Spesifikasi Teknis Pembangunan SPAM
Spesifikasi Teknis Pembangunan SPAM
Spesifikasi Teknis Pembangunan SPAM
SPESIFIKASI TEKNIS
SNI 03-2828-1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus BAB - VI
pasir
SNI 03-2832-1992 Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum.
SNI 03-2914-1992 Spesifikasi beton bertulang kedap air
SNI 03-3402-1994 Metode pengujian berat isi beton ringan struktural
SNI 03-3407-1994 Sifat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan sodium
sulfat .
SNI 03-3422-1994 Metode pengujian batas susut tanah
SNI 03-3423-1994 Metode pengujuan analisis ukuran butir tanah dengan alat
hidrometer
SNI 15-2049-1994 Semen Portland
SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan dan pengecoran beton
SNI 15-3758-1995 Semen adukan pasangan
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat.
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% kehalusan untuk agregat.
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin untuk
tulangan beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton.
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan
agregat ringan.
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung tanah
dengan beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang struktural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan
beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen
SNI 03-6861.2-2002Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi motar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat
BAB - VI
(2) Bagian atas tanah tanaman harus tersendiri digali sampai kira-kira
kedalaman 20 cm dan ditimbun di satu tempat yang layak, agar dapat
digunakan lagi.
(3) Pembersihan dan pengupasan di luar batas daerah pekerjaan tidak
diberikan pembayaran kepada Penyedia, kecuali pekerjaan tersebut
atas permintaan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Bila dinyatakan dalam syarat-syarat khusus atau diperintahkan oleh
Direksi Teknis/Lapangan bahwa pepohonan rindang dan tanaman
ornamen tertentu akan dipertahankan, maka pepohonan/tanaman
tersebut harus dijaga betul dari kerusakan atas biaya Penyedia.
(5) Pepohonan yang harus disingkirkan, harus ditebang sedemikian rupa
dengan tidak merusak pepohonan/tanaman lain yang dipertahankan,
semua pohon, batang pohon, akar dan sebagainya harus dibongkar
dengan kedalaman minimal 20 cm di bawah permukaan tanah asli dari
permukaan akhir (ditentukan oleh permukaan mana yang lebih
rendah). Bersama-sama dengan seluruh jenis sampah dalam segala
bentuknya harus dibuang pada tempat yang tidak terlihat dari tempat
pekerjaan menurut cara yang praktis atau dikubur.
(6) Seluruh kerusakan termasuk pagar, yang terjadi pada saat
pembersihan, harus diperbaiki oleh Penyedia atas tanggungannya
sendiri. Bila akan dilakukan pembakaran hasil penebangan, Penyedia
harus memberitahukan kepada penghuni terhadap milik-milik yang
berbatasan dengan pekerjaan minimal 48 jam sebelumnya. Penyedia
akan selalu bertindak sesuai dengan peraturan pemerintah yang
berlaku mengenai pembakaran di tempat terbuka.
(7) Pada pelaksanaan pembersihan, Penyedia harus berhati-hati untuk
tidak mengganggu setiap patok-patok pengukuran, pipa-pipa atau
tanda-tanda lainnya. Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini
mencakup penyediaan peralatan, tenaga dan pembuangan bahan-
bahan sisa dibebankan kepada Penyedia dan dikerjakan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
2.2. Galian Tanah
(1) Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Sebelum penggalian dimulai, Penyedia wajib mengajukan usulan
penggalian yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
a. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
b. Metode atau skema penggalian.
c. Peralatan yang digunakan.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Pembuangan galian.
f. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
(3) Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman
sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam pelaksanaan
galian harus sesuai rencana dan terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus membuat
saluran penampung air, di dasar galian yang meliputi areal galian. Air
yang terkumpul harus dapat dipompa keluar ke tempat yang aman
agar tanah dasar galian tetap kering, oleh karenanya Penyedia wajib
mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk
keperluan penyedotan air tersebut.
2.3. Penyangga Galian
(1) Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah
tanggung jawab dari Penyedia; yang harus memperbaiki semua
kelongsoran-kelongsoran. Penyedia harus membuat penyangga-
penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan
BAB - VI
(1) Material pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-
kotoran, tidak mengandung tanah dan tidak mengandung kimia yang
dapat merusak bahan bangunan lainnya.
(2) Lapisan urugan pasir disirami air dan dipadatkan dengan
menggunakan stemper sampai terbentuk lapisan pasir setebal 10 cm
atau sesuai gambar dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan sebelum pekerjaan lanjutan.
2.9. Pengurugan Dengan Bahan Material Lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan
batu merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana.
Bahan-bahan tersebut harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran, serta
mempunyai gradasi yang sesuai dengan yang diperuntukan.
BAB - VI
struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi Teknis/Lapangan, guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya.
3.2. Persyaratan Bahan
(1) Mutu Semen
a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai
dengan Acuan Normatif SNI 15-2049-1994.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam
kantong yang tertutup atau dalam tempat lain dari pabrikan yang
sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, Penyedia
harus memberikan pada Direksi Teknis/Lapangan, satu faktur untuk
tiap pengiriman semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan
jumlah semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat pengujian
dari pabrikan yang menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah
diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai dengan Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang
tidak tembus air serta dilindungi dari kelembaban sampai saat
pemakaian, semen yang membatu atau menggumpal atau yang
rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan
Acuan Normatif bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Direksi Teknis/Lapangan berhak untuk menolak semen yang tidak
memuaskan, sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan
atas biaya Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh
pengujian dan memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh
Direksi Teknis/Lapangan untuk melakukan pengujian.
g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan
semen dalam jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan
kerja tidak terganggu dan memberikan waktu yang cukup untuk
pelaksanaan pengujian.
(2) Penyimpanan Semen
a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di
tempat yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen,
gudang-gudang tersebut harus benar-benar kering, berventilasi
baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen harus
ditutup dengan terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus
air, semen harus sesegera mungkin digunakan setelah dikirim dan
setiap semen yang menurut pendapat Direksi Teknis/Lapangan
sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari udara
atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan
atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang
terpisah, semen-semen harus disimpan menurut pengiriman
sedemikian sehingga yang dikirim dahulu dapat dipakai lebih
dahulu.
(3) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)
a. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus : Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum
2% berat; sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa
ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
c. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu
pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak
mengandung zat-zat aktif alkali.
d. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% BAB - VI
berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan
98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan
yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
e. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan
sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-
bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sudah
terpilih, Penyedia harus mengusahakan agar seluruh pemasukan
untuk tiap bahan berasal dari satu sumber yang disetujui untuk
menjaga agar mutu gradasi dapat dipertahankan pada seluruh
pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas
gradasi bahan harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk
tiap 25 m3 yang dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di
sumber pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar
yang mutu serta gradasinya sudah disetujui guna menjaga
kesinambungan kerja.
(4) Mutu Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan
lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat
baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(5) Mutu/Kekuatan Beton
Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan
beton adalah sebagai berikut :
Kuat Tekan
Penggunaan
Kg/cm2 MPa
- Lantai kerja, beton pengisi K100-K125 7,4-9,8
- Pondasi telapak, pondasi pelat, jembatan, K150-K225 12.2-19,3
jembatan pipa, reservoir bawah, instalasi dan
intake
- Reservoir menara air K300 26,4
- Thrust block dan lain-lain struktur ringan yang K175 14,5
tidak perlu kedap air
3.4. Adukan
(1) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-
masing untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada
minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil
uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Hasil uji yang
disetujui tersebut sudah harus diserahkan selambat-lambatnya 6
minggu sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi
Teknis/Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan
dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaanya adalah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia. Trial mix dan design
mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari -sumber
yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier beton yang
lain.
(3) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat
pengecor, pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan
dengan daya yang kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1 m3.
Jenisnya harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan dijalankan
dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.
(4) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk mutu beton tertentu.
(5) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke
seluruh massa, tiap partikel terbungkus mortar dan mampu
menghasilkan beton padat yang homogen tanpa adanya air yang
berlebihan.
3.5. Pengujian/Pemeriksaan
(1) Pengujian Kuat Tekan mutu beton ditentukan melalui pengujian
sejumlah benda uji silinder sesuai dengan Standar SNI Nomor : SNI
03-1974-1990, SNI 03-6429-2000.
(2) Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana
nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan Standar SNI
Nomor 03-1972-1990, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(3) Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume
rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck dump
(diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum
dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan
adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(4) Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur
(2) Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukurBAB - VI
air yang ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sebelum beton di cor.
3.10. Pengangkutan
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke
tempat pengecoran dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya
harus mendapat persetujuan Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu.
Metode yang dipakai harus menjaga jangan sampai terjadi pemisahan
bahan-bahan campuran beton ( segregation ), kehilangan unsur-unsur
betonnya dan harus dapat menjaga tidak timbulnya hal-hal negatif
yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun berubahnya kadar air
pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada
formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya
untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus
terbuat dari bahan dengan permukaan halus dan kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi
benar-benar merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk
sample yang diambil pada saat adukan dituangkan kebekisting harus
tidak melewati batas-batas toleransi yang ditentukan.
3.11. Pengecoran
(1) Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, kondisi permukaan dalam
dari bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran.
Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan
bagian dalam bekisting harus dibersihkan.
(2) Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicor
harus segera di hilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat
beton dicor, harus dicegah dengan mengadakan drainase yang baik
atau dengan metode lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan,
untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis
pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting tempat
beton dicor, kondisi pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah
yang akan dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan
acuan atau tempat pengecoran untuk mencegah terjadinya segregasi
yang disebabkan pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan
mudah keseluruhan acuan.
(5) Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat
mengenai kualitas adukan beton, kondisi bekisting dan posisi tulangan.
(6) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari
pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Direksi
Teknis/Lapangan.
(7) Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan
beton agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut,
meratakan dan memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan
yang sama dan menerus agar beton selalu dalam keadaan plastis dan
dapat mengisi dengan mudah kedalam sela-sela diantara tulangan.
(8) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu)
jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut
dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan
terus menerus secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang
lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan yang berupa bahan pembantu yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ketujuannya
yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat
pemindahan adukan didalam cetakan.
(9) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke BAB - VI
bekisting yang dalam, yang dapat menyebabkan dalam papan
terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali mengenai
batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan beton itu
dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga
mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas
beton yang dicor. hal ini, harus disiapkan corong atau saluran vertikal
untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya
tanpa terlepas satu sama lain. Bagaimanapun juga tinggi jatuh dari
adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
(10) Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau beton yang
telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dipergunakan dalam
pengecoran.
(11) Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan beton yang
sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan sama sekali tidak
diperkenankan,
(12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa
berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel atau penampang
yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas penghentian
pengecoran yang ditentukan untuk siar pelaksanaan.
(13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam
hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan
menerus, Penyedia harus segera memadatkan adukan yang sudah
dicor sampai batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil
saat beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus
dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan
lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint,
sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi
penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton
sudah dinyatakan mulai mengeras yang di tentukan oleh pihak Direksi
Teknis/Lapangan.
(14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin
mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai
suatu batas waktu yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan terhitung
mulai pengecorannya.
(15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam
kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa
suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi
baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan
hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/Lapangan.
(16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan
cara apapun sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali
jika diperoleh ijin tertulis dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua beton
harus dicorkan pada siang hari, pengocoran bagian manapun tidak
boleh dimulai jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika sudah
diperoleh ijin dari Direksi Teknis/Lapangan untuk pengerjaan malam
hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika Penyedia tidak
menyediakan sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
(17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu
dan kondisi pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini
harus tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.
3.12. Pemadatan Beton
(1) Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan
memakai vibrator mekanis yang sesuai dan dioperasikan oleh tenaga
berpengalaman dan terlatih agar dapat mengisi sepenuhnya daerah
sekitar tulangan, alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam
BAB - VI
(1) Beton untuk tangki air, dinding penahan tanah dan pekerjaan beton
lainnya yang berhubungan dengan air harus dibuat kedap air, antara
lain dengan menambahkan bahan aditive yang sesuai dan atas
persetujuan Direksi Teknis/Lapangan. Penggunaan bahan aditive
tersebut harus sesuai petunjuk dari pabrik pembuat serta adanya
jaminan bahwa bahan aditive tersebut tidak akan mempengaruhi
kekuatan maupun ketahanan beton.
(2) Penyedia harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis/Lapangan
dalam hal cara pengadukan, campuran beton, pengangkutan,
pengecoran dan perawat beton untuk mendapatkan sifat-sifat kedap
air pada bagian pekerjaan itu.
(3) Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin
pengecoran dan pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
(4) Penyedia bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap
sifat kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka
semua biaya perbaikan untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut
adalah menjadi tanggung jawab Penyedia.
(5) Penyedia harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)
tahun terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak
selesainya masa pelaksanaan pekerjaan.
(6) Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama
jangka waktu pemelihaan, Penyedia atas biaya sendiri harus segera
memperbaiki bagian yang mengalami kerusakan tersebut.
3.18. Beton Massa
(1) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Penyedia harus menentukan metoda
dari perbandingan adukan, cara pengadukan, pengangkutan,
pengecoran serta pengontrolan temperatur dan cara perawatan, yang
harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk mendapatkan
persetujuan.
(2) Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi
terhadap pengaruh langsung dari sinar matahari, pengeringan yang
mendadak dan lain-lain.
(3) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan
dalam proses perawatan beton maka temperatur permukaan dan
temperatur di dalam beton harus diukur bilamana perlu setelah
pengecoran beton dilaksanakan.
(4) Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat, maka
perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak mempercepat
kenaikan temperatur tersebut. Perhatian harus dicurahkan agar
temperatur pada permukaan beton menjadi tidak terlalu rendah
dibandingkan dengan temperatur di dalam beton.
(5) Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat
lainnya untuk mempertahankan panas sedemikian rupa sehingga tidak
timbul perbedaan panas mencolok antara bagian dalam dan luar beton
atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian dalam beton.
Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka
permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan yang
mendadak.
(6) Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton yang dibuat
harus didasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
(7) Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka
perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan khusus. Untuk itu atau sesuai instruksi
Direksi Teknis/Lapangan.
(8) Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton
guna dapat menentukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran
cetakan beton harus sesuai dengan persyaratan khusus untuk itu atau
BAB - VI
dan penambahan air, dikirimkan bersama dengan pengemudi truk diparaf
oleh pencatat waktu yang bertanggung jawab di tempat pengadukan.
5.7. Di lapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini :
Waktu kedatangan truk
Waktu registrasi truk dan nama depot
Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan
Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat
maksimum.
Posisi dimana beton dicorkan
Tanda-tanda referensi dari benda uji silinder yang diambil dari
pengiriman tersebut
Slump (atau faktur kompaksi)
5.8. Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi
akhirnya dalam waktu maksimal 2 jam, dengan menggunakan truk mixer
dan tidak menggunakan additive, dari saat semen pertama kali bertemu
dengan air pengaduk. Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
5.9. Apabila menggunakan bahan additive waktu maksimal yang diijinkan
sesuai dengan spesifikasi additive yang digunakan.
5.10. Jenis dan bahan
Pengambilan sampel untuk pembuatan kubus uji dilakukan oleh penyedia
di tempat pengecoran dengan disaksikan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
6.7. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian rupa BAB - VI
agar keamanan konstruksi tetap terjamin sesuai dengan persyaratan
standar dari SNI.
6.8. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka
bekisting harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
6.9. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk
pengecoran beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan, beton
tidak boleh dicor sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Untuk menghindari kelambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang
- kurangnya 24 jam sebelumnya, penyedia harus memberitahukan Direksi
Teknis/Lapangan.
(2) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan,
maka pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia harus
menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium resmi.
(3) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih,
bebas dari karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit
giling serta bahan lain yang melekat. Batang-batang baja tulangan
harus disimpan ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak
bolehmenyentuh tanah dan dilindungi terhadap karat atau rusak
karena cuaca.
7.2. Pengujian
(1) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk
uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter
batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan, akan
ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus
dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84. Semua
biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia.
7.3. Penyimpanan
Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang
beratap tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang
serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat.
7.4. Penekukan
(1) Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar BAB - VI
tekukan (Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat
menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar dan
sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus ditekuk dengan alat yang
sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan atau
tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
(3) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka
dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih
besar dengan diameter batang yang ditekuk.
7.5. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.
7.6. Pemasangan
(1) Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang
diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting
dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam menurut
kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan kawat baja pada pilar
dinding dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat
harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.
(2) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton
pada siar kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama
pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan.
(3) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti
dari beton yang sudah mengering atau mengering sebagian yang
mungkin menempel dari pengecoran sebelumnya. Sebelum
pengecoran tulangan yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan harus
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Pemberitahuan kepada Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan
dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu
batang termasuk sengkang ke permukaan beton terdekat dengan
gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
(4) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan P.B.I. 1971.
Toleransi Baja Tulangan
7.7. Penyambungan
(1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus
ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan
maka potongan dapat diijinkan apabila panjang batang yang
disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada gambar-gambar.
(2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan
cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali jika dengan
cara lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sambungan-
sambungan tidak diijinkan pada tempat-tempat yang terdapat
BAB - VI
tegangan maksimun dan harus ditempatkan berselang-seling sehingga
tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang disambung pada satu
tempat.
(3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap)
satu sama lain, maka batang-batang harus didukung sehingga batang-
batang itu tidak berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan.
Batang-batang itu hanya diikat dengan aman minimun pada dua
tempat persambungan.
(4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada
Gambar Rencana.
Semua pola (mal) dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk menjaminBAB - VI
ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia, semua pengukuran
harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah disetujui.
Ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana dianggap
kurang pada suhu 25˚ (normal)
9.4. Meluruskan
Plat harus diperiksa kerataannya, semua batang harus diperiksa
keseluruhannya sebelum dilakukan dan semua bagian tersebut harus
bebas dari puntiran dan kalau perlu diadakan tindakan-tindakan perbaikan
sehingga kalau plat itu tersusun akan terlihat rapat seluruhnya.
9.5. Memotong
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara
menggunting, menggergaji, atau dengan las pemotong. Permukaan yang
diperoleh dari pemotongan harus menyiku pada bidang yang dipotong
tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan. Penyelesaian pada
permukaan umumnya dilakukan oleh mesin atau gerinda. Bila digunakan
las pemotong, maka hanya permukaan yang merata dapat digerinda
seperlunya. Ujung dari plat penguat harus dipotong dan diselesaikan agar
rapat dengan flens dari gambar ujung dan batang tekan, dan gelagar-
gelagar batang lain yang disambung dengan plat penyambung dengan
memakai paku keling atau baut harus diratakan setelah pabrikasi agar
rapat seluruhnya. Pada sambungan batang tekan maka toleransi
maksimum adalah 0.1 mm dan tidak untuk sambungan batang tarik
maksimum 0.2 mm untuk setiap titik sambungan.
9.6. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Mesin Gerinda
Kalau plat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka
pemotongan pada metal yang diperbolehkan untuk dibuang maksimal 3
mm pada plat yang mempunyai tebal 12 mm, 6 mm untuk plat yang
mempunyai tebal 12 mm dan 6 mm untuk plat dengan tebal 24 mm.
9.7. Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah
mal serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh
las pemotong harus bersih serta lurus. Untuk menghaluskan tepi yang telah
dipotong tersebut tidak diperkenankan menggunakan las pemotong. Bila
dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, dapat digerinda yang bergerak
searah dengan arah las pemotong tapi harus diselesaikan sehingga bebas
dari seluruh bekas kotoran tadi.
9.8. Pekerjaan Las
(1) Seluruh pelaksanaan pekerjaan pengelasan hanya diperkenankan
dengan menggunakan las listrik.
(2) Pekerjaan las yang harus dikerjakan oleh tukang las bersertifikat harus
diawasi langsung oleh Direksi Teknis/Lapangan yang mempunyai
training dan pengalaman yang sesuai untuk pekerjaan semacam itu.
Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dan
mendapatkan persetujuan dari contoh lain yang hendak dipakai.
(3) Detil-detil khusus yang menyangkut cara persiapan sambungan, cara
pengolahan, jenis dan ukuran elektrode, tebalnya bagian-bagian
ukuran dari las serta kekuatan arus listrik untuk las tersebut, harus
diajukan oleh Penyedia untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan terlebih dahulu sebelum pekerjaan dengan las listrik
dapat dilakukan.
(4) Ukuran elektrode, arus dan tegangan listrik dan kecepatan busur listrik
yang digunakan pada las listrik harus yang seperti yang disyaratkan
dan tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Teknis/Lapangan.
(5) Plat dan potongan yang hendak dilas harus bebas dari kotoran besi,
minyak, gemuk cat dan lainnya yang dapat mempengaruhi mutu
pengelasan. Bila terjadi retak, susut, retak pada bahan dasar ,
BAB - VI
dengan ukuran panjang batangnya yang tak berulir. Diameter lubang
cincin baut adalah 1.50 mm lebih besar dari diameter baut. Baut stall
haruslah baut hitam yang 1,5 mm lebih kecil dari diameter lubang
dimana digunakan. Baut baja keras. Mur dan cincin baut harus
berukuran seperti yang tertera pada gambar rencana dan harus
memenuhi Acuan Normatif.
9.12. Pengangkutan dan Penanganan
Cara pengangkutan dan penanganan pekerjaan besi harus sesuai dengan
cara yang telah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sebelum
penyerahan untuk pekerjaan, kalau dipakai pihak ketiga dalam pekerjaan
pemasangan untuk semua penyerahan dan bertanggung jawab untuk
setiap kehilangan dan sewa gudang yang dapat terjadi disebabkan oleh
kelalaian dan kegagalan untuk menerima pekerjaan baja. Segera setelah
menerima penyerahan pekerjaan baja, pihak ketiga akan segera
menyampaikan secara tertulis kepada Direksi Teknis/Lapangan setiap
kerusakan atau cacat tanpa ditunda-tunda atau kalau tidak demikian, dia
harus memperbaiki setiap kerusakan, kehilangan serta yang terjadi di luar
dan sesudah penyerahan atas biaya sendiri.
9.13. Pemasangan
Umum
Penyedia harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang
diperlukan dan mendirikannya ditempat pekerjaan, memasang dan
mengelingkan baut atau las seluruh pekerjaan baja. Pekerjaan baja tidak
boleh dipasang sebelum cara, alat dan sebagainya yang digunakan
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua bagian harus
dikerjakan secara hati-hati dan dipasang dengan teliti, Drift yang dipakai
mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter lubang paku keling atau
baut, dan digunakan untuk membawa bagian pada posisinya yang tepat
seperti diisyaratkan di bawah ini. Penggunaan martil yang berlebihan yang
dapat merusak atau menganggu material tidak diperkenankan. Setiap
kesalahan pada pekerjaan bengkel yang menyulitkan pekerjaan montase
serta menyulitkan pengepasan bagian-bagian pekerjaan dengan
menggunakan drift secara wajar harus dilaporkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan. Permukaan dengan mesin perkakas harus dibersihkan
sebelum dipasang. Kopel dan sambungan lapangan sebanyak 50 %
sebelum dikeling atau dibuat 2 lubang pada setiap diisi kurangnya 40 %
dari lubang diisi dengan baut. Selanjutnya sekurang-kurangnya 10 % dari
lubang pada suatu kelompok dikeling atau dibaut dengan permanen
sebelum baut montase atau drift diangkat (disingkirkan).
Berat Seng
BWG No. Tebal Plat Baja
(gr/m2)
22 0,71 534
0,56
BAB - VI
24 0,46 534
26 0,36 380
28 380
Pemasangan
Semua pekerjaan dari plat baja yang digalvanisir harus dibuat
dan dipasang menurut standar yang paling baik. Pinggiran dan
gulungan harus lurus dan tidak boleh ada lekukan, kelim
patriannya harus betul-betul kedap air dan tidak ada patrian yang
tercecer atau berlimpah.
Satuan yang dibuat dari galvanis harus dipasang memakai paku
sekrup galvani atau dengan memakai lembaran penutup
(holderbats) yang bentuk dan ukurannya tertera dalam gambar.
Memateri
Solder mematri dengan mutunya paling baik yaitu terdiri dari ½
timah hitam dan ½ timah putih. Muriatic acid harus dipergunakan
sebagai peleburnya kedua zat.
9.15. Pengecatan Baja
Umum
a. Semua kontruksi baja yang akan dipasang perlu di cat di pabrik
dengan cat dasar yang telah disetujui kecuali pada bidang-bidang
yang dikerjakan dengan mesin perkakas misalnya pada perletakan
cat lapangan terdiri dari:
b. Pembersihan seluruh sambungan lapangan dan bidang-bidang
yang telah dicat di bengkel, seperti yang telah diperintahkan oleh
Direksi Teknis/Llapangan, karena telah rusak pada saat
pengangkutan dan pemasangan serta bidang-bidang lain yang
diperintahkan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
c. Pengecatan dari bahan yang sejenis dengan bahan yang di cat di
semua bagian yang disebutkan pekerjaan besi itu.
d. Pemakaian cat akhir seperti yang disyaratkan pada pekerjaan
tertentu, untuk seluruh bidang terbuka pekerjaan besi itu.
Pembersihan dan pelapisan epoxy
e. Semua permukaan dari pekerjaan baja harus bersih dan dikupas
dengan sand blasting atau cara lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan agar menjadi logam yang bersih dengan
menghilangkan seluruh gemuk, olie, karatan, lumpur atau lainnya
yang melengket padanya. Proses pelaksanaan pembersihan
dengan sand blasting harus disaksikan langsung oleh wakil Direksi
Teknis/Lapangan.
f. Permukaan yang telah dibersihkan harus segera ditutup dengan
epoxy dengan ketebalan sesuai dengan yang disyaratkan
g. Ketebalan epoxy diukur dengan menggunakan alat ukur Coating
Thickness Gauge atau alat sejenis lainnya.
Penggunaan Cat
h. Cat dapat digunakan dengan kuas tangan yang halus yang disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Pengecatan tak dapat dilakukan
pada cuaca berkabut, lembab, berdebu, atau pada cuaca lain yang
jelek.
i. Permukaan yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu.
Lapisan berikutnya tidak boleh dikerjakan di atas cat dasar dalam
tempo kurang dari 6 bulan tetapi tidak boleh lebih cepat dari 48 jam
setelah pengecatan dasar. Bila terjadi demikian maka permukaan
baja perlu dibersihkan kembali atau dicat lagi seperti yang diuraikan
di atas. Cat (termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi
Teknis/Lapangan) harus disapu dengan kuat pada permukaan baja,
sekitar paku keling pada setiap sudut, sambungan pada setiap
BAB - VI
bagian yang dapat menampung air, atau dapat dirembesi air, bahan
lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Jenis Spesi
M1 1 pc : 1 kpr : 6 psr
atau 1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr
M3 1 pc : 4 psr
Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai BAB - VI
dengan yang ditetapkan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
10.4. Pasangan Batu Bata
(1) Bahan
Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Batu bata/hollowbrick harus memenuhi NI-10
b. Semen portland harus memenuhi NI-8
c. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
d. Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9 Pemasangan
(2) Syarat-syarat pelaksanaan
a. Batu bata/hollowbrick yang digunakan adalah batu bata setempat
dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan,
yaitu siku dan sama ukurannya.
b. Sebelum digunakan batu bata/hollowbbrick harus direndam dalam
bak air atau drum hingga jenuh.
c. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus
dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan
kemudian disiram air.
d. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
dari (maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom
praktis.
e. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih besar
dari 12 m3 harus ditambah kolom dan balok penguat (kolom praktis)
dengan ukuran 15 x 15 cm, dengan 4 buah tulangan pokok
berdiameter 12 mm, beugel diameter 8-20 cm, jarak antara kolom
maksimal 4 m.
f. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguatan stek-stek besi
beton diameter 8 mm. jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
g. Pasangan batu bata merah untuk dinding 1/2 (setengah) batu harus
menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1
(satu) batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan harus
cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
h. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam
dinding, harus dibuat pahatan yang secukupnya pada pasangan
bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang
pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang dilaksanakan
secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran
seluruh bidang tembok.
10.5. Plesteran
(1) Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
b. Semen Portland
Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian
yang membatu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan
dalam NI-8.
c. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
(2) Perbandingan campuran plesteran
a. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding,
sedangkan untuk daerah basah digunakan plesteran dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps.
BAB - VI
b. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air
sampai mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
(3) Pelaksanaan
a. Permukaan dinding batu bata atau permukaan beton harus
dibersihkan dari noda debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya ikat plesteran.
b. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai
dengan yang diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan
plesteran harus dibuat terlebih dahulu "kepala plesteran" untuk
dipergunakan sebagai acuan.
c. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (ñ 20 mm)
dan diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus tersebut
dan rata permukaannya ataupun dengan profil aluminium dengan
panjang minimal 1,5, kemudian basahkan terus selama 3 (tiga) hari
untuk menghindarkan terjadinya retak akibat penyusutan yang
mendadak.
d. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan
beton harus dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan
daya ikat yang kuat antara permukaan beton dengan plesteran.
Bilamana perlu permukaan beton yang telah dikasarkan diberi
bahan additive, misalnya "Calbon".
e. Permukaan beton harus dibasahi air hingga jenuh.
f. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan
minimal 2 cm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus,
tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara
menempelkan adukan semen pada bagian yang akan diplester,
kemudian setelah mengering, dilakukan plesteran berikutnya
dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang
dikehendaki.
g. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan
ketebalan lebih dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada
waktu pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran tersebut
harus dilapis dengan kawat ayam yang ditempelkan pada
permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan kawat
ayam tersebut menjadi tanggungan Penyedia.
h. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau
diperbaiki, maka hasil akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut harus
dapat menyamai pekerjaan yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
10.6. Pasangan Batu
(1) Bahan
a. Batu harus terdiri dari batu alam
atau batu dari sumber bahan yang tidak terbelah, yang utuh
(sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air, dan
cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
b. Mutu dan ukuran batu harus
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan Pekerjaan sebelum
digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat
mungkin harus berbentuk persegi.
c. Kecuali ditentukan lain oleh
Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu yang digunakan untuk
pasangan batu dengan mortar harus tertahan ayakan 10 cm.
(2) Adukan
Bila tidak ditentukan lain, adukan yang dipakai adalah 1 PC : 4 Pasir
(3) Syarat pelaksanaan
a. Pekerjaan pemasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan
ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjuk dalam gambar.
b. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga
hubungan semua batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
BAB - VI
Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke
tempatnya hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh rongga.
BAB - VI
VII - B. SPESIFIKASI TEKNIS PAKET INSTALASI PENGOLAHAN AIR (PAKET)
No Komponen
1 Komponen Utama
1) Unit Koagulator
2) Unit Flokulator
3) Unit Sedimentasi
4) Unit Saringan Pasir Cepat
5) Sistem Pembubuhan Bahan
Kimia
2 Komponen Bangunan Penunjang
1) Reservoir
2) Rumah Jaga
3) Laboratorium
4) Gudang bahan kimia
5) Rumah pompa, genset
BAB - VI
a. Jumlah kompartemen pada unit flokulator dapat terdiri dari satu unit atau
beberapa kompartemen.
b. Bila digunakan beberapa kompartemen, maka dapat menggunakan nilai
gradien kecepatan (G), antara 20/detik – 100/detik, yang dibuat menurun
dari nilai G yang besar menuju G yang lebih kecil.
c. Bila menggunakan satu kompartemen, maka nilai G yang diterapkan
adalah minimum 60/detik,
d. Waktu detensi (td), antara 20 – 40 menit.
e. Perkalian antara nilai G dan td (Gtd), berkisar antara 104 - 105.
Ukuran Teknis
Menggunakan
No Uraian Tanpa
pelat atau Sludge
pelat
tabung blanket
pengendap
pengendap
1 Beban permukaan 0,4 – 0,8 4–6 2-4
(m/jam)
2 Waktu detensi (td), 120 - 180
menit untuk aliran
horisontal
maksimal 1% BAB - VI
o Direndam dalam HCl selama 4 jam, berat berkurang maksimal
1%
c. Saluran pembuangan air pencucian (gutter) yang dilengkapi ambang
(weir)
d. Saluran/perpipaan untuk mengalirkan air untuk backwash dan pipa udara
serta blower bila digunakan udara untuk membantu proses pencucian.
e. Debit yang keluar dari unit filtrasi harus dapat diatur dengan mudah dan
hasil pengolahan dapat dilihat melalui meter aliran/ flow meter.
(7) Kriteria Disain
a. Bak yang digunakan sekurang-kurangnya 5 (lima) unit bak
b. Kecepatan penyaringan, antara 6 – 11 m/jam
c. Ketinggian air di atas media dalam bak minimum 10 cm
d. Media pasir yang digunakan memiliki ukuran diameter efektif (ES)(d10)
antara 0,3 – 0,7 mm dan tingkat keseragaman (UC) (d60/d10) maksimum
1,4.
e. Ketebalan media pasir silika, pada filter media tunggal atau media ganda
adalah antara 60 – 90 cm.
f. Pada filter media ganda, media antrasit yang digunakan memiliki
ketebalan lapisan 40 – 50 cm dengan ukuran efektif (ES) antara 1,2 – 1,8
mm. dan tingkat keseragaman (UC) (d60/d10) maksimum 1,5
g. Media kerikil yang digunakan memiliki ukuran 5 mm sampai 50 mm
disusun dari yang berukuran terbesar paling bawah.
h. Ketebalan media kerikil, antara 20 – 30 cm.
i. Untuk saluran/perpipaan underdrain:
Diameter lubang orifice pada underdrain memiliki ukuran berkisar
antara ½ - ¾ inchi
Jumlah orifice ditentukan berdasarkan rasio luas lubang orifice dengan
luas bak filter berkisar antara 2% – 3%
Ukuran pipa lateral ditentukan berdasarkan rasio luas pipa lateral
dengan luas lubang orifice yang dilayaninya berkisar antara 2 – 4 kali
Ukuran pipa utama (manifold) ditentukan berdasarkan rasio luas pipa
utama dengan luas pipa lateral yang dilayaninya berkisar antara 1,5 –
3 kali
Jarak antar lubang orifice dan juga jarak antar pipa lateral berkisar
antara 70 – 200 mm
(8) Sistem Pencucian Media Filter
Pencucian merupakan cara untuk membersihkan kotoran yang berada pada
media filter setelah filter dioperasikan.
a. Sistem pencucian filter berupa pencucian dengan aliran balik (backwash),
dengan cara :
Menggunakan pompa, yaitu pencucian yang dilakukan dengan
bantuan pompa pencuci
Secara gravitasi. Pencucian secara gravitasi dapat berupa :
- Saling mencuci (inter filter backwash). Pada sistem ini harus
disiapkan bak penampung air bersih yang menampung air keluaran
(efluen) dari saringan pasir (filter) yang akan digunakan sebagai air
pencuci media filter.
o Volume bak penampung air bersih harus dihitung agar cukup
untuk mencuci sekurang-kurangnya 2 (dua) bak filter.
o Harus tersedia beda tinggi (driving head) yang cukup antara
muka air pada bak penampung air dengan ketinggian gutter agar
dapat memenuhi kebutuhan kehilangan tekanan (headloss)
untuk pencucian media filter.
- Menggunakan menara pencuci.
o Volume bak penampung menara pencuci harus dihitung agar
BAB - VI
cukup untuk mencuci sekurang-kurangnya 2 (dua) bak filter.
o Harus tersedia beda tinggi (driving head) yang cukup antara
muka air pada bak penampung menara pencuci dengan
ketinggian gutter agar dapat memenuhi kebutuhan kehilangan
tekanan (headloss) untuk pencucian media filter.
b. Kriteria Disain pencucian filter :
Pencucian media filter harus dilakukan dengan menggunakan nilai
ekspansi antara 20% - 40%
Lama pencucian :
- Pencucian menggunakan air berkisar antara 15 – 20 menit
- Apabila pencucian media filter menggunakan bantuan hembusan
udara, maka dapat dilakukan pada saat awal selama 5 menit
Kriteria Nilai
Bed
Jumlah bed minimum 2
Ukuran sel (bed) Lebar = 6 m
Panjang = 6 – 30 m
Ketebalan lapisan lumpur 20 – 30 cm
Kecepatan alir lumpur dalam pipa > 0.75 m/s
Jenis pipa pengalir lumpur Pipa besi/plastik
Peletakan pipa pengalir Min. 17” di atas permukaan
Jarak unit dari pemukiman > 100 m
Perlengkapan tambahan Bak pembagi aliran
Splash plates (untuk meratakan lumpur)
Kerikil
Kedalaman total 12”
Pemasangan 6” di atas pipa underdrain paling atas
Peletakkan 2 atau lebih lapisan
Ukuran Top 3” dari partikel kerikil 1/8” – ¼”.
Kualitas Dinilai dengan baik untuk tingkat
permukaan
Pasir
Tebal lapisan pasir 23 – 30 cm
Ukuran partikel 0.8-1.5 mm
UC pasir < 4,0
ES pasir 0,3 – 0,75 mm
Jenis Pasir kasar yang bersih dan sudah dicuci
Kualitas Dinilai dengan baik untuk tingkat
permukaan
Underdrain
Kemiringan pipa perforasi 1%
Jarak antara pipa perforasi 2,5 – 6 m
Pemasangan Dengan sambungan terbuka
Bahan Bahan dengan kekuatan yang cukup
Bahan tahan karat
Kekuatan Dapat menahan lapisan kerikil
Dinding
Jenis Tahan Air
Pemasangan - Mencapai 18” di atas lapisan bed
- Mencapai minimum 6” di bawah
lapisan bed
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi dan kandungan air
dari lumpur, ketersediaan lapisan pasir.
Lumpur baru tidak dapat diletakkan di atas lumpur yang sudah kering
a. Pelat baja yang dipasang harus dapat menahan tekanan kerja minimal 10
kg/cm2.
b. Pelat baja harus dibersihkan dengan pasir bertekanan sesuai ketentuan
yang berlaku
c. Pelat baja harus diberi pelapisan, Pelapisan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Pelapisan bagian dalam, pelapisan bagian dalam dilakukan dengan
sand blasting dan menggunakan jenis epoxy yang diperuntukan untuk
air minum (food grade) dengan ketebalan lapisan epoxy, minimal 100
mikron.
Pelapisan bagian luar, pelapisan bagian luar meliputi :
- Pelapisan yang digunakan adalah cat dasar zinchromat dengan
ketebalan 50 mikron,
- Pelapisan akhir (Finished coat) menggunakan email coat dengan
ketebalan 50 mikron dan diwarnai biru.
(3) Fibreglass Reinforced Plastic
Pelat Fibreglass harus memenuhi ketentuan RSNI 7504-2008 Spesifikasi
Material Fibreglass Reinforced Plastic Unit Instalasi Pengolahan Air sebagai
berikut :
a. Menggunakan bahan dan material sebagai berikut ( acuan komposisi
bahan yang diuji laboratorium terakreditasi dilampirkan)
b. Material Utama
Polyester Resin Unsaturated Tipe ORTHO dan ISO (atau setara)
Chopped Strand Mat
Roving Cross Mat
c. Material Pendukung
Pasta pigment/warna
Filler
Katalisator
Cobalt
1 2,5 5
2 5 8
3 10 10
4 20 12
5 30 15
5 50 20
BAB - VI
Apabila pengoperasian paket unit IPA selama 24 jam, waktu kerja teknisi
dibagi dalam 3 shift
(6) Konsultan pengawas
Konsultan pengawas lapangan akan disediakan dari Departemen Pekerjaan
Umum untuk mengawasi selama 3 hari terakhir dari proses commisioning.
(7) Peralatan dan Perlengkapan
Peralatan yang diminta sesuai dengan kapasitas IPA yang dioperasikan dan
harus disediakan oleh penyedia jasa.
Peralatan laboratorium :
Turbidity Meter ( pemeriksaan kekeruhan )
pH Meter ( mengukur pH )
Chlor Meter ( mengukur sisa chlor )
Colour Meter ( pemeriksaan warna)
Alat jar test lengkap minimal 4 gelas
tabung imhoff
timbangan presisi ( mg )
peralatan gelas ( 6 Beker Glass kap 1 L dan 6 Beker Glass kap 500 ml, Gelas
Ukur, pipet gelas )
Thermometer
Stop watch
Peralatan bengkel
kunci pas
ring
tang
obeng
sney
tracker
Peralatan mekanik listrik
phase meter
tang
ampere
avometer
toolkit listrik
meger
tachometer
tang clamp
tang long nose
tang pemotong
Perlengkapan untuk pembersihan dan pencucian
kain lap
ember
sabun
sapu
sikat
Alat keselamatan kerja
masker
sarung tangan plastik
sepatu boot
(8) Bahan
pengoperasian juga dicatat dosis pembubuhan sesuai kualitas air yang BAB - VI
terjadi setiap satu jam.
(2) Data pengamatan dicatat dalam format tabel 6-6 dan dibuat grafiknya seperti
pada Gambar 6-1.
BAB - VI
BAB - VI
PASAL - 1. PENDAHULUAN
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama
dengan gambar-gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus
dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan
dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang
diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.
Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus
disepakati, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut
ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau
material tersebut dijumpai.
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan
nama proyek memuat :
a. Nama Proyek
b. Direksi Teknis/Lapangan
c. Lokasi Proyek
d. Jumlah Biaya (Kontrak)
e. Nama Pelaksana (Penyedia)
f. Masa pelaksanaan proyek bulan, tanggal dan tahun
PASAL - 5. PERIZINAN
Penyedia harus segera mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-
izin yang diperlukan dan berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara
lain: izin penerangan, izin pengambilan material, izin pembuangan, izin
pengurugan, izin trayek dan pemakaian jalan, izin penggunaan bangunan serta
izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/peraturan daerah
setempat.
yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap BAB - VI
pelaksanaan pekerjaan, dan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis. Penetapan ini harus
dikuatkan dengan surat pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan
kepada Direksi Teknis/Lapangan.
6.2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan tenaga ahli yang
diperlukan sesuai dengan lingkup pekerjaan.
6.3. Tenaga ahli dimaksud minimal terdiri :
a. Satu orang Tenaga Ahli Teknik Sipil
b. Satu orang Tenaga Ahli Teknik Lingkungan
c. Satu orang Tenaga Ahli Mekanikal dan Elektrikal
Masing-masing tenaga ahli tersebut harus memiliki Sertifikat Keahlian (SKA)
dan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
6.4. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara
tertulis kepada Direksi Teknis/Lapangan. Susunan Organisasi Lapangan
lengkap dengan nama dan jabatannya masing-masing.
6.5. Bila dikemudian hari menurut team Direksi Teknis/Lapangan, Pelaksana
kurang mampu melaksanakan tugasnya, maka Penyedia akan diberitahu
secara tertulis untuk mengganti pelaksananya.
6.6. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan,
Penyedia sudah harus menunjuk pelaksana baru sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
BAB - VI
penyedia dapat mengajukan alternatif barang/material dengan kualitas
yang sama dengan spesifikasi yang ditentukan, dengan persetujuan
Direksi Teknis/Lapangan.
BAB - VI
23.2. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan
kepada Direksi Teknis/Lapangan sebelum memulai pekerjaan, agar
Direksi Teknis/Lapangan mempunyai waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan persetujuannya.
23.3. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut Direksi Teknis/Lapangan
penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh Direksi
Teknis/Lapangan atau wakilnya. Untuk itu maka Penyedia harus
menyampaikan permohonan ijin pelaksanaan (request) yang harus sudah
diterima oleh Direksi Teknis/Lapangan selambat-lambatnya 2 (dua) hari
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
27.1. Laporan harian yang berisi laporan yang mencatat seluruh rencana dan
realisasi aktivitas pekerjaan harian.
Laporan harian berisi :
BAB - VI
27.2. Laporan Mingguan, yang berisi terdiri dari rangkuman laporan harian dan
berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan, hasil inspeksi K3, mutu,
dan lingkungan termasuk tindak lanjutnya, serta catatan lain yang
dianggap perlu.
27.3. Laporan bulanan dibuat oleh Penyedia, terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan,termasuk
hasil pelaksanaan RK3K, program mutu dan lingkungan.
27.4. Untuk kelengkapan laporan, Penyedia dan Direksi Teknis wajib membuat
foto-foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan danevaluasi pencapaian
sasaran K3, mutu danlingkungan, termasuk rekomendasi
untukpeningkatan kinerja K3, mutu dan lingkungan.
27.5. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan minimal pada kondisi 0%, 25%,
50%, 75% dan 100% , atau sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan
Direksi Teknis/Lapangan. Dalam pembuatan dokumentasi harus berisi
informasi mengenai jenis pekerjaan, lokasi dan kondisi kemajuan
pekerjaan.
30.5. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat BAB - VI
bekerja bagi tukang/pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang
cukup baik, terlindung dari pengaruh cuaca yang dapat menghambat
kelancaran pekerjaan.
30.6. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
SNI 03-4804-1998 Metode pengujian berat isi rongga udara dalam agregat. BAB - VI
SNI 03-2094-2000 Bata merah pejal untuk pasangan dinding
SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-6477-2000 Metode penentuan nilai 10% kehalusan untuk agregat.
SNI 07-6401-2000 Spesifikasi kawat baja dengan proses kanal dingin untuk
tulangan beton
SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan
gedung
SNI 03-2491-2002 Metode pengujian kuat tarik belah beton.
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah
SNI 03-3449-2002 Tata cara perancangan campuran beton ringan dengan
agregat ringan.
SNI 03-6762-2002 Metode pengujian tiang pancang terhadap bahan lateral
SNI 03-6796-2002 Metode pengujian untuk menentukan daya dukung tanah
dengan beban statis pada pondasi dangkal
SNI 03-6806-2002 Tata cara perhitungan beton tidak bertulang struktural
SNI 03-6812-2002 Anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton
SNI 03-6814-2002 Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan
beton
SNI 03-6817-2002 Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton
SNI 03-6820-2002 Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen
SNI 03-6861.2-2002Spesifikasi bahan bangunan bagian B (bahan bangunan
dari besi/baja)
SNI 03-6880-2002 Spesifikasi beton struktural
SNI 03-6882-2002 Spesifikasi motar untuk pekerjaan pasangan
SNI 03-6889-2002 Tata cara pengambilan contoh agregat
BAB - VI
tanda-tanda lainnya. Perhitungan pembiayaan untuk pekerjaan ini
mencakup penyediaan peralatan, tenaga dan pembuangan bahan-
bahan sisa dibebankan kepada Penyedia dan dikerjakan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
2.13. Galian Tanah
(5) Penyedia dapat memulai penggalian setelah mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis/Lapangan.
(6) Sebelum penggalian dimulai, Penyedia wajib mengajukan usulan
penggalian yang akan ditempuh minimal menyebutkan :
g. Urut-urutan pekerjaan penggalian.
h. Metode atau skema penggalian.
i. Peralatan yang digunakan.
j. Jadwal waktu pelaksanaan.
k. Pembuangan galian.
l. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan galian.
(7) Penggalian harus dilaksanakan sampai mencapai kedalaman
sebagaimana ditentukan dalam gambar-gambar. Dalam pelaksanaan
galian harus sesuai rencana dan terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
(8) Pada daerah galian yang mengandung air, Penyedia harus membuat
saluran penampung air, di dasar galian yang meliputi areal galian. Air
yang terkumpul harus dapat dipompa keluar ke tempat yang aman
agar tanah dasar galian tetap kering, oleh karenanya Penyedia wajib
mempersiapkan pompa lengkap dengan perlengkapannya untuk
keperluan penyedotan air tersebut.
2.14. Penyangga Galian
(3) Stabilitas dari permukaan selama galian semata-mata adalah
tanggung jawab dari Penyedia; yang harus memperbaiki semua
kelongsoran-kelongsoran. Penyedia harus membuat penyangga-
penyangga/penahan tanah yang diperlukan selama pekerjaan dan
galian tambahan atau urugan bila diperlukan.
(4) Penyedia diharuskan untuk melaksanakan dan merawat semua
tebing dan galian yang termasuk dalam kontrak, memperbaiki
longsoran-longsoran tanah selama masa Kontrak dan Masa
Perawatan.
2.15. Perlindungan Hasil Galian
Penyedia baru boleh melaksanakan pekerjaan selanjutnya, setelah ia
mencapai sesuatu tahap dimana penggalian yang dihasilkannya disetujui
oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan pekerjaan termasuk perlindungan
permukaan-permukaan galian itu secara efektif terhadap kerusakan oleh
sebab apapun. Bila pihak Penyedia tidak memberikan perlindungan yang
baik, maka ia menggali kembali daerah yang bersangkutan sampai ke
suatu tahap/tingkat lanjutan yang disetujui oleh pihak Direksi
Teknis/Lapangan, dimana untuk selanjutnya tidak diberikan tambahan
oleh pihak Direksi Teknis/Lapangan.
(6) Coffer dam harus direncanakan sedemikian rupa agar cukup BAB - VI
memenuhi syarat untuk melindungi beton muda dari arus air deras
atau erosi, silang-silang penguat dan atau bagian-bagian lain dari
coffer dam tidak diperbolehkan masuk ke dalam dan menjadi bagian
permanen dari pondasi tanpa persetujuan Direksi Teknis/Lapangan,
jadi harus dibongkar dengan hati-hati agar tidak merusak konstruksi.
2.17. Urugan Tanah/Penimbunan Kembali
(6) Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis
secara horizontal dan dipadatkan.
(7) Tebal dari tiap lapis timbunan maksimal 15 cm dan selama proses
pemadatan, harus dijaga agar kadar air dalam kondisi optimum untuk
mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.
(8) Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis
(compactor) dan untuk pekerjaan yang besar dapat dipakai roller dan
sebagainya, dengan kapasitas yang sesuai.
(9) Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat
membahayakan, misalnya dapat merusak permukaan beton, pipa
ataupun lapisan finishing yang lain.
(10) Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan
diratakan sampai nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti
turunnya permukaan, bergelombang, dan sebagainya.
2.18. Penggunaan Material Bekas Galian
(3) Penyedia harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang
akan dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan
dilindungi dari segala pengotoran-pengotoran seperti bahan-bahan
yang dapat merusak beton atau pipa, akar dari pohon, kayu dan
sebagainya.
(4) Berbagai jenis material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya
material yang sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek,
seperti lempung dan sebagainya. Penggunaan jenis-jenis material
yang akan dipakai untuk keperluan penggunaan harus ada
persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
2.19. Urugan Pasir
(1) Material pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-
kotoran, tidak mengandung tanah dan tidak mengandung kimia yang
dapat merusak bahan bangunan lainnya.
(2) Lapisan urugan pasir disirami air dan dipadatkan dengan
menggunakan stemper sampai terbentuk lapisan pasir setebal 10 cm
atau sesuai gambar dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan sebelum pekerjaan lanjutan.
2.20. Pengurugan Dengan Bahan Material Lain
Pengurugan dengan bahan-bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan
batu merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar
rencana. Bahan-bahan tersebut harus bersih, bebas dari kotoran-kotoran,
serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan yang diperuntukan.
BAB - VI
(8) Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian yang dilakukan
di bawah bidang dasar pondasi atau di bawah bidang batas bawah
yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Juga tidak
diperhitungkan untuk galian yang diakibatkan oleh pengembangan
tanah, pemancangan, longsor, bergeser, runtuh atau karena sebab-
sebab lain.
(9) Kedudukan dasar pondasi yang tercantum pada gambar rencana,
hanya bersifat pendekatan dan perubahan-perubahan sesuai dengan
ketentuan Direksi Teknis/Lapangan dapat diadakan tanpa tambahan
pembiayaan.
(10) Volume galian konstruksi untuk tanah-tanah di bawah muka air tanah,
akan dibayar tersendiri, yaitu untuk volume tanah galian yang terletak
minimum 20 cm di bawah muka air tanah konstan pada lubang
galian.
(11) Jumlah yang diukur dengan cara seperti tersebut di atas tanpa
mempertimbangkan cara dimana material tersebut akan dibuang,
dibayar menurut harga satuan sesuai dengan mata pembayaran.
(12) Harga tersebut harus telah mencakup semua pekerjaan yang perlu
dan hal-hal lain yang umum dikerjakan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
BAB - VI
memuaskan, sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
m. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari
lapangan atas biaya Penyedia. Penyedia harus menyediakan
semua contoh pengujian dan memberikan bantuan yang mungkin
diperlukan oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk melakukan
pengujian.
n. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan
semen dalam jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan
kerja tidak terganggu dan memberikan waktu yang cukup untuk
pelaksanaan pengujian.
(7) Penyimpanan Semen
a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di
tempat yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen,
gudang-gudang tersebut harus benar-benar kering, berventilasi
baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen harus
ditutup dengan terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus
air, semen harus sesegera mungkin digunakan setelah dikirim dan
setiap semen yang menurut pendapat Direksi Teknis/Lapangan
sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan air dari
udara atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari
lapangan atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang
terpisah, semen-semen harus disimpan menurut pengiriman
sedemikian sehingga yang dikirim dahulu dapat dipakai lebih
dahulu.
(8) Pasir (agregat halus) dan batu pecah (agregat kasar)
i. Mutu agregat halus : butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak
mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
j. Ukuran agregat halus : Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum
2% berat; sisa diatas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat;
sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.
k. Mutu agregat kasar : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori,
batu pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak
mengandung zat-zat aktif alkali.
l. Ukuran agregat kasar : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0%
berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan
98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan
yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
m. Penyimpanan : pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan
sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-
bahan lain.
n. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sudah
terpilih, Penyedia harus mengusahakan agar seluruh pemasukan
untuk tiap bahan berasal dari satu sumber yang disetujui untuk
menjaga agar mutu gradasi dapat dipertahankan pada seluruh
pekerjaan.
o. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas
gradasi bahan harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali
untuk tiap 25 m3 yang dipasok.
p. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di
sumber pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan
kasar yang mutu serta gradasinya sudah disetujui guna menjaga
kesinambungan kerja.
(9) Mutu Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan
lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan
kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
BAB - VI
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Kuat Tekan
Penggunaan Kg/c MPa
m2
- Lantai kerja, beton pengisi 125 10,4
- Pondasi telapak, pondasi pelat, 225 18,75
jembatan, jembatan pipa, reservoir
bawah, instalasi dan intake
- Reservoir menara air 300 25
- Thrust block dan lain-lain struktur 175 14,6
ringan yang tidak perlu kedap air
(6) Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design BAB - VI
masing-masing untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan
pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih sedemikian rupa
sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus
diserahkan selambat-lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan
dimulai.
(7) Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi
Teknis/Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya. Semua
pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta
pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat
yang dipakai diambil dari -sumber yang berlainan, merk semen yang
berbeda atau supplier beton yang lain.
(8) Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat
pengecor, pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan
dengan daya yang kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1
m3. Jenisnya harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan dan
dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan.
(9) Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk mutu beton tertentu.
(10) Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke
seluruh massa, tiap partikel terbungkus mortar dan mampu
menghasilkan beton padat yang homogen tanpa adanya air yang
berlebihan.
3.26. Pengujian/Pemeriksaan
(8) Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda
uji kubus beton 15 x 15 x 15 cm.
(9) Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana
nilai slump harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI
1971, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(10) Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume
rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck dump
(diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maksimum
dari beton yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu
keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
(11) Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur
7, 14 dan 28 hari.
(12) Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan
pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pelepasan perancah dan penarikan baja
prategang. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan
tersebut, harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan dalam
jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.
(13) Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI 71, dilakukan di
lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Untuk pengecoran di lokasi yang tinggi atau sulit
dijangkau digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam
jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang
diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.
(14) Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratotrium independen
yang ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
3.27. Tebal Minimum Penutup Beton
(4) Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan
persyaratan PBI 1971.
(12) Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa BAB - VI
berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel atau penampang
yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas penghentian
pengecoran yang ditentukan untuk siar pelaksanaan.
(13) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam
hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan
menerus, Penyedia harus segera memadatkan adukan yang sudah
dicor sampai batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan
stabil saat beton masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran
ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada dalam
keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction
joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu
jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana
beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang di tentukan oleh pihak
Direksi Teknis/Lapangan.
(14) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang
mungkin mengganggu beton yang sudah dicorkan harus
ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui Direksi
Teknis/Lapangan terhitung mulai pengecorannya.
(15) Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam
kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa
suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi
baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan
hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/Lapangan.
(16) Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan
cara apapun sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor,
kecuali jika diperoleh ijin tertulis dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua
beton harus dicorkan pada siang hari, pengocoran bagian manapun
tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika
sudah diperoleh ijin dari Direksi Teknis/Lapangan untuk pengerjaan
malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika Penyedia tidak
menyediakan sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
(17) Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu
dan kondisi pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini
harus tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.
3.33. Pemadatan Beton
(1) Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan
memakai vibrator mekanis yang sesuai dan dioperasikan oleh tenaga
berpengalaman dan terlatih agar dapat mengisi sepenuhnya daerah
sekitar tulangan, alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam
dalam beton dan daerah sudut acuan.
(2) Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari
rongga dan segregasi serta memperlihatkan permukaan yang merata
ketika bekisting dibuka dan mempunyai kepadatan yang mendekati
kepadatan uji kubus.
(3) Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena vibrasi tanpa
timbul segregasi akibat vibrasi yang berlebihan.
(4) Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik dan maksimal 15 detik.
(5) Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton
yang sudah mengeras dan tidak bole dipasang lebih dekat 100 mm
dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras serta diusahakan
agar tulangan tidak terkena oleh batang penggetar.
(6) Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang batang
penggetar dan tidak bole lebih tebal dari 500 mm. Untuk bagian
BAB - VI
konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
(7) Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran harus sesuai
dengan laju pengecoran. Penyedia harus juga menyediakan
sekurang-kurangnya 1 vibrator cadangan untuk dipakai bila terjadi
kerusakan.
3.34. Lantai Kerja
Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah,
kecuali jika ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal 5 cm
dengan mutu beton Bo (K-175) di atas tanah sebelum tulangan beton
ditempatkan.
3.35. Spesi Semen
Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian
agregat halus yang ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian
sehingga dihasilkan campuran akhir yang konsistensi plastisnya disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Spesi harus diaduk pada satu landasan
kayu atau logam dalam jumlah kecil menurut keperluan dan setiap spesi
yang sudah mulai mengeras atau telah dicampur dalam waktu lebih dari
30 menit tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. Spesi yang sudah
mengeras sebagian tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.
3.36. Perataan Permukaan Beton
Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor
setempat, permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang
rata tetapi bertesktur kasar sebelum pengerasan pertama dimulai,
permukaan tersebut harus diratakan lagi dengan sendok dimana perlu
untuk menutupi keretakan dan mencegah timbulnya lelehan yang
berlebihan pada permukaan beton yang terbuka.
3.37. Siar-siar Konstruksi
(1) Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau
vertikal. Siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh
yang dipasang dengan baik, jika perlu dibor guna melewati
penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai pengecoran beton
mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi.
Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar
berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam istirahat.
(2) Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus
disiapkan dengan penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah
lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus
dicetak secara ringan untuk memperlihatkan agregat. Setelah
permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan bekisting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-
siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada
gambar atau spesifikasi.
3.38. Beton Kedap Air
(7) Beton untuk tangki air, dinding penahan tanah dan pekerjaan beton
lainnya yang berhubungan dengan air harus dibuat kedap air, antara
lain dengan menambahkan bahan aditive yang sesuai dan atas
persetujuan Direksi Teknis/Lapangan. Penggunaan bahan aditive
tersebut harus sesuai petunjuk dari pabrik pembuat serta adanya
jaminan bahwa bahan aditive tersebut tidak akan mempengaruhi
kekuatan maupun ketahanan beton.
(8) Penyedia harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis/Lapangan
dalam hal cara pengadukan, campuran beton, pengangkutan,
pengecoran dan perawat beton untuk mendapatkan sifat-sifat kedap
air pada bagian pekerjaan itu.
(9) Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk menjamin
pengecoran dan pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
(10) Penyedia bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap
BAB - VI
sifat kedap airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka
semua biaya perbaikan untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut
adalah menjadi tanggung jawab Penyedia.
(11) Penyedia harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung
sejak selesainya masa pelaksanaan pekerjaan.
(12) Apabila terjadi kebocoran atau kerusakan-kerusakan lain selama
jangka waktu pemelihaan, Penyedia atas biaya sendiri harus segera
memperbaiki bagian yang mengalami kerusakan tersebut.
3.39. Beton Massa
(9) Sebelum pekerjaan dilaksanakan Penyedia harus menentukan
metoda dari perbandingan adukan, cara pengadukan, pengangkutan,
pengecoran serta pengontrolan temperatur dan cara perawatan, yang
harus diserahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk
mendapatkan persetujuan.
(10) Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi
terhadap pengaruh langsung dari sinar matahari, pengeringan yang
mendadak dan lain-lain.
(11) Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan
dalam proses perawatan beton maka temperatur permukaan dan
temperatur di dalam beton harus diukur bilamana perlu setelah
pengecoran beton dilaksanakan.
(12) Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat, maka
perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak mempercepat
kenaikan temperatur tersebut. Perhatian harus dicurahkan agar
temperatur pada permukaan beton menjadi tidak terlalu rendah
dibandingkan dengan temperatur di dalam beton.
(13) Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat
lainnya untuk mempertahankan panas sedemikian rupa sehingga
tidak timbul perbedaan panas mencolok antara bagian dalam dan
luar beton atau penurunan temperatur yang mendadak di bagian
dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas
dibuka permukaan beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan
yang mendadak.
(14) Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton yang dibuat
harus didasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
(15) Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka
perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan
sesuai dengan persyaratan khusus. Untuk itu atau sesuai instruksi
Direksi Teknis/Lapangan.
(16) Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton
guna dapat menentukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran
cetakan beton harus sesuai dengan persyaratan khusus untuk itu
atau sesuai persetujuan Direksi Teknis/Lapangan.
3.40. Waterproofing
(3) Bahan dan pengujian
e. Bahan harus sesuai dengan standard yang ditentukan oleh pabrik
dan standard-standard lainnya, seperti NI-3, ASTM-828, ASTNLE,
TAPP-I-083 dan 407. Penyedia tidak dibenarkan merubah
standard dengan cara apapun tanpa ijin dari Direksi
Teknis/Lapangan.
f. Apabila tidak ditentukan lain, jenis bahan yang digunakan
Waterproofing adalah tipe coating system atau setara dengan
ketebalan 4 mm.
g. Memiliki karakteristik fisik, kimiawi dan kepadatan yang merata
serta konstan. Kedap air dan uap termasuk pada bagian yang
overlap.
5.18. Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi BAB - VI
akhirnya dalam waktu maksimal 2 jam, dengan menggunakan truk mixer
dan tidak menggunakan additive, dari saat semen pertama kali bertemu
dengan air pengaduk. Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
5.19. Apabila menggunakan bahan additive waktu maksimal yang diijinkan
sesuai dengan spesifikasi additive yang digunakan.
5.20. Jenis dan bahan
Pengambilan sampel untuk pembuatan kubus uji dilakukan oleh penyedia
di tempat pengecoran dengan disaksikan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(4) Sesuai dengan PBI 1971 klasifikasi dan mutu baja tulangan harus BAB - VI
seperti yang ditunjukan pada tabel berikut ;
Tegangan Tegangan
Tegangan
Izin Ijin
Luluh
Jenis Macam Permanen Sementara
Karakteristik
(0,58 (0,83
(kg/cm2)
kg/cm2) kg/cm2)
U22 Baja 2.200 1.200 1.800
lemah
U24 Baja 2.400 1.400 2.000
lemah
U32 Baja 3.200 1.850 2.650
sedang
U39 Baja 3.900 2.250 3.200
keras
U48 Baja 4.800 2.750 4.000
keras
(5) Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan,
maka pada saat pemesanan baja tulangan Penyedia harus
menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium resmi.
(6) Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih,
bebas dari karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit
giling serta bahan lain yang melekat. Batang-batang baja tulangan
harus disimpan ditempat yang terlindung, ditumpuk dan tidak
bolehmenyentuh tanah dan dilindungi terhadap karat atau rusak
karena cuaca.
7.9. Pengujian
(1) Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan
pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji
untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap
diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan,
akan ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(2) Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung,
harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84. Semua
biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Penyedia.
7.10. Penyimpanan
Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang
beratap tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang
serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat.
7.11. Penekukan
(4) Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar
tekukan (Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan. Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat
menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar
dan sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus ditekuk dengan alat
yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
(5) Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan
atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
(6) Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka BAB - VI
dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih
besar dengan diameter batang yang ditekuk.
7.12. Kawat Pengikat
Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1
mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.
7.13. Pemasangan
(5) Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang
diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting
dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam menurut
kebutuhan. Pada persilangan diikat dengan kawat baja pada pilar
dinding dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung
kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.
(6) Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton
pada siar kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama
pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan.
(7) Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan
teliti dari beton yang sudah mengering atau mengering sebagian
yang mungkin menempel dari pengecoran sebelumnya. Sebelum
pengecoran tulangan yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan
harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Pemberitahuan kepada
Direksi Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan harus
disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari
permukaan suatu batang termasuk sengkang ke permukaan beton
terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
(8) Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan P.B.I. 1971.
7.14. Penyambungan
(1) Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan
harus ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak
memungkinkan maka potongan dapat diijinkan apabila panjang
batang yang disediakan melebihi panjang yang ditunjukkan pada
gambar-gambar.
(2) Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan
dengan cara-cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali
jika dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Sambungan-sambungan tidak diijinkan pada tempat-tempat yang
terdapat tegangan maksimun dan harus ditempatkan berselang-
seling sehingga tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang yang
disambung pada satu tempat.
(3) Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati
(overlap) satu sama lain, maka batang-batang harus didukung
sehingga batang-batang itu tidak berhubungan satu sama lain jika
ruang mengijinkan. Batang-batang itu hanya diikat dengan aman
minimun pada dua tempat persambungan.
(4) Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada BAB - VI
Gambar Rencana.
BAB - VI
perbaikan sehingga kalau plat itu tersusun akan terlihat rapat seluruhnya.
9.20. Memotong
Kecuali diisyaratkan lain, pekerjaan baja dapat dipotong dengan cara
menggunting, menggergaji, atau dengan las pemotong. Permukaan yang
diperoleh dari pemotongan harus menyiku pada bidang yang dipotong
tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan. Penyelesaian pada
permukaan umumnya dilakukan oleh mesin atau gerinda. Bila digunakan
las pemotong, maka hanya permukaan yang merata dapat digerinda
seperlunya. Ujung dari plat penguat harus dipotong dan diselesaikan agar
rapat dengan flens dari gambar ujung dan batang tekan, dan gelagar-
gelagar batang lain yang disambung dengan plat penyambung dengan
memakai paku keling atau baut harus diratakan setelah pabrikasi agar
rapat seluruhnya. Pada sambungan batang tekan maka toleransi
maksimum adalah 0.1 mm dan tidak untuk sambungan batang tarik
maksimum 0.2 mm untuk setiap titik sambungan.
9.21. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Mesin Gerinda
Kalau plat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong, maka
pemotongan pada metal yang diperbolehkan untuk dibuang maksimal 3
mm pada plat yang mempunyai tebal 12 mm, 6 mm untuk plat yang
mempunyai tebal 12 mm dan 6 mm untuk plat dengan tebal 24 mm.
9.22. Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotong digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah
mal serta bergerak dengan kecepatan tetap. Pinggir yang dihasilkan oleh
las pemotong harus bersih serta lurus. Untuk menghaluskan tepi yang
telah dipotong tersebut tidak diperkenankan menggunakan las pemotong.
Bila dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, dapat digerinda yang
bergerak searah dengan arah las pemotong tapi harus diselesaikan
sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran tadi.
9.23. Pekerjaan Las
(11) Seluruh pelaksanaan pekerjaan pengelasan hanya diperkenankan
dengan menggunakan las listrik.
(12) Pekerjaan las yang harus dikerjakan oleh tukang las bersertifikat
harus diawasi langsung oleh Direksi Teknis/Lapangan yang
mempunyai training dan pengalaman yang sesuai untuk pekerjaan
semacam itu. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan dan mendapatkan persetujuan dari contoh lain yang
hendak dipakai.
(13) Detil-detil khusus yang menyangkut cara persiapan sambungan, cara
pengolahan, jenis dan ukuran elektrode, tebalnya bagian-bagian
ukuran dari las serta kekuatan arus listrik untuk las tersebut, harus
diajukan oleh Penyedia untuk mendapat persetujuan dari Direksi
Teknis/Lapangan terlebih dahulu sebelum pekerjaan dengan las listrik
dapat dilakukan.
(14) Ukuran elektrode, arus dan tegangan listrik dan kecepatan busur
listrik yang digunakan pada las listrik harus yang seperti yang
disyaratkan dan tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Teknis/Lapangan.
(15) Plat dan potongan yang hendak dilas harus bebas dari kotoran besi,
minyak, gemuk cat dan lainnya yang dapat mempengaruhi mutu
pengelasan. Bila terjadi retak, susut, retak pada bahan dasar ,
berlubang dan kurang tetap letaknya, harus disingkirkan.
(16) Untuk pengerjaan las harus dilaksanakan secara menerus tidak boleh
terputus
(17) Laju pengelasan harus diatur sedemikian sehingga tidak terjadi
peleburan tidak sempurna, penetrasi kampuh yang tidak memadai
dan peleburan berlebihan.
(18) Apabila diperlukan pengelasan dalam beberapa lintasan las untuk
BAB - VI
memperoleh ukuran las yang dikehendaki terak-terak yang ada harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum memulai lintasan yang baru.
(19) Hasil pengelasan harus dibersihkan dari kerak-kerak dan kotoran
dengan menggunakan gerinda, agar dapat terlihat kesempurnaan
hasil las.
(20) Ditambahkan ukuran dan jenis kawat las.
9.24. Mengebor
Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila
memungkinkan semua plat potongan-potongan dan sebagainya harus
dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor menembus
seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut-baut pas pada salah satu
lubang ini dibor lebih kecil dan baru kemudian diperbesar untuk mencapai
ukuran yang sebenarnya. Cara lain adalah bahwa batang-batang dapat
dilubangi tersendiri dengan menggunakan mal. Setelah mengebor seluruh
kotoran besi harus disingkirkan, plat-plat dan sebagainya dapat dilepas
bila perlu.
9.25. Menuang dan Menempa
(3) Semua tuangan harus baik dari lubang-lubang sumbatan ataupun
cacad-cacad lain. Segera setelah tuangan dikeluarkan dari acuan
maka Direksi Teknis/Lapangan harus diberi tahu sehingga ia dapat
melakukan pemeriksaan. Hasil tuangan yang cacat tidak
diperkenankan untuk diperbaiki dan hasil tuangan tidak boleh cacat,
bebas dari lubang sumbatan dan lainnya. Tuangan dan tempaan
harus disempurnakan dengan mesin hubungan diselesaikan dan
dicocokkan dengan menggunakan mesin perkakas yang
menghasilkan pekerjaan dengan mutu tinggi.
(4) Tuangan dan tempaan yang terletak di atas beton bila menurut
pendapat Direksi Teknis/Lapangan dalam penyelesaian permukaan
bawah yang akan berhubungan dengan beton tidak cukup baik, maka
harus diolah mesin perkakas dan biaya-biaya untuk pekerjaan
tersebut dibebankan atas resiko Penyedia.
9.26. Penyediaan Untuk Pemasangan Akhir
(4) Penyedia harus menyediakan seluruh jumlah paku keling, mur, baut
cincin baut dan sebagainya yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan di lapangan sebanyak 10 % dari setiap ukuran paku keling
ataupun ukuran baut mur dan cincin baut. pada saat pengiriman,
kepada Direksi Teknis/Lapangan. Penyedia menyerahkan montase
(kalau diperlukan pihak ke 3) dua copy daftar paku keling dan
bautnya yang menyatakan jumlah, ukurang, kualitas serta letaknya
dimana akan dipakai pada pekerjaan.
(5) Ukuran paku keling yang tertera pada gambar rencana adalah ukuran
sebelum dipanaskan. Kepala paku keling haruslah penuh, dibentuk
dengan cermat, konsentris dengan batangnya dan berhubungan
langsung dengan permukaan batang. Setiap paku keling harus cukup
panjang membentuk kepala dengan ukuran-ukuran standard serta
cukup untuk lubang.
(6) Semua baut mur, hitam atau pas harus mempunyai kepala yang
ditempa tepat konsentris dan siku dengan batangnya dengan kepala
serta mur yang hexagonal (kecuali jika jenis kepala yang lain
diisyaratkan dalam gambar). Batang baut haruslah lurus dan baik.
Bila dipakai baut pas diameternya harus seperti diameter yang tertera
dalam gambar rencana haruslah dikelompokkan dengan cermat
sesuai dengan ukuran panjang batangnya yang tak berulir. Diameter
lubang cincin baut adalah 1.50 mm lebih besar dari diameter baut.
Baut stall haruslah baut hitam yang 1,5 mm lebih kecil dari diameter
lubang dimana digunakan. Baut baja keras. Mur dan cincin baut
harus berukuran seperti yang tertera pada gambar rencana dan
harus memenuhi Acuan Normatif.
9.27. Pengangkutan dan Penanganan
yang retak terbentuk jelek atau dengan kepala yang cacad atau BAB - VI
dengan kepala yang sangat eksentris terhadap batangnya harus
dipotong dan diganti dengan paku keling yang baik, membentuk
kembali kepala paku keling tidak diperkenankan. Kepal paku keling
yang agak pipih dapat digunakan pada tempat-tempat tertentu kalau
ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
9.29. Penggunaan Baja Keras, Baut-baut untuk Pemasangan Akhir
Pemasangan
Setiap sambungan dibuat bersama-sama dengan baut stel sehingga
setiap bagian serta plat berhubungan rapat dengan baut menyeluruh
sebanyak 50% dari lubang harus diisi dengan baut stel dan minimal
10% atau pada setiap potongan dan plat minimal 2 lubang diisi
dengan drift paralel sesuai dengan yang disyaratkan pada ”Paralel
Drift untuk Montase” baut baja kerja harus dipasang dengan cincin
baut yang diperlukan, sebuah di bawah kepala baut dan sebuah lagi
di mur.
Harus diperhatikan bahwa cincin baut itu terpasang dengan
cekungnya menghadap keluar.
Memasukan dan mengencangkan baut baja keras dimulai sebelum
sambungan diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan
atau wakilnya. Bidang di bawah kepala baut tidak boleh menyimpang
dari bidang tegak lurus terhadap as baut lebih dari 3,5 derajat,
memakai cincin baut miring (tarped) dapat dilakukan kalau
dipandang perlu, baut menonjol melalui mur tidak kurang dari 1,5
mm tidak melebihi 4,5 mm.
Baut stel yang digunakan untuk membuat permulaan awal pekerjaan
dapat seterusnya digunakan pada sambungan.
Mengencangkan Baut
Baut baja keras dapat dikencangkan dengan tangan atau dengan
kunci yang digerakan dengan mesin.
Kunci pas harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan dan dapat menunjukan bila tercapai torque yang
disyaratkan telah tercapai.
Galvanis
Bila ditentukan ada pekerjaan Galvanisasi maka yang dikehendaki
adalah Galvanisasi celup panas.
Plat Baja yang digalvanisir
Bahan
Untuk melapisi talang cucuran antara dua sudut atap, untuk
saluran air hujan, bubungan dan pinggul pada atap sirap dan pada
tempat lain yang ditunjukan pada gambar harus dipakai baja yang
digalvanisir celup panas dari ukuran yang telah ditentukan,
tebalnya lembaran plat baja banyak seng pelindungnya, harus
sesuai dengan tabel berikut :
Berat Seng
BWG No. Tebal Plat Baja
(gr/m2)
22 0,71 534
24 0,56 534
26 0,46 380
28 0,36 380
Pemasangan
Semua pekerjaan dari plat baja yang digalvanisir harus dibuat
BAB - VI
dan dipasang menurut standar yang paling baik. Pinggiran dan
gulungan harus lurus dan tidak boleh ada lekukan, kelim
patriannya harus betul-betul kedap air dan tidak ada patrian
yang tercecer atau berlimpah.
Satuan yang dibuat dari galvanis harus dipasang memakai
paku sekrup galvani atau dengan memakai lembaran penutup
(holderbats) yang bentuk dan ukurannya tertera dalam gambar.
Memateri
Solder mematri dengan mutunya paling baik yaitu terdiri dari ½
timah hitam dan ½ timah putih. Muriatic acid harus dipergunakan
sebagai peleburnya kedua zat.
BAB - VI
PASAL - 20. PEKERJAAN PASANGAN
10.7. Bahan-bahan
(1) Semen Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang
dipakai pada beton dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat
yang tertera pada Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8.
(2) Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
Butir-butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan
dengan tangan
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %
Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat
adanya zat-zat organik tidak boleh lebih tua dari larutan normal atau
lariutan teh yang sedang kepekatannya.
Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih
natrium sulfat tidak boleh lebih dari 10 %
Jika dipergunakan untuk adukan dengan semen yang mengandung
lebih dari 0,6 % alkali, dihitung sebagai natrium oksida pada
pengujian tidak boleh menunjukan sifat reaktif terhadap alkali.
Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengn adukan
pembanding yaitu yang menggunakan semen sama dengan pasir
normal tidak boleh kurang dari 65 % pada pengujian 7 hari.
Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan
Butir-butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm.
(3) Batu Alam
Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari
gunung), batu belah atau batu karang asalkan harus memenuhi
syarat-syarat sebagi berikut:
(6) Kapur
Kapur yang dipakai harus kapur aduk yang bermutu tinggi yang telah
disetujui Direksi Teknis/Lapangan
(7) Lain-lain
Bahan-bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel-tegel
teraso, keramik dan lain-lain harus sesuai dengan yang disyaratkan
oleh Direksi Teknis/Lapangan atau seperti yang disyaratkan pada
saat rapat penjelasan.
10.8. Adukan
(1) Mencampur
Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran,
mempunyai alas yang rata dan keras, tidak menyerap air yang
sebelumnya harus ada persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
Apabila tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh
dilakukan dengan tangan (dengan memakai cangkul dan
sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan yang merata.
(2) Komposisi
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam
gambar atau dalam uraian dan syarat-syarat ini.
Jenis Spesi
M1 1 pc : 1 kpr : 6 psr
atau 1 pc : 3 psr
M2 1 pc : 2 psr
M3 1 pc : 4 psr
dengan yang lain harus lurus, seragam dengan menarik garis lurus diBAB - VI
antara kedua ujungnya.
Ventilasi tersebut nantinya harus dicat dengan cat tembok sesuai
dengan yang ditetapkan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
10.10. Pasangan Batu Bata
(1) Bahan
Persyaratan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
e. Batu bata/hollowbrick harus memenuhi NI-10
f. Semen portland harus memenuhi NI-8
g. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2
h. Air harus memenuhi PUBBI-1982 pasal 9 Pemasangan
(2) Syarat-syarat pelaksanaan
a. Batu bata/hollowbrick yang digunakan adalah batu bata setempat
dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan,
yaitu siku dan sama ukurannya.
b. Sebelum digunakan batu bata/hollowbbrick harus direndam dalam
bak air atau drum hingga jenuh.
c. Setelah bata terpasang dengan adukan, naad/siar-siar harus
dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan
kemudian disiram air.
d. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri
dari (maksimal) 24 lapis setiap hari, diikuti dengan cor kolom
praktis.
e. Bidang dinding bata 1/2 (setengah) batu yang luasnya lebih besar
dari 12 m3 harus ditambah kolom dan balok penguat (kolom
praktis) dengan ukuran 15 x 15 cm, dengan 4 buah tulangan
pokok berdiameter 12 mm, beugel diameter 8-20 cm, jarak antara
kolom maksimal 4 m.
f. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguatan stek-stek besi
beton diameter 8 mm. jarak 40 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dalam pasangan bata minimal 30 cm, kecuali ditentukan lain.
g. Pasangan batu bata merah untuk dinding 1/2 (setengah) batu
harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan untuk
dinding 1 (satu) batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan
harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
h. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam di dalam
dinding, harus dibuat pahatan yang secukupnya pada pasangan
bata (sebelum diplester). Pahatan tersebut setelah dipasang
pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan
plesteran seluruh bidang tembok.
10.11. Plesteran
(1) Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah
liat, lumpur atau campuran-campuran lain.
b. Semen Portland
Semen portland yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian
yang membatu dan dalam sak yang tertutup seperti disyaratkan
dalam NI-8.
c. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak
seperti minyak, asam atau unsur-unsur organik lainnya.
BAB - VI
c. Plesteran dengan campuran 1 Pc : 4 Ps digunakan pada dinding,
sedangkan untuk daerah basah digunakan plesteran dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps.
d. Apabila diperlukan, acian dibuat dengan bahan PC dicampur air
sampai mencapai hasil kekentalan yang sempurna.
(3) Pelaksanaan
i. Permukaan dinding batu bata atau permukaan beton harus
dibersihkan dari noda debu, minyak cat, bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya ikat plesteran.
j. Untuk mendapatkan permukaan yang rata dan ketebalan sesuai
dengan yang diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan
plesteran harus dibuat terlebih dahulu "kepala plesteran" untuk
dipergunakan sebagai acuan.
k. Pasangkan lapisan plesteran setebal yang disyaratkan (ñ 20 mm)
dan diratakan dengan roskam kayu/besi dari kayu halus tersebut
dan rata permukaannya ataupun dengan profil aluminium dengan
panjang minimal 1,5, kemudian basahkan terus selama 3 (tiga)
hari untuk menghindarkan terjadinya retak akibat penyusutan yang
mendadak.
l. Untuk plesteran pada permukaan beton, mula-mula permukaan
beton harus dikasarkan dengan pahat besi untuk mendapatkan
daya ikat yang kuat antara permukaan beton dengan plesteran.
Bilamana perlu permukaan beton yang telah dikasarkan diberi
bahan additive, misalnya "Calbon".
m. Permukaan beton harus dibasahi air hingga jenuh.
n. Dalam pelaksanaan plesteran permukaan beton dengan ketebalan
minimal 2 cm, tidak diperbolehkan melakukan plesteran sekaligus,
tetapi harus dilakukan secara bertahap yaitu dengan cara
menempelkan adukan semen pada bagian yang akan diplester,
kemudian setelah mengering, dilakukan plesteran berikutnya
dengan adukan semen pasir hingga mencapai ketebalan yang
dikehendaki.
o. Apabila terdapat bagian plesteran pada permukaan beton dengan
ketebalan lebih dari 3 cm, sebagai akibat dari kesalahan pada
waktu pengecoran atau yang lainnya, maka plesteran tersebut
harus dilapis dengan kawat ayam yang ditempelkan pada
permukaan beton yang akan diplester. Biaya penambahan kawat
ayam tersebut menjadi tanggungan Penyedia.
p. Apabila ada pekerjaan plesteran yang harus dibongkar atau
diperbaiki, maka hasil akhir (finishing) dari pekerjaan tersebut
harus dapat menyamai pekerjaan yang telah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
10.12. Pasangan Batu
(1) Bahan
d. Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber bahan
yang tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan
terhadap udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi
yang dimaksud.
e. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan Pekerjaan sebelum digunakan. Batu untuk
pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin harus
berbentuk persegi.
f. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua
batu yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus
tertahan ayakan 10 cm.
(2) Adukan
Bila tidak ditentukan lain, adukan yang dipakai adalah 1 PC : 4 Pasir
BAB - VI
harus menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah
dilakukan di pabrik dan berlaku untuk semua jenis barang.
2.5. Standar
(1) Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SNI 06-4829-2005. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk
produk tertentu atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang
ditawarkan dapat menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa
kualitas keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang
ditetapkan dalam dokumen lelang ini.
(2) Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan
material bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi
teknis yang ditentukan.
(3) Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan menyertakan semua
pipa dan fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material
penyambung dan bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar
Kualitas dan Bahan atau dalam gambar / drawing.
2.6. Standard yang dapat diterima adalah :
SNI 06-4829-2005 Pipa polietilena untuk air minum
SNI 06-4821-1998 Metode pengujian dimensi pipa polietilena untuk
air minum
SNI 06-2552-1991 Metoda pengambilan contoh uji pipa PVC untuk air
minum
SNI 19-6783-2002 Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih
ISO 4427 :1996 Polyethylene pipes for water supply spesifications
ISO 6964-1986 Polyolefin pipes and fittings – Determination of
carbon black content by calcinations pyrolysis –
Test method and basic spesification
ISO / TR 10837 – 1991 Determination of the thermal stability of
polyetilene for us in gas pipes and fitting’s
ISO 11420 : 1996 Method for the assesment of the degree of carbon
black dispersion in polyolefin pipes, fittings and
compound’s
ISO 6259 / 1985 Pipe for polyethylene – Part 1 : Determination of
tensile properties
ISO 3126 : 1974 Plastic pipe – measurement of dimension
ISO 1167 : 1996 Thermoplastic pipes for the conveyance of fluids –
resistance to internal pressure – Test Method
ISO 1133 : 1991 Plastic – Determination of the melt mass – flow
rate (MFR) and melt volume flow rate (MVR) of
thermoplastics
ISO 2505 -1-1994 Thermoplastics pipe – Longitudinal reversion –
part 1 : determination methods
ISO 3607 : 19977/E Tolerances on outside diameters and wall
thickenesses
AS / NZS 4130 : 97 Polyethylene pipes for pressure aplication
ASTM D 3350 – 1999Standard spesification polyethylene plastics pipe
and fittings material
JIS 6762 – 1998 Double wall polyethylene pipes for water supply.
2.7. Diameter Pipa
(1) Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan
dalam daftar kuantitas bahan.
(2) Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus
sesuai dengan kelas N.
(3) Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn +BAB - VI
1) mm, dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm
(4) Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan
0,02dn, dibulatkan menjadi 0,1 mm
(5) Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn,
dibulatkan menjadi 0,1 mm
(6) Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18
dn dan pipa jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung,
diperlukan peralatan untuk penggulungan ulang
2.8. Tekanan kerja
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan
kerja minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2).
Catatan :
1)
Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan
(4) Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah
merupakan kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam
ternyata gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya
dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangan uji yang
baru, dan waktu kegagalan minimum yang baru supaya dipilih
sebagaimana tabel dibawah.
PE 80 PE 100
Waktu Waktu
Tegangan Kegagalan Tegangan Kegagalan
MPa Minumum MPa Minumum
(jam) (jam)
4.6 165 5.5 165
4.5 219 5.4 233
4.4 283 5.3 332
4.3 394 5.2 476
4.2 533 5.1 688
4.1 727 5.0 1000
4.0 1000
2.11. Fitting
(1) Fitting sambungan harus sesuai dengan pipa yang akan dipasang
seperti yang tercantum dalam Bill of Quantity.
(2) Semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process
(pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan
kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
(3) Semua fitting yang dapat digunakan harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik pipa yang digunakan.
BAB - VI
b. Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar : JIS B 2311
(sampai dengan 500 mm) dan JIS G 3451. atau AWWA C 208.
(2) "Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih
kecil harus terdiri dari dua potongan bend. Bend yang mempunyai
sudut defleksi lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat
harus difabrikasi dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend
yang mempunyai sudut defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri
dari empat potongan bend.
BAB - VI
1.12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
1.13. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
pemasangan pipa sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat
yang tercantum dalam syarat – syarat teknis pekerjaan ini.
1.14. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
(1) Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti
terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa
berada di atas galian, segera sebelum pemasangannya pada posisi
terakhir.
(2) Ujung spigot harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang
paling mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan
yang rusak harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi
Lapangan/Teknis, yang akan menentukan perbaikan atau dibuang.
1.15. Pembersihan Pipa
(3) Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari ”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar ujung
spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian dalam ”bell” harus diseka
sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
(4) Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting
yang telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari
benda asing dan kotoran. Tindakan pencegahan harus berupa
pengguna kain pembersih selama pemasangan dan penyumbatan
kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir pekerjaan setiap hari.
(5) Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari
akhiran-akhiran bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran spigot
dan bagian dalam dari bell harus dibersihkan, kering dan bebas dari
lemak dan minyak sebelum pipa dipasang.
1.16. Penurunan Pipa Kedalam Galian
(1) Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memenuhi syarat
harus disediakan dan digunakan oleh penyedia jasa bagi keamanan
dan kelancaran pekerjaan.
(2) Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu
persatu dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau dengan
perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian rupa untuk
mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun lapisan pelindung
luar dan dalamnya.
(3) Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
(4) Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain
dalam penanganannya, kerusakan tersebut harus segera
diberitahukan kepada Direksi Lapangan/Teknis. Direksi
Lapangan/Teknis akan menetapkan perbaikan atau penolakan bahan
yang rusak tersebut.
1.17. Peletakan Pipa
(1) Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam pipa ketika
pipa diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-
bahan, peralatan, pakaian atau barang-barang lain yang diletakkan di
dalam pipa.
(2) Pada waktu peralatan pipa dalam galian, letak akhiran spigot harus
tepat dengan bell dan dipasang dengan lintas dan sudut yang benar.
Pipa harus terletak dengan betul dan timbunan harus dipadatkan
kecuali pada bagian bell. Harus dijaga agar kotoran tidak masuk ke
dalam ruang antara sambungan.
(3) Jika pasangan pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.
e. Thrust Blok
• Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting
dan aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari
beton fc 20 MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada
'
BAB - VI
(14) Petunjuk operasi (operating manual) harus disediakan untuk setiap
jenis valve dan perlengkapannya.
(15) Penyedia barang/jasa harus menyertakan sertifikat dari pabrik yang
menerangkan bahwa setiap valve telah memenuhi persyaratan yang
diminta dalam spesifikasi ini.
1.22. Gate Valve
(1) Bila tidak disebut dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity), maka
gate valve yang ditawarkan adalah gate valve dari jenis “Non Rising
Stem”.
(2) Valve harus memenuhi standar “Gate Valve for Water and Other
Liquids” (AWWA C 500) atau standar internasional lain yang sama atau
yang lebih tinggi kualitasnya dan didesain khusus untuk tekanan kerja.
(3) Penawaran gate valve adalah berikut hand wheel harus dilengkapi
dengan kunci T (Tee Key) minimal satu buah.Tee key tersebut
dilengkapi dengan pendongkel tutup surface box street cover dan
terbuat dari baja ST 40 yang telah digalvanis.
(4) Bila dalam Volume Pekerjaan (Bill of Quantity) diperlukan extension
spindle maka material tersebut terbuat dari baja ST 40 yang telah
digalvanis. Harga penawaran extension spindle sudah termasuk
potongan pipa PVC untuk melindungi extension spindle tersebut dari
urugan tanah.
(5) Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang kelabu
atau bahan dengan kualitas lebih tinggi.
(6) Badan gate valve harus terbuat dari besi (iron body) dengan dudukan
dari logam perunggu, tangkai valve jenis non-rising dan dengan katup
yang solid (solid wedge gate). Valve harus cocok untuk pemasangan
dengan posisi tegak (vertikal mounting). Valve harus dirancang untuk
saluran air yang bebas hambatan yang mempunyai diameter tidak
kurang dari diameter nominal valve apabila dalam posisi terbuka.
(7) Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan valve
seperli telah dispesifikasikan diatas dan harus dalam posisi terbuka.
Tinggi dari stuffing box tidak boleh kurang dari diameter valve. Packing
pada stuffing box harus terbuat dari asbes atau bahan lain yang sesuai
dan disetujui engineer. Packing dari hemp atau jute (rami) tidak boleh
digunakan. O-ring stem seal dapat digunakan atas persetujuan
engineer dan seal ini harus terdiri dari 2 (dua) buah O-ring seal dan
paling sedikit 1 (satu) buah ditempatkan di atas stem-collar dan dapat
dilakukan penggantian dalam keadaan tekanan kerja penuh dimana
valvenya dalam posisi terbuka penuh.
(8) Stem terbuat dari perunggu atau stainless steel.
(9) Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau perunggu.
(10) Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron, rata
dan tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas
yang padat. Tutup harus disertakan pada surface box tersebut dan
diberi cetakan “PDAM -................." pada bagian atasnya.
(11) Joint antara tutup dengan badan bisa berupa engsel atau dihubungkan
dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan dengan masing-masing
dimensi valve dan sudah dicoating dengan anti karat.
(12) Valve dengan ukuran 80 mm atau lebih kecil mempunyai badan yang
terbuat dari perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate valve memiliki
solid wedge (baji), skrup dalam dan tangkai pengungkit.
(13) Gate valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan JIS B
2011 atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja besamya 0.98
Mpa (10 kglcm²). Valve harus dilengkapi dengan roda pemutar dan
ujung berulir (sekrup).
(14) Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu pada
JIS H 5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya rentang tidak
kurang dari 196 N/mm2 (20 kg/m2). Piringan terbuat dari perunggu BAB - VI
cetakan sesuai spesifikasi di atas atau dari kuningan yang mengacu
pada AS H 3250, kelas C 3711 atau dari tembaga yang mempunyai
daya rentang tidak kurang dari 314 N/mm 2 (32 kg/m2). Stem/tangkai
harus terbuat dari tembaga sesuai spesiflkasi di atas.
1.23. Chek Valve
(1) Penyedia jasa harus menyediakan check valve jenis Swing Check
VaIve/KIep Tabok dengan sambungan flange.
(2) Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang dapat
dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan.
(3) Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak)
yang dapat menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang
membuatnya, besamya diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
(4) Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari besi
tuang.
(5) Kedudukan untuk cakram terbuat dari Neophrene Synthetic Rubber
yang berkualitas baik.
(6) Tekanan kerja dari check valve mampu menahan 10 kg/cm2.
(7) Chek Valve harus didesain sedemikian rupa sehingga piringan,
dudukan cincin dan bagian-bagian dalam lainnya yang mungkin perlu
untuk perbaikan harus mudah diambil, mudah dipindahkan dan mudah
diganti tanpa menggunakan peralatan khusus atau harus
memindahkan valve dari jalumya.
(8) Valve harus cocok untuk pengoperasian dalam posisi horizontal atau
vertikal dengan aliran keatas dan ketika terbuka penuh valve harus
mempunyai daerah aliran bersih (a net-flow area) tidak kurang dari
luas diameter nominal pipa dan ujung flange.
1.24. Air Realese Valve
(1) Katup udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti
hal-hal sebagai berikut :
a. Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
b. Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
c. Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
d. Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang
dilepaskan.
e. Aman terhadap vakum.
f. Seluruh air valve dengan standard flange JIS-B2213. Setiap valve
lengkap dengan mur, baut, ring dan dudukan (stool). Ukuran sesuai
dengan yang diberikan pada uraian pekerjaan.
g. Badan valve terbuat dart cast iron atau ductile iron dan pelampung
dari ebonit, stainlees steel atau Acrynolitrie Butediene Steel.
h. Seluruh bagian yang bergerak terbuat dari stainlees steel, bronze
atau ABS.
i. Valve harus diuji dengan tekanan sebesar 1 bar diatas tekanan
kerja dan tidak menunjukkan gejala kebocoran.
j. Juga tidak terjadi kebocoran bila tekanan minimum 0,1 bar.
k. Penyedia Jasa harus menyediakan katup penutup (isolating valve)
secara terpisah untuk setiap katup udara dengan jenis kupu-kupu
(butterfly valve) dengan spesifikasi sbb:
• Setiap badan valve terbuat dari cast iron atau ductile iron dengan
rubber seal, disc, valve shaft dan peralatan mekanisme
operasional yang mengikuti 'Standards for Rubber Seated
Butterfly Valves' (AWWA Designation C 504) atau standard
Internasional lain yang disetujui yang sama atau lebih tinggi
kualitasnya dari yang disebutkan.
BAB - VI
• Setiap piringan (valve disc) harus dapat berputar dengan sudut
90o dari posisi terbuka penuh sampai tertutup. Sumbu perputaran
valve harus horizontal.
• Mekanisme operasional harus terkait pada badan valve dan
sesuai dengan standard AWWA C 504,
• Setiap mekanisme operasional harus dapat dilepas untuk
pengawasan dan perbaikan,
• Mekanisme operasional untuk pengoperasian valve secara
manual harus dapat mengunci sendiri sehingga tangga aliran air
atau vibrasi tidak mengakibalkan piringan berpindah dari
lempatnya semula.
• Setiap valve didesain untuk tekanan melintang pada piringan
(bila tertutup rapat) sama dengan rate lekanan pada pipa.
• Seluruh valve harus mengikuti Spesifikasi dan harus dapat
membuka atau menutup bila tidak dioperasikan dalam periode
yang lama.
• Badan valve dan flange terbual dari cast iron dan mengikuti
"Specification for Grey Iron Casting for Valves, Flanges and Pipe
Fittings kelas B(ASTM Designation A 126) alau ductile iron
(ASTM 536). Flange harus mengikuti standard JIS-8 2213.
l. Dudukan valve harus dapat menjaga valve pada posisi yang
seharusnya.
m. Tipe air valve harus sesuai dengan spesifikasi di bawah ini yang
tergantung pada ukuran pipa yang dipasang.
(2) Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata BAB - VI
dengan air bersih.
(3) Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua
katup, memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan
membuka katup udara sepanjang jalur pipa.
(4) Bila di titik puncak tidak dipasang katup pelepas udara, maka harus
dipasang katup penguapan (evaporation) pembantu.
(5) Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak katup, ujung
bidang pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan
0,75 MPa (≈7,5 kg/cm2).
(6) Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-
kantong udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada
dalam tekanan ringan yang harus dipertahankan untuk jangka waktu
24 jam. Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus
segera diperbaiki.
(7) Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu
pengujian tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting
sambungan, atau katup yang rusak harus disingkirkan dan diganti.
Pengujian harus diulang sampai memuaskan.
(8) Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang
lebih besar dari yang ditetapkan dalam Tabel, lokasi kebocoran harus
ditetapkan, lalu bahan atau sambungan yang rusak segera diperbaiki
atau diganti.Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam
kisaran yang diijinkan.
1.29. Pengujian Tekanan Dengan Test Band (Pipa Diameter 700 mm dan yang
Lebih Besar)
(1) Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam pipa.
Setiap sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan
penyambungan selesai. Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang
dari 5 menit dengan tekanan uji dijaga agar tetap konstan.
(2) Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi,
waktu, tanggal dan data setiap pengujian, termasuk peta lokasi
pengujian.
(3) Sambungan yang rusak harus segera dilepas dan disambung kembali,
serta lakukan lagi pengujian.
1.30. Penggelontoran Pipa
(1) Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran
memakai air bersih. Penggelontoran dilakukan dengan
membuka/menguras cabang pembuang (drainase branch), mulai dari
hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
(2) Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
(3) Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki
apabila ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil
pengujian dinyatakan telah disetujui.
BAB - VI
untuk jalan-jalan protokol (lalu lintas padat dan kendaraan-kendaraan
berat) harus dilindungi dengan pelat baja.
2.10. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee, elbow/bend
dan sebagainya harus diberi blok-blok penahan dari beton (beton K-175).
2.11. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-
jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk
mencegah masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor kedalam pipa.
Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan
bebas dari minyak/oli, aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
2.12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
2.13. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
pemasangan pipa sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-syarat
yang tercantum dalam syarat-syarat teknis pekerjaan ini.
(1) Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
a. Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan
teliti terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika
pipa berada di atas galian, segera sebelum pemasangannya pada
posisi terakhir.
b. Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang
paling mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan
yang rusak harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh
Direksi Lapangan/Teknis, yang akan menentukan perbaikan atau
dibuang.
(2) Pembersihan Pipa
a. Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari ”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar
ujung spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian dalam ”bell” harus
diseka sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
b. Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting
yang telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari
benda asing dan kotoran. Tindakan pencegahan harus berupa
pengguna kain pembersih selama pemasangan dan penyumbatan
kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir pekerjaan setiap hari.
c. Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari
akhiran-akhiran bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran
spigot dan bagian dalam dari bell harus dibersihkan, kering dan
bebas dari lemak dan minyak sebelum pipa dipasang.
(3) Penurunan Pipa Kedalam Galian
a. Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memenuhi syarat
harus disediakan dan digunakan oleh penyedia barang/jasa bagi
keamanan dan kelancaran pekerjaan.
b. Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian
satu persatu dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau
dengan perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai, sedemikian
rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun
lapisan pelindung luar dan dalamnya.
c. Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
d. Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan
lain dalam penanganannya, kerusakan tersebut harus segera
diberitahukan kepada Direksi Lapangan/Teknis. Direksi
Lapangan/Teknis akan menetapkan perbaikan atau penolakan
bahan yang rusak tersebut.
e. Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan
kedalam galiannya dapat dengan 2 cara : baik dilepas dulu dari
gulungannya baru diturunkan atau diturunkan dulu kedalam galian
dalam bentuk roll baru dilepas. Pipa PE diameter besar diproduksi
dalam bentuk batang.
BAB - VI
f. Semua pipa, ”Fitting” dan ”Valve” harus diturunkan kedalam galian
satu persatu, dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau
dengan perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai sedemikian
rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun
lapisan pelindung luar dan dalamnnya. Bahan tersebut dengan
alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan ke dalam
galian.
(4) Pemotongan Pipa
a. Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin.Bila perlu
pemotongan harus dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa dan
rata. Pemotongan harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai
dengan rekomendasi pabrik.
b. Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan
dipotong dengan alat yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut.
Ujung potongan serong harus sama degnan yang dibuat dipabrik.
c. Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung
potongan serong harus sesuai denga rekomendasi pabrik. Tanda
kedalaman (garis melingkar yang jelas) harus dibuat diujung spigot
pipa yang dipotong dilapangan untuk menandakan kedalaman
penetrasi spigot yang benar kedalam sambungan pipa.
2.14. Jenis Cara Penyambungan
(1) Cara sambungan pipa Polyetheline adalah sbb :
a. Sambungan mekanis
Mechanical-joint: sambungan plastik, injection( 20 mm-63 mm)
imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
- BAB - VI
Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara
hidrolik.
- Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya.
Periksa bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
- Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya
bagian permukaan yang akan disambung menyentuh
lempengan. Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan
tekanan yang ditentukan sebelumnya.
- Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan
lelehannya merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
- Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus
dilepas supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan
tarik sedemikian sampai pertumbuhan lelehan terkontrol
selama waktu pemanasan. Periksa bahwa pipa tidak bergeser
posisinya di clamp dan ujung pipa harus terus dijaga agar
tetap kontak dengan plat pemanasan.
- Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan
pemanas pastikan bahwa tidak menyentuh permukaan yang
meleleh.
- Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-
perhitungan yang ada) dan ratakan permukaan yang sudah
meleleh bersama pada tekanan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
- Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan
minimal sesuai yang diindikasikan pada table.
- Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin
tapi tidak boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama
pada waktu pendinginan diatas.
- Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan
cek bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan.
Data semua sambungan dengan mengisi Butt Welding QA
Sheet.
b. Socket Welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya
mempunyai diameter 20 mm -125 mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
• Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan
dengan cairan pembersih khusus;
• Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan
mal yang sudah ditetapkan;
• Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket
sambungan ke dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
• Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera
dimasukkan ke dalam socket sambungan;
• Biarkan beberapa saat sampai dingin;
c. Electro welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya
mempunyai diameter 20 mm -125 mm.
• Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan
pemanasnya.
• Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus
disediakan.
• Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan
tegangan dari spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh
produsen sambungan harus sudah disediakan.
• Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus
dibersihkan dengan cairan pembersih.
BAB - VI
Air valve dengan lubang kecil didesain untuk pengoperasian
secara otomatis yang akan mengeluarkan udara yang
terakumulasi bertekanan pada saat aliran air dalam penuh.
BAB - VI
harus disiapkan. Sebelum melaksanakan pemasangan jembatan pipa,
gambar yang menunjukan semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi
abutment, tiang pancang dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan/Teknis untuk terlebih
dahulu diperiksa dan disetujui. Penyedia jasa tidak dibenarkan
melaksanakan pemasangan jembatan pipa sebelum gambar kerja
disetujui Direksi Lapangan/Teknis.
(8) Ring support harus betul-betul dipasang pada setiap bantalan per
sebagaimana terlihat pada gambar. Ring support harus dibuat dari satu
jenis baja sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah semua
clamp pengaman pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki dilas
pada sekeliling pipa dan dicat.
(9) Semua pipa baja yang terekspos, fitting, sambungan dan pipa yang
akan ditanam dalam tanah harus dilindungi sesuai dengan SNI yang
berlaku untuk pelapisan pipa baja mengenai lapisan pelindung luar dan
lapisan pelindungan dalam.
(10) Konstruksi perlintasan pipa melalui rel kereta api harus memakai
pelindung pipa dengan bahan dari kontruksi beton atau kontruksi
lainnya yang dapat menahan beban dari kereta yang lewat, dan
mendapat persetujuan dari PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI)
(11) Pelaksanakan pekerjaan perlintasan rel kereta api dibawah
pengawasan oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
2.16. Pengujian
(1) Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa
induk, katup, bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe
driving), perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya selesai dikerjakan
sesuai dengan standar .
(2) Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus
dilakukan untuk menjamin bahwa sambungan pipa dan
perlengkapannya dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-
blok penahan (thrust block permanen) sanggup menahan tekanan
sesuai dengan tekanan kerja pipa.
(3) Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran, serta peralatan meter yang diperlukan untuk
penguatan tekanan dan kebocoran harus disediakan.
(4) Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian
air dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump)
yang dilengkapi meteran air dan harus dicegah terjadinya gelombang-
gelombang tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah
manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang
jaringan pipa yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak
terdapat katup udara, tenaga ahli harus menetapkan cara pengeluaran
udara.
2.17. Pengujian Tekanan Air
(1) Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan
dan semua konstruksi pengaman dari beton harus sudah berumur
Iebih dari 7 hari.
(2) Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang jalur
pipa harus diisi dengan air bersih dan diuji dengan tekanan 0,75 MPa
(≈ 7,5 kg/cm2).
(3) Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian
dilakukan dengan tekanan yang sama dengan memakai test band.
(4) Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-bagian
sambungan dimana peralatan ini harus terlihat dan diamati pada waktu
penguatan berlangsung.
(5) Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah gangguan
lalu lintas atau keperluan lainnya, maka harus sesuai dengan Direksi
Lapangan/Teknis. BAB - VI
(6) Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m,
dapat langsung diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan
uji disesuaikan dengan jenis dan kelas pipa, kecuali bila ditetapkan
lain.
(7) Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan hidrostatis
harus disediakan dan terlebih dahulu harus diperiksa serta disetujui
oleh tenaga ahli. Jika hasil pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan
gagal maka harus dicari sumber kebocoran dan lalu diperbaiki, serta
lakukan uji ulang hingga memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
(8) Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa,
instrumen-instrumen harus dapat menahan tekanan uji tanpa
menimbulkan kerusakan pada elemen-elemennya, kalau tidak, atau
instrumen tersebut harus diangkat selama pengujian dan diganti
sementara dengan pasak/sumbat pipa dengan persetujuan tenaga
ahli.
2.18. Pengujian Tekanan
(1) Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah
galian diurug, tetapi sebelum perbaikan kembali lantai keras.
Sambungan sedapat mungkin harus ditempatkan selama pengujian
berlangsung.
(2) Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata
dengan air bersih.
(3) Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua
katup, memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan
membuka katup udara sepanjang jalur pipa.
(4) Bila di titik puncak tidak dipasang katup pelepas udara, maka harus
dipasang katup penguapan (evaporation) pembantu.
(5) Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak katup, ujung
bidang pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan
0,75 MPa (≈7,5 kg/cm2).
(6) Jalur pipa harus diisi dengan air minum secara perlahan agar kantong-
kantong udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada
dalam tekanan ringan yang harus dipertahankan untuk jangka waktu
24 jam. Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus
segera diperbaiki.
(7) Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu
pengujian tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting
sambungan, atau katup yang rusak harus disingkirkan dan diganti.
Pengujian harus diulang sampai memuaskan.
(8) Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang
lebih besar dari yang ditetapkan dalam Tabel, lokasi kebocoran harus
ditetapkan, lalu bahan atau sambungan yang rusak segera diperbaiki
atau diganti.
(9) Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran yang
diijinkan.
2.19. Pengujian tekanan dengan test band (pipa diameter 700 mm dan yang
lebih besar)
(1) Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam pipa.
(2) Setiap sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan
penyambungan selesai. Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang
dari 5 menit dengan tekanan uji dijaga agar tetap konstan.
(3) Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi,
waktu, tanggal dan data setiap pengujian, termasuk peta lokasi
pengujian.
(4) Sambungan yang rusak harus segera dilepas dan disambung kembali,
serta lakukan lagi pengujian.
(5) Penggelontoran Pipa
a. Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan
penggelontoran memakai air bersih. Penggelontoran dilakukan
dengan membuka/menguras cabang pembuang (drainase branch),
mulai dari hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
b. Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
c. Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki
apabila ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun
hasil pengujian dinyatakan telah disetujui.
2.20. Pembersihan Pipa dan Desinfeksi
(1) Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil,
kotoran dalam pipa harus dibersihkah dengan membuka semua katup
penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfektan pada
jaringan pipa.
(2) Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air
minum yang mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik
dan dalam jangka waktu sampai air yang keluar dari katup penguras
secara visual bersih dan tidak mengandung sedimen.
(3) Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang dicampur
dengan chlor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa. Setelah 24 jam sisa
chlor harus diperiksa dan bila hasil pemeriksaan tersebut ternayat sisa
chlor lebih dari 5 mg/liter berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah
memenuhi persyaratan.
(4) Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chlor kurang dari
5 mg/liter, maka chlor haru ditambah dan dicampur dan selanjutnya
ditunggu selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan kembali.
Demikian seterusnya sampai sisa chlor lebih dari 5 mg/liter.
(5) Desinfeksi harus dilakukan sesuai dengan SNI 19-67.
BAB - VI
(1) Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan teliti
terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika pipa
berada di atas galian, segera sebelum pemasangannya pada posisi
terakhir.
(2) Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini yang
paling mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau peralatan
yang rusak harus diletakkan dekat galian untuk diperiksa oleh Direksi
Lapangan/Teknis, yang akan menentukan perbaikan atau dibuang.
3.4. Pembersihan Pipa
(1) Semua lepuhan, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari spigot setiap pipa dan bagian luar ujung spigot, dan
sebelum pipa dipasang bagian dalam harus diseka sampai bersih,
kering dan bebas dari lemak.
(2) Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting
yang telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari
benda asing dan kotoran. Tindakan pencegahan harus berupa
pengguna kain pembersih selama pemasangan dan penyumbatan
kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir pekerjaan setiap hari.
3.5. Penurunan Pipa Kedalam Galian
(1) Perkakas, peralatan yang baik, dan fasilitas yang memenuhi syarat
harus disediakan dan digunakan oleh kontraktor bagi keamanan dan
kelancaran pekerjaan.
(2) Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian satu
persatu dengan menggunakan kan secara hati-hati kedalam galian,
dengan batasan diameter memakai “crane”, Derek, tali, atau dengan
mesin, perkakas, atau peralatan, lainnya yang sesuai, dengan cara
sedemikian rupa agar mencegah kerusakan terhadap bahan, lapisan
pelindung luar (protective coating) serta lapisan pelindung dalam
(Linning). Bahan tersebut sama sekali tidak diperkenankan dijatuhkan
atau dilemparkan kedalam galian.
(3) Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
(4) Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan lain
dalam penanganannya, kerusakan tersebut harus segera
diberitahukan kepada Direksi Lapangan/Teknis. Direksi
Lapangan/Teknis harus menetapkan perbaikan atau penolakan bahan
yang rusak tersebut.
3.6. Pemasangan Pipa
(1) Harus dijaga agar bahan-bahan lain tidak masuk ke dalam pipa ketika
pipa diletakkan. Selama pekerjaan berlangsung tidak boleh ada bahan-
bahan, peralatan, pakaian atau barang-barang lain yang diletakkan di
dalam pipa.
(2) Pada waktu peralatan pipa dalam galian, letak akhiran spigot harus
tepat dengan bell dan dipasang dengan sudut yang benar. Pipa harus
terletak dengan betul dan timbunan harus dipadatkan kecuali pada
bagian bell. Harus dijaga agar kotoran tidak masuk ke dalam ruang
antara sambungan.
(3) Jika pasangan pipa berhenti pada suatu saat, ujung pipa harus ditutup
dengan bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.
3.7. Pemotongan Pipa
(1) Pemotongan pipa untuk menyisipkan ”Tee”, ”Bend” atau ”Valve” atau
tujuan lainnya, harus dilakukan dengan mesin potong yang sesuai
dengan cara yang rapih dan baik, tanpa menyebabkan kerusakan
pada pipa maupun lapisan pelindung dalamnya dan menghasilkan
ujung yang halus pada sudut yang tepat terhadap sumbu pipa.
(2) Pemotongan pipa baja harus dikerjakan dengan mesin pemotong yang
sesuai menghasilkan potongan yang halus pada sudut yang benar
BAB - VI
yang lelah digalvanis. Harga penawaran exlension spindle sudah
termasuk potongan pipa PVC untuk melindungi extension spindle
tersebut dari urugan tanah.
e. Badan dari gate valve, hand wheel/cap terbuat dari besi tuang
kelabu atau bahan dengan kualitas lebih tinggi.
f. Badan gate valve harus terbuat dari besi (iron body) dengan
dudukan dari logam perunggu, tangkai valve jenis non-rising dan
dengan katup yang solid (solid wedge gate). Valve harus cocok
untuk pemasangan dengan posisi tegak (vertikal mounting). Valve
harus dirancang untuk saluran air yang bebas hambatan yang
mempunyai diameter tidak kurang dari diameter nominal valve
apabila dalam posisi terbuka.
g. Stuffing box harus terbuat dari bahan yang sama dengan badan
valve seperli telah dispesifikasikan diatas dan harus dalam posisi
terbuka. Tinggi dari stuffing box tidak boleh kurang dari diameter
valve. Packing pada stuffing box harus terbuat dari asbes atau
bahan lain yang sesuai dan disetujui engineer. Packing dari hemp
atau jute (rami) tidak boleh digunakan. O-ring stem seal dapat
digunakan atas persetujuan engineer dan seal ini harus terdiri dari 2
(dua) buah O-ring seal dan paling sedikil 1 (satu) buah ditempatkan
di atas stem-collar dan dapat dilakukan penggantian dalam keadaan
tekanan kerja penuh dimana valvenya dalam posisi terbuka penuh.
• Stem terbuat dari perunggu alau stainless steel.
• Body seat ring dan disk seat ring terbuat dari kuningan atau
perunggu.
• Surface box untuk valve yang ditanam terbuat dari grey cast iron,
rata dan tahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh beban
lalu lintas yang padat. Tutup harus disertakan pada surface box
tersebut dan diberi cetakan “PDAM -................." pada bagian
atasnya.
• Joint antara tutup dengan badan bisa berupa engsel atau
dihubungkan dengan baut. Ukuran surface box disesuaikan
dengan masing-masing dimensi valve dan sudah dicoating
dengan anti karat.
• Valve dengan ukuran 80 mm atau lebih kecil mempunyai badan
yang terbuat dari perunggu, skrup bonnet (topi sekrup), gate
valve memiliki solid wedge (baji), skrup dalam dan tangkai
pengungkit.
• Gate Valve perunggu harus didesain dan dibuat sesuai dengan
JIS B 2011 atau ketentuan lain yang disetujui. Tekanan kerja
besamya 0.98 Mpa (10.0 kglcmr). Valve harus dilengkapi dengan
roda pemutar dan ujung berulir (sekrup).
• Badan Valve harus merupakan cetakan perunggu yang mengacu
pada JIS H 5111, kelas 6 atau cetakan perunggu dengan daya
rentang tidak kurang dari 196 N/mm2 (20 kg/m2). Piringan
terbuat dari perunggu cetakan sesuai spesifikasi di atas atau dari
kuningan yang mengacu pada AS H 3250, kelas C 3711 atau dari
tembaga yang mempunyai daya rentang tidak kurang dari 314
N/mm2 (32 kg/m2). Stem/tangkai harus terbuat dari tembaga
sesuai spesiflkasi di atas.
(8) Check Valve
a. Penyedia jasa harus menyediakan check valve jenis Swing Check
VaIve / KIep Tabok dengan sambungan flange.
b. Bagian atasnya tertutup dengan flange buta (blank-flange) yang
dapat dibuka sewaktu-waktu bila diperlukan.
c. Pada bagian luar badan check valve harus terdapat cap (tercetak)
yang dapat menunjukkan merk, atau dari pabrik mana yang
membuatnya, besamya diameter, tekanan kerja, dan arah aliran air.
d. Badan tutup atas dan cakram dari badan check valve terbuat dari
besi tuang.
350 dan lebih besar Tipe dengan dua 75 mm dan lebih besar
BAB - VI
gelombang tekanan, semua udara didalam pipa dilepas, serta sebuah
manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang
jaringan pipa yang diuji. Apabila bagian dari pipa yang diuji tidak
terdapat katup udara, tenaga ahli harus menetapkan cara pengeluaran
udara.
(5) Pengujian Tekanan Air
a. Sebelum pengujian tekanan air dimulai, blok-blok bantalan penahan
dan semua konstruksi pengaman dari beton harus sudah berumur
Iebih dari 7 hari.
b. Untuk pipa diameter 600 mm dan yang Iebih kecil, setiap bidang
jalur pipa harus diisi dengan air minum dan diuji dengan tekanan
0,75 MPa (≈ 7,5 kg/cm2).
c. Untuk pipa diameter 700 mm dan yang lebih besar, pengujian
dilakukan dengan tekanan yang sama dengan memakai test band.
d. Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada bagian-
bagian sambungan dimana peralatan ini harus terlihat dan diamati
pada waktu penguatan berlangsung.
e. Jika penimbunan sebagian harus dilakukan karena masalah
gangguan lalu lintas atau keperluan lainnya, maka harus sesuai
dengan petunjuk tenaga ahli.
f. Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500
m, dapat langsung diisolasi untuk diuji secara hidrostatis dengan
tekanan uji disesuaikan dengan jenis dan kelas pipa, kecuali bila
ditetapkan lain.
g. Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian tekanan
hidrostatis harus disediakan dan terlebih dahulu harus diperiksa
serta disetujui oleh tenaga ahli. Jika hasil pengujian tekanan
hidrostatis dinyatakan gagal maka harus dicari sumber kebocoran
dan lalu diperbaiki, serta lakukan uji ulang hingga memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
h. Pada waktu dilakukan peningkatan tekanan hidrostatis pada pipa,
instrumen-instrumen harus dapat menahan tekanan uji tanpa
menimbulkan kerusakan pada elemen-elemennya, kalau tidak, atau
instrumen tersebut harus diangkat selama pengujian dan diganti
sementara dengan pasak/sumbat pipa dengan persetujuan tenaga
ahli.
(6) Pengujian Tekanan
a. Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian
setelah galian diurug, tetapi sebelum perbaikan kembali lantai keras.
Sambungan sedapat mungkin harus ditempatkan selama pengujian
berlangsung.
b. Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata
dengan air bersih.
c. Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua
katup, memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan
membuka katup udara sepanjang jalur pipa.
d. Bila di titik puncak tidak dipasang katup pelepas udara, maka harus
dipasang katup penguapan (evaporation) pembantu.
e. Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak katup,
ujung bidang pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang
bertekanan 0,75 MPa (≈7,5 kg/cm2).
f. Jalur pipa harus diisi dengan air minum secara perlahan agar
kantong-kantong udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi
dan berada dalam tekanan ringan yang harus dipertahankan untuk
jangka waktu 24 jam. Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada
tahap ini harus segera diperbaiki.
g. Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu
pengujian tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting
sambungan, atau katup yang rusak harus disingkirkan dan diganti.
Pengujian harus diulang sampai memuaskan.
(7) Pengujian tekanan dengan test band (pipa diameter 700 mm dan yang
lebih besar)
a. Test band dipakai untuk setiap sambungan dari bagian dalam pipa.
b. Setiap sambungan harus diuji segera setelah pekerjaan
penyambungan selesai. Jangka waktu pengujian tidak boleh kurang
dari 5 menit dengan tekanan uji dijaga agar tetap konstan.
c. Pada laporan, seluruh hasil pengujian harus memperlihatkan lokasi,
waktu, tanggal dan data setiap pengujian, termasuk peta lokasi
pengujian.
d. Sambungann yang rusak harus segera dilepas dan disambung
kembali, serta lakukan lagi pengujian.
(8) Penggelontoran pipa
a. Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan
penggelontoran memakai air minum. Penggelontoran dilakukan
dengan membuka/menguras cabang pembuang (drainase branch),
mulai dari hulu dan secara bertahap ke arah hilir.
b. Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
c. Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki
apabila ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun
hasil pengujian dinyatakan telah disetujui.
(9) Pembersihan Pipa dan Desinfeksi
a. Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan
berhasil, kotoran dalam pipa harus dibersihkah dengan membuka
semua katup penguras (wash-out), membilas dan memberi
desinfektan pada jaringan pipa.
b. Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air
minum yang mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik
dan dalam jangka waktu sampai air yang keluar dari katup penguras
secara visual bersih dan tidak mengandung sedimen.
c. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan mengisi air yang
dicampur dengan chlor sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa. Setelah
24 jam sisa chlor harus diperiksa dan bila hasil pemeriksaan
tersebut ternayat sisa chlor lebih dari 5 mg/liter berarti pekerjaan
desinfeksi tersebut sudah memenuhi persyaratan.
d. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut menunjukan sisa chlor kurang
dari 5 mg/liter, maka chlor haru ditambah dan dicampur dan
BAB - VI
selanjutnya ditunggu selama 24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan
kembali. Demikian seterusnya sampai sisa chlor lebih dari 5 mg/liter.
e. Desinfeksi harus dilakukan sesuai dengan SNI 19-6783-2002.
Setelah pemasangan jalur pipa, baik pipa trunk main (pipa Induk), sekunder dan tersier, “valve”,
jembatan pipa, boring pipa (pipa driving), perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya, harus dilakukan
pengujian tes tekan / test hidrostatik pada jalur pipa tersebut sesuai dengan spesifikasi ini.
Tujuan tes hidrostatik pada pipa adalah untuk meyakinkan/menjamin bahwa sambungan pipa dan
perlengkapannya dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan tanah (thrus
block permanent) sanggup menahan tekanan kerja dalam pipa.
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran. Peralatan meter yang diperlukan untuk pengujian tekanan dan kebocoran
harus disediakan oleh Kontraktor.
Bagian jaringan pipa yang akan diuji diisi penuh dengan air. Pemborong dapat menggunakan sumber
air yang ada tanpa biaya atau menyediakan sumber air tersendiri dengan biaya sendiri. Pengisian air
ini dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang dilengkapi meteran air,
harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua udara didalam pipa harus dilepas,
dan sebuah manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian pipa yang diuji ini tidak terdapat katup udara maka cara pengeluaran udara
akan ditentukan oleh Tenaga Ahli.
Air untuk pengujian akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Kontraktor.
Seluruh pekerjaan pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi atau
wakilnya dan instansi terkait.
Sebelum pengujian dimulai, blok-blok trust block atau bantalan penahan dan semua konstruksi
pengaman dari beton harus sudah berumur lebih dari 7 hari.
Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada ujung pipa dimana terdapat peralatan tes
sehingga dapat terlihat dan diamati pada waktu pengujian berlangsung.
Jika penimbunan sebagian dikehendaki karena masalah gangguan lalu lintas atau keperluan
lainnya, Pemborong harus mengerjakan dengan petunjuk Direksi/Tenaga Ahli.
Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat langsung diisolasi
untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji sesuai dengan jenis dan klass pipa, jika ada
pengecualian terhadap tekanan uji dikarenakan hal-hal tertentu, harus mendapatkan
persetujuan oleh Direksi/Tenaga Ahli.
Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor dan
terlebih dahulu diperiksa serta disetujui oleh Direksi/Tenaga Ahli. Jika hasil pengujian tekanan
hidrostatis tidak berhasil secara memuaskan maka, Kontraktor/pemborong harus mencari
sumber kebocoran dan harus memperbaikinya dengan cara yang disetujui oleh Direksi/Tenaga
Ahli, Kontraktor/pemborong harus mengulang pengujian tersebut atas biaya sendiri hingga
memenuhi persyaratan dan disetujui Direksi/Tenaga Ahli.
Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa perbagian setelah galian diurug, tetapi
sebelum perbaikan kembali lantai perkerasan (pavement), kecuali pada kondisi tertentu. Jika
terdapat percabangan pipa dan perletakan aksesoris (gate valve, Air Valve dsb.) pengujian BAB - VI
dilakukan secara keseluruhan (meliputi seluruh system), dan total panjang pipa yang akan diuji
maksimum 1000m.
Kondisi pipa dipastikan dalam keadaan bersih sehingga tidak mengganggu proses pengetesan
(tersumbatnya alat tes/manometer). Jika diperlukan sebelum pengujian, seluruh pipa harus
digelontor secara merata dengan air bersih, yang biayanya harus ditanggung oleh Kontraktor.
Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua “valve” memasang sumbat
yang memadai pada bukaannya, dan membuka “air valve” sepanjang jalur pipa. Guna melepas
udara dititik puncak dimana tidak dipasang “air valve”, Kontraktor harus memasang katup
“corporation cock” pembantu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. Jika tidak tersedia
bangunan permanent seperti ruang/bak “valve” ujung bentang pipa yang diuji harus dilindungi
terhadap air dengan tekanan tes (lihat table) dengan cara yang disetujui oleh Direksi.
Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-kantong udara dapat
dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam tekanan ringan yang akan dipertahankan
untuk jangka waktu 2 jam.
Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus diperbaiki oleh Kontraktor.
Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran, kontraktor harus menentukan
lokasi, memperbaiki atau mengganti bahan atau sambungan yang rusak. Sambungan yang
rusak segera dilepas dan disambung kembali dan pengujian dilakukan lagi atas beban biaya
Kontraktor dan harus memuaskan Direksi.
Pengujian harus diulang sampai lulus tes tekan (tidak ada kebocoran) dan disetujui direksi.
Kontraktor harus menyerahkan seluruh hasil pengujian yang memperlihatkan lokasi, waktu dan
tanggal pengujian dan data setiap pengujian, termasuk peta yang memperlihatkan lokasi
pengujian.
Ketentuan tekanan tes hidrostatis dilapangan sebagai berikut :Standar tes hidrostatis lapangan
sebagai berikut :Tes hidrostatik dilakukan harus di bawah pengawasan. pipa diisi dengan cairan (air)
hingga mampat dan diperiksa untuk kebocoran atau perubahan material. Tekanan uji selalu jauh lebih
tinggi dari tekanan operasi untuk memberikan batasan untuk keamanan. Faktor keamanan biasanya
166,66% atau 150% (dalam kasus pengecualian banyak) dari tekanan dirancang, tergantung pada
peraturan yang berlaku. Sebagai contoh, jika silinder dinilai untuk sekitar 139 bar, itu akan diuji pada
sekitar 232 bar. Air sering digunakan karena hampir mampat (kompresibel hanya dengan berat
badan, bukan tekanan udara), sehingga hanya akan memperluas dengan jumlah yang sangat kecil
harus perpecahan material pipa. Dengan kata lain menggunakan air lebih aman dan lebih sedikit
energi untuk melakukannya. Dari ketentuan / standar tes hidrostatis lapangan diperoleh
sebagai berikut StandaSa
Pipa Lurus System dengan Trustblock
Deskripsi Sekunder, Sekunder,
Trunk Main Trunk Main
Tersier Tersier
PN 10 : 10 bar PN 6.3 : 6.5 PN 10 : 5 bar
Tekanan test PN 6.3 : 6.5 bar
PN 8 : 8 bar bar PN 8 : 5 bar
Lama test 2 Jam
Panjang pipa
max : 1000 m max : 1000 m max : 1000 m max : 1000 m
test
Dalam 1 jam pertama maximum tekanan turun 1 Bar, 1 jam berikutnya
Kelulusan test
stabil.
Sumber : Kesepakatan Engineering Dept. dan Quality Assurance Dept.
Keterangan :
BAB - VI
a. Pipa Lurus
Adalah pekerjaan pemasangan jaringan pipa tanpa percabangan atau fittings dan
accessories. Panjang pipa tes yang digunakan maksimum 1000 meter, dengan lama waktu
pengetesan adalah 2 jam.
Tes hidrostatik dinyatakan lulus apabila dalam waktu 1 jam tidak terjadi penurunan tekanan.
Jika terjadi penurunan tekanan yang disebabkan belum stabilnya air dalam pipa akibat
terperangkapnya udara atau faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan,
diperbolehkan tekanan turun sebesar 1 bar, namun 1 jam berikutnya tekanan stabil.
Jika terjadi penurunan tekanan yang disebabkan belum stabilnya air dalam pipa akibat
terperangkapnya udara atau faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan,
diperbolehkan tekanan turun sebesar 1 bar, namun 1 jam berikutnya tekanan stabil.
2. PEMBERSIHAN PIPA
Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan terbukti berhasil, maka
selanjutnya Pemborong harus membersihkan kotoran dalam pipa dengan membuka semua
katup-katup penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfeksi pada jaringan pipa
sebagaimana ditetapkan dibawah.
Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih dengan
kecepatan tinggi (diatas 1 m/det) dan dalam jangka waktu sedemikian sehingga air yang keluar
dari katup penguras secara visual sudah bersih dan tidak mengandung sedimen.
Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan tetapi pada kecepatan yang lebih rendah, air
ditambah dengan cairan desinfektan yang sudah disediakan oleh Pemborong dengan cara
dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa di bor.
Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian sehingga air
yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 20 mg sisa khlorin per liter.
Jika air ini masih mengandung khlorin bebas setelah periode kontak ini, maka harus dicuci
dengan air sampai air yang dikeluarkan tidak mengandung khlorida yang berlebihan.
Jika ternyata cairan yang dikeluuarkan tidak mengandung khlorin setelah periode kontak selama
24 jam dalam pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi.
Sebelum pemberian desinfeksi pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung khlorin BAB - VI
di atas, Pemborong harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Tenaga Ahli untuk
menggunakannya.
3. DESINFEKSI PERPIPAAN
Sebelum berfungsi dalam sistem layanan, dan sebelum dinyatakan selesai oleh Direksi, semua
pipa induk baru, perluasan atau sambungan ke sistem yang ada, atau “valve” yang ada dalam
jaringan perluasan harus di desinfeksi dengan chlorine sesuai dengan prosedur berikut ini, atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi.
Desinfeksi harus dilakukan dengan mengisi jalur pipa dengan air bersih yang telah diolah
yang mengandung paling sedikit 10 mg/liter sisa chlorine.
Setelah 24 jam, sisa Chlorine harus diperiksa dan jika lebih dari 5 mg/liter, hal tersebut
dapat dianggap desinfeksi telah dicapai dengan memuaskan.
Walaupun demukian, jika sisa Chlorine memperlihatkan kurang dari 5 mg/liter, harus
ditambah Chlorine, diikuti dengan tambahan periode kontak selama 24 jam.
Desinfeksi termasuk pengukuran sisa Chlorine merupakan tanggung jawab Kontraktor, tetapi air
dan bahan kimia akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Kontraktor.
Pekerjaan akan mencakup pemasangan pipa sementara atau pengambilan sesuai kebutuhan
bagi injeksi air Chlorine dan pengambilan contoh air untuk pengujian dibawah pengarahan
Direksi.
Pekerjaan yang dilakukan diatas harus dilakukan setelah penyelesaian dan diterimanya
pengujian kebocoran dan tekanan yang disyaratkan.
Hal 126/penyambungan pipa
1. Setiap sambungan yang berhubungan dengan Accesories (valve, meter besar/induk..dll) yang
berbentuk flange harus selalu dilindungi anti korosif berupa pasta pengusir air dan dibalut
dengan selotip PVC
Pasal 214 HDPE Hal 153 (semua kata electro welding diganti dengan elektro fusion)
1. Cara Penyambungan Poly Eteline
a. Sambungan Mechanis
Untuk sistem penyambungan dengan mechanikal hanya berlaku untuk penyambungan pipa PE
dengan jenis pipa berbeda (seperti pipa PVC, Steel, DCIP) dan Accesories ( Valve, Air Valve
dan Lainlain)
b. Welding /pengelasan
- Penyambungan pipa dan fitting (Tee, Bend, Reducer) dengan cara pengelasan dari Jenis
PE ke PE
- Penyambungan ke accesories (valve, Air Valve, dll ) dengan sistem pengelasan
menggunakan fitting stub flange sebagai titik sambung.
c. Electro fushion
Elektro Fusion adalah sistem penyambungan dengan cara pelelehan pipa menggunakan sistem
anoda dan katoda sebagai sumber energi pelelehan.
Sistem ini dilakukan pada penyambungan dari pipa PE ke PE dengan menggunakan Coupler
(socket penyambung pipa yang terdapat kumparan kawatnya) .
Khusus untuk coupling saddle sebagai titik tapping ke sambungan rumah dipakai clamp saddle
electro fusion sehingga kebocoran dalam sambungan dapat diminimalkan/dihilangkan serta
menghindari korosif baut.
Test Hidrostatis
Tujuan tes hidrostatik pada pipa adalah untuk meyakinkan/menjamin bahwa sambungan pipa dan BAB - VI
perlengkapannya dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan tanah (thrus
block permanent) sanggup menahan tekanan kerja dalam pipa.
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran. Peralatan meter yang diperlukan untuk pengujian tekanan dan kebocoran
harus disediakan oleh Kontraktor.
Bagian jaringan pipa yang akan diuji diisi penuh dengan air. Pemborong dapat menggunakan sumber
air yang ada tanpa biaya atau menyediakan sumber air tersendiri dengan biaya sendiri. Pengisian air
ini dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang dilengkapi meteran air,
harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua udara didalam pipa harus dilepas,
dan sebuah manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian pipa yang diuji ini tidak terdapat katup udara maka cara pengeluaran udara
akan ditentukan oleh Tenaga Ahli.
Air untuk pengujian akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Kontraktor.
Seluruh pekerjaan pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi atau
wakilnya dan instansi terkait.
1.4 UMUM
Sebelum pengujian dimulai, blok-blok trust block atau bantalan penahan dan semua konstruksi
pengaman dari beton harus sudah berumur lebih dari 7 hari.
Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada ujung pipa dimana terdapat peralatan tes
sehingga dapat terlihat dan diamati pada waktu pengujian berlangsung.
Jika penimbunan sebagian dikehendaki karena masalah gangguan lalu lintas atau keperluan
lainnya, Pemborong harus mengerjakan dengan petunjuk Direksi/Tenaga Ahli.
Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat langsung diisolasi
untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji sesuai dengan jenis dan klass pipa, jika ada
pengecualian terhadap tekanan uji dikarenakan hal-hal tertentu, harus mendapatkan
persetujuan oleh Direksi/Tenaga Ahli.
Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor dan
terlebih dahulu diperiksa serta disetujui oleh Direksi/Tenaga Ahli. Jika hasil pengujian tekanan
hidrostatis tidak berhasil secara memuaskan maka, Kontraktor/pemborong harus mencari
sumber kebocoran dan harus memperbaikinya dengan cara yang disetujui oleh Direksi/Tenaga
Ahli, Kontraktor/pemborong harus mengulang pengujian tersebut atas biaya sendiri hingga
memenuhi persyaratan dan disetujui Direksi/Tenaga Ahli.
Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa perbagian setelah galian diurug, tetapi
sebelum perbaikan kembali lantai perkerasan (pavement), kecuali pada kondisi tertentu. Jika
terdapat percabangan pipa dan perletakan aksesoris (gate valve, Air Valve dsb.) pengujian
dilakukan secara keseluruhan (meliputi seluruh system), dan total panjang pipa yang akan diuji
maksimum 1000m.
Kondisi pipa dipastikan dalam keadaan bersih sehingga tidak mengganggu proses pengetesan
(tersumbatnya alat tes/manometer). Jika diperlukan sebelum pengujian, seluruh pipa harus
digelontor secara merata dengan air bersih, yang biayanya harus ditanggung oleh Kontraktor.
Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua “valve” memasang sumbat
yang memadai pada bukaannya, dan membuka “air valve” sepanjang jalur pipa. Guna melepas
udara dititik puncak dimana tidak dipasang “air valve”, Kontraktor harus memasang katup
“corporation cock” pembantu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. Jika tidak tersedia
bangunan permanent seperti ruang/bak “valve” ujung bentang pipa yang diuji harus dilindungi
terhadap air dengan tekanan tes (lihat table) dengan cara yang disetujui oleh Direksi.
Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-kantong udara dapat
dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam tekanan ringan yang akan dipertahankan
untuk jangka waktu 2 jam.
BAB - VI
Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus diperbaiki oleh Kontraktor.
Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran, kontraktor harus menentukan
lokasi, memperbaiki atau mengganti bahan atau sambungan yang rusak. Sambungan yang
rusak segera dilepas dan disambung kembali dan pengujian dilakukan lagi atas beban biaya
Kontraktor dan harus memuaskan Direksi.
Pengujian harus diulang sampai lulus tes tekan (tidak ada kebocoran) dan disetujui direksi.
Kontraktor harus menyerahkan seluruh hasil pengujian yang memperlihatkan lokasi, waktu dan
tanggal pengujian dan data setiap pengujian, termasuk peta yang memperlihatkan lokasi
pengujian.
Ketentuan tekanan tes hidrostatis dilapangan sebagai berikut :Standar tes hidrostatis lapangan
sebagai berikut :Tes hidrostatik dilakukan harus di bawah pengawasan. pipa diisi dengan cairan (air)
hingga mampat dan diperiksa untuk kebocoran atau perubahan material. Tekanan uji selalu jauh lebih
tinggi dari tekanan operasi untuk memberikan batasan untuk keamanan. Faktor keamanan biasanya
166,66% atau 150% (dalam kasus pengecualian banyak) dari tekanan dirancang, tergantung pada
peraturan yang berlaku. Sebagai contoh, jika silinder dinilai untuk sekitar 139 bar, itu akan diuji pada
sekitar 232 bar. Air sering digunakan karena hampir mampat (kompresibel hanya dengan berat
badan, bukan tekanan udara), sehingga hanya akan memperluas dengan jumlah yang sangat kecil
harus perpecahan material pipa. Dengan kata lain menggunakan air lebih aman dan lebih sedikit
energi untuk melakukannya. Dari ketentuan / standar tes hidrostatis lapangan diperoleh
sebagai berikut StandaSa
Pipa Lurus System dengan Trustblock
Deskripsi Sekunder, Sekunder,
Trunk Main Trunk Main
Tersier Tersier
PN 10 : 10 bar PN 6.3 : 6.5 PN 10 : 5 bar
Tekanan test PN 6.3 : 6.5 bar
PN 8 : 8 bar bar PN 8 : 5 bar
Lama test 2 Jam
Panjang pipa
max : 1000 m max : 1000 m max : 1000 m max : 1000 m
test
Dalam 1 jam pertama maximum tekanan turun 1 Bar, 1 jam berikutnya
Kelulusan test
stabil.
Keterangan :
c. Pipa Lurus
Adalah pekerjaan pemasangan jaringan pipa tanpa percabangan atau fittings dan
accessories. Panjang pipa tes yang digunakan maksimum 1000 meter, dengan lama waktu
pengetesan adalah 2 jam.
Tes hidrostatik dinyatakan lulus apabila dalam waktu 1 jam tidak terjadi penurunan tekanan.
Jika terjadi penurunan tekanan yang disebabkan belum stabilnya air dalam pipa akibat
terperangkapnya udara atau faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan,
diperbolehkan tekanan turun sebesar 1 bar, namun 1 jam berikutnya tekanan stabil.
Sistem dengan trustblock adalah pekerjaan pemasangan pipa dengan percabangan dengan BAB - VI
penggunaan fittings dan accessories pada jaringan pipa (misal pemasangan mtr.tee pada
percabangan pipa dan gate valve). Ketentuan pemasangan fittings dan accessories mengacu
pada standar yag berlaku dengan dilengkapi trustblock .
Pemasangan trustblock bertujuan untuk menambah perkuatan kedudukan pada sistem
jaringan. Pada sistem trunk main, trust block itu sendiri memiliki kekuatan 7.5 bar, sedangkan
non trunk main adalah 5 bar. Panjang pipa tes yang digunakan maksimum 1000 meter,
dengan lama waktu pengetesan adalah 2 jam. Tes hidrostatik dinyatakan lulus apabila dalam
waktu 1 jam tidak terjadi penurunan tekanan.
Jika terjadi penurunan tekanan yang disebabkan belum stabilnya air dalam pipa akibat
terperangkapnya udara atau faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan,
diperbolehkan tekanan turun sebesar 1 bar, namun 1 jam berikutnya tekanan stabil.
5. PEMBERSIHAN PIPA
Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan terbukti berhasil, maka
selanjutnya Pemborong harus membersihkan kotoran dalam pipa dengan membuka semua
katup-katup penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfeksi pada jaringan pipa
sebagaimana ditetapkan dibawah.
Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih dengan
kecepatan tinggi (diatas 1 m/det) dan dalam jangka waktu sedemikian sehingga air yang keluar
dari katup penguras secara visual sudah bersih dan tidak mengandung sedimen.
Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan tetapi pada kecepatan yang lebih rendah, air
ditambah dengan cairan desinfektan yang sudah disediakan oleh Pemborong dengan cara
dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa di bor.
Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian sehingga air
yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 20 mg sisa khlorin per liter.
Jika air ini masih mengandung khlorin bebas setelah periode kontak ini, maka harus dicuci
dengan air sampai air yang dikeluarkan tidak mengandung khlorida yang berlebihan.
Jika ternyata cairan yang dikeluuarkan tidak mengandung khlorin setelah periode kontak selama
24 jam dalam pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi.
Sebelum pemberian desinfeksi pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung khlorin
di atas, Pemborong harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Tenaga Ahli untuk
menggunakannya.
6. DESINFEKSI PERPIPAAN
Sebelum berfungsi dalam sistem layanan, dan sebelum dinyatakan selesai oleh Direksi, semua
pipa induk baru, perluasan atau sambungan ke sistem yang ada, atau “valve” yang ada dalam
jaringan perluasan harus di desinfeksi dengan chlorine sesuai dengan prosedur berikut ini, atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi.
Desinfeksi harus dilakukan dengan mengisi jalur pipa dengan air bersih yang telah diolah
yang mengandung paling sedikit 10 mg/liter sisa chlorine.
Setelah 24 jam, sisa Chlorine harus diperiksa dan jika lebih dari 5 mg/liter, hal tersebut
dapat dianggap desinfeksi telah dicapai dengan memuaskan.
Walaupun demukian, jika sisa Chlorine memperlihatkan kurang dari 5 mg/liter, harus
ditambah Chlorine, diikuti dengan tambahan periode kontak selama 24 jam.
Desinfeksi termasuk pengukuran sisa Chlorine merupakan tanggung jawab Kontraktor, tetapi air
dan bahan kimia akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Kontraktor.
Pekerjaan akan mencakup pemasangan pipa sementara atau pengambilan sesuai kebutuhan
bagi injeksi air Chlorine dan pengambilan contoh air untuk pengujian dibawah pengarahan
Direksi.
Pekerjaan yang dilakukan diatas harus dilakukan setelah penyelesaian dan diterimanya
pengujian kebocoran dan tekanan yang disyaratkan.
Setelah pemasangan jalur pipa, baik pipa trunk main (pipa Induk), sekunder dan tersier, “valve”,
jembatan pipa, boring pipa (pipa driving), perlintasan pipa dan perlengkapan lainnya, harus dilakukan
pengujian tes tekan / test hidrostatik pada jalur pipa tersebut sesuai dengan spesifikasi ini.
BAB - VI
Tujuan tes hidrostatik pada pipa adalah untuk meyakinkan/menjamin bahwa sambungan pipa dan
perlengkapannya dalam keadaan baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan tanah (thrus
block permanent) sanggup menahan tekanan kerja dalam pipa.
Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan
pengujian kebocoran. Peralatan meter yang diperlukan untuk pengujian tekanan dan kebocoran
harus disediakan oleh Kontraktor.
Bagian jaringan pipa yang akan diuji diisi penuh dengan air. Pemborong dapat menggunakan sumber
air yang ada tanpa biaya atau menyediakan sumber air tersendiri dengan biaya sendiri. Pengisian air
ini dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang dilengkapi meteran air,
harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua udara didalam pipa harus dilepas,
dan sebuah manometer dengan kran penutupnya harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa
yang diuji. Apabila bagian pipa yang diuji ini tidak terdapat katup udara maka cara pengeluaran udara
akan ditentukan oleh Tenaga Ahli.
Air untuk pengujian akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Kontraktor.
Seluruh pekerjaan pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi atau
wakilnya dan instansi terkait.
1.7 UMUM
Sebelum pengujian dimulai, blok-blok trust block atau bantalan penahan dan semua konstruksi
pengaman dari beton harus sudah berumur lebih dari 7 hari.
Penimbunan kembali harus diselesaikan kecuali pada ujung pipa dimana terdapat peralatan tes
sehingga dapat terlihat dan diamati pada waktu pengujian berlangsung.
Jika penimbunan sebagian dikehendaki karena masalah gangguan lalu lintas atau keperluan
lainnya, Pemborong harus mengerjakan dengan petunjuk Direksi/Tenaga Ahli.
Jaringan perpipaan yang telah terpasang sepanjang lebih dari 500 m, dapat langsung diisolasi
untuk diuji secara hidrostatis dengan tekanan uji sesuai dengan jenis dan klass pipa, jika ada
pengecualian terhadap tekanan uji dikarenakan hal-hal tertentu, harus mendapatkan
persetujuan oleh Direksi/Tenaga Ahli.
Semua peralatan yang diperlukan untuk pengujian ini harus disediakan oleh Kontraktor dan
terlebih dahulu diperiksa serta disetujui oleh Direksi/Tenaga Ahli. Jika hasil pengujian tekanan
hidrostatis tidak berhasil secara memuaskan maka, Kontraktor/pemborong harus mencari
sumber kebocoran dan harus memperbaikinya dengan cara yang disetujui oleh Direksi/Tenaga
Ahli, Kontraktor/pemborong harus mengulang pengujian tersebut atas biaya sendiri hingga
memenuhi persyaratan dan disetujui Direksi/Tenaga Ahli.
Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa perbagian setelah galian diurug, tetapi
sebelum perbaikan kembali lantai perkerasan (pavement), kecuali pada kondisi tertentu. Jika
terdapat percabangan pipa dan perletakan aksesoris (gate valve, Air Valve dsb.) pengujian
dilakukan secara keseluruhan (meliputi seluruh system), dan total panjang pipa yang akan diuji
maksimum 1000m.
Kondisi pipa dipastikan dalam keadaan bersih sehingga tidak mengganggu proses pengetesan
(tersumbatnya alat tes/manometer). Jika diperlukan sebelum pengujian, seluruh pipa harus
digelontor secara merata dengan air bersih, yang biayanya harus ditanggung oleh Kontraktor.
BAB - VI
Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua “valve” memasang sumbat
yang memadai pada bukaannya, dan membuka “air valve” sepanjang jalur pipa. Guna melepas
udara dititik puncak dimana tidak dipasang “air valve”, Kontraktor harus memasang katup
“corporation cock” pembantu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. Jika tidak tersedia
bangunan permanent seperti ruang/bak “valve” ujung bentang pipa yang diuji harus dilindungi
terhadap air dengan tekanan tes (lihat table) dengan cara yang disetujui oleh Direksi.
Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-kantong udara dapat
dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam tekanan ringan yang akan dipertahankan
untuk jangka waktu 2 jam.
Kerusakan yang timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus diperbaiki oleh Kontraktor.
Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran, kontraktor harus menentukan
lokasi, memperbaiki atau mengganti bahan atau sambungan yang rusak. Sambungan yang
rusak segera dilepas dan disambung kembali dan pengujian dilakukan lagi atas beban biaya
Kontraktor dan harus memuaskan Direksi.
Pengujian harus diulang sampai lulus tes tekan (tidak ada kebocoran) dan disetujui direksi.
Kontraktor harus menyerahkan seluruh hasil pengujian yang memperlihatkan lokasi, waktu dan
tanggal pengujian dan data setiap pengujian, termasuk peta yang memperlihatkan lokasi
pengujian.
Ketentuan tekanan tes hidrostatis dilapangan sebagai berikut :Standar tes hidrostatis lapangan
sebagai berikut :Tes hidrostatik dilakukan harus di bawah pengawasan. pipa diisi dengan cairan (air)
hingga mampat dan diperiksa untuk kebocoran atau perubahan material. Tekanan uji selalu jauh lebih
tinggi dari tekanan operasi untuk memberikan batasan untuk keamanan. Faktor keamanan biasanya
166,66% atau 150% (dalam kasus pengecualian banyak) dari tekanan dirancang, tergantung pada
peraturan yang berlaku. Sebagai contoh, jika silinder dinilai untuk sekitar 139 bar, itu akan diuji pada
sekitar 232 bar. Air sering digunakan karena hampir mampat (kompresibel hanya dengan berat
badan, bukan tekanan udara), sehingga hanya akan memperluas dengan jumlah yang sangat kecil
harus perpecahan material pipa. Dengan kata lain menggunakan air lebih aman dan lebih sedikit
energi untuk melakukannya. Dari ketentuan / standar tes hidrostatis lapangan diperoleh
sebagai berikut StandaSa
Pipa Lurus System dengan Trustblock
Deskripsi Sekunder, Sekunder,
Trunk Main Trunk Main
Tersier Tersier
PN 10 : 10 bar PN 6.3 : 6.5 PN 10 : 5 bar
Tekanan test PN 6.3 : 6.5 bar
PN 8 : 8 bar bar PN 8 : 5 bar
Lama test 2 Jam
Panjang pipa
max : 1000 m max : 1000 m max : 1000 m max : 1000 m
test
Dalam 1 jam pertama maximum tekanan turun 1 Bar, 1 jam berikutnya
Kelulusan test
stabil.
Sumber : Kesepakatan Engineering Dept. dan Quality Assurance Dept.
Keterangan :
e. Pipa Lurus
Adalah pekerjaan pemasangan jaringan pipa tanpa percabangan atau fittings dan
accessories. Panjang pipa tes yang digunakan maksimum 1000 meter, dengan lama waktu
pengetesan adalah 2 jam.
BAB - VI
Tes hidrostatik dinyatakan lulus apabila dalam waktu 1 jam tidak terjadi penurunan tekanan.
Jika terjadi penurunan tekanan yang disebabkan belum stabilnya air dalam pipa akibat
terperangkapnya udara atau faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan,
diperbolehkan tekanan turun sebesar 1 bar, namun 1 jam berikutnya tekanan stabil.
Jika terjadi penurunan tekanan yang disebabkan belum stabilnya air dalam pipa akibat
terperangkapnya udara atau faktor lain yang menyebabkan penurunan tekanan,
diperbolehkan tekanan turun sebesar 1 bar, namun 1 jam berikutnya tekanan stabil.
8. PEMBERSIHAN PIPA
Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan terbukti berhasil, maka
selanjutnya Pemborong harus membersihkan kotoran dalam pipa dengan membuka semua
katup-katup penguras (wash-out), membilas dan memberi desinfeksi pada jaringan pipa
sebagaimana ditetapkan dibawah.
Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan cara mengalirkan air bersih dengan
kecepatan tinggi (diatas 1 m/det) dan dalam jangka waktu sedemikian sehingga air yang keluar
dari katup penguras secara visual sudah bersih dan tidak mengandung sedimen.
Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan tetapi pada kecepatan yang lebih rendah, air
ditambah dengan cairan desinfektan yang sudah disediakan oleh Pemborong dengan cara
dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa di bor.
Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus sedemikian sehingga air
yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 20 mg sisa khlorin per liter.
Jika air ini masih mengandung khlorin bebas setelah periode kontak ini, maka harus dicuci
dengan air sampai air yang dikeluarkan tidak mengandung khlorida yang berlebihan.
Jika ternyata cairan yang dikeluuarkan tidak mengandung khlorin setelah periode kontak selama
24 jam dalam pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi.
Sebelum pemberian desinfeksi pada tiap bagian pipa dengan cairan yang mengandung khlorin
di atas, Pemborong harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Tenaga Ahli untuk
menggunakannya.
Desinfeksi harus dilakukan dengan mengisi jalur pipa dengan air bersih yang telah diolah
yang mengandung paling sedikit 10 mg/liter sisa chlorine.
Setelah 24 jam, sisa Chlorine harus diperiksa dan jika lebih dari 5 mg/liter, hal tersebut
dapat dianggap desinfeksi telah dicapai dengan memuaskan.
Walaupun demukian, jika sisa Chlorine memperlihatkan kurang dari 5 mg/liter, harus
ditambah Chlorine, diikuti dengan tambahan periode kontak selama 24 jam.
Desinfeksi termasuk pengukuran sisa Chlorine merupakan tanggung jawab Kontraktor, tetapi air
dan bahan kimia akan disediakan oleh Pemilik atas beban biaya Kontraktor.
Pekerjaan akan mencakup pemasangan pipa sementara atau pengambilan sesuai kebutuhan
bagi injeksi air Chlorine dan pengambilan contoh air untuk pengujian dibawah pengarahan
Direksi.
Pekerjaan yang dilakukan diatas harus dilakukan setelah penyelesaian dan diterimanya
pengujian kebocoran dan tekanan yang disyaratkan.