Permasalahan Yang Terjadi Pada System Drainase Perkotaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan yang terjadi pada system drainase perkotaan

1. Peningkatan debit
Perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat
mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit banjir. Manajemen sampah yang
kurang baik member kontribusi percepatan pendangkalan saluran drainase dan sungai.
Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu
menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadi genangan. (Suripin 2004:226)
2. Peningkatan jumlah penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang snagat cepat, merupakan akibat dari
pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh
penambahan insfrastuktur perkotaan, disamping itu peningkatan penduduk juga selalu
diikuti pleh peningkatan limbah, baik cair maupun padat. (Suripin 2004:226)
3. Amblesan tanah
Amblesan tanah terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan
beberapa bagian kota berada di bawah muka air laut pasang. Akibatnya system drainase
gravitasi terganggu dan tidak dapat bekerja tanpa pompa. (Suripin 2004:226)
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
Penyempitan saluran drainase dipengaruhi oleh factor peningkatan jumlah penduduk
(SURYOKUSUMO 2008:81). PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK YANG
SNAGAT PESAT Mengakibatkan berkurangnya lahan untuk saluran drainase. Banyak
pemukiman yang didirikan di atas saluran drainase sehingga aliran drainase menjadi
tersumbat. Sampah penduduk pun juga tidak jarang dijumpai di aliran drainase, terutama
di perkotaan. Hal ini karena kesadaran penduduk yang rendah terhadap kebersihan
lingkungannya.
5. Limbah sampah dan pasang surut
Saluran drainase di perkotaan kadang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai saluran
drainase itu sendiri dan sebagai saluran irigasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan
maslaah tersendiri. Hal lain yang juga sering menjadi permasalahan pengelolaan
insfrastuktur ini adalah berkaitan dengan perbedaan system, dimensi, dan konstruksi
drainase. Beberapa contoh perbedaan terkait pengelolaan drainase seperti yang dijelaskan
oleh Suryokusumo (2008:81-82) adalah system drainase di wilayah hulu mempunyai
system tertutup, sedangkan di wilayah hilir dengan system terbuka. Sementara itu,
konstruksi drainase bersifat permanen sedangkan saluran irigasi bersifat teknis. Contoh
lain yang lebih ekstrem adalah drainase di wilayah hulu memiliki dimensi yang besar,
sedangkan di wilayah hilir dimensinya justru kecil. Akibatnya muncul genangan dan
luapan air dari jaringan drainase yang ada. Crossing utilitas atau yang sering disebut
tumpang tindih merupakan permasalahan tersendiri bagi sector drainase dengan utilitas
lain seperti pip air minum, pipa air limbah, dan kabel telekomunikasi. Arah saluran yang
menuju sungai juga bias menjadi masalah tersendiri karena jika tidak terkendali justru
akan menjadi masalah baru bagi daerah yang secara geografis wilayahnya berada di
bawah. Penambahan debit air sungai dari drainase akan berakibat munculnya banjir di
wilayah hilir. Banjir merupakan permasalahn yang paling sering dijumpai di kota-kota
besar. Menurut Suripin (2004:10) akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari
pertambahan penduduk yang snagat cepat. Pertumbuhan penduduk di atas rata-rata
pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi
dengan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, mengakibatkan
pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak-acakan. Hal inilah yang menyebabkan
persoalan drainase perkotaan menjadi sangat kompleks. Selain itu permasalahn-
permasalahan tersebut juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah dan tidak peduli dengan permasalahn yang dihadapi kota. Permasalahan lain yang
dihadapi dalam pembangunan drainase di perkotaan adalah lemahnya koordinasi dan
sinkornasasidengan komponen insfrastuktur yang lain. (SURIPIN 2004:12)
Akibatnya sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase, dan pipa air bersih.
Seringkali penggalian saluran drainase tidak sengaja merusak prasarana yang sudah ada
atau yang ditanam dalam tanah. Biasanya kesalahan ini terjadi karena tidak adanya
informasi yang akurat, dokumen yang tidak ada, atau perencanaan pematokan di
lapangan tidak melibatkan instalasi pengendalian tata ruang.
Cara penyelesaian/ penanganan masalah drainase perkotaan

1. Mengadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah


2. Membuat bak kontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase dapat
dibuang dengan cepat agar tidak terjadi endapan
3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan, terutama membuang sampah
sembarangan, agar masyarakat mengetahui pentingnya manfaat saluran drainase
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungan, dan
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas
6. Membuat saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan
7. Perbaikan dan normalisasi saluran drainase, serta mengembalikan fungsi drainase yang
sesungguhnya
8. Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan untuk menampung air hujan yang
berlebih
9. Penambahan untuk pengadaan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai resapan air
hujan, khususnya di perkotaan
10.

Anda mungkin juga menyukai