Lapkas Internsip Fraktur Klavikula

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

FRAKTUR KLAVIKULA

Disusun untuk melengkapi tugas Program Internship Dokter Indonesia di Rumah


Sakit

Disusun oleh:
dr. Gladys Chintya Darma

Pembimbing:
Dr. I Wayan, Sp OT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

RS BHAYANGKARA TK III PEKANBARU

PEKANBARU

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iii

BAB 1 PANDAHULUAN..................................................................................... 1

BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 3

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 15

3.1 Insidensi dan epidemiologi............................................................................. 15

3.2 Etiologi............................................................................................................. 15

3.3 Klasifikasi........................................................................................................ 15

3.4 Anatomi............................................................................................................ 19

3.5 Patomekanisme............................................................................................... 20

3.6 Diagnosis.......................................................................................................... 20

3.7 Penatalaksanaan............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 27

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh; dengan mengucap syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka atas rahmat-Nya akhirnya penulis dapat

menyusun Laporan Kasus ini dengan lancar. Laporan Kasus adalah salah satu tugas

yang harus dipenuhi peserta Program Internship Dokter Indonesia. Pada kesempatan

kali ini, Laporan Kasus yang penulis susun berjudul “FARKTUR KLAVIKULA”.

Tentunya dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis banyak mendapat

rintangan dan hambatan, akan tetapi dengan bantuan beberapa pihak rintangan dan

hambatan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

dr. I Wayan, Sp OT selaku pembimbing dan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Laporan Kasus ini.

Tentunya penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari kata

sempurna, baik itu dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran-

saran yang membangun dari pembaca tentunya sangat penulis harapkan untuk

penyempurnaan penulisan selanjutnya.

Penulis berharap semoga Laporan Kasus ini dapat menjadi manfaat bagi

pembaca terkhusus rekan sesama peserta Program Internship Dokter Indonesia

lainnya.

Wassalamua’laikum Wr.Wb

Pekanbaru,

Penulis

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan


yang disebabkan oleh rudapaksa.1,3

Clavicula merupakan salah satu tulang yang paling sering mengalami


fraktur apabila terjadi cedera pada bahu karena letaknya yang superfisial. Pada
tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang
lainnya yaitu bisa ada kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi,
neoplasia, kelainan metabolik tulang dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa
disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai
yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup
ataupun multiple trauma.

Menurut data epidemiologi pada orang dewasa insiden fraktur clavicula


sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki
perempuan adalah 2:1. Fraktur pada midclavicula yang paling sering terjadi
yaitu sekitar 85% dari semua fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal
sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%..

Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada


clavicula tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering
mengalami fraktur yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-
anak berupa greenstick, bagian distal clavicula dan bagian proksimal
clavicula. Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan
menjadi tiga tipe yaitu, fraktur pada bagian tengah clavicula (lokasi yang
paling sering terjadi fraktur), fraktur pada bagian distal clavicula (lokasi
tersering kedua mengalami fraktur setelah midclavicula), fraktur pada bagian
proksimal clavicula (fraktur yang paling jarang terjadi dari semua jenis fraktur
clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%).6

1
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
nonoperative treatment. Tujuan dari penanganan ini adalah untuk
menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling
berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana
mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses penyembuhan tulang
yang mengalami fraktur lebih cepat. Proses penyembuhan pada fraktur
clavicula memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan nonoperative
dilakukan dengan pemasangan sling selama 6 minggu. Selama masa ini pasien
harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang
yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa
patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau
mobilisasi pada tulang untuk mempercepat penyembuhan. Imobilisasi bisa
dilakukan melalui, pembidaian, pemasangan gips, penarikan (traksi), fiksasi
internal, fiksasi eksternal.7

2
BAB 2

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. A Jenis kelamin : Pria

Alamat : Jl. Pasar Flamboyan Umur : 11 tahun

Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar Pendidikan :-

Masuk tanggal: 08 April 2018, Jam 20 : 30 WIB

2. KELUHAN UTAMA :

Nyeri pada bahu kiri dirasakan 7 jam yang lalu.

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Pekanbaru diantar oleh orang

tuanya dengan keluhan nyeri pada bahu kiri yang dirasakan sejak 7 jam SMRS

sebelumnya pasien jatuh dari motor akibat balap motor. yang mengakibatkan

pasien terjatuh dari motornya ke arah kiri, dengan posisi bahu dan lengan atas

menopang seluruh badannya.. riwayat pingsan/ penurunan kesadaran disangkal,

benturan pada kepala disangkal, muntah tanpa diawali mual (proyektil) disangkal,

nyeri kepala hebat disangkal, sesak napas disangkal.

3
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, sesak
napas.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

Riwayat darah tinggi (-), kencing manis (-), sakit jantung (-), sesak napas (-).

6. RIWAYAT PEMAKAIAN OBAT :

7. PEMERIKSAAN FISIK (STATUS GENERALIS)

Vital Sign :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

S : compos mentis

TD : 120/80

Pols : 77 x / menit

RR : 18 x / menit

T : 36,3 celcius

- Kepala :
Normocephal
- Mata :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil

isokor 3mm/3mm.
- Toraks :

Paru, Anterior : inspeksi : statis simetris kanan-kiri

Dinamis simetris kanan-kiri

4
Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua lapangan

paru, simetris kanan-kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+/+) pada kedua lapangan paru,

rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Posterior : inspeksi : statis simetris kanan-kiri

Dinamis simetris kanan-kiri

Palpasi : vocal fremitus sama pada kedua lapangan

paru, simetris kanan-kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : vesikuler (+/+) pada kedua lapangan paru,

rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial linea

mid clavicularis sinistra

Perkusi : batas jantung:

Atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Kanan : SIC II linea parasternalis dextra

Kiri : 2 jari medial linea mid clavicularis sinistra

Kesan : normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, bising jantung (-)

murmur(-)

5
Abdomen : inspeksi : simetris tidak membesar

Palpasi : soepel, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

8. STATUS LOKALISATA BEDAH

regio klavikula sinistra

Look : edema (+) deformitas (+)

Feel : nyeri tekan (+) krepitasi ( + )

Move : ROM ekstremitas atas sinistra terbatas

Region abdomen posterior: vulnus ekskoriatum (+)

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Darah Lengkap
- Foto Thorax AP supine

Darah Lengkap

Hb 10,5 g/dL

Leukosit 7.700 /mm3

Trombosit 243.000

Hematokrit 33,2 %

Eritrosit 4,23

6
MCV 78,7 mg%

MCH 24,8 mg%

MCHC 31,6 mg%

RDW 14,7 %

PDW 15,5 %

MPV 7,4 fl

PCT 0,179 %

Masa perdarahan 2 menit 30 detik

Masa pembekuam 6 menit 0 detik

7
Foto Rontgen

 Fraktur OS klavikula 1/3 medial dengan

alignment tidak baik ( displaced )


 OS klavikula dextra dalam batas normal
 Costa tidak ada fraktur

8
 Shoulder dextra sinistra dalam batas

normal
 Kor normal CTR 50%
 Pulmo apex tenang, corakan dan hilus

dalam batas normal


 Sinus diafragma dan pleura tenang.
 Kesan: fraktur OS klavikula sinistra 1/3 medial

10. DIAGNOSIS :

Close fraktur OS klavikula 1/3 medial sinistra displaced + multiple ekskoriatum

11. TERAPI :

Kenyataan Lege Artis Keterangan


Wound Toilet Wound toilet Penanganan sudah benar
Terapi cairan
IVFD RL 12 gtt/i Namun sebaiknya
menggunakan
Inj. Ketorolac 10 mg/ pemberian cairan
Holiday Segar
(iv) disesuaikan dengan
berdasarkan BB
Holiday segar.
Tatalaksana

fraktur tertutup
Penanganan sudah
1/3 medial
benar , dan sebaiknya
klavikula
pasien di berikan
displaced :
Dapat dilakukan informasi mengenai

dengan terapi resiko dari setiap jenis

non operatif penanganan, karena

9
seperti : arm terapi operatif dan non

sling, bandage operatif sama baiknya.

figure of 8,

maupun terapi

operatif. Dan

kedua terapi

memiliki hasil

fungsional yang

identik. Meski

masih banyak

perdebatan

Anjuran Selanjutnya :

Konsul dokter spesialis ortopedi :

- Rencana ORIF tanggal 9 – 4 - 2018


- Inj. Ceftriaxone 1 gr (pre op)
- Inj Ketorolac 10 mg / 8 jam

Follow up :

Tanggal S O A P

9 April Nyeri pada Kes: composmentis Post ORIF  IVFD RL 20

2018 bekas + K wire gtt/menit


TD: 110 / 80  Inj Ceftriaxone 1
operasi atas
Nadi: 82 x/menit gr / 12 jam
indikasi  Inj Ketorolac 10

10
Nafas: 18 x/menit closed mg / 8 jam
 Pantau ttv
Fracture  Puasa Bising usus
Suhu: 36,5oC
clavicula +
Thorax:  Bising Usus ( + )
1/3 medial
jam 20 : 15
I: statis simetris,dinamis sinistra ,

simetris H0

P: vocal fremitus simetris

P: sonor seluruh lapang

paru

A: paru : vesikuler (+/+)

melemah pada

lapangan paru bawah,

rhonki basah basal

(-/-), wheezing (-/-)

Cor : S1, S2 (+) murmur

(-), gallop (-)

Abdomen:

Soepel, BU (-), Nyeri

tekan (-) epigastrium,

Ekstremitas : akral hangat

10 April Tidak ada Kes: composmentis Post ORIF  IVFD RL 20

11
2018 keluahn TD: 120 / 80 + K wire gtt/menit
 Inj Ceftriaxone 1
atas
Nadi: 82x/menit gr / 12 jam
indikasi  Inj Ketorolac 10
Nafas: 20x/menit
closed mg / 8 jam
 Pantau ttv
Suhu: 36oC Fracture  Rencana Rontgen

clavicula thoraks
Thorax:  Rencana GV besok
1/3 medial  Aff infus besok
P: vocal fremitus simetris sinistra,

P: sonor seluruh lapang H1

paru

A: paru :vesikuler (+/+),

rhonki basah basal

(-/-), wheezing (-/-)

Cor : S1,S2 (+), murmur

(-), gallop (-)

Abdomen:

Soepel, BU (+), Nyeri

tekan (-) epigastrium,

Ekstremitas : akral hangat

11April Tidak ada Kes: composmentis Post ORIF  Cefixim 2 x 100

2017 keluhan + K wire mg


TD: 120/80 mmHg  Osfit 1x1

12
Nadi: 80x/menit atas  Kolkatrol 1 x 0,25

indikasi mg
Nafas: 20x/menit  Meloxicam 1 x
closed
Suhu: 36,8 C o 7,5 mg
Fracture  BLPL

Thorax: clavicula

1/3 medial
I: statis simetris,dinamis
sinistra,
simetris
H2
P: vocal fremitus simetris

P: sonor seluruh lapang

paru

A: vesikuler (+/+),

rhonki basa basal (-/-),

wheezing (-/-)

Cor : S1, S2 (+), murmur

(-), gallop (-)

Abdomen:

Soepel, BU (+), Nyeri

tekan (-),

Ekstremitas : akral hangat

13
Foto rontgen thorax tanggal 10 – 4 - 2018

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 INSIDENS & EPIDEMIOLOGI
Terdapat 5­10% fraktur clavicula dari semua jenis fraktur. Fraktur

ini kebanyakan terjadi pada pria yang berusia kurang dari 25 tahun, namun

juga lebih sering terjadi pada pria yang lebih tua, yaitu >55 tahun dan pada

wanita >75 tahun.2

3.2 ETIOLOGI
Menurut   sejarah   fraktur   pada   klavikula   merupakan   cedera   yang

sering   terjadi   akibat   jatuh   dengan   posisi   lengan   terputar/tertarik   keluar

(outstrechedhand)   dimana   trauma   dilanjutkan   dari   pergelangan   tangan

sampai   klavikula,   namun   baru­baru   ini   telah   diungkapkan   bahwa

14
sebenarnya   mekanisme   secara   umum   patah   tulang   klavikula   adalah

hantaman   langsung   ke   bahu   atau   adanya   tekanan   yang   keras   ke   bahu

akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.3
3.3 KLASIFIKASI
Patah tulang dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara

patahan tulang dengan dunia luar, yaitu:4
1. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih

utuh, tulang tidak menonjol melalui kulit.
2. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena

adanya   hubungan   dengan   lingkungan   luar,   maka   fraktur   terbuka

potensial terjadi infeksi.

Lokasi   patah   tulang   pada   klavikula   diklasifikasikan   menurut   Dr.   FL

Allman tahun 1967 dan dimodifikasi  oleh Neer pada tahun 1968, yang

membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok :5

1. Kelompok   1:   patah   tulang   pada   sepertiga   tengah   tulang   klavikula

(insidensi kejadian 75­80%).
­ Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
­ Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15­25%)
Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular

yakni (yakni, conoid dan trapezoid).
a. Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya

perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b. Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan

ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
c.   Tipe   2   B.   Terjadi   ganguan   ligament.   Salah   satunya   terkoyak

ataupun kedua­duanya.
d.   Tipe   3.   Patah   tulang   yang   pada   bagian   distal   clavikula   yang

melibatkan AC joint.

15
e. Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan

fragmen proksimal berpindah keatas.
f. Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3: patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%).

Pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

Gambar 1. Klasifikasi fraktur klavikula Allman.

Gambar 2. Fraktur 1/3 lateral atau distal klavikula

16
Terdapat   pula   klasifikasi   menurut   dr   edinburg   yang   membagi   fraktur

klavikula berdasarkan berdasarkan letak anatomi, pergeseran fragmen tulang dan

kominusi frahmen. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan analisis dari 1000 fraktur

klavikula dan terbukti dapat diterima, dan bermanfaat sebagai parameter untuk

memprediksi terjadinya non union setelah perawatan non operatif.

Gambar 3. Klasifikasi Fraktur  Klavikula menurut Edinburg

17
3.4 ANATOMI
Os clavicula (tulang selangka) berhubungan dengan os sternum di

sebelah medial dan di lateral tulang ini berhubungan dengan os scapula

pada acromion yang dapat diraba sebagai tonjolan di bahu bagian lateral.

Tulang   ini   termasuk   jenis   tulang   pipa   yang   pendek,   walaupun   bagian

lateral tulang ini tampak pipih. Bentuknya seperti huruf S terbalik, dengan

bagian   medial   yang   melengkung   ke   depan,   dan   bagian   lateral   agak

18
melengkung ke belakang. Permukaan atasnya relatif lebih halus dibanding

dengan permukaan inferior. Ujung medial atau ujung sternal mempunyai

facies   articularis   sternalis   yang   berhubungan   dengan   discus   articularis

sendi atau articulatio sternoclavicularis.6
Gambar 4. Anatomi Clavicula

3.5 PATOMEKANISME

Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme

kompressi   atau   penekanan,   paling   sering   karena   suatu   kekuatan   yang

melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah

itu   karena   jatuh,   keeelakaan   olahraga,   ataupun   kecelakaan   kendaraan

bermotor.1

Pada   daerah   tengah   tulang   clavicula   tidak   di   perkuat   oleh   otot

ataupun   ligament­ligament   seperti   pada   daerah   distal   dan   proksimal

clavicula. Clavicula bagian tengah juga merupakan transition point antara

bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada

daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun

proksimal.1

Gambar 5. Fraktur Clavicula1

19
3.6 DIAGNOSIS

Gambaran   klinis   pada   patah   tulang   klavikula   biasanya   penderita

datang   dengan   keluhan   jatuh   atau   trauma.   Pasien   merasakan   rasa   sakit

bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik

pasien   akan   terasa   nyeri   tekan   pada   daerah   fraktur   dan   kadang­kadang

terdengar   krepitasi   pada   setiap   gerakan.   Dapat   juga   terlihat   kulit   yang

menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal

akan   terlihat   disertai   perubahan   warna   lokal   pada   kulit   sebagai   akibat

trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas

dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.7

Evaluasi   pada   fraktur   clavicula   yang   standar   berupa   proyeksi

anteroposterior   (AP)   yang   dipusatkan   pada   bagian   tengah   clavicula.

Pencitraan yang dilakukan harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua

AC joint dan SC joint. Bisa juga digunakan posisi oblique dengan arah dan

penempatan   yang   baik.   Proyeksi   AP   20­60°   dengan   cephalic   terbukti

cukup   baik   karena   bisa   meminimalisir   struktur   toraks   yang   bisa

mengganggu pembacaan. Karena bentuk dari clavicula yang berbentuk S,

20
maka   fraktur   menunjukkan   deformitas   multiplanar,   yang   menyebabkan

susahnya   menilai   dengan   menggunakan   radiograph   biasa.   CT   scan,

khususnya dengan 3 dimensi meningkatkan akurasi pembacaan.7

3.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan   pada   fraktur   clavicula   ada   dua   pilihan   yaitu

dengan tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah

atau konsevatif.5
Tatatalaksana fraktur sepertiga tengah (Edinburgh Tipe 2). Ada kesepakatan

umum bahwa patah tulang (Edinburgh Type 2A) undisplaced sebaiknya diperlakukan

nonoperatif. Pandangan tradisional terhadap pengobatan fraktur displaced adalah

bahwa fraktur ini jarang membutuhkan tindakan stabilisasi operatif. terdapat 3 dasar

pemikiran untuk ini. Pertama, dalam kebanyakan studi, Angka nonunion pada kasus

ini <1%. Kedua, dua penelitian retrospektif besar yang dilakukan pada tahun 1960

oleh Neer dan Rowe menunjukkan bahwa angka nonunion setelah ORIF lebih tinggi

daripada penanganan no-noperatif. Namun, kedua studi tersebut memasukkan patah

tulang pada anak-anak, yang hampir pasti bersatu. Alasan terakhir adalah bahwa

sejumlah penelitian di masa lalu telah menunjukkan tingkat kepuasan pasien yang

tinggi setelah penanganan nonoperatif pada fraktur ini. Namun, penelitian yang lebih

baru, selama sepuluh tahun terakhir, telah menunjukkan angka nonunion dan

gangguan fungsi yang lebih tinggi setelah penanganan nonoperatif, sementara

perbaikan dari reduksi dan fiksasi operatif telah meningkat secara signifikan. Saat ini,

21
masih ada perdebatan besar tentang apakah fraktur displaced akut harus ditangani

secara operasi atau nonoperatif.


.
Penanganan Non Operatif 1,3,4,8

Banyak metode pengobatan konservatif yang telah dijelaskan, tetapi  arm

sling   sederhana  dan   apa   yang   disebut  bidai   angka   ­   delapan  telah

digunakan secara luas. Sebuah studi komparatif menunjukkan  kepuasan

pasien   yang   lebih   baik  dengan  arm   sling   sederhana,   namun   hasil

fungsional dan kosmetik dari dua metode penanganan ini adalah identik.,

tetapi  risiko  luka  tekan  pada  aksila,  kompresi berkas neurovaskular,

dan nonunion lebih tinggi pada pasien yang diobati dengan bidai angka 8.

Untuk   alasan   ini,   arm   sling   sederhana  paling   sering   digunakan.

Penggunaan sling biasanya dapat dihentikan begitu rasa sakit telah mereda,

dan   pasien   didorong   untuk   melakukan   kegiatan   normal   yang   tidak

menimbulkan   rasa   sakit.   Pemulihan   berbagai   gerakan   dan   fungsi   bahu

biasanya cepat jika fragmen telah bersatu, dan fisioterapi yang disupervisi

jarang diperlukan. Sebagian besar pasien merespon dengan baik terhadap

program pengaturan ROM sederhana dan latihan penguatan otot mandiri.

Gambar 6. Arm Sling

22
Gambar 7. Bidai angka 8

Penanganan Operatif.8

Sampai saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa penanganan

operatif  awal   pada   fraktur   medial   klavikula    displaced  memberikan

manfaat  fungsional  bila  dibandingkan  dengan hasil  penanganan non

operatif. Namun, dalam studi klinis retrospektif serial dari lima puluh dua

fraktur  displaced  yang  diterapi  secara  non operatif,  terjadi  pemendekan

tulang lebih dari 20 mm yang dikaitkan dengan risiko yang lebih besar dari

nonunion   dan   outcome   klinis   yang   buruk,   di   mana   hasil   pengukuran

23
berbasis pasien mengungkapkan defisit dalam kekuatan dan ketahanan

bahu.

Percobaan   multisenter   baru­baru   ini   membandingkan   penanganan   non­

operatif   dengan  plate   fixation  primer   pada   fraktur  displaced  pada   138

pasien  menunjukkan  hasil   fungsional   yang lebih   baik,  angka  malunion

dan  nonunion  yang lebih rendah, dan  waktu  yang lebih  singkat  untuk

penyatuan fragmen tulang. Namun, kelompok operatif memiliki tingkat

komplikasi   34%   dan   tingkat   operasi   ulang   sebesar   18%,   meskipun

sebagian besar operasi ulang adalah untuk pengankatan perangkat keras

pada tulang.

Sampai   sekarang,   tidak   ada   konsensus   memastikan   fraktur

displaced  harus ditangani secara operatif. Banyak pasien muda sekarang

mencari   penanganan   operatif   dengan   harapan   mendapatkan   hasil

fungsional yang lebih baik dan kembali  bisa melakuka  olahraga kontak

tubuh.   Pendapat   ahli   bahwa   pasien­pasien   ini   harus   ditawarkan   pilihan

untuk   penanganan   operatif,   setelah   mereka   diberi   penyuluhan   yang

memadai   mengenai   risiko   yang   terlibat   dan   kemungkinan   hasil   dari

penanganan tersebut.

Terdapat berbagai variasi metode fiksasi operatif untuk penanganan fraktur

sepertiga medial klavikula, seperti plate fixation, intramedullary fixation,
external fixation, dll.

Fiksasi pelat.8 

24
Teknik   ini   memberikan  stabilisasi   langsung  yang   cepat   dan

mengurangi rasa sakit  serta memfasilitasi mobilisasi dini. Paling sering

pelat ditanamkan pada bagian superior dari klavikula, dan penelitian

biomekanik telah menunjukkan ini menguntungkan, terutama pada fraktur

kominutif   kortikal   inferior.   Namun,   pendekatan   ini   dikaitkan   dengan

risiko  cedera  yang   lebih   besar   pada   struktur  neurovaskular  yang

diakibatkan manipulasi selama penanganan fraktur dan pengeboran, dan

pelat yang nantinya harus dikeluarkan kembali. Kemanjuran dari implan

ini  belum sepenuhnya diuji  dalam studi klinis komparatif. Komplikasi

yang terkait dengan penggunaan fiksasi pelat adalah  infeksi, kegagalan

pelat,   hipertrofi  atau  jaringan   parut   yang   diestetik,   pelonggaran

implant,   nonunion,   fraktur  kembali  setelah   pengangkatan   pelat  dan

cedera vaskular intraoperatif.

Gambar 7. Fiksasi pelat pada fraktur sepertiga medial klavikula

Fiksasi intramedular.8

25
Bentuk sigmoid klavikula menimbulkan masalah khusus dalam desain dan

penyisipan perangkat intramedullar, dan penguncian statis tidak mungkin

dengan   implan   yang   saat   ini   tersedia.   Ada   bukti   biomekanik   yang

menunjukkan bahwa fiksasi pelat memberikan konstruksi yang lebih kuat

daripada fiksasi intramedullar. Berbagai perangkat, termasuk Knowles pin,

pin Hagie pin, Rockwood pin, dan paku titanium minimal invasif, telah

digunakan. Dua metode penyisipan implan: antegrade, melalui titik masuk

anteromedial   di   fragmen   medial,   dan   retrograde,   melalui   titik   masuk

posterolateral   di   fragmen   lateral..   Tingginya   tingkat   kerusakan   implan,

palsi pleksus brakialis sementara, dan kerusakan kulit di atas titik masuk

implan juga telah dilaporkan dengan menggunakan teknik ini. Oleh karena

itu fiksasi intramedulla lebih jarang digunakan daripada fiksasi pelat,

meskipun para ahli menyarankan tekknik pendekatan yang lebih minimal

invasif menawarkan keuntungan bagi pasien dengan banyak cedera.

Gambar 8. Fiksasi intramedular

26
Teknik Lainnya.8

Fiksator   eksternal   telah   digunakan   untuk   menangani   fraktur   klavikula,

meskipun teknik ini paling sering direkomendasikan hanya untuk fraktur

terbuka   atau   septik   nonunion.  Kirschner   wire  telah   dianjurkan   untuk

mempertahankan reduksi, tetapi banyak laporan komplikasi yang timbul

sebagai   akibat   dari  kerusakan   kawat  dan  migrasi  ke   berbagai   lokasi

anatomi.   Penggunaan   implan   ini   dalam   pengelolaan   fraktur   klavikula

sangat tidak disarankan.8

Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal­hal berikut :5

1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya

(malunion).

27
4 KOMPLIKASI

Komplikasi akut :7

­ Cedera pembuluh darah
­ Pneumouthorax
­ Haemothorax

Komplikasi lambat :7

­ Mal   union:   proses   penyembuhan   tulang   berjalan   normal   terjadi

dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau

abnormal.
­ Non union: kegagalan  penyambungan  tulang setelah  4 sampai 6

bulan

5 PROGNOSIS

Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung

pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang

tepat dan usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses

penyembuhan   sangat   cepat,   sementara   pada   orang   dewasa   prognosis

tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat

diminimalisir.7

DAFTAR PUSTAKA

28
1. Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6 th ed. Jakarta: Yarsif

Watampone, 2009, p. 355­356.
2. Pecci M, Kreher JB. Clavicle fracture. [Cited] January, 1st 2008. Available

from: URL:  http://www.aafp.org/afp/2008/0101/p65.html. Accessed:  April

15th 2018.
3. Rubino   LJ.   Clavicle   Fracture.   [Cited]   March,   7 th  2012.   Available   from:

URL:  http://emedicine.medscape.com/article/1260953­overview#a0199.

Accessed: April 15th 2018.
4. Sjmsuhidajat   R,   Jong   WD.   Sistem   muskuloskeletal.   In:   Buku   ajar   ilmu

bedah. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
5. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from:

URL:  http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle­fractures

Accessed: April 15th 2018.
6. Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.

Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3­4.
7. Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 18th 2018. Available from: URL:

http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured­Clavicle.htm  Accessed:  April

15th 2018.
8. Kashif khan, LA. Fracture of clavicle. Journal of Bone and Joint Surgery,
2010, 447-57 ,

29

Anda mungkin juga menyukai