Penampungan Air Hujan
Penampungan Air Hujan
Penampungan Air Hujan
.
PENAMPUNGAN AIR HUJAN
Cetakan 1 - 2014
Editor :
Ir. Lutfi Faizal
Dra. Yulinda Rosa, M.Si.
Neneng Kaniawati, S.Sos., MM.
Guswandi, S.Sos.
PUSKIM. 2014
ISBN : 978-602-8330-86-2
PENAMPUNGAN AIR HUJAN iii
PENGANTAR
Untuk daerah pedesaan yang kering pada musim kemarau, pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air minum.
Pada musim kemarau sumur menjadi kering, debit sungai tinggi berubah menjadi rendah
dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang memakan banyak
korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk
mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Kepala
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
DAFTAR ISI
1. Petunjuk Penggunaan
2.6 desinfektan
bahan kimia yang digunakan untuk mematikan bakteri patogen.
2.15 pemeliharaan
kegiatan perawatan dan perbaikan unsur-unsur sarana secara rutin dan berkala yang bertujuan
untuk menjaga agar prasarana dan sarana air minum dapat diandalkan kelangsungannya.
2.16 pengoperasian
rangkaian kegiatan mulai dari persiapan untuk melakukan operasi menjalankan sistem
penyediaan air minum untuk menghasilkan air minum.
2.18 rehabilitasi
perbaikan sebagian unit SPAM bukan jaringan perpipaan yang perlu dilakukan agar SPAM
dapat berfungsi normal kembali.
3. Alur Pikir
Alur pikir yang digunakan dalam memahami paparan modul ini dapat dilihat gambar 1.
4. Tujuan
5. Sasaran Komunikan
Melalui modul ini, komunikan yang akan memproses sosialisasi perencanaan bak penampungan air
hujan adalah:
1. Dinas terkait
2. Praktisi konsultan perencana, pelaksanaan, pengawas pembangunan prasarana air minum.
3. Penentu kebijakan seperti pemerintah daerah dan DPRD
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan pembangunan prasarana air minum.
5. Tokoh masyarakat/masyarakat
6. Akademisi perguruan tinggi
7. Asosiasi
6. Cek Kemampuan
7. Konten Modul
Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
memberikan suatu pedoman baik kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum. Dengan PP tersebut diharapkan kualitas teknis
penyelenggaraan dan pelayanan air minum kepada masyarakat dari tahap perencanaan, pelaksanaan
konstruksi sampai pemanfaatan dan pengelolaan memenuhi standar yang ditetapkan. Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum bertujuan membangun, memperluas dan meningkatkan sistem fisik
(teknis) dan non-fisik (kelembagaan, keuangan dan peran serta masyarakat) dalam kesatuan yang
utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menjadi lebih baik.
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum seperti disebutkan di atas, termasuk upaya-upaya
masyarakat memperoleh air minum melalui bangunan penampung air hujan.
Pedoman penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum perlu disediakan mengingat kondisi
geografis, topografis, geologis, dan sumber daya manusia di setiap wilayah berbeda.
Untuk daerah pedesaan yang kering pada musim kemarau, pada waktu hujan hanya sedikit dan
persediaan air tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air minum. Pada musim
kemarau sumur menjadi kering, debit sungai tinggi berubah menjadi rendah dengan air yang
keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang memakan banyak korban. Di samping itu pada
musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air
biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air minum dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air
hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang
cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia
atau alang-alang tidak memungkinkan. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi
atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan.
Modul PAH ini disusun sebagai pegangan para penyelenggara pembangunan dan perencana
prasarana Sistem Penyediaan Air Minum dengan modul PAH. Modul ini memuat perencanaan,
Modul ini menentukan kriteria, ketentuan teknis, perhitungan, data, dan tahapan yang diperlukan
dalam perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan (temasuk didalamnya pengoperasian,
kelembagaan dan administrasi), pemeliharaan, dan rehabilitasi modul penampungan air hujan (PAH).
7.3 Perencanaan
7.3.1 Ketentuan umum
Bak penampung PAH dapat terbuat dari bahan ferro semen, pasangan bata, dan fibreglass
reinforced plastic (FRP) dengan ketentuan sesuai Tabel 2. Sedangkan bahan dari besi (drum) tidak
direkomendasikan untuk digunakan sebagai bak PAH karena sifatnya yang mudah berkarat dan
mudah menyerap panas.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan PAH harus memenuhi syarat sebagaimana
dicantumkan pada tabel 3.
Tabel 4 Ukuran bak PAH dari ferro semen dan pipa peluap
No. Volume Tinggi Diameter Tebal dinding Lapis tulangan Pipa peluap
(m³) (cm) (cm) (cm) Kawat ayam Kawat seng (cm)
1 2,0 160 130 3,0 1 1 25
2 4,0 160 180 3,0 1 1 40
3 6,0 160 220 3,5 1 1 40
4 8,0 160 225 4,0 2 1 50
5. 10,0 160 290 4,5 2 2 50
d. Bahan
1) Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan elemen bak PAH harus memenuhi syarat
sebagaimana dalam Tabel 3.
2) Bahan elemen konstruksi dan pelengkap yang digunakan untuk pembuatan bak PAH sesuai
Tabel 6 dan Tabel 7
e. Kekuatan/struktur
Kekuatan elemen konstruksi yang digunakan untuk pembuatan bak PAH sebagai berikut:
1) Bak PAH harus diletakan diatas tanah padat/stabil.
2) Elemen bak PAH sesuai Tabel 8.
a. Bentuk bak PAH dari pasangan bata adalah bentuk empat persegi.
b. Ukuran bak penampung lihat Tabel 10.
Tabel 10 Ukuran bak PAH dari pasangan bata dan pipa peluap
No Volume Panjang Lebar Tinggi Tebal plesteran Tebal dinding Pipa peluap
(m3) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1. 2,0 130 130 120 2,0 14,0 25
2. 4,0 180 180 125 2,0 14,0 40
3. 6,0 210 210 140 2,5 15,0 40
4. 8,0 225 225 160 2,5 15,0 50
5. 10,0 250 250 160 2,5 15,0 50
d. Bahan
1) Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan elemen bak PAH harus memenuhi syarat
sebagaimana dalam Tabel 3.
2) Bahan elemen konstruksi dan pelengkap yang digunakan untuk pembuatan bak PAH sesuai
Tabel 12 dan Tabel 13.
e. Kekuatan/struktur
Kekuatan elemen konstruksi yang digunakan untuk pembuatan bak PAH sebagai berikut:
1) Bak PAH harus diletakan di atas tanah padat/stabil.
2) Elemen bak PAH sesuai Tabel 14.
7.3.4 Perhitungan
I x Aatap
Q= ................................................................................................................. (1)
T
Keterangan:
Q adalah debit air rata-rata hujan (m3/detik)
I adalah intensitas curah hujan rata-rata (m)
T adalah periode atau lama waktu hujan (detik)
A adalah luas atap sebagai bidang penangkap (m2)
...................................................................................................................... (2)
...................................................................................................................... (3)
d = 2 r ...................................................................................................................... (4)
Keterangan:
v adalah kecepatan aliran air pada talang tegak (m/detik)
g adalah percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)
h adalah tinggi jatuh air (m)
A adalah luas atap sebagai bidang penangkap (m2)
Q adalah debit air rata-rata hujan (m3/detik)
π adalah 3,14
r adalah jari-jari talang rambu (m)
d adalah diameter talang rambu (m)
...................................................................................................................... (6)
...................................................................................................................... (7)
d = 2 r ...................................................................................................................... (8)
Keterangan:
v adalah kecepatan aliran air pada talang tegak (m/detik)
g adalah percepatan gravitasi (9,8 m/detik2)
Semua peralatan dan bahan seperti yang tertera pada spesifikasi bahan dan peralatan yang
diperlukan peralatan antara lain:
– Kunci pas
– Kunci ring
– Martil
– Tangga
– Kunci pipa
– Tang
– Ember 15 liter
– Drum
– Mata gergaji
– Sendok semen
– Sekop
– Ayakan kawat
– Cangkul
– Pembengkok besi beton
f. Letakan mal di atas anyaman lantai kerja dan pada posisi yang baik dan benar;
g. Pasang tulangan kawat ayam dan kawat seng sesuai kebutuhan;
h. Kencangkan tulangan dan kawat ayam dengan menggunakan alat nut;
i. Rapihkan dan ratakan sambungan dan overlaping tulangan kawat ayam;
j. Siapkan adukan dengan pemberian air secukupnya sehingga didapatkan suatu adukan yang
plastis;
k. Plester lantai dasar dengan tebal 5 cm, dan lapisan luar dinding setebal 1,5 cm;
l. Ratakan permukaan dinding dengan menggunakan sandal karet, kemudian pelihara dengan
ditutup lembaran plastik;
m. Siapkan tulangan tutup lembaran plastik;
n. Buka mal dinding setelah umur plesteran 3 hari;
o. Pasang tulangan tutup dengan membentuk cembung dan ditahan dengan bekisting tiang
penyangga/stut;
p. Ikat kuat-kuat tulangan tutup dengan tulangan dinding dan pasang kawat ayam pada tulangan
tutup;
q. Bentuk lubang periksa dan bak saringan dengan penulangan secukupnya;
r. Plester bagian dalam dinding dengan tebal 1,5 cm dan bagian tutup atas/luar dengan tebal 2,5
cm;
s. Labur permukaan dinding dengan air semen sebelum diplester;
t. Tutup bagian atas tutup dengan lembaran plastik sampai dengan umur 4 hari;
u. Buka plastik, periksa lubang, dan plester bak saringan setelah berumur 4 hari;
v. Lakukan pekerjaan penyelesaian dengan mengaci seluruh permukaan dinding dengan sous
semen;
w. Tutup reservoir dengan menggunakan lembaran plastik sampai umur 2 minggu;
x. Isi bak dengan air secara bertahap dengan penambahan air setinggi 20 cm per hari;
y. Periksa apakah terjadi kebocoran/kerusakan;
z. Bila terjadi retak/bocor, segera perbaiki dengan sous semen atau epoxy resin.
a. Pekerjaan Persiapan
1) Tentukan lokasi PAH pada tanah yang relatif datar dan dekat dengan bangunan tadah air
hujan (atap rumah);
2) Bersihkan lahan dari kotoran dan akar pohon;
3) Tandai dengan patok sesuai ukuran pada gambar (panjang = 2 m, lebar = 2 m dan tinggi = 1,3
m);
4) Hubungkan patok yang satu dengan yang lain dengan benang/tali hingga mempunyai
ketinggian yang sama;
b. Pembuatan pondasi PAH
1) Gali tanah untuk pondasi hingga kedalaman 60 cm;
2) Pasang lantai pasir padat setebal 10 cm;
3) Pasang batu kosong;
4) Pasang pondasi pasangan batu kali yang terbuat dari bahan batu kali dengan campuran 1
semen : 3 pasir hingga ketinggian yang telah ditetapkan;
Tabel 16 Besi beton yang diperlukan untuk konstruksi PAH dari FRP kapasitas 4 m3
No. Panjang Jumlah Keterangan
1. 6,00 m 9 batang Tulangan lingkaran horisontal dinding dan lantai PAH
2. 5,50 m 6 batang Tulangan lantai dan dinding
3. 5,30 m 6 batang Tulangan lantai dan dinding
4. 5,00 m 4 batang Tulangan lantai
5. 0,95 m 4 batang Tulangan tutup
6. 0,85 m 3 batang Tulangan tutup
7. 0,50 m 1 Batang Tulangan tutup
8. 1,90 m 2 batang Tulangan tutup
9. 1,60 m 2 batang Tulangan tutup
10. 1,75 m 4 batang Tulangan tutup
11. 1,45 m 3 batang Tulangan tutup
12. 0,95 m 3 batang Tulangan tutup
13. 0,60 m 2 batang Tulangan tutup
14. 0,60 m 2 batang Tulangan tutup
15. 0,55 m 2 batang Tulangan tutup
16. 0,30 m 2 batang Tulangan tutup
2) Buat campuran beton dengan perbandingan 1 semen: 2 pasir: 3 kerikil sebanyak 0,20 m3
campuran harus rata dan tidak encer;
3) Tuangkan campuran beton untuk lantai dasar PAH di atas rakitan tulangan baja beton sampai
batas tulangan dasar dinding, ratakan adukan dengan menggunakan roskan;
4) Biarkan beton sampai kering dan mengeras kurang lebih 4 jam sebelum melanjutkan ke
pembuatan dinding PAH dengan hasil pengecoran.
e. Pembuatan dinding PAH
1) Olesi cetakan dengan oli;
2) Rakit dan pasang cetakan bagian dalam di atas lantai dasar PAH yang telah kering (kurang
lebih 6 jam);
3) Bengkokkan kelebihan tulangan lantai sehingga menjadi tulangan tegak dinding. Atur jarak
tulangan tegak tersebut dan ikat dengan kawat beton;
4) Pasang cetakan bagian bawah luar dan atur sehingga jarak antara cetakan bagian luar dan
dalam berjarak 8 cm;
5) Siapkan campuran beton dengan perbandingan 1 semen: 2 pasir: 3 kerikil sebanyak 0,56 m3.
Campuran harus homogen dan tidak encer;
6) Tuangkan campuran beton ke dalam cetakan setinggi + 20 cm dan padatkan dengan bantuan
tongkat kayu atau besi;
7) Pasang 1 buah tulangan datar (lingkaran) yang pertama tanpa diikat dengan tulangan tegak
demikian seterusnya hingga cetakan dinding bagian bawah penuh;
8) Pasang cetakan bagian luar atas, dan lakukan pengecoran seperti bagian bawah sampai
bagian dinding seluruhnya terisi penuh;
9) Biarkan campuran kurang lebih 6 jam hingga beton mengeras sampai cetakan dapat dibuka;
10) Buat lubang-lubang pada dinding PAH untuk memasang pipa outlet, penguras dan peluap
dengan bantuan paku atau paku atau pahat dan palu;
11) Tutup celah-celah bekas pemasangan pipa-pipa pada butir 10 dengan mortar semen,
campuran 1 semen: 2 pasir.
f. Pembuatan tutup PAH dan lubang pemeriksa.
1) Rakit cetakan tutup PAH dan pasang di atas dinding PAH;
2) Bengkokkan kelebihan tulang tegak dinding PAH ke arah dalam dan diikatkan dengan
tulangan tutup;
3) Pasang tulangan tutup di atas cetakan tutup PAH dan ikat dengan kawat beton;
4) Pasang cetakan lubang inlet dan manhole pada posisi yang tepat;
5) Siapkan campuran beton tersebut dan tuangkan di atas cetakan dan ratakan setebal 5 cm;
6) Biarkan beton kering dan mengeras;
7) Buka cetakan, dan selesaikan lubang manhole dengan pasangan bata.
g. Pekerjaan penyelesaian
1) Plester dinding bagian dalam PAH dengan acian dan pertebal sambungan antara lantai dan
dinding PAH dengan adukan 1 semen: 2 pasir untuk menghindari kebocoran;
2) Buat lubang untuk meletakkan tempat pengambilan air dari pasangan bata;
3) Pasang talang, kran, pipa outlet, tutup pipa;
4) Operasikan PAH sesuai dengan kebutuhan.
7.6 Pengoperasian
7.6.1 Persiapan pengoperasian
a. Sebelum waktu pengisian, kran pada pipa masukan harus selalu dalam kondisi tertutup dan pipa
pembuang terbuka.
b. Hindari air yang ada di talang pada saat hujan pertama setelah musim kemarau.
c. Untuk pengisian bak, air hujan pada waktu lima menit pertama harus dibuang untuk menghindari
kotoran masuk ke dalam bak saringan.
d. Tampung air hujan melalui talang ke dalam PAH sebelum/setelah melewati media penyaring.
7.7 Kelembagaan
a. Bila PAH digunakan secara komunal, pengelola adalah individu atau kelompok yang ditunjuk
oleh masyarakat pengguna PAH.
b. Pengelola bertanggungjawab terhadap keberlangsungan pelayanan PAH.
c. Pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat seperti penggalian/urugan tanah,
pembuatan konstruksi bak PAH, pemasangan pipa harus dilaksanakan di bawah pengawasan
tenaga ahli/pendamping teknis/PDAM.
d. Pembagian air minum kepada pemakai sesuai dengan jadual yang telah disepakati.
7.8 Administrasi
a. Catat setiap pembagian air dalam buku catatan yang telah tersedia.
b. Retribusi dan jadwal penarikan retribusi ditentukan oleh pengelola dan disetujui oleh masyarakat
pengguna PAH.
7.9 Pemeliharaan
7.10 Rehabilitasi
a. Perbaiki dinding PAH jika terjadi kebocoran atau keretakan, dengan cara:
1) Tambal dengan lapisan mortar cement jika reservoir terbuat dari ferro semen
2) Tambal dengan lapisan resin jika reservoir terbuat dari FRP
b. Ganti talang dan kran dengan yang baru jika terjadi kebocoran atau kerusakan
8. Evaluasi
Setelah mendapatkan penjelasan nara sumber dan membaca modul ini, peserta menjawab
pertanyaan berikut:
a. Apakah yang dimaksud bak penampungan air hujan?
b. Apa persyaratan kekuatan / struktur elemen konstruksi yang digunakan untuk pembuatan bak
penampung air hujan?
c. Bak penampung PAH dapat terbuat dari bahan apa saja?
9. Penutup
Sosialisasi ini untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dan saat dalam penyelenggaraan
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
10. Referensi
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/SK/VII/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Sederhana, Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2007
Petunjuk Praktis Pembangunan Prasarana dan Sarana Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan,
Departemen Kimpraswil, 2003
AB-K/RE-RT/TC/038/98, Tata cara rancangan penampungan air hujan untuk penyediaan air minum
AB-D/LW/ST/002/98, Spesifikasi penampung air hujan (PAH)
AB-D/LW/TC/003/98, Tata cara pembuatan penampung air hujan (PAH)
AB-D/OP/TC/003/98, Tata cara operasi dan pemeliharaan penyediaan penampungan air hujan untuk
penyediaan air minum
Pt-S-04-2000-C, Spesifikasi bak penampung air hujan untuk air bersih dari ferrosemen
Pt-S-05-2000-C, Spesifikasi bak penampung air hujan untuk air bersih dari pasangan bata
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan,
Lampiran IV: Modul Penampungan Air Hujan
Lampiran A
Contoh perhitungan
a. Contoh perhitungan kapasitas PAH pada daerah dengan distribusi 6 bulan hujan turun terus
menerus, dan kemarau 6 bulan terus menerus
Tabel A.1 Contoh data dan perhitungan kapasitas PAH pada daerah dengan
distribusi 6 bulan hujan turun terus menerus, dan kemarau
6 bulan terus menerus
Bulan Jumlah Rata- Luas Banyaknya air Banyaknya Kekurangan Kelebihan Keterangan
hari rata atap hujan yang keperluan air air
hujan (m2) dapat ditadah air (Liter) (Liter)
(mm) (Liter) (Liter)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)
Januari 31 125 45 5.625 2.325 - 3.300 – (e) = (c) x (d)
Februari 28 75 45 3.375 2.100 - 1.275 – (f) = (b) x jumlah
Maret 31 50 45 2.250 2.325 75 - keluarga x kebutuhan
April 30 25 45 1.125 2.250 1.125 - air per orang per hari
Mei 31 25 45 1.125 2.325 1.200 - – Untuk menentukan
kapasitas efektif PAH
Juni 30 - 45 - 2.250 2.250 -
tergantung pada
Juli 31 - 45 - 2.325 2.325 -
distribusi hujan tiap
Agustus 31 - 45 - 2.325 2.325 -
bulan
September 30 150 45 6.750 2.250 - 4.500
Oktober 31 200 45 9.000 2.325 - 6.675
November 30 250 45 11.250 2.250 - 9.000
Desember 31 400 45 18.000 2.325 - 15.675
Jumlah 365 1.300 58.500 27.375 9.300 40.425
Asumsi:
– 1 keluarga terdiri dari 5 orang
– Kebutuhan air per orang 15 Liter/orang/hari
Perhitungan:
– Maka kapasitas PAH untuk kondisi 6 bulan hujan terus menerus dan 6 bulan kemarau terus
menerus = 9,3 m2 ≈ 9,5 m2
– Pemeriksaan hasil perhitungan:
• Jumlah air yang dapat ditadah = 58.500 Liter/tahun
Keperluan air = 27.375 Liter/tahun
Sisa air = 58.500 – 27.375 = 31.125 Liter/tahun
• Kelebihan air = 40.425 Liter/tahun
Kekurangan air = 9.300 Liter/tahun
Sisa air = 40.425 – 9.300 = 31.125 Liter/tahun
b. Contoh perhitungan kapasitas PAH pada daerah dengan distribusi kemarau tidak menerus
Tabel A.2 Contoh data dan perhitungan kapasitas PAH pada daerah
dengan distribusi kemarau tidak menerus
Bulan Jumlah Rata- Luas Banyaknya air Banyaknya Kekurangan Kelebihan Keterangan
hari rata atap hujan yang keperluan air air
hujan (m2) dapat ditadah air (Liter) (Liter)
(mm) (Liter) (Liter)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)
Januari 31 288 40 11.520 2.325 - 9.195 – (e) = (c) x (d)
Februari 28 - 40 - 2.100 2.100 - – (f) = (b) x jumlah
Maret 31 - 40 - 2.325 2.325 - keluarga x kebutuhan
April 30 203 40 8.120 2.250 - 5.870 air per orang per hari
Mei 31 392 40 15.680 2.325 - 13.355 – Untuk menetukan
kapasitas efektif PAH
Juni 30 86 40 3.440 2.250 - 1.190
tergantung pada
Juli 31 - 40 - 2.325 2.325 -
distribusi hujan tiap
Agustus 31 11 40 440 2.325 1.885 -
bulan
September 30 94 40 3.760 2.250 - 1.510
Oktober 31 80 40 3.200 2.325 - 875
November 30 146 40 5.840 2.250 - 3.590
Desember 31 - 40 - 2.325 2.325 -
Jumlah 365 1.300 52.000 27.375 10.960 35.585
Asumsi:
– 1 keluarga terdiri dari 5 orang
– Kebutuhan air per orang 15 Liter/orang/hari
Perhitungan:
– Karena kebutuhan air pada bulan-bulan kering diselingi oleh kelebihan hujan, maka kapasitas
PAH:
= (2.100 + 2.325) Liter
= 4.425 Liter
= 4,425 m2
≈ 4,5 m2
– Pemeriksaan hasil perhitungan:
• Jumlah air yang dapat ditadah = 52.000 Liter/tahun
Keperluan air = 27.375 Liter/tahun
Sisa air = 52.000 – 27.375 = 24.675 Liter/tahun
• Kelebihan air = 35.585 Liter/tahun
Kekurangan air = 10.960 Liter/tahun
Sisa air = 35.585 – 10.960 = 24.625 Liter/tahun
Asumsi:
– Luas bidang penangkap 100 m2
– Intensitas curah hujan 3,25 mm selama 5 menit
– v = 0,20 m/detik
– Tinggi jatuh (h) = 3,0 meter
Perhitungan:
– Debit air rata-rata hujan
I x Aatap
Q=
T
Q = 0,0011 m3/detik
Untuk membunuh bakteri dibutuhkan kaporit 0,5 mg/l. Kapur yang ada dalam perdagangan 35%
yang aktif, sehingga banyaknya pembubuhan kaporit:
Lampiran B