Po Elis Lapbes Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

PERTANIAN ORGANIK

“BUDIDAYA SAWI (Brassica juncea L.)”

Disusun Oleh:
Nama : RUTH ELIZABETH
NIM : 145040201111295
Kelas/Kelompok : H/Kelompok 3
Asisten : Ajrina Puspita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga
cruciferae yang mempunyai ekonomis tinggi. Tanaman sawi berasal dari
Tiongkok (cina) dan Asia Timur. Di daerah Cina tanaman ini dibudidayakan
sejak 2500 tahun yang lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan Taiwan.
Masuknya sawi ke Indonesia pada abad XI bersama dengan lintas
perdagangan jenis sayuran subtropis lainya. Tanaman sawi merupakan jenis
sayuran yang digemari oleh semua golongan masyarakat. Permintaan
terhadap tanaman sawi selalu meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan kesadaran kebutuhan gizi. Dilain pihak, hasil sawi
belum mencukupi kebutuhan dan permintaan masyarakat karena areal
pertanaman semakin sempit dan produktivitas tanaman sawi masih relatif
rendah.
Namun, penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus tanpa
diimbangi oleh pupuk organik akan menyebabkan kesuburan tanah rendah.
Kesuburan tanah yang rendah menyebabkan tanah menjadi cepat mengeras,
kurang mampu menyimpan air dan menurunkan pH tanah. Oleh karena itu
diperlukan pemberian pupuk organik untuk mengimbangi penggunaan
pupuk anorganik sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk
organik yang diaplikasikan dapat berupa pupuk hijau. Salah satu jenis
tanaman pupuk hijau yang dapat digunakan ialah tanaman orok-orok
(Crotalaria juncea L.). Pupuk hijau yang berasal dari C. juncea
terdekomposisi menjadi bahan organik tanah menghasilkan koloid atau
mineral liat yang mengandung humus dan berperan memperbaiki sifat-sifat
tanah. C. juncea mempunyai kandungan hara nitrogen cukup tinggi sekitar
3,01%. Pertumbuhan C. juncea relatif cepat sehingga mampu menghasilkan
biomassa dengan cepat pula (Sutejo, 2002).
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakuakannya kegiatan praktikum ini adalah untuk
mengetahui pengaruh sekaligus manfaat dari pemberian pupuk hijau
(Crotalaria juncea L.) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Sitematika Tanaman Klasifikasi


Menurut Rukmana (1994), sawi masih satu kelurga dengan kubis-crop,
kubis-bunga, brokoli dan lobak atau rades, yakni famili Cruciferae
(Brassicaceae). Oleh karena itu, sifat morfologis tanaman hampir sama,
terutama pada sistem perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong)
maupun bijinya. Menurut klasifikasi dalam tatanama (sistematika) tumbuhan,
sawi termasuk ke dalam :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : B. juncea L.
Sistem perakaran dari tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix
primaria) dan bentuk cabang bulat panjang (silindris) menyebar ke semua
arah pada kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi untuk
menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan
berdirinya batang tanaman. Batang (caulis sawi endek dan memiliki ruas
sehingga hampir tidak terlihat. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk
dan penopang daun. Daun sawi pada umumnya bersayap dan bertangkai
panjang dan berbentuk pipih. Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan
berbiji secara alami dan berbiji secara alami, baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan memiliki cabang cukup
banyak. Tiap kuntum bunga terdiri dari empat helai daun kelopak, empat helai
daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benangsari dan satu
buah putik dengan rongga dua.
Sistem penyerbukan pada tanaman sawi berlangsung dengan bantuan
serangga lebah, angin atau bantuan manusia. Hasil dari penyerbukan
membentuk buah yang berisi biji. Buah sawi termasuk tipe buah polong,
yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong) berisi 2-8
butir biji. Biji dari sawi berbentuk bulat kecil dengan warna coklat atau coklat
kehitam-hitaman.
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Tanaman sawi dapat tumbuh dengan baik di temapt yang memiliki udara
panas maupun dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi
maupun dataran rendah. Namun, lebih baik tanaman sawi akan lebih baik jika
ditanam di daerah dataran tinggi. Menurut Haryanto et al. (), daerah
penanaman yang cocok adalah pada ketinggian mulai dari 5-1.200 m dpl (di
atas permukaan laut). Namun, biasanya tanaman sawi juga dibudidayakan
pada ketinggian 100-500 m dpl. Di Indonesia, sebagian besar wilahnya
memenuhi syarat ketinggian tanaman sawi untuk dibudidayakan.
Tanaman sawi mampu bertahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau, jika dilakukan penyiraman secara
teratur dengan air cukup, tanaman sawi akan tumbuh baik seperti pada musim
hujan. Jika budidaya sawi dilakukan di daerah dataran tinggi, tanaman ini
umumnya akan cepat berbunga. Sawi lebih baik ditanaman pada daerah
dengan hawa sejuk sehingga lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam
suasana lembab. Namun, tanaman sawi juga tidak senang dengan kondisi
lahan tergenang. Jenis tanah yang cocok untuk ditanami sawi yaitu jenis tanah
gembur, terdapat banyak humus, subur serta memiliki drainase yang baik.
Derajat keasaman (pH) optimum tanah untuk budidaya sawi adalah 6-7.
2.3 Jenis-Jenis Pupuk Organik
2.3.1 Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos
sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan
nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun
kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio
tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan
bahan ber-C/N rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki
C/N rasio antara 12-15% (Rinsema, 1993).

2.3.2 Pupuk Kandang


Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran
ternak. Kualitas pupuk kandang sangat tergantung pada jenis ternak,
kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk kandang.
Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan
produksi pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air
sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh buluh
akar. Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur
mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh
pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain (Sarief, 1989).

2.3.3 Pupuk Hijau


Pupuk hijau adalah bagian dari tanaman yang masih hidup dan
diberikan pada tanaman. Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau
komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis tanaman
yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-
kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut
dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya
lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat
nitrogen dari udara (Isroi, 2008).

2.3.4 Pupuk Humus


Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi
ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang
membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus
menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk
humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah
pertanian dan peternakan, industri makanan, agroindustri, kulit kayu,
serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah
rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan (Hadisuwito, 2012).
2.3.5 Pupuk Daun
Pupuk daun akan menjadikan tanaman lebih baik dan sehat.
Pemberian pupuk daun diberikan melalui pencampuran pupuk dengan
tanah agar diserap melalui akar. Menggunakan pupuk daun sebagai
penambah unsur hara bagi tanaman agar tumbuh lebih sehat dan kuat
dan tumbuh lebih cepat sehingga mampu melawan hama dan penyakit.
Pupuk daun biasanya dibuat dari bahan yang mengandung hara yang
diperlukan tanaman seperti besi, belerang, nitrogen dan kalium.
Tanaman tersebut misalnya sejenis solanum nigrum/terung leuca.
Pemberian hara tambahan ini pada tanaman akan membantunya tumbuh
lebih kuat dan lebih sehat (Lingga dan Marsono, 2004).

2.4 Manfaat Pupuk Organik


Menurut Damanhuri dan Padmi (2007) pupuk organik memiliki manfaat
sebagai berikut :
1. Meningkatnya produktivitas lahan pertanian. Karena dengan
meningkatnya kadar kandungan bahan organik dan unsur hara yang ada
dalam tanah, maka dengan sendirinya akan memperbaiki sifat, kimia dan
biologi tadi tanah atau lahan pertanian.
2. Harga pupuk organik lebih murah dan sangat mudah didapat dari alam.
3. Pupuk organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap
dibandingkan dengan pupuk kimia.
4. Pupuk organik akan memberikan kehidupan bagi mikroorganisme tanah.
5. Mempunyai kemampuan dalam melepas hara tanah dengan sangat
perlahan dan terus menerus, sehingga akan membantu mencegah
terjadinya kelebihan suplai hara yang membuat tanaman keracunan.
6. Mampu menjaga kelembaban dari tanah, sehingga akan mengurangi
tekanan atau tegangan struktur tanah pada tanaman.
7. Mampu membantu mencegah erosi lapisan atas tanah.
8. Mampu menjaga dan merawat tingkat kesuburan tanah.
9. Memberi manfaat untuk kesehatan manusia, karena banyak kandungan
nutrisi dan lebih lengkap dan lebih banyak.
10. Pupuk organik mampu menyediakan unsur makro dan mikro.
11. Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah.
12. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah.
13. Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu
meningkatnya pH tanah.
14. Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi
air.
BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum budidaya sawi dilaksanakan setiap hari minggu pada


pukul 07.00 sampai selesai, dari bulan April sampai bulan Juni 2017.
Praktikum budidaya sawi dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya di Jalan Pisang Kipas, Kelurahan Jatimulyo
Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang. Tempat praktikum berada pada
ketinggian sekitar 500 - 800 meter dpl. Dengan tingkat kemiringan lahan 15
– 39 %, Curah hujan 1.192 mm/tahun dengan suhu maksimum 30ºC dan suhu
minimum 24ºC.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat & bahan yang digunakan dalam praktikum budidaya sawi ini yaitu
Alat :

Cangkul : untuk menggemburkan tanah dan membentuk bedengan

Papan nama : Untuk membuat nama pada setiap bedengan

Ember : untuk menyiram tanaman

Penggaris : Untuk mengukur jarak tanam dan untuk megukur parameter


sampel tanaman

Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan

Kamera : Untuk mendokumentasi kegiatan lapang

Bahan :

Tanah (Lahan) : sebagai tempat media tumbuh tanaman

Bibit Tanaman Sawi : sebagai tanaman budidaya

Bibit Tanaman Crotaria juncea L : sebagai pupuk atau nutrisi organik bagi
tanaman
Pupuk Kandang : sebagai pupuk organik

Air : Untuk menyiram air dan melarutkan hara di tanah

3.3 Pelaksanaan (Diagram Alir)

 Persiapan Lahan

Membuat Bedengan

Menyiram bedengan hingga lembab


 Penanaman Crotalaria Juncea L.

Membuat Larikan masing-masing 3 larikan tiap bedeng

Menaburkan benih Crotalaria juncea L. pada tiap-tiap larikan


yang mana sebelumnya sudah di tentukan jarak tanamnya antar
larikan.

Menyiram setiap hari


v
v

Mencabut tanaman Crotalaria juncea L. setelah 2-3 minggu


v
v
Membenamkan Crotalaria juncea L. ke dalam tanah
 Penanaman Sawi dengan perlakuan pemberian pupuk hijau

(Crotalaria Juncea L.) dengan campuran Pupuk Kandang


Persiapan Lahan dengan membuat bedengan
v
v
Gemburkan tanah dengan memakai cangkul
v
v
Berikan pupuk Crotalaria juncea L dan pupuk kandang sebagai
pupuk organik tanaman sawi
v
v
Campurkan pupuk organik tersebut bersaman dengan olah
tanah dengan mengunakan cangkul
v
v
Menanam bibit tanaman sawi, tiap lubang 1 bibit dan menutup
lubangnya kembali
v
v
Membuat lubang tanam dengan jarak antar lubang kurang lebih
20 cm
 Penanaman Sawi dengan perlakuan pemberian pupuk hijau

(Crotalaria Juncea L.)


Persiapan Lahan dengan membuat bedengan
v
v
Gemburkan tanah dengan memakai cangkul
v
v
Berikan pupuk Crotalaria juncea L
v
v
Campurkan pupuk organik tersebut Crotalaria juncea L
bersamaan dengan olah tanah dan dibenamkan dengan
mengunakanv cangkul
v
Menanam bibit tanaman sawi, tiap lubang 1 bibit dan
menutup lubangnya kembali
v
v
Membuat lubang tanam dengan jarak antar lubang kurang
lebih 20 cm

3.4 Penanaman Sawi dengan perlakuan pemberian pupuk kandang


Persiapan Lahan dengan membuat bedengan
v
v
Gemburkan tanah dengan memakai cangkul
v
v
Berikan pupuk kandang sebagai pupuk organik tanaman sawi
v
v
Campurkan pupuk Kandang tersebut bersaman dengan olah
tanah dengan mengunakan cangkul
v
v
Membuat lubang tanam dengan jarak antar lubang kurang
lebih 20 cm
v
v
Menanam bibit tanaman sawi, tiap lubang 1 bibit dan
menutup lubangnya kembali
 Perawatan Tanaman setiap minggunya

Mencabut Gulma yang ada di sekitar tanaman dalam 1 bedeng


v
v
Menyiram Tanaman dengan air menggunakan ember
 Penyulaman dan Pengamatan

Membokar lubang tanaman yang terlihat tidak ditumbuhi


tanaman sawi (Mati)
v
v
Menanam tanaman sawi yang masih muda pada lubang tersebut

Mengamati pertumbuhan tanaman menggunakan parameter


tinggi tanaman dan jumlah daun dengan alat ukur penggaris
atau meteran
v
v
Mencatat hasil pengamatan dan dokumentasi
3.5 Parameter Pengamatan
Dalam kegiatan praktikum ini parameter yang diamati adalah

a. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur dari pangkal
batang sampai titik tumbuh tertinggi tanaman. Pengamatan tinggi tanaman
dilakukan setelah tanaman berumur 7 HST.

b. Jumlah Daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun
tanaman sawi. Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan setelah
tanaman berumur 7 HST (beberengan dengan pengukuran tinggi tanaman).

c. Bobot Tanaman
Diamati dengan cara menimbang berat segar sawi pada saat setelah
panen pada 34HST. Pengamatan bobot tanaman dilakukan pada tanggal 4
Juni 2017.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Tabel 1. Tinggi tanaman sawi

Plot SAWI 2MST 4MST


S1 TINGGI TANAMAN 5,6 12,25
S2 TINGGI TANAMAN 6,1 13,1
S3 TINGGI TANAMAN 6,9 13

b. Jumlah daun tanaman sawi

Plot SAWI 2MST 4MST


S1 JUMLAH DAUN 2,9 6,4
S2 JUMLAH DAUN 2,8 5,7
S3 JUMLAH DAUN 2,7 7,7

c. Berat segar tanaman sawi

Plot SAWI 2MST 3MST


S1 BOBOT SEGAR - 36,5
S2 BOBOT SEGAR - 35,5
S3 BOBOT SEGAR - 80,5

4.2 Pembahasan
Dari perolehan yang didapatkan pada tabel pengamatan pertumbuhan dan
hasil tanaman yang telah diamati yaitu berupa tinggi, jumlah daun dan bobot segar
yang di peroleh pada sawi plot S3 menunjukkan hasil yang lebih signifikan
dibandingkan dengan dua plot lainnya yaitu S1 dan S2. Dimana pada plot tiga (3)
pengaplikasian pupuk pupuk hijau di lakukan dengan menggabungkan atau
dikombinasikan bersamaan dengan pupuk kandang. Sehingga hal tesebut
memberikan dampak yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman pada plot tiga (3)
secara nyata. Menurut Bara dan Chozin (2009) pupuk kandang memiliki rasio
C/N sebesar 48.3, menunjukan tingkat dekomposisi yang sangat tinggi sehingga
laju produksi nitrat cepat tersedia bagi tanaman. Selain itu pupuk hijau sendiri
mampu meningkatkan kandungan hara N pada tanah melalui proses pengikatan N
di udara sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan batang maupun daun tanaman
(Isroi, 2008).
Selain itu menurut Arifah (2013) pupuk kandang dapat meningkatkan
aktivitas biologis didalam tanah serta memperbaiki stabilitas permukaan tanah.
Dalam hal ini organisme tanah sangat berperan didalam merubah bahan organik
sehingga menjadi bentuk senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah.
Jika kesuburan tanah meningkat maka pertumbuhan tanaman budidaya juga akan
meningkat karena banyaknya unsure hara yang terkandung dalam tanah. Apabila
kondisi hara tanah tercukupi dengan baik maka hal tersebut akan berdampak
positif pada produksi hasil tanaman terutamanya pada peningkatan hasil berat
segar tanaman sawi.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang
paling baik untuk tanaman sawi adalah perlakuan S3 yaitu dengan pengaplikasian
pupuk kandang yang di kombinasikan dengan pupuk hijau dengan perbandingan
masing-masing dosis sebesar 15 toh/ha + 15 ton/ha. Hal ini dikarenakan pupuk
kandang dapat menyumbang unsur hara untuk tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman.

5.2 Saran
Tolong dihimbau untuk kedepanya supaya lebih dapat di persiapkan lagi
secara matang konsep untuk kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan serta di
perhitungkan lagi untuk waktu pengaplikasian pupuk hijaunya agar dapat lebih
maksimal lagi, Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, S.M. 2013. Aplikasi Macam dan Dosis pupuk Kandang pada Tanaman
Kentang. Jurnal Gamma: 80-85

Bara, A dan M. A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung di
Lahan Kering. Departemen Agronomi dan Hortikultura : IPB

Damanhuri, E., dan Padmi, T., 2007. Pengomposan (Composting) (Bagian 1).
Diktat Kuliah TL-3150/ITB
http://tsabitah.wordpress.com/2007/05/03/pengomposan-composting/

Haryanto, E., Tina, S., Estu, R., dan Hendro, S. 2007. Sawi dan Selada Edisi
Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Isroi, 2008. Masalah Analisa Rasio CN Kompos Tkks. http://isroi.wordpress.com


Diakses tanggal 04 Mei 2017

Khairunisa. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik, Anorganik, dan


Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau (Brassica
juncea L Var. Kumala)

Lingga, P dan Marsono 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta : Kanisius.


Rinsema.1993. Pupuk Dan Cara Pemupukan.Jakarta : Bharata.

Sarief, S. 1989. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Guara bandung. Bandung

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta: Agro Media Pustaka
LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN ORGANIK

“BUDIDAYA JAGUNG (Zea mays L.)”

Disusun Oleh:
Nama : RUTH ELIZABETH
NIM : 145040201111295
Kelas/Kelompok : H/Kelompok 3
Asisten : Ajrina Puspita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu Tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandumdan padi. Sebagai sumber karbohidrat utamadi Amerika Tengah dan
Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk
beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, Jagung
yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi produksi yang
dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk
kebutuhan pangan dan pakan. Sehingga hal ini memicu para peneliti untuk menghasilkan
varietas-varietas jagung yang lebih unggul guna lebih meningkatkan produktifitas serta
kualitas agar persaingan di pasaran dapat lebih meningkat. Selain untuk pangan dan
pakan, jagung juga banyak digunakan industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi.
Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai
pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan
memberi nilai tambah bagi usahatani komoditas tersebut. Jagung merupakan bahan baku
industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia.
Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya menjadi tepung jagung, beras
jagung, dan makanan ringan (pop corn dan jagung marning). Jagung dapat pula diproses
menjadi minyak 2 goreng, margarin, dan formula makanan. Perkembangan ini juga
membuat penelitian mengenai karakteristik ( fisik dan kimiawi ) semakin dinamis. Oleh
karena itu penelitian yang terkait karakteristik terus dikembangkan, seperti halnya
perilaku kadar air dan tingkat kekerasan biji jagung.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya kegitan praktikum kali ini adalah untuk
mengetahui pengaruh dari pemberian pupuk organik dan anorganik terhadap
pertumbuhan tanaman jagung serta untuk mengetahui teknik budidaya tanaman
jagung yang baik sesuai.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman Jagung


Jagung merupakan tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga tipe
perakaran yakni akar seminal, akar adventif dan akar udara. Batang jagung tidak
tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas.
Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
batang tergantung dengan varietas dan tempat tumbuh, umumnya berkisar 60 –
300 cm. daun memanjang dan keluar dari buku – buku batang. Jumlahnya terdiri
dari 8 – 48 helai. Daun terdiri dari tiga bagian yakni kelopak daun, lidah daun dan
helaian daun. Bunga jagung disebut bunga tidak sempurna karena antara bunga
jantan dan betina terpisah atau berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan
terletak diujung batang sedangkan bunga betina di ketiak daun ke – 6 atau ke – 8
dari bunga jantan. Penyerbukan umumnya terjadi dengan cara penyerbukan silang
(cross pollinated crop). Biji jagung tersusun pada tongkol, dalam satu tongkol
terdapat 200 – 400 biji. Biji jagung ini terdiri dari tiga bagian, paling luar disebut
pericarp, bagian kedua disebu endosperm yang merupakan cadangan makanan biji
dan yang paling dalam ialah lembaga atau embrio.

Tabel 1. Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays L)

Berikut merupakan klasifikasi tanaman Jagung :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotylrdone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
(Purwono dan Hartono, 2005)
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga subtropik
atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0-500LU hingga 0-400 LS.
Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Suhu optimum
yang dikehendaki adalah 21-340 C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah
85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan
sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah ( Tim Karya
Tani Mandiri, 2010).

Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase yang baik,
pH tanah 5,6-7,0. Jenis tanah yang dapat toleran ditanami jagung antara lain andosol,
latosol dengan syarat pH-nya harus memadai untuk tanaman tersebut ( Rukmana, 1997).
Pada tanah-tanah yang bertekstur berat, jika akan ditanami jagung maka perlu dilakukan
pengolahan tanah yang baik. Namun, apabila kondisi tanahnya gembur, dalam budidaya
jagung tanah tidak perlu diolah (sistem TOT).
Tanaman jagung ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah
pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 mdpl. Sedangkan daerah yang
optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 0-600 mdpl (Tim Karya Tani Mandiri,
2010). Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300
m di atas permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman jagung adalah 23 – 270C. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada
umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah hujan
tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6
sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung
pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup, penanaman jagung pada
musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik.

Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya memerlukan


cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien dalam memanfaatkan
CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini dapat berlangsung karena
tanaman jagung memiliki sel seludang daun atau bundle seath cells (Gambar 3) yang
mengelilingi pembuluh daun. (Utomo dkk,2010)

Gambar 3. Sel Seludang Daun Tanaman Tipe C4 yang Mengelilingi Pembuluh


Daun.

2.3 Pengaruh Pupuk Anorganik dan Organik pada Tanaman Jagung


Penggunaan pupuk sebagai bahan makanan tambahan untuk tanaman
jagung merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pertumbuhan jagung
tersebut. Untuk itu pemupukan sangat penting bagi tanaman jagung, sehingga
unsur hara yang diperlukan tersedia di dalam tanah. Ada dua jenis pupuk yang
digunakan yaitu pupuk organik dan norganik. Menurut Sutanto (2002), pupuk
anorganik mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu singkat, tetapi
akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah (tanah menjadi keras) dan
menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan, sedangkan tanah yang
dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang
dicukupi bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar.
Jenis-jenis pupuk organik padat yang dapat digunakan untuk menambahkan
unsur hara pada tanaman antara lain; kotoran sapi,kotoran kuda, kotoran
kambing, kotoran ayam, kompos, kascing dan lain-lain. Menurut Syekhfani
(2000), pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,
menyediakan unsur makro dan mikro. Selain itu pupuk kandang berfungsi untuk
meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas
tukar kation dan memperbaiki struktur tanah. Jenis pupuk yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pupuk organik dari kotoran ayam. Tujuan penelitian ini
adalah (1) mengetahui pengaruh pupuk organik padat terhadap pertumbuhan
tanaman jagung dan (2) mengetahui dosis pupuk organik padat yang paling baik
mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum budidaya jagung dilaksanakan setiap hari minggu pada pukul 07.00
sampai selesai, dari bulan April sampai bulan Juni 2017. Praktikum budidaya
jagung dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di
Jalan Pisang Kipas, Kelurahan Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru Kabupaten
Malang. Tempat praktikum berada pada ketinggian sekitar 500 - 800 meter dpl.
Dengan tingkat kemiringan lahan 15 – 39 %, Curah hujan 1.192 mm/tahun dengan
suhu maksimum 30ºC dan suhu minimum 24ºC.

3.2 Alat dan Bahan


3.3 Alat :

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum budidaya jagung ini
yaitu sebagai berikut:
Alat :
 Cangkul : Untuk menggemburkan tanah dan membentuk bedengan
 Papan nama : Untuk membuat nama pada setiap bedengan
 Tugal : alat untuk membuat lubang tanam

 Ember : Untuk menyiram tanaman


 Penggaris : Untuk mengukur jarak tanam dan untuk megukur
parameter
sampel tanaman
 Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan
 Kamera : Untuk mendokumentasi kegiatan lapang
Bahan :
 Tanah (Lahan) : Sebagai tempat media tumbuh tanaman
 Benih Jagung : Sebagai tanaman budidaya
 Air : Untuk menyiram air dan melarutkan hara
di tanah

3.4 Pelaksanaan (Diagram Alir)

Siapkan alat dan bahan

Siram plot dengan menggunaan air, lalu olah tanah dengan menggunakan
cangkul supaya tanah menjadi remah/tidak keras

Taburkan bahan organik berupa pupuk kandang secara merata pada plot
percobaan (dilakukan pada awal pertanaman)

Ukur jarak antar tanaman dan antar baris tanaman kemudian buat lubang
tanam (15 x 15 x 50 cm)

Tanam jagung pada masing-masing lubang tanam (2 biji/lubang tanam)

Lakukan pengamatan tiap minggu dengan mencatat dan dokumentasikan hasil


3.5 Parameter Pengamatan

Dalam kegiatan praktikum ini parameterpengamatan yang telah dilakukan


terhadap tanaman jagung meliputi :

a. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur mulai dari
pangkal batang sampai dengan titik tumbuh tertinggi. Pengamatan
tinggi tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 HST.
b. Jumlah Daun
Pengamatan dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah daun
tanaman sawi. Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan setelah
tanaman berumur 7 HST (beberengan dengan pengukuran tinggi
tanaman).
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Tinggi tanaman jagung

Plot JAGUNG 2MST 4MST


J1 TINGGI TANAMAN 32,6 78,2
J2 TINGGI TANAMAN 15,9 37,8
J3 TINGGI TANAMAN 33,6 77,7
J4 TINGGI TANAMAN 20,2 40,2
J5 TINGGI TANAMAN 4,4 0
b. Jumlah daun tanaman jagung

Plot JAGUNG 2MST 4MST


J1 JUMLAH DAUN 8,1 9,8
J2 JUMLAH DAUN 5,8 7,3
J3 JUMLAH DAUN 7,8 10,5
J4 JUMLAH DAUN 5,5 9,3
J5 JUMLAH DAUN 4,2 0

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk tinggi dan jumlah daun
tanaman jagung didapatkan hasil terbaik dari ke 5 perlakuan yang di dilakukan
percobaan. Hasil yang terbaik dari ke 5 perlakuan tersebut secara rata-rata adalah
perlakuan yang mengunakan pupuk kompos 10 ton/ha dan di tambahkan dengan
pupuk anorganik sebanyak 100%. Perlakuan pada plot J1 memperoleh rata-rata
hasil untuk tinggi tanaman selama 4 MST adalah 78,2 cm dan untuk hasil jumlah
daunnya sendiri diperoleh hasil rata-rata sebanyak 9,8 helai.
Hal tersebut membuktikan bahwa pemberian pupuk organik (kompos) serta
pupuk anorganik N dalam bentuk urea mampu meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung secara signifikan, hal ini terlihat pada pengamatan tinggi tanaman
dan jumlah daun. Tinggi tanaman dan jumlah daun jagung dengan perlakuan lebih
baik dari pada tanpa perlakuan. Hal ini berkaitan dengan fungsi masing-masing
pupuk tersebut terhadap pertumbuhan tanaman. Minardi et al. (2014) berpendapat
bahwa unsur yang paling berperan dalam peningkatan tinggi tanaman dan
pertumbuhan berat segar dan berat kering brangkasan tanaman, adalah N.
Menurut Koesriharti dan Santoso (2004) dengan pemupukan N yang cukup, maka
pertumbuhan organ-organ tanaman akan sempurna dan fotosintat yang terbentuk
akan meningkat, yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan tanaman.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik dalam bentuk kompos


serta pupuk anorganik N dalam bentuk urea mampu menunjang peningkatan
pertumbuhan jagung. Karena pupuk anorganik memiliki peranan yang besar untuk
memenuhi hara bagi tanaman, karena pupuk anorganik menyediakan hara yang
ketersediaannya terbatas baik dalam tanah maupun dalam bahan organik

5.2 Saran
Alahkah baiknya asisten lebih tegas sehingga ketika praktikum di lapang
tidak banyak mahasiswa yang datang terlambat, dan semoga asisten
mempertimbangkan lagi hari pelaksanaan praktikum sehingga mahasiswa yang
menjalankan ibadah tidak terganggu, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Koesriharti dan M. Santoso. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan


Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis.
Universitas Brawijaya : Malang

Minardi, S., S Hartati dan Pardono. 2014. Imbangan Pupuk Organik Dan
Anorganik Pengaruhnya Terhadap Hara Pembatas dan Kesuburan Tanah
Lahan Sawah Bekas Calian C pada Hasil Jagung. Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi 11 (2) : 122-129

Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Bogor : Niaga Swadaya

Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius. Jogjakarta

Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta.


Syekhfani. 2000. Arti penting bahan organik bagi kesuburan tanah. Jurnal
Penelitian Pupuk Organik.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia.
Bandung

Utomo, R., S.P.S. Budhi, A. Agus, dan C.T. Noviandi. 2008. Teknologi dan
Fabrikasi Pakan. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
PERTANIAN ORGANIK

“BUDIDAYA OROK-OROK (Crotalaria juncea L.)”

Disusun Oleh:
Nama : RUTH ELIZABETH
NIM : 1450402011112295
Kelas/Kelompok : H/Kelompok 3
Asisten : Ajrina Puspita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian organik merupakan sistem manajemen produksi yang bertujuan
untuk produksi yang sehat dengan menghindari penggunaan kimia berbahan aktif
dalam hal ini pupuk kimia maupun pestisida kimia untuk menghindari
pencemaran udara tanah dan air juga hasil produksi pertanian pada khususnya.
selain itu, pertanian organik juga menjaga keseimbangan ekosistem dan
sumberdaya alam yang terlibat langsung dalam proses produksi. Segala yang ada
di alam adalah berguna dan memiliki fungsi, saling melengkapi, melayani dan
menghidupi untuk semua. Dalam alam ada keragaman hayati dan keseimbangan
ekologi.
Maka, pertanian organik pun menghargai keragaman hayati dan
keseimbangan ekologi. Berjuta tahun alam membuktikan prinsipnya, tak ada
eksploitasi selain optimalisasi pemanfaatan. Kesadaran akan perlunya menjaga
lingkungan dan keberlanjutan dalam suatu sistem pertanian, pupuk anorganik
mulai sedikit dikurangi dan beralih kepada pupuk yang memang sejak awal sudah
dikenal petani. Pupuk organik. Salah satu pupuk organik yang sudah dikenal lama
adalah pupuk hijau. Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk
adalah hijauan tanaman seperti daun, tangkai, dan batang tanaman yang masih
muda.
Orok-orok (Crotalaria juncea L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Orok-orok termasuk tanaman dalam
keluarga polong-polongan (Leguminoceae). Dalam pemanfaatannya, orok-orok
dapat ditanam di lahan untuk tanaman utama atau juga lahan selain untuk tanaman
utama, dan ditanam 1-2 bulan sebelum tanaman utama ditanam. Untuk menjamin
bahwa pemanfaatan orok-orok sebagai pupuk dapat berkelanjutan, perlu dilakukan
perbanyakan tanaman orok-orok itu sendiri. Penanaman orok-orok selain diambil
hijauannya untuk pupuk, juga diambil bijinya untuk bahan tanam selanjutnya. Biji
orok-orok yang diapanen harus dari biji yang sudah tua. Biji dijemur, dipisahkan
dari kotoran, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Standarnya, biji 1000
butir adalah 41,731 sehingga 1 kg benih orok-orok dapat menghasilkan 24 ribu
tanaman orok-orok.
1.2 Tujuan

Tujuan dari dilakukannya kegiatan praktikum budidaya orok-orok


(Clotarlaria juncea L.) ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara budidaya
tanaman orok-orok serta manfaat tanaman orok-orok sebagai bahan pupuk.organik
dan pengaruhnya pada tanaman.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Crotalaria juncea L.


Crotalaria juncea L. (orok-orok) ialah tanaman Leguminoceae yang
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan berpotensi sebagai pupuk hijau.
Pupuk hijau yang berasal dari C. Juncea terdekomposisi menjadi bahan
organik tanah menghasilkan koloid atau mineral liat yang mengandung
humus dan berperan memperbaiki sifat-sifat tanah. C. Juncea mempunyai
kandungan hara nitrogen cukup tinggi sekitar 3,01% (Sutejo, 2002)
Klasifikasi tanaman orok-orok menurut Sutejo (2002) adalah
Kingdom : Plantae
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledon
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae (Leguminosae)
Genus : Crotalaria L.
Spesies : Crotalaria juncea L.
Tanaman orok orok merupakan tanaman Perdu dengan tinggi mencapai 2-4
m. Batang tanaman orok-orok memiliki ciri tegak, bulat, berkayu, percabangan
simpodial, dan berwarna coklat. Memiliki daun majemuk, menyirip, lonjong, tepi
rata, ujung runcing, pangkal meruncing, panjang 4-7 cm, lebar 2-3 cm, tangkai
silindris, panjang 4-8 cm, hijau, pertulangan menyirip berwarna hijau. Bunga
tanaman orok-orok termasuk bunga majemuk, bentuk karang, di ketiak daun,
tangkai silindris, panjang 4-6 cm, berwarna hijau, kelopak bentuk bintang, lima
helai, benang sari jumlah delapan, panjang 0,5-1 crn, putih, tangkai putik silindris,
panjang 1-1,5 cm, berwarna putih, mahkota bentuk kupu-kupu, berwarna kuning.
Buah berbentuk polong dengan panjang 3-5 cm, bertangkai pendek, saat masih
muda berwarna hijau dan setelah tua coklat. Biji berbentuk ginjal, pipih, dan
berwarna coklat muda.
Crotalaria juncea L sebagai bahan organik berpengaruh terhadap sifat-sifat
tanah antara lain dapat memperbaiki struktur tanah, sumber hara (N, P, K) dan
unsur mikro, menambahkan kemampuan tanah untuk menahan air dan unsur hara,
meningkatkan KTK tanah, serta sumber energi bagi mikroorganisme tanah
(Hardjowigeno, 1995). Pada umur 14 hari setelah tanam, tanaman orok–orok
mengandung 5,25% N dan 69,55% bahan organik, pada umur 30 hari setelah
tanam mengandung 4,29% N dan 66,85% bahan organik, sedangkan pada saat
umur 42 hari setelah tanam mengandung 2,49% N dan 66,78% bahan organik
(Julianto et al., 2011). T

2.2 Pertumbuhan Crotalaria juncea L.


Crotalaria juncea L. ialah tanaman Leguminoceae yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan berpotensi sebagai pupuk hijau. Selain itu tanaman
tersebut dapat menghasilkan biomassa dengan cepat, tinggi kandungan air dan
N serta mempunyai perakaran yang dalam sehingga dapat memompa unsur hara
ke lapisan permukaan (Sutejo, 2002).
Tanaman orok-orok tergolong tanaman hari pendek dengan bagian vegetatif
ditutupi oleh bulu-bulu pendek, serta akar tunjang dengan sistem perakaran yang
panjangnya ditumbuhi bintil-bintil akar.
Selain itu Crotalaria juncea L. ialah tanaman dapat menjadi sumber N yang
berasal daribagian vegetatif tanaman dan hasil fiksasi N2 udara maupun N
dalam tanah oleh bintil akar tanaman yang bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium sp. sehingga diharapkan mampu menambah kandungan
N dalam tanah. Kandungan nitrogen maksimum dalam tanaman orok- orok terjadi
pada saat sebelum awal masa pembungaan.
Pada umur 14 hari setelah tanam, tanaman orok- orok mengandung 5.25% N
dan 69.55% bahan organik, pada umur 30 hari setelah tanam mengandung 4.29%
N dan 66.85% bahan organik, sedangkan pada saat umur 42 hari setelah tanam
mengandung 2.49% N dan 66.78% bahan organik (Noviastuti, 2006).

2.3 Manfaat Crotalaria juncea L.


Tanaman orok-orok (Crotalaria juncea L) mempunyai bintil- bintil yang
didalamnya terdapat bakteri endofilik yang mampu mengikat Nitrogen (N2) di
udara dan menambah hara di dalam tanah. Nitrogen tersebut mampu
menyuburkan tanah sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan.
Tanaman Crotalaria juncea L. merupakan sumber N, kadar C-organik tinggi,
ramah lingkungan dan bebas dari biji- bijian atau gulma. Pemberikan pupuk hijau
tersebut mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, meningkatkan
jumlah biota, memperbaiki struktur tanah yang berimbas pada porositas
(ketersediaan air dan udara), sekaligus menambah kandungan bahan organik
tanah. tanaman penutup tanah jenis leguminous mampu menggantikan
penggunaan pupuk nitrogen sebesar 72- 190 kg/ha. Pupuk hijau berakar dalam
bisa menolong menambah kembali hara yang telah tercuci dari permukaan tanah
(Marsuni, 2013).
BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum budidaya Crotalaria juncea L. dilaksanakan setiap hari
minggu pada pukul 07.00 sampai selesai, dari bulan April sampai bulan Juni 2017.
Praktikum budidaya Crotalaria juncea L. dilakukan di kebun percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya di Jalan Pisang Kipas, Kelurahan Jatimulyo
Kecamatan Lowokwaru Kabupaten Malang. Tempat praktikum berada pada
ketinggian sekitar 500 - 800 meter dpl. Dengan tingkat kemiringan lahan 15 – 39
%, Curah hujan 1.192 mm/tahun dengan suhu maksimum 30ºC dan suhu
minimum 24ºC.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :

Cangkul : Untuk mengolah tanah


Kamera : Untuk dokumentasi
Tali raffia : Untuk membuat alur lubang tanam
Gembor : Untuk menyiram tanaman
Kayu : Untuk membuat lubang tanam
Meteran : Untuk mengatur dan mengukur jarak antar
lubang tanam

Bahan:

Juncea : Objek pengamatan


Air : Sebagai biostimulan untuk pertumbuhan
tanaman

3.3 Pelaksanaan (Diagram Alir)

Siapkan alat dan bahan


Siram plot dengan menggunaan air, lalu olah tanah dengan menggunakan cangkul
supaya tanah menjadi remah/tidak keras

Ukur jarak antar baris tanaman dan buat lubang tanam dengan menggunakan
cetok secara vertikal (30 cm/baris tanaman)

Tanam Crotalaria juncea L dengan cara di tabur pada masing-masing lubang


tanam

Tutup lubang tanam

Lakukan pengamatan tiap minggu dengan mencatat dan dokumentasikan hasil


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel Pertumbuhan Tanaman Crotalaria juncea L.

Benih 2 MST 4 MST 6 MST

Gambar Gambar
tangan tangan

Gambar Gambar
dokumentas dokume
i ntasi

Tinggi
Tinggi tanaman Tinggi tanaman :
tanaman :
: 16,3 52,9 keterang
keterangan - 98,6
Jumlah daun : Jumlah daun : an
Jumlah daun
6,3 14,4
: 25,5

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa perumbuhan tanaman dengan
Crotalaria juncea termasuk cepat, hal ini dapat terlihat pada hasil pengamatan 6
MST parameter tinggi tanaman yaitu 98,6. Hal ini dikarenakan C. juncea
mengandung N yang tinggi sehingga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya. Menurut Lestari et al. (2011) C. juncea mempunyai kandungan
hara nitrogen cukup tinggi sekitar 3,01%. Pertumbuhan C. juncea relatif cepat
sehingga mampu menghasilkan biomassa dengan cepat pula. Selain itu menurut
Julianto (2011) pada umur 14 hari setelah tanam, tanaman orok – orok (C. juncea
) mengandung 5.25% N dan 69.55% bahan organik, pada umur 30 hari setelah
tanam mengandung 4.29% N dan 66.85% bahan organik, sedangkan pada saat
umur 42 hari setelah tanam mengandung 2.49% N dan 66.78% bahan organik.
Salah satu fungsi atau kegunaan dari C. juncea yaitu dapat digunakan
sebagai pupuk hijau pengaplikasian pupuk hijau atau juncea yaitu dengan
membenamkan dan dipakai sebagai mulsa. Aplikasi dengan pembenaman lebih
efektif daripada dengan cara dimulsakan, karena dapat mengurangi terjadinya
evaporasi pada bahan organik. Bahan organik segar apabila dibenamkan ke dalam
tanah maka bahan organik tersebut akan mengalami proses dekomposisi.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan praktikum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
tinggi tanaman dan jumlah daun C. juncea dipengaruhi oleh faktor kandungan N
yangsangat tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap pola pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan C. juncea relatif sangat cepat sehingga mampu menghasilkan
biomassa dengan sangat cepat pula.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum tahun depannya mungkin bisa dipertimbangkan
tempat praktikumnya sehingga saat praktikum mahasiswa lebih nyaman sehingga
praktikum lebiih terasa menyenangkan, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Bang, Ji Hwan. 1990. Pengaruh tanaman sela, Crotalaria juncea L., dan pemberian
kalium terhadap efisiensi kalium untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung (Zea mays L.) Hibrida C-1, pada Latosol Di Dampit Malang.
Thesis Fakultas Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. pp.


152-158.

Julianto, Jimy Eko., Bambang Guritno dan Agung Nugroho. 2011. Peran Pupuk
Hijau Orok-Orok (Crotalaria Juncea L.) Dengan Cara Aplikasi Yang
Berbeda Dan Waktu Penyiangan Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt). Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya : Malang.

Marsuni, Zubir, dkk. 2013. Analisis Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)
Dengan Pemberian Pupuk Hijau Crotalaria juncea dan Calopogonium
Muconoides Disertai Pemupukan N Dan P. Seminar Nasional Srealia

Noviastuti, E.T. 2006. Pengaruh jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang
tanam pada pertumbuhan dan hasil tanaman orok-orok (Crotalaria juncea
L.) Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. pp. 24
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
pp.177

Anda mungkin juga menyukai