Spreading Center Volcanism

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

A.

Spreading center volcanism (oceanic)

Spreading center volcanisme (oceanic) merupakan batas lempeng yang


divergen, dimana lempeng – lempeng bergerak saling menjauh satu sama lain.
Pada batas divergen ini magma akan yang ada dalam astenosfer akan keluar
melalui bidang – bidang rekahan akibat pergerakan lempeng yang saling menjauh.
Proses keluarnya magma berupa lelehan dan tidak bersifat eksplosif.
Spreading center yang terjadi pada akan mengakibatkan naiknya magma panas
dari astenosfer melalui rekahan akibat peregangan tersebut dan akan membentuk
lempeng yang baru. Spreading center yang terjadi pada kerak samudera terjadi
pada punggungan tengah samudera “mid oceanic ridge (MOR)”. Pemekaran pada
batas lempeng samudera ini kemudian dikenal dengan istilah “Sea Floor
Spreading” , yang diungkapkan oleh Harry Hess (1960). Proses pemekaran pada
dasar lempeng samudera adalah diakibatkan oleh gaya tensional yang berasal dari
tenaga penggerak berupa arus konveksi yang ada didalam mantel bumi bagian
paling atas.
Dalam tatanan tektoniknya pemekaran lantai samudera merupakan bagian
lepeng tektonik yang merupakan batas tepi lempeng konstruktif. Ciri – ciri
magmanya yaitu magma yang mempunyai afinitas tholeit. Komposisi / kisaran
kandungan SiO2 nya merupakan magma Basaltik yang umumnya menyusun kerak
benua.

Gambar : Spreading center pada batas lempeng divergen


(sumber : google image)

Pola batas lempeng divergen spreading center volcanisme umumnya akan


membentuk jajaran gunung api bawah laut dengan komposisi magma basaltik dan
tipe erupsi yang berupa lelehan.
Contoh dari batas lempeng spreading center vulkanisme pada batas kerak
samudera yang ada adalah pada batas lempeng antara lempeng eurasia bagian
barat dengan lempeng amerika utara bagian timur tepatnya pada punggungan
tengah samudera atlantik.

Gambar : lintasan punggungan tengah samudera atlantik


(sumber : google image)

Manifestasi dari pemekaran lantai samudera atlantik yang dapat dilihat


sekarang ada di dataran islandia. Di islandia terdapat batas kontak antara lempeng
eurasia dan lempeng amerika utara yang tersingkap. Islandia juga disusun oleh
gunung – gunung api dengan tipe letusan efusif akibat magma yang rendah silika
(basaltik) dengan afinitas magma tholeik sehingga memungkin magma mengalir
dengan jarak yang jauh. Contoh pada Gunung Holuhraun.

Gambar : aliran lava basaltik


(sumber : google image)
B. Spreading Center Vulcanism (continen)

Merupakan batas lempeng divergen yang saling menjauh, sehingga magma


pada selubung atas akan naik mengisi rekahan akibat pergerakan lempeng yang
saling menjauh. Bergeraknya lempeng yang saling menjauh akibat adanya gaya
tensional yang digerakkan oleh arus konveksi pada lapisan astenosfer bumi.
Selain terjadi pada batas lempeng kerak samudera, spreading center juga terjadi
pada batas lempeng benua. Magma pada batas ini umumnya memiliki afinitas
tholeic dan alkali. Sedangkan komposisi silika berkisar pada magma basaltik dan
magma yang lebih asam.

Ciri-ciri morfologi zona divergen:.


1. Adanya bekas tarikan berlawanan arah antara kedua lempeng, yang bisa
ditandai dengan: celah antara kedua lempeng, atau bisa juga dengan
adanya penipisan lempeng di pertengahan kedua arah gaya.
2. Pada zona ini bisa terbentuk gunungapi, dimana magma di dalam bumi
akan lebih mudah mencapai permukaan (dikarenakan lempeng yang
menipis). Dicirikan gunungapi cenderung berbentuk landai.

Gambar : Batas lempeng benua amerika utara dengan eurasia di Islandia


(sumber : google image)

Contoh daerah yang menjadi batas divergen dari dua lempeng benua yaitu pada
bagian timur Benua Afrika yakni pada great rift valley. Yang merupakan
peregangan dari bagian timur kontinen afrika pada daerah (Ethiopia-Kenya-
Uganda-Tanzania). Lempeng ini kemudian oleh para ahli dikenal dengan nama
“Nubian Plate”.

Gambar : Jalur Great African Rift Valley


(sumber : google image)

C. Interplate Vulkanisme (kontinen)


Sama seperti pada pembentukan hotspot pada lempeng samudera,
pembentukan lempeng pada kerak benua juga terjadi akibat adanya magma yang
menerobos keatas kerak benua akibat adanya arus konveksi yang ada pada
astenosfer. Bedanya adalah bahwa pada busur ini terjadi pada lempeng benua.
Gejala yang diakibatkan juga sama yaitu struktur vulkanik dan gunung api.
Magma yang muncul pada lokasi ini berupa magma dengan komposisi asam dan
basa dan tingkat afinitas atau jenis magmanya berupa magma tholeit - alkali.
Kegiatan vulkanisme ini tidak berhubungan dengan gerakan lempeng di batas-
batasnya. Menurut teori saat ini, tidak semua hot spot volcano dihasilkan dari
mantle plume. Banyak ilmuwan percaya bahwa mantle plume mungkin berasal
dari inti bumi. Studi ilmiah terbaru menunjukkan bahwa hot spot volcano dapat
ditemukan dengan kedalaman lebih dangkal di mantel bumi dan dapat bermigrasi
perlahan-lahan dalam skala geologi.
Daerah di dunia yang merupakan bagian pembentukan dari interplate
vulkanisme pada kerak kontinen berada pada lempeng benua amerika utara, yaitu
pada daerah “Yellowstone National Park”. Komposisi magma pada gunung
Yellowstone adalah magma asam, dengan afinitas alkali, hal itu ditunjukkan oleh
letusannya yang eksplosif sehingga yellowstone digolongkan sebagai
supervulkano dimana letusannya pernah mencapai skala VEI 8.

Gambar : Kawah gunung api di Yellowstone


(sumber: google image)

D. Subduction zone vulcanism


Subduction zone adalah batas lempeng tektonik yang terjadi dimana dua
lempeng bergerak saling mendekat sehingga salah satu lempeng akan menujam
dibawah lempeng yang lainnya. Pada batas pertemuan lempeng ini dapat berupa
pertemuan lempeng samudera dengan lempeng samudera atau juga dapat berupa
pertemuan lempeng samudera dengan lempeng benua. Jika lempeng samudera
bergerak mendekati lempeng benua, maka lempeng samudera akan menujam
kedalam lempeng benua dikarenakan lempeng samudera mempunyai berat jenis
yang lebih besar daripada lempeng benua. Pada batas pertemuan ini akan
terbentuk palung (trench) pada bagian depan zona subduksi, pada bagian belakang
zona subduksi akan terbentuk volcanik arc dan cekungan – cekungan sedimentasi.
Pada batas lempeng seperti ini akan menjadi tempat keluarnya magma. Proses
magmatisme yang terjadipada zona subduksi ini pun menghasilkan magma
yang sumbernya dibagi atas3 (tiga) kemungkinan, yaitu :
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian keraksamudra yang menunjamke bawah.
c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).

Gambar : Batas lempeng subduksi


(sumber : google image)

Proses magmatisme di zona subduksi berbeda dengan magmatisme di


tatanan tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam
dan adanya pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun
kerak benua bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah
adanya finger tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih
panas oleh mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan
adanya pelelehan sebagian mantel.

Contoh batas lempeng konvergen berupa subduksi ini banyak dijumpai pada
batas – batas lempeng yang membentuk jajaran gunung api seperti pada “ring of
fire” . Contoh batas daerah dengan lempeng ini seperti pada batas lempeng
pertemuan antara lempeng Nazca dengan Lempeng Amerika Selatan yang
membentuk Pegunungan Andes di Amerika Selatan, dan batas pertemuan
lempeng Indo – Australia dengan Lempeng Eurasia yang membentuk busur
gunung api di Indonesia. Karakteristik magma pada daerah ini bervariasi mulai
dari basaltik, andesitik, dan riolitik. Afinitas magmanya juga bervariasi mulai dari
yang bersifat tholeitik, calc – alkaline, dan alkaline.

Gambar : subduksi lempeng Indo – Autralia dengan Lempeng Eurasia


(sumber : google image)

Gambar : subduksi antara lempeng Nazca dengan Lempeng Amerika Selatan


(sumber : google image)
E. Intraplate Volcanism ( oceanic )

Merupakan aktivitas vulkanisme yang terjadi di tengah-tengah satu lempeng.


Magma terbentuk akibat konsentrasi lokal bahan radio aktif dengan membentuk
dapur magma loical yang potensial (hot spot). Contoh vulkanisme tipe ini adalah
vulkanisme yang terjadi pada deretan pegunungan di kepulauan Hawaii. Magma
pada intra plate bersifat basalt sehingga keluar dengan tenang. Vulkanisme
intraplate oseanik sebagain besar ada disebabkan oleh hot spot yang disebabkan
oleh dapur magma dalam mantel (Morgan 1971, 1972). Teori ini meramalkan
berbagai peristiwa, banyak rantai gunung berapi yang sejajar dengan arah
pergerakan lempeng dan hubungannya berupa jarak linier, banyak dijumpai rantai
gunung berapi. Magma yang dihasilkan dari intraplate vulkanisme ini berupa
magma yang bervariasi dari magma basaltik hingga magma asam. Karakteristik
magmanya juga bervariasi akan muncul magma dengan afinitas magma tholeitik
dan alkalin.

Gambar : Intraplate Vulkanisme (Hotspot)


(sumber : google image)

Teori Hot Spot diungkapkan oleh Wilson yang mengatakan bahwa pada
beberapa tempat di bumi ini terjadi proses vulkanik yang sangat aktif, dan
berlangsung sudah sangat lama. Menurut beliau hal ini bisa terjadi jika di bawah
sebuah lempeng tektonik ada sebuah area yang relatif ‘kecil’, sudah eksis dan
bertahan lama, dan memiliki panas yang sangat tinggi yang lebih dikenal dengan
sebutan hotspot. Hot spot ini akan memberikan sumber energi panas lokal yang
tinggi untuk mempertahankan proses vulkanik.
Salah satu daerah yang menjadi tempat vulkanisme akibat proses ini
adalah pada kepulauan Hawaii yang berada di tengah Samudera Pasifik.
Magmatisme dan Vulkanisme di Hawaii masih terus berlanjut sampai saat ini.
Wilson berhipotesis bahwa bentuk rangkaian kepulauan Hawai yang terletak pada
garis lurus adalah sebagai hasil dari pergerakan lempeng Pasifik di atas dari
hotspot yang berada sangat dalam di mantel bumi. Lokasi hotspot ini relatif tetap
dan posisi saat ini tepat di bawah Kepulauan besar Hawaii. Magma tersebut
memiliki berat jenis yang lebih ringan dibanding batuan padat di sekitarnya,
kemudian naik di sepanjang mantel dan kulit bumi dan kemudian meleleh di
dasar lautan dan membentuk gunung aktif bawah laut. Seiring dengan waktu
gunung bawah laut itu bertumbuh dan membesar akibat proses erupsi yang terjadi
terus-menerus, sehingga pada akhirnya timbul di atas muka laut, dan membentuk
kepulauan vulkanik.
Menurut teori hotspot Wilson rangkaian vulkanik Hawai seharusnya
menua secara progressif dan menjadi lebih banyak mengalami erosi
jika rangkaian makin jauh bergeser dari hotspot akibat pergerakan lempeng
Pasifik. Pulau Kauai, pulau tidak berpenghuni yang berada di arah barat laut
sudah berumur 5.5 juta tahun dan sudah sangat banyak mengalami erosi. Sebagai
perbandingan, batuan terekspos tertua dari Kepulauan Besar Hawaii – yaitu pulau
paling tenggara dari rangkaian dan diasumsikan masih berada di atas hotspot-
diperkirakan baru berumur 700.000 tahun dan batuan vulkanis baru masih terus
terbentuk.
F. Subducition zone vulkanism ( island arc)

Sama halnya dengan proses yang terjadi pada pembentukan busur magmatis
volcanic arc yaitu pertemuan anatara dua lempeng. Bedanya pada island arc
lempeng yang bertumbuk adalah dua lempeng samudra dimana salah salah satu
lempeng mununjam ke bawah menuju astenosfer kemudian meleleh pada suhu
tertentu yang menyebabkan arus konveksi ke atas yang mendorong lapisan di
atasnya. Sehingga gejalanya diperlihatkan oleh terbentuknya pulau-pulau di
tengah samudra dan juga gunung api kecil. Jenis magma yang di hasilkan di busur
magmatisme ini adalah magma bertipe basaltis dan diferensiasi magma basltik

Pada batas lempeng ini akan menghasilkan zona depresi sebagai palung yang
sangat dalam pada bagian depan zona subduksi dan pada bagian belakang
membentuk deretan gunung api bawah laut. Tipe gunung apinya umumnya
gunung api strato sebagai akibat dari representasi magma dengan afinitas
tholeitik, calc – alkali, dan alkalin. Gunung api pada batas ini dapat mengalami
erupsi secara eksplosif seperti pada daerah Philippina. Selain palung dan gunung
api, batas lempeng ini juga merupakan jalur gempa bumi yang berpusat dibawah
lempeng samudera.

Daerah yang menjadi batas konvergen pertemuan lempeng – lempeng


samudera dengan lempeng samudera seperti Filiphina yang merupakan pertemuan
lempeng samudera Filiphina dan Lempeng Samudera Pasifik. Pada pertemuan ke
dua lempeng samudera tersebut membentuk batas destruktif dimana lempeng
pasifik menujam kebawah lempeng filipina mengakibatkan pembentukan palung
yang paling dalam di dunia yakni palung mariana yang memiliki kedalaman
sekitar 10.911 meter (35.798 kaki) di bwah permukaan laut. Palung ini berada di
sebelah timur Kepulauan Mariana 11° 21' Lintang Utara dan 142° 12' Bujur
Timur, yang berdekatan dengan negara Jepang. Selain Palung Mariana pertemuan
kedua lempeng ini juga membentuk jajaran gunung api yang dilalui oleh “Ring of
Fire”.

Selain di filiphina daerah subduksi lempeng samudera dengan lempeng


samudera juga terjadi pada batas lempeng amerika selatan dengan lempeng
karibia yang mengakibatkan lempeng amerika selatan menujam kebawah lempeng
karibia. Batas lempeng ini ditandai dengan palung puertorico. Pada batas lempeng
ini juga terbentuk jajaran gunung api bawah laut yang memiliki komposisi magma
yang bersifat andesitik yang berasal dari pelelehan (partial melting) kerak
samudera sehingga menghasilkan letusan eksplosif.

Anda mungkin juga menyukai