11.bab 3 Plumbing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

7

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 LATAR BELAKANG

Plumbing merupakan sistem pekerjaan yang mencakup pendistribusian, pemeliharaan,


serta perawatan instalasi air, seperti air minum, air buangan, ven, air hujan pada gedung
sampai pipa persil (SNI 03-7065, 2005). Fungsi utama sistem plumbing digunakan
untuk menyediakan air bersih, air bersih tersebut disalurkan ke tempat – tempat yang
membutuhkan serta sebagai jalur pembuangan air kotor dan air sisa dari tempat – tempat
tertentu dengan tetap menjaga kebersihan tempat yang dilaluinya (Noerbambang &
Morimura, 2005).

Pekerjaan plumbing harus dilakukan bersama-sama dengan sistem elektrikal dan


konstruksi dengan tujuan tidak mengurangi kekuatan dari bangunan. Dalam
merencanakan sistem plumbing pada bangunan, pemasangan jalur penyedia air bersih
dan kotor dapat disesuaikan dengan jumlah kebutuhan tiap tingkat dan ruangannya.
Instalasi plumbing memerlukan peralatan yang mendukung terbentuknya sistem
plumbing yang baik. Peralatan plumbing tersebut meliputi peralatan untuk menyediakan
air bersih, peralatan untuk pembuangan air kotor atau air buangan, dan peralatan saniter.

Dalam sistem plumbing, saniter digunakan sebagai alat pendukung


terbentuknya sistem yang baik. Setiap alat plumbing mempunyai tingkat kebutuhan
tekanan yang berbeda beda, sehingga diperlukan perhitungan tekanan terhadap
ketinggian. Tekanan dibawah normal akan memberikan efek tidak berfungsinya alat
plumbing tersebut, sehingga digunakanlah pompa untuk memperbesar tekanan air yang
8

didistribusikan ke tiap-tiap alat plumbing. Dalam laporan ini, hanya dibatasi pada
perencanaan dan perancangan sistem pendistribusian air bersih, peralatan saniter,
saluran air hujan, instalasi pembuangan air kotor dan sistem septic tank.

3.2 LANDASAN TEORI

3.2.1 Sistem Penyedia Air Bersih

Sistem penyedia air bersih meliputi alat yang berfungsi untuk memenuhi besaran pokok
kebutuhan air bersih di setiap jalur dan unit alat plumbing. Besaran pokok yang
diperlukan berupa tekanan pada setiap alat plumbing serta laju aliran di setiap pipa yang
dilaluinya.

a. Tekanan pada alat plumbing

Dalam pemasangan sistem plumbing, tekanan minimum yang diperlukan yakni 0.5
kg/cm2 . Secara umum tekanan standar pada setiap titik alat plumbing adalah 1.0
kg/cm2 (SNI 03-6481, 2000). Selanjutnya, ditentukan kecepatan aliran dalam pipa
minimal 0.3 m/detik dan maksimal 2.5 m/detik (Noerbambang & Morimura, 2005).

Table 3.1 Tekanan Yang Diperlukan Alat Plumbing

Tekanan yang diperlukan


No Nama Alat Plumbing
(kg/𝐜𝐦𝟐 )

1 Katup gelontor kloset 0.7

2 Katup gelontor peturasan 0.4

3 Kran menutup otomatik 0.7

4 Pancuran mandi dengan pancara air halus 0.7

5 Pancuran mandi biasa 0.35

6 Kran biasa 0.3

(Sumber: SNI 03-7065, 2005)


9

b. Laju aliran air

Laju aliran air dapat ditentukan dari keadaan sesungguhnya berdasarkan jumlah
pemakai dan jumlah (UBAP) unit beban alat plumbing (Noerbambang & Morimura,
2005). Dasar perhitungan adalah menggunakan acuan standar American National
Standards Institute (ANSI), satuan unit alat plambing dinyataka dalam WSFU (Water
Supply Fixture Units). Satuan WSFU merupakan kode umum digunakan dalam sistem
plumbing dimana 1 WSFU = 1 GPM (Gallon Per Minute) = 3.97 liter/menit.

Table 3.2 Unit Beban Alat Plumbing


UBAP UBAP
No Jenis Alat Plambing Pribadi Umum
(liter/menit) (liter/menit)
1 Bak Mandi 2 4
2 Bedpan Washer - 10
3 Bidet 2 4
4 Gabungan bak cuci dan dulang cuci pakaian 3 -
6 Bak cuci tangan untuk dokter gigi 1 1
7 Pancaran air minum 1 2
9 Bak cuci dapur 2 2
10 Bak cuci pakaian (1 atau 2 kompartemen) 2 4
12 Service sink 2 4
13 Peturasan pedestal berkaki - 10
14 Peturasan, wall lip - 5
15 Peturasan, palung - 5
16 Peturasan dengan tangki penggelontor - 3
17 Bak cuci, bulat atau jamak (setiap kran) - 2
18 Kloset dengan katup penggelontor 6 10
19 Kloset dengan tangki penggelontor 3 5

(Sumber: SNI 03-6481, 2000)


10

3.2.2 Peralatan Sistem Penyedia Air Bersih

Untuk menjaga kebersihan air yang akan didistribusikan, peralatan penyedia air harus
direncanakan dan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bocor, tahan terhadap binatang
perusak, korosi dan tekanan yang timbul pada waktu penggunaanya. peralatan yang
digunakan berupa tangki atas dan tangki bawah (SNI 03-6481, 2000).

a. Sistem tangki air atap (roof tank)

Merupakan penampung air bersih yang diletakkan diatas atap atau yang elevasinya lebih
tinggi dari gedung yang dilayani (sni 03-7065, 2005). Tangki air atas ini terbuat dari
bahan Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) yang terbuat dari campuran resin dengan
katalis sebagai pengerasnya. Tangki jenis ini digunakan karena memiliki keunggulan
antara lain kuat, ringan, tidak berkarat, tahan terhadap pengaruh cuaca, tidak
menghantarkan arus listrik, serta tidak memerlukan perawatan khusus dalam
membersihkannya. Kapasitas tangki yang digunakan untk pentimpanan air atap
mempunyai ukuran yang beragam yakni 150 liter, 500 liter, 800 liter, 1000 liter, hingga
5000 liter.

Gambar 3.1 Sistem Tangki Atap


(Sumber: sofyan-morimura, 1984)
11

b. Sistem tangki air bawah (ground water tank)

Tangki bawah adalah penampung air bersih dari sumber air bersih dari PDAM, sumur
bor, dan sebagainya (sni 03-7065, 2005). Tangki bawah dibuat di dalam tanah / lantai
paling bawah dari bangunan dengan cara di cor berbentuk kubus dan dilapisi keramik
agar tidak tangki tidak bocor dan air tidak tercemar. Tangki bawah dipasang dengan
jarak minimal 5 meter dari bak penampung air kotor atau air buangan (SNI 03-7065,
2005).

Gambar 3.2 Sistem Tangki Bawah


(Sumber: Hery Tarno, 2015)

Sistem tangki bawah merupakan jenis sistem distribusi tidak langsung. Tujuan
digunakannya sistem ini untuk mendapatkan debit dan tekanan air yang mencukupi,
sehingga kenyamanan penggunaan air bersih dalam suatu bangunan dapat terpenuhi.
Tangki bawah dibuat untuk meminimalisir terjadinya kekurangan suplai air dari
PDAM. Tangki bawah berfungsi untuk menampung air bersih yang disalurkan PDAM
sebelum didistribusikan ke tempat-tempat yang membutuhkan air bersih dalam suatu
bangunan, dengan volume tangki yang mampu untuk memenuhi kebutuhan bangunan
minimal dalam satu hari.
12

c. Penentuan kapasitas air bersih

Pemakaian air yang digunakan rata-rata 50 liter/ orang/ hari dengan jangka waktu
pemakaian 8 jam per hari (SNI 03-7065, 2005). Langkah-langkah perhitungan
kebutuhan air bersih menurut (Noerbambang & Morimura, 2005) adalah sebagai
berikut:

a. Kebutuhan air bersih

 Pemakaian air dalam satu hari


Qd = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari (3.1)

dimana:
Qd = pemakaian air rata-rata (l/hari)

 Kebutuhan air rata-rata pemakaian per hari


𝑄𝑑
𝑄ℎ = (3.2)
𝑡

dimana:
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata (l/jam)
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata (l/hari)
t = pemakaian rata-rata (jam/hari)

 Pemakaian air pada jam puncak

𝑄ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐶1 . 𝑄ℎ (3.3)

dimana:

Qh maks = pemakaian air (l/jam)

𝐶1 = konstanta. 1.5 untuk banguna rumah tinggal

𝑄ℎ = pemakaian rata-rata (l/jam)


13

 Pemakaian air pada menit puncak

𝑄𝑚 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐶2 . 𝑄ℎ (3.4)

dimana:

Qm maks = pemakaian air (l/menit)

𝐶2 = konstanta, 3 untuk banguna rumah tinggal

𝑄ℎ = pemakaian rata-rata (l/jam)

 Penentuan besarnya kapasitas pipa dinas


2
𝑄𝑠 = 3 ⋅ 𝑄ℎ (3.5)

dimana:
𝑄𝑠 = kapasitas pipa dinas (m3 /𝑗𝑎𝑚)
𝑄ℎ = pemakaian air rata-rata (m3 /𝑗𝑎𝑚)

b. Besarnya volume bak air bawah (Ground Water Tank)

Volume GWT = [𝑄𝑑 − (𝑄𝑠 𝑥 𝑡)] 𝑥 𝑇 (3.6)


dimana:
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata
𝑄𝑠 = kapasitas pipa dinas (m3 /𝑗𝑎𝑚)
t = pemakaian air 1 hari (jam/hari)
T = waktu penampungan (hari)

c. Besarnya volume tangka atap (Roof Tank)

𝑉𝐸 = [(𝑄𝑃 − 𝑄ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 )𝑇𝑃 − (𝑄𝑝𝑢 𝑥𝑇𝑝𝑢 )] (3.7)

dimana:

𝑉𝐸 = volume bak air atas (m3 )


𝑄𝑃 = kebutuhan puncak (m3 /menit)
𝑄ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 = kebutuhan jam puncak (m3 /menit)
14

𝑇𝑃 = jangka waktu kebutuhan (menit)


𝑄𝑝𝑢 = kapasitas pompa pengisi (m3 /menit)
𝑇𝑝𝑢 = jangka waktu pengisian (menit)

3.2.3 Penentuan kapasitas pompa

Dalam menentukan jenis pompa yang akan digunakan untuk menaikkan air dari tangki
bawah menuju tangki atap ada beberapa langkah perhitungan yang perlu diperhatikan
(Noerbambang & Morimura, 2005). Langkah tersebut berupa perhitungan head loss
yang terjadi pada sambungan dengan rumus sebagai berikut:

a. Kapasitas pompa transfer

 Perhitungan head loss total


Perhitungan ini berdasarkan jumlah head loss pipa beserta aksesoris yang
digunakan yang ditentukan dengan rumus:
ℎ𝑙 = ℎ𝑒 + ℎ𝑓 (3.8)
dimana:
ℎ𝑙 = head loss total (m)
ℎ𝑒 = head loss akibat aksesoris (m)
ℎ𝑓 = kerugian gesek (m)

 Perhitungan head total pompa (H total)


𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ𝑎 + 𝛥ℎ𝑝 + ℎ𝑙 (3.9)

dimana:
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = head loss total (m)
ℎ𝑎 = ketinggin bangunan (m)
𝛥ℎ𝑝 = perbedaan tekanan
ℎ𝑙 = head loss total pipa (m)
15

 Perhitungan daya hisap sistem pompa


𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = + − ℎ𝑠 − ℎ𝑙𝑠 (3.10)
𝛾 𝛾

dimana:
NPSHa = daya hisap sistem pompa (m)
Pa = tekanan pada permukaan air (10332,274 kgf/m2)
Pv = tekanan uap jenuh (20°C = 238,51 kgf/m2)
𝛾 = berat jenis air (1000 kgf/m3)
hs = head isap statis (m)
hls = kerugian head pipa hisap (m)

b. Penentuan kapasitas booster pump

Booster pump digunakan untuk mendistribusikan air bersih pada lantai dengan
tekanan dibawah 0.7 kg/cm2, sehingga mencukupi tekanan yang diperlukan pada
setiap unit beban alat plumbing (UBAP) yang digunakan. Berikut perhitungan
untuk menentukan booster pump yang dipakai:
PBP = (Pre + Pmin) x 1.5 (3.11)
dimana:
PBP = tekanan booster pump (kgf/cm2)
Pre = tekana distribusi air bersih (kgf/cm2)
Pmin = tekanan minimal yang diperbolehkan (kgf/cm2)

3.2.4 Penentuan kapasitas air buangan dan septic tank

Sistem pembuangan terbagi menjadi dua yakni sistem campuran yang berarti sistem air
kotor dan air buangan dialirkan ke dalam satu saluran dan sistem terpisah yang berarti
air kotor dan air buangan dialirkan secara terpisah (SNI 03-7065, 2005). Sistem
pengaliran yang digunakan dalam perencanaan sistem air buangan terbagi menjadi dua,
sistem gravitasi yang diatur dengan letak dan kemiringan pipa-pipa pembuangan dan
sistem terpisah adalah air kotor dikumpulkan kedalam bak penampung kemudian
dikeluarkan dengan dipompa yang bekerja secara otomatik (SNI 03-7065, 2005).
16

 Perhitungan kapasitas air buangan

Perhitungan ini dilakukan untuk menentukan volume bak penampung air buangan
sebelum dikeluarkan. Kapasitas limbah buangan yang dihasilkan untuk limbah
bangunan rumah tinggal adalah sebesar 40 liter per orang perhari (PERGUB DKI 1225,
2005). Sehingga besar kapasitas air buangan yang dihasilkan dapat dihitung dengan
rumus seperti berikut:

𝑄𝑑 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑢𝑛𝑖 𝑥 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛) 𝑥 0,8 (3.12)

Dimana:
𝑄𝑑 = pemakaian air rata-rata (l/hari)

 Pembuatan septic tank

Gambar 3.3 septic tank komunal


(sumber: tatyalfiah, 2012)

Septic tank merupakan ruangan kedap air yang digunakan untuk menampung dan
mengolah air buangan. Dalam septic tank terjadi pengendapan terhadap benda-benda
padat dan penguraian bahan organik yang membentuk bahan larutan air dan gas.
Pengadaan septic tank dalam suatu rumah harus memenuhi standar yang telah
17

ditetapkan SNI (Standar Nasional Indoensia) yang mencakup sistem, ukuran, dan
prosedur pembuatannya.

Septic tank mempunyai konstruksi berupa dua buah ruangan yang mana ruangan
pertaman dugunakan untuk pengendapan lumpur dan pada ruangan kedua digunakan
untuk mengendapkan padatan yang tidak dapat diendapkan oleh ruangan pertama.
Septictank dapat dibuat dari pasangan batu bata, beton bertulang dan plastic atau
fiberglass. Menurut permenkes (2014) lokasi penempatan septic tank berbentuk sumur
gali dalam suatu bangunan dibuat denga jarak horizontal 10 m terhadap sumur air
bersih, dan 5 m untuk jarak tangki ke sumur resapan air hujan.

Pembuatan septic tank disesuaian berdasarkan jumlah orang yang terlayani serta
kapasitas air limbah yang dihasilkan tiap orang/ harinya yaknik sebanyak 10
liter/orang/hari atau hanya untuk menampung limbah kloset). Untuk menetukan
kapasitas tersebut digunakan rumus (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987):

Th = 1,5 – 0,3 log (P x Q) > 0,2 hari (3.13)

dimana :
Th = Waktu penahanan minimum untuk pengendapan (> 0,2 hari)
P = Jumlah orang
Q = Banyaknya aliran

Konstruksi septic tank dibuat dengan dua ruangan, sehingga untuk mengetahui
volume masing-masing ruangan. Kemudian masing-masing volume tersebut
dimasukkan kedalam persamaan (3.13) untuk mendapatkan kapasitas akhir septic tank
tersebut.

 Volume penampungan lumpur dan busa

A=PxNxS (3.14)
dimana:

A = Penampungan lumpur yang diperlukan (dalam liter)


18

P = Jumlah orang yang diperkirakan menggunakan tangki septik


N = Jumlah tahun, jangka waktu pengurasan lumpur (min 2 tahun)
S = Rata-rata lumpur terkumpul (liter/orang/tahun).
25 liter untuk WC yang hanya menampung kotoran manusia.
40 liter untuk WC yang juga menampung air limbah dari kamar
mandi.

 Volume penampung cairan

B = P x Q x Th (3.15)

dimana:

P = jumlah orang

Q = banyaknya aliran air limbah (liter.hari)

Th = waktu penahanan minimum

Menurut (IKK Sanitation Improvenment Programme, 1987) asumsi perhitungan


sebagai berikut:

 Rata-rata lumpur terkumpul, untuk air limbah dari KM/WC. = 40 l/orang/tahun


 Waktu pengurasan direncanakan setiap 2 tahun
 Septic tank hanya untuk menampung limbah kakus sebanyak 10 l/orang/hari
 Kedalaman tangki septik (h) + (free board/tinggi jagaan) = 1,5m + 0,3m
 Panjang : Lebar = 1 : 2 (disesuaikan dengan kondisi)

3.2.5 Pemasangan Jaringan Pipa Air

Menurut (Pedoman Plumbing Indonesia, 1979) jaur pemasangan pipa harus lengkap
dipasang dengan sambungan-sabungan dan disesuaikan dengan gambar yang
direncanakan. Material yang digunakan harus dalam keadaan baik sesuai mutu dan
standar yang berlaku SII seperti BS, JIS, ASA, DIN, atau yang setara.
19

a. Pemasangan pipa air bersih

Pipa dipasang berdasarkan gambar yang direncanakan. Penggunaan pipa untuk air
bersih disesuaikan denga mutu bahan pembuatan pipa sehingga tidak menimbulkan
bahaya kepada pengguna. Bahan yang digunakan berupa pipa GIP, maupun PVC, pipa
dan fitting yang digunakan disesuaikan standar dan telah bersertifikat hasil pengujian.
Pemasangan pipa air bersih dalam platfond digantung menggunakan penggantung pipa
(hanger) dan penjepit pipa (klem) dengan berbahan dasar metal galvanis.

Beberapa kriteria dalam pekerjaan pemasanga pipa air bersih adalah sebagai
berikut:
 Pipa yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas air bersih yang diperlukan.
 Penyambungan pipa menggunakan bahan PVC AW di rekatkan dengan lem
khusus pipa serta diperhatikan kerapatannya.
 Semua ujung yang terakhir harus ditutup dengan dop/plug.
 Setiap pipa dipasang pada tembok diberi pengikat (klem) pada setiap belokan
dan percabangan.
 Setiap pipa yang melewati platfond harus digantung dan dijepit setiap 2 meter.
 Pipa-pipa yang ada di platfond, sepanjang kolom, dinding, dan tempat-tempat
yang terlihat harus dicat dengan warna biru.

b. Pemasangan pipa pembuangan

Pipa dipasang pada tempat yang terjangkau untuk memudahkan dalam proses
pemasangan maupun pembetulan. Pipa yang digunakan berjenis PVC dengan kelas AW
dengan ukuran yang biasa digunakan yakni 3 inci hingga 5 inci. Penyambungan antar
pipa menggunakan lem serta ujung pipa ditutup menggunakan dop. Pemasangan pipa
yang tetanam ditanah harus diberi pondasi pada setip cabang dan belokannya. Pipa
tegak yang dipasang dalam tembok diberkan bantalan beton pondasi pada bagian
pertemuan antara pipa tegak dan pipa datar di lantai dasar. Pemasanga pipa dalam
tembok harus ditutup dan dirapihkan dengan cara diplester pada pekerjaan finishing.

Anda mungkin juga menyukai