Celah Pemisah (Delatasi Seismic Joint Expansion Joint)
Celah Pemisah (Delatasi Seismic Joint Expansion Joint)
Celah Pemisah (Delatasi Seismic Joint Expansion Joint)
1
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Gambar Sketsa :
Delatasi
Gambar Sketsa :
Denah Massa
A
B
A
A AA
B B
2
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Bentuk massa bangunan terlalu besar perlu diberikan delatasi dengan cara
memilah bangunan menjadi beberapa bagian yang relatif lebih kecil. Hal ini untuk
menghindarkan patahan atau penurunan yang di akibatkan tanah tidak stabil yang
mengganggu sistem pondasi. Untuk bangunan dengan massa besar bisa terjadi
kekuatan sisi satu dengan lainnya berbeda beda. Sebagai contoh bangunan dengan
ukuran besar adalah, stadion sepak bola, mal, mesjid, gedung pertemuan,
konferensi, dsb.
160 m
Gambar Sketsa :
Delatasi dalam kasus ini adalah untuk menghindari beban akibat gesekan atau
benturan akibat perbedaan besar atau ketinggian massa bangunan yang
berdekatan. Semakin tinggi bangunan semakin besar simpangan deviasi masa
bangunan terutama bagian puncaknya. Sementara bangunan dengan massa pendek
akan tetapi cukup panjang akan memuai lebih besar sehingga pergerakan ayunan
massa tinggi dan pemuaian massa panjang ini dapat menyebabkan dua massa
bangunan berbenturan/bergesekan atau saling tertarik.Untuk itu perlu diberi jarak
yang cukup. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat perilaku struktur dalam ilustrasi
sketsa dibawah ini.
Gambar Sketsa :
Dalam sketsa diatas ini massa bangunan yang lebih tinggi bergerak kearah
kanan sehingga menimbulkan gesekan atau benturan pada bagian bawah
bangunan.
3
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Gambar Sketsa :
Ground Motion
Ground Motion
Resonansi
Rotasi
4
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
B
A Massa Mengalami Torsi
Gambar Sketsa :
5
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Pondasi Dangkal
Pondasi Dalam
Kasus penurunan tanah dapat tejadi pula pada sistem struktur dengan portal
bentangan sangat lebar seperti hanggar, pabrik, dsb. Hal ini mungkin terjadi karena
struktur atau kekuatan tumpuan kolom-kolom portal yang berjauhan dapat berbeda
sehingga dapat menimbulkan kemiringan pada portal. Akibat lebih lanjut adalah
6
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Gambar Sketsa :
100 M
Ikatan-ikatan silang
(bracing) diberikan
pada bagian atap din-
ding dan tiang-tiang
serta sloof struktur
sehingga secara kese
luruhan dan bangunan
bekerja secara 3 di
mensi, kaku dan
kokoh.
7
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Gambar Sketsa :
A C
A
C
B B
Sketsa Gambar :
8
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
A
C D
Gambar Sketsa :
Tahap I
Tahap II
Tahap IV
Tahap III
9
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Detail delatasi dapat diselesaikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kasus
perkasus sistem struktur bangunan. Material struktur, modul sistem perancangan, sistem
pondsi yang dipakai dapat menentukan garis letak delatasi. Celah pemisah tersebut tidak
harus terlihat, dapat diselesaikan dengan rapih dan menggunakan material yang baik.
Bahan utama adalah jenis karet, penyelesaian ada yang mengguakan alumunium,
“stainless steel”, ditutup keramik, dsb.
10
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
Prinsip sambungan sangat sederhana yaitu dengan perletakan atau prinsip rol
dengan komponen sambungan berupa plat atau atau balok “T “. Dengan sistem
perletakan “Simple Beam” massa bangunan dapat mengantisipasi gaya-gaya luar dengan
arah pergerakan vertikal (Z) dan horizontal (Sumbu X dan Y). Kalau terjadi pergerakan
sangat besar maka kerusakan direncanakan akan terjadi pada kompon plat atau balok “T”
Dalam ilustrasi gambar dibawah menunjukkan perilaku sistem struktur yang terjadi
yaitu penurunan hanya terjadi pada komponen balok penghubung, sehingga kerusakan
tidak merambat massa bangunan A (kiri) dan B (kanan). Hal ini tidak terjadi apabila
sambungan –sambungan balok yang direncanakan menggunakan konsep hubungan jepit
(kaku/rigid), dimana balok, kolom dan plat lantai saling mengikat sehingga jika terjadi
beban dan momen seluruh elemen/komponen struktur ikut memikul dan tertarik.
Gambar Sketsa :
Tanah/Pondasi Turun
11
Ir. Riyadi Ismanto AR, M. Arch.
Dosen Arsitektur FT.UKI, UBINUS, UPI-YAI
DAFTAR PUSTAKA
12