Refarat Makula Kornea
Refarat Makula Kornea
Refarat Makula Kornea
OD MAKULA KORNEA
OLEH
Nama : Riswandha
Nama : Riswandha
NIM : N 111 17 070
Judul Referat : OD Makula Kornea
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
BAB I – PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II – TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi ....................................................................... 2
2.2 Sikatriks Kornea ................................................................................ 9
A. Definisi ......................................................................................... 9
B. Epidemiologi .............................................................................. 10
C. Etiologi ....................................................................................... 10
D. Klasifikasi .................................................................................. 11
E. Diagnostik ................................................................................... 11
F. Penatalaksanaan .......................................................................... 12
G. Prognosis .................................................................................... 13
2.3 Pemeriksaan Flurosen ..................................................................... 14
2.4 Serum Autolog ................................................................................ 14
BAB III – LAPORAN KASUS ........................................................................ 17
BAB IV – PEMBAHASAN .............................................................................. 24
BAB V – KESIMPULAN ................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
bila mata dibuka, dan hanya naik sedikit bila mata ditutup. Permukaan
superfisial palpebra ditutupi oleh kulit dan permukaan dalamnya
diliputi oleh membrana mucosa yang disebut conjunctiva. Bulu mata
berukuran pendek dan melengkung, terdapat pada pinggir bebas
palpebra, dan tersusun dalam dua atau tiga baris pada batas mucocutan.
Glandula sebacea (glandula Zeis) bermuara langsung ke dalam folikel
bulu mata. Glandula ciliaris (glandula Moll) merupakan modifikasi
kelenjar keringa! yang bermuara secara terpisah di antara bulu mata
yang berdekatan. Glandula tarsalis adalah modifikasi kelenjar sebacea
yang panjang, yang mengalirkan sekretnya yang berminyak ke pinggir
palpebra; muaranya terdapat di belakang bulu mata.7
sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di sebelah anterior,
lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat ditembus oleh
berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah
sklera adalah khoroid, yang berpigmen banyak dan mengandung
banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi bagi retina. Lapisan
koroid di sebelah anterior mengalami spesialisasi membentuk badan
siliaris dan iris, yang akan segera kita bahas. Lapisan paling dalam di
bawah koroid adalah retina, yang terdiri dari lapisan berpigmen di
sebelah luar dan lapisan jaringan saraf di sebelah dalam. Yang terakhir,
mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), fotoreseptor
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Seperti dinding
hitam sebuah studio foto, pigmen di koroid dan retina menyerap sinar
setelah sinar mengenai retina untuk mencegah pantulan atau
pembuyaran sinar di dalam mata. Bagian interior mata terdiri dari dua
rongga berisi cairan yang dipisahkan oleh sebuah lensa elips, yang
semuanya uansparan agar cahaya dapat menembus mata dari kornea
hingga ke retina. Rongga posterior (belakang) yang lebih besar antara
lensa dan retina mengandung bahan setengah cair mirip gel, humor
vitreirs. Humor vitreus penting unruk mempertahankan bentuk bola
mata agar terap bulat. Rongga anterior antara kornea dan lensa
3
mengandung cairan jernih encer, humor aquosus. Humor aguosus
membawa nutrien untuk kornea dan lensa, yaitu dua struktur yang tidak
memiliki aliran darah. Adanya pembuluh darah di struktur-struktur ini
akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Humor aquosus
dihasilkan dengan kecepatan sekitar 5 ml/hari oleh suatu jaringan
kapiler di dalam badan siliar, suatu turunan klusus lapisan koroid
anterior. Cairan ini mengalir ke suatu kanalis di tepi kornea dan
akhirnya masuk ke darah.5
4
Gambar 3. Otot pada mata8
2.1.3 Embriologi
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan
ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550
pm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya
sekitar L1,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda.1
Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif: ektoderm
permukaan, termasuk derivatnya-crista neuralis; ektoderm neural; dan
mesoderm. Endoderm tidak ikut dalam pembentukan mata. Mesenkim,
yang berasal dari mesoderm atau crista neuralis, adalah istilah untuk
jaringan ikat embrional. Sebagian besar mesenkim di kepala dan leher
berasal dari crista neuralis. Ektoderm permukaan membentuk lensa;
kelenjar Iakrimal; epitel kornea, konjungtiva, dan kelenjar-kelenjar
adneksa; serta epidermis palpebra. Crista neuralis, yang berasal dari
ektoderm permukaan di daerah tepat di sebelah plica neuralis (neural
folds) ektoderm neural, berfungsi membentuk keratosit kornea, endotel
kornea dan anyaman trabekula, stroma iris dan koroid, musculus
ciliaris, fibroblas sklera, vitreus, dan meninges nervus opticus. Crista
neuralis juga terlibat dalam pembentukan tulang dan tulang rawan
orbita, jaringan ikat dan saraf orbita, otot-otot ekstraokular, dan lapisan-
lapisan su bepidermal palpebra. Ektoderm neural menghasilkan vesikel
optik dan cawan optik sehingga berfungsi membentuk retina dan epitel
5
pigmen retina, lapisan-lapisan berpigmen dan tidak berpigmen epitel
siliaris, epitel posterior, musculus dilator dan sphincter pupillae pada
iris, dan serat-serat nervus opticus dan glia. Mesoderm berkontribusi
membentuk vitreus, otot-otot palpebra dan ekstraokular, serta endotel
vaskular orbita dan okular.1
6
tersebut. Ektoderm juga merupakan asal cornea dan conjunctiva.
Sebagian besar komponen lain pada mata tengah dan luar berasal dari
mesenkim. Jaringan pembuluh darah (dengan kontribusi oleh A.
hyloidea) pada awalnya mengelilingi primordium lensa yang di
kemudian hari akan hilang. Puntung proksimat A. Hylaoidea menjadi
A. Centralis retinae.9
7
2.1.4 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata.11
Kornea terdiri atas lima lapisan. Berturut-turut dari luar ke dalam
adalah:12
a. Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Epitel permukaan berlapis tidak bertanduk, dengan lima atau enam
lapisan sel yang membentuk sekitar 10% ketebalan kornea. Sejumlah
besar gambaran mitosis terdapat di lapisan basa1, terutama di dekat
tepi kornea, yang menggambarkan besarnya kapasitas pembaruan
dan perbaikan sel. Sel epitel permukaan yang pipih memiliki
mikiovili dan lipatan yang menonjol ke dalam lapisan protektif atau
lapisan air mata yang terdiri atas lipid, glikoprotein dan air dengan
ketebalan sekitar 7 ;rm. Sebagai upaya perlindungan liiry epitel
kornea juga memiliki salah satu persarafan sensoris terbanyak dari
jaringan lain. Membran basal epitel ini sangat tebal (8-12 prm) dan
berperan pada stabilitas dan kekuatan kornea, yang membantu
melindungi infeksi stroma di bawahnya.13
b. Membran Bowman
Lapis stroma bagian luar, homogen
c. Stroma
Transparan, jaringan ikat kolagen padat beraturan mengandung
fibroblas dan terkadang sel limfoit, menyusun sebagian besar kornea.
d. Membran Descemet
Suatu laminabasalis yang tebal
e. Endotel komea
endotel yang sebenarnya, suatu epitel selapis gepeng sampai kubis
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan "jendela" yang
dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya
kornea disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskular, dan
deturgesens. Deturgesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan
8
kornea, dipertahankan oleh "pompa" bikarbonat aktif pada endotel dan
oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada
epitel dalam mekanisme dehidrasi, dan kerusakan pada endotel jauh
lebih serius dibandingkan kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan,
yang cenderung bertahan lama karena terbatasnya potensi perbaikan
fungsi endotel. Kerusakan pada epitei biasanya hanya menyebabkan
edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang dengan
regenerasi sel-sel epitel yang cepat.1
2.2.1 Definisi
9
sikatrik berat disebut leukoma kekeruhannya berwarna putih padat
terlihat jelas oleh mata.2
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Etiologi
10
sering terjadi trauma tatal (campuran kimia latex stimulan, getah basah-
keringdan kotoran yang menempel pada kulit pohon serta ulit pohon
karet) yang mana insidennya mencapai 3.17%t (dari 100 penderita
pekerja perkebunan penderita trauma tatal), yang menyebabkan
ulserasi kornea dan menimbulkan sikatrik kornea.2 Penyebab dari
sikatrik kornea:14
2.2.5 Diagnosis
11
Gambar 9. Tipe-tipe sikatriks kornea14
2.2.6 Tatalaksana
12
Gambar 10.teknik jahitan pada kornea.15,16
5. Tato bekas luka. Itu dilakukan untuk kosmetik tujuan di masa lalu.
Ini hanya cocok untuk bekas luka dalam mata yang tanpa penglihatan
yang bermanfaat. Untuk tato Tinta hitam India, emas atau platinum
dapat digunakan. Untuk melakukan tato, pertama-tama, epitel menutupi
opacity dihilangkan di bawah topikal anestesi (2 persen atau 4 persen
xylocaine). Kemudian selembar kertas isap dengan ukuran dan bentuk
yang sama, direndam dalam emas klorida 4 persen (untuk warna
cokelat) atau 2 persen platinum klorida (untuk warna gelap) diterapkan
di atasnya. Setelah 2-3 menit potongan filter kertas dihilangkan dan
beberapa tetes segar larutan hidrazin hidrat disiapkan (2 persen)
menuangkannya. Terakhir, mata diirigasi dengan normal salin dan
ditambal setelah pemberian antibiotik dan salep mata atropin.14
13
2.2.7 Prognosis
14
(KCS) atau yang sering disebut dengan penyakit mata kering (dry eye). Sejak
saat itu pengobatan dengan serum otologus diaplikasikan secara luas dalam
bidang kedokteran modern seperti ortopedi, dermatologi, bedah plastik, dan
kosmetika.17
15
Tetes mata serum otologus terdiri atas komponen air mata esensial
seperti transforming growth factor, vitamin A, lisosim, fibronektin, vitamin
C, imunoglobulin A, dan epithelial growth factor yang berperan penting
dalam menjaga kesehatan permukaan mata. Direkomendasikan sebagai terapi
gangguan permukaan bola mata seperti MKSS, MKBSS yang berkaitan
dengan graftversus- host disease, keratitis neurotropik, defek epitel persisten,
keratokonjungtivitis superior limbik, dan mata kering post-LASIK. Sejumlah
20-50% pasien mengalami perbaikan gejala setelah penggunaan serum
autologus selama 4-8 hari.20
16
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : NS
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pelayan
Alamat : sausu
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk ke poli mata rumah sakit anuntaloko dengan keluhan
penglihatan kabur, pasien merasa kabur sejak 3 minggu yang lalu.
Penglihatan kabur dirasakan pada salah satu matanya yaitu pada mata
kanan. Pada awalnya pasien merasa matanya tiba-tiba merah, dan seterusnya
menjadi kabur. Pasien sudah memberikan obat tetes mata yang di beli di
apotik tanpa resep dan anjuran dari dokter dan ke tempat praktek bidan,
bidan tersebut memberikan cairan infus di mata yang kabur tersebut namun
tidak ada perubahan setelah diberikan terapi tersebut. Dilingkungan sekitar
pasien tidak ada yang merasakan keluhan tersebut. Pasien alergi makan
ayam dan cuaca dingin. pasien juga merasakan gatal pada kelopak mata dan
nyeri kepala. Pasien tidak pernah mengalami benturan pada daerah mata dan
kepala, tidak mengalami adanya kemasukan benda asing pada matanya.
Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Lain :
Tidak ada
17
Riwayat Trauma :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit mata dalam keluarga dan juga
tidak ada yang menggunakan kacamata dalam keluarga. Riwayat DM dan
hipertensi tidak ad dalam keluarga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan pengukuran
- Nadi : tidak dilakukan pengukuran
- Pernapasan : 20 x/m
- Suhu : tidak dilakukan pengukuran
Status Oftalmologis OD OS
Visus
- Tajam Penglihatan 1/300 6/6,6
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Distansia Pupil Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Kacamata lama - -
Inspeksi:
Kedudukan Bola mata:
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola mata Baik ke semua arah Baik ke semua arah
18
Supra Silia
- Warna Hitam Hitam
- Letak Simetris Simetris
Konjungtiva tarsal
palpebral inferior
- Hiperemis - -
- Sikatriks - -
- Korpus alienum - -
Konjungtiva bulbi
- Secret - -
- Injeksi konjuntiva - -
- Injeksi siliar - -
- Injeksi episklera - -
- Hiperemis - -
- Perdarahan
subkonjuntiva - -
- Pterygium - -
- Nodul - -
19
System lakrimalis
- Punctum Terbuka Terbuka
Kornea
- Kejernihan keruh Jernih
- Permukaan Cembung Cembung
- Infiltrate - -
- Ulkus - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
Iris
- Warna Coklat kehitaman Coklat Kehitaman
- Kripte + +
- Sinekia - -
Pupil
- Letak Sentral Sentral
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 2 mm 2 mm
- RCL + +
- RCTL + +
Lensa
- Kejernihan Jernih Jernih
20
Palpasi
- Nyeri tekan - -
- Massa tumor - -
- Tensi okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Slit lamp
- Palpebra Normal Normal
- Silia Normal Normal
- Konjungtiva Normal Normal
- Kornea Tampak makula Normal
centralis
Status Lokalis:
a) Regio OD Kornea: Tampak makula centralis pada kornea mata sebelah
kanan. Pada Kornea oculi sinistra tampak keruh (-), bentuk cembung.
21
OD
D. RESUME
Pasien masuk ke poli mata rumah sakit anuntaloko dengan keluhan
penglihatan kabur, pasien merasa kabur sejak 3 minggu yang lalu.
Penglihatan kabur dirasakan pada mata kanan. Pada awalnya pasien merasa
matanya tiba-tiba merah, dan seterusnya menjadi kabur. Pasien sudah
memberikan obat tetes mata yang di beli di apotik tanpa resep dan anjuran
dari dokter dan ke tempat praktek bidan, bidan tersebut memberikan cairan
infus di mata yang kabur tersebut namun tidak ada perubahan setelah
diberikan terapi tersebut. Dilingkungan sekitar pasien tidak ada yang
merasakan keluhan tersebut. Pasien alergi makan ayam dan cuaca dingin.
pasien juga merasakan gatal pada kelopak mata dan nyeri kepala. Riwayat
trauma pada kepala(-) dan mata (-). Riwayat keluarga (-) merasakan
penyakit yang sama. Riwayat Corpus alineum (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien KU: Sedang, N = 80 x/m, R
= 20 x/m, S = 36,5 C. Pemeriksaan tambahan menggunakan slit lamp
didapatkan Status Oftalmologis ditemukan Regio OD Kornea Tampak
makula centralis pada kornea mata sebelah kanan. Kornea pada oculi
sinistra tampak jernih (+), bentuk cembung.
E. DIAGNOSIS
OD Macula Cornea
F. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Topikal Levocin Ed 6x1 gtt OD
Sanbe tears Ed 4 x 1 gtt OD
Oral Doksisiklin 1 x 100 mg
22
Non medikamentosa
Memberikan Edukasi :
1. Menjaga higenitas mata.
2. Tidak menggunakan soft lens.
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia et Malam
Quo ad sanam : Dubia et Malam
Quo ad functionam : Dubia et Malam
H. DOKUMENTASI
23
BAB IV
PEMBAHASAN
kasus ini didiagnosis dengan OD makula kornea, penatalaksanaan
diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis didapatkan Pasien masuk ke poli mata rumah sakit anuntaloko dengan
keluhan penglihatan kabur, pasien merasa kabur sejak 3 minggu yang lalu.
Penglihatan kabur dirasakan pada salah satu matanya yaitu pada mata kanan. Pada
awalnya pasien merasa matanya tiba-tiba merah, dan seterusnya menjadi kabur.
Pasien sudah memberikan obat tetes mata yang di beli di apotik tanpa resep dan
anjuran dari dokter dan ke tempat praktek bidan, bidan tersebut memberikan
cairan infus di mata yang kabur tersebut namun tidak ada perubahan setelah
diberikan terapi tersebut. Dilingkungan sekitar pasien tidak ada yang merasakan
keluhan tersebut. Pasien alergi makan ayam dan cuaca dingin. pasien juga
merasakan gatal pada kelopak mata dan nyeri kepala. Pasien tidak pernah
mengalami benturan pada daerah mata dan kepala, tidak mengalami adanya
kemasukan benda asing pada matanya.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. didapatkan Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien KU: Sedang, N = 80 x/m, R = 20 x/m, S =
36,5 C. Pemeriksaan Status Oftalmologis menggunakan alat slit lamp ditemukan
Regio OD Kornea Tampak makula centralis pada kornea mata sebelah kanan.
Kornea pada oculi sinistra tampak Jernih (+), bentuk cembung.
Pada pasien dilakukan penatalaksanaan Medikamentosa Topikal Levocin
Eye drops 6x1 gtt OD, Sanbe tears Eye drops 4 x 1 gtt OD, dan Oral berupa
Doksisiklin 1 x 100 mg, untuk Non medikamentosa Memberikan Edukasi :
Menjaga higenitas mata, Tidak menggunakan soft lens.
Prognosis pada pasien Dubia Et malam dimana pada kasus dengan
sikatriks kornea dan Penurunan tajam penglihatan sangat ditentukan oleh letak,
luas, serta kepadatan jaringan sikatrik yang terjadi, irregularitas permukaan
Kornea dan cekungan yang terjadi. Bila sikatrik kornea telah mengganggu
penglihatan tidak ada pengobatan yang dapat dilakukan kecuali keratoplasti atau
pencangkokan kornea.2
24
BAB V
KESIMPULAN
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan-eva P, Witcher JP. Vaughan & Asbury: Oftamologi Umum Edisi 17.
Jakarta: EGC; 2009.
2. Erry. Distribusi dan Karakteristik kornea di Indonesia, Riskesdas 2007.
Media Litbang Kesehatan: 2012; Vol 22. No 1.
3. Wilson SI. et al. Control of Scars Tissue Formation in the Cornea: Strategies
in Clinical and Corneal Tissue Engineering. J. Funct. Biomater.: 2012; vol 3
pp 642-687.
4. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology ed 8. ELSEVIER. 2016.
12. Gartner LP.& Hiatt JL. Atlas Berwarna Histologi ed 5. Tanggerang: Binarupa
Aksara. 2012.
13. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas. Jakarta: EGC. 2011
14. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology Ed 4. New Age International
(P) Limited. 2007.
15. Reinhard T. & Larkin F.Corneal and Externa Eye Disease. German: Springer.
2006.
26
16. Kim SJ. Wee WR. Lee JH. Kim MK. The Effect of Different Suturing
Techniques on Astigmatism after Penetrating Keratoplasty. J Korean med:
2008; vol 23. Pp 1015-1019.
17. Agung SS. Maksum IP. Subroto T. Serum Otologus dan Human Epidermal
Growth Factor (hEGF) Mempercepat Proliferasi dan Migrasi Keratinosit pada
Proses Re-Epitelisasi.MKB: 2016; 48(4). Pp 205-210.
18. Maksum IP. Subroto T. Dkk. Stabilization Of Vitamin A Using Vitamin E AS
Antioxidant In Lyophilized autologous Serum and Its Antibacterial
Properties. International Research Journal of Pharmacy: 2018; 9 (7). Pp 79-84.
19. Semeraro F. Forbice E. Braga O. Bova A. 2014. Evaluation of the efficacy of
50% Autologous Serum Eye Drops in Different Ocular Surface Pathologies.
Hindawi Publishing Corporation: 2014. Pp 1-10.
20. Elvira. Wijaya VN. Penyakit Mata Kering. CDK:2018. Pp 192-196.
27