Case Corpus Alienum Cornea

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

Corpus Alienum Kornea Okuli Dekstra

Oleh:

Ahmad Fahrozi
1711901002

Pembimbing:
dr. Kaherma Sari, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD TENGKU RAFI’AN SIAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

kasus yang berjudul “Corpus Alienum pada Kornea”. Lapran kasus ini diajukan

sebagai persyaratan untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Mata.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada dr.

Kaherma Sari, Sp.M yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing

penulis, baik dalam penulisan ataupun pembahasan kasus ini.

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari sekali bahwa penulisan

laporan ini jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis memohon maaf atas segala

kesalahan dan penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang sifatnya

membangun untuk kesempurnaan penulisan kesempurnaan kasus berikutnya.

Siak Sri Indrapura, 31 Agustus 2017

2
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5

2.1 Kornea......................................................................................................5

2.1.1 Anatomi dan Histologi...................................................................5

2.1.2 Fisiologi...........................................................................................8

2.2 Corpus Alienum.......................................................................................9

2.2.1 Definisi.............................................................................................9

2.2.2 Patofisiologi..................................................................................10

2.2.3 Etiologi..........................................................................................10

2.2.4 Gambaran Klinik.........................................................................11

2.2.5 Diagnosis.......................................................................................12

2.2.6 Penatalaksanaan..........................................................................13

2.2.7 Pencegahan...................................................................................23

2.2.8 Komplikasi....................................................................................24

3
BAB III. ILUSTRASI KASUS.................................................................................25

BAB IV. PEMBAHASAN.........................................................................................33

BAB V. KESIMPULAN............................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................35

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding


dengan kristal jam tangan kecil. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm
dipusatnya (terdapat varisasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm
dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapiasan
berbeda-beda: lapisssan epitel (yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva
bulbaris), lapisan bowman, stroma, membran descemet, dan lapisan endotel.1
Benda asing kornea atau corpus alienum pada kornea adalah bahan asing pada
atau di kornea, biasanya logam, kaca, atau bahan organik. 4 Corpus alienum adalah
benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai
sclera, kornea, dan konjungtiva.Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa
cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata
maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata.
Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di
dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya. 1,2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KORNEA
2.1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1 Anatomi Kornea.3

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya


sebanding dengan kristal jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke dalam
skelara pada limbus, lekukan pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.
Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm dipusatnya (terdapat varisasi
menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapiasan berbeda-beda:
lapisssan epitel (yang berbatasan dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan bowman, stroma, membran descemet, dan lapisan endotel.1

5
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang
menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis : 1,2

1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50
µm dan berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Lapisan epitel
mempunyai lima atau enam lapis sel. Bagian terbesar ujung saraf kornea
berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan
gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya
regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan
diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aselular, yang
merupakan bagian dari stroma yang berubah. Membran bowman yang
terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang homogen
terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk
kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan
berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas
jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar
dengan permukaan kornea. Stroma kornea menyusun sekitar 90%
ketebalan kornea. Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks.
Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan.
Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma
relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan
oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi
kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea).
Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran
kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan

6
serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan
mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat
keruh.

Gambar 2 Histologi Lapisan Kornea.3


4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak
berstruktur dan bening, terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan
pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting
untuk mempertahankan kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang
mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya
regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal
lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah,
penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel
berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening,
selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan.
Dipersarafi oleh nervus V. 1,2

7
2.1.2 Fisiologi kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh
strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau
keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa”
bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan
kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah
daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada
epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan
meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air
mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut,
yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea
superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.1
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui
cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih,
sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah.Biasan
cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam
bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina.Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.2

2.2 CORPUS ALIENUM


2.2.1 Definisi
Benda asing kornea atau corpus alienum pada kornea adalah bahan
asing pada atau di kornea, biasanya logam, kaca, atau bahan organik. 4 Corpus

8
alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera
mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.Meskipun kebanyakan
bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus
alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang
hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata
untuk kemudian mengeluarkannya. 1,2
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa
kelompok, yaitu :3
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya
ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina,
batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan
reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh :
timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung


dari :3

a. Besarnya corpus alienum,


b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.

2.2.2 Patofisiologi
Benda asing kornea umumnya termasuk kategori trauma mata minor.
Partikel kecil dapat tersangkut di epitel kornea atau stroma, terutama bila
diproyeksikan ke mata dengan kekuatan yang cukup besar.3
Benda asing dapat memicu inflamasi, sehingga terjadi pelebaran
pembuluh darah di sekitarnya dan edema selanjutnya dari kelopak mata,
konjungtiva, dan kornea. Sel darah putih juga dapat terbebaskan,

9
menghasilkan reaksi ruang anterior dan / atau infiltrasi kornea. Jika tidak
dikeluarkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan / atau nekrosis
jaringan.3

2.2.3 Etiologi
Cedera akibat benda asing pada kornea bisa terjadi dimana saja dan
biasanya dapat terjadi baik di rumah maupun di tempat kerja. Umumnya
penyebabnya adalah trauma tak disengaja. Jenis trauma membantu
menentukan kemungkinan benda asing superfisial atau dalam atau bahkan
intraokular. Benda asing tersebut meliputi potongan kecil kayu, logam,
plastik, atau pasir. Cedera biasanya terjadi pada cuaca berangin atau saat
bekerja dengan perkakas listrik. Kotoran, pasir, atau sebagian kecil daun
sering ditiup ke mata dan menempel pada kornea superfisial.3
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah :3
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya

2.2.4 Gambaran Klinik


Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia,
mata merah dan mata berair banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi,
ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi konjungtiva atau
injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+).1,3
Infiltrat leukositik mungkin dapat berkembang disekitar benda asing.
Jika benda asing masih tetap tertanam, terdapat resiko infeksi sekunder dan
ulserasi kornea. Uveitis sekunder ringa juga sering terjadi dengan miosis
iritatif dan fotofobia.4
Anamnesis
Aktivitas pasien dan lingkungannya penting. Waktu dan tempat
terjadinya luka, bersamaan dengan bagaimana hal itu terjadi, juga penting.
Misalnya, seorang pasien yang bekerja dengan mesin penggiling berkecepatan
tinggi cenderung memiliki benda asing intraokular yang mungkin bersifat

10
okultisme, sedangkan pasien yang bekerja di bawah mobil saat karat jatuh
dengan lembut di mata kemungkinan memiliki Hanya cedera luar.3
Pasien mungkin mengeluh sebagai berikut:3
 Rasa sakit (biasanya berkurang secara signifikan dengan anestesi
topikal)
 Sensasi tubuh asing (biasanya berkurang secara signifikan dengan
anestesi topikal)
 Photophobia
 Mata merah.
 Mata berair

Pemerikasaan Fisik
Pada pasien mungkin dapat munjul tampakan klinis sebagai berikut:3
 Ketajaman penglihatan yang normal atau menurun
 Injeksi konjungtiva
 Injeksi Siliar, terutama jika bagian anterior chamber bereaksi
 Benda asing yang terlihat
 Rush ring, terutama jika benda asing metalik telah menempel
selama berjam-jam sampai hari
 Cacat epitel yang aka tampak dengan fluorescein
 Edema kornea
 Sel anterior chamber/flare
Pasien mungkin asimtomatik jika benda asing berada di bawah
permukaan epitel atau konjungtiva. Selama beberapa hari, epitel sering
tumbuh di atas benda asing kornea yang kecil, disertai pengurangan rasa
sakit.3
Jika ada infiltrasi kornea, penyebab infeksi perlu dipertimbangkan.
Benda asing dapat menyebabkan reaksi inflamasi steril kecil di sekitar benda
asing. Namun, jika infiltrasi besar, ulserasi kornea, reaksi ruang anterior yang
signifikan, atau rasa sakit yang signifikan, hal itu harus ditangani sebagai
infeksi.3
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan :3
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata

11
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
Setiap mata setelah trauma, terutama dengan benda asing, perlu
dievaluasi untuk ruptur globe dan benda asing intraokular. Pertimbangkan
kemungkinan masalah sensasi kornea yang mendasarinya. Dalam kondisi
ini, lecet kornea dapat sembuh dengan buruk dan mudah kambuh jika ada
masalah dengan sensasi kornea.3

2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan meliputi menghilangkan rasa sakit, menghindari
infeksi, dan mencegah hilangnya fungsi secara permanen. Obat antibiotik
topikal (misalnya, polymyxin B sulfate-trimethoprim [polytrim], ofloxacin
[Ocuflox], tobramycin [Tobrex] qid) atau salep (misalnya, bacitracin [AK-
Tracin], ciprofloxacin [Ciloxan] qid) harus diresepkan sampai defek epitel
sembuh untuk mencegah infeksi. Topikal cycloplegic (cyclopentolate 1% qd /
bid) dapat dipertimbangkan untuk rasa sakit dan fotofobia, walaupun tinjauan
literatur menunjukkan bahwa hasilnya tidak efektif.3
Pemeriksaan slit-lamp secara hati-hati merupakan hal yang sangat
penting untuk menentukan letak persis dari benda asing. Benda asing tersebut
diekstraksi dengan menggunakan slit-lamp dan jarum steril berukuran 26.
Ekstraksi magnetik juga dapat dilakukan pada benda asing yang tertanam
cukup dalam. Salep antibiotik serta cycloplegic dan/atau ketorolac diberikan
secara berasamaan untuk memberikan kenyamanan pada mata pasien.4
Lensa kontak atau lensa kontak perban sebaiknya dihindari (kecuali jika
defek epitel> 10 mm2 dan lensa kontak perban mungkin merupakan pilihan
yang lebih baik).4 Jangan menambal jika ada hal berikut ini:3
 Kemungkinan adanya perforasi pada globe.
 Ada infiltrate kornea.
 Kemungkinan adanya benda asing intraokular yang tertahan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut
dari bola mata.Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva,

12
kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi
lokal.Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul
atau tajam.Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat
magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi
antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan
diperban.3
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat
insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk
menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris
yang mengandung benda asing tersebut.3
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat
dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga
dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak
berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia
muda dan ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat
dikeluarkan dengan giant magnit setelah insisi dari sklera.Bila tidak berhasil,
dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi.3
Ekstraksi Benda Asing pada Kornea
Pengangkatan benda asing kornea adalah prosedur yang biasa
dilakukan di klinik atau tempat darurat. Jika benda asing kornea tidak
dilepaskan pada waktu yang tepat, dapat menyebabkan rasa sakit yang
berkepanjangan dan menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan nekrosis
mata.5
Benda asing intraokular menembus ke dalam ruang anterior mata atau
ke dalam bola itu sendiri. Hal ini cenderung menyebabkan morbiditas yang
signifikan dan, oleh karena itu, memerlukan pemeriksaan melalui
pemeriksaan, termasuk, dalam banyak hal, merupakan evaluasi oftalmologi
rinci dengan pencitraan seperti radiografi polos atau CT scan orbitalnya. 5
Meskipun MRI kadang-kadang digunakan, kontraindikasi jika benda asing

13
logam dicurigai. Gambaran pasien tentang keadaan luka adalah elemen paling
penting dalam menentukan kemungkinan penetrasi bola dunia, yang akan
memerlukan rujukan ke dokter mata.5
Indikasi
Pengambilan benda asing pada kornea ditunjukkan saat benda asing berada di
kornea.5
Kontraindikasi
Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat dengan kondisi emergent harus
dirujuk ke dokter mata pada. Kondisi darurat meliputi:
 Hyphema (darah di ruang anterior)
 Difusi defek kornea atau kekeruhan
 Lacerasi kornea atau sklera
 Ruang anterior dangkal atau dalam (bila dibandingkan dengan mata
yang lain)
 Benda asing yang multiple
 Pasien yang sangat tidak kooperatif (misalnya anak-anak, individu
mabuk, penderita cacat mental).5
Anestesi
Anestesi diperlukan sebelum pemindahan benda asing dan biasanya
memudahkan pemeriksaan mata awal. Teteskan solusi oftalmik anestetik
topikal (misalnya proparakain 0,5% [Alcaine, Ophthetic]).5

Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan untuk menghilangkan benda asing kornea meliputi:5
 Solusi anestesi oftalik topikal (misalnya proparakain 0,5% [Alcaine,
Ophthetic])
 Strip fluorescein
 Aplikator cotton bud
 Cairan irigasi dengan syringe plastik
 Perangkat untuk mengeluarkan benda asing
o Eye spud (peralatan khusus yang dirancang Untuk
pengangkatan benda asing kornea). Ujungnya kurang tajam
dari pada jarum, sehingga cedera iatrogenik cenderung terjadi
selama prosedur berlangsung.

14
Gambar 3. Eye Spud.5
o Jarum ukuran 25 steril, diletakkan di atas syringe (1-3 mm),
bisa digunakan. Beberapa dokter ingin menekuk jarum dengan
sedikit miring.
 Loupes atau slit-lamp.

Gambar 4. Slit-lamp.5
 Salep antibiotik optalmik topikal (seperti erytromycin) atau tetes
optalmik
 Penutup mata

15
Gambar 5. Alat yang diperlukan untuk ekstraksi benda asing
pada kornea.5
Posisi
Minta pasien untuk menekan muka dahi dan dagu agar tidak terlihat
seperti yang ditunjukkan di bawah sehingga pasien tidak dapat
menggerakkan kepalanya ke arah eye spud atau jarum selama
pengangkatan benda asing. Posisi ini sangat penting.5

Gambar 6. Posisi pasien.5

Teknik

16
 Jelaskan prosedur, manfaat, risiko, dan komplikasi pada pasien
atau perwakilan pasien dan dapatkan informed consent.
 Tempatkan 2 tetes solusi oftalmik anestesi di dalam kelopak
mata bagian bawah. Lihat gambar di bawah ini

Gambar 7. Teteskan anestetik topikal.5


 Basahi strip fluoresen. Lihat gambar di bawah ini.

Gambar 8. Basahi strip flouresen


 Oleskan strip fluorescein basah di dalam kelopak mata bagian
bawah untuk menanamkan fluorescein ke kornea. Di bawah
sinar ultraviolet, periksa kornea untuk menemukan benda
asing. Dokumentasikan tanda Seidel negatif. (Tanda Seidel

17
positif menunjukkan penetrasi kornea dengan humor aqueous
yang mengalir; tampak di bawah sinar ultraviolet sebagai "air
terjun gelap,") Lihat gambar di bawah ini.

Gambar 9. Pemberian florescen ke kornea


 Jika benda asing itu dangkal, airkan mata untuk melembabkan
kornea dan usahakan mengeluarkan benda asing dengan
gerakan memutar lembut dengan aplikator berujung kapas.
Berhati-hatilah untuk tidak menerapkan tekanan, yang bisa
mendorong tubuh asing lebih dalam ke kornea, atau mengikis,
yang bisa menciptakan abrasi kornea yang besar. Lihat gambar
di bawah ini.

18
Gambar 10. Irigasi mata

Gambar 11. Ekstraksi benda asing dengan mengguakan cotton


bud
 Benda asing yang tertanam dapat dilepas dengan menggunakan
gerakan lembut dengan eye spud, jika ada, atau dengan jarum
ukuran 25 atau 27. Tempatkan hub jarum di ujung kapas atau
semprotan 3-mL. Dekati kornea dari samping, dengan jarum.
Setelah terlepas dari posisi tertanam pada kornea, sisa sisa

19
kornea dapat dilepas dengan aplikator berujung kapas. Lihat
gambar di bawah ini.

Gambar 12. Ekstraksi benda asing dengan menggunakan jarum

Antibiotik oftalik topikal


Praktek saat ini condong ke arah penggunaannya untuk mencegah
superinfeksi. Namun, tidak ada bukti yang mendukung penggunaannya dalam
cacat kornea superfisial setelah pengangkatan benda asing. Salep antibiotik
ophthalmic (misalnya, bacitracin, ciprofloxacin) memiliki keuntungan dengan
berfungsi sebagai pelumas. Pastikan untuk memilih antibiotik fluoroquinolone
jika pasien memakai lensa kontak, karena risiko infeksi Pseudomonas lebih
tinggi.5
Larutan mata (misalnya sulfacetamide, ofloxacin) lebih mudah
diterapkan dan, oleh karena itu, meningkatkan kepatuhan pasien.Solusi
oftalmik kortikosteroid atau salep harus dihindari karena meningkatkan
kemungkinan superinfeksi dan penyembuhan lambat.5
Kontrol Nyeri
Anestesi topikal memperlambat penyembuhan epitel dan tidak boleh
diresepkan untuk menghilangkan rasa sakit. Agen analgesik opioid (misalnya,
hydrocodone / acetaminophen [Vicodin], oxycodone / acetaminophen

20
[Percocet]) dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan telah ditemukan
untuk memungkinkan pasien tidur lebih nyaman di malam hari.5
Larutan alergi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) (misalnya
ketorolac) dapat memberikan pereda nyeri yang signifikan dan belum
ditemukan untuk memperlambat penyembuhan.5
Penutup Mata
Penggunaan penutup mata telah kontroversial. Baru-baru ini,
penelitian telah menunjukkan bahwa lecet kornea karena benda asing paling
baik dirawat tanpa perawatan mata. Pasien mencatat penyembuhan lebih
cepat, penglihatannya kurang kabur, dan bahkan lebih sedikit rasa sakit tanpa
bercak mata. Tambahkan kekurangan ini terbukti bermanfaat untuk
ketidaknyamanan pasien, dan satu-satunya alasan untuk menggunakan
penopang mata adalah melindungi lecet yang menutupi lebih dari 50%
kornea.5
Vaksinasi tetanus
Ini harus diberikan kepada pasien dengan benda asing intraokular atau luka
yang menembus kornea atau sklera.5
2.2.7 Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik
dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata
pelindung4.

2.2.8 Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman,
dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian
sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat
mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum
yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun
perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam.2,3
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi
sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan
sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik.2,3

21
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Koto Gasib
Agama : Islam
Suku : Wiraswasta

Anamnesis (autoanamnesis)
Keluhan utama:
Mata kanan merah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poli mata RSUD Tengku Rafi’an Siak dengan keluhan mata kanan
merah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan pandangan
mata kabur sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Gatal (+/-), kotoran mata Gatal
(-/-), silau (+/-), mata berair (+/-), rasa mengganjal (+/-), perih (+/-), panas (+/-),
demam (-). Pasien mengaku tidak ada trauma sebelumnya dan tidak ada kerabat
disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Sebelumnya pasien mengaku 3
hari sebelum masuk rumah sakit bekerja menggerinda besi dan malamnya keluhan
pun muncul. Riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

22
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien mengalami keluhan yang sama

Riwayat Pengobatan
Belum ada diobati

Riwayat Trauma
Pasien mengaku tidak ada mengalami trauma sebelumnya. Tetapi 3 hari sebelum
masuk rumah sakit pasien mengaku bekerja menggerinda besi

PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis
Nadi : tidak dilakukan
Pernafasan : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
Keadaan gizi : tidak dilakukan
Pemeriksaan thorax : tidak dilakukan
Pemeriksaan abdomen : tidak dilakukan

STATUS OFTALMOLOGIS
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 6/60, PH TAK 6/6, PH 6/6
Bulbus Okuli Gerakan bola mata normal Gerakan bola mata normal
Enoftalmus (-) Enoftalmus (-)
Eksotalmus (-) Eksotalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
Pemeriksaan Slit-lamp (Loop)
Palpebra Palpebra Superior Palpebra Superior
 Hiperemis (-)  Hiperemis (-)
 Edema (-)  Edema (-)
 Entropion (-)  Entropion (-)
 Ekstropion (-)  Ekstropion (-)

23
 Pseudoptosis (-)  Pseudoptosis (-)
Palpebra Inferior Palpebra Inferior
 Hiperemis (-)  Hiperemis (-)
 Edema (-)  Edema (-)
 Entropion (-)  Entropion (-)
 Ekstropion (-)  Ekstropion (-)
 Pseudoptosis (-)  Pseudoptosis (-)
Konjungtiva tarsalis  Hiperemis (+)  Hiperemis (-)
superior  Talangiektasis (-)  Talangiektasis (-)
 Hipertropi papiler (-)  Hipertropi papiler (-)
 Hipertropi foliker (-)  Hipertropi foliker (-)
 Hordeolum (-)  Hordeolum (-)
 Calazion(-)  Calazion(-)
 Pseudomembran (-)  Pseudomembran (-)

Konjungtiva tarsalis  Hiperemis (+)  Hiperemis (-)


inferior  Talangiektasis (-)  Talangiektasis (-)
 Hipertropi papiler (-)  Hipertropi papiler (-)
 Hipertropi foliker (-)  Hipertropi foliker (-)
 Hordeolum (-)  Hordeolum (-)
 Calazion(-)  Calazion(-)
 Pseudomembran (-)  Pseudomembran (-)
Konjungtiva bulbi  Hiperemis (+)  Hiperemis (-)
 Injeksi konjungtiva  Injeksi konjungtiva (-)
 Injeksi silier (-)
(+)
 Subkonjungtiva bleeding
 Injeksi silier (-)
 Subkonjungtiva (-)
 Injeksi episklera (-)
bleeding (-)
 Kemosis (-)
 Injeksi episklera (-)
 Kemosis (-)
Sklera  Ikterik (-)  Ikterik (-)
Kornea  Intak(-)  Intak(+)
 Sikatrik (-)  Sikatrik (-)
 Infiltrat (-)  Infiltrat (-)
 Corpus alienum (+)  Corpus alienum (-)
 sentral

24
COA  Ukuran  cukup  Ukuran  cukup dalam
 Darah (-)
dalam
 Flare (-)
 Darah (-)
 Flare (-)
Iris  Reguler (+)  Reguler (+)
 Warna coklat  Warna coklat

Pupil  Bulat (+)  Bulat (+)


 Diameter 2-3 mm  Diameter 2-3 mm
 Reflek cahaya (+)  Reflek cahaya (+) normal
 Sinekia (-)
normal
 Sinekia (-)

Lensa  Jernih (+)  Jernih (+)


Pemeriksaan funduskopi  Tidak dilakukan  Tidak dilakukan

25
26
Diagnosis Kerja : Corpus alienum kornea okuli dextra

Penatalaksanaan
 Non medikamentosa :
 Ekstraksi corpus alienum

27
Sebelum ekstraksi

Sesudah sekstraksi

28
 Medikamentosa :
o Antibiotik tetes topikal 6x1
o Antibiotik salep topikal 2x1

Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad sanam : bonam
- Quo ad fungtionam : bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poli mata RSUD Tengku Rafi’an Siak dengan keluhan mata
kanan merah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan
pandangan mata kabur sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Gatal (+/-), kotoran
mata Gatal (-/-), silau (+/-), mata berair (+/-), rasa mengganjal (+/-), perih (+/-), panas
(+/-), demam (-). Pasien mengaku tidak ada trauma sebelumnya dan tidak ada kerabat
disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama. Sebelumnya pasien mengaku 3

29
hari sebelum masuk rumah sakit bekerja menggerinda besi dan malamnya keluhan
pun muncul. Riwayat alergi (-)
Dari gejala klinis pasien yang didapat dair anamnesis dan hasil pemeriksaan
oftalmologi yang ditemukan pada mata kanan pasien sesuai dengan kriteria diagnosis
corpus alienum. Terdapat juga riwayat menggerinda besi yang menunjukkan
kemungkinan benda asing berupa serpihan besi. Mata merah dan terasa mengganjal
merupakan akibat reson inflamasi yang ditimbulkan oleh benda asing tersebut. Visus
pasien menurun dikarenakan letak dari benda asing yang berada disentral sehingga
menghalangi pandangan pasien.
Terapi yang diberikan berupa ekstraksi benda asing dan pemberian antibiotik
topikal yang sudah sesuai dengan teori

BAB V
KESIMPULAN

Corpus alienum merupakan benda asing yang menyebabkan terjadinya cedera


pada mata yang sering mengenai sklera, konjungtiva dan kornea. Pada kornea lebih
sering bersifat ringan. Penyebabnya lebih sering berkaitan dengan pekerjaan pasien,
yaitu kaca, besi, keramik, ranting pohon dan sebagainya.
Dari anamnesis kita dapat menemukan gejala berupa rasa mengganjal pada
mata, perih, mata merah dan riwayat trauma yang biasanya berkaitan dengan

30
pekerjaan pasien. Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan visus yang normal
atau menurun, tergantung letak benda asing, adanya injeksi konjungtiva ataupun
injeksi siliar, adanya benda asing pada kornea, dan dapat juga dilakukan tes
fluoroscein untuk menentukan letak pasti benda asing dan lesi pada kornea.
Penatalaksaan yang tepat berupa ekstraksi dengan menggunakan alat dan
teknik yang tepat serta penggunaan antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi
sekunder. Edukasi kepada pasien juga penting untuk mencegah terjadinya trauma
pada mata berupa penggunaan safety wear sperti kacamata pelindung saat bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-eva, P. Witcher, J. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum 17th ed. EGC
2014
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2014
3. Bashour M. et al. Corneal Foreign Body. Medscape. 2016
4. Kanski, J. et al. Clinical Ophthamology 5 ed. Butterworth Heinemann. 2006
5. Cao, C. et al. Corneal Foreign Body Removal. Medscape. 2015

31

Anda mungkin juga menyukai