Evaluasi Rembesan
Evaluasi Rembesan
Evaluasi Rembesan
KEMENTRIAN P E K E R J A A N U M U M
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PU
PUSAT LITBANG SUMBER DAYA AIR
1
11/09/2015
PAKAR BENDUNGAN
MENGINGATKAN:
• UMUMNYA RUNTUHNYA BENDUNGAN BUKAN
DIMULAI DARI KONDISI RATA-RATA
BENDUNGAN YANG BURUK, TETAPI DIMULAI
DARI TITIK-TITIK LEMAHNYA.
• KERUNTUHAN BENDUNGAN DAPAT TERJADI:
- KAPAN SAJA
- PADA BENDUNGAN MANA SAJA
- TERMASUK BENDUNGAN KITA
OLEH KARENA ITU KITA HARUS SELALU
PEDULI THD KEAMANAN BENDUNGAN KITA
2
11/09/2015
Piping Failures
3
11/09/2015
I c 0.9
FK 1.57 < 4 (tidak aman).
I e 0.57
4
11/09/2015
5
11/09/2015
6
11/09/2015
7
11/09/2015
Lanjutan ……
8
11/09/2015
9
11/09/2015
Lanjutan ……
Pola Keruntuhan
Pengaruh Rembesan Air
Gradien Keluaran Tekanan Pori Gradien Internal Debit Rembesan Retakan akibat
Melampaui Batas Melampaui Batas Tinggi Tidak Tersaring Melampaui Batas Susutan
1) Didih pasir 1) Ketidakstabilan Perpindahan butiran halus Bukan keruntuhan, Terjadi karena
2) Likuifaksi statis lereng timbunan Dari satu zona ke zona Tetapi kerugian penurunan kadar air
3) Ersosi buluh dan deformasi lainnya dalam tubuh bend. ekonomis Hingga jauh di bawah
berlebihan Atau dari tubuh ke fondasi Kadar air sebelumnya
2) Tekanan air pori
pada fondasi
menyebakan tek.
angkat.
3) Tek. air pori tinggi
di hilir bendungan
10
11/09/2015
11
11/09/2015
Keruntuhan
akibat blow
out/sand boil
12
11/09/2015
II. PIPING
Gambar di bawah terjadi akibat exit gradient yang tinggi
Lanjutan ……
13
11/09/2015
14
11/09/2015
15
11/09/2015
EROSI INTERNAL
Erosi internal terjadi pada kondisi aliran air :
• di sepanjang retakan atau rekahan di
dalam tanah atau batuan dasar (bedrock),
• di sepanjang batas antara tanah dan
batuan dasar,
• di antara tanah dan strutur/bangunan
beton atau metal.
Lanjutan ……
Erosi internal tampaknya sama dengan piping (akibat exit gradient), karena
terbawanya butiran tanah oleh gaya gerusan aliran air. Keruntuhan
bendungan akibat erosi internal tampaknya sama dengan piping. Namun,
mekanisme dari piping dan erosi internal adalah sangat berbeda. Erosi
internal terjadi bila aliran rembesan melalui alur di bagian dalam timbunan,
seperti :
1) sepanjang retakan atau kerusakan lain dalam tanah atau batuan arah
potongan melintang,
2) Sepanjang bidang kontak antara tenah timbunan dan batuan dasar,
3) Bidang kontak antara timbunan dan bangunan, misalnya konduit, dinding
pelimpah, dll.
16
11/09/2015
Lanjutan ……
Lanjutan ……
17
11/09/2015
18
11/09/2015
PELARUTAN (SOLUTIONING)
• Masalah yang sering terjadi pada fondasi dan
tumpuan adalah jenis batuan yang mudah
mengalami pelarutan (solution) oleh air tanah atau
rembesan air waduk.
19
11/09/2015
PENJENUHAN
Tipe keruntuhan ini disebabkan oleh aliran rembesan yang menyebabkan
penjenuhan, rembesan berlebihan dan tekanan angkat berlebih.
Keruntuhan yang disebabkan oleh tekanan rembesan dan penjenuhan,
adalah :
• Kelongsoran lereng akibat gaya-gaya atau tekanan angkat berlebih.
• Kelongsoran dinding penahan yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik,
termasuk keruntuhan akibat guling dan geser.
• Keruntuhan saluran luncur spillway dan ruang olak akibat tekanan angkat
yang tinggi (blowout).
• Keruntuhan bendungan beton yang disebabkan oleh tingginya tekanan
angkat pada fondasi dan tumpuan.
20
11/09/2015
RINGKASAN
POLA KERUNTUHAN
TERJADI BILA ….
UPLIFT, HEAVE, ATAU Tekanan rembesan fondasi yg. pervious memicu gaya-gaya pada
BLOWOUT lapisan yang tertekan. Keruntuhan mulai terjadi bila tekanan air pori
pada dasar lapisan tertekan melebihi tekanan overburden. Tekanan
angkat yang terjadi meruntuhkan lapisan tertekan tersebut yang
dikenal sebagai blowout yang membentuk didih pasir (sand boiling).
21
11/09/2015
22
11/09/2015
23
11/09/2015
24
11/09/2015
25
11/09/2015
Lanjutan Pengenalan ……
PROGRESSIVE SLOUGHING
FAILURE
26
11/09/2015
SINKHOLE DI BENDUNGAN
Tampak sinkhole di
lereng hilir, bendungan
Delingan,
Jawa Tengah
27
11/09/2015
28
11/09/2015
29
11/09/2015
Lanjutan ……
30
11/09/2015
INVESTIGASI LAPANGAN
Beberapa indikator dari masalah keamanan
bendungan akibat rembesan, antara lain adalah :
• Peningkatan debit rembesan secara progresif
• Terbawanya butiran tanah, erosi internal, terlarutnya massa tanah,
dan peningkatan kekeruhan air rembesan yang keluar
• Peningkatan/penurunan tekanan hidrostatik
• Suatu perubahan pola rembesan
• Terjadinya rembesan di suatu lokasi yang kritis, misalnya di dekat
konduit
• Pembasahan lereng (sloughing)
• Terlihatnya lubang-lubang benam (sinkholes),
• Kondisi basah dan lunak serta tidak stabil di daerah hilir
• Tumbuhan yang lebih rindang dibandingkan di tempat lain yang
kering.
31
11/09/2015
REMBESAN
2/4
32
11/09/2015
33
11/09/2015
WAWANCARA
Wawancara dengan orang yang familiar dan
memahami proyek ybs dapat membantu dlm
melakukan evaluasi thd. masalah rembesan yang
dihadapi, mis. pendesain, pengelola, petuga O&P,
kontraktor, dll. Informasi yang diperlukan, a.l:
• Sejarah dan kronologis terjadinya rembesan,
• Kapan mulai timbulnya rembesan dan hubunganna
dengan muka air waduk,
• Apa yang terjadi di daerah rembesan bila terjadi hujan,
termasuk pengaruh fluktuasi muka air waduk,
• Apakah rembesan pernah mengalami kekeruhan,
• Apakah rembesan pernah membawa butiran tanah,
34
11/09/2015
Lanjutan ……
• Apakah ada akumulasi butiran tanah
disekitar rembesan,
• Apakah rembesan terpengaruh oleh
kondisi cuaca/musim,
• Apakah lokasi rembesan dalam kondisi
kering sebelum dikonstruksi,
• Apakah rembesan terpengaruh oleh
operasi pintu-pintu selama O&P,
• Apakah perubahan rembesan mempunyai
pola yang sama pada siklus harian,
musimam atau tahunan.
PENGAMATAN LAPANGAN
35
11/09/2015
Lanjutan ……
• Evaluasi terhadap suatu baris pisometer yang dipasang
dengan benar dapat memberikan informasi mengenai
muka air, tekanannya dan tekanan ke atas (uplift) pada
titik-titik tertentu pada bendungan.
• Data pisometer juga dapat memberikan informasi
terhadap lokasi alur rembesan, tekanan air pori,
kehilangan tekanan, dan gradien hidraulis melalui suatu
media yang lulus air (porous) serta korelasinya dengan
muka air waduk terhadap waktu.
• Dengan menggunakan pengamatan atau pengujian lain
di lapangan, seperti mengunakan bahan pewarna atau
menginjeksikan suatu ”tracer”, temperatur dan bahan
kimia serta berbagai teknik geofisik, dapat ditentukan
lokasi tempat keluaran dan alur dari aliran rembesan.
INSTRUMENTASI
Bila masalah rembesan cukup kompleks, diperlukan
data instrumentasi untuk mengevaluasinya. Pada kasus
dimana rembesan baru terjadi, diperlukan penambahan
instrumentasi baru untuk menambahkan data instrumen
yang ada. Instrumen-instrumen yang perlu ditambahkan
dan dipasang di dekat bendungan untuk memantau
rembesan, antara lain berupa :
• Pisometer,
• Downhole flowmeter,
• Pengukur suhu (thermal probes),
• Downhole camera,
• Observation well,
• Alat ukur rembesan.
36
11/09/2015
37
11/09/2015
Lanjutan……
REMBESAN MELALUI TANAH DISPERSIF
• Tanah lempung alami dapat mengurai (disperse)
atau ”deflocculate” di dalam air murni (pure water).
Tanah jenis ini berpotensi thd. erosi internal, seperti
halnya erosi permukaan. Keruntuhan yang berkaitan
dengan tanah dispersif sering terjadi secara mendadak
dan disertai sedikit tanda-tanda.
• Tanah dispersif secara fisik tidak dapat dibedakan
dengan tanah tahan erosi dengan menggunakan
pengujian propertis rutin. Pengujian lapangan cara
gumpalan (crumb test) adalah suatu cara sederhana
untuk mengidentifikasi tanah dispersif dengan cepat.
• Pengujian khusus tanah dispersif juga perlu dilakukan
di laboratorium dengan hidrometer ganda. Pengujian
terbaik adalah dengan ”pin-hole” dan pengujian dengan
mengukur jumlah relatif dari garam yang terlarutkan di
dalam air pori tanah.
ANALISIS
DASAR ANALISIS REMBESAN
Desain chimney drain menggunakan hukum Darcy, Q = kiA . Hukum Darcy
juga digunakan untuk mengatasi masalah-masalah rembesan dan drainase
pada bendungan urugan. Contoh adalah menentukan permeabilitas yang
diperlukan atau penentuan drainase miring atau horisontal dari suatu
bendungan.
38
11/09/2015
Teori Dasar
• Aliran air merembes lewat, media porus dan jenuh air (lebih halus dari
butiran kerikil) selalu bersifat laminer :
Persamaan Darcy :
v = k.i
Q = v.A
i = dh/dl
dengan :
v adalah kecepatan rembesan
q adalah debit rembesan (m3/s);
i adalah gradien hidraulik (tanpa dimensi);
A adalah luas potongan yang ditinjau (m2);
k adalah koefisien permeabilitas (m/s).
dh adalah tinggi tekanan pisometrik (m)
dl adalah panjang garis aliran (m)
39
11/09/2015
40
11/09/2015
41
11/09/2015
42
11/09/2015
43
11/09/2015
Q=k h (Nf/Nd)
44
11/09/2015
45
11/09/2015
ANALISIS REMBESAN
32
30
28
Jarak (m)
26
3.7798e-005 m³/sec
24
22
20
18
-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70
Elevasi (m)
32
30
28
Jarak (m)
26
24
0.2 0.05
22
0.0
0.15
0.1
20
5
18
-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70
Elevasi (m)
46
11/09/2015
TINDAKAN PERBAIKAN
Begitu rembesan dievaluasi dan menunjukkan kondisi
yang serius, tindakan perbaikan harus segera
ditentukan. Bila kondisinya tidak serius, diperlukan
pemantauan rembesan mengenai perubahan debit
rembesan dan terbawanya butiran tanah.
47
11/09/2015
Lanjutan ……
48
11/09/2015
Lapisan filter yang didesain dan dikonstruksi dengan benar akan dapat
“menangkap” rembesan air waduk. Air rembesan tersebut mengalir dengan
bebas menuju suatu keluaran yang aman pada kaki hilir, tanpa membawa
butiran tanah. Bila rembesan melalui retakan, retakan tersebut harus
berakhir di permukaan filter dan aliran hanya melalui antar butiran tanah.
Lapisan filter harus cukup lebar, sehingga retakan tidak dapat berkembang
lebih lanjut serta mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengalirkan
aliran rembesan tanpa menimbulkan terjadinya tekanan air pori berlebih.
Lapisan filter juga dapat menurunkan muka air freatik yang memotong
lereng, sehingga dapat mengurangi potensi kerusakan akibat pembasahan
lereng (sloughing) dan kelongsoran lereng hilir.
49
11/09/2015
Namun, cara ini dianggap kurang efektif, dan pada dekade tahun 1980-an, cara ini telah
ditinggalkan, dengan alasan kesulitan untuk memadatkan di bagian sempit kupingan.
Cara ini juga terbukti tidak berhasil untuk mengurangi keruntuhan akibat erosi internal.
50
11/09/2015
• Paritan (cutoff);
• Paritan sebagian (partial cutoff);
• Dinding Halang (diaphragm wall)
• Selimut kedap hulu (upstream impervious blanket),
• Berm rembesan hilir (downstream seepage berm),
• Grouting.
51
11/09/2015
52
11/09/2015
53
11/09/2015
M.A.T
Pelindung Pipa
Slari tremi
galian bentonit
batuan
Potongan melintang
Potongan memanjang
Panjang panel
Denah
54
11/09/2015
55
11/09/2015
56
11/09/2015
57
11/09/2015
58
11/09/2015
Lanjutan …
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam dinding
halang, adalah :
• Pengaruhnya terhadap stabilitas timbunan akibat penggalian
disepanjang paritan slurry dan penggunaan lapisan lunak di
dalam bendungan (tanah-bentonit). Dinding kemungkinan
menjadi retak, bila tidak cukup plastis.
• Apabila telah dilengkapi dengan selimut lempung di hulu,
paritan diikatkan ke selimut lempung atau ditempatkan
melalui bendungan dan disatukan ke zona inti kedap air.
• Kemampuan untuk mengikat dinding halang terhadap
bangunan-bangunan fasilitas, seperti bangunan outlet,
penstock dan pelimpah.
• Keperluan untuk memperbaiki sambungan-sambungan panel
untuk memastikan sambungan yang kedap air di antara
elemen yang berdekatan.
• Keperluan untuk memindahkan porsi puncak bendungan
untuk menyediakan lebar konstruksi.
• Keperluan untuk penetrasi yang cukup ke dalam batas kedap
air.
Lanjutan…
4 SELIMUT KEDAP AIR HULU
• Selimut kedap air hulu dari bendungan dapat digunakan untuk
menyumbat dasar dan tepi waduk untuk mengurangi debit
rembesan dan tekanan di bawahnya.
• Selimut kedap air tersebut dapat juga berupa bahan sintetis,
namum harus dipertimbangkan kerugian-kerugiannya.
• Bila ada bagian selimut kedap tersebut yang terbuka saat
fluktuasi air waduk, maka bagian terbuka tersebut harus
dilindungi terhadap erosi dari gelombang, desikasi atau
pengeringan yang menyebabkan retakan, kerusakan mekanis
dan piping.
5 BERM HILIR
• Suatu berm hilir dapat digunakan sebagai tindakan perbaikan
melawan gaya-gaya rembesan dan tekanan uplift pada
bagian hilir bendungan. Suatu berm dapat mencegah
”blowout” meningkatkan berat isi material yang digunakan
untuk melawan tekanan uplift.
59
11/09/2015
60
11/09/2015
FILTER DIAPHRAGM
61
11/09/2015
62
11/09/2015
H...a...t...u...r
N...u...h...u...n
63