Tugas Makalah Asuhan Intranatal Dalam Ke

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN INTRANATAL SPM, ALAT, TEMPAT,

STANDAR PELAYANAN INTRANATAL, PERSIAPAN IBU


DAN KELUARGA MENJELANG PERSALINAN DI
PELAYANAN KESEHATAN POLINDES

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. MARIA ULFA 10.NI WAYAN BEVIYANI
2. MIFTAKHUL LUTFIANA 11.NI WAYAN WARNIATI
3. MIRANTI HOTAMAL 12.NOVA RIZA MULIA SARI
4. MULYATI 13.NOVA YOSARIA
5. MUTIARA VANIA 14.NOVI PRAMITASARI
6. NABILLA AYU 15.SEFIA AYO MONICA S
7. NADA ANDICA 16.SELLY ANGGIA PUTRI
8. NI KADEK YUSNIA 17.SHILVIA
9. NI PUTU ERAWATI

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, April 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I.PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuna Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II.TINJAUAN TEORI .................................................................................... 3


A. Asuhan Intrantal................................................................................................ 3
B. Falsafah Ibu Bersalin Di Komunitas................................................................. 3
C. Manajemen asuhan intranatal di rumah. ........................................................... 5
D. Standar pelayanan kebidanan intranatal ........................................................... 7
E. Kegawatdaruratan persalinan............................................................................ 10
F. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi ........................................................ 10
G. Yang Harus Disiapkan ...................................................................................... 11
H. Persiapan Dana ................................................................................................. 13
I. Suami Siaga (Siap Antar Jaga) ........................................................................... 13
J. Evidance base .................................................................................................. 18

BAB III.PENUTUP .................................................................................................. 22


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman tentang persalinan sebagai multifaktor akan memberikan
dasar terhadap pendekatan yang berpusat pada ibu dalam menejemen asuhan
intranatal. Menejemen asuhna intranatal di komunitas merupakan suatu
pendekatan yang terpusat kepada individu dimasyarakat yang membutuhkan
kemampuan analisis tinggi dan cepat terutama yang berhubungan dengan
aspek sosial, nilai-nilai dan budaya setempat. Dengan memberikan asuhan
intranatal yang tepat dan sesuai standar, diharapkan dapat membantu
menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat perdarahan pada saat
persalinan.
Asuhan intranatal adalah pertolongan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter sepesialis kebidanan,
dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan
pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah dokter sepesialis kebidanan,
dokter umum, dan bidan. Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong
persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan diluar fasilitas
pelayanan kesehatan.
Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan memberikan asuhan intranatal yang
tepat dan sesuai dengan standar, diharapkan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan
perhatian yang uatama bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab
memberikan pengawasan, nasehat serta asuhan bagi wanita selama hamil,
bersalin dan nifas Asuhan kebidanan yang diberikan termasuk pengawasan
pelayanan kesehatan masyarakat dikomunitas, baik dirumah, posyandu
maupun polindes.

1
Sebagai bidan yang nantinya akan ditempatkan di desa, dalam
menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakan desa
dimana ia bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi
dan komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai
budaya setempat dengan sebaik – baiknya, mengadakan pendekatan dan
bekerjasama dalam memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat
menyadari masalah kesehatan yang dihadapi serta ikut secara aktif dalam
menanggulangi masalah kesehatan baik untuk individu mereka sendiri
maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan intranatal dalam kebidanan komunitas ?
2. Apa tujuan asuhan intranatal di komunitas ?
3. Bagaimana pelayanan asuhan intranatal dalam kebidanan komunitas ?
4. Apa saja Standar pelayanan kebidanan intranatal
5. Bagaimana penanganan Kegawatdaruratan persalinan
6. Apa saja Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi
7. Apa saja Yang Harus Disiapkan menjelang persalinan
8. Berapakah Persiapan Dana menjelang persalinan

C. Tujuna Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu asuhan intranatal dalam kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui tujuan dari asuhan intranatal dalam kebidanan
komunitas
3. Untuk mengetahui seperti apa pelayanan asuhan intranatal dalam
kebidanan komunitas
4. Untuk mengetahui Apa saja Standar pelayanan kebidanan intranatal
5. Untuk mengetahui Bagaimana penanganan Kegawatdaruratan persalinan
6. Untuk mengetahui Apa saja Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi
7. Untuk mengetahui Apa saja Yang Harus Disiapkan menjelang persalinan
8. Untuk mengetahui Berapakah Persiapan Dana menjelang persalinan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Intrantal
Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai dengan
standar, diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Pendekatan yang membutuhkan kemampuan analisis yang berhubungan
dengan aspek sosial, nilai-nilai dan budaya setempat.

B. Falsafah Ibu Bersalin Di Komunitas


a. Bidan meyakini bahwa setiap individu berhak untuk merasa aman,puas
terhadap pelayanan masyarakat.
b. Yakin bahwa proses kehamilan dan persalinan dapat di tingkatkan
kualitasnya melalui pendidikan,kesehatan dan intervensi berbentuk
dukungan.
c. Asuhan bulin yang berfokus pada kebutuhan individu dan keluarganya
baik emosi,fisik dan sosial
d. Asuhan di berikan secara terus menerus yang menekankan pada aspek
keamanan menajemen klinis yang sesuai standar.

1. Tujuan
1) Memastikan persalinan yang telah direncanakan
2) Memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana
yang menyenangkan
3) Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan.

2. Pelayanan Kebidanan Komunitas


1. Standar pelayanan kebidanan
a.Asuhan saat persalinan
b. Persalinan yang aman

3
c. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.

2. Persiapan Bidan
Bidan yang bekerja di desa,puskesmas,maupun pustu dilihat dari
tugasnya-tugasnya berfungsi sebagai bidan komunitas.
Persiapan bidan dalam memberikan asuhan intranatal di komunitas
adalah “harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya terutama dari segi
kompetensi,sehingga dapat mmemberikan pelayanan yang bersih dan
aman.

3. Persiapan rumah dan lingkungan


a.Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu :
a. Rumah cukup aman dan hangat
b. Tersedia ruangan untuk proses persalinan
c. Tersedia air mengalir
d. Terjamin kebersihannya
e. Tersedia sarana media komunikasi
b.Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37
minggu dan syarat rumah diantaranya :
a. Ruangan sebaiknya cukup luas
b. Adanya penerangan yang cukup
c. Tempat nyaman
d. Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan

4. Persiapan alat / bidan kit


Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan
persalinan di rumah:
1. Persiapan untuk pertolongan persalinan
 Tensimeter

4
 Stetoskop
 Monoaural
 Jam yang mempunyai detik
 Termometer
 Partus set
 Heacting set
 Bahan habis pakai ( injeksi oksitosin, lidokain, kapas, kasa,
detol/ lisol)
 Set kegawatdaruratan
 Bengkok
 Tempat sampah basah,kering dan tajam
 Alat –alat proteksi diri/APD

5. Persiapan ibu dan keluarga


 Waskom besar
 Ember penyediaan air
 Tempat untk cuci tangan,sabun,handuk kering
 Baju ganti ibu
 2 kain panjang
 Gurita
 Pembalut
 Handuk
 Sabun
 Waslap
 Perlengkapan pakaian bayi
 Selimut bayi

C. Manajemen asuhan intranatal di rumah.


Manajemen asuhan intranatal dirumah dibagi dalam empat tahap sesuai
dengan tahap yang ada dalam persalinan. Yaitu kala I,II,III,IV. Dengan
memberikan asuhan intranatal yang baik dan sesuai standar, bidan dapat

5
memberikan pertolongan persalinan yang memadai dan tepat waktu,
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan menurunkan
angka kejadian sepsis puerpuralis pada ibu nifas, sehingga membantu angka
kematian ataupun kesakitan ibu dan bayi.
Manejemen asuhan intranatal merupakan langkah ilmiah sistematis,
sehingga dalam pelaksanaannya bidan harus memahami alur pikir menejemen
asuhan intranatal di rumah. Alur pikir menejemen asuhan intranatal, yaitu
sebagai berikut :

SUBJEKTIF

OBJEKTIF

PENGUMPULAN
DATA

DATA AKURAT IDENTIFIKASI


EVALUASI
KEMAMPUAN ANALISIS MASALAH
EFEKTIF
PENGETAHUAN ESENSIAL (SIRKULER)
PENGALAMAN RELEVAN
INTUISI

TEPAT WAKTU ADA MASALAH


AMAN LAIN YANG
MENYERTAI
MELAKSANAKAN DIAGNOSIS
ASUHAN KERJA

RENCANA MENILAI
ASUHAN KEBUTUHAN

DIKEMBANGKAN DARI DETEKSI SETIAP SAAT


DATA YANG DIPEROLEH TERHADAP ANCAMAN

( Alur pikirAsuhan Intranatal )

6
D. Standar pelayanan kebidanan intranatal
1. Asuhan Persalinan Kala I
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Bidan perlu mengingat konsep
tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau
ada kejadian penting lainnya . ada tugas dan proses atau langkah-langkah yang
harus dilalui dalam memberikan asuhan persalinan pada kala I, yaitu :
1. Melakukan penilaian secara tepat kapan persalinan dimulai
2. Mampu memberikan asuhan yang memadai dengan memperhatikan
kebutuhan ibu
3. Terampil dalam melakukan pertolongan persalinan
4. Menghargai hak dan pribadi ibu serta tradisi setempat
5. Mengizinkan adanya pendamping

2. Asuhan Persalinan Kala II


Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan
rujukan. Tugas yang harus dikerjakan bidan dalam asuhan persalinan kala II
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pertolongan persalinan bersih dan aman
2. Menghargai hak ibu sebagai pribadi
3. Menghargai tradisi setempat
4. Mengizinkan ibu untuk memilih pendamping persalinan
Hal-hal yang menjadi perhatian bidan pada saat memberikan asuhan
intranatal kala II antara lain, sebagai berikut :
a. Hindari untuk meminta ibu mengejan jika dalam posisi telentang
b. Ingat tiga bersih, yaitu bersih alat, bersih tempat persalinan,
pengikatan, dan pemotongan tali pusat
c. Pimpin ibu mengejan apabila ada keinginan untuk mengejan
d. Hindari intervensi apabila tidak dibutuhkan
e. Terapkan konsep sayang ibu

7
f. Lakukan pengambilan keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan
rujukan

3. Asuhan Persalinan Kala III


Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam
melakukan manajemen aktif.
kala III Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah
kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada ibu. Oleh
karena itu, dalam asuhan kala III ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu bidan sebagai penolong persalinan harus terlatih dan terampil melakukan
manajemen aktif kala III, tersedianya peralatan dan perlengkapan menejemen
aktif kala III dan pencegahan infeksi, tersedianya obat-obatan dan metode
efektif dalan peniympanan, serta sistem rujukan untuk kegawatdaruratan
obstetri yang efektif.
Asuhan persalinan kala III diberikan untuk membantu mengeluarkan
plasenta dan selapu janin secara lengkap, mengurangi kejadian perdarahan
pasca persalinan, memperpendek kala III, mencegah terjadinya komplikasi
dan mencegah terjadinya retensio plasenta. Dalam hal ini bidan mempunyai
tugas rutin, yaitu melakukan penatalaaksanna aktif persalinan kala III
(menejemen aktif kala III).
Hal-hal yang menjadi perhatian bidan pada saat memberikan asuhan intranatal
kala III adalah sebgai berikut :
a. Penyimpanan oksitosin harus dalam lemari es pada suhu 2-8oC dan
hindarkan dari paparan cahaya secara langsung.
b. Pada suhu 30oC oksitosin dapat bertahan selama 1 bulan, pada suhu 40oC
oksitosin dapat bertahan selama 2 minggu.
c. Tidak dianjurkan untuk memberikan Ergometrin dan Metergin, sebelum
bayi lahir.
d. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah fundus naik dan berkontraksi
dengan baik, keluarnya darah dari vagina, serta tali pusat memanjang.

8
e. Pada saat melahirkan pasenta, jangan mendorong fundus dan menarik tali
pusat secra berlebihan.
f. Lakukan penanganan tali pusat dengan hati-hati
g. Hentikan pegangan tali pusat apabila ibu mengeluh nyeri atau tali pusat
tertahan
h. Apabila merasa tidak yakin plasenta tidak dapat dilahirkan dengan
lengkap, ikuti prosedur tetap penatalaksanaan plasenta rest, bila perlu
rujuk.

4. Asuhan Persalinan Kala IV


Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam
setelah plasenta lahir. Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal
yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.
Asuhan persalinan kala IV merupakan asuhan yang mencakup pada
pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir. Pada kala ini tidak
menutup kemungkinan terjadi perdarahan dan atonia uteri. Kehilangan darah
biasanya dikarenakan pelepasan plasenta atau robekan serviks dan perineum.
Jumlah darah yang keluar harus diukur (1 bengkok = ± 500 cc), apabila
jumlah perdarahan lebih dari 500 cc harus dicari penyebabnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada asuhan persalinan kala IV, yaitu sebagai
berikut :
a. Kontraksi uterus
b. Perdarahan
c. Kantong kemih
d. Adanya luka
e. Keadaan plasenta dan selaputnya harus lengkap
f. Tanda-tanda vital
g. Keadaan bayi

9
E. Kegawatdaruratan persalinan
Persalinan merupakan proses alamiah, akan tetapi dalam prosesnya
tidak menutup kemungkinan terjadi komplikasi-komplikasi atau
kegawatdaruratan. Beberapa tindakan yang harus dilakukan bidan apabila
menghadapi kasus kegawatdaruratan persalinan adalah sebgai berikut :
a. Jangan menunda untuk melakukan rujukan
b. Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
c. Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan
pendampingan secara terus menerus
d. Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
e. Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
f. Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat
kasus dengan singkat

F. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Bayi


Agar persalinan Anda berjalan lancar dan tidak lagi perlu khawatir terhadap
apa dan bagaimana persiapan selama persalinan berjalan, tidak ada salahnya
jika jauh-jauh hari Anda mempersiapkan kebutuhan persalinan tersebut.
Berikut beberapa hal yang wajib untuk Anda fikirkan dan Anda persiapkan ;
1. Membuat rencana persalinan, meliputi :
a. Tempat persalinan
b. Memilih tenaga kesehatan terlatih
c. Bagaimana cara menghubungi tenaga kesehatan terlatih tersebut
d. Bagaimana transportasi yang bisa digunakan untuk ke tempat
persalinan tersebut
e. Siapa yang akan menemani persalinan
f. berapa biaya yang dibutuhkan, dan bagaimana cara megumpulkannya
g. siapa yang kan menjaga keluarganya jika ibu melahirkan

2. Membuat rencana pembuatan keputusan jika kegawat daruratan pada saat


pembuat keputusan utama tidak ada

10
a. siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga
b. siapa yang akan membuat keputusan jika si pembuat keputusan utama
tidak ada saat terjadi kegawat daruratan
2. Mempersiapkan transportasi jika terjadi kegawat daruratan
a. dimana ibu akan melahirkan
b. bagaimana cara menjangkaunya
c. kemana ibu mau dirujuk
d. bagaimana cara mendapatkan dana
e. bagaimana cara mencari donor darah
4. Membuat rencana atau pola menabung
-Tabungan ibu bersalin
5. Mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk persalinan
a. kain panjang 4 buah
b. Pembalut wanita
c. Handuk, waslap, alat mandi, alat make up
d. pakaian terbuka depan, gurita ibu, BH
e. Pakaian bayi, minyak talon
f. Tas plastic

G. Yang Harus Disiapkan


Setelah minggu-minggu terakhir kehamilan anda waktu persiapan akan
terasa begitu sedikit. Dan kapan waktu persalinan akan terjadi kadang tak
dapat dipastikan. Adalah lebih baik jika anda sudah mempersiapkan apa saja
yang harus dibawa ke rumah sakit pada saat hari yang ditunggu tersebut tiba.
Setelah kehamilan anda mencapai sekitar 7 bulan atau akhir kehamilan 28
minggu persiapkanlah barang-barang untuk persalinan yang akan dibawa ke
rumah sakit dan masukkan kedalam satu tas khusus. Dan anda tidak boleh
lupa memberitahukan suami anda mengenai tas khusus yang telah anda
persiapkan ini. Sehingga bila harinya tiba semuanya telah siap dan suami
andapun tidak lupa untuk membawa serta tas besar yang telah anda persiapkan
jauh-jauh hari sebelumnya ini.

11
1. Beberapa barang yang diperlukan untuk IBU di rumah sakit:
a. Baju tidur. Bawalah baju tidur yang nyaman untuk anda pakai,
sebaiknya yang mempunyai kancing di bagian depan sehingga
mempermudah untuk menyusui bayi anda. Bawalah baju tidur dengan
jumlah yang cukup anda dapat memperkirakan untuk persalinan
normal atau alamiah biasanya 2 hari dan untuk persalinan operasi
Caesar dibutuhkan 4-5 hari.
set baju untuk anda pulang dari rumah sakit. Anda mungkin masih
tetap terlihat seperti hamil, karena butuh waktu untuk tubuh kembali
ke bentuk semula. Untuk itu bawalah baju yang nyaman, dan tidak
sempit.
b. Sandal. Untuk anda berjalan sepanjang koridor rumah sakit dan juga
menjaga kaki anda untuk tetap hangat.
c. Pakaian dalam. Bawalah BH untuk menyusui dan celana dalam
secukupnya.
d. Pembalut wanita khusus untuk ibu bersalin.
e. Gurita atau korset untuk ibu baru bersalin.
f. Perlengkapan anda. Bawalah juga bedak, sisir, lipstick, pengharum
tubuh/deodoran anda untuk anda berdandan karena anda akan bertemu
dengan teman atau keluarga yang mengunjungi anda setelah proses
kelahiran.
g. Handuk, sabun. Pada beberapa rumah sakit menyediakannya, tapi
tergantung bila anda ingin menggunakan milik anda sendiri maka anda
lebih baik mempersiapkannya.
2. Keperluan untuk BAYI anda:
Biasanya keperluan bayi akan disediakan oleh rumah sakit. Anda cukup
menyediakan persiapan untuk pulang dari rumah sakit.
a. Popok, bawalah beberapa buah.
b. Baju bayi, bawalah 2 buah karena bayi kadang Gumo(memuntahkan
sedikit susu ).
c. Selimut atau Bedong.

12
d. Kaos kaki dan tanggan.
e. Gendongan.
Persiapkanlah apa yang perlu anda bawa ke Rumah Sakit untuk
persiapan persalinan dalam 1 tas dan letakkan ditempat yang mudah
dijangkau dan jangan lupa memberitahu pasangan anda tentang tas
itu.:)

H. Persiapan Dana
Persalinan normal umumnya membutuhkan biaya yang relatif ringan.
Namun, bila persalinan diperkirakan harus dilakukan dengan tindakan
operatif, maka persiapan dana yang lumayan besar harus segera dilakukan.
Untuk mengetahui apakah nanti akan dilakukan sesar, pasangan harus selalu
berkonsultasi ke dokter. Lewat konsultasi ini diharapkan, segala kemungkinan
yang bakal terjadi bisa lebih dicermati.
Bila diperkirakan lahir dengan sesar, pasangan tentunya sudah bisa berancang-
ancang mempersiapkan dananya sejak jauh hari. Bila dana sudah terkumpul,
otomatis beban mental suami juga bisa lebih teratasi

I. SUAMI SIAGA (Siap Antar Jaga)


Dr. Rudiyanti, Sp.OG. dari RS Internasional Bintaro, menegaskan, “Yang
paling utama, mental harus dipersiapkan untuk menghadapi trimester pertama
kehamilan dan menjelang persalinan.” Persiapan mental suami, menurutnya,
sangat diperlukan dalam menghadapi hal-hal berikut ini.
1. Perubahan Fisik & Mental Istri
Di trimester awal biasanya perubahan pada ibu terjadi secara menyolok.
Meningkatnya produksi hormon progesteron membuat sikapnya sering
berubah-ubah sesuai mood yang sedang dialaminya saat itu. Kadang
gembira, sedih, marah-marah, ketus, dan sebagainya. Contoh kecil, sehabis
sibuk bekerja, sesampainya di rumah suami bukannya disambut dengan
senyuman. Istri malah menunjukkan wajah resah disertai keluhan pusing,
mual, muntah, emosi yang meledak-ledak, dan sebagainya. Bila suami

13
tidak siap mental, perselisihan dengan istri sangat mudah terjadi.
Perubahan emosi ini, selain karena perubahan hormon juga disebabkan
oleh kondisi tubuh ibu yang tiba-tiba menjadi tidak nyaman.
Kalau begitu keadaannya, bagaimana tidak mempengaruhi kondisi
emosionalnya. Ia jadi gampang marah, mudah kesal, cenderung malas, dan
sebagainya. Bila suami sudah bersiap diri dengan mempelajari dan
memahami berbagai perubahan yang bakal terjadi, menghadapinya akan
lebih mudah. Paling tidak suami bisa membekali dirinya dengan sikap
memaklumi dan sabar.
Dari segi fisik, mungkin saja perubahan keseluruhannya masih belum
terlalu kentara, tapi di satu sisi mungkin saja perubahan itu sudah
mencapai klimaksnya, seperti munculnya jerawat, keringat, dan bau badan.
Pencapaian klimaks ini dipengaruhi oleh perubahan hormon kehamilan di
awal kehamilan. Hal inilah yang kadangkala membuat istri yang tadinya
berwajah cantik menjadi berbintik-bintik, yang tadinya berkulit mulus
menjadi kusam, yang tadinya wangi menjadi agak bau, dan sebagainya.
Bila tidak diantisipasi dengan persiapan mental, bisa jadi suami akan
terkaget-kaget dan sulit untuk menerima perubahan itu. Apalagi suami
yang bersifat perfeksionis dalam menilai penampilan istri. Ia seringkali
sangat sulit dan berat menerima perubahan ini.
2. Fase Ngidam
Bukan hanya mual-muntah, seringkali masih di trimester pertama, istri
juga memiliki permintaan yang aneh-aneh. Tengah malam misalnya, tahu-
tahu istri ingin minum air kelapa. Bayangkan, bila untuk mendapatkannya
sang suami harus memanjat pohon kelapa di tengah malam buta atau harus
pergi ke pasar? Bukankah ini merupakan suatu pekerjaan yang
membutuhkan mental kuat. Bila suami siap dan ia sanggup mengusahakan
keinginan istri, silakan saja diwujudkan.
Namun bila sulit, berikan pengertian kepada istri bahwa tidak mungkin
mencari kelapa di tengah malam buta. Toh, ngidam memang tidak harus
selalu dipenuhi. Jangan takut nanti anaknya ngeces, karena dipenuhi atau

14
tidak ngidam itu, tidak ada hubungannya dengan ngeces.
Yang dibutuhkan adalah pemahaman suami terhadap latar belakang
munculnya ngidam. Asal tahu saja, ngidam bukan keinginan janin yang
harus dipenuhi melainkan keinginan yang timbul dari tekanan kondisi
hamil yang dialami ibu. Di trimester pertama, mulutnya terasa sangat pahit
karena asam lambung naik. Dengan kondisi ini ibu menginginkan
makanan yang berbeda dari yang biasa dimakannya sehari-hari. Hal inilah
sebenarnya yang menjadi pangkal munculnya ngidam. Karena mulut
terasa pahit, ibu ingin makan makanan yang segar-segar, yang mungkin
bisa diterima indra pengecapnya.

Meskipun tidak harus, tapi bila suami bisa memenuhinya, lebih baik
segera penuhi karena bentuk perhatian seperti ini efektif meningkatkan
psikis istri yang dibutuhkan bagi pertumbuhan janin yang sehat. Namun,
seringkali, setelah dipenuhi keinginannya, istri hanya menyentuhnya
sambil lewat. Kelapa yang susah-susah dibeli di pasar, airnya hanya
diminum seteguk. Nah, jika kondisi seperti ini yang muncul, maka butuh
ketabahan mental lagi.

Tak jarang bila mentalnya belum siap, sikap istri yang tampak seenaknya
itu membuat marah suami. Suami harus memahami, sebenarnya istri tidak
bermaksud bersikap seenaknya. Ia juga tidak mau hal itu terjadi, ia hanya
berharap, air kelapa itu sangat lezat, sesuai bayangannya semula. Ternyata
ketika dikecap, mulutnya malah merasa pahit dan makanan tidak bisa
masuk ke dalam perutnya. Pada suami yang tidak siap mental, dia merasa
bahwa usahanya tidak dihargai sama sekali. Namun, Sebaiknya suami
tidak kapok, berikan alternatif lain untuk mengatasi mual muntahnya itu.
Sebenarnya, tak hanya suami yang harus selalu memahami, istri pun perlu
memberikan pengertian ke suami, misalnya dengan menerangkan
kondisinya saat itu agar suami betul-betul memahami apa yang sedang

15
dirasakan. Meminta maaf kepada suami pada saat situasi seperti ini bisa
dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman.

3. Mengantar Istri ke Dokter


Tak kalah penting, meskipun sibuk sebaiknya suami menyediakan
waktunya untuk mengantar istri ke dokter karena ini merupakan salah satu
hal yang dapat mengangkat psikis ibu dalam memelihara kehamilannya.
Jadi, baik suami maupun istri, keduanya harus saling berusaha menepati
jadwal yang sebelumnya bisa disesuaikan bersama. Dengan menyaksikan
dan terlibat dalam proses pemeriksaan, akan timbul empati suami terhadap
istri dan anak yang tengah dikandungnya. Hal ini penting untuk kelanjutan
pemeliharaan kandungannya. Selain itu, suami pun bisa bertanya ke dokter
tentang hal-hal yang sering ditemukan dan dikeluhkan istri. Dari
penjelasan yang diberikan dokter, otomatis kondisi mental suami bisa
lebih terjaga.

Tak hanya ke dokter, bila ada waktu, suami pun sebaiknya menemani istri
menjalani program senam hamil. Senam ini diyakini sangat membantu ibu
menghadapi persalinan. Tidak hanya istri, suami pun perlu mengetahui
berbagai tahapan dan kendala yang mungkin terjadi saat persalinan. Bila
nanti istri panik, suami akan tahu cara menghadapinya. Suami juga bisa
memantau perilaku istri ketika bersalin. Bila terjadi kesalahan, suami bisa
langsung mengoreaksinya. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, tentu
beban istri saat melahirkan bisa dikurangi dan kondisi mentalnya akan
naik sehingga persalinan bisa berjalan lancar.

Bayangkan kalau istri tidak pernah ikut senam hamil dan suami tidak
punya pengetahuan sedikit pun tentang persalinan. Ketika istri berteriak-
teriak, misalnya, suami bisa-bisa bukannya membantu tapi malah ikut
panik.

16
4. Beban Menghadapi Persalinan
Memasuki bulan-bulan terakhir, dimana istri sudah bersiap menghadapi
persalinan, sang suami harus mempersiapkan mentalnya lebih kuat lagi.
Pada periode trimester ke tiga akhir, selain beban tubuh istri semakin
berat, dia juga sering mengalami perasaan takut karena membayangkan
proses persalinan yang sulit dan kamar operasi. Oleh karena itu, suami
harus hadir sebagai pendamping yang bisa menyamankan kondisi istri.
Selain itu, kesiapan mental suami pun sangat diperlukan ketika harus
menghadapi persalinan yang berisiko. Pada banyak kasus, persalinan tidak
bisa berjalan normal, ada perdarahan, persalinan panjang, bayi terlilit tali
pusat, sungsang, dan sebagainya, yang bisa saja mengancam nyawa ibu.
Bila mengetahui bahwa persalinan nanti akan bermasalah, sebaiknya
persiapan mental suami dilakukan jauh hari sebelum persalinan. Dengan
begitu bila nantinya diperlukan berbagai tindakan darurat, suami sudah
langsung bisa mengatasi kondisi mentalnya.
5. Menemani Istri Bersalin
Dukungan suami sangat diperlukan agar psikis istri bisa terangkat saat
menjalani proses persalinan. Dengan begitu istri bisa lebih kuat, nyaman,
percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Saat itu, rasa empati suami pun
dapat tumbuh lebih dalam, sehingga penghargaan terhadap perjuangan istri
dan rasa sayang kepadanya bisa tumbuh lebih sempurna.

Walaupun begitu, tidak semua suami punya mental yang kuat


menyaksikan istri bersalin. Ada yang baru melihat darah sedikit saja sudah
mau pingsan. Sebaiknya sebelum mendampingi istri bersalin, suami
menilai diri sendiri apakah ia cukup kuat atau tidak. Bila tidak, lebih baik
suami tak memaksakan diri mendampingi istri di kamar bersalin. Tunggu
saja di luar asalkan peduli dengan apa yang sedang dihadapi istri.

17
EVIDENCE BASED DALAM PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN
INTRANATAL CARE DI KOMUNITAS

Jurnal 1:

Berdasarkan evidence based, pemotongan tali pusat lebih baik ditunda


karena sangat tidak menguntungkan, baik bagi bayi maupun bagi ibunya.
Mengingat fenomena yang terjadi di Indonesia, antara lain tinginya angka
morbiditas ataupun mortalitas pada bayi salah satunya uang disebabkan karena
asfiksia hyperbillirubinemia/icteric neonatorum. Selain itu juga menigkatnya
dengan tajam kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa tau
pemicu penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus fenomena
di atas adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping). Beberapa hasil
penelitian dari jurnal-jurnal internasional dibawah ini mungkin bisa menjawab
pertanyaan diatas.

1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al, (1993)


menunjukan bahwa pada bayi premature, ketika pemotongan tali pusat ditunda
paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan:
a. Menujukan penurunan kebutuhan untuk transfuse darah.
b. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernafasan.
c. Hasil tes menunjukan tingginya level oksigen.
d. Menunjukan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan
dengan bayi yang dipotong tali pusatnya setelah lahir.
e. Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan.
f. Menunjukan jumlah hematocrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih
baik.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ellen K. Hutton (2007) bahwa
dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat:
a. Peningkatan kadar hematocrit dalam darah.
b. Peningkatan hemoglobin dalam dalam darah.

18
c. Penurunan angka anemia pada bayi.
d. Penurunan resiko jaundice, / bayi kuning.

Mencermati hasil hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan


tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan, baik bagi ibu
maupun bayinya.. namun, dalam prakik APN dikatakan bahwa pemotongan tali
pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya
resiko kerugian, kesakitan maupun kematian dapat terjadi.

Jurnal 2 :
Review dari Cochrane menginformasikan bahwa epidural tidak hanya
menghilangkan nyeri persalinan, tetapi seperti tindakan medical lainnya
berdampak pada perpanjangan persalinan, peningkatan penggunaan oksitosin,
peningkatan persalinan dengan tindakan seperti forcep atau vakum ekstraksi, dan
tindakan seksio sesaria karena kegagalan putaran paksi dalam, resiko robekan
hingga tingkat 3-4 dan lebih banyak membutuhkan tindakan episiotomy pada
nulipara.

Studi lain tentang sentuhan persalinan membuktikan bahwa dengan sentuhan


persalinan 56% lebih sedikit yang mengalami tindakan seksio sesarea,
pengurangan penggunaan anastesi epidural hingga 85%, 70% lebih sedikit
persalinan dengan forceps, 61% penurunan dalam penggunaan oksitosin, durasi
persalinan yang lebih pendek 25% dan penurunan 58% pada neonatus rawat inap.

Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan
pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengerang dengan alasan agar tenaga
ibu untuk mengeluarkan bayi pun lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian
tindakan untuk menahan nafas pada saat mengerang ini tidak dianjurkan karena:

1. Menahan nafas pada saat mengerang tidak menyebabkan kala II menjadi lebih
singkat.

19
2. Ibu yang mengerang dengan menahan nafas cenderung mengerang hanya
sebentar.
3. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengerang pada saat ibu
merasakan dorongan akan lebih singkat.

Jurnal 3 :

Penggunaan berbagai metode dalam pengurangan rasa nyeri dalam


persalinan mulai dari tekhnik massage, aromatherapy, hypnotherapy, dan
hydrotherarpy. Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya akan
dianjurkan mulai mengatur posisi terlentang ini tidak boleh dilakukan secara rutin
pada proses persalinan. Hal ini dikarenakan:

1. Bahwa posisi terlentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan


berkurangnya aliran darah ibu ke janin.
2. Posisi terlentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin. Selain itu posisi
terlentang juga menyebabkan ibu mengalami kontraksi lebih nyeri, lebih lama
dan trauma perineum lebih besar.
3. Posisi lithotomi / terlentang juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan
bagian bawah janin.
4. Posisi terlentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya
akan menekan aorta, vena kava inferior, serta pembuluh-pembuluh lain dalam
vena tersebut. Hipotensi dapat menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa
mengarah anoreksia janin.
5. Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf dikaki dan di
punggung dan akan ada rasa sakit yang lebih banyak didaerah punggung pada
masa postpartum (nifas).

Apapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah
duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kokadai Alai (1995), Nikkodein (1995) dan
Gardosi (1989). Posisi ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:

20
1. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyerri.
2. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih singkat
3. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengerang, peluang lahir spontan
lebih besar, dan robekan penineal dan vagina lebih sedikit
4. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan
terkadinya regangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga
mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
5. Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan
bayi baru lahir memiliki nilai APGAR yang lebih baik.
6. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit dan membantu bayi dalam
mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga
mengurangi keluhan hemoroid
7. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kamdung kemih
karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan
kepala janin.

Posisi berjalan, berdirim dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi


kontraksi uterus serta dapat memantaafkan gaya gravitasi

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai dengan


standar, diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Pendekatan yang membutuhkan kemampuan analisis yang berhubungan
dengan aspek sosial, nilai-nilai dan budaya setempat.
Adapun tujuan dari asuhan intranatal dalam kebidanan komunitas yaitu :
1. Memastikan persalinan yang telah direncanakan
2. Memastikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana yang
menyenangkan
3. Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila diperlukan.

Manajemen asuhan intranatal dirumah dibagi dalam empat tahap sesuai


dengan tahap yang ada dalam persalinan. Yaitu kala I,II,III,IV. Dengan
memberikan asuhan intranatal yang baik dan sesuai standar, bidan dapat
memberikan pertolongan persalinan yang memadai dan tepat waktu,
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan menurunkan
angka kejadian sepsis puerpuralis pada ibu nifas, sehingga membantu angka
kematian ataupun kesakitan ibu dan bayi. Dengan evidence based dalam
praktik asuhan kebidanan intranatal care dan persalinan di komunitas pasien
menjadi lebih merasa aman dan nyaman.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah mengenai profil Asuhan Intranatal dalam
kebidanan komunitas. penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis juga berharap para pembaca memberi masukan serta
sarannya untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Yulifah Rita, Tri johan Agus Yuswanto.2011.Asuhan Kebidana


Komunitas.Jakarta : Salemba Medikan

Dewi Pudiastuti Ratna,2011.Buku ajar Kebidanan Komunitas.Yogyakarta : Nuha


Medika

Marmi.2012.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal .Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde.1999 .Memahami Kesehatan Reproduksi


Wanita.Jakarta:ARCAN.

Departemen Kesehatan RI.1992. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam


Konteks Keluarga.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI.-Badan Penelitian dan Pengembangan


PelayananKesehatan.1997.Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan masyarakat.
Surabaya:PusatPenelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan

23
24

Anda mungkin juga menyukai