Kel 13 Teori Kepemimpinan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan
diteliti oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan
pula oleh masyarakat pada umumnya. Meskipun telah banyak teori
kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu teori pun yang dirasakan
paling sempurna.
Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan tentang
kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah mencoba
membuat batasan tentang pengertian tersebut. Kepemimpinan merupakan
sesuatu yang penting bagi manajer. Para manajer merupakan pemimpin (dalam
organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak perlu menjadi manajer.
Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sadangkan manajemeni
lebih berhubungan dengan efisiensi.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan para
pengikut/ bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para
pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya, dan bangkitlah secara
spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Pemimpin ada dua yaitu pemimpin
formal, yaitu orang yang oleh organisasi ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan
dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan
denganya untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin informal, yaitu orang
yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin; namun
karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai
orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok
atau masyarakat.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematik dari tiga bab, yaitu
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang, Rumusan masalah,
Tujuan penulis, Sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari Pengertian Kepemimpinan, Fungsi
Kepemimpinan, Sifat Kepemimpinan, Pengembangan Teori Kepemimpinan
Bab III : penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TEORI KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Davis (1977) mengartikan, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mengajak orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan
penuh semangat. Kepemimpinan menurut Mulyasa (2003) adalah kegiatan
untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan untuk pencapaian tujuan
bersama atau organisasi. Menurut Ary H. Gunawan (1996) kepemimpinan
adalah gaya atau proses mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang
untuk mengarahkan usaha bersama, guna mencapai suatu sasaran/tujuan
yang telah ditetapkan.
Sementara Oteng Sutisna (1993) dalam bukunya merumuskan bahwa
kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau
kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
Koont dan Donnel (1982), mengartikan kepemimpinan sebagai suatu seni
dan proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mereka mau bekerja
dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok. Terry (1954)
mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-
orang agar bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pengertian yang lain Carter V. Good memberikan penjelasan
pengertian yang lebih luas lagi mengenai apa sebenarnya hakikat
kepemimpinan itu dalam dua batasan yang menurutnya, kepemimpinan
tidak lain dari pada kesiapan mental yang terwujudkan dalam bentuk
kemampuan seseorang untuk memberikan bimbingan, mengarahkan dan
mengatur serta menguasai orang lain agar mereka berbuat sesuatu, kesiapan
dan kemampuan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan
sebagai juru tafsir atau pembagi penjelasan tentang kepentingan, minat,
kemauan cita-cita atau tujuan-tujuan yang diinginkan untuk mencapai oleh
sekelompok individu.
Dengan demikian, hakekat kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan
pendidikan. Disini nampak bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi di
dalam kepemimpinan pendidikan adalah (1) pengikut, (2) tujuan, dan (3)
kegiatan mempengaruhi. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang
anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik
kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat
tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya. Peran
pemimpin dalam lembaga pendidikan sebagai figur sangat diperlukan
dalam mengambil kebijakan dan keputusan sehingga berbagai persoalan
dapat diatasi dalam keadaan yang paling rumit pun.

B. Fungsi Kepemimpinan
Menurut M. Karjadi, seorang pemimpin itu harus mempunyai beberapa
macam fungsi yang harus dilaksanskan seperti:
1. Fungsi Perencanaan
Oleh karena pekerjaan seorang pemimpin itu terdiri dari banyak
tindakan-tindakan yang berlainan dan berubah-ubah, maka guna
kelanjutan kegiatan-kegiatan itu ia harus membuat perencanaan, yang
terus-menerus, bukan saja perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasinya, tetapi juga rencana bagi diri sendiri selaku pemimpin dan
penanggung jawab berhasilnya seluruh pekerjaan.
2. Fungsi Memandang ke Depan
Pemimpin harus senantiasa memandang ke depan, seorang pemimpin
harus memiliki pemikiran dan pengelihatan yang mampu meneropong
apa yang akan terjadi dan kemampuan untuk melihat ke depan segala
kemungkinan yang akan terjadi.
3. Fungsi Pengembangan Loyalitas
Dalam hal ini pengembangan loyalitas atau kesetiaan para pembantu
dan pengikut kepada pemimpin dan organisasi, bahkan hal ini
merupakan tanggung jawab yang tidak kecil. Seorang pemimpin harus
mampu menciptakan rasa cinta, rasa hormat, dan kepercayaan kepada
organisasinya, kelompok dan pemimpin serta tugas dan pekerjaannya.
4. Fungsi Perencanaan Terhadap Pelaksanaan Rencana
Fungsi kepemimpinan selain membuat rencana juga mengawasi apakah
betul-betul rencana itu dilaksanakan sebagaimana mestinya sampai
tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Pengawasan ini harus
dibulatkan rencana tersendiri, sehingga segala sesuatu dapat berjalan
lancar dan tidak akan ada hal-hal yang sampai dilupakan.
5. Fungsi Mengambil Keputusan
Dalam pengambilan keputusan itu harus sesuai dengan luas serta
besarnya organisasi, wilayah dan masalah, harus diperhatikan metode
dan teknik tertentu supaya tidak saja dapat di ambil keputusan yang
tepat atau memuaskan, melainkan dengan lancar dan cepat.
6. Fungsi Memberi Anugerah
Sebagai pemimpin haru senantiasa aktif mengawasi dan juga penuh
perhatian terhadap segala kegiatan para anggotanya dalam organisasi
yang dipimpinnya. Dan juga dapat membesarkan hati para anggotanya
yang rajin dan giat dalam bekerja.

C. Sifat-sifat Kepemimpinan
George R. Terry dalam bukunya “Principles of Managemen”, menuliskan
sepuluh sifat kepemimpinan yang unggul, yaitu:
1. Kekuatan
Kekuatan badaniah dan rohaniyah merupakan syarat pokok bagi
pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang
lama serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi-situasi yang sering
tidak menentu.
2. Stabilitas emosi
Pemimpin yang baik itu pemimpin yang memiliki emosi yang stabil.
3. Pengetahuan tentang relasi insane
Pemimpin diharapkan memiliki pengetahuan tentang sifat, watak dan
perilaku anggota kelompoknya, agar ia bisa menilai kelebihan dan
kelemahan dari pengikutnya, yang disesuaikan dengan tugas-tugas atau
pekerjaan yang akan diberikan pada masing-masing individu.
4. Kejujuran
Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu:
jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.
5. Objektif
Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih,
supaya objektif.
6. Dorongan pribadi
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul
dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat
hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada
kepentingan orang banyak.
7. Keterampilan berkomunikasi
Pemimpin diharapkan mahir dalam menulis dan berbicara, selain itu
juga harus mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap
esensi pernyataan orang luar, mudah memahamimaksud para
anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber
tenaga manusia, dan mahir dalam mengintegrasikan berbagai opini serta
aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan
keseimbangan.
8. Kemampuan mengajar
Pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik. Yang
dituju adalah agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan
loyalitas, dan partisipasinya.
9. Keterampilan social
Dalam hal ini, pemimpin harus bersikap ramah, terbuka, dan mudah
dalam menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-
mempercayai. Selain itu, juga harus menghargai pendapat orang lain,
untuk bisa memupuk kerja sama yang baik dalam suasana rukun dan
damai.
10. Kecakapan teknis atau kecakapan material
Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kamahiran teknis
tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana,
mengelola, menganalisa dan memperbaiki situasi yang tidak mapan.

D. Syarat-syarat Kepemimpinan
Syarat melakukan kepemimpinan ini mengandung arti bahwa pemimpin
mengetahui dirinya sebagai seorang yang dapat dan memenuhi keinginan-
keinginan dari kelompok, membantu dalam kondisi –kondisi kerja yang
diinginkan, membantu mencapaikan tujuan-tujuan yang realistis, dan
mendorong kelangsungan hidup dan pengaruh kelompok. Syarat-syarat
kepemimpinan yaitu meliputi:
1. Sebuah organisasi membantu tercapainya kepemimpinan.
2. Peran pemimpin dalam organisasi dirumuskan dengan jelas.
Penerimaan peran pemimpin oleh pemimpin dan mereka yang langsung di
atas dan dibawahnya dalam struktur organisasi.
E. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seseorang pemimpin
yang khas pada saat mempengeruhi anak buahnya, apa yang dipilih
pemimpin untuk di kerjakan, cara pemimpin bertindak dalam
mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.
Untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji dari tiga
pendekatan utama yaitu:
1. Pendekatan sifat
Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat
seseorang berhasil. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu
merupakan pusat kepemimpinan.kepemimpinan di pandang sebagai
sesuatu yang mengandung banyak unsur individu, terutama pada sifat-
sifat individu.
2. Pendekatan Perilaku
Studi ini memfokuskan dan mengidentikasi perilaku yang khas dari
pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain(pengikut).
Pendekatan perilaku kepemimpinan banyak membahas keefektifan
gaya kepemimpinan yang di jalankan oleh pemimpin.
3. Pendekatan Situasional
Pendekatan Situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku,
keduanya menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi tertatntu.
Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi dari pada
sebagai kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas yang timbul
karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.
F. Pengembangan Teori Kepemimpinan
1. Teori Bakat (Trait Theory)
Teori bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin
(pemimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka
mempunyai krakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari
orang lain (Marquis dan Huston, 1998). Teori ini disebut juga sebagai
Great Man Theory. Banyak penelitian terhadap riwayat kehidupan
untuk menguji teori ini. Teori bakat mengabaikan dampak atau
pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi, dan lingkungan lainnya,
tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorag dapat
dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir. Teori ini
mengidentifikasi karakteristik umum tentang inteligensi, personalitas,
dan kemampuan (perilaku).

Ciri-ciri Pemimpin menurut Teori Bakat


Intelegensi Kepribadian Perilaku
Pengetahuan Adaptasi Kemampuan bekerja sama
Keputusan Kreatif Kemampuan
interpersonal
Kelancaran Kooperatif Kemampuan diplomasi
berbicara
Siap/ siaga Partisipasi sosial
Rasa percya diri Prestise
Integritas
Keseimbangan emosi
dan mengontrol
Independen
Tenang
2. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih nmenekankan pada apa yang dilakukan pemimpin
dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku
sering dilihat sebagai suatu rnetang dan perilaku otoriter ke demokratis
atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal
(1994), teori perilaku ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan
seorang manajer dalam suatu organisasi.
Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau
tersendiri. Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari si
ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan.
Gaillies (1996) menyatakn bahwa gaya kepemimpinan dapat
diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dala
kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya
kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan berbeda-
beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang
dapat diterapkan dalam suatu organiasai antara lain sebagai berikut.
1. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H.
Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat
dijealskan melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan
berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada
bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer,
faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin
memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding dengan kepentingan individu,
maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika
bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan
menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat
menerapkan gaya partisipasinya.
2. Gaya kepemimpinan menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam empat sistem.
a. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,
memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman.
Komunikasi yang dilakukan bersifat atau arah ke bawah
(top-down).
b. Sistem Benevolent-Otoritaif (Authoritative)
Pemimpin mempercayai bawahan sapai pada tingkat
tertentu, meotivasi bawahan dengan ancaman atau
hukuman tetapi tidak selalu, dan membolehkan
komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun
dalam pengambilan keputusan masih melakukan
pengawasan yang ketat.
c. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar
terhadap bawahan. Pemimpin menggunakan balasan
(intensif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-
kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik
yang dibuat oleh bawahan.
d. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya
terhadap bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan,
serta menggunakan intensif ekonomi untuk memotivasi
bawahan. Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan
bawahan sebagai kelompok kerja.

3. Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y


Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam
bukunya The Human Side Enterprise (1960). Dia
menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu
organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua kutub utama,
yaitu sebagai Teori X dan Y. Teori X mengasumsikan bahwa
bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cnederung menolak
perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin.
Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu
mendiri, mampu mengawasi diri, mapu berimajinasi, dan
kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya kpemimpinan dibedakan
menjadi empat macam.
a. Gaya kepemimpinan diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan
menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman
dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori
X.
b. Gaya kepemimpinan otokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama
dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya
agak kurang. Segala keputusan berada di tangan
pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari
Teori X.
c. Gaya kepemimpinan demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam
pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan
cara musyawarah. Gaya kepemipinan ini pada dasarnya
sesuai dengan Teori Y.
d. Gaya kepemimpinan santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena
segala keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya
kepemimpan ini sesuai dengan Teori Y (Azwar, 1996).
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasrakan teori motivasi pengharapan, Robert House
mengemukakan empat gaya kepemimpinan.
a. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang
bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi
pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha mendektakan diri kepada bawahan
dan bersikap ramah terhadap bawahan.
c. Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukkan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuha keputusan.
d. Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menentang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai
tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin.
5. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
Berikut adalah beberapa gaya kepemimpinan menurut
Hersey dan Blanchard (1997) dan ciri-ciri pada tiap gaya
kepemimpinan tersebut.
a. Instruksi
1) Tinggi tugas dan rendah hubungan
2) Komunikasi sejarah
3) Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan
peran bawahan sangat minimal
4) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau
instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat
b. Konsultasi
1) Tinggi tugas dan tinggi hubungan
2) Komunikasi dua arah
3) Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan cukup besar, bawahan diberi
kesempatan untuk memberi masukan, dan menapung
keluhan
c. Partisipasi
1) Tinggi hubungan tapi rendah tugas
2) Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi
gagasan dalam pengambilan keputusan
d. Delegasi
1) Rendah hubungan dan rendah tugas
2) komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan
pendelegasian antara pemimpin dan bawahan dala
pengabilan keputusan pemecahan masalah.
6. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan K. White, terdapat tiga gaya
kepemimpinan yaitu: otoriter, demokrasi dan liberal yang
mulai dikembangkan di Universitas Iowa.
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
2) Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
3) kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
4) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan
kepada bawahan
5) Pengawasan terhadap siakp, tingkah laku, perbuatan
atau kegiatan para bawahan dilakukan secra ketat
6) Prkarsa harus selalu berasal dari pimpinan
7) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk
memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
8) Tugas-tugasbawahan dibeirkan secara instruktif
9) Lebih banyak kritik daripada pujian
10) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan
tanpa syarat
11) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
12) cenderung adanya paksaan, sancaman dan hukuman
13) Kasar dalam bersikap
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya
dipikul oleh pimpinan.
b. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan
dalam mempengaruhi ornag lain gara bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan
bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain:
1) Wewenang pimpinan tidak mutlak
2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian
wewenang kepada bawahan
3) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan
bawahan
4) Komunikasi berlangsung timbal balik
5) Pengawasan dilakukan secara wajar
6) Prakarsa dapat datang dari bawahan
7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk
menyampaikan saran dan pertimbangan
8) Tugas-tugasyang kepada bawahan lebih bersifat
permintaan daripada instruktif
9) Pujian dan kritik seimbang
10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para
bawahan dalam batas masing-masing
11) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
12) Pimpinan memperhtaikan perasaan dalam bersikap
dan bertindak
13) Terdapat suasana saling percaya, saling
menghormati, dan saling menghargai
14) Tanggung jawab keberhaislan organisasi ditanggung
bersama-sama.
c. Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah
kemapuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara lebih
banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan
kepada bawahan.
Ciri gaya kepemimpinan natar lain:
1) Pemimpin melimpahkan wewenang spenuhnya
kepada bawahan
2) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
3) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan
oleh bawahan
5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku
bawahan
6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan
kelompok
9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan
kelompok
10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul
oleh perorangan.
7. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan
wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat.
a. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
atau pekerjaan. menggunkan kekuasaan posisi dan
kekuatan dala pimpinan. Pemimpin menentukan semua
tujuan yang akan diacapai dalam pengambilan
keputusan. Informasi diberikan hanya pada kepentingan
tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan
hukuman.
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan
kemampuan setiap sifat. menggunakan kekuasaan posisi
dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf,
memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri.
membuat rencana dan pengontrolan dala penerapannya.
informasi dibeirkan seluas-luasnya dan terbuka.
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis,
yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis
masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut
pada bawahannya. pemimpin meminta saran dan kritik
staf serta mempertimbangkan respons staf terhadap
usulannya. keputusan akhir yang diambil bergantung
pada kelompok.
d. Bebas tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan
sendiri kegiatan tanpa pengarahan. staf/bawahan
mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri.
pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan
pengadilan secara minimal.
3. Teori Kontingensasi dan Situasional
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengombinasi antara faktor bawaan,
peilaku, dan situasi. Tannenbaum dan Schmid (1983) menekankan
bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis
diperlukan oleh manajer. Unsur utama manajer adalah kemempuan
manajer dan penghargaan kepada kelompok, bergantung pada situasi
suatu organisasi. Fielder (1967) mengaskan bahwa gaya kepemimpinan
yang paling tepat adalah ideal dengan situasi. Dia menegaskan bahwa
hubungan antara kelompok manajer dan pegawai merupakan unsur
yang penting dalam menilai sebagai manajer yang baik.
Mouton dan Blake (1964) mengembangkan sutau bagan bahwa manajer
mengendalikan tentang produktivitas, tugas, orang dan hubungannya.
Pada masing-masing bagan tersebut diberikan penilaian dari rentang
yang sangat tinggi ke rentang yang sangat rendah.
Fokus mode manajemen ini menekankan pada perilaku manajer yang
menekankan pada produkis dan manusia. Dalam sebuah kelompok,
perlu adanya komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi;
kompetisi antar anggota kelompok dapat dikurangi; dan komunikasi
serta adanya kebersamaan yang dapat ditingkatkan, sehingga akan dapat
dicapai tujuan organisasi yang optimal.
4. Teori Kontemporer (Kepemimpinan dan Manajemen)
Teori ini menekankan pada empat komponen yang penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta
lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen
serang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu
didukung oleh teori motivasi, interaksi dan teori transformasi.
5. Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: 1. Maslow, 2.
Aldeter, 3. Herzberg, 4. McCelland dan 6. V. Vroom.Tabel 4.3
menggambarkan perbandingan beberapa teori motivasi yang diyakini
dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan
kesehatan.

Tabel 4.3 Perbandingan beberpa teori motivasi berdasarkan isinya


(content)
Teori Penjelasan
Hieraki kebutuhan (Maslow) Fisiologis = gaji pokok
Aman = perencanaan yang reguler (gaji)
Kasih sayang = kerja sama secara tim
Harga diri = pencapaian posisi
Aktualisasi = tantangan dalam bekerja
Teori ERG (Clayton Alderfer) E = Exsistence (fisiologis)
R = Relatedness (kasih sayang)
G = Growth (harga diri dan aktualisasi)
Teori dua faktor (Frederich Motivators = kepuasan kerja
Herzberg) Hygiene = lingkungan yang kondusif
Teori belajar (McClelleand) Affiliation = bersahabat
Power = memerntah orang lain
Achievement = suka tantagan, kompetisi
dan menyelesaikan masalah secara detail.

Tabel 4.4 Perbandingan beberpa teori motivasi berdasarkan prosesnya


Teori Penjelasan
Teori keadilan (Adams) Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan
terhadap karyawan
Teori harapan (Georgropaulos Rumus:
Moheny, Jones dan Vroom) M = Job Outcomes x valences x
Expectancy x Instrumentality

Job Outcomes: penghargaan (promosi,


kenaikan gaji, dan pengakuan)
Valences: Keinginan/ perasaaan berhasil
Expetancy: Kemungkinan berhasil dengan
kerja keras
Instrumentality: Keyakinan akan berhasil
berdasarkan kerja keras dan situasi
Teori penguatan (B.F. Skinner) Stimulus – Respons – Konsekuensi
Teori belajar (McClelleand) Tujuan yang harus dicapai oleh suatu
organisasi

Motivasi akan menjadi suatu masalah apabila tiga hal tidak dapat
terpenuhi. Tiga hal tersebut adlaah pembagian tugasyang tidak jelas,
hambatan dalam pelaksanaan, dan kurang/ tidak adanya penghargaan.

Tabel 4.5 Masalah motivasi dna solusinya


Masalah Motivasi Potensial Solusi
Pembagian tugasyang tidak jelas Penjabaran job descripption
(desain pekerjaan) Penjabaran standar pelaksanaan
Tujuan
Umpan balik pelaksanaan
Hambatan dala pelaksanaan Seleksi karyawan yang baik
(resources) Penyusunan ulang penugasan
Menciptakan lingkungan yang sehat (aman
dan nyaman, gaji, waktu istirahat, peralatan
yang lengkap dll)
Kurang atau tidak adanya Reinforcement
penghargaan (rewards) Penghargaan secara adil
Peningkatan kualitas karyawan
Peningkatan harga diri dan pemberian peran
Peningktatan kerja sama antar karyawan
dan atasan
Dukungan organisasi yang kurang Kebijakan yang mendukung perubahan.
(kebijaksanaan, kepemimpinan). penerapan kepemimpinan yang sesuai dan
Budaya oragnisasi visi dan misi organisasi yang jelas

6. Teori Z
Teori dikemukakan oleh Ouchi (1981). teori ini merupakan
pengembangan teori y dari mcgregor (1460) dan mendukung gaya
kepemimpinan demokratis. Komponen teori z meliputi pengambilan
keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai keahliannya,
menekanpada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat, dan
pendekatan yang holistik terhadap staf. Teori ini lebih menekankan
pada staf dibandingkan dengan kualitas produksi, sehingga di amerika
teori ini masih banyak yang diperdebatkan.
7. Teori Interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya
dan berkembang secara dinamis. sistem tersebut diaggap suatu sistem
yang terbuka jika terjadi adanya perubahan energi dan informasi dengan
lingkungan. Asumsi teori ini sebagai berikut.
1. Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. mereka
mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu
pekerjaan.
2. Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan
waktu.
3. Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula
4. Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas
yang harusdiselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman dan
motivasi
5. Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dala setiap
situasi
Hollander (1978) mendukung teori tersebut. Ia menekankan bahwa
antara peran pemimpin dan staf dipengaruhi oleh perang yang lainnya.
Dia menekankan bahwa pimpinan adalah sebagai proses dua arah yang
dinais. Dia menekankan tiga dasar komponen yang terlibat dalam
perubahan pimpinan, yaitu:
1. pemimpin, termasuk personalitas pemimpin, persepsi, dan
kemampuannya
2. staf, termasuk personalitas, persepsi, dan kemampuannya
3. lingkungan/ situasi dimana pimpinan dan staf berfungsi, termasuk
norma kelompok yang baik formal maupun informal, ukuran,
kekuatan, dan ciri-ciri yang lainnya.

Menurut Holander (1978), pemimpin yang efektif memerlukan


kemampuan untuk menggunakan proses penyelesaian masalah,
mempertahankan kelompok secara efektif, mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik, menunjukkan kejujuran dalam memimpin,
kompeten, kreatif dan kemampuan mengembangkan identifikasi
kelompok.

G. Teori Pembentukan Kepemimpinan


Berdasarkan pengalaman kajian empirik dan analisa para ahlia ada tiga
teori tentang timbulnya kepemimpinan yaitu:
1. Teori Genetik, dimana seseorang telah ditakdirkan untuk memiliki
bakat-bakat kepemimpinan sejak ia dilahirkan sebagai suatu keturunan
menurut kodrat alam.
2. Teori Sosial, yaitu seseorang bisa menjadi pemimpin apabila ia
dididik dan diberi pengalaman tentang kepemimpinan.
3. Teori Ekologis, teori ini lahir sebagai respon terhadap kedua teori diatas
dimana seseorang akan menjadipemimpin yang baik, apabila sejak lahirnya
dikaruniai bakat kepemimpinan yang dikembangkan secara teratur dan
pengalaman-pengalaman kerja sehingga bakatnya berkembang menjadi
kepribadiannya.
Sebenarnya untuk lahirnya seorang pemimpin yang jitu, dapat
memenuhi seluruh persyaratan yang diharapkan sukar sekali. Juga untuk
memperoleh seorang pemimpin itu tidak mudah, begitu saja dicetak atau
diproduksi dibangku sekoloah/pendidikan tetapi kematangan seorang
pemimpin itu akan dipengaruhi oleh :
1. Nilai-nilai dan sikap pribadi.
2. Pengetahuannya.
3. Kecerdasannya.
4. Komunisakasi dan ekologi yang memperhatikan adanya interaksi antara
lingkungan dan manusia itu baik lingkungan biologis, sosial maupun
fisik.
Ukuran sejati seorang pemimpin ialah kesangguapannya dalam
mendapatkan orang-orang lain bertindak, untuk membantu hasil-hasil yang
akan dituju. Dasar pemimpin yang baik ada tiga 3. Dugaan yang menjadi
faktor utama dalam kemajuan yaitu :
1. Seseorang bisa mendapatkan salah satu sumber kepuasan yang tak
terhingga misalnya didalam pekerjaannya yang dilakukannya.
2. Dapat menciptakan syarat-syarat yang akan membantu bawahannya
mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan.
3. Orang-orang ingin memikul tanggung jawab. Efektifitas pemimpin
akan langsung berhubungan dengan mutu keputusan-keputusan yang
diambilnya. Dengan cepat mencapai sasaran yang telah ditetapkan,
tanpa adanya penghamburan baik biaya maupun teknis-teknis
penyelenggaraan.
Dalam hal kemasakan kepemimpinan itu seseorang akan ditentukan
oleh suatu tingkat dmana terdapat pendewasaan dirinya dengan kesadaran
penghayatan serta berminat mempelajari segala sesuatu kekurangannya.
Dalam hal ini akan Nampak sesuatu kewibawaan serta kedewasaan apabila
pada suatu waktu ia mengenai persoalan, maka nampaklah pada dirinya
suatu sikap kematangan emosional yang dapat menguasai jiwanya dalam
berbuat sesuatu, seperti:
1. Pandangan yang terarah pada persoalan yang dihadapi dengan kesiapan
untuk menyelesaikannya.
2. Kepercayaan akan kemampuan untuk dihadapi dengan antusias untuk
dirinya.
3. Rasa tanggung jawab atas perbuatannya.
4. Dasar pertimbangan yang objektif dan tidak meragukan.
5. Mau melakukannya dengan melakukan pengorbanan yang terjadi pada
dirinya.
6. Serta kewibawaan yang memancar pada dirinya dimana orang-orang
merasa hormat dan segan kemampuan.
Arti kepemimpinan yang efektif adalah sikap atas sikap dan perilaku
bawahan. Sehingga ia dalam sikap serta perbuatannya tidak ada yang tercela
serta percaya akan kemampuan yang ada pada dirinya. Dalam hubungan
kemanusaiaan, serta pemimpin dan bawahannya atau dengan para
pemimpin yang lainnya hal itu terjadi sebagai pelajaran manusia sosial.
Dimana harus disadari bahwa manusia tidak bisa hidup menyendiri terlepas
dari yang lainnya. Yang jelas ia pasti akan membutuhkannya. Apalagi bagi
seseorang yang dinamakan pemimpin itu harus mengadapi para
bawahannya, mereka sebagai manusia mempunyai perasaan yang sama.
Hubungan-hubungan sosial adalah hubungan-hubungan batin yang
senantiasa terjadi dengan spontan apabila ada sejumlah manusia berada
bersama-sama disuatu tempat atau sewaktu-waktu, maka sadar maupun
tidak hubungan ini akan terdapat. Sebab hakikat manusia itu adalah
merupakan jalinan individualitas dan makhluk sosial. Kita harus
mengetahui hal ikhwal pembantu-pembantu yang dekat, mereka nanti akan
mencontoh, dengan demikian sikap dan cara pemimpin akan ditiru
dilapisan-lapisan bawah.
Semua fungsi ini harus bisa diketahui oleh seorang pimpinan, ia tidak
bisa mengelakan dirinya bahwa dirinya tidak tahu semua itu. Ia bukan
ditentukan oleh posisinya tapi oleh fungsinya sebagai pemimpin serta
kompetensi kepemimpinan yang dimilikinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Dalam sebuah organisasi keberadaan pemimpin memang sangat penting
karena pemimpin sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan suatu
organisasi. Oleh karena itu, setelah pembaca memahami isi makalah yang
dibuat, penulis berharap teori dalam kepemimpinan bisa di
implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Argyris, C. 1964. Integrating the Individual and the Organisation. New York: Wiley

Hubner, D.L. 2006. Leadership and Nursing Care Management. Edisi 3. Philadelphia:
Saunders.

________.2007. Manajemen Keperawatan: Penerapan dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Wesley.

Ukas Maman , Manajemen Konsep, Prinsip dan Aplikasi, 2004, Agnini Bandung.

M. Karjadi, Kepemimpinan ( Leadership ), Bogor, 1987.

Drs. Soeharto Rujiatmojo, Ikhtisar Kepemimpinan Dalam Administrasi Negara Di Indonesia, 1984,
Jakarta.

Dr. Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
1998.

Dr. Winardi, SE, Asas-Asas Manajemen, Bandung, Alumni, 1979.

Anda mungkin juga menyukai