Sap Dermatitis
Sap Dermatitis
Sap Dermatitis
PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PENYAKIT DERMATITIS
N Kegiatan
Tahap Waktu
o Pembicara Klien
1 Pembuka 5 Menit a Salam pembukaan - Menjawab salam
an b Perkenalan - Memperhatikan
c Apersepsi - Berpartisipasi aktif
d Mengkomunikasikan - Memperhatikan
tujuan
2 Inti 35 Menit Menjelaskan materi - Mendengarkan dan
1 Menjelaskan pengertian memperhatikan.
Dermatitis. - Menyimak.
2 Menjelaskan penyebab - Memperhatikan jawaban
Dermatitis. dari pembicara.
3 Menjelaskan manifestasi
klinis Dermatitis.
4 Menjelaskan discharge
planning Dermatitis.
5 Menjelaskan
penatalaksanaan
Dermatitis.
6 Memperhatikan respon
klien.
7 Memberikan kesempatan
untuk bertanya.
3 Penutup 5 Menit 1 Menyimpulkan - Mendengarkan.
2 Evaluasi - Memperhatikan.
3 Penutup - Menjawab salam.
G Sumber Bacaan
- Buku Asuhan Keperawatan Praktis, Nanda NIC NOC
H Evaluasi
1 Cara : Tanya Jawab
2 Jenis : Lisan
3 Waktu : Setelah dilakukan Penyuluhan
4 Soal :
a Apa pengertian Dermatitis?
b Sebutkan penyebab Dermatitis!
c Apa dampak dari menggaruk menggunakan kuku?
d Apa yang dilakukan untuk mengurangi rasa gatal?
e Bagaimana manifestasi klinis Dermatitis?
f Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis?
PEMBAHASAN MATERI
1 Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. (Djuanda Adhi, 2010)
2 Penyebab
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh : sinar, suhu), mikroorganisme (bakteri,
jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Klasifikasi dermatitis : (Djuanda Adhi, 2010)
1. Dermatitis kontak
Peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh
tubuh. Terbagi menjadi 2 : alergi dan iritan.
2. Dermatitis atopik
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama
masa bayi dan anak.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
5. Dermatitis statis
3 Manifestasi Klinis
1. Dermatitis kontak
a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak.
b. Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam,
bahkan sampai 72 jam.
c. Untuk dermatitis kontak iritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan kronis.
Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai
terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang
mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal.
d. Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
e. Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
f. Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan
dengan tipe alergi.
2. Dermatitis atopik (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu :
a. DA infantil (2 bulan - 2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada bulan
kedua. Lesi mula-mula tampak di daerah muka (dahi-pipi) berupa eritema,
papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi eksudatif dan
akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke kepala, leher, pergelangan
tangan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi bisa ditemukan di daerah
ekstensor ekstremitas. Sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan
sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA anak (2 – 10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (de
novo). Lokasi lesi di lipatan siku / lutut, bagian fleksor pergelangan tangan,
kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi
hiperkeratosis dan mungkin infeksi sekunder. DA berat yang lebih dari 50%
permukaan tubuh dapat mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada remaja dan dewasa
Lokasi lesi pada remaja adalah di lipatan siku / lutut, samping leher, dahi,
sekitar mata. Pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering
mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat
misalnya pada bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu atau skalp.
Kadang-kadang lesi meluas dan paling parah di daerah lipatan, mengalami
likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar cenderung berkonfluens
menjadi plak likenifikasi dan sedikit skuama. Bisa didapati ekskoriasi dan
eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. Umumnya
DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik
setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan dan sebagian kecil
sampai tua.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
a. Kulit yang sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki, kadang muncul pada alat kelamin.
c. Rasa gatal sering hilang timbul. Sering timbul pada saat santai atau sedang
tidur, akan berkurang saat beraktifitas. Rasa gatal yang digaruk akan
menambah berat rasa gatal tersebut.
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisik akibat garukan
atau penggosokan dan sudah terjadi bertahun-tahun.
4. Dermatitis numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat mengganggu.
b. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0 cm), kemudian membesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi
karakteristik seperti uang logam (coin), eritematosa, sedikit edematosa, dan
berbatas tegas.
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi
krusta kekuningan.
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi dapat
hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan
ukuran bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan plakat.
e. Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan.
5. Dermatitis statis
a. Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
b. Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
c. Borok atau bisul pada kulit
d. Kulit yang tipis pada tanga dan kaki
e. Luka (lesi) kulit
f. Pembengkakan pada tungkai kaki
g. Rasa gatal di sekitar daerah yang terkena
h. Rasa kesemutan pada daerah yang terkena
(Djuanda Ardhi, 2010)
4 Discharge Planning
a Gunakanlah kosmetik hipoalergen.
b Setelah mandi keringkan kulit dengan menepuk-menepuk bukan menggosok.
c Gunakan mild soap atau pengganti sabun.
d Jangan mandi terlalu lama karena akan membuat menjadi kering.
e Kenakan pelembab.
f Hindari penggunaan wool atau pemaparan terhadap iritan seperti ditergen dan
gunakan ditergen yang tidak mengandung bahan pemutih.
g Jangan menggaruk atau menggosok kulit.
h Penderita yang sedang menggunakan salep kortikosteroid atau krim sebaiknya hanya
mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan lalu dipijat secara perlahan.
5 Penatalaksanaan
1. Dermatitis kontak
a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.
b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera
mungkin.
c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.
e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahannya.
2. Dermatitis atopik
a. Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas / dingin, bahan-
bahan berbulu.
b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofilik urea
10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang
dari 5%.
c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa
dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak
dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila
tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.
d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari
selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
3. Neurodermatitis sirkumskripta
4. Dermatitis numularis
a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien.
b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
c. Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1:10.000.
d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCL.
5. Dermatitis statis
a. Cahaya Berdenyut Intens
b. Diuretik
c. Imunosupresan
d. Istirahat
e. Kortikostreroid
f. Ligasi Vaskuler
g. Pelembab
h. Terapi Kompres
Penguji
(.....................................................)