(Keratitis) Bagian Ilmu Kesehatan Mata Laporan Kasus
(Keratitis) Bagian Ilmu Kesehatan Mata Laporan Kasus
(Keratitis) Bagian Ilmu Kesehatan Mata Laporan Kasus
KERATITIS PUNGTATA
OLEH :
PEMBIMBING :
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar
Pekerjaan : IRT
No.Reg : 11 09 19
B. Anamnesis
Kesehatan Mata Masyarakat dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur jika melihat.
Keluhan ini dialami sejak ± 2 minggu yang lalu. Keluhan lain yang juga dirasakan adalah
rasa sakit pada mata dan kemerahan pada mata kiri dan kanan, merasa silau ketika melihat
dan merasa seperti kelilipan. Pasien juga merasa jika pagi hari matanya sulit dibuka dan
terasa lengket. Kadang-kadang pasien juga merasa bengkak pada kedua bola mata.
Riwayat benda asing masuk mata (-), riwayat penggunaan kacamata (-), riwayat keluhan
yang sama pada keluarga (+) yaitu anak pasien. Sebelumnya anak pasien berobat di
Riw. HT (+)
Riw. DM (-)
Riwayat keluhan nyeri kepala pada tanggal 11 November 2016 (Rawat Inap) dirawat oleh
Ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien yaitu Anaknya.
Tobroxon
Polydex
Na. Diclofenact
Levofloxacin tetes
C. Status General
Tanda-Tanda Vital
Nadi : Tidak dinilai
1. Pemeriksaan Inspeksi
OD OS
titik
3. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
TIO Tn Tn
4. Tonometri (NCT)
TOD : 10 mmHg
TOS : 9 mmHg
5. Visus
VOS : 20/70
kornea (lapisan epitel), tampak lesi pungtata berupa titik-titik, iris coklat, RC (+), pupil
SLOS : Konjungtiva hipermis (+), BMD kesan normal, adanya Infiltrat halus pada
kornea (lapisan epitel), tampak lesi pungtata berupa titik-titi, iris coklat, RC (+), pupil
7. Pemeriksaan Funduskopi
8. Pemeriksaan Laboratorium
E. Resume
Seorang Seorang pasien Perempuan 35 tahun datang ke Poli Balai Kesehatan Mata
Masyarakat dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur jika melihat. Keluhan ini
dialami sejak ± 2 minggu yang lalu. Keluhan lain yang juga dirasakan adalah rasa sakit
pada mata dan kemerahan pada mata kiri dan kanan, merasa silau ketika melihat dan
merasa seperti kelilipan. Pasien juga merasa jika pagi hari matanya sulit dibuka dan terasa
lengket. Kadang-kadang pasien juga merasa bengkak pada kedua bola mata. Riwayat
keluhan yang sama pada keluarga (+) yaitu anak pasien. Sebelumnya anak pasien berobat
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan SLODS yang sebelumnya telah ditetesi larutan
flouresens: Konjungtiva hiperemis (+), BMD kesan normal, adanya infiltrat halus pada
kornea (lapisan epitel), tampak lesi pungtata berupa titik-titik, iris coklat, RC (+), pupil
TOD : 10 mmHg, TOS : 9 mmHg. VOD : 20/30 C -0,50 x 10 20/25 dan VOS 20/70.
F. Diagnosis Kerja
G. Diagnosis Banding
- Konjuctivitis
- Ulkus kornea
- Uveitis
H. Terapi
Medikamentosa ;
- CendoTobroxon 6 dd 1 tetes
Prognosis
Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi manusia. Melalui mata manusia
Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringan hingga
80% gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia dapat dicegah. Kesulitan untuk
mendapatkan kacamata bagi penderita disebabkan oleh kurangnya dokter spesialis mata
yang merupakan tenaga kesehatan yang kompeten, sedikitnya kesediaan kacamata yang
mampu dibeli, dan kurangnya dukungan struktur kesehatan masyarakat dalam penyediaan
bantuan kacamata menyebabkan banyak penderita tidak dapat berkerja dengan optimal.
Gangguan penglihatan bukan hanya masalah kesehatan. Tetapi memiliki efek terhadap
Dari data prevalensi hasil Riskesdas tahun 2013 oleh Badan Penelitian dan
penduduk umur ≥ 6 tahun 0,4 persen, sedangkan prevalensi katarak semua umur adalah
1,8 persen, kekeruhan kornea 5,5 persen, serta pterygium 8,3 persen. Besarnya tingkat
Estimasi jumlah orang dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun
2010 adalah 285 juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang
menderita kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. Sekitar 65%
orang dengan gangguan penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun
atau lebih.1
Kornea adalah jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa ratarata mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan, yaitu lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel.3
Gangguan transparansi kornea pada dasarnya disebabkan oleh gangguan pada 3 hal
tersebut yaitu :7
Gangguan pada integrasi struktur jaringan kornea misalnya oleh adanya kelainan
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, aquous humour dan
air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.
deturgensinya.3
B. ANATOMI
dengan kristal sebuah jarum jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan kedalam sklera
pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea
sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior, korea
mempunyai lapisan yang berbeda (gambar 2), yaitu lapisan epitel, lapisan bowman,
Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel. Lapisan bowman
merupakan lapisan jernih aselular, yang merupakan bagian stroma yang berubah.
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Bagian ini tersusun atas
jaringan lamella serat-serat kolagen dengan lebar sekitar 10-250 um dan tinggi 1-2 um
yang mencangkup hampir seluruh bagian kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan
permukaan kornea, dan karena ukuran dan kerapatannya menjadi jernih secara optis.
Lamella terletak di dalam suatu zat dasar proteoglikan terhidrasi bersama keratosit
yang menghasilkan kolagen dan zat dasar. Membran descement merupakan lamina
basalis endotel kornea, memiliki tampilan yang homogen dengan mikroskop elektron
akibat perbedaan struktur akibat bagian pra dan bagian pasca nasalnya. Endotel hanya
memiliki satu lapis sel saja, namun lapisan ini mempunyai peran besar terhadap
detutgesensi stroma kornea. Endotel kornea cukup rentan terhadap terhadap trauma
dalam wujud pembesaran dan pergeseran sel-sel, sedikit pembelahan sel. Kegagalan
limbus, humor aquos, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan sebagian
besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik karena didapat dari cabang pertama
C. FISIOLOGI
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui oleh
berkas cahaya saat menuju retina. Sifat tembus cahaya retina disebabkan oleh
dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada
endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel
dalam mekanisme dehidrasi, dan kerusakan pada endothel jauh lebih serius
edema kornea dan hiangnya sifat transparan, yang cenderung bertahan lama karena
terbatasnya potensi perbaikan fungsi endotel. Kerusakan pada epitel biasanya hanya
menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan dengan regenerasi
Penetrasi obat-obat melalui kornea yang utuh terjadi secara bifasik. Substansi
laruk-lemak dapat melalui epitel utuh, dan substansi larut air dapat melalui stroma
yang utuh. Jadi untuk dapat melalui kornea obat harus larut-lemak sekaligus larut-air.4
bisa diterapkan.
1. Keratitis Bakteri
Menjadi bagian paling anterior bola mata, kornea terkena atmosfer dan karenanya
mudah terinfeksi dengan mudah. Pada saat yang sama, kornea terlindungi dari
infeksi minor sehari-hari oleh mekanisme pertahanan normal yang ada saat air
mata dalam bentuk lisozim, betalysin, dan protein pelindung lainnya. Keratitis
Keratitis ini ada dua bentuk; primer dan rekurens. Keratitis ini dapat menyebabkan
ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea. Infeksi okular dengan
herpetik dan iritis. Virus ini dapat menyerang saraf canial V, VII, dan VIII. 4,5,7
Herpes primer :
Lesi kulit
Kornea
Recurrent herpes :
Stromal keratitis
i. Disciform keratitis
Herpetic iridocyclitis
3. Keratitis Achantamoeba
Anchantamoeba adalah protozoa yang hidup bebas dan terdapat dalam air yang
Infeksi yang terjadi biasanya dihubungkan dengan penggunaan kontak lensa lunak
termaksud lensa hidrokel silikon, atau lensa kontak rigid yang dipakai semalaman,
4. Keratitis Pajanan
Biasanya kornea ditutupi oleh kelopak mata saat tidur dan terus-menerus
dilembabkan dengan gerakan berkedip saat terbangun. Bila mata tertutup tidak
cukup oleh kelopak mata dan ada kehilangan mekanisme pelindung berkedip
5. Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata adalah keratitis dengan infiltrat halus pada kornea yang dapat
terletak superfisial dan subepitel. Keratitis Pungtata ini disebabkan oleh hal yang
tidak spesifik dan dapat terjadi pada Moluskum kontangiosum, Akne rosasea,
6. Keratitis Jamur
pengobatan mata. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-
abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery edge dan
E. GAMBARAN KLINIS
Gambaran Subjektif
Seorang pasien Perempuan 35 tahun datang ke Poli Balai Kesehatan Mata Masyarakat
dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur jika melihat. Keluhan lain yang juga
dirasakan adalah rasa sakit pada mata dan kemerahan pada mata kiri dan kanan,
Pada Keratitis
Gejala klinis dapat berupa rasa sakit, silau (fotofobia), mata merah, dan merasa
kelilipan (Blepharospasme).8
Pada pemeriksaan didapatkan ODS konjungtiva hipermis (+), BMD kesan normal,
adanya Infiltrat halus pada kornea (lapisan epitel), tampak lesi pungtata berupa titik-
Penyakit ini ditandai kekerutan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas
Pemeriksaan Keratitis
memadai. Pemulasan flourescein dapat memperjelas lesi epitel superfisial yang tidak
mungkin terlihat bila tidak terpulas. Pemakaian sitlamp berguna untuk pemeriksaan
kornea dengan jelas. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik
kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan
Gambar 3. Sitlamp
Sitlamp adalah sebuah mikroskop binokular yang terpasang pada meja dengan sumber
cahaya khusus yang dapat diatur. Seberkas cahaya pilar yang lurus dijatuhkan pada
dagu yang dapat di atur dengan penahan dagu. Dengan memakai sitlamp belahan
F. PENATALAKSANAAN
1. Keratitis bakteri
Pertama antibiotik topikal. Terapi awal (sebelum hasil kultur dan kepekaan
aminoglikosida atau ciprofloxacin oral (750 mg dua kali sehari) dapat diberikan
pada kasus fulminasi dengan perforasi dan saat sklera juga terlibat.5
2. Keratitis Virus
Obat antiviral adalah pilihan pertama saat ini. Selalu mulai dengan satu obat dulu
dan lihat jawabannya. Biasanya setelah 4 hari lesi mulai sembuh yang selesai 10
hari. Setelah sembuh, cabut obatnya dan tarik dalam 5 hari. Jika setelah 7 hari
terapi awal, tidak ada respon, itu berarti virus tersebut resisten terhadap obat ini.
sembuh dan kemudian 3 kali sehari selama 5 hari. Ini adalah obat antiviral
yang paling toksik dan paling sering digunakan. Ini menembus epitel
kornea dan stroma yang utuh, mencapai tingkat terapeutik dalam humor
berair, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mengobati keratitis
herpetik.
Ganciclovir (gel 0,15%), 5 kali sehari sampai ulkus sembuh dan kemudian
Debridemen mekanis area yang terlibat bersamaan dengan tepi epitel sehat
Pengobatan non-spesifik
(larutan 0,01% -0,02%); (d) klorheksidin; (e) Obat lain yang mungkin
4. Keratitis Pajanan
dilakukan untuk mencegah keratitis pajanan. Sering ditanamkan obat tetes air
mata tiruan. Lakukan pembersihan salep dan penutupan kelopak mata dengan
selotip atau perban saat tidur. Tujuan pengobatan adalah memberi perlindungan
5. Keratitis Pungtata
trifluridin atau asiklovir. Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah
cafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri gram negatif dapat diberikan
dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu natamisin, amfoterisin atau
fluconazol.8
6. Keratitis Jamur
jenis antibiotik.3
G. PROGNOSIS
prognosis fungsionam pada keratitis sangat tergantung pada jenis keratitis itu sendiri.
Jika lesi pada keratitis superficial berlanjut hingga menjadi ulkus kornea dan jika lesi
pada keratitis tersebut telah melebihi dari epitel dan membran bowman maka
1. Lubis, RR. Megawati, ER. Lubis, LD. 2016. Identifikasi Kelainan Mata dan
Kornea Pada Mata dan Metode Forward Chaining. Teknik Informatika, Fakultas
4. Riordan, P. Whitcher, JP. 2009. Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum, Edisi
dictionary.thefreedictionary.com
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata. 2002. Ilmu Penyakit Mata, Untuk Dokter