (HEPA filter) yang mampu menyaring

99,97% dan semua partikel berukuran > 0.3 mikron dan udara yang melewati.

infeksi RS yang mengenai pasien yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di
RS, sesuai kriteria :
1. Pada waktu masuk rumah sakit tidak ada tanda dan gejala atau tidak dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
2. Infeksi terjadi 2x24 jam setelah pasien dirawat dirumah sakitsampai pada 10 hari pasien
keluar RS, kecuali pada infeksi luka operasi sampai dengan 30 hari pasca tindakan
operasi (tanpa inplan) atau 1 tahun pasca pemasangan implant

Terjadinya infeksi nosokomial atau IRS dipengaruhi oleh banyak faktor, endogen
maupun eksogen. Faktor resiko endogen seperti kondisi medis yang berat, kolonisasi patogen
Jumlah pasien ang dirawat seringkali melebihi kapasitas tempat perawatannya sering
memudahkan transmisi silang infeksi dan menyulitkan pembersihan lingkungan
 Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang tercemar kuman dengan pasien
 Penngunaan peralatan medis yang tercemar kuman

B. RUANG LINGKUP
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di RSNU Jombang daam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelaan terhadap pasien, kelluarga,

C. BATASAN OPERASIONAL
Kewaspadaan Standart diterapakan pada semua petugas dan pasien atau orang ang
datang
D. LANDASAN HUKUM
1. UU Republik Indonesia no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran Negara RI
Tahun 1990 nomor 100, Tambahan Negara RI nomor 3495).
2. UU Repulik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Prakter Kedokteran ( Lembaran
Negara RI tahun 2004 nomor 16 Tambahan Lembaran Negara RI nomor 4431)

Anda mungkin juga menyukai