Modul CSL DDT
Modul CSL DDT
Modul CSL DDT
KETERAMPILAN
DASAR DIAGNOSTIK DAN
TERAPI
Tim Penyusun
TIM DDT
PENGERTIAN
Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat
(inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi).
Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan mulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi. Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya
auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus
melakukan komunikasi antara dokter (pemeriksa) dengan pasien yang biasa kita kenal
sebagai anamnesis. Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan
dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada pasien.
Anamnesis harus dilakukan secara sistematis, oleh karena riwayat penyakit dari
seorang penderita kadang-kadang lebih menentukan daripada pemeriksaan fisik, tetapi
kadang-kadang keduanya saling membantu.
Segera setelah anamnesis selesai, pemeriksaan fisik biasanya diawali dengan
obyektif tentang hal-hal yang terukur yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
suhu dan tingkat kesadaran.hal ini yang biasa disebut sebagai tanda –tanda vital (vital
sign).
TUJUAN
1. Melakukan anamnesis secara sistematis.
- Membina hubungan dokter dan pasien.
- Mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan.
- Menyimpulkan dugaan organ/sistem apa yang terganggu.
- Membuat rumusan masalah klinik pasien.
2. Mampu memeriksa tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan
pernafasan dengan menggunakan alat-alat yang sesuai secara benar.
- .Memeriksa tekanan darah dengan tensimeter dengan cara yang berurutan
dan benar sejak persiapan sampai selesai.
- Memeriksa suhu badan dengan termometer dengan cara yang tepat dan
benar.
- Memeriksa pernafasan dengan cara yang benar.
- Memeriksa frekuensi nadi dengan benar.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fisik dasar meliputi inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
- Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik.
- Melakukan pengamatan, serta melihat langsung badan/anggota badan
pasien.
- Melakukan perabaan, baik dengan jari, ujung jari atau tangan ataupun
dengan kedua telapak tangan untuk mengetahui tanda-tanda vital.
- Melakukan perkusi dengan cara yang benar sehingga didapat suara
ketukan yang jelas.
- Melakukan auskultasi dengan alat stetoskop dengan proses yang benar.
1. Daftar panduan belajar untuk anamnesis, pemeriksaan fisik dasar dan tanda
vital.
2. Stetoskop, termometer, tensimeter, manikin.
3. Status penderita, pulpen, pensil
A. ANAMNESIS
2
KETERAMPILAN MENYIAPKAN OBAT
SUNTIKAN DARI AMPUL DAN VIAL
Tim Penyusun
TIM DDT
PENGERTIAN
Ampul adalah wadah gelas bening dengan bagian leher menyempit. Wadah ini
berisi obat dosis tunggal dalam bentuk cair. Untuk mengunakan obat daari wadah
ampul ini, harus mematahkan leher ampul.
Vial adalah wadah dosis tunggal atau multi dosis dengan penutup karet di
atasnya. Cap logam melindungi penutup steril sampai vial siap digunakan. Vial berisi
medikasi dalam bentuk cair dan atau kering. Vial merupakan sistem tertutup dan harus
menyuntikkan udara ke dalam vial untuk memudahkan mengambil cairan di
dalamnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan sudah dapat
menyiapkan obat suntikan dari ampul dan vial.
TARGET PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan sudah dapat:
- Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk persiapan obat suntikan dari ampul
dan vial.
- Melakukan prosedur persiapan obat suntikan dari ampul,
- Melakukan prosedur persiapan obat suntikan dari vial.
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN MENYIAPKAN OBAT SUNTIKAN DARI
AMPUL DAN VIAL
(digunakan oleh Mahasiswa)
KASUS
NO LANGKAH KLINIK
MELAKUKAN PERSIAPAN
1. Lakukanlah persiapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Lakukanlah cuci tangan
MENYIAPKAN OBAT SUNTIK DARI AMPUL
3. Campurlah cairan obat dalam ampul dengan cara menyentil
bagian atas ampul dengan perlahan dan cepat dengan ujung salah
satu jari.
4. Letakkanlah bantalan kasa kecil atau kapas alkohol mengelilingi
leher ampul.
5. Patahkankanlah leher ampul ke arah menjauhi tangan. Jika leher
ampul tidak patah, gunakan metal file untuk mengikir salah satu
sisi leher.
6. Peganglah ampul, dengan posisi menjorok atau tegak.
7. Masukkanlah jarum spoeit ke dalam lubang ampul, ujung jarum
jangan menyentuh pinggiran ampul.
8. Isaplah cairan obat pelan-pelan ke dalam spoeit dengan menarik
pengisap ke belakang.
9. Pertahankanlah ujung jarum di bawah permukaan cairan, yang
memungkinkan semua cairan masuk ke dalam spoeit.
Catatan : Jika terisap gelembung udara, janganlah mendorong
udara ke dalam ampul.
Untuk mengeluarkan gelembung udara : Pegang spoeit dengan
jarum mengarah ke atas, sentil bagian barrel, tarik bagian
pengisap sedikit, dorong ke atas untuk mengeluarkan udara.
MENYIAPKAN OBAT SUNTIK DARI VIAL
1. Lepaskanlah penutup logam untuk memajang penutup karetnya.
2. Usaplah permukaan penutup karet dengan alkohol 70%
3. Lepaskanlah penutup jarum, lalu tariklah pengisap pelan-pelan ke
belakang untuk mengumpulkan sejumlah udara yang sama
dengan volume medikasi yang akan diaspirasikan.
4. Tusukkanlah ujung jarum, dengan bevel jarum mengarah ke atas,
menembus bagian tengah penutup karet. Keluarkanlah udara ke
dalam vial (jangan biarkan pengisap kembali ke atas)
5. Baliklah vial sambil tetap memegang vial dengan kuat pada
spoeit dan pengaisap (pegang vial antara ibu jari dan jari tengah
pada tangan yang dominan, meraih bagian ujung barrel dengan
pengisap dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang
dominan)
6. Pertahankanlah bagian ujung jarum di bawah ketinggian cairan,
agar tekanan udara bisa secara bertahap mengisi spoeit dengan
3
KETERAMPILAN
MENYUNTIK INTRAKUTAN
Tim Penyusun
TIM DDT
PENGERTIAN
Menyuntik obat adalah prosedur invasif yang mencakup memasukkan obat
melalui jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Karakteristik jaringan
mempengaruhi kecepatan penyerapan obat dan awitan kerja obat,oleh karenanya
sebelum menyuntik obat harus diketahui volume obat yang akan diberikan,
karakteristik obat dan letak/anatomi tempat yang akan disuntik.
Suntikan intra kutan adalah menyuntik obat ke dalam jaringan kulit. Tujuan
suntikan intra kutan:
1. Mendapatkan reaksi setempat
2. Mendapatkan atau menambah kekebalan, misalnya suntikan BCG
TUJUAN
- Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan suntikan intra
kutan.
- Menentukan lokasi-lokasi penyuntikan intra kutan.
- Melakukan prosedur menyuntik intra kutan secara benar.
Tim Penyusun
TIM DDT
3
KETERAMPILAN MENYUNTIK SUBKUTAN
PENGERTIAN
Menyuntik obat adalah prosedur invasif yang mencakup memasukkan obat
melalui jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Karakteristik jaringan
mempengaruhi kecepatan penyerapan obat dan awitan kerja obat,oleh karenanya
sebelum menyuntik obat harus diketahui volume obat yang akan diberikan,
karakteristik obat dan letak/anatomi tempat yang akan disuntik.
Untuk suntikan subkutan, medikasi dimasukkan ke dalam jaringan ikat jarang
di bawah dermis. Jaringan subkutan tidak mempunyai banyak pembuluh darah maka
absorpsi obat agak sedikit lambat dibandingkan suntikkan intramuskuler. Jaringan
subkutan mengandung reseptor nyeri, jadi hanya obat dalam dosis kecil yang larut
dalam air, yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui cara ini.
Indikasi
Tujuan suntikan subkutan: Memasukkan cairan medikasi ke jaringan di bawah kulit.
Jenis obat yang sesuai adalah dosis kecil, larut dalam air dan tidak mengiritasi.
Tujuan pembelajaran
Tujuan instruksional umum
Setelah melakukan latihan menyuntik subkutan diharapkan mahasiswa:
- Mampu menyuntik subkutan sesuai dengan prosedur yang benar.
3
KETERAMPILAN
MENYUNTIK INTRAMUSKULER
Tim Penyusun
TIM DDT
3
KETERAMPILAN MENYUNTIK
INTRAMUSKULER
PENGERTIAN
Menyuntik obat adalah prosedur invasif yang mencakup memasukkan obat
melalui jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Karakteristik jaringan
mempengaruhi kecepatan penyerapan obat dan awitan kerja obat,oleh karenanya
sebelum menyuntik obat harus diketahui volume obat yang akan diberikan,
karakteristik obat dan letak/anatomi tempat yang akan disuntik.
Suntikan intra muskuler memberikan absorpsi obat lebih cepat karena
vaskularitas otot. Bahaya kerusakan jaringan menjadi lebih sedikit jika obat diberikan
jauh ke dalam otot
TUJUAN
- Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan suntikan intra
muskuler.
- Menentukan lokasi-lokasi penyuntikan intra muskuler.
- Melakukan prosedur menyuntik intra muskuler secara benar.
3
KETERAMPILAN
MENYUNTIK INTRAVENOUS
Tim Penyusun
TIM DDT
KETERAMPILAN
MENYUNTIK INTRA-VENA
PENGERTIAN
Teknik Penusukan vena secara transkutan dengan jarum tajam yang kaku ( wing
needle, abbocath, jarum yang dilekat pada spoeit atau vakutainer) disebut punksi
vena. Tujuan umum punksi vena salah satunya untuk pemberian cairan obat intra-
vena.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai melakukan latihan keterampilan ini mahasiswa diharapkan sudah dapat
melakukan penyuntikan intra-vena.
TARGET PEMBELAJARAN
Setelah selesai melakukan latihan keterampilan ini mahasiswa diharapkan sudah
dapat:
- menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyuntikan
intravena
- menentukan lokasi-lokasi vena untuk penyuntikan
- menyuntik intra-vena dengan prosedur yang benar dan efisien.
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN MENYUNTIK INTRA-VENA
(digunakan oleh Mahasiswa)
KASUS
NO LANGKAH KLINIK
3
KETERAMPILAN PEMBERIAN OBAT
DENGAN BOLUS INTRAVENA
PENGERTIAN
Menyuntik obat adalah prosedur invasif yang mencakup memasukkan obat
melalui jarum steril yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Pemberian larutan
obat langsung ke dalam vena dengan teknik bolus adalah metode dimana obat yang
diberikan bekerja dengan cepat karena langsung masuk ke dalam sirkulasi pasien.
Efek samping yang serius dapat terjadi dalam beberapa detik. Obat diberikan
perintravena melalui infus Intravena (IV) yaang sudah ada atau langsung melalui
vena.
Obat IV sering diberikan dengan bolus pada situasi kedaruratan ketika
diperlukan kerja obat yang cepat.
TUJUAN
- Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemberian obat
dengan bolus Intravena.
- Menentukan lokasi pemberian obat dengan bolus Intravena
- Melakukan prosedur pemberian obat dengan bolus Intravena secara benar.
4
KETERAMPILAN
MENGGANTI BALUTAN KERING DAN
BASAH KE KERING
Tim Penyusun
TIM DDT
TUJUAN PEMBELAJARAN
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mengikuti latihan keterampilan ini mahasiswa diharapkan sudah dapat:
1. melakukan persiapan alat dan bahan yang akan digunakan pada tindakan
mengganti pembalut kering.
2. melakukan prosedur mengganti pembalut kering dengan bnar dan efisien
7. Selimut mandi
8. Pengangkat perekat ( tidak menjadi keharusan)
9. Alat pengukur ( tidak menjadi keharusan)
10. Tempat sampah medis
KEWASPADAAN PETUGAS
Saat melepaskan atau memasang balutan, perhatikan untuk tidak mengubah posisi
atau menarik drain. Bila luka kering dan utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan
tidak dibalut.
Harus memakai sarung tangan dan membuang pembalut bekas ke dalam tempat
sampah medis Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat risiko kontaminasi
okular, seperti cipratan dari luka.
KETERAMPILAN
MENGGANTI PEMBALUT KERING
( Digunakan oleh Mahasiswa )
KASUS
NO. LANGKAH/ KEGIATAN
1. Jelaskan prosedur kepada klien dengan menggambarkan
langkah-langkah perawatan luka.
2. Susun semua peralatan yang diperlukan di meja tempat tidur
(jangan membuka peralatan).
3. Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan di atasnya.
Letakkan kantung dalam jangkauan area kerja anda.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur atau atur partisi di
sekitar tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka. Bantu
klien pada posisi nyaman dan selimut pasien mandi hanya
untuk memanjakan tempat luka. Instruksikan klien untuk
tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
5. Cuci tangan secara menyeluruh
6. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan
plester, ikatan, atau balutan.
7. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya
dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada
balutan. (bila masih terdapat plester di kulit, ini dapat
dibersihkan dengan aseton).
8. Dengan sarung tangan atau forsep, angkat balutan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien.
Catatan : bila terdapat drain, angkat satu balutan setiap kali.
9. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan
larutan steril atau larutan fisiologis
10. Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan.
11. Buang balutan kotor pada kantung sampah, hindari
kontaminai permukaan luar kantung. Lepaskan sarung tangan
dengan menarik bagian dalam keluar. Buang di tempat yang
tepat.
12. Buka nampan balutan steril atau secara individual tertutup
bahan steril. Tempatkan pada meja tempat tidur atau di
samping pasien. Balutan, gunting, dan forsep harus tetap pada
nampan steril atau dapat ditempatkan pada penutup steril yang
terbuka digunakan sebagai area steril. Buka botol atau
bungkusan larutan antiseptic dan tuangkan ke dalam basin
steril atau di atas kasa steril.
13. Bila penutup atau kemasan kasa steril menjadi basah akibat
larutan antiseptic, ulangi persiapan bahan.
14. Kenakan sarung tangan steril
15. Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, integritas jahitan atau
PENDAHULUAN
Mengganti balutan basah ke balutan kering adalah tindakan pilihan untuk luka
yang memerlukan debridemen. Bagian yang basah dari balutan secara efektif
membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik. Kasa lembab langsung mengabsorpsi
semua eksudat dan debris luka. Lapisan luar kering membantu menarik kelembaban
dari luka ke dalam balutan dengan aksi kapiler.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini mahasiswa diharapkan sudah dapat
melakukan prosedur mengganti pembalut kering.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan latihan keterampilan ini mahasiswa diharapkan sudah dapat:
melakukan persiapan alat untuk prosedur mengganti pembalut basah
melakukan prosedur mengganti pembalut basah yang benar dan efisien
Salep antiseptic
KETERAMPILAN
MENGGANTI BALUTAN BASAH KE KERING
( Digunakan oleh Mahasiswa )
KASUS
NO LANGKAH/ KEGIATAN
PANDUAN KERJA
5
KETERAMPILAN
TEKNIK CUCI TANGAN DAN PEMAKAIAN HANDSKOEN
PREPARAT HAPUS, PEMBUATAN PEWARNAAN
SEDERHANA, MELAKUKAN PEMERIKSAAN
MIKROSKOP PREPARAT BERWARNA
Tim Penyusun
Bag. mikrobiologi
KETERAMPILAN
CUCI TANGAN
Cuci tangan didefinisikan sebagai: proses membuang kotoran dan debu secara
mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mik-
roorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan dengan demikian dapat
meminimalisasi kontaminasi silang (misalnya dari petugas kesehatan ke pasien).
Dari sudut pandang pencegahan infeksi, praktik kesehatan dan kebersihan tangan
(cuci tangan rutin dan cuci tangan bedah) dimaksudkan untuk mencegah infeksi yang
ditularkan melalui tangan, dengan menyingkirkan kotoran dan debu serta menghambat atau
membunuh mikroorganisme pada kulit. Dengan cuci tangan dapat dihilangkan bukan saja
sebagian besar organisme yang ditularkan melalui kontak dengan pasien dan lingkungan,
tetapi juga sebagian organisme yang hidup pada lapisan-lapisan kulit yang lebih dalam.
Selain memahami pedoman dan anjuran kesehatan dan kebersihan tangan, petugas kesehatan
juga harus memahami tujuan, dan khususnya keterbatasan penggunaan sarung tangan.
Tujuan pelatihan cuci tangan adalah mendidik mahasiswa Fak. Kedokteran tentang :
Pentingnya kesehatan dan kebersihan tangan, bagaimana melakukan langkah-langkh cuci
tangan dan menggosok tangan dengan benar; dan
Bukti yang mendukung langkah ini dalam mengurangi penularan mikroorganisme
sehingga mengurangi frekuensi penularan infeksi pada pasien.
Cuci tangan bukan hanya harus dilakukan oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh semua
orang. Dengan cuci tangan, penyebaran infeksi yang bisa ditularkan dari kedua belah tangan
dapat dikurangi. Cuci tangan rutin bisa dilakukan oleh setiap orang, yaitu dengan mencuci
kedua belah tangan dengan sabun dan air bersih setelah ke toilet, menggendong bayi, atau
mengganti pakaian bayi yang kotor, atau melakukan tugas lainnya (membersihkan sayur-
sayuran, daging segar atau ikan), yaitu pekerjaan yang potensial dapat menyebabkan
kontaminasi kedua belah tangan. Cuci tangan rutin dapat mengurangi sekitar 45% kejadian
penyakit diare, sehinggga dapat menyelamatkan nyawa sejuta anak setiap tahun.
INDIKASI
1. Indikasi cuci tangan rutin:
Sebelum memulai pekerjaan rutin dan sebelum pulang ke rumah.
Sebelum melakukan pemeriksaan pada seorang penderita
Setelah s elesai melakukan pemeriksaan pada seorang penderita
Waktu keluar dari kamar kecil
Sebelum memakai sarung tangan
Setelah melepas sarung tangan
2. Indikasi cuci tangan asepsis:
Sebelum melakukan tindakan invasif
Bila ada kemungkinan tangan terkontaminasi
Pada keadaan dimana tangan telah terkontaminasi
3. Pemeriksaan Langsung bahan pemeriksaan cair:
Pada sedimen cairan cerebrospinalis penderita suspek sifilis
Pada cairan ulkus penis penderita suspek sifilis
Pada sedimen urine penderita suspek leptospirosis
PEMERIKSAAN MIKROSKOP
PENDAHULUAN
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme hisup
yang sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Karena itu untuk
mempelajari mikrobiologi, harus menggunakan mikroskop yang bagus. Banyak
macam dan jenis mikroskop, namun pada dasaernya mikroskop terdiri dari ddua
sistem lensa, bermacam-macam sumber cahaya yang bisa dikontrol, dan bagian-
bagian mekanik yang bisa diatur untuk menyesuaikan jarak fokus antara lensa dan
bahan yang diperiksa.
JENIS-JENIS MIKROSKOP
Mikroskop Cahaya
Mempunyai dua sistem lensa untuk memperbesar bahan pemeriksaan:
lensa okuler yang digunakan untuk melihat dan lensa obyektif yang terletak dekat
obyek. Bahan pemeriksaan disinari oleh berkas cahaya yang difokuskan oleh satu
lensa di bawah meja mikroskop yang disebut kondensor; menhasilkan bahan
pemeriksaan yang nampak berwarna gelap di atas latar belakang yang terang.
Kekurangan trbesar dari sistem ini adalah tidak adanya kontras antara bahan yang
diperiksa dengan medium di sekitarnya, sehingga pengamatan organisme hisup sukar
dilakukan. Karena kebanyakan observasi dengan mikroskop cahaya ini dilakukan
pada preparat yang diwarnai dari organisme yang mati.
Mikroskop Fase-kontras
Mikroskop ini memungkinkan pemeriksaan mikroorganisme yang tidak
diwarnai. Alat optik mikroskop jenis ini terdiri dari lensa obyektif khusus, dan satu
kondensor yang memungkinkan komponen sellular bisa nampak, karena mempunyai
perbedaan indeks refraksi yang kecil. Karena cahaya dipancarkan melalui obyek yang
mempunyai indek refraksi yang berbeda dengan medium di sekitarnya, sebagian dari
cahaya direfraksi (membengkok) karena adanya perbedaan densiti dan ketebalan dari
komponen-komponen selular. Optik yang khusus menutupi perbedaan antara cahaya
transmitted dan cahaya yang direfraksi, sehingga dihasilkan variasi yang jelas dari
intensitas cahaya dan karena itu menghasilkan satu gambaran yang dircenible dari
struktur yang diobservasi. Muncul gambaran gelap pada latar belakang yang terang.
Mikroskop Flouresens
Mikroskop jenis ini lebihs ering digunakan untuk memeriksa specimen
yang secara kimiawi diikat dengan zat warna fluoresensi. Sumber cahaya adalah satu
cahaya ultraviolet (UV) yang diperoleh dari lampu merkuri atau lampu hidrogen yang
dibri tekanan tinggi. Lensa okular dilekatkan pada satu filter sehingga sinar UV tidak
tembus ke mata, sedangkan gelombang cahaya yang lebih pendek dihambat atau
dihilangkan. Radiasi ultraviolet diabsorbsi oleh label fluoresensi, dan energi di
remitted dalam bentuk panjang gelombang yang berbeda dalam visible light range.
Ikroskop ini digunakan utamanya untuk mendeteksi reaksi antigen-
antibodi. Antibodi dikonjugasi dengan zat warna fluoresensi yang akan bersinar bila
disinari ultraviolet, sehingga bisa kelihatan pada latar belakang yang gelap.
Mikroskop Elektron
Alat ini merupakan perkembangan mikroskop yang revolusioner,
dengan pembesaran sampai satu juta kali. Hal ini mungkinkan partikel=partikel sel
yang submikroskopis bisa diamati, misalnya seperti sel-sel virus. Pada elektron
mikroskop, specimen diiluminasi oleh seberkas sinar elektron dan bukan oleh berkas
cahaya, dan fokusing dilakukan secara elektromagnetik dan bukan oleh satu set alat
optik. Semua komponen disatukan dalam tabung yang vakum sempuna.
Transmisi oleh elektron mikroskop hanya bisa untuk specimen yang
tipis dan difiksasi , dan dikeringkan, agar berkas elektron bis meliwatinya.
Illuminasi. Sumber cahaya terletak pada dasar mikroskop. Sumber cahaya ini
bermacam-macam, bisa dari cahaya matahari atau dari sumber listrik.
Kondensor. Komponen ini terletak langsung dibawah meja mikroskop, yang terdiri
dari dua set lensa yang mengumpulkan dan memusatkan cahaya saat sumber cahaya
tersebut liwat menuju sistem lensa. Kondensor dilengkapi dengan satu diafragma,
yang bisa mengatur jumlah cahaya yang akan masuk ke sistem lensa.
Tabung. Diatas meja mikroskop dan menyatu denagan lengan mikroskop, terletak
tabung mikroskop. Struktur ini berisi sistem lensa yang memperbesar specimen. Pada
ujung bagian atas tabung terdapat lensa okular. Bagian bawah terdiri dari nosepiece
yang bisa digerakkan dimana terletak lensa obyektif. Dengan memutar posisi
nosepiece lensa obyektif bisa diletakkan tepat diatas bagian terbuka dari meja obyek.
Tabung ini bisa dinaikturunkan dengan memutar knob yang ada dibagian atas atau
dibagian bawah dari meja..
Beri nilai untuk tiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sbb:
1. Perlu Perbaikan : langkah – langkah yang tidak dilakukan dengan benar dan
atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan
2. Mampu : dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir : dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan dan efisien
4. TS (Tidak Sesuai) : tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan
Beri nilai untuk tiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sbb:
5. Perlu Perbaikan : langkah – langkah yang tidak dilakukan dengan benar dan
atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan
6. Mampu : dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya, tetapi tidak efisien
7. Mahir : dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan dan efisien
8. TS (Tidak Sesuai) : tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan
keadaan
PENUNTUN PEMBELAJARAN
TEKNIK CUCI TANGAN, PEMBUATAN PREPARAT
BASAH, SERTA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
(digunakan oleh Mahasiswa)
Mengetahui,
Instruktur,
( )
6
RADIOLOGI
Penyusun
Staf Pengajar Bagian Radiologi Unhas
6
DASAR-DASAR PEMERIKSAAN RADIOLOGI
LANGKAH KLINIK
- Hipoekoik
- Normoekoik (isoekoik)
Pemeriksaan CT-Scan dengan densitas :
- Hiperdens
- Hipodens
- Isodens
Pemeriksaan MRI (T1 & T2) dengan densitas :
- Hiperintens
- Hipointens
- Isointens
BUKU PANDUAN
7
KETRAMPILAN MENYIAPKAN CAIRAN INFUS
DAN MEMASANG INFUS
Tim Penyusun
TIM DDT
7
KETRAMPILAN MENYIAPKAN CAIRAN INFUS
DAN MEMASANG INFUS
PENGERTIAN :
Teknik penusukan vena secara transkutan dengan jarum tajam yang kaku
(wing needle,abocath, jarum yang dilekatkan pada spoit atau vakuteiner)
disebut pungsi vena. Tujuan umum punksi vena salah satunya untuk
memulai pemasangan infus intravena.
TUJUAN :
1. Mampu memasang infus sesuai dengan prosedur yang benar
2. Menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pemasangan infus
3. Menentukan lokasi-lokasi vena untuk pemasangan infus
4. Melakukan prosedur pemasangan infus secara benar
Gambar Alat :
Transfusi Set