TAUHID
TAUHID
TAUHID
TAUHID RUBUBIYAH
Secara etimologis, rabb ialah seseorang yang menunjang dan
menyediakan kebutuhan orang lain, terutama menyangkut
pemeliharaan, pertumbuhan, mengatur dan menyempurnakan.2
1
QS.adz-Dzariyat, 56
2
Kata Rabb dapat dipakai dengan arti Tuan, Pemilik, misalnya Rabb el-mal yang berarti
“pemilik harta”, atau Rabb el-dar, berarti ”pemilik rumah”. Kata Rabb juga berarti:
Penguasa, pengatur, pencipta, pendidik dan menumbuhkannya.
3
Lihat QS.96:1-5, 10:3, 31, 32, 2:21, 22, 42:11-12, 106:3-4.
4
Lihat QS.42:10, 7:2-3, 6:114, 32:2,3, 10:37, 12:40. Lihat QS.42:10, 7:2-3, 6:114, 32:2,3,
10:37, 12:40.
1
Dapat digaris bawahi maksud Tauhid Rububiyah ialah :
“Pengalasan akan keyakinan bahwa Allah satu-satunya Rabb
(Maha Pencipta, Pengatur, Pemelihara, Penjamin logistik atau
rizki, Penjamin kesehatan, Maha Pendidik dan Pengajar; serta
mengimani secara bulat tanpa cacat (haqqul yakin) bahwa
Allah adalah Rabb yang ditanganNyalah KEMENANGAN
SECARA OBSOLUT, dan pada KEKUASAANNYA ada HAK
MEMBUAT UU/HUKUM, menentukan boleh dan tidak,
menetapkan halal dan haram”.
5
Artinya, bila ada yang membuat atau memproduksi hukum di luar wahyu, seperti
membolehkan menurut hukum apa yang dilarang oleh wahyu, berarti telah mengakui
atau memproklamasikan dirinya sebagai Rabb/Tuhan tandingan di planet bumi (musyrik
Rububiyah), seperti contohnya Fir’aun, Namrudz (Nebukadnezar).
6
Lihat QS. 5:44-45, 47
7
Lihat QS. 31:30, 10:32, 36.
2
Dalam kondisi seperti ini seorang hamba akan jatuh kepada
penilaian “tidak dianggap beragama sedikit pun”, sampai kepada suatu
keadaan hamba itu berbalik kepada kesadaran dengan kerelaan (taubat
nashuha) yang sesungguhnya bersedia menegakkan ketentuan-
ketentuan wahyu.8
8
QS.5:68.
9
Catatan : (1). Perintah wahyu untuk mengambil zakat, dengan kata perintah (khuz,
ambil, pungut) ditujukan kepada Muhammad Rasulullah (dalam kaitan ini, Rasulullah
adalah selaku Aparatur/petugas Allah). (2). Zakat harus melalui prosedur Aparatur
Lembaga Pemerintahan Allah.
Khalifah Abu Bakar el Siddiq, Khalifah pertama sesudah Muhammad SAW.
Melaksanakan undang-undang Rabb ini dengan tegas, walaupun Muhammad SAW
sudah tiada, tetapi hukumnya tetap berlaku sebagai bukti dari Tauhid Rububiyah yang
wujud dalam Tauhid Mulkiyah, yaitu menghukum orang-orang yang tidak membayar
zakat melalui penguasa-penguasa didaerah atau melalui para utusan aparatur yang
dikirim untuk melaksanakan ketentuan pungutan zakat ini, bahkan ada yang sampai
diperangi, dalam hal ini sudah sampai kepada tingkat halal darahnya. (Lihat ketentuan
perjalanan sejarah zakat didalam hadist, dan atsar shahabi).
3
TAUHID MULKIYAH
Tauhid Mulkiyah secara leterlijk (harfiah) atau bahasa terminologis;
“Keyakinan mengakui hanya Allah sebagai pemilik, atau sebagai
penguasa (raja) yang wajib ditaati. Tidak ada kedaulatan dan
kerajaan lain yang boleh diakui apalagi ditaati”.
4
Tidak pernah di temui sepotong ayat pun yang membenarkan orang
mukmin boleh mengakui dan mentaati Lembaga Jahiliyah (Non Wahyu)
baik dalam hubungan pribadi maupun kepemerintahan. Mendukung
gagasan kepatuhan atau ketaatan kepada hukum-hukum jahiliyah (non
wahyu), disebut sebagai kuffar (kafir, menolak).14
Komitmen dan konsekwensi terhadap wahyu dibuktikan dengan
memiliki sikap bebas dari setiap bentuk dominasi dan keterikatan ketaatan
kepada Non Wahyu (kuffar/thoghut).15
Sistem dan Pola mewujudkan Mulkiyah Allah di Bumi dengan
merujuk kepada lembaga kerasulan atau Sunnah, semestinya dibangun
dan ditegakkan tidak dengan sistem non kooperatif atau oposisi.
14
Seperti dengan jelas disebuitkan dalam QS.5:80 -. 5:81, 3:149, 150, 151, 4:60, 97,
4:140, 144, 5:57, 3:20, 58:5, 33:64-68, 34:29-33.
15
QS. 7:3, 6:106, 53:29, 18:28, 32:22, 60:4, 40:4.
16
Makna dan maksud musyawarah di dalam Al Qur’an 3:159. Dalam merealisasikan
pemerintahan yang mendasarkan kepada pengakuan kedaulatan Allah di bumi
(Khalifatullah fil ardhi), tidak sama dengan sistim parlementer ala Barat.
17
Kelembagaan Jahili, suatu bentuk kelembagaan yang mengutamakan kepentingan
kelompok serta dan penghargaan terhadap nepotisme (jahilliyah). Kelembagaan
pemerintahan madaniyah yang dityumbuhkan oleh Rasulullah SAW adalah
penghormatan kepada law enforcment yang kuat, dengan mengutamakan pelaksanaan
hukum dan undang-undang ketimbang kepentingan kaum dan suku. Lebih mendalam
pola dan sistuim kepemerintahan berdaulat kepada kekuasaan Allah dapad dilihat QS.
60:4, 4:60, 4:97, 4:140, 2:256, 257, 9:71, 36:16, 5:50.
5
TAUHID ULUHIYAH
Secara etimologis Ilah 18(Tuhan) Allah adalah Al Ma’bud (sesuatu
yang disembah). Kata Ilah dipahami sebagai kata berarti Zat yang
memiliki kekuasaan yang tidak terbatas.19
Dari kata-kata tersebut kemudian ditambhan awalan “Alif Lam” atau “Lam
Taukit” sehingga berbunyi Al Ilah (ma’rifah).
Selanjutnya huruf (hamzah) dalam kata Al Ilah (menjadi huruf Lam) di
gabungkan, sehingga waktu mengucapkannya ditebalkan menjadi “Allah”.
Maka konsekwnsi kata Allah tersebut berarti: al Ma’bud (sesuatu
yang disembah), dan dalam artian terminologi bermakna bahwa
pengabdian hanya kepada Allah SWT dan hanya kepada Allah seorang
hamba minta pertolongan.20
Status Hukum dan Realisasi Pengabdian Hanya kepada Allah,
dipahamkan sebagai berikut ;
(1). Islam tidak mengenal adanya “pengabdian benda”.
Pengabdian kepada benda apapun selain Allah merupakan suatu sikap
yang munafik dan syirik (musyrik). Konsekwensinya seorang muslim
dituntut semata-mata mengabdi (menyembah) hanya kepada Allah saja,
tidak pada yang lain.21
(2). Seluruh Rasul membawa Misi Proklamasi Tauhid, atau
disebutkan juga menanamkan “paradigma tauhid” – Laa ilaaha illa Allah
– sebagai satu misi risalah.22.
(3). Konsepsi Tauhid atau ajaran Monotheisme dalam Islam
disebut suatu konsepsi tertinggi dalam ajaran ke-Tuhanan (The Highest
conception of Godhead). Ajaran ini dengan sendirinya menolak setiap
bentuk ideologi dan falsafah diluar konsepsi tauhdid tersebut.
(4). Konsepsi Tauhid Uluhiyah harus konsisten terhadap hukum
wahyu dalam gagasan keyakinan dan pelaksanaannya. Tanpa konsistensi
keyakinan ini secara gagasan maupun gerak akan dinyatakan sebagai
syirik (musyrik).23.
(5). Realisasi dari tauhid uluhiyah ini adalah pengabdian (ibadah)
hanya kepada Allah, semata-mata dapat terwujud dalam dan kepada
diakuinya lembaga kedaulatan Allah di bumi (Mulkiyah Allah)24.
18
Kata-kata Allah menurut bahasa Arab, yang secara harfiyah (Etimologi) berasal dari
kata Ilah - yakni Al Ma’bud, sesuatu yang dianggap berkuasa dan besar, mempunyai nilai
yang pantas disembah dan ditaati sepenuh hati.
19
Mirip dengan arti kata “Khuda” dalam bahasa Parsi, atau “Dedta, dewa” dalam
bahasa Hindu. Dan “God” dalam bahasa Inggeris
20
Lihat QS.1:5
21
Lihat QS.24:56, 18:110, 1:5.
22
Lihat QS.7:59, 7:72, 16:36.
23
Lihat QS.6:106, 41:6,7
24
Lihat QS.4:64, 4:80, 9:71, 120, 47:2,19, 47:33.