Laporan PKL Pembuatan Pupuk Organik Cair

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dan Pengaplikasiannya pada

Tanaman Sawi di kelompok Wanita Tani Karya Bunda,Tukuneno, Belu,


Nusa Tenggara Timur.

Oleh

Angela M.D.Pare

18510002
BAB I

1.1 Latar Belakang

Pencemaran dan kerusakan lahan pertanian makin meningkat sejalan dengan


penggunaan dosis tinggi pupuk kimia oleh para petani. Akibat lain dari pemberian
pupuk kimia menimbulkan fenomena dampak negatif terhadap ekosistem pertanian,
contohnya; pengerasan tanah, kehilangan materi organik, kontaminasi logam berat
dari senyawa-senyawa kimia dan rusaknya struktur tanah karena sebagian besar
pupuk kimia akan di serap oleh tanah. Saat ini banyak lahan pertanian dan
perkebunan yang mengalami masalah dengan tanah yang digunakan untuk
pertanaman. Kandungan hara yang sudah mulai berkurang akibat pemakaian pupuk
kimia menjadi salah satu penyebabnya. Tanah dapat menjadi kering dan mengeras
dengan cepat, sehingga menyebabkan penurunan hasil panen. Keadaan tersebut
yang harus diubah, yaitu mengembalikan keadaan tanah dan mendapatkan hasil
panen yang berlimpah (Nugroho , 2013 ).

Untuk mendanggulangi permasalahan pencemaran dan kerusakan lahan


pertanian akibat penggunaan dosis tinggi pupuk kimia oleh petani maka
diperlukan pengelolaan pupuk dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman
dan kotoran hewan. Menurut Soeleman dan Rahayu (2013 ), pupuk organik
adalah pupuk yang berasal dari pembusukan daun-daun atau pengomposan.
Pupuk organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, ataupun kotoran hewan.
Pupuk organik merupakan hasil akhir dari perombakan atau peruraian bagian-
bagian atau sisa tanaman dan binatang. Pupuk organik lebih lama diserap oleh
tanman. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanaman bahan organik
dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu (Susetya , 2012).

Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik


yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah
dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara ( Hadisuwito , 2012 ). Menurut
Nugroho (2013), saat ini pengolahan bahan organik menjadi pupuk organik cair
mulai banyak diteliti.
Sebuah penelitian di Cina menunjukkan penggunaan limbah cair organik
mampu meningkatkan produksi pertanian 11% lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan bahan organik lain, bahkan penggunaan pupuk kimia sintetik untuk
pupuk dasar mulai tergeser dengan keunggulan pupuk organik cair. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka dilaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
mengenai Pembuata Pupuk Organik Cair di Kelompok Wanita Tani Karya
Bunda, Belu , Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan uraian diatas, pembuatan POC (Pupuk Oganik Cair) ini


sengatlah penting untuk dikembangkan bagi petani lebih lanjut, petani akan
mampu membuatnya sendiri karena mudah dalam pembuatannya serta bahan yang
digunakan sangat tidak sulit disediakan, bersumber dari bahan yang hendak
dibuang/limbah/tidak bisa dikonsumsi lagi. Disisi yag sama petani juga nantinya
akan membutuhkan pupuk cair yang bersifat organik dan murah sehingga
penggunaan pupuk kimia akan berkurang.
1.2 Tujuan praktek lapang

1.2.1 Tujuan umum

Tujuan dari praktukum ini adalah untuk mengetahui cara membuat POC,
untuk mengetahui manfaat dan keunggulan POC, memanfaatkan bahan-bahan
yang disekitar pekarangan, terutama limbah-limbah dari sayuran dan kotoran
ternak dan untuk mengurangi pupuk sintetis atau kimia.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Memenuhi kewajiban dalam proses perkuliahan Fakultas Pertanian


Universitas Borobudur Jakarta.

2. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui


tentang dunia kerja.

3. Menjadi media pengaplikasian dan pembanding dari teori pembelajaran


yang diperoleh diperkuliahan untuk di terapkan di dunia kerja.

4. Dapat memahami konsep non akademis seperti etika kerja, profesionalitas


kerja, disiplin kerja, dll.

5. Meningkatkan hubungan kerjasama antara pihak instansi terkait.

6. Mendalami ilmu tentang pembuatan pupuk organic cair.


2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sawi Hijau

Sawi hijau (Brassica chinensis L.) tergolong tanaman semusim. Tumbuh baik di tempat
yang bersuhu panas maupun dingin, sehingga dapat ditanam di daerah dataran rendah sampai
dataran tinggi dan panen dilakukan pada umur 25 sampai 30 hari setelah tanam, tergantung
varietasnya (Edi dan Bobihoe, 2010). Menurut Samadi (2017), tanaman sawi hijau dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Papavorales

Famili : Cruciferae (Brassicaceae)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica chinensis L


Menurut Samadi (2017), morfologi sawi hijau terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah
dan biji. Akar tanaman sawi hijau termasuk akar serabut dan cabang –cabang akar yang
menyebar ke dalam tanah hingga kedalaman 40 cm sampai 50 cm. Sawi hijau memiliki batang
yang pendek, tegap dan hampir tidak terlihat. Ukuran panjang batangnya bervariasi, tergantung
varietasnya. Batang ini berfunsi untuk menopang daun. Sawi hijau memiliki daun yang halus,
tidak berbulu, dan tidak membentuk krop (telur). Tangkai daunnya panjang, langsing, dan
berwarna hijau. Daunnya lebarmemanjang, tipis, dan berwarna hijau tua. Rasanya renyah,
segar, dan sedikit rasa pahit. Pelepah daun sawi hijau tersusun saling membungkus dengan
pelepah daun yang lebih muda, dan memiliki tulang daun yang menyirip dan bercabang –
cabang.

Bunga sawi hijau tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang
dan bercabang banyak. Setiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai
daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik.
Pada umumnya sawi mudah berbunga dan berbiji secara alami, baik di dataran rendah maupun
di dataran tinggi. Hasil penyerbukan terbentuk buah yang berisi biji. Buah sawi hijau termasuk
tipe buah polong yang berbentuk memanjang dan berongga. Setiap buah berisi 4 sampai 8 butir
biji. Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, dan berwarna coklat atau coklat
kehitaman.

2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Hijau

Untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi dan berkualitas, sawi hijau hendaknya
diusahakan di lingkungan yang cocok dengan syarat tumbuhnya. Oleh karena itu, faktor ekologi
yang meliputi tanah dan iklim di mana sawi hijaudiusahakan perlu mendapatkan perhatian agar
pertumbuhan dan hasinya maksimal.
Syarat tumbuh tanaman sawi hijau adalah sebagai berikut :

a.Tanah

Sawi hijau dapat diusahakan pada berbagai ketinggian tempat, mulai dari dataran rendah
hingga dataran tinggi dengan ketinggian 5 sampai 1.200 m di atas permukaan laut karena
tanaman ini memiliki toleransi yang baik terhadap lingkungan, baik suhu tinggi maupun rendah.
Akan tetapi, kebanyakan daerah pengahasil caisim berada di ketinggian 100 sampai 500 mdpl.
Sawi hijau menghendaki tanah yang subur, gembur, berhumus, dan memiliki drainase baik.
Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki tingkat keasaman (pH) antara 6
sampai 7 (Zulkarnain, 2013).

b.Keadaan Iklim

Kondisi iklim yang cocok untuk pertumbuhan sawi hijau adalah daerah yang bersuhu dingin
dengan suhu antara 15 oC sampai 20 oC dan lama penyinaran antara 10 sampai 13 jam per hari
(Samadi, 2017). Kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar
antara 80% sampai 90%. Kelembaban yang lebih dari 90% berpengaruh buruk terhadap
pertumbuhan tanaman, yaitu tanaman tumbuh tidak sempurna, tanaman tidak subur, kualitas
daun jelek , dan bila penanaman bertujuan untuk pembenihan maka kualitas benih jelek.
Kelembaban udara juga berpengaruh terhadap proses penyerapan unsur hara oleh tanaman yang
diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman (Intan, 2015, dalam Maulana, 2017).

2.2. Peranan Pupuk terhadap Kesuburan Tanah

Pada umumnya kondisi lahan pertanian di Indonesia mengalami kemunduran kesuburan dan
kerusakan tanah serta telah mengalami penurunan produktivitas. Menurut Lingga dan Marsono
(2013), bahwa dalam daur hidup tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara yang
berada di dalam tanah saja, oleh karena itu, tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar,
yaitu berupa pupuk anorganik dan pupuk organik. Usaha pertanian dengan mengandalkan bahan
kimia seperti pupuk anorganik dan pestisida kimia telah banyak menimbulkan dampak negatif
yang merugikan. Penggunaan bahan kimia dengan dosis tinggi tidak hanya berpengaruh
terhadap penurunan tingkat kesuburan tanah, tetapi juga berakibat pada penurunan keragaman
hayati dan meningkatnya serangan hama, penyakit, dan gulma. Dampak negatif lain yang dapat
ditimbulkan oleh bahan kimia adalah tercemarnya produk – produk pertanian oleh bahan kimia
yang selanjutnya akan berdampak buruk terhadap kesehatan. Menyadari akan hal tersebut maka
diperlukan usaha untuk menghilangkanatau mengurangi cemaran bahan kimia ke dalam tubuh
manusia dan lingkungan (Lestari, 2009).

Salah satu upaya yang harus dilakukan dalam meminimalisir penggunaan pupuk kimia ke
dalam tanah adalah dengan menggantikan penggunaan pupuk anorganik menjadi pupuk organik.
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau
bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk
padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat
untukmeningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah (Peraturan Menteri Pertanian, 2011).

Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, maka kemampuan
tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga akan menurun. Menurunnya kadar bahan
organik tanah merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan
tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat sehingga tercipta tanah rusak yang jumlah dan intensitasnya yang bertambah
(Sutanto, 2006, dalam Lestari,2009).

2.2.1. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dapat digunakan
dalam sistem pertanian organik. Pupuk organik cair adalah pupuk yang bahan dasarnya berasal
dari sisa – sisa tumbuhan atau kotoran hewan yang sudah mengalami fermentasi berupa cairan.
Pada dasarnya pupuk organik cair lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik padat.
Hal ini disebabkan penggunaan pupuk organik cair memiliki beberapa kelebihan, yaitu
pengaplikasiannya lebih mudah, unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap
tanaman, mengandung mikroorganisme yang banyak, mengatasi defesiensi hara, mampu
menyediakan hara secara cepat serta proses pembuatannya memerlukan waktu yang lebih cepat
(Siboro, dkk., 2013, dalam Manis, Supriadi, dan Said, 2017).

Pada dasarnya limbah cair dari bahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupukseperti
limbah padat organik banyak mengandung unsur hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) dan bahan
organik lainnya. Penggunaan pupuk dari limbah ini dapat membantu memperbaiki struktur dan
kualitas tanah. Sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat tetapi
bisa juga dibuat sebagai pupuk cair, alat yang dibutuhkan untuk membuat pupuk cair adalah
komposter. Komposter berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban,
serta temperatur, sehingga bakteri dan jasad renik dapat mengurai bahan organik secara optimal
(Hadisuwito, 2007, dalam Nur, Noor, dan Elma (2016).

2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan POC

Pupuk organik cair memiliki mamfaat bagi tanaman yaitu untuk menyuburkan tanaman,
untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, untuk mengurangi dampak sampah organik di
lingkungan sekitar, untuk membantu revitalisasi produktivitas tanah, untuk meningkatkan
kualitas produk (Suriadikarta, 2006)

Adapun keunggulan dari pupuk organik cair yaitu : (a) Mudah untuk membuatnya, (b)
Murah harganya, (c) Tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman, (d) Bisa juga
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-control), seperti ulat pada tanaman
sayuran, (e) Aman karena tidak meninggalkan residu, pestisida organik juga tidak mencemari
lingkungan (Suriadikarta, 2006).

Kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik/ hayati cair, yaitu : (a) Viabilitas
(daya hidup) mikroorganisme yang dikandungnya sangat rendah, (b) Populasi mikroorganisme
kecil (< 106 cfu/mL), bahkan cenderung tidak ada/mati seiring dengan waktu, (c) Nutrisi yang
terkandung sedikit.
Umumnya nutrisi yang ada berupa tambahan bahan kimia seperti pupuk NPK dan Urea, (d)
Mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati, (e) Tingkat kontaminasi
sangat tinggi, (f) Seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk), (g)
Tidak tahan lama (kurang dari setahun), (h) Masalah dalam transportasi dan penyimpanan, (i)
Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya, (J) Hasilnya tidak bisa
diproduksi secara masal (Suriadikarta, 2006).

2.3 Molases.

Untuk pertanian, molase adalah pilihan terbaik karena ini adalah yang paling bergizi
berharga dari berbagai jenis molase karena mengandung konsentrasi terbesar belerang, potasium,
besi, dan zat gizi mikro dari bahan tebu asli. Jadi, tidak hanya kandungan gula yang membuat
molase berguna, tetapi mineral tersebut.

Molase blackstrap (unsulphered) adalah molase cair yang dapat digunakan sendiri, atau
sebagai komponen di kedua semprotan dan drenches tanah, dan dapat menjadi tambahan penting
untuk program pemupukan organik.

Kandungan nutrisi molases yaitu kadar air 23%, bahan kering 77%, protein kasar 4,2%,
lemak kasar 0,2%, serat kasar 7,7%, Ca 0,84%, P 0,09%, BETN 57,1%, abu 0,2% (Sukria
dan Rantan, 2009) dan energi metabolis 2,280 kkal/kg (Anggorodi, 1995).
2.4. Bonggol Pisang

2.4.1 Klasifikasi Tanaman Pisang

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiac

2.4.2 Morfologi Tanaman Pisang


Morfologi tanaman pisang bisa dilihat bagian – bagian tubuhnya seperti :

1. Akar

Pohon pisang memiliki sistem perakaran serabut karena pisang termasuk sebagai tanaman
monokotil. Akar pada pisang berwarna kecokelatan dan biasanya tumbuh menyebar mendekati
permukaan tanah. Akar tersebut bisa tumbuh hingga kedalaman 75 – 150 cm. Akar ini bisa
tumbuh hingga 5 cm.

2. Batang

Batang sejati pada tanaman pisang bagian pangkalnya berupa umbi batang yang tertanam
dalam tanah. Selama pertumbuhan, di bagian atas umbi terdapat sebuah titik tumbuh untuk
pertumbuhan daun. Inilah yang nantinya akan tersusun rapat dan berlapis – lapis membentuk
batang semu yang terlihat berdiri kokoh. Batang semu tersebut muncul dari pelepah daun pisang
yang saling menutupi dengan kuat dan kokoh sehingga terlihat seperti batang tumbuhan.

Batang semu ini memiliki bentuk silindris dan belapis – lapis. Batang ini tidak berkayu dan
tidak berkambium sehingga tekstur batang lebih lunak dan berair. Seiring pertumbuhannya,
batang palsu tersebut akan membentuk lapisan baru, sedangkan lapisan lama terdorong keluar
dan mengelupas. Warna batang semu ini adalah hijau muda dengan lapisan yang berwarna
kecokelatan. Batang pisang bertipe simpodial dengan jaringan meristem di bagian ujung yang
memanjang kemudian membentuk bunga.

3. Daun

Daun pisang berbentuk memanjang dan lebar dengan pertulangan daun besar yang disebut
dengan pelepah. Pelepah pisang mengandung air yang tinggi dan bagian dalamnya berongga.
Ujung daun berbentuk tumpul dengan bagian tepi yang rata. Daun pisang pada bagian atas
permukaanya mengkilap dan berwarna hijau. Sedangkan pada bagian bawahnya daun pisang
tertutup lapisan lilin yang berwarna putih. Pada daun muda berwarna hijau tua sedangkan pada
daun muda permukaannya berwarna hijau muda. Pada daun muda yang baru muncul dari titik
tumbuh biasanya masih menggulung.

4. Bunga
Bunga pada tanaman pisang juga disebut jantung pisang yang memiliki ukuran antara 10
hingga 25 cm. Bunga ini terdiri dari dandan dan dalam satu tandan terdapat beberapa kelompok
bunga yang setiap kelompoknya tersusun secara berderet. Bunga pisang ini ditutupi oleh daun
pelindung yang berwarna merah keunguan yang permukaannya dilapisi oleh lilin, daun ini
disebut dengan bractea. Fungsi bractea adalah untuk melindungi bunga pisang yang memang
mudah rontok. Setiap bunga memiliki benang sari berjumlah 5 helai. Sementara pada bunga
betina terdapat bakal buah yang bentuknya bersegi. Bunga jantan panjangnya sektar 6 cm dan
memiliki benangsari berjumlah 5 helai.

5. Buah

Buah pisang merupakan hasil pertumbuhan dari bakal buah. Buah ini tergolong sebagai buah
buni yang bentuknya silinder. Biasanya buah pisang tersusun berderet dan disebut dengan
sisir.Sisir akan terus tumbuh memanjang membentuk sisir yang selanjutnya. Pada beberapa
pemilik pohon pisang, biasanya bagian jantung pisang yang paling bawah dipotong karena
sudah tidak bisa membentuk sisir yang berikutnya. Setiap sisir pisang terdapat 10 hingga 16
buah pisang.

Saat buah masih mentah, buah memiliki kulit berwarna hijau dan apabila sudah masak warna
kulit berubah menjadi kuning. Ketebalan kulit pisang dari masing – masing varietas berbeda –
beda misalnya pada pisang ulin memiliki kulit yang sangat tipis jika dibandingkan pisang raja
yang kulitnya tebal. Sebuah pisang umumnya memiliki panjang antara 12 hingga 18 cm dengan
diameter sekitar 3 cm. Buah pisang yang telah masak rasanya sangat manis dan teksturnya
lunak. Saat dikupas, pada daging buah terdapat serat yang menempel. Sementara jika dibelah
terdapat biji berwarna hitam.

6. Biji
Biji buah pisang tertanam di dalam daging buahnya. Biji tersebut berukuran kecil, berwarna
hitam dan bulat. Tidak semua buah pisang memiliki biji, hanya varietas tertentu saja seperti
pisang klutuk dan pisang kepok.

2.4.3 Manfaat Bonggol Pisang untuk Pertanian

Semua bagian tanaman pisang mulai dari akar sampai daun memiliki banyak manfaat,
terutama yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah buahnya. Sedangkan bagian tanaman
pisang yang lain, yaitu jantung, batang, kulit buah, dan bonggol jarang dimanfaatkan dan
dibuang begitu saja menjadi limbah pisang. Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang
cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Menurut Munadjim(1983), Bonggol pisang
mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral penting. Menurut Sukasa dkk.
(1996), bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%.

Bonggol pisang mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Mikrobia pengurai


tersebut terletak pada bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang
telah diidentifikasi pada bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., dan Aspergillus
nigger. Mikrobia inilah yang biasa menguraikan bahan organik. Mikrobia pada bonggol pisang
akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan (Suhastyo, 2011).

2.5 Air Cucian Beras

selama ini belum banyak dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair, padahal air
cucian beras banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Air
cucian beras merupakan sumber energi karbohidrat berupa pati yang kadarnya mencapai 85-
90%. Kandungan nutrisi beras yang tertinggi terdapat pada bagian kulit ari yang ikut bersama air
cucian (Yusliany, 2010). Klasifikasi unsur hara pada air cucian beras yaitu: nitrogen (N), 70,55
ppm, phospor (P), 60, 65 ppm, kalium (K), 91,11 ppm, besi (fe), 09.95 ppm, vitamin B, 205,44
ppmdan vitamin K, 11,12 ppm.

Salah satu zat yang lain terkandung dalam air cucian beras adalah phospor (Yulianingsih,
2017). Phosphor merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Peranan
phosporbagi tumbuhan adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran
yang baik dari benih dan tanaman muda, serta mempercepat pemasakan buah dan biji (Bahar,
2016).

2.6 Daun Gamal

2.6.1 Klasifikasi Tanaman Gamal

Kingdong : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae

Infra Kingdom : Streptophyta

Super Devisi : Embryophytha

Devisi : Tracheophytha

Sub Divisi : Spermathopyhtina

Kelas : Magnoliopsida

Super Ordo : Rosanae

Ordo ; Fabales
Famili : Fabaceae

Genus : Gliricidia Kunt

Spesies : Gliricidia sepium Kunt

2.6.2 Morfologi Tanaman Gamal

1. Batang Gamal

Batang pada tanaman Gamal ini bervariasi ada yang tunggal dan ada yang bercabang, namun
jarang ditemukan yang menyemak, tingginya sendiri bervariasi bisa mencapai 2 sampai 15
meter dengan diameter batang 5 sampai 30 Cm. Kulit batang luarnya memiliki warna coklat
keabu-abuan dengan variasi alur alur kecil pada batang ya g sudah berumur, selain itu batang
nya memiliki bercak putih.

2. Morfologi Daun Gamal

Sedangkan untuk daun pada tanaman Gamal agak menyirip dengan bentuk daunnya yang oval,
satu daun dengan daun yang lain saling berhadap hadapan dengan panjang 4 sampai 17 cm,
selain itu juga daunnya runcing dan sangat jarang ditemukan yang berbentuk bulat. Panjang
daunnya sendiri bervariasi dari 9 – 19 cm, dimana semakin kedepan daunnya semakin
mengerucut tajam, daunnya sendiri Berjumlah 7 sampai dengan 17 helai dengan bentuk jorong
yang saling berhadapan, bewarna hijau serta keputihan pada bagian bawah daunnya.

3. Morfologi Bunga Gamal

Morfologi yang selanjutnya yaitu bunga pada tanaman Gamal, dimana bunga ini cenderung
bewarna merah mudah hingga kemerahan, dan biasanya terdapat titik kuning yang tersebar pada
area kelopaknya. Susunan bunganya tegak, dimana bunganya membentuk sebuah kelompok
pada tangkai muda maupun tua, kelopak bunganya berbentuk bulat dan hampir berdiri tegak
dengan ukuran 15 – 20 mm dan lebar 4 – 7 mm. Karangan bunga pada tanaman Gamal ini
berupa malai yang berisikan 25 – 50 kuntum dengan panjang kurang lebih 5 – 12 cm, sedangkan
mahkota bunganya memiliki warna putih keunguan dengan 10 helai benang sari, biasanya akan
mulai tumbuh di penghujung musim kemarau

4. Morfologi Buah Gamal

Sedangkan untuk buah dari tanaman Gamal sendiri merupakan polong bewarna hijau dan
kuning kecoklatan saat memasuki tua, pada buahnya terdapat 3 sampai 8 biji, memiliki bentuk
pipih yang memanjang, bewarna hijau saat muda, serta kuning dan coklat pada saat tua, selain
itu ujungnya memilki sedikit warna hitam saat tua.

2.6.3. Budidaya Tanaman Gamal

Sebenarnya ada beberapa cara untuk pengembangbiakan tanaman yang satu ini, pertama
dengan penyebaran biji dan kedua dengan cara stek. Stek batang merupakan salah satu cara yang
paling banyak digunakan dalam membudidayakan tanaman yang satu ini. Sedikit tips bila anda
hendak melakukan cara yang satu ini akan lebih bagus bila menggunakan batang bawah yang
berusia di atas 2 tahun dengan diameter batang 4 cm serta panjang 40 sampai 1,5 m.

Selain itu juga kamu harus memperhatikan jarak tanamnya, kurang lebih diberi jarak sekitar
40 – 50 cm tergantung dari kebutuhan anda. Perlu diketahui juga bahwa dengan penanaman stek
ini, biasanya Gamal akan tumbuh lebih cepat, penanaman yang tepat dapat mendapatkan hasil
90% dari Gamal tersebut, biasanya penanaman ini dilakukan di penghujung musim hujan.

2.6.3 Manfaat Daun Gamal untuk Tumbuhan

Salah satu alternatif sumber bahan baku hara yang digunakan sebagai pupuk organik cair
yaitu dari bahan-bahan alami yang mengandung unsur nitrogen, salah satunya adalah daun
gamal. Jaringan daun tanaman gamal mengandung 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca,
dan 0,41% Mg (Ibrahim, 2002). Salah satu alternatif sumber bahan baku hara yang digunakan
sebagai pupuk organik cair yaitu dari bahan-bahan alami yang mengandung unsur nitrogen,
salah satunya adalah daun gamal.

Gamal adalah salah satu tanaman dari famili leguminosae yang mengandung berbagai hara
esensial yang cukup tinggi bagi pemenuhan hara bagi tanaman pada umumnya. Jaringan daun
tanaman gamal mengandung 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg
(Ibrahim, 2002). Penelitian Padli (2013), pemberian konsentrasi pupuk organik cair babandotan
25 ml/l merupakan konsentrasi terbaik pada tanaman tomat dan berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah cabang utama, umur berbunga pertama, jumlah buah pertanaman,
persentase buah sehat pertanaman, berat buah pertanaman dan hasil buah perplot, kecuali pada
rata-rata pengamatan berat buah.

Berdasarkan penelitian Duaja (2013),pemberian pupuk organik cair berbahan dasar kacang-
kacangan 25 ml/liter berpengaruh nyata pada jumlah polong dan panjang polong pada tanaman
buncis Penelitian Wijaya (2015), bahwa perlakuan konsentrasi 20 ml/liter air pupuk organik cair
dari asal daun gamal merupakan perlakuan terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman selada. Berdasarkan penelitian diatas, maka daun gamal dinilai sangat
berpotensi untuk dikembangkan dan diteliti sebagai bahan baku pupuk organik cair. Pupuk
organik cair pada penelitian ini adalah dibuat sendiri dan pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan tanaman kubis bunga.

2.8 Tinjauan tentang Em4

Teknologi EM4 adalah teknologi fermentasi yang dikembangkan pertama kali oleh Prof. Dr.
Teruo Higa dari University Of The Ryukyus, Okinawa Jepang sejak tahun 1980. EM4
merupakan kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. EM4 adalah cairan yang berisi mikroorganisme yang dapat memecah
senyawa polimer (dalam hal ini adalah karbohidrat, lemak, dan protein) menjadi senyawa
monomernya. Effective Microorganisme (EM4) berisi sekitar 80 genus mikroorganisme
fermentasi, di antaranya bakteri fotositetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Actinomycetes
sp. dan ragi.

EM4 digunakan untuk pengomposan modern. EM4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk
meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman yang
selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi
tanaman. EM4 berupa larutan cair berwarna kuning kecoklatan. Cairan ini berbau sedap
dengan rasa asam manis dan tingkat keasaman (pH) kurang dari 3,5 apabila tingkat keasaman
melebihi 4,0 maka cairan ini tidak dapat digunakan lagi.

a. Bakteri fotosintetik

1) Mensintesis bahan-bahan organik menjadi asam amino, asam nukleat.

2) Meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

b. Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp)

1) Menghasilkan asam laktat dan gula.

2) Menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan.

c. Ragi

1) Membentuk zat anti bakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam-asam
amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintesis.

2) Meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar.

d. Actinomysetes

1) Menghasilkan zat-zat antimikroba dari asam amino yang dihasilkan oleh bakteri fotosintesis
dari bahan organik

2) Menekan pertumbuhan jamur dan bakteri.


e. Jamur fermentasi

1) Menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat
antimikroba.

2) Menghilangkan bau, mencegah serbuan serangga dan ulat yang merugikan EM4 dapat
menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya
monokultur dan budidaya tanaman sejenis secara terus-menerus (continous cropping).

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktik Lapangan


Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ( PKL) dilaksanakan di Kelompok Wanita Tani Karya
Bunda, Kecamatan Tasifeto Barat, Belu. Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 3
Mei 2021 sampai dengan 4 Juni 2021.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh selama praktek kerja lapang berupa data primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan selama mengikuti kegiatan
praktek kerja lapangan melalui ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan.

3.2.2 Data Sekunder


3.2.2.1 Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara langsung yang berkaitan dengan
Pembuatan Pupuk Organik Cair. Wawancara dilakukan dengan peneliti yang ada di
Kelompok Wanita Tani Karya Bunda.
3.2.2.2 Literatur
Literatur, data yang dikumpulkan melalui bahan bacaan (pustaka), jurnal peneltian
dan hasil skripsi penelitian.

3.3 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan antara lain : parang untuk
mencacah, ember, dan kayu penganuk.

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan antara lain : bonggol
pisang, daun gamal (masing-masing 5 kg) , molases 1 L, EM4 ½ L, air beras 2 L.

3.4 Prosedur Kerja

1. Tahap awal yaitu pembuatan stater.


 Masukan air beras dan air bersih

 Masukan molases

 Masukan EM4

 Di campur hingga homogen.

 ditutup rapat dan simpan selama 18 jam.

2. Masukan daun gamal dan bonggol pisang yang sudah dihaluskan kedalam wadah yang
berisih stater.

3. Masukan tepung jagung.

4. Aduk semua bahan hingga homogen.


5. Menutup ember dengan rapat untuk menghindari masuknya udara agar dapat membantu
penguaraian mikroba didalam ember.

6. Membiarkan selama ± 3 minggu. Setelah itu, melakukan penyaringan, larutan siap


digunakan.

BAB I V
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:

Larutan POC telah difermentasikan selama kurang lebih 3 minggu, dapat dilihat
perbandingan POC yang telah dibuat sebelum difermentasi dan sesudah difermentasikan. POC
yang telah difermentasikan berubah warna menjadih coklat lebih tua dibanding dengan
sebelum difermentasi berwarna coklat muda. Pada POC yang sudah difermentasi terdapat
gelembung-gelembung seperti busa, hal itu menandakan bahwa larutan telah berubah menjadi
masam.

POC yang telah dibuat dapat diaplikasikan ketanaman, Kelompok Wanita Tani Karya
Bunda, seperti tanaman tomat, kangkung dan sawi. Cara pemberian POC sebagai pupuk
organic cair ini dengan mencampurkan larutan POC yang telah difermentasi sebanyak 1 gelas
kecil atau 100 ml kedalam 5 L air. Lalu larutan yang telah dicampurkan disemprotkan ke
bagian akar dan batang tanaman. POC akan menambah ketersediaan hara didalam tanah.
Selain ketersediaan hara di dalam tanah struktur udara dan tata udara sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman.

Perkembangan sistem perakaran tanaman yang baik sangat menentukan pertumbuhan


vegetatif tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi tanaman horti di lahan.
Ketersediaan hara melalui pemberian pupuk organik cair mampu menunjang pertumbuhan
vegetatif tanaman secara optimal. Sehingga penggunaan POC dapat dijadikan alternatif
pengganti pupuk kimia yang baik untuk digunakan dilahan tanaman horti.

4.2 Pembahasan
Pupuk organik cair yang diberikan pada berbagai konsentrasi menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk urea (kontrol). Keadaan ini
menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan
unsur hara oleh tanaman sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman. Unsur
hara yang terdapat pada pupuk organik cair dapat meningkatkan hasil pertumbuhan tanaman
sawi. Karena peran pupuk organik tidak hanya memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah tetapi
juga sifat kimia tanah. Hara yang tersedia dari pupuk organik cair akan dimanfaatkan tanaman
untuk memacu proses fotosintesis, hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ke seluruh bagian
tanaman untuk memacu perkembangan vegetatif dan generatif tanaman.

Unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik cair adalah unsur hara mikro dan unsur
hara makro. Menurut Prihmantoro dalam Gerald (2014) Unsur hara makro yang terdapat dalam
pupuk organik cair tersebur adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara makro merupakan unsur
hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Dari keenam unsur hara makro tersebut yang
sangat penting untuk tanaman adalah N, P, dan K. Unsur N, P, dan K yang terkandung dalam
pupuk organik cair mempunyai peran tertentu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Unsur N merupakan unsur yang sangat berperan dalam proses fotosintesis. Jika tanaman
kekurangan unsur N maka proses fotosintesis akan terganggu, daun menjadi hijau kekuningan
dan sampai menguning seluruhnya. MenurutDwidjoseputro dalam Ainun (2010) bahwa unsur N
merupakan salah satu faktor pembentuk klorofil daun. Unsur P juga memiliki peran untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman diantaranya mempercepat pertumbuhan akar dan mempercepat
proses fotosintesis. Diperkuat oleh Hardjono dalam Ainun (2010) menyatakan unsur P yang
tersedia dalam jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem
perakaran menjadi lebih baik.

Jika tanaman kekurangan unsur P maka akan menyebabkan laju pertumbuhan dan
perkembangaan tanaman menjadi menurun karena terhambatnya laju fotosintesis. Selain unsur
N dan P, unsur K juga berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tanaman agar
pertumbuhan tanaman tidak lambat dan kerdil. Selain itu unsur K jugs sangat berperan dalam
menhindari bercak pada daun. Menurut. Dwidjoseputro dalamAinun (2010) menyatakan K
mempunyai peran penting dalam proses fotosintesis. J ika tanaman kekurangan unsur K maka
proses fotosintesis terganggu. Dari peran unsur hara makro dapat dilihat bahwa unsur penting
tersebut dapat mempengaruhi hasil fotosintesis yang nantinya akan berdampak terhadap
pertumbuhan tanaman, karena semakin cukup unsur hara makro yang didapat tanaman maka
proses fotosintesis akan mencapai titik maksimal dan pertumbuhan tanaman akan lebih baik.
Selain itu unsur hara mikro juga mempengaruhi hasil pertumbuhan tanaman.

Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk organik cair juga berperan dalam proses
metabolisme tanaman, meskipun dibutuhksn dalam jumlah yang sangat sedikit. Menurut Lingga
dan Marsono dalam Ainun (2010) kekurangan unsur hara mikro dapat mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Hadisaputro et al dalam Andri (2014)
menunjukkan bahwa unsur Mn dan Cu dapat berperan meningkatkan aktivitas PEP karboksilase
di dalam daun, bahkan efektivitas kedua unsur hara ini dalam memacu aktivitas enzim
fotosintesis tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan N dan K.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan PKL yang digunakan dalam laporan ini, maka beberapa kesimpulan
yang dapat disampaikan sebagai berikut :

1) Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan
sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.

2) Pupuk Cair Organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik
dan berwujud cair.

3) Pupuk organik cair memiliki mamfaat bagi tanaman yaitu untuk menyuburkan tanaman,
untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, untuk mengurangi dampak sampah organik di
lingkungan sekitar, untuk membantu revitalisasi produktivitas tanah, untuk meningkatkan
kualitas produk.

5.2 Saran

Saran saya terhadap praktikum yang telah dilakukan ini, yaitu sebaiknya dilakukan prosedur
kerja yang sesuai dengan prosedur yang sebenarnya. Dalam pembuatan POC ini sebaiknya di
lakukan pemberian sumber-sumber POC itu sendiri supaya proses penguraian dari bahan-bahan
yang digunakan cepat dalam penguraiannya, serta untuk menghindari kegagalan dalam
praktikum.

Anda mungkin juga menyukai