Komunikasi PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

Devi Mardhiyanti1
Ratu Ilma Indra Putri2, Nila Kesumawati3

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan soal matematika model PISA untuk
mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa sekolah dasar (SD) yang valid dan praktis; (2)
mengetahui efek potensial soal matematika model PISA terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa SD. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development research) tipe formative
evaluation. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VI.E SD Xaverius 1 Palembang sebanyak 37 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah walk through untuk mengetahui
validitas soal secara konten, konstruk, dan bahasa; dokumen untuk mengetahui kepraktisan soal; tes
dan wawancara untuk mengetahui efek potensial soal matematika model PISA terhadap kemampuan
komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa (1)
penelitian ini telah menghasilkan suatu produk soal matematika model PISA untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis siswa SD yang valid dan praktis. Valid tergambar dari hasil
penilaian validator yang menyatakan bahwa soal sudah baik secara konten (sesuai dengan ciri PISA
dan indikator kemampuan komunikasi matematis), konstruk (mengembangkan kemampuan
komunikasi matematis, kaya dengan konsep, sesuai dengan level siswa kelas VI SD, mengundang
pengembangan konsep lebih lanjut), dan bahasa (sesuai dengan EYD, soal tidak berbelit belit, soal
tidak mengandung penafsiran ganda, batasan pertanyaan dan jawaban jelas). Selain itu kevalidan
soal juga tergambar dari hasil analisis butir soal pada siswa non subjek penelitian. Praktis tergambar
dari hasil uji coba pada small group dimana sebagian besar siswa dapat memahami soal dengan baik;
(2) prototipe soal matematika model PISA yang dikembangkan memiliki efek potensial yang positif
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SD, hal ini terlihat dari skor rata-rata siswa yang
mencapai 47,89 dari skor maksimal 82 (termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis baik)
pada indikator komunikasi matematis, yaitu menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke
dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi, atau relasi matematika dengan benda nyata,
gambar, atau diagram; kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi, atau simbol
matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide; menarik kesimpulan, menyusun bukti,
memberikan alasan atau bukti terhadap solusi. Berdasarkan wawancara dengan siswa bahwa soal
matematika model PISA ini dapat menstimulasi mereka untuk mengkomunikasikan jawabannya
secara tertulis dengan memberikan gambar, penjelasan, alasan, dan bukti.

Kata Kunci: Penelitian Pengembangan (development research), Soal PISA, Komunikasi


Matematis

Pendahuluan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau


Matematika sebagai salah satu mata menjelaskan gagasan dan pernyataan
pelajaran yang diajarkan di sekolah tentu matematika; (3) memecahkan masalah yang
memiliki peran dalam mencapai tujuan meliputi kemampuan memahami masalah,
pendidikan yang diamanahkan undang- merancang model matematika, menyelesaikan
undang. Adapun tujuan pendidikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
matematika sebagaimana yang terdapat di (4) mengkomunikasikan gagasan dengan
dalam kurikulum KTSP, yaitu agar peserta simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
didik memiliki kemampuan: (1) memahami memperjelas keadaan atau masalah; (5)
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan memiliki sikap menghargai kegunaan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, percaya diri dalam pemecahan masalah
melakukan manipulasi matematika dalam (Depdiknas, 2006).
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Sejalan dengan tujuan pendidikan yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah
matematika tersebut maka komunikasi dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:
matematis merupakan bagian penting pada Who Says What In Which Channel To Whom
pendidikan matematika. Namun, kenyataan di With What Effect? (Effendy, 1994: 10).
lapangan menunjukkan bahwa keterampilan
komunikasi tersebut belum dilatih secara
maksimal (Sa’diah dalam Mudzakkir, 2006:4). b. Komunikasi Matematis
Hal ini sangat wajar terjadi karena belum Kemampuan komunikasi matematis
tersedianya soal-soal yang mengukur merupakan kesanggupan/kecakapan seorang
kemampuan komunikasi matematis siswa. siswa untuk dapat menyatakan dan
Berdasarkan hasil survei tiga tahunan menafsirkan gagasan matematika secara
Programme for International Student lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa
Assessment (PISA) pada tahun 2009, yang ada dalam soal matematika (Depdiknas,
Indonesia secara umum berada pada 2004: 24).
peringkat 57 dari 65 negara dan untuk Komunikasi matematis yang diukur dalam
matematika berada pada peringkat 5 terendah penelitian ini adalah komunikasi matematis
dengan skor 371. Hasil tersebut menunjukkan tertulis. Adapun definisi komunikasi matematis
bahwa kemampuan siswa Indonesia masih adalah kemampuan/keterampilan siswa dalam
tergolong rendah dan belum terbiasa dengan menyatakan gagasan atau ide matematika
soal-soal yang menuntut siswa untuk berpikir, serta menafsirkannya secara tertulis dalam
bernalar, dan berkomunikasi matematis. memecahkan masalah. Indikator untuk
Oleh karena itu, pada penelitian ini mengukur kemampuan komunikasi matematis
peneliti mengembangkan soal matematika tersebut, yaitu kemampuan: (1)
model PISA untuk mengukur kemampuan menguhubungkan benda nyata, gambar, atau
komunikasi matematis siswa karena soal diagram ke dalam ide matematika; (2)
matematika model PISA merupakan salah satu menjelaskan ide, situasi, atau relasi
alternatif model soal yang dapat digunakan matematika dengan benda nyata, gambar,
untuk mengembangkan kemampuan atau diagram; (3) menggunkan istilah, notasi,
komunikasi matematis siswa. atau simbol matematika dan strukturnya untuk
Rumusan masalah dalam penelitian ini menyajikan ide; (4) menarik kesimpulan,
adalah: (1) bagaimana mengembangkan soal menyusun bukti, memberikan alasan atau
matematika model PISA untuk mengukur bukti terhadap solusi.
kemampuan siswa sekolah dasar yang valid
dan praktis? (2) bagaimana efek potensial soal c. Programme for International Student
matematika model PISA terhadap kemampuan Assessment (PISA)
komunikasi matematis siswa sekolah dasar? PISA merupakan evaluasi internasioanl
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: terhadap siswa usia sekitar 15 tahun, pertama
(1) menghasilkan soal-soal matematika model diadakan pada tahun 2000 dan setiap tiga
PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi tahun sekali. PISA mengukur kemampuan
matematis siswa sekolah dasar yang valid dan untuk mengenal dan memahami peran
praktis; (2) mengetahui efek potensial soal matematika di dunia, untuk dijadikan sebagai
matematika model PISA terhadap kemampuan landasan dalam menggunakan dan melibatkan
komunikasi matematis siswa sekolah dasar. diri dengan matematika sesuai dengan
kebutuhan siswa sebagai warganegara yang
Tinjauan Pustaka konstruktif, peduli, dan reflektif.
a. Komunikasi Adapun aspek-aspek penilaian dalam
Pengertian komunikasi dalam kamus PISA diwakili oleh gambar 1 berikut:
besar bahasa Indonesia, yaitu pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami (Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
Untuk memahami pengertian komunikasi
tersebut, para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh
Harold D. Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in
Society. Lasswell mengatakan bahwa cara
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Gambar 2. Skor rata-rata siswa Indonesia pada PISA
tahun 2000-2009

Gambar 1. Aspek-Aspek Penilaian PISA Gambar 2 di atas menunjukkan rata-rata


skor siswa Indonesia untuk kemampuan
d. Penelitian yang Relevan membaca (reading), matematika
Penelitian mengenai komunikasi (mathematics), dan IPA (science). Skor siswa
matematis sudah pernah dilakukan Indonesia meningkat untuk kemampuan
sebelumnya di antaranya adalah dilakukan membaca, sementara untuk kemampuan
oleh Windayana (2009) yang meneliti tentang
Pembelajaran Matematika Kontekstual matematika dan IPA terjadi penurunan pada
Kelompok Permanen dan Kelompok Tidak tahun 2009.
Permanen dalam Meningkatkan Kemampuan Metodologi Penelitian
Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa a. Subjek Penelitian
Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini diantaranya Penelitian dilaksanakan pada semester
menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi genap tahun ajaran 2010/2011. Subjek
matematis siswa pada pembelajaran penelitian adalah siswa kelas VI.E SD Xaverius
matematika kontekstual baik pada kelompok 1 Palembang yang berjumlah 37 siswa.
permanen maupun pada kelompok tidak
b. Metode Penelitian
permanen secara signifikan lebih baik
Metode dalam penelitian ini adalah
dibandingkan kemampuan komunikasi
metode penelitian pengembangan atau
matematis siswa pada pembelajaran
development research. Penelitian
matematika biasa.
pengembangan ini adalah jenis penelitian yang
Penelitian sebagaimana diuraikan di atas
ditujukan untuk menghasilkan soal matematika
meningkatkan kemampuan komunikasi
model PISA untuk mengukur kemampuan
matematis melalui suatu pendekatan
komunikasi matematis yang valid dan praktis.
pembelajaran. Sementara dalam penelitian ini
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu
peneliti mengembangkan soal matematika
tahap preliminary yaitu persiapan dan tahap
model PISA untuk mengukur kemampuan
formative evaluation (Tessmer, 1993) yang
komunikasi matematis siswa. Adapun studi
meliputi self evaluation, prototyping (expert
tentang PISA ini pernah dilakukan oleh Stacey
reviews dan one-to-one, dan small group),
(2010) tentang “The PISA view of
serta field test.
Mathematical Literacy in Indonesia”. Pada
studi ini Stacey membandingkan skor siswa
Indonesia dengan skor rata-rata OECD dan
skor beberapa negara tetangga (Australia,
Hong Kong- Cina, Jepang, dan Thailand).
Stacey juga membandingkan skor siswa
Indonesia pada tahun 2000 – 2009.

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Low resistance to revision High resistance to revision
Expert

Reviews
Small Field
revise revise revise
Self Group Test
Evaluation

One-to-one

Gambar 3. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993)

c. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan metode dan prosedur Maka pada tahap ini diperoleh prototipe
penelitian di atas, maka teknik pengumpulan pertama yang berupa perangkat soal
data yang digunakan dalam penelitian ini untuk matematika model PISA untuk mengukur
masing-masing tahapan adalah: kemampuan komunikasi matematis siswa
1. Self Evaluation sekolah dasar.
 Dokumen
Dokumen yang digunakan dalam hal 2. Prototyping
ini adalah kurikulum yang sesuai dengan a. Expert Review
KTSP sekolah dasar dan soal-soal PISA.  Walk Through
Kemudian peneliti mendesain perangkat soal Walk through dilakukan dengan
yang meliputi kisi-kisi dan soal matematika pakar/pembimbing, kemudian
model PISA yang didasarkan pada isi, pakar/pembimbing memberikan saran atau
konstruk, dan bahasa. masukan tentang kejelasan soal, kesesuaian
konteks yang digunakan. Prosedur yang
Tabel 1. Karakteristik yang menjadi peototype digunakan antara lain:
1. Konten  Soal sesuai dengan ciri  Mula-mula peneliti memberikan hasil dari
PISA. pembuatan prototipe soal-soal
 Soal sesuai dengan matematika model PISA untuk mengukur
indikator kemampuan kemampuan komunikasi matematis
komunikasi matematis. kepada pakar/pembimbing (prototipe
2. Konstruk Soal sesuai dengan teori pertama).
yang mendukung dan  Pakar/pembimbing mengevaluasi semua
kriteria: soal tersebut, kemudian memberikan
saran-saran perbaikan dengan bantuan
 Mengembangkan instrumen.
kemampuan komunikasi  Peneliti melakukan perbaikan terhadap
matematis. soal-soal tersebut, dengan
 Kaya dengan Konsep. mempertimbangkan semua komentar dan
 Sesuai dengan level saran dari pakar/pembimbing.
siswa kelas VI SD. (Tessmer, 1993)
 Mengundang
pengembangan konsep b. One to One
lebih lanjut.  Dokumen
3. Bahasa  Sesuai dengan EYD Dokumen yang digunakan pada one to
 Soal tidak berbelit belit one evaluation berupa lembar komentar/saran
 Soal tidak mengandung siswa dan lembar jawaban siswa untuk soal
penafsiran ganda prototipe pertama. Analisis dilakukan terhadap
 Batasan pertanyaan dan lembar komentar/saran siswa dan lembar
jawaban jelas jawaban siswa kelas VI sekolah dasar yang
terdiri dari tiga orang siswa dengan

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
kemampuan matematika tinggi, sedang, dan 2. Prototyping
rendah. a. Expert Review
c. Small Group  Analisis Walk Through
 Dokumen Peneliti melakukan analisis deskriptif
Dokumen yang digunakan adalah dengan cara merevisi berdasarkan walk
dokumen berupa lembar komentar/saran siswa through atau catatan validator. Hasil dari
dan lembar jawaban siswa untuk soal prototipe analisis digunakan untuk merevisi soal-soal
kedua. Analisis dilakukan terhadap lembar yang dibuat oleh peneliti sehingga diperoleh
komentar/saran siswa dan lembar jawaban soal yang valid secara kualitatif.
siswa kelas VI sekolah dasar yang bukan b. One to One
merupakan subjek penelitian yang terdiri dari 6  Analisis Dokumen
siswa dengan kemampuan matematika tinggi Analisis dokumen ini merupakan analisis
(2 siswa), sedang (2 siswa), dan rendah (2 deskriptif dengan cara merevisi berdasarkan
siswa). Analisis dokumen pada small group ini komentar/saran siswa, jawaban siswa serta
dilakukan untuk melihat kepraktisan soal pengamatan dan temuan selama siswa
matematika model PISA yang berupa mengerjakan soal-soal matematika model
keterjelasan dan keterbacaan soal. PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi
Sebelum soal diujicobakan di field test, matematis. Hasil dari analisis ini digunakan
peneliti melakukan uji coba soal prototipe untuk merevisi soal-soal yang dibuat oleh
kedua pada siswa kelas VI sekolah dasar non peneliti sehingga diperoleh soal yang valid
subjek penelitian yang berjumlah 36 siswa secara kualitatif.
untuk mendapatkan data reliabilitas soal dan c. Small Group
validitas butir soal secara kuantitatif.  Analisis Dokumen
3. Field Test Analisis dokumen ini juga digunakan
a. Tes untuk menganalisis data kepraktisan soal-soal
Tes soal matematika model PISA matematika model PISA pada prototipe kedua
prototipe ketiga digunakan untuk memperoleh yang didapat berdasarkan komentar/saran
data tentang efek potensial soal matematika siswa, jawaban siswa serta pengamatan dan
model PISA terhadap kemampuan komunikasi temuan selama siswa mengerjakan soal-soal
matematis siswa sekolah dasar. Tes terdiri dari matematika model PISA untuk mengukur
12 soal berbentuk uraian yang mengacu pada kemampuan komunikasi matematis. Hasil
ciri PISA dan indikator kemampuan analisis juga digunakan untuk merevisi soal-
komunikasi matematis. Adapun kisi-kisi soal soal yang dibuat oleh peneliti.
matematika model PISA sebagaimana Sebelum soal diujicobakan pada field test,
terdapat pada tabel 6 halaman 45. peneliti melakukan analisis butir soal berupa
b. Wawancara validitas butir soal dan reliabilitas soal. Analisis
Wawancara (interview) ini dilaksanakan butir soal ini dilakukan pada siswa kelas VI
pada beberapa siswa di kelas field test yang berjumlah 36 siswa. Perhitungan validitas butir
mewakili kelas field test. Wawancara soal dan reliabilitas soal menggunakan
digunakan untuk mengetahui mengapa soal perangkat lunak SPSS-16. Untuk validitas butir
matematika model PISA memiliki atau tidak soal digunakan korelasi product moment dari
memiliki efek potensial terhadap kemampuan Karl Pearson, dan untuk reliabilitas soal
komunikasi matematis siswa. Kesulitan apa digunakan Cronbach-Alpha.
yang dialami siswa ketika menjawab soal 3. Field Test
matematika model PISA dan a. Analisis Hasil Tes
mengkomunikasikan jawabannya secara Data hasil tes untuk mengukur
tertulis. kemampuan komunikasi matematis siswa
dilihat dari skor yang diperoleh siswa dalam
Teknik Analisis Data mengerjakan soal tes kemampuan komunikasi
1. Self Evaluation matematis. Skor yang diperoleh siswa
 Analisis Dokumen kemudian dihitung untuk mengukur
Pada tahap ini peneliti menganalis sendiri kemampuan komunikasi matematis. Sistem
perangkat soal prototipe pertama yang sudah penyekoran tingkat kemampuan tersebut
dihasilkan untuk mengetahui apakah dibuat seperti pada tabel 2 berikut:
perangkat soal yang dikembangkan sudah
sesuai dengan level siswa, kurikulum KTSP
sekolah dasar, ciri PISA, dan indikator
kemampuan komunikasi matematis.
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Tabel 2. Pedoman Penyekoran terhadap jawaban.
Aspek Respon Siswa terhadap Skor beberap  Kesimpulan/jawaban
yang soal/masalah a solusi. benar, ada bagian 3
dinilai penting dari bukti atau
Menghu  Tidak ada jawaban 0 alasan yang belum
bungkan  Memberi jawaban yang 1 selesai atau terdapat
benda tidak relevan dengan kesalahan/belum
nyata, dengan benda nyata, lengkap.
gambar gambar, atau diagram. 2  Kesimpulan/jawaban
atau  Memberi jawaban yang benar, bukti atau alasan 4
diagram relevan dengan benda benar, jelas, dan tanpa
ke dalam nyata, gambar, atau kesalahan.
ide diagram tetapi masih
matemati terdapat kesalahan/ Skor kemampuan komunikasi matematis
k. kurang lengkap. 3 dari masing-masing siswa adalah jumlah skor
 Memberi jawaban yang yang diperoleh pada saat menyelesaikan soal
benar dan relevan tes kemampuan komunikasi matematis. Skor
dengan benda nyata,
maksimumnya adalah 82 (12 butir soal),
gambar, atau diagram.
Kemamp  Tidak menggunakan 0 sedangkan skor minimumnya adalah 12 x 0 =
uan istilah, notasi, atau 0, sehingga interval skor rata-rata kemampuan
dalam symbol matematika komunikasi matematis siswa adalah 82 – 0 =
menggu  Istilah-istilah, notasi- 82, peneliti membagi interval menjadi 4 selang
nakan notasi, atau symbol 1 dengan rentang 21.
istilah- matematika yang Data hasil tes kemudian dianalisis untuk
istilah, dituliskan salah. menentukan rata-rata skor akhir dan kemudian
notasi-  Menggunakan istilah- 2 dikonversi kedalam data kualitatif untuk
notasi, istilah, notasi-notasi, menentukan kategori tingkat kemampuan
symbol atau symbol matematika
matemati komunikasi matematis siswa. Kategori tingkat
tetapi masih terdapat
ka, dan kesalahan/ belum
kemampuan komunikasi matematis siswa
struktur- lengkap. tersebut ditentukan seperti pada tabel 3
strukturn  Menggunakan istilah- 3 berikut:
ya untuk istilah, notasi-notasi,
menyajik atau symbol matematika Tabel 3. Kategori Tingkat Kemampuan
an ide- dengan tepat dan benar. Komunikasi Matematis
ide.
Nilai siswa Tingkat kemampuan
Menjelas  Tidak ada jawaban 0
kan ide, 1 komunikasi matematis siswa
 Memberikan jawaban
situasi, tetapi gambar atau 63 - 83 Sangat Baik
dan diagram yang diberikan 42 - 62 Baik
relasi masih salah. 21 - 41 Cukup
matemati  Gambar atau diagram 2 0 - 20 Kurang
ka yang diberikan relevan
dengan dengan soal tetapi Sumber: Modifikasi Arikunto (1999)
benda kurang tepat atau masih
nyata, terdapat kesalahan. b. Analisis Data Wawancara
gambar,  Gambar atau diagram 3 Data hasil wawancara dianalisis secara
atau yang diberikan benar deskriptif untuk mengetahui mengapa soal
diagram. tetapi kurang lengkap. matematika model PISA memiliki atau tidak
 Gambar atau diagram memiliki efek potensial terhadap kemampuan
yang diberikan benar 4 komunikai matematis. Selain itu wawancara
dan lengkap. juga dilakukan untuk mengetahui kesulitan-
kesulitan yang dialami siswa dalam menjawab
Menarik  Tidak ada jawaban. 0
kesimpul 1 soal matematika model PISA dan
 Kesimpulan / jawaban
an, salah tetapi memberikan mengkomunikasikan jawabannya secara
menyusu bukti atau alasan tertulis.
n bukti, terhadap jawaban.
memberi  Kesimpulan / jawaban 2
alasan Hasil dan Pembahasan
benar tetapi tidak
atau memberikan bukti atau
bukti alasan terhadap
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Tahapan yang akan dibahas pada bagian ini Berdasarkan expert review dan one to
adalah tahap formative evaluation, yaitu self one yang diberikan secara paralel maka
evaluation, prototyping, dan field test. prototype 1 direvisi dengan keputusan revisi
1. Self Evaluation sebagai berikut:
Pada tahap ini peneliti menganalisis  EYD setiap soal diperbaiki.
siswa, kurikulum, soal PISA, kemudian  Redaksi setiap soal yang kurang
mendesain soal matematika Model PISA untuk diperbaiki.
mengukur kemampuan komunikasi matematis.  Tabel diperbaiki.
2. Prototyping  Gambar pada soal diperbaiki dan diganti
a. Expert Review dan One to One dengan yang lebih jelas.
Hasil desain soal pada tahap self
evaluation sebagai prototipe 1 divalidasi b. Small Group
kepada expert berdasarkan konten, konstruk, Hasil revisi berdasarkan expert review
dan bahasa melalui walk through. Pada one to dan one to one sebagai prototype 2
one evaluation, peneliti mengujicobakan soal diujicobakan pada small group yang terdiri
kepada tiga orang siswa dengan kemampuan dari dari 6 siswa SDN 179 Palembang dengan
matematika yang berbeda, yaitu tinggi, kemampuan matematika berbeda, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Peneliti juga meminta sedang, dan rendah. Peneliti juga meminta
siswa untuk memberikan komentar/saran siswa untuk memberikan komentar/saran
sebagai dasar revisi. terhadap soal.
Berikut ini beberapa komentar siswa:

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
PISA dapat memancing siswa untuk
3. Field test mengkomunikasikan jawabannya secara
Soal-soal pada prototype 3 diujicobakan tertulis walaupun masih terasa sulit bagi siswa
pada subjek penelitian, yaitu siswa kelas VI.E untuk menjawab dan mengkomunikasikan
SD Xaverius 1 Palembang yang berjumlah 37 jawabannya secara tertulis dengan menuliskan
siswa. penjelasan, alasan, dan bukti. Hal ini
Pengumpulan data dilakukan dengan cara disebabkan oleh siswa belum terbiasa dengan
memberikan soal prototype 3 yang telah valid soal-soal model PISA karena belum pernah
dan praktis selama 120 menit dengan jumlah diberikan oleh guru di sekolah.
soal 12 soal.
Data hasil tes kemampuan komunikasi Pembahasan
matematis dianalisis untuk menentukan rata- Proses pengembangan yang sudah dilalui
rata nilai akhir dan kemudian dikonversikan ke yang terdiri dari tiga tahap, yaitu self
dalam data kualitatif untuk menentukan evaluation, prototyping (expert reviews and
kategori tingkat kemampuan komunikasi one to one, small group) dan field test serta
matematis siswa. Adapun persentase tingkat revisi pada masing-masing tahap maka
kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh perangkat soal matematika model
dapat dilihat pada tabel 4 berikut: PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi
Tabel 4. Distribusi Skor Rata-rata Kemampuan matematis. Soal-soal yang dikembangkan
Komunikasi Matematis dapat dikategorikan valid dan praktis. Valid
Interval Persentase tergambar dari hasil penilaian validator,
Frekuensi Kategori
Nilai (%) dimana hampir semua validator menyatakan
63 – 83 3 8,11 Sangat baik berdasarkan konten (sesuai dengan ciri
Baik PISA, indikator kemampuan komunikasi
42 – 62 24 64,87 Baik matematis), konstruks (mengembangkan
21 – 41 9 24,32 Cukup kemampuan komunikasi matematis, kaya
0 – 20 1 2,7 Kurang dengan konsep, sesuai dengan level siswa
Jumlah 37 100 kelas VI SD, mengundang pengembangan
Nilai 47,89 Baik konsep lebih lanjut), dan bahasa (sesuai
Rata- dengan EYD, soal tidak berbelit belit, soal
rata tidak mengandung penafsiran ganda, batasan
pertanyaan dan jawaban jelas). Setelah soal
Pada tahap field test ini, peneliti juga dinyatakan valid secara kualitatif berdasarkan
melakukan wawancara pada 5 siswa di kelas konten, konstruk, dan bahasa kemudian soal
filed test untuk mengetahui mengapa soal diujicobakan terhadap siswa kelas VI.A SD
matematika model PISA memiliki efek Kartika II-3 Palembang sebanyak 36 siswa
potensial soal terhadap kemampuan untuk menganalisis validitas butir soal dan
komunikasi matematis. reliabilitas soal. Dari hasil analisis butir soal
Berdasarkan wawancara tergambar tersebut diperoleh 12 soal yang valid dengan
bahwa secara umum soal matematika model koefisien reliabilitas r11 = 0,72 (reliabilitas
tinggi). Maka dapat disimpulkan bahwa
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
perangkat soal yang dikembangkan sudah cukup dikenal oleh siswa. Soal nomor 1
valid secara kualitatif dan kuantitatif. mengukur kemampuan (1) Menghubungkan
Dari hasil revisi berdasarkan benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam
komentar/saran dan lembar jawaban siswa ide matematika, (2) Kemampuan dalam
pada one to one dan small group evaluation menggunakan istilah, notasi, atau simbol
menunjukkan soal yang dikembangkan praktis. matematika dan struktur-strukturnya untuk
Soal tersebut dikategorikan praktis tergambar menyajikan ide-ide. Sementara soal nomor 2
dari hasil pengamatan pada uji coba small mengukur kemampuan (1) Menghubungkan
group, dimana semua siswa dapat benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam
menggunakan perangkat soal dengan baik. ide matematika, (2) Kemampuan dalam
Soal yang dikembangkan sesuai dengan alur menggunakan istilah, notasi, atau simbol
pikiran siswa, konteks yang diberikan matematika dan struktur-strukturnya untuk
dikenal/diketahui oleh siswa, mudah dibaca, menyajikan ide-ide, dan (3) Menarik
dan tidak menimbulkan penafsiran yang kesimpulan, menyusun bukti, memberikan
beragam. alasan atau bukti terhadap beberapa solusi.
Pada tabel 4, terlihat bahwa skor rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa
dalam menjawab soal matematika model PISA A. Tayangan
termasuk kategori baik. Dari hasil analisis data Televisi
tes soal dapat diketahui bahwa 3 siswa
(8,11%) yang termasuk dalam kategori
memiliki kemampuan komunikasi matematis
sangat baik, dan ada 24 siswa (64,87%)
termasuk dalam kategori memiliki kemampuan
komunikasi matematis baik. Ini berarti secara
keseluruhan ada 27 siswa (72,98%) dari 37
siswa yang telah memiliki kemampuan
komunikasi matematis dengan kategori baik.
Dari hasil wawancara tergambar bahwa
soal matematika model PISA yang
dikembangkan dapat memancing kemampuan 1. Informasi apa yang kamu peroleh dari
komunikasi matematis siswa, walaupun siswa diagram batang durasi tayangan TV di
masih mengalami kesulitan dalam atas? Jelaskan.
mengkomunikasikan jawabannya secara
2. Apakah stasiun televisi tersebut
tertulis karena siswa harus menuliskan
menayangkan program TV selama 24 jam
penjelasan, alasan, atau bukti dari jawaban
sehari? Buktikan jawabanmu serta
yang diberikan. Hal ini disebabkan karena
alasannya.
siswa belum terbiasa dengan soal matematika
Siswa A menjawab soal nomor 1
model PISA dan soal yang mengukur
hanya dengan menuliskan durasi tayangan
kemampuan komunikasi matematis. Soal-soal
yang tertinggi dan terendah, tidak menuliskan
seperti ini juga belum pernah diajarkan di
semua informasi yang tersedia. Siswa sudah
sekolah.
mampu menghubungkan diagram batang
Berikut beberapa soal dan jawaban siswa:
durasi tayangan TV ke dalam ide matematika.
Berikut jawaban siswa A untuk soal nomor 1:
Soal Nomor 1 dan 2
Soal nomor 1 dan 2 ini menggunakan
konteks “Tayangan Televisi”, konteks ini sudah

sudah mampu menghubungkan diagram


Siswa B mampu menuliskan seluruh batang durasi tayangan TV ke dalam ide
informasi yang tersedia pada diagram batang matematikanya dengan lengkap. Berikut
dan juga membandingkan durasi tayangan jawaban siswa B untuk soal nomor 1:
yang tertinggi dan terendah, artinya siswa B
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Untuk soal nomor 2, siswa C sudah
Untuk soal nomor 1 ini terdapat mampu membuktikan bahwa stasiun TV
29,73% siswa yang dapat menceritakan data tersebut tidak menyiarkan tayangan TV
tentang durasi tayangan TV secara lengkap, selama 24 jam sehari walaupun siswa C
benar, dan jelas tanpa kesalahan. Dan 64,86% melakukan kesalahan dalam menjumlahkan
siswa menceritakan data durasi tayangan TV durasi tayangan TV per hari. Berikut jawaban
dengan benar tetapi belum lengkap. Siswa C untuk soal nomor 2:

dengan durasi 24 jam sehari walaupun tidak


Siswa D juga sudah mampu menuliskan perhitungan secara matematis
mengkomunikasikan bahwa tidak benar tetapi siswa D bisa menuliskan alasannya.
stasiun TV tersebut memberikan tayangan Berikut jawaban siswa D untuk soal nomor 2:

Secara keseluruhan kemampuan


komunikasi matematis siswa untuk soal nomor D. Balap Karung
1 dan 2 sudah baik, siswa sudah bisa
menghubungkan diagram ke dalam ide
matematika, menggunakan notasi dan simbol
matematika, serta menarik kesimpulan dan
memberi alasan atau bukti terhadap solusi
yang diberikan.
Soal Nomor 5
Soal nomor 5 mengukur (1)
kemampuan dalam menggunakan notasi,
istilah, atau simbol matematika dan strukturnya
untuk menyajikan ide, (2) kemampuan menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberi alasan
atau bukti terhadap beberapa solusi. Pada
Sumber: www.google.co.id
soal ini siswa dapat menggunakan konsep
jarak, kecepatan dan waktu yang dipelajari di
Balap karung adalah salah satu lomba
kurikulum SD. Siswa juga diharapkan dapat
tradisional yang populer pada hari
mengkomunikasi cara kerjanya beserta alasan
kemerdekaan Indonesia. Andi, Bayu, dan
dari setiap jawaban.
1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Carli sedang berlomba di babak final lomba
balap karung, jarak yang harus ditempuh
untuk sampai ke garis finish adalah 10 meter.
Andi Bayu Carli

Jarak satu 40 cm 30 cm 50
lompatan cm
Waktu untuk 2 1 3
satu lompatan
(dalam detik)

5. Berdasarkan data di atas, siapakah


yang menjadi pemenang? Buktikan
jawabanmu dan Beri alasan.

Siswa A untuk soal nomor 5 ini


menjawab dengan menghitung jarak lompatan
masing-masing peserta dalam satu detik.
Siswa A langsung menarik kesimpulan
pemenangnya adalah Bayu karena Bayu
memiliki jarak lompatan terjauh dalam satu
detik. Siswa A sudah mampu menggunakan
simbol dalam matematika dan menarik Dari uraian di atas maka hasil tes soal
kesimpulan beserta alasannya. matematika model PISA untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis secara
keseluruhan termasuk kategori baik dengan
nilai rata-rata 47,89. Selain itu berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan siswa
diketahui bahwa soal yang dikembangkan
Sementara itu, siswa B menuntut siswa untuk mengkomunikasikan
membandingakan jarak masing-masing jawabannya secara tertulis dengan
peserta untuk waktu tempuh 6 detik. Siswa B mengemukakan alasan, memberikan
langsung dapat menyimpulkan bahwa penjelasan, dan bukti dari jawaban. Maka
pemenangnya adalah Bayu karena Bayu perangkat soal yang dikembangkan memiliki
memiliki jarak tempuh terjauh dalam waktu 6 efek potensial terhadap kemampuan
detik. Dalam hal ini, siswa B sudah mampu komunikasi matematis siswa.
mengkomunikasikan jawabannya dengan
menggunakan simbol matematika dan menarik Kesimpulan dan Saran
kesimpulan beserta alasannya siapa yang a. Kesimpulan
menjadi pemenang walaupun siswa B tidak Penelitian ini telah menghasilkan suatu
menuliskan perhitungan matematis dengan produk pengembangan soal matematika model
lengkap. PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi
matematis siswa sekolah dasar. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, maka
diperoleh kesimpulan berikut:
1. Prototype perangkat soal yang
dikembangkan dikategorikan valid dan
Untuk soal nomor 5 ini, sebagian praktis. Valid secara kualitatif tergambar
siswa sudah dapat menarik kesimpulan siapa dari hasil penilaian validator, dimana
yang menjadi pemenang tetapi masih salah hampir semua validator menyatakan baik
dalam memberikan bukti dan alasan, sebagian berdasarkan konten (sesuai dengan ciri
lagi masih salah dalam menjawab soal seperti PISA, indikator kemampuan komunikasi
berikut ini: matematis), konstruks (mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis, kaya
dengan konsep, sesuai dengan level
siswa kelas VI SD, mengundang
pengembangan konsep lebih lanjut), dan

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
bahasa (sesuai dengan EYD, soal tidak tertulis disertai dengan penjelasan,
berbelit belit, soal tidak mengandung alasan, dan bukti jawaban. Selain itu
penafsiran ganda, batasan pertanyaan siswa belum pernah mendapatkan soal
dan jawaban jelas). Valid secara model PISA di sekolah.
kuantitatif berdasarkan analisis butir soal
(validitas butir soal) dan praktis tergambar b. Saran
dari hasil uji coba, dimana siswa dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
menggunakan perangkat soal dengan kesimpulan pada penelitian ini, maka
baik (konteksnya dikenali, mudah dibaca, disarankan:
tidak menimbulkan penafsiran ganda, dan 1. Bagi siswa, agar dapat melatih diri untuk
sesuai dengan alur pikiran siswa). Soal meningkatkan kemampuan komunikasi
yang dihasilkan sebanyak 12 soal yang matematis melalui soal-soal matematika
terdiri dari 4 soal konten space and model PISA terutama pada indikator
shape, 3 soal konten quantity, 3 soal kemampuan menarik kesimpulan,
konten change and relationship, dan 2 menyusun bukti, memberikan alasan atau
soal konten uncertainty. Soal-soal bukti terhadap solusi.
tersebut menyebar pada 3 competency 2. Bagi guru matematika, agar dapat
cluster, yaitu reproduction, connection, menggunakan perangkat soal matematika
dan reflection cluster dengan level 1 model PISA yang telah dibuat sebagai
sampai 5. alternatif dalam perbaikan evaluasi
2. Berdasarkan proses pengembangan pembelajaran sehingga dapat digunakan
diperoleh bahwa prototype perangkat soal untuk melatih kemampuan komunikasi
yang dikembangkan telah memiliki efek matematis siswa.
potensial terhadap kemampuan 3. Melihat kelemahan siswa dalam
komunikasi matematis siswa sekolah menyelesaikan soal matematika model
dasar, hal ini terlihat dari hasil tes soal PISA maka peneliti menyarankan guru
matematika model PISA untuk mengukur untuk meningkatkan pengetahuan
kemampuan komunikasi matematis siswa mengenai soal-soal PISA sehingga guru
dengan nilai rata-rata 47,89 dari skor dapat membiasakan siswa dengan soal
maksimal 82 dimana nilai ini termasuk matematika model PISA untuk mengukur
memiliki kemampuan komunikasi kemampuan komunikasi matematis.
matematis kategori baik. Kelemahan yang 4. Berdasarkan wawancara dengan siswa
paling banyak ditemui pada siswa dalam pada field test bahwa siswa kesulitan
komunikasi matematis dari keempat dalam operasi bilangan desimal maka
indikator (menghubungkan benda nyata, disarankan agar guru dapat mengajarkan
gambar, atau diagram ke dalam ide materi mengenai bilangan desimal secara
matematika; menjelaskan ide, situasi, lebih bermakna.
atau relasi matematika dengan benda 5. Bagi peneliti lain, perangkat soal ini dapat
nyata, gambar, atau diagram; dipergunakan sebagai masukan untuk
kemampuan dalam menggunakan istilah- mengkaji lebih mendalam mengenai soal-
istilah, notasi-notasi, atau symbol soal matematika di sekolah dasar dalam
matematika dan struktur-strukturnya untuk upaya mengukur kemampuan komunikasi
menyajikan ide-ide; menarik kesimpulan, matematis siswa.
menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap solusi) adalah menarik Daftar Pustaka
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan Akker, J.v.d. 1999. Principles and Methods of
alasan atau bukti terhadap solusi. Development Research. Dalam J.v.d
Sedangkan ketiga indikator lainnya sudah Akker (Ed). Design Approaches and Tools
baik. Hal ini sesuai dengan hasil in Education and Training. Dordrecht:
wawancara peneliti dengan siswa bahwa Kluwer Academic Publishers.
siswa kesulitan dalam memberikan
penjelasan, alasan, dan bukti pada Andriani, Melly. 2008. Komunikasi Matematika.
jawaban yang diberikan. Hal ini terjadi (online) Tersedia:
karena siswa tidak terbiasa mengerjakan http://mellyirzal.blogspot.com/2008/12/ko
soal matematika model PISA yang munikasi-matematika.html. Diakses 25
menuntut siswa untuk Oktober 2010.
mengkomunikasikan jawabannya secara

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Ansari, Bansu I. 2003. Menumbuhkembangkan Kompas. 2009. Kemampuan Indonesia di
Kemampuan Pemahaman dan bawah Rata-rata. (online) Tersedia:
Komunikasi Matematika Siswa SMU http://edukasi.kompas.com/read/2009/10/
Melalui Strategi Think-Talk-Write, 28/13264249/kemampuan.siswa.indonesi
Disertasi, Bandung: UPI, Tidak a.di.bawah.rata-rata. Diakses 25 Oktober
dipublikasikan. 2010.

Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Krathwohl. 1997. Methods of Educational and


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Social Science Research, Second
Edition, New York: Longman, Inc.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi
Kurikulum 2004. Jakarta. Mudzakkir, H.S. 2006. Strategi Pembelajaran
Think-Talk-Write untuk Meningkatkan
_________. 2004. Peraturan Dirjen Kemampuan Representasi Matematik
Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal Beragam Siswa Sekolah Menengah
11 November 2004 tentang Penilaian Pertama (Eksperimen pada Siswa Kelas II
Perkembangan Anak Didik Sekolah SMP di Kabupaten Garut). Tesis FPMIPA
Menengah Pertama (SMP). Jakarta: UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation
_________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Standards for School Mathematics.
Pendidikan Standar Kompetensi SMP dan Reston, VA: Authur. http://educare.e-
MTs. Jakarta: Depdiknas. fkipunla.net

Djaali dan Muljono, Pudji. 2008. Pengukuran ______. 2000. Principles and Standarts for
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: School Mathematic. Reston: NCTM.
Grasindo.
OECD. 2009. PISA 2009 Assessment
Effendy. 1994. Komunikasi Teori dan Praktek, Framework – Key Competencies in
Bandung: Remaja. Reading, Mathematics, and Science.
(online) Tersedia:
Hayat, B. dan Yusuf, S. 2010. Mutu http://browse.oecdbookshop.org/oecd/pdf
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. s/browseit/9809101E.PDF. Diakses
tanggal 20 Oktober 2010.
Hendriana, Heris. 2009. Pembelajaran dengan
Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Pugalee, D.A. 2001. Using Communication to
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Develop Students’ Mathematical Literacy.
Matematik, Komunikasi Matematik dan Journal Research of Mathematical
Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Education. (on line) Tersedia:
Menengah Pertama. Disertasi FPMIPA http://www.my.nctm.org/ercsources/article
UPI Bandung: Tidak diterbitkan. -summary.asp?URI=MTMS2001-01-
296a&from=B. Diakses tanggal 25
http://akatelkomnusantaracilegon.com/?pg=arti Oktober 2010.
cles&article=39173
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_kom Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa
unikasi Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Juandi, Dadang. 2008. Pembuktian, Stacey, Kaye. 2010. The PISA view of
Penalaran, dan Komunikasi Matematik. Mathematical Literacy in Indonesia.
(online) Tersedia: Journal on Mathematics Education
http://file.upi.edu/Direktori/D- (IndoMS). July, 2011, volume 2 (online).
FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKA/1964
01171992021-DADANG Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi
JUANDI/PENALARAN DAN Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
PEMBUKTIAN.pdf. Diakses 25 Oktober Persada.
2009.

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri
Sugiatno. 2008. Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi Matematis
Mahasiswa Calon Guru Melalui
Pembelajaran Matematika dengan
Menggunakan Transactional Reading
Strategy. Disertasi FPMIPA UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.

Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:


Bumi Aksara.

Sumarmo, Utari. 2006. Pembelajaran


Keterampilan Membaca Maatematika
pada Siswa sekolah Menengah. (on line)
Tersedia: http://math.sps.upi.edu/wp-
content/uploads/2010/02/MKLH-
KETBACA-MAT-NOV-06-new.pdf.
Diakses 21 Oktober 2010.

Tessmer, Martin. 1993. Planning and


Conducting – Formative Evaluations.
London, Philadelphia: Kogan Page.

Walle, John. 2008. Matematika Sekolah dasar


dan Menengah. Jakarta: Terjemahan
Penerbit Erlangga.

Windayana, Husen. 2009. Pembelajaran


Matematika Kontekstual Kelompok
Permanen dan Tidak Permanen dalam
Meningkatkan Kemampuan Penalaran
dan Komunikasi Matematik Siswa
Sekolah Dasar. Disertasi FPMIPA UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.

1)
Mahasiswa Pascsarjana Unsri, 2,3) Dosen Jurusan Magster Pendidikan Matematika Unsri

Anda mungkin juga menyukai