Disinfeksi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i.
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii.
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii.
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1.
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1.
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1.
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2.
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................2.
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3.
2.1 Pengertian Disinfeksi.........................................................................................................3.
2.2 Tujuan Disinfeksi...............................................................................................................3.
2.3 Alat Yang Didesinfeksi Dan Pendesinfeksi/Desinfektan..................................................3.
2.4 Macam-macam Disinfeksi.................................................................................................6.
BAB III SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................12.
3.1 Simpulan.........................................................................................................................12.
3.2 Saran...............................................................................................................................12.
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk bio, psiko, spiritual dan sosio yang
ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun yang
sakit, mencakup siklus hidup manusia.
Salah satu bentuk pelayanan keperawatan tersebut adalah memelihara dan
membersihkan alat-alat kesehatan.
Pengertian Mendesinfeksi alat menurut Kusyati Erni, NS 2004, yaitu Suatu tindakan
membunuh kuman pathogen dan apatogen, tetapi tidak termasuk sporanya pada peralatan
keperawatan dan kedokteran.
Saat ini banyak sekali ditemukan masalah yang berkaitan dengan alat-alat kesehatan.
Contohnya : Kurangnya kebersihan pada alat-alat kesehatan serta tidak sterilnya ketika
digunakan. Akibatnya, infeksi mudah terjadi dan membawa dampak pada lama rawat inap
pasien bertambah, disamping itu bertambahnya pula biaya pengobatan yang harus
dikeluarkan untuk perawatan pasien.
Cara untuk melakukan pensterilan alat-alat kesehatan secara umum misalnya dengan
cara pemisahan dan perendaman menurut bersih dan kotornya dengan mencampurkan
cairan lisol 2% dalam 3 liter air selama 24 jam untuk mencegah terjadinya penularan,
Sedangkan peralatan lainnya di rendam dengan lisol 2% dalam 3 liter air selama 2 jam
untuk peralatan yang tercemar penyakit menular.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas
tentang desinfeksi dalam paper ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu sebagai
berikut.
1. Bagaimana pengertian disinfeksi ?
2. Apa tujuan disinfeksi ?
3. Apa saja alat yang didesinfeksi dan pendesinfeksi/desinfektan ?
4. Apa saja macam-macam disinfeksi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari disinfeksi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari disinfeksi.
3. Untuk menegtahui alat yang didesinfeksi dan pendesinfeksi/desinfektan
4. Untuk mengetahui macam-macam disinfeksi.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan paper ini antara lain sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat digunakan oleh pembaca sebagai acuan dan pengetahuan dalam
mempelajari disinfeksi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai acuan oleh penulis berikutnya, terutama dalam
melakukan studi yang lebih mendalam mengenai disinfeksi. Dan dapat menambah
wawasan tentang disinfeksi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disinfeksi


Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah
zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup,
sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari
debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes,
tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya
dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki
efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10
menit.
Metoda yang digunakan dalam disinfeksi terdiri dari:
1. Pemanasan (Pasteurisasi; direndam dalam air mendidih)

2. Metoda fisika(ultrasonik)

3. Metoda kimia

2.2 Tujuan Disinfeksi


Adapun tujuan dari mendesinfeksi adalah mencegah terjadinya infeksi silang dan
memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai.

2.3 Alat Yang Didesinfeksi dan Pendesinfeksi/Desinfektan


A. ALAT DAN BAHAN UANG DISTERILKAN DAN DIDESINFEKTAN
1. Peralatan yang terbuat dari logam
Misalnya pinset, gunting, dan speculum.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca
Misalnya spuit dan tabung kimia.
3. Peralatan yang terbuat dari karet
Misalnya kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung dan drain.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonite
Misalnya canul rectum dan canul trakea.
5. Peralatan yang terbuat dari email
Misalnya bengkok dan baskom.
6. Peralatan yang terbuat dari porselen
Misalnya bengkok, piring dan cangkir.
7. Peralatan yang terbuat dari plastic
Misalnya selang infuse.
8. Peralatan yang terbuat tenun
Misalnya kain kasa, duk operasi, sprei, dan sarung bantal.

B. PENYIMPANAN ALAT STRERILISASI DAN DESINFEKTAN


Penyimpanan alat-alat yang telah disterilkan. Penyimpanan berarti mengelola
barang yang ada dalam persediaan, dengan maksud selalu dapat menjamin
ketersediaannya bila sewaktu-waktu dibutuhkan pasien. Pada tahap penyimpanan,
seluruh alat steril disimpan pada ruangan dengan kaidah ‘clean room’, dimana suhu
dan kelembapan diatur, pembatasan lalu lintas personel, ventilasi agar tertekan positif,
dan mekanisme lain agar terbebas dari kotoran dan debu sampai alat akan digunakan
kembali. Distribusi alat keluar dari tempat penyimpanan harus dengan lalu lintas
personel minimal di wilayah steril untuk menjaga kondisi alat tetap steril. Untuk
distribusi, petugas pelaksana operasional dan pemeliharaan alat sterilisasi sentral
menyerahkan alat-alat yang telah steril ke petugas administrasi strerilisasi sentral yang
kemudian alat dapat diambil petugas ruangan agar dapat digunakan operator.
Ada dua macam alat yang dilihat dari cara penyimpanannya, yakni ;

1. Alat yang dibungkus. Dalam kondisi penyimpanan yang optimal dan penanganan
yang minimal, dapat dinyatakan steril sepanjang bungkus tetap kering dan utuh.
Untuk penyimpanan yang optimal, simpan bungkusan steril dalam lemari tertutup
dibagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara dan sejuk atau kelembapan
rendah. Jika alat-alat tersebut tidak dipakai dalam waktu yang lama, alat-alat
tersebut harus disterilkan kembali sebelum pemakaian. Alat yang tidak dibungkus
harus segera digunakan setelah dikeluarkan. Jangan menyimpan alat dengan
merendam dalam larutan.

2. Mengelola benda tajam. Benda tajam sangat beresiko untuk menyebabkan


perlukaan sehingga meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak
darah, untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja mkaan semua benda
tajam harus digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak
boleh digunakan lagi. Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas
pertimbangan penghematan karena 17% kecelakaan kerja disebabkan oleh luka
tusukan sebelum atau selama pemakaian. Salah satu contoh cara yang dianjurkan
untuk mencegah perlukaan akibat penggunaan jarum suntik yaitu jarum suntik
tersebut langsung dibuang ketempat sementaranya tanpa menyentuh atau
memanipulasi bagian tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup
kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali, gunakanlah cara penutupan dengan
satu tangan untuk mencegah jari tertusuk jarum.

Penyimpanan alat berdasarkan bahan bakunya:

1. Perawatan alat dari bahan baku logam yang sudah disterilkan. Alat-alat yang
terbuat dari logam misalnya besi, tembaga maupun alumunium sering terjadi
karatan. Untuk menghindari terjadinya hal demikian maka alat-alat tersebut harus
disimpan pada tempat yang mempunyai temperatur tinggi (sekitar 37oC) dan
lingkungan yang kering kalau perlu memakai bahan silikon sebagai penyerapan
uap air, sebelum alat tersebut disimpan makaalat tersebut harus bebas dari
kotoran debu maupun air yang melekat, kemudian olesi dengan olie atau parafin.

2. Perawatan alat dari bahan baku kaca setelah disteril. Bahan baku kaca banyak
dipakai dalam laboratorium medis. Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dari
bahan baku kaca tersebut

Keuntungan : bahan baku kaca tahan terhadap reaksi kimia, terutama bahan gelas
pyrex, tahan terhadap perubahan temperature yang mendadak, koefisien muai
yang kecil dan tembus cahaya yang besar.

Kelemahan : mudah pecah terhadap tekanan mekanik, dan mudah tumbuh jamur
sehingga mengganggu daya tembus sinar, kadang-kadang dengan menggunakan
kain katun untuk membersihkan saja timbul goresan. Dengan memperhatikan
keuntungan dan kelemahan dari bahan gelas, maka dalam segi perawatan maupun
memperlakukan alat-alat gelas harus memperhatikan :

a. Penyimpanan pada ruangan yang suhunya berkisar 27oC-37oC dan


beri tambahan lampu 25watt.
b. Ruangan tempat penyimpanan diberi bahan silicon sebagai zat
higroskopis.

c. Gunakan alcohol, aceton, kapas, sikat halus dan pompa angin untuk
membersihkan debu dari permukaan kaca. Usahakan pada waktu
membersihkan lensa jangan sampai merusak lapisan lensa.

d. Pada waktu memanaskan tabung reaksi hendaknya ditempatkan diatas


kawat kasa, atau boleh melakukan pemanasan asal bahan baku pyrex.

e. Gelas yang direbus hendaknya jangan dimasukkan langsung kedalam


air yang sedang mendidih melainkan gelas dimasukkan ke dalam air
dingin kemudian dipanaskan secara perlahan-lahan. Sebaiknya untuk
pendinginan mendadak tidak diperkenankan.

f. Memberikan kotoran dari kaca sebaiknya segera setelah dipakai dapat


menggunakan:

1) Air bersih
2) Detergen: menghilangkan efek lemak dan tidak membawa efek
lemak 3) Larutan

a) Kalium dichromat : 10gram

b) Asam belerang : 25ml

c) Aquades : 75ml

Perawatan alat dari bahan baku karet. Sarung tangan dari karet mudah meleleh atau
lengket apabila disimpan terlalu lama. Untuk menghindari kerusakan dari bahan baku
karet, sebelum melakukan penyimpanan mula-mula bersihkan kotoran darah atau
cairan obat dengan cara mencuci dengan sabun kemudian dikeringkan dengan
menjemur dibawah sinar matahari atau hembusan udara hangat. Setelah itu taburi tal
pada seluruh permukaan karet.

2.4 Macam-Macam Desinfeksi


Terdapat 3 tingkatan desinfeksi yaitu desinfeksi tingkat tinggi, membunuh semua
organisme kecuali spora bakteri; desinfeksi tingkat sedang, membunuh bakteri
kebanyakan jamur kecuali spora bakteri; dan desinfeksi tingkat rendah, membunuh
kebanyakan bakteri, beberapa virus, dan beberapa jamur, tetapi tidak dapat membunuh
mikroorganisme yang resisten, seperti basil tuberkel dan spora bakteri.

Adapun tatacara yang digunakan untuk membuhuh atau mengurangi mikroba


patogen, yakni desinfeksi dengan suhu panas atau dingin dan dengan penggunaan bahan
kimia atau desinfektan.
1. Desinfeksi Thermal
Desinfeksi panas dapat mencapai desinfeksi tingkat tinggi ketika permukaan
benda/alat kontak dengan air panas dalam jangka waktu yang tepat. Waktu lebih
pendek diperlukan untuk suhu yang lebih tinggi. Semakin tinggi suhu yang
digunakan, semakin pendek waktu yang diperlukan. Menurut standar waktu yang
diperlukan untuk perubahan kondisi desinfeksi dengan cara thermal menggunakan
sirkulasi air panas 70oC selama 100 menit, atau 75oC selama 30 menit, atau 80oC
selama 10 menit, atau 90oC selama 1 menit.
Desinfeksi panas direkomendasikan untuk proses ulang peralatan anestesi,
pencucian, peralatan makan dan minum, termasuk peralatan makan bayi dan lainnya.
Suhu rendah dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba
berhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan komponen darah, sediaan jaringan,
bahan makanan yang mudah membusuk, dan sebagainya. Beberapa bakteri patogen
mati pada suhu 0oC, misalnya Neiseria.
2. Desinfeksi kimiawi
Disinfeksi kimia adalah pemberian bahan kimia cair untuk menghilangkan
sebagian besar mikroorganisme patogen (kcuali spora bakteri) yang terdapat pada
benda mati atau permukaan benda. Desinfeksi cair memiliki daya antimikroba yang
lebih rendah dibandingkan sterilisasi lain. Beberapa contoh alat yang didesinfeksi
secara kimiawi adalah peralatan endoskopi yang tak dapat disterilkan, permukaan
lingkungan, alat akses intravena, dan pelestarian spesimen. Desinfektan yang sering
digunakan dalam proses desinfeksi antara lain:
1. Fenol (asam karboksilat)
Fenol digunakan secara luas sebagai desinfektan dan antiseptik. Golongan
fenol diketahui memiliki aktivitas antimikrobial yang bersifat bakterisidal namun
tidak bersifat sporisidal. Efektifitas fenol sebagai desinfektan pada konsentrasi 2-
5% dengan mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif
pada pH asam. Saat ini fenol jarang digunakan sebagai antiseptik karena dapat
mengiritasi kulit. Senyawa fenolik yang sering digunakan adalah cresol.
2. Bisfenol
Bisfenol adalah senyawa turunan fenol. Contoh bisfenol adalah
hexachlorophene merupakan bahan lotion Hisohex, digunakan sebagai prosedur
kontrol mikroba pada tindakan pembehadan di rumah sakit. Staphylococcus dan
Streptococcus peka terhadap hexachlorohene. Jenis bisfenol lain adalah triclosan,
bahan sabun antibakteri, dan pasta gigi. Kisaran aktifitas triclosan diketahui
cukup luas terutama bakteri Gram positif dan jamur.
3. Biguanidin
Contohnya klorheksidin, memiliki kisaran aktivitas yang luas dan digunakan
dalam kontrol mikroorganisme pada kulit dan membran mukosa. Kombinasi
klorheksidin dengan detergen atau alkohol banyak diaplikasikan untuk
kebersihan kulit dan tangan klien, serta tim medis menjelang tindakan operasi.\
4. Halogen
Terutama iodin dan klorin merupakan antimikroba yang cukup efektif. Iodine
adalah antiseptik tertua dan paling efektif terhadap banyak jenis bakteri,
endospora, fungi, dan beberapa virus. Iodine terdapat sebagai tinctura, yaitu
larutan dengan pelarut alkohol dan sebagai iodophor. Iodophor memiliki
kemampuan antimikroba dari iodine, namun tidak berwarna dan kurang
mengiritasi kulit dan jaringan.
5. Klorin (sodium hipoklorit)
Natrium hipoklorit memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas, namun tidak
aktif terhadap materi organik. Kemampuan germicidalnya disebabkan oleh asam
hipoklorit yang terbentuk saat klorin ditambahkan air. Asam hipoklorit akan
mengoksidasi protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim
mikroorganisme. Hipoklorit tidak stabil dalam pengenceran, mengkorosi bahan
logam sehingga tidak digunakan untuk tujuan penyimpanan. Perlakuan
dilakukan minimal 30 menit. Hal ini digunakan untuk desinfeksi air (kaporit),
desinfeksi barang laundry, peralatan gigi, dan permukaan lingkungan bersih.
6. Alkohol
Alkohol (etil dan isopropil alkohol) merupakan bakterisida yang cepat, dapat
berfungsi sebagai tuberculocidal, fungisida, dan membasmi virus, tetapi tidak
berfungsi sebagai sporicidal, dan dapat mendenaturasi protein melalui
kemampuannya melakukan dehidrasi. Konsentrasi optimum adalah 60-90%
volume. Alkohol dapat digunakan untuk:
 mensterilkan permukaan ampul/vial sebelum diakses,
 mendisinfeksi permukaan yg telah dibersihkan (setelah bersih awal dengan
deterjen
 dan air), misalnya troli, counter tops (alat penutup), bangku laboratorium di
mana
 diperlukan.
 mensterilkan permukaan beberapa peralatan, misalnya: diafragma stetoskop,
manekin
 resusitasi.
 membantu dalam pengeringan beberapa permukaan peralatan.
 mensterilkan kulit sebelum prosedur invasif (lihat 'antisepsis kulit’).
7. Perak
Perak digunakan sebagai antiseptik pada larutan perak nitrat 1%. Kombinasi
perak dengan sulfadiazin (silver-sulvadiazin) umum digunakan dalam obat krim
untuk luka bakar.
8. Aldehid
Aldehid merupakan antimikroba yang paling efektif. Dua contoh aldehide
adalah formaldehid dan glutaraldehid. Formaldehida konsentrasi 2% diketahui
paling efektif. Formaldehid 8% dan glutaraldehid 4% menginaktivasi hampir
semua jenis mikroorganisme. Bentuk cair berfungsi sebagai bakterisidal,
tuberculocidal, fungisidal, sporosidal, dan virusidal. Namun, sifat karsinogenik
yang membatasi penggunaannya. Formaldehyde diklasifikasikan sebagai
disinfektan tingkat tinggi dan terutama digunakan untuk mengawetkan spesimen
anatomi. Larutan (formalin) mengandung 37-40% formaldehid.
Glutaraldehyde (relatif kurang bersifat iritasi) Larutan 2% glutaraldehid
(Cidex), glutaraldehid bersifat bakterisidal, tuberkuloisidal dan virusidal dalam
waktu 10 menit dan bersifat sporisidal dalam waktu 3-10 jam. Glutaraldehid juga
merupakan cairan desinfektan yang disarankan untuk desinfeksi tingkat tinggi
pada alat endoskopi yang sensitif terhadap panas (misalnya: arthroscope,
hysteroscope, laparoscope dan aksesorisnya, cystoscope, dan semua instrumen
lain memasuki lokasi steril dalam tubuh), dan pengawetan mayat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalan membunuh mikroorganisme patogen. Adapun tujuan dari mendesinfeksi adalah
mencegah terjadinya infeksi silang dan memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai.
Penyimpanan alat yang telah di desinfeksi ada dua macam berdasarkan bahan bakunya
yakni: perawatan alat dari bahan baku logam yang sudah disterilkan dan perawatan alat
dari bahan baku kaca setelah disteril. Terdapat 3 tingkatan desinfeksi yaitu desinfeksi
tingkat tinggi, membunuh semua organisme kecuali spora bakteri; desinfeksi tingkat
sedang, membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri; dan desinfeksi
tingkat rendah, membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus, dan beberapa jamur,
tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten, seperti basil tuberkel dan
spora bakteri. Adapun tatacara yang digunakan untuk membuhuh atau mengurangi
mikroba patogen, yakni desinfeksi dengan suhu panas atau dingin (thermal) dan dengan
penggunaan bahan kimia atau desinfektan (kimiawi).

3.2 Saran
Dalam penyusunan paper ini penulis yakin ada kesalahan dalam pembuatannya, maka
dari itu penulis mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan kritik dan
saran atas paper yang telah penulis buat, guna memperbaiki ketidaksempurnaan penulis
dalam membuat paper ini.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, alimul H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta: Salemba


Ester, Monica. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta: BPPSDM Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai