Proposal Kripik Singkong CPPB-IRT

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang fisik rata-rata

bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong

yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi

singkong tidak tahan disimpan meskipun di tempatkan di lemari pendingin. Gejala

kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam

sianida yang bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong merupakan sumber

energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.Sumber protein yang

bagus justru terdapat pada daun karena mengandung asam amino metionin.

Tanaman singkong sangat mudah tumbuh. Tanaman singkong ini banyak ditanam

di pekarangan, tanggul, ataupun sawah. Perbanyakan tanaman singkong ini dapat

dilakukan dengan stek dari batang singkong tua (Abraham, 2005).

Keripik sebagai salah satu produk pangan yang diolah melalui proses

penggorengan rendam memiliki kerenyahan sebagai karakteristik tekstur yang

penting untuk dikontrol. Keripik merupakan salah satu produk makanan ringan

yang banyak digemari masyarakat. Keripik adalah olahan bahan pangan yang

dibuat dengan cara pengeringan atau penggorengan. Keripik atau kripik adalah

sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian, buah-buahan, atau

sayuran yang digoreng di dalam minyak nabati. Untuk menghasilkan rasa yang

gurih dan renyah biasanya dicampur dengan adonan tepung yang diberi bumbu

rempah tertentu. Secara umum keripik dibuat melalui tahap penggorengan, tetapi

ada pula dengan hanya melalui penjemuran, atau pengeringan. Keripik dapat

1
berasa dominan asin, pedas, manis, asam, gurih, atau paduan dari kesemuanya dan

memiliki sifat yang renyah (Agustiar, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapa dana yang dibutuhkan untuk mendirikan industri rumah tangga

2. Bagaimana strategi memperoleh keuntungan dalam usaha kripik

singkong aneka rasa.

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui dana yang di butuhkan untuk membangun industri rumah

tangga (IRT).
2. Menyusun rencana untuk mendapatkan keuntungan dalam usaha kripik

singkong aneka rasa.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Home Industri

Home Industri adalah rumah usaha produk barang atau bisa juga

disebut perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis

kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil secara jelas

tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil

Menengah, yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan

bersih paling banyak Rp200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000.

Kriteria lainnya dalam UU No. 20 Tahun 2008 adalah: milik WNI, berdiri

sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usah menengah atau

besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun

tidak. Jika terdaftar pada Dinas Perdagangan Kabupaten/kota permohonan izin

ke pemerintah untuk menjalankan usaha, Home Industri termasuk dalam kategori

peraturan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Putih, yaitu perusahaan kecil

yang dengan kekayaan kurang dari 200 juta. Home industri juga dapat berarti

Industri Rumah Tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang

dikelola keluarga. Di sisi lain, Pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan

daya saing Industri Rumah Tangga (IRT) atau yang sering dikenal dengan Industri

Rumah Tangga Pangan (IRTP) dan kepercayaan konsumen terhadap produk

pangan yang dihasilkan IRTP serta menumbuhkan kesadaran dan motivasi

produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan

tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.

3
2.1.1 Kriteria Rumah Tangga (Home Industri)

1. Kegiatan Industri dilakukan di rumah tangga


2. Tenaga kerja yang dipekerjakan tidak lebih dari 3 orang
3. Peralatan pengolahan yang digunakan mulai dari manual hingga
alat semi otomatis.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2004 tentang keamanan, mutu, gizi dan pangan Pasal 1 angka 16 dijelaskan

mengenai Industri Rumah Tangga dijelaskan : “Industri Rumah Tangga Pangan

adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan

peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.


Ada beberapa bentuk dan jenis Home Industri yang dikenal oleh masyarakat,

seperti:
a. Home Industri bidang kosmetik (alat-alat kecantikan), contoh : Face

Lotion (Lotion Muka), Skin Tonic Lotion, Cleansing Cream, Bedak

Powder, Minyak Rambut Kental, Minyak Rambut Hair Cream.


b. Home Industri bidang kebutuhan sehari-hari, contoh : sabun mandi,

sabun cuci batangan, sabun cuci deterjen, pasta gigi.


c. Home Industri bidang obat-obatan ringan, contoh : minyak angin, obat

gosok, obat kutu busuk, obat nyamuk.


d. Home Industri bidang makanan, contoh : keripik ubi, keripik singkong,

kripik talas, emping dan kue.


e. Home Industry bidang minuman, contoh : soda, jus buah.

2.2 Definisi CPPB IRT

Cara Produksi Pangan yang Baik Industri Rumah Tangga (CPPB IRT)

merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau

persyaratan yang ditetapkan untuk pangan CPPB IRT sangat berguna bagi

kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil, sedang, maupun

4
yang bersakla besar. Industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu,

layak dkonsumsi dan aman bagi kesehatan, melalui CPPB IRT.

2.2 Tujuan CPPB IRT

Tujuan umum CPPB IRT adalah menghasilkan pangan yang bermutu, aman

dikonsumsi dan sesuai dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestik

maupun internasional.

Tujuan khusus CPPB IRT adalah :

a) Memberikan prinsip-prinsip dasar dalam memproduksi pangan yang baik


b) Mengarahkan IRT agar dapat memenuhi berbagai persyaratan produksi yang

baik seperti persyaratan lokasi, bangunan dan asilitas, peralatan produksi,

pengendalian hama, higiene karyawan, pengendalian proses dan

pengawasan.

2.3 Aspek CPPB IRT

2.3.1 Aspek Lingkungan Produksi

Penetapan lokasi IRT perlu mempertimbangkan keadaan dan kondisi

lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan

telah mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat

dilakukan untuk melindungi pangan yang diproduksinya. IRT harus berada di

tempat yang :

 Bebas pencemaran, semak belukar dan genangan air


 Bebas dari sarang hama, khususnya serangga dan binatang pengerat
 Tidak berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah baik sampah

padat maupun sampah cair atau daerah penumpukan barang bekas dan

daerah kotor lainnya.

5
 IRT tidak berada di daerah pemukiman penduduk yang kumuh. Lingkungan

harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-cara


 Sampah harus dibuang dan tidak menumpuk
 Tempat dampah harus selalu tertutup
 Jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan

baik.

2.3.2 Aspek Bangunan dan Fasilitas IRT

Bangunan dan fasilitas IRT dapat menjamin bahwa pangan selama dalam

proses produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik,biologis dan kimia serta mudah

dibersihkan dan disanitasi.

A. Ruang Produksi
a. Ruang produksi tidak sempit, tidak sukar dibersihkan, dan tidak digunakan

untuk memproduksi produk selain pangan.

b. Lantai
 Lantai seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak

licin, kuat mudah dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan

pengaliran air.
 Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan

kotoran lainnya.
c. Dinding
 Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus,

berwarna terang, tahan lama, tidak mudah megelupas, kuat dan

mudah dibersihkan.
 Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan

kotoran lainnya.
B. Peralatan Produksi
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi

silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan seharusnya

6
didisain, dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan

keamanan pangan yang dihasilkan .


1. Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak

berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan


2. Permukaan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya halus,

tidak bercelah, tidak mengelupas dan tidak menyerap air.


3. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya

sehingga memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan.


4. Semua peralatan seharusnya diperlihara agar berfungsi dengan baik dan

selalu dalam keadaan bersih.


C. Suplai Air
Air yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi

persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum. Suplai air.
 Air yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup

memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi


 Sumber dan pipa air untuk keperluan selain pengolahan pangan

seharusnya terpisah dan diberi warna yang berbeda.


 Air yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus

memenuhi persyaratan air bersih.

2.3.3 Aspek Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi

Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar

bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya

kontaminasi silang dari karyawan.

Alat cuci/pembersih

a) Alat cuci /pembersih seperti sikat, pel, deterjen, dan bahan sanitasi

harus tersedia dan terawat dengan baik.


b) Air panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu.

Fasilitas higiene karyawan

7
a) Fasilitas higiene karyawan seperti tempat cuci tangan dan toilet/jamban

harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan selalu dalam keadaan

bersih.
b) Pintu toilet/jamban harus selalu dalam keadaan tertutup.

Kegiatan higiene dan sanitasi

a) Pembersihan dapat dilakukan secara fisik seperti dengan sikat atau

secara kimia seperti dengan deterjen atau gabungan keduanya.


b) Jika diperlukan, penyucihamaan dapat dilakukan dengan menggunakan

kaporit sesuai petunjuk yang dianjurkan.


c) Kegiatan pembersihan, pencucian, dan penyucihamaan peralatan harus

dilakukan secara rutin.


d) Harus ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan

pembersihan, pencucian dan penyucihamaan.

2.3.4 Aspek Kesehatan dan Higiene Karyawan

Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja

yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi

sumber pencemaran.

 Kesehatan karyawan

Karyawan yang bekerja di ruang produksi harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Dalam keadaan sehat. Karyawan yang sakit atau baru sembuh dari sakit dan

diduga masih membawa penyakit tidak diperkenankan bekerja di pengolahan

pangan.
2. Karyawan harus diperiksa dan diawasi kesehatannya secara berkala

 Kebersihan karyawan

1. Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya.

8
2. Karyawan seharusnya mengenakan pakaian kerja/celemek lengkap dengan

penutup kepala, sarung tangan dan sepatu kerja. Pakaian dan

perlengkapannya hanya dipakai untuk bekerja.


3. Karyawan harus menutup luka dan perban.
4. Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum memulai

kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan mentah atau bahan/alat

yang kotor dan sesudah ke luar dari toilet/jamban.

2.3.5 Aspek Pengendalian Proses

Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus

dikendalikan dengan benar. Pengendalian proses produksi pangan industri rumah

tangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penetapan spesifikasi bahan baku


2. Penetapan komposisi dan formulasi bahan
3. Penetapan cara produksi yang baku
4. Penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan
5. Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan

termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa.

2.3.6 Aspek Pencatatan dan Dokumentasi


1. Pencatatan dan dokumentasiyang baik diperlukan untuk memudahkan

penelusuran masalah yang berkaitan dengan proses produksi.


 Pemilik seharusnya mencatat dan mendokumentasikan : Penerimaan

bahan baku, bahan tambahan pangan (BTP), dan bahan penolong

sekurang-kurangnya
 Produk akhir sekurang-kurangnya memuat nama jenis produk, tanggal

produksi, kode produksi dan jumlah produksi.


2. Catatan dan dokumen harus disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan

produk pangan yang dihasilkan.

2.3.7 Aspek Pelatihan Karyawan

9
Pimpinan dan karyawan IRT harus mempunyai pengetahuan dasar mengenai

prinsip-prinsip dan praktek higiene dan sanitasi pangan serta proses pengolahan

pangan yang ditanganinya agar dapat memproduksi pangan yang bermutu dan

aman.

 Pemilik/penanggung jawab harus sudah pernah mengikuti penyuluhan

tentang Cara Produksi pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga

(CPPB-IRT).
 Pemilik/penanggung jawab tersebut harus menerapkannya serta

mengajarkan pengetahuan dan ketrampilannya kepada karyawan yang lain.

2.3.8 Aspek Pemasaran

Menurut Assauri (2007), strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana

yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan

panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan

pemasaran suatu perusahaan. Dengan kata lain, strategi pemasaran adalah

serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada

usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu terutama sebagai

tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan

yang selalu berubah. Oleh karena itu penentuan strategi pemasaran harus

didasarkan atas analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan melalui

analisis keunggulan dan kelemahan perusahaan, serta analisis kesempatan dan

ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya.

10
2.4 Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT

Khususnya bagi produsen, untuk mendapatkan Sertifikat Produk Pangan

Industri Rumah Tangga (SPP – IRT) beserta persyaratannya dapat dilihat sebagai

berikut :
Permohonan diterima oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan dievaluasi kelengkapan dan kesesuaiannya yang meliputi :


a) Pengajuan Permohonan : Kepada Pemerintah Daerah Cq. Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota.


b) Persyaratan :
 Pemilik / Penanggung Jawab Memiliki SIUP / TDI dari Diperindag

Memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dari Dinkes &

Kabupaten / Kota atau Minimal 1(satu) orang memiliki Sertifikat

Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Bila tidak memiliki Sertifikat

PKP, perusahaan menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya

mengikuti Pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan.


 Syarat permohonan izin :
1. Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan
2. Mengisi formulir permohonan izin PIRT
3. Foto copy KTP, 1 lembar
4. Pas foto 3 x 4, 3 lembar
5. Menyertakan rancangan label Makanan / Minuman

 Sarana Produksi Sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan kabupaten /

kota Laporan hasil pemeriksaan sarana PP IRT dengan hasil minimal

Cukup.

 Pangan yang diproduksi tidak boleh berupa : Susu dan hasil olahannya

Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses

dan atau penyimpanan beku Pangan kaleng berasam rendah (PH> 4,5)

Pangan bayi Minuman beralkohol Air Minum Dalam Kemasan

11
(AMDK) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI Pangan

lain yang ditetapkan oleh Badan POM.

2.5. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan

a. Penyelenggara penyuluhan keamanan pangan dikoordinasikan oleh Bupati

Dinas Kesehatan Kabupaten.


b. Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan

keamanan pangan dari Badan POM dan ditugaskan oleh Bupati c.q. Dinas

Kesehatan Kabupaten.
c. Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga PKP yang

kompeten dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Balai Besar/Balai Pengawas

Obat dan Makanan setempat.


d. Peserta penyuluhan keamanan pangan peserta penyuluhan keamanan pangan

adalah pemilik atau penanggung jawab IRTP.


e. Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari:
1) Materi Utama
 Peraturan perundang-undangan di bidang pangan,
 Keamanan dan mutu pangan,
 Teknologi proses pengolahan pangan,
 Prosedur operasi sanitasi yang standar (Standard Santitation Operating

Procedure /SSOP),
 Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga

(CPPB-IRT),
 Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP),
 persyaratan Label dan iklan pangan,
2) Materi Pendukung
 Pencantuman label halal
 Etika bisnis dan pengembangan jejaring bisnis IRTP.
f. Metode Penyuluhan Keamanan Pangan. Materi penyuluhan keamanan

pangan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, demonstrasi/peragaan

simulasi, pemutaran video dan cara-cara lain yang mendukung pemahaman

keamanan pangan.

12
g. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan.
1) Sertifikat ini diberikan kepada pemilik/ penanggungjawab yang telah

lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan dengan hasil evaluasi

minimal nilai cukup (60)


2) Penomoran Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan adalah sebagai

berikut : Nomor Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari 3

(tiga) kolom dan 9 (sembilan) angka sesuai contoh berikut: 123 /4567/

89 Keterangan penomoran adalah sebagai berikut:


a. Angka ke–1,2,3 pada kolom I, menunjukkan nomor urut tenaga

yang sudah memperoleh sertifikat di kabupaten/kota yang

bersangkutan.
b. Angka ke-4,5,6,7 pada kolom II, menunjukkan propinsi dan

kabupaten/kota penyelenggara penyuluhan keamanan pangan.


c. Angka ke-8,9 pada kolom III, menunjukkan tahun penerbitan

sertifikat.
3) Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
a. Pemeriksaan sarana dilakukan setelah pemilik atau

penangungjawab telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan

pangan,
b. Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan oleh tenaga

pengawas Pangan Kabupaten/Kota dengan dilengkapi surat

tugas yang diterbitkan oleh Bupati / Walikota c.q. Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota,
c. Kriteria Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota (District

Food Inspector/DFI) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

memiliki Sertifikat kompetensi pengawas pangan dari Badan

POM,
d. Pemeriksaan sarana produksi IRTP sesuai dengan Keputusan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

13
tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga,
e. Jika hasil pemeriksaan sarana produksi menunjukkan bahwa

IRTP masuk level I – II maka diberikan SPP-IRT.


4) Pemberian Nomor P-IRT.
a. Nomor P-IRT minimal terdiri dari 15 (lima belas) digit sebagai

berikut:
P-IRT No. 1234567890123–45
b. Penjelasan 15 (lima belas) digit sebagai berikut:
1) digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan sesuai
2) digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut jenis pangan IRTP
3) digit ke-4,5,6 dan 7 menunjukkan kode propinsi dan kabupaten/kota.
4) digit ke 8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP yang telah

memperoleh SPP-IRT.
5) digit ke-10,11,12 dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di

kabupaten/kota yang bersangkutan.


6) digit ke 14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku.
c. Nomor P-IRT diberikan untuk 1 (satu) jenis pangan IRT.
d. Setiap perubahan, baik penambahan maupun pengurangan propinsi,

kabupaten/kota, pemberian nomor disesuaikan dengan kode baru

untuk Propinsi, Kabupaten, dan Kota yang diterbitkan oleh instansi

yang berwenang dalam penerbitan kode propinsi, kabupaten dan

kota.

2.6. Perpanjangan Spp Irt Dan Perubahan Pemilik

1. Pengajuan perpanjangan SPP-IRT dapat dilakukan paling lambat 3 (tiga)

bulansebelum masa berlaku SPP-IRT berakhir.


2. Perubahan pemilik/penanggungjawab IRTP harus dilaporkan pada

Bupati/Walikota cq. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

II.6. Pencabutan SPP-IRT

SPP-IRT dicabut oleh Bupati/Walikota Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

apabila terjadi salah satu dari hal-hal berikut :

14
1. Pemilik dan atau penanggung jawab perusahaan melakukan pelanggaran

terhadap peraturan yang berlaku


2. Pangan terbukti sebagai penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan

pangan
3. Pangan mengandung Bahan Berbahaya
4. Sarana terbukti tidak sesuai dengan kriteria IRTP

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan

3.1.1. Nama Perusahaan dan Jenis Usaha

 Nama Perusahaan : Keripik Singkong Aneka Rasa


 Bidang Usaha : Industri Rumahan
 Jenis Produk / Usaha : Makanan Ringan

15
3.1.2. Lokasi Perusahaan

Jln. Padurenan 1 Rt.01/01 Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor

(16340)

3.1.3. Produk

Jenis poduk yang dipasarkan adalah makanan ringan yaitu keripik

singkong aneka rasa .

3.1.4. Pembuatan Produk

Alur Produksi Industri Keripik Singkong

Pemilihan Penimbangan Pengupasan dan


Bahan Baku Singkong Pencucian
Singkong Singkong

Penggorengan, Pencampuran Pemotongan


Pengemasan dan dengan bumbu dan
penyimpanan dan Penirisan Perendaman
dengan air
garam

Alur produksi yang baik dalam membuat keripik singkong, pertama

dilakukan pemilihan bahan baku singkong, singkong dipilih yang sedang (tidak

muda dan tidak tua) agar singkong tidak memiliki banyak getah. Kemudian

singkong ditimbang untuk memudahkan dalam perhitungan keuntungan.

Singkong dikupas dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih, kemudian

singkong dipotong tipos-tipis setebal 0,1 cm-0,2cm agar mempercepat

16
penggorengan, dan dilakukan perendaman dengan air garam agar asam oksalat

yang ada pada singkong hilang sehingga tidak menimbulkan gatal. Singkong yang

sudah direndam ditiriskan, yang kemudian dicampurkan dengan bumbu-bumbu

lainnya dan kemudian digoreng. Produk yang sudah siap disimpan diruang

penyimpanan untuk stock kebutuhan. Semua kegiatan ini dilakukan oleh orang

yang berbeda, hal ini penting karena agar mutu dari keripik ini terjamin dan tidak

terjadi kesalahan dalam produksi.

Bahan membuat keripik singkong :

 1 kg singkong segar

 air bersih secukupnya

 1 kg minyak untuk menggoreng

 3 sendok teh gaam

Bumbu halus yang dibutuhkan :

 garam sesuai selera

 bawang putih 10 siung

 kaldu ayam bubuk dll secukupnya

Cara Membuat Keripik Singkong :

1. Ditimbang 1 kg Singkong, lalu dikupas kulit singkong dan dicuci hingga

bersih

2. Diiris singkong tipis-tipis dan dicampurkan air kapur sirih dengan air

bersih secukupnya, lalu diaduk rata

3. Direndam singkong yang sudah diiris tipis selama 3 jam, diangkat dan

ditiriskan

17
4. Dicampurkan singkong dengan bumbu yang dihaluskan lalu didiamkan

selama 15 menit, lalu digoreng dalam minyak panas hingga kering dan renyah

5. Keripik singkong siap untuk dikemas dan dipasarkan.

3.2. Keunggulan Produk

Produk ini memiliki bebarapa keunggulan antara lain keripik singkong

dengan rasa original, ayam bawang, barbeqiu, dan keju. Selain memiliki rasa

yang variatif, produk ini dilengkapi dengan saus rasa yang menggugah

selera.Produk ini dapat dibeli dengan harga cukup terjangkau untuk kalangan

menengah, selain itu kehigeinisan kue juga menjadi salah satu poin terpenting

dalam menjaga kenyamanan pelangggan.

3.3 Aspek Pemasaran

3.3.1 Target Pasar

Target pasar produk kripik singkong ini adalah khususnya adalah

masyarakat Gunung sindur dan sekitarnya. Namun secara umum, tidak ada

batasan konsumen produk ini, karena produk ini dapat dinikmati oleh semua

kalangan diberbagai usia.selain itu, karena produk ini juga dipasarkan secara

online, maka target pasar yang meluas kecakupan nusantara. Sehingga tidak ada

batasan target pasar yang dituju.

Semua kalangan dari segala usia bisa menikmati produk ini. Selain itu

harga yang terjangkau juga membuat produk ini dapat dinikmati oleh berbagai

macam kalangan.

18
3.3.2 Promosi dan Pemasaran

Karena produk ini juga dipasarkan secara online, maka promosi juga

dilakukan dengan menggunakn media berbasis internet seperti melalui jejaring

media social, blog, website, dan lainnya dengan system PO (pre order ). Selain itu,

promosi juga dilakukan dengan cara ikut serta dalam sebuah bazaar yang sering

diadakan dipusat perbelanjaan dan dengan menyebarkan brosur yang cukup

menarik kepada konsumen.

3.4 Estimasi Biaya Modal dan Pendapatan Usaha Pengolahan Singkong

a. Peralatan yang digunakan untuk produksi

No Jenis Alat Jumlah Harga Usia Ket

(Unit) (Rp/unit) Usaha

(th)
1 penggorengan 2 50.000 5
2 Pisau 10 10.000 5
3 Kompor gas 1 200.000 5
4 Sarung tangan 2 5.000 1
5 Plastik 20 5.000 -

No Jumlah tenaga kerja


TKDK TKLK
Pria Wanita Pria Wanita
1. 3 HKP - 4 HKP 2 HKP

 Keterangan:

TKDK : Tenaga kerja dalam keluarga.

TKLK : Tenaga kerja luar keluarga.

19
 Berapa upah tenaga kerja :

Pria : Rp. 30.000/ HKP

Wanita : Rp. 30.000/ HKP

Anak :-
Jam kerja : 4-6 jam/hari
h. Pembayaran upah tenaga kerja dilakukan: Setelah setiap pekerjaan selesai

dilakukan.
i. Estimasi Harga hasil produksi.

No Satuan Harga
1 Perbuah (pcs) Rp. 10.000

3.4 Analisis Usaha

Diketahui : TKLK TKDK

Jumlah singkong = 500 • Pengolahan singkong : • Pemotongan :

kg 4 pria 2 hari 4 jam 2 pria 2 hari 3 jam

4 wanita 3 hari 3 jam

• Menggoreng:

3 wanita 2 hari 4 jam

• Pembungkusan:

5 wanita 3 hari 5 jam

Jumlah Produksi = 1000

bks

Harga Produk = Rp.

10.000

20
1. Biaya Variabel.

Jumlah @ (Rp) Total (Rp)


Singkong 500kg 2000 1.000.000

TKLK 4 HKP 35.000 140.000

Cabai 30kg 20.000 600.000

Bawang 10kg 15.000 150.000

Gula 20kg 10.000 200.000

Garam 10kg 5.000 50.000

Minyak 100kg 10.000 1.000.000

Plastik 10kg 20.000 200.000


Total VC 3.340.000

2. Biaya Tetap ( FC )

Nama Alat Jumlah @ (Rp) Umur Total (Rp)

Ekonomis
Kompor gas 2 buah 200.000 5 400.000
Penggorengan 2 buah 50.000 5 100.000
Sarung tangan 2 buah 5.000 1 10.000
Pisau 10 buah 10.000 4 100.000
TKDK 4 HKP 35.000 - 140.000
Total FC 750.000

3. Total Biaya.

Total Biaya (TC) = Biaya Variabel (VC) + Biaya Tetap (FC)

= Rp 3.340.000 + Rp 750.000

= Rp 4.190.000

21
4. Biaya Rata-rata Variabel ( AVC )

AVC = Rp 3.340

5. Biaya Rata-rata Tetap ( AFC)

AFC = Rp. 750

6. Biaya Total Rata-rata

ATC = AVC + AFC

= Rp 3490 + Rp 750

= Rp 4240

7. Penerimaan Kotor ( TR )

TR = Produksi perbulan (Y) x Harga satuan (Py)

= 1000 x Rp 10.000

= Rp. 10.000.000

8. Keuntungan/Pendapatan Bersih ( ∏)

∏ = TR – TC

= Rp. 10.000.000 - Rp 3.490.000

= Rp. 6.510.000

9. Pendapatan Kerja Keluarga (PKK)

PKK = ∏ + FC

= Rp. 6.510.000 + Rp 750.000

= Rp. 7.260.000

10. Analisis titik impas (break event point)


BEP harga = total biaya produksi selama 1 bulan : produksi
= Rp. 62.500 + Rp. 4.190.000
= Rp. 4.815.000
Harga jual per unit = Rp. 10.000
BEP produksi = total biaya produksi selama 1 bulan : harga per unit
= Rp. 4.815.000 : Rp. 10.000
= 492 bungkus ≈ 500 bungkus

22
Jadi untuk mencapai titik impas maka dalam 1 kali produksi yang harus

terjual adalah sebanyak 500 bungkus dengan harga Rp. 10.000.

3.5. Analisis SWOT

3.5.1. Strenght

a) Keunggulan produk
Kami mengangkat produk yang variatif dan inovatif serta ditujukan

untuk semua segmen pasar sehingga penjualan lebih besar


b) Bahan baku
Bahan baku pembuatan produk ini mudah diperoleh karena Kami

menggunakan bahan baku produk pertanian lokal. Pohon pisang

banyak ditanam oleh masyarakat serta perkebunan di daerah Banda

Aceh & Aceh Besar


c) Tempat produksi yang strategis memudahkan untuk melakukan

pendistribusian agar sampai ke tangan konsumen

3.5.2. Weakness ( Kelemahan )

a) Belum memiliki cukup pengalaman


Pengalaman untuk memulai usaha masih sangat minim dan

merupakan pokok masalah yang harus diatasi


b) Penggunaan limbah
belum ada rencana dan ide untuk mengolah kulit pisang yang

merupakan limbah produksi.

3.5.3. Opportunity ( Peluang )

a) Banyak konsumen
Produk ini ditujukan pada semua golongan dan tingkat umur

sehingga konsumen produk ini adalah seluruh lapisan masyarakat


b) Pemasaran
Pemasaran produk ini bisa dibilang cukup mudah karena

kedekatan tempat produksi dengan masyarakat.

23
3.5.4. Threat ( Ancaman )

a) Keacuhan konsumen
Terkadang ada orang yang tidak begitu menyukai produk yang

baru dan dirasa aneh.

BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

24
DAFTAR PUSTAKA

Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga. 2003. BPOM.
Jakarta.
Halim, Abdul 2008, Dasar-dasar Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan
Ketigabelas, BPFE-Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai