MR Kapsel
MR Kapsel
MR Kapsel
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini sebuah alat peraga yang dibawakan dengan model
pembelajaran berbasis penemuan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar yang
nantinya akan berguna merekonstruksi pola pemikiran siswa mengenai materi statistika
dasar. Jenis penelitian ini adalah deskritif kualitatif, dilakukan pada 22 mahasiswa
pendidikan matematika tahun akademik 2017 hingga 2018. Data dari penelitian ini
diperoleh melalui tes kemudian dianalisis hasilnya. Setelah dianalisis hasil yang didapat
maka ditariklah sebuah kesimpulan bahwasannya kurangnya pemahaman konsep dimana
siswa sulit menerima apa yang disampaikan oleh guru ke siswa karna hanya menggunkan
metode ceramah atau hanya dilisankan dan dituliskan tetapi hanya sekedar rumus saja.
Dengan menggunakan alat peraga TANGKAS siswa menjadi dapat memahami konsep dari
mean, median, modus, dan kuartil karena alat peraga ini menjelaskankannya setaca terpisah
atau satu per satu dengan menjelaskan konsep dari masing – masing bagian materi tersebut.
Keyword: Discovery learning, alat peraga statistik, pemahaman konsep
1. Pendahuluan
Telah menjadi isu yang sering didengar di kalangan para pelajar di Indonesia
bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang terkesan sulit dan
menakutkan. Anggapan tersebut mengakibatkan turunnya motivasi dan minat pelajar
dalam mempelajari pelajaran matematika. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi
pelajar di sekolah khususnya pelajaran matematika.
Kesulitan belajar dalam pembelajaran matematika umumnya disebabkan
karena sifat dari matematika yang memiliki objek yang abstrak. Pelajaran matematika
yang bersifat abstrak dan sulitnya memahami konsep merupakan kendala pelajar
untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang berhubungan dengan
matematika.
Pada materi statistika dasar ada beberapa kesulitan yang sering dihadapi siswa
(1) siswa banyak mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep. Dimana,
kemampuan siswa terbatas dalam kemampuan terhadap membedakan atau
mengklasifikasikan suatu objek dimana dalam kasus ini berupa mean,median,modus
jika hanya dijelaskan dengan metode ceramah. (2) Siswa kesulitan membedakan
kegunaan mean,median,modus. Dalam hal ini, siswa mengalami kesulitan dalam
kegunaan medan, median dan modus terlebih dikarenakan ketiganya memiliki rumus
yang berbeda. Disamping itu dalam menentukan mean, siswa sulit membedakan
jumlah data dan banyak data. Untuk menentukan modus, siswa mengaku bingung jika
didalam suatu data tidak ditemukan modus atau modusnya adalah lebih dari satu.
Kemudian yang terakhir adalah dalam menentukan median terkadang siswa lupa jika
median merupakan sekumpulan data yang harus di urutkan terlebih dahulu. (3)Siswa
mengalami kesulitan jika dihadapkan dengan soal berbentuk cerita dan tabel.
Maka dari itu diperlukan sebuah alat peraga dan media pembelajaran yang
dibawakan dengan model pembelajaran berbasis penemuan sebagai alat bantu dalam
proses belajar mengajar yang nantinya akan berguna merekonstruksi pola pemikiran
siswa mengenai materi yang berkaitan.
2. Tinjauan Teoritis
Model Discovery Learning (DL), adalah rancangan pembelajaran yang
menyajikan materi pelajaran dengan memandang proses berpikir kritis merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran itu (Eggen and Kauchak: 2012).
Bahm (2009) menyatakan bahwa penggunaan metode penemuan pembelajaran
merupakan salah satu variasi metode mengajar yang membuat siswa aktif dan guru
membimbingnya, yang diyakini mampu meningkatkan kesuksesan siswa dan
ketrampilan pembelajaran lebih baik daripada metode pembelajaran
tradisioal.(Rahayu.dkk,2015)
Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapat menghubungkan ide-
ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut, mereka
dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun kata-
kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Membiasakan siswa
dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga membiasakan siswa dalam
merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan untuk menghasilkan suatu
penemuan. Dengan kata lain, metode penemuan juga membiasakan siswa dalam
memecahkan masalah. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah, diharapkan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalahakan
meningkat.(Effendi.L.A, 2012)
Meski demikian pembelajaran di kelas tentunya banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti gya belajar, kecemasan matematika, kurangnya rasa percaya
diri, kepercayaan guru, lingkungan, perhatian oranng tua, serta jenis
kelamin.(Rofiqoh.z.dkk, 2016)
Sementara Suryosubroto (2002: 191) mengemukakan bahwa salah satu metode
mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju
adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini:
1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif
2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan anak
3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain
4. Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu
metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri
5. Dengan metode ini juga, anak belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.(Rahman.R,Maarif.S,2014)
1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan
kurang mendapat perhatian.
5. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. (Muhammad.N, 2016)
5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk mebuktikan
benar atau tidaknyan hipotesis yang telah ditetapkan tadi dengan temuan
altenatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut
Bruner, bertujuan agar proses belajarakanberjalandenganbaikdankreatifjika
guru memberikankesempatankepadasiswauntukmenemukansuatukonsep, teori,
aturanataupemahamanmelaluicontoh-contoh yang
iajumpaidalamkehidupannya.
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3 … + 𝑥𝑛
𝑥̅ =
𝑛
Atau,
∑𝑛𝑖 = 1 𝑓1𝑥1
𝑥̅ =
𝑛
2. Modus
Modus adalah data yang paling banyak muncul. Untuk menghitung modus
pada data tunggal tidak usah menggunakan rumus. Cara mencari modus yaitu
dengan melihat data mana yang paling banyak ada di data tersebut atau data yang
memiliki frekuensi terbanyak jika disajikan pada tabel.
3. Median
Median yaitu nilai tengah dari suatu data. Adapun untuk menentukan median
dari suatu data harus dipastikan data yang ada harus terurut dengan benar yaitu
dari nilai terkecil hingga nilai terbesar. Kemudian bisa langsung menghitung
median dengan rumus yang ada disamping. Untuk menghitungnya menggunakan
rumus sesuai jumlah data yang ada apakah ganjil atau genap.
Dan secara matematis, dituliskan dengan rumus :
𝑛+1
Untuk data ganjil : Me = 2
𝑛 𝑛
+( +1)
2 2
Untuk data genap : Me = 2
4. Jangkauan
Untuk menghitung jangkauan (range) dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
Jangkauan = Data terbesar – Data terkecil
5. Kuartil
Kuartil yaitu suatu data yang terletak pada batas bagian setelah data terurut
dari yang terkecil sampai terbesar, setelah itu dat atersebut dibagi menjadi empat
kelompok data secara sama banyak. Rumus untuk menghitung kuartil yaitu
sebagai berikut.
Jangkauan Kuartil = Q3 – Q1
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, L.,A. 2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. Vol 13. No 2. Hal 1 – 10
Muhammad,N. 2016. Pengaruh Metode Discovery Learninguntuk Meningkatkan
Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 9. No 1.
Hal 9 - 22
Rahayu,P,Dkk. 2015. Eksperimentasi Model Problem Based Learning Dan Discovery
Learning Pada Materi Perbandingan Dan Skala Ditinjau Dari Sikap Peserta Terhadap
Matematika Didik Kelas VII SMP Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Elelktronik Pendidikan Matematika. Vol 3. No 3. Hal 242 – 256
Rahman.R,Maarif.S. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode DiscoveryTerhadap Kemampuan
Analogi Matematis Siswa SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Jurnal Infinity. Vol 3. No 1. Hal 33 - 58