Psikologi Ibu Menyusui Kuliah d4 Kebidanan
Psikologi Ibu Menyusui Kuliah d4 Kebidanan
Psikologi Ibu Menyusui Kuliah d4 Kebidanan
A. MASA MENYUSUI
Masa menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu dan
bayinya. Pada masa inilah hubungan emosional antara ibu dan bayinya terjalin atau
yang disebut dengan bounding attachment.
Bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara ibu dan bayi baru lahir,
yang meliputi pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian. Selain itu, pengertian
bounding attachment adalah suatu proses dari suatu hasil interaksi terus menerus
antara ibu dan bayinya yang bersifat saling mencintai serta memberi keduanya
pemenuhan dan saling membutuhkan.
Proses ikatan batin antara ibu dan bayinya diawali dengan kasih sayang terhadap bayi
yang dikandung dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara ibu dan bayinya
berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain, keterkaitan atau ikatan batin
ini tidak dimulai saat kelahiran, tetapi ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan,
baik ibu maupun ayahnya telah berangan-angan tentang bayi mereka. Hal ini dapat
menimbulkan perasaan positif, negatif atau netral.
Sejalan dengan perkembangan pada beberapa bulan pertama kehidupa, ibu dan
bayinya saling mengadakan hubungan dan ikatan batin. Jika seorang ibu konsisten
dalam responnya terhadap kebutuhan bayi dan mampu menafsirkan dengan tepat
isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan terbentuk ikatan batin yang
kokoh. Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya dapat
mempengaruhi hubungan sepanjang masa.
Dengan periode yang cukup panjang, masa menyusui sangat baik bagi perkembangan
mental dan psikis anak. Ketika air susu mengalir dari payudara ibu, si anak akan
merasakan betapa besar curahan cinta, kasih sayang dan kehangatan yang diberikan
kepadanya.
B. ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU PADA MASA MENYUSUI
Periode postpartum atau periode menyusui menyebabkan stress emosional terhadap
ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua yaitu :
1. Respon dan dukungan dari suami, keluarga dan teman.
2. Hubungan antara pengalaman pertama melahirkan, harapan dan keinginan ibu
yang telah diangan-angankan selam hamil dengan keadaan yang dialami saat masa
menyusui.
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain (bagi kehamilan yang
lebih dari satu kali).
4. Pengaruh budaya / mitos-mitos yang berkembang di masyarakat seputar masa
manyusui.
Satu atau dua hari post partum, ibu cenderung akan mengalami pasif dan tergantung.
Ia hanya menuruti nasehat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman
persalinan. Periode ini diuraikan oleh Rubin terjadi dalam tiga tahap, yaitu taking in,
taking hold dan letting go.
1. Taking In
a. Periode ini terjadi satu sampai dua hari setelah melahirkan. Ibu pada umumnya
bersifat pasif dan tergantung, perhatiannya masih tertuju pada kekhawatiran akan
penampilan dirinya terutama bagian tubuhnya.
b. Ibu akan mengulang-ulang membicarakan pengalamannya saat bersalin dan
melahirkan.
c. Tidur tanpa ganguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian kondisi ibu
tidak berlangsung normal
2. Taking Hold
a. Berlangsung antara dua sampai empat hari postpartum, ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab
terhadap bayinya.
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (kebutuhan eliminasi).
c. Ibu berusaha keras untuk mengusai ketrampilan merawat bayi misalnya
menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam
melakukan hal tersebut, sehingga cenderung menerima nasehat dari bidan karen ia
terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
3. Letting Go
a. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab tentang perawatan bayi.
c. Pada periode ini mungkin terjadi depresi postpartum.
Namun begitu, masa nifas atau masa menyusui ini bukanlah hal yang mudah bagi ibu.
Masa ini termasuk masa yang paling sensitif dalam kehidupan ibu, baik secara fisik
maupun emosional, begitu ibu mulai menyusui, mereka akan di uji dengan segala hal
yang berada dalam diri dan lingkungannya.
Tak jarang selama masa menyusui muncul kekhawatiran dan keraguan dalam pikiran
ibu. Pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang boleh dan tidak boleh, bagaimana
menyusui saat sakit, atau cara mengawetkan ASI, kerap muncul sebagai reaksi
kekhawatiran ibu. Jika pada masa ini ibu tidak dapat beradaptasi, maka akan timbul
masalah psikologi yang dapat terjadi pada masa menyusui, diantaranya :
a. Depresi Postpartum
Banyak ibu yang mengalami perasaan let down setelah melahirkan sehubungan
dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan
mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak umumnya, depresi ini sedangkan
dan mudah berubah dimulai dua sampai tiga hari setelah melahirkan yang dapat diatasi
satu sampai dua minggu kemudian.
b. Post Partum Blues/Baby Blues
Kondisi ini adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dan ke 10
setelah persalinan yang terjadi 80 % pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi ini
adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, serta perasaan sedih
dan sendiri ada beberapa faktor yang berperan menyebabkan kondisi ini yaitu :
(1) Perubahan kadar kormon.
(2) Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri persalinan).
(3) Kecemasan setelah pulang dari tempat bersalin.
(4) Menyusui ASI.
(5) Perubahan pola tidur.
Tidak ada perawatan khusus untuk postpartum blues, jika tidak ada gejala yang
signifikan. Empati dan dukungan keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala
tetap ada lebih dari 2 minggu diperlukan bantuan professional.
c. Kesedihan dan Duka Cita
Proses kehilangan menurut Klaus dan Kennell (1982) meliputi tahapan :
(1) Shock (lupa peristiwa)
(2) Denial (penolakan terhadap bayi)
(3) Depresi
(4) Equilibrium dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi
kesedihan yang kronis)
(5) Reorganization (dukungan mutual antar orang tua)
C. PERUBAHAN PADA MASA MENYUSUI
Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa perubahan pada tubuh maupun
emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan merasa khawatir akan
perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu memahami apa saja perubahan
yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali tanda bahaya secara dini.
1. Rahim
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan
dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan
rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum
hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah
pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti
semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis
putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan
selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya, senam nifas akan sangat
membantu mengencangkan kembali otot perut.
Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu prosesdimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi danretraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaranplasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis – Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen danprogesteron.
4. Efek Oksitosin – Oksitosin menyebabkan
terjadinya kontraksidan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah keuterus. Proses ini membantu
untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelumhamil. Perubahan-
perubahan normal pada uterus selamapostpartum adalah sebagai berikut:
Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masanifas.
d. Bayi mulai bergerak kea rah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran,
degan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat ibu, menghentak-hentakan kepala ke
dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri, serta menyentuh dan meremas daerah putting
susu dan sekitarnya dengan tangannya mungil.
e. Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar dan melekat
dengan baik.
(Utami Roesli, 2008)
8. Faktor-faktor pendukung Inisiasi Menyusu Dini
a. Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan
b. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi menyusu dini
c. Tempat bersalin dan tenaga kesehatan
9. Penghambat Inisiasi menyusu Dini
Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan
kulit bayi :
a. Bayi kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu.
Menakjubkan suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit juka bayi
diletakkan di dada ibu. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk memeluk bayinya
segera setelah lahir. Keduanya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi
menyusu dini membantu menenangkan ibu.
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan.
Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencpai payudara dan
menyusu dini.
Kegiatan merangkak mencari peyudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah
bagian bawah tubuh ibu.
e. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea)
harus segera diberikan setelah lahir
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh- kembang bayi. Selain sebagai imunisasi
pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan
mematangkan dinding usus yang masih muda.
DAFTAR PUSTAKA
Dariyo, Agoes, 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung :
PT. Refika Aditama
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBPSP.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/MENKES/SK/IV/2004
Varney, Helen, Jan. M Kriebs dan Carolyn L. Gegor. 2002. Buku Saku Bidan. EGC :
Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa (Editor), 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.