Unsur Output

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

a.

Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari
dua segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan
medis dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan
sarana yang ada. Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual
dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik
Barber-Johnson menggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter
yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), LOS (Length Of Stay), TOI (Turn Over
Internal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai salah satu indikator efisiensi
pengelolaan rumah sakit.
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit, yang meliputi:
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai
seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan
atau rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk
RSUP dalam satu tahun adalah 60-80%.
BOR = Jumlah hari perawatan X 100%
Jumlah TT X hari perawatan
2) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu
yang dirawat pada setiap pasien. Semakin pendek Length Of Stay pasien
semakin baik. Waktu rawat yang baik maksimum 12 hari. Standar
nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 6-9 hari.
LOS = Lama hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
3) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan
keperawatan yang menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien
sampai dengan diisi lagi. Standar 1 – 3 hari untuk RSUP dalam satu
tahun.
TOI = Jumlah hari rawat
Jumlah tempat tidur

1
4) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan
frekuensi pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan
waktu tertentu. BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat
tidur. Standar 40-50 kali untuk RSUP dalam satu tahun, sedangkan yang
baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997).
BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)
Jumlah tempat tidur
Tabel 2.34 Indikator Efisiensi Ruang Dahlia V RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
No. Indikator Standar
1 BOR 60-80%.
2 LOS 6-9 hari
3 TOI 1 – 3 hari
4 BTO 40-50 kali
Sumber: Instalasi Catatan Rekam Medik RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten 2018
b. Kajian Data
Tabel2.35 Hasil Evaluasi Efisiensi Ruang Dahlia V RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten Pada Bulan Maret - Mei 2018
No Indikator Dahlia V Standar
1 BOR 48.93 60-80%.
2 LOS 4.14 6-9 hari
3 TOI 4.49 1 – 3 hari
4 BTO 3.68 40-50 kali
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten

c. Analisa Data
1) BOR (Rasio penggunaan tempat tidur) pada Maret- Mei 2018 di ruang
Dahlia V rata-rata 48.93%, data tersebut menunjukkan pemakaian tempat
tidur diruang Dahlia V adalah sesuai batas standar untuk RSUP yaitu 60-
80 %. Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara
statistik semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula
penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien.
2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) pada bulan Maret-
Mei 2018 di ruang Dahlia V yaitu 4.14 hari, data tersebut menunjukkan
lama rata-rata hari perawatan sesuai dengan standar nasional untuk RSUP
yaitu 6-9 hari.
3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) pada bulan Maret-Mei
2018 rata-rata di ruang Dahlia V 4.49 hari, data tersebut menunjukkan
waktu rata-rata tempat tidur kosong sesuai dengan standar RSUP yaitu 1-

2
3 hari, dengan waktu tersebut maka rata-rata suatu tempat tidur kosong
terlalu cepat, hal tersebut dapat meningkatkan angka infeksi dirumah
sakit.
4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) pada bulan Maret-Mei 2018 di
ruang Dahlia V 3.68 kali, penggunaan lebih sedikit jika dibandingkan
dengan standar RSUP yaitu 40-50 kali.

2. Hasil Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC


Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya
pelayanan prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga
keperawatan yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan
oleh profesi. Ciri mutu asuhan keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998
adalah :
a. Memenuhi standart profesi
b. Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
d. Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
e. Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan
dan dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan
sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di era global, sehingga
pasien dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan keperawatan. Mutu asuhan
keperawatan yang prima akan terwujud apabila :
a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi
keperawatan.
b. Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus
c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan
adalah dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk
instrumen ABC adalah :
a. 0 % - 50 % kurang
b. 51 % - 65% cukup

3
c. 66 % – 80% baik
d. 81 %– 100% sangat baik
Menurut Permendikbud nomor 104 tahun 2014

Adapun instrumen A, B, C meliputi :


a. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi
asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan asuhan
keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan
sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat tingkat kesakitan
pasien maupun jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan
sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan keperawatan,
khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta upaya untuk
membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan keperawatan.
Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek :
Keakuratan data, Breavity (ringkas), Legibility (mudah dibaca).
Komponen dokumentasi keperawatan:
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap
dan dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat
bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan penunjang.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien,

4
dianalisa, dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan
dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang
perawat, dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda
gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang
bersifat aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan
bersifat potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar
akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas
masalah, tujuan implementasi dan rencana tindakan.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama
masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya
masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga
adalah masalah yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang
mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta
pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga.
tindakan keperawatan, aktivitas keperawatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana
yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien,
menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan
kepada klien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik
dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis,
menjaga privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien,
melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien,
merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah
dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan,

5
melaksanakan tindakan perawatan pada prosedur teknik yang telah
ditentukan
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan
berrencana untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi
dilaksanakan dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan
intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana
keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan yang telah
diberikan untuk memecahkan masalah pasien. Evaluasi melibatkan
pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan sesuai dengan
standar.
f) Catatan asuhan keperawatan:
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien
dan perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat
jalan. Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi,
komunikasi, dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan.
Penulisan harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang
baku sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap
pencatatan harus mencantumkan paraf dan nama perawat yang
melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan dan menggunakan
formulir yang telah ada dan disimpan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2) Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang
sudah dibakukan oleh Depkes (1997). Studi dokumentasi dilakukan pada
10 dokumentasi pasien di ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro.
Tabel 2.36 Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di
Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten (n=10)
Evaluasi Pengkajian Pretest
No Aspek yang Nilai Keterangan
dinilai
1 Pengkajian 96% - Dari data di dapat skore Ruang Dahlia V 96 % pengkajian masuk
kriteria sangat baik, perawat melakukan pengkajian langsung setelah

6
pasien datang sesuai dengan penyakitnya.
- Perawat melengkapi pengkajian dalam waktu 24 jam, data dikaji sejak
pasien masuk sampai pasien pulang namun ada yang belum lengkap.
2 Diagnosa 90% - Dari data di dapat hasil Ruang Dahlia V 90% masuk kriteria sangat baik,
Sebagian besar diagnosa keperawatan sudah mecangkup etiologi dan
problem (PE). Diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah dan
kondisi pasien.
3 Perencanaan 94% - Dari data di dapat hasil Ruang Dahlia V 94% termasuk kategori sangat
baik. diagnosa sudah sesuai dengan prioritas masalah yang ada. Dan
perencanaan sudah sesuai dengan keadaan pasien
4 Implementasi 92% - Dari data di dapat hasil 92% termasuk kriteria sangat baik perawat sudah
melakukan tindakan keperawatan dan sudah melakukan
pendokumentasian dengan benar.

5 Evaluasi 100% - Evaluasi mendapat hasil Ruang Dahlia V 100% termasuk katagori sangat
baik, dalam evaluasi sudah ditulis setiap hari secara keseluruhan dan
sesuai dengan SOAP.
6 Dokumentasi 100% - Dari hasil tersebut Ruang Dahlia V mendapatkan score 100% masuk
kategori sangat baik, perawat melakukan dokumentasi tindakan setiap
hari dan setiap sift, pendokumentasian dilakukan dengan jelas, ringkas
dan dengan istilah yang benar

Sumber : Data Primer Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten

3) Analisa Data
Berdasarkan hasil analisa data diatas tentang pendokumentasian
keperawatan didapatkan data sebagai berikut :
a) Pengkajian
Setelah dilakukan studi dokumentasi terhadap status pasien mengenai
pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa format pengkajian telah
tersedia pada masing-masing status pasien, pengkajian dilakukan dengan
memberikan tanda (√) pada pernyataan yang sesuai dengan kondisi
pasien. Pengisian format pengkajian status pasien sudah lengkap. Dari
keseluruhan pengkajian sebesar 96% dengan katagori sangat baik.
b) Diagnosa keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan perawat masih ada yang belum
memilahkan dalam perumusan masalah antara diagnosa aktual/ risiko/
potensial, diagnosa keperawatan belum dirumuskan dengan benar. Dari
keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan di Ruang Dahlia V
didapatkan nilai 90% dengan kategori sangat baik, sebaiknya perlu untuk
di tingkatkan pada perumusan diagnosa keperawatan dengan benar ada
etiologinya.

7
c) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan di Ruang
Dahlia V sudah terlaksana mencapai 94% Hal ini dibuktikan dengan
pendokumentasian perencanaan, sebagian besar sudah sesuai dengan
diagnosa keperawatan. Tetapi dalam perencanaan keperawatan sebagian
belum menyusun rencana berdasarkan prioritas, rencana pendidikan
kesehatan, rencana tindakan yang menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga.
d) Implementasi
Dari pengkajian implementasi di Ruang Dahlia V sebesar 92% termasuk
dalam katagori sangat baik. Tindakan yang dilakukan perawat yang
melibatkan keluarga belum didokumentasikan.
e) Evaluasi keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan sebagian besar dalam
katagori sangat baik yakni 100% sudah merujuk pada tiap diagnosa yang
diangkat.
f) Dokumentasi
Catatan asuhan keperawatan sudah dalam katagori sangat baik, dengan
skor sebesar 100% Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada format
yang ada.

b. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi
kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi
kuesioner. Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari
persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk
mengevaluasi hal ini perlu suatu instrument yang baku.
1) Kajian Teori
Asuhan keperawatn adalah rangkaian kegiatan pada praktek
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai

8
tantanan pelayanan kesehatan (Zaidin Ali, 2001). Mutu asuhan
keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu asuhan
keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu
suatu instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan
perencanaan, tindakan, dan evaluasi.
Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat
kesempurnaan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai
tingkat kepuasan rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (1985),
pengukuran mutu dapat dilakukan dengan membandingkan persepsi
antara pelayanan yang diharapkan (Experted Services) dengan pelayanan
yang diterima dan dirasakan (Perceived Services). Mutu pelayanan
menurut American Society Quality Control merupakan gambaran total
gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan dan
kepuasan (Wijono, 2000 : 4)
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam Azwar 1996: 48). Mutu
adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980 dalam
Azwar, 1996: 48).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan
dengan kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :
a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang
digunakan dan penampilan karyawan.
b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.

9
d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang
per orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi
aspek yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara
langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu
adalah seperti berikut :
a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu
pelayanan telah mencapai standar program dan standar pelayanan
kesehatan.
b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi
teknis berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti
standar pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal dapat
dipertanggungjwabkan atau dihandalkan (dependability), ketepatan
(accurancy), ketahanan uji (reliability), dan konsistensi (concitency).
c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh
keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau
hambatan bahasa. Akses geografis dapat diukur dengan jelas
transportasi, jarak, waktu perja.lanan, dan hambatan fisik lain yang
dapat menghalangi seseorang untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan sejauh mana pelayanan
diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik, dan waktu tunggu.
d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai
dengan standar yang ada.
e) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas

10
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang
dimiliki.
g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan
yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
h) Keamanan
i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya
kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan
berikutnya.

2) Kajian Data
Tabel 2.37 Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan di Ruang Dahlia V
dengan sasaran observasi perawat (n=15)
Evaluasi Pengkajian Pretest
Dahlia V
No Kriteria (n:15)
Y % T %
1. Apakah perawat selalu memperkenalkan diri? 10 66.6 5 33.3
2. Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu 13 86.6 2 13.3
makan pasien?
3. Apakah perawat memperhatikan berapa jumlah diet 7 46.6 8 53.3
yang dimakan oleh pasien?
4. Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah 9 60 6 40
perawat membantu menyuapi?
5. Pada saat pasien dipasang infus, apakah perawat selalu 12 80 3 20
memeriksa cairan atau tetesan dan area sekitar
pemasangan infuse?
6. Pada saat perawat membantu pasien BAK/BAB, 5 33.3 10 66.6
apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup
pintu/jendela, mempersilakan pengunjng keluar
ruangan?
7. Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga 15 100 0 0
kebersihannya?

11
8. Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak 15 100 0 0
licin, tidak berbau, cukup terang?
9. Selama pasien belum mampu mandi, apakah 13 86.6 2 13.3
dimandikan oleh perawat?
10. Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila tidak mampu 15 100 0 0
menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti
pakaian atau menyisir rambut?
11. Apakah alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll 15 100 0 0
diganti setiap kotor?
12. Pada saat pasien masuk ruangan, apakah perawat 13 86.6 2 13.3
menjelaskan tentang fasilitas yang tersedia dan cara
penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di
RS?
13. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 11 73.3 4 26.6
memanggil nama pasien dengan benar?
14. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 15 100 0 0
mengawasi keadaan pasien secara teratur pada pagi,
sore maupun malam hari?
15. Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat 13 86.2 2 13.3
segera memberi bantuan bila diperlukan?
16. Apakah perawat bersikap sopan dan ramah? 14 93.3 1 6.7
17. Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang 13 86.6 2 13.3
bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas?
18. Apakah perawat selalu memberikan penjelasan 14 93.3 1 6.7
sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan?
19. Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 15 100 0 0
memperhatikan setiap keluhan pasien?
20. Dalam hal memberikan obat, apakah perawat 15 100 0 0
membantu menyiapkan/ meminumkan obat?
21. Selama pasien dirawat, apakah diberikan penjelasan 13 86.6 2 13.3
tentang perawatan/ pengobatan/ pemeriksaan lanjutan
setelah pasien diperbolehkan pulang?

22. Apakah perawat selalu memberikan penjelasan 13 86.6 2 13.3


sebelum melakukan tindakan perawatan atau
pengobatan
23. Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan 13 86.6 2 13.3
memperhatikan setiap keluhan pasien
24. Dalam hal memberikan obat apakah perawat 13 86.6 2 13.3
membantu menyiapkan/meminumkan obat ?
25. Selama pasien dirawat apakah diberikan penjelasan 15 100 0 0
tentang perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan
setelah pasien diperbolehkan pulang
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten

3) Analisa Data
Berdasarkan kajian data pre implementasi diatas yang dinilai dari
15 orang perawat di ruang Dahlia V jawaban “Ya” dengan prosentase
85.07% dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi keluarga
pasien terhadap mutu asuhan keperawatan di ruang Dahlia V RSUP

12
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten dikategorikan sangat baik.
c. Instrument C
1) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
pemberian obat. Observasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal
25-27 Juni 2018. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik
harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah
ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar
penilaian tindakan keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi
penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah
ditetapkan oleh Master list Instruksi Kerjayang mengacu pada pedoman
dari Departemen Kesehatan.

2) Kajian Data
Observasi dari tindakan pemberian obat yang dilakukan oleh perawat
selama 3 hari adalah sebagai berikut :

Tabel 2.38 Hasil Evaluasi Identifikasi Pemberian Obat di Ruang Dahlia V


RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Dengan Sasaran Observasi
Perawat (n:13)

Evaluasi Pengkajian
Observasi
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Mengucap salam 13 0
2 Petugas memperkenalkan diri dan unit 10 3
3 Menjelaskan pada pasien prosedur identifikasi pasien 10 3
dengan benar sebelum melakukan prosedur
4 Memastikan identifikasi pasien dengan benar sebelum 13 0
melakukan prosedur
5 Bila memungkinkan meminta pasien untuk 10 3
menyebutkan nama tanggal lahirnya, atau menayakan
pada keluarga dan petugas yang bertanggung jawab
6 Periksa dan bandingkan jawaban pasien dengan data 13 0
gelang identifikasi dan data RM
7 Jika data yang diperoleh cocok, lakuakn prosedur/ 13 0
berikan obat
8 Jika terdapat lebih dari 2 pasien diruangan rawat inap 9 4
dengan nama yang sama / foto yang mirip periksa
ulang identitas dengan meliat no RM dan alamat
9 Jika data pasien tidak lengkap informasi lebilanjut 13 0
harus diperoleh sebelum pemberian obat dilakukan

13
10 Perhatikan waktu pemberian obat dan pemakaian obat 13 0
Jumlah 117 13
Prosentase 89.9 % 9.9 %

Sumber : Data Primer Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten

pemberian obat yang dilakukan di ruang Dahlia V didapatkan prosentase jawaban


“Ya” sebesar 89.9 % sehingga secara keseluruhan dalam kategori sangat baik.

3. Kepuasan kerja karyawan


a. Kajian teori
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapan (Sutono, 2001).
Kepuasan dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap,
gaya hidup, demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang
dihadadapi. Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya dan nampak dari sikap positif karyawan
terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan
kerjanya (Handoko, 1993).
Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta permberi dukungan dari
perawat yang mempunyai posisi lebih tinggi, peningkatan hubungan
interpersonal dapat meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan Turn
Over perawat sehingga diperlukan rentang dukungan yang kontinyu bagi
perawat sejak bekerja di unit rawat atau tatanan pelayan kesehatan yang lain.
Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan
keadaan yang sifatnya subjektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang
didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima
oleh pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan,
diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya.
Sementara setiap pegawai secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan
itu memuaskan (Gomes, 1995).
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan hal yang
bersifat individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang
14
berbeda-beda sesuai dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan demikian
pula sebaliknya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan
kerja, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik pekerja. Semakin tua usia
karyawan, maka lebih cenderung merasa puas karena semakin tinggi jenjang
pekerjaan karyawan.
Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi).
Suatu kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan
menyembunyikan pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai
kepuasannya sehubungan dengan gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-
relasi antar perorangan dalam kerja, peluag-peluang di masa yang akan
datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak
langsung terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang
rendah menjadi penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas
produksi dalam berorganisasi.(Gomes, 1995).
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi
diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah
mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.
Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja
rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absent, dan
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang
harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mempunyai kepuasan kerja
biasanya mempunyai catatan kehadiran dan perputaran yang lebih baik,
kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan (kadang-kadang)
berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak memperoleh
kepuasan kerja (Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri
mungkin mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti
pekerjaan juga bisa mempengaruhi kesediaan untuk bekerja. Kesediaan atau
motivasi seorang pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas
yang terus menerus dan yang berorientasikan tujuan.

15
Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan,
pegakuan, tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Hal
ini dikemukakan oleh Herzberg seperti dikutip oleh Frazer (1992). Faktor-
faktor yang disebut pemuas (Satisfier factors) tersebut jika dapat
dioptimalkan akan membantu perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi,
menunjang sikap toleran dan kesehatan mental. Sedangkan factor lainya
adalah penunjang kepuasan (hygiene factors) antara lain kondisi kerja,
upah/gaji, dan hubungan antarpribadi. Jika factor ini tidak atau kurang
memadai akan menyebabkan ketidakpuasan diantara para karyawan.
Sehingga menurut Hezberg cit Fatiah (1967), peningkatan kualitas kerja akan
memperbaiki kualitas pekerjaan. Desain struktur dari organisasi formal,
kebijakan, dan praktek-praktek sumber daya manusia dalam organisasi,
tingkatan stres di tempat kerja, kultur nasional dan kultur internal dalam
organisasi, semuanya akan berdampak pada kepuasan kerja. (Mukhlas cit
Fatiah, 2002).
Wesley dan Yulk (1997) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
1) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia
membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun diluar
organisasi tempat kerja.
2) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu memberikan
bimbingan.
3) Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi
langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil
kerjanya).
4) Rekan kerja
Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.
5) Keamanan kerja

16
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari
depannya.
6) Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997) untuk memperoleh pelayanan asuhan
keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan
komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang
ada pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf
melaksanakan komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawanan
dapat mempengaruhi hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula.
Sistem penggajian pegawai RS haruslah :
1) Memenuhi ketentuan upah minimum
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa
dengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk
itu harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam
institusi RS. Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan
rendah apabila mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu
tenaga dapat ditempuh dengan cara :
a) Penempatan tenaga yang sesuai
b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.
Upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menamin kepuasan kerja
karyawan. Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsic rewards, seperti
achievement memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja
daripada factor ekstrinsik seperti gaji.

17
Smith, Kendall & Hullin (cit Price, 1972) dalam penelitianya tentang
kepuasan kerja menggunakan 5 dimensi kepuasan terhadap pekerjaan, yaitu
dari aspek pekerjaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan
promosi, dan aspek rekan kerja, sebagai faktor-faktor penentu kepuasan kerja
b. Kajian Data
Survey mendalam dilakukan terhadap 15 orang perawat yang aktif bertugas
jaga di Ruang Dahlia V:
Tabel 2.39 Evaluasi Kepuasan Kinerja Karyawan di Ruang Dahlia V RSUP
dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan sasaran observasi perawat (n:15)
Evaluasi Pengkajian
NO Variabel Yang Di nilai STP TP CP P SP
1. Jumlah gaji yang diterima sebanding dengan
0 1 2 9 3
pekerjaan yang saudara yang dilakukan
2. Sistem penggajian yang dilakukan institusi
0 4 1 9 1
tempat saudara bekerja.
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan
0 1 2 9 3
pendidikan saudara
4. Pemberian insentif tambahan atas suatu
0 4 5 5 1
prestasi atau kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan kelengkapan yang
0 1 4 10 0
mendukung pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar
0 0 1 14 0
mandi, tempat parkir, kantin.
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan
dengan ventilasi udara, kebersihan dan 0 0 1 10 4
kebisingan.
8. Adanya jaminan atas kesehatan atau
0 0 4 9 2
keselamatan kerja.
9. Perhatian institusi rumah sakit terhadap
0 1 9 11 0
saudara
10. Hubungan antar karyawan dalam kelompok
0 0 0 8 7
kerja.
11. Kemampuan dalam bekerjasama antar
0 0 0 12 3
karyawan.
12. Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara. 0 0 0 8 7
13. Kesesusaian antara pekerjaan dan latar
0 0 1 11 3
belakang pendidikan saudara.
14. Kemampuan dalam menggunakan waktu
0 1 1 11 2
bekerja dan penugasan yang diberikan.
15. Kemampuan supervisi atau pengawas dalam
0 0 5 10 0
membuat keputusan.
16. Perlakuan atasan selama saya bekerja disini. 0 0 4 9 2
17. Kebebasan melakukan suatu metode sendiri
0 0 7 8 0
dalam menyelesaikan pekerjaan.
18. Kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja melalui pelatihan atau 0 1 4 10 0
pendidikan tambahan.
19. Kesempatan untuk mendapat posisi yang
0 0 5 10 0
lebih tinggi.

18
20. Kesempatan untuk membuat prestasi dan
0 1 2 12 0
mendapatkan kenaikan pangkat.
Score 0 10 52 195 38
prosentase 4 % 21.2% 79.6% 15.5%
Sumber : Data Primer Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten

c. Analisa data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner
pada 15 orang perawat di ruang Dahlia V didapatkan gambaran bahwa
sebagian perawat di ruang Dahlia V menyatakan tidak puas sebesar 4%,
Cukup puas sebesar 21.2%, Puas 79.6% dan sangat puas 15.5% . pada
pernyataan yang tidak puas adalah pada pemberian tambahan atas suatu
prestasi atau kerja ekstra.

4. Mutu Keperawatan
a. Kajian Teori
Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan
indikator klinik keperawatan. Indicator adalah pengukuran tidak langsung
suatu peristiwa atau kondisi. Green (1992) dan WHO (1981) menguraikan
indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langssung
maupun tidak langsung.
Indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap
pelayanan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, Dirjen Bina Pelayanan
Medik Depkes RI, 2008).
Karakteristik suatu indikator adalah:
1) Sahih (valid)
2) Dapat dipercaya (reliable)
3) Peka (sensitive)
4) Spesifik (specifik)
5) Berhubungan (relevan)
Indikator mutu pelayanan keperawatan klinik sebagai berikut:
1) Keselamatan pasien (patient safety)
Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat

19
dan cidera akibat restrain.
2) Perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya
penyakit kulit, rasa tidak nyaman, ISK, dll.
3) Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan
keperawatan yang diharapkan.
4) Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.
5) Kenyamanan
Bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
6) Pengetahuan
Discharge Palnning adalah suatu proses yang dipakai sebagai
pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk
kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat
lain. Dalam perencanaan pulang, pasien dapat dipindahkan ke rumahnya
sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home
care atau tempat-tempat lain di luar RS.
b. Kajian data
Tabel 2.40 Hasil Evaluasi Hasil Kepuasan Pelayanan KeperawatanDi Ruang Dahlia V
dengan sasaran obsevasi Pasien (n=7)
Evaluasi Pengkajian Pretest
Kadang Tidak
Selalu Sering
No Pernyataan kadang pernah
(4) (3)
(2) (1)
1 Apakah dokter mengunjungi anda setiap hari? 7 0 0 0
2 Apakah dokter yang memeriksa Anda bersikap
7 0 0 0
ramah ?
3 Apakah dokter manjelaskan penyakit anda dan
6 0 1 0
tindakanya?
4 Apakah dokter meluangkan waktu untuk
6 0 1 0
konsultasi?
5 Apakah perawat mengenalkan diri kepada
6 1 1 0
pasien/keluarga?
6 Apakah perawat yg merawat anda bersikap 7 0 0 0

20
ramah?
7 Apakah perawat memperhatikan dan
7 2 2 0
menanggapi keluhan anda?
8 Apakah anda/keluarga merasa dibimbing oleh
perawat untuk merawat diri anda (contoh : di 6 1 0 0
sibin, menggunakan pispot, dll) ?
9 Menurut anda apakah perawat bekerja dengan
7 0 0 0
terampil?
10 Bila anda membutuhkan pertolongan apakah
7 7 0 0
dilayani dengan cepat?
11 Apakah perawat menjelaskan dimana tempat-
tempat penting untuk kelancaran perawatan? 6 1 0 0
(kamar mandi, ruang tata usaha
12 Apakah anda mendapat pelayanan administrasi
6 1 0 0
dengan baik dan cepat?
13 Apakah rekening yang anda dapatkan tepat
6 1 0 0
hitung?
14 Apakah anda diberi penjelasan tentang biaya? 6 1 0 0
15 Apakah ruangan selalu dalam keadaan bersih? 7 0 0 0
16 Apakah sprei, selimut dan sarung bantal dalam
kondisi baik, selalu bersih, dan diganti setiap 7 0 0 0
kotor?
17 Apakah kamar mandi selalu dibersihkan, tidak
7 0 0 0
berbau, dan tidak licin?
18 Apakah makanan disajikan tepat waktu? 6 1 0 0
19 Apakah makanan yang disajikan bervariasi dan
4 3 0 0
cukup enak ?
20 Apakah petugas penyaji makanan bersikap
7 0 0 0
ramah
Jumlah 128 10 2 0
Prosentase 91.4% 7.1% 1.4% 0%

Sumber : Data Primer Ruang Dahlia V RSUP dr.Soeradji Tiirtonegoro Klaten


c. Analisa Data
Berdasarkan kajian data diatas yang didapatkan dari hasil kuesioner
dan wawancara pada 7 orang keluarga pasien di ruang Dahlia V didapatkan
hasil evaluasi kepuasan pelayanan keperawatan sebesar 91.4% menyatakan
puas dengan pelayanan yang diberikan pada pasien. Pelayanan yang kadang
tidak dilakukan kepada pasien yaitu dokter menjelaskan penyakit dan
meluangkan waktu untuk konsultasi

5. Mutu Klinik
a. Kejadian Infeksi di Ruang Dahlia V
1) Plebitis
Jumlah kejadian plebitis adalah jumlah kejadian plebitis yang terjadi selama

21
periode waktu tertentu . diukur dengan skala plebitis, standart < 5 0/00

Jumlah kejadian plebitis X 10000/00


Jumlah pasien yang terpasang infus
Penilaian score plebitis (Score 2 sudah dianggap plebitis)

Tabel 2.41
Penilaian Score Plebitis
Skala Tanda Tindakan Keterangan
0 Letak IV terlihat baik Observasi kanula Tidak ada plebitis
Sedikit nyeri didekat letak IV Observasi Kanula Tanda awal plebitis
1 atau sedikit kemerahan di
dekat IV
Satu dari tanda berikut : Ganti/pindah tempat Tahap awal plebitis
a. Nyeri di letak IV pemasangan
2
b. Kemerahan
c. Bengkak
Ditemukan semua tanda Pindah lokasi Tahap menengah
a. Nyeri sepanjang bagian pemasangan IV plebitis
3 kanula berikan pengobatan
b. kemerahan
c. indurasi
Terdapat tanda seperti no 3, Pindahkan Tahap lanjut plebitis
4 ditambah (a) vena teraba keras, pemasangan IV atau awal
(b) ulkus Berkan pengobatan tromboplebitis
Terdapat tanda seperti no 4 Pindahkan Tahap akhir
5
ditambah panas tinggi pemasangan IV trombhoplebitis

Tabel 2.42
Jumlah Kejadian Plebitis Ruang Dalia V
Maret April Mei
Jumlah IVL/infus 362 367 243
Plebitis 0% 0% 0%
Sumber Data PPI Januari – Maret 2018

Analisis Indikator mutu Klinik


Di ruang Dahlia V periode Maret-Mei 2018, pasien yang mengalami plebitis
sejumlah 0 orang, sehingga angka kejadian plebitis 0 %. Hal ini sesuai standart
indikator mutu klinik yakni sebesar < 5 %.
2) ISK/infeksi Saluran Kemih
Jumlah kejadian ISK adalah umlah kejadian ISK yang terjadi selama Periode
waktu tertentu. Diketahui dari hasil pemeriksaan angka kuman urine dengan hasil
103

22
Rumus :
Jumlah kejadian ISK yang dipasang cateter X 10000/00
Jumlah Pasien yang terpasang cateter
Standart < 5 %

Tabel 2.43
Jumlah Kejadian ISK Ruang Dahlia V
Maret April Mei
Jumlah UC 108 99 52
ISK 0% 0% 0%
Sumber Data PPI Maret-Mei 2018
Analisis Indikator Mutu Klinik
Di ruang perawatan Dahlia V pasien yang mengalami ISK akibat pemasangan DC
pada periode Maret-Mei 2018 sebanyak 0 orang. Sehingga angka kejadian ISK
akibat pemasangan DC 0 %, hal ini sudah sesuai dengan standar indikator mutu
klinik yakni sebesar < 5 %.
3) Infeksi Luka Operasi
Jumlah Kejadian Infeksi Luka Operasi yang diobsevasi dengan tanda – tanda
infeksi meliputi robor(kemerahan), kalor (panas), dolor ( bengkak), functio laesa
(kehilangan fungsi).
Rumus :
Jumlah kejadian infeksi luka operasi X 100 %
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan operasi
Standart : < 5 %
Tabel 2.44
Jumlah kejadian IDO Ruang Dahlia V
Maret April Mei
Jumlah Pasien Operasi 22 21 22
IDO 0% 0% 0%
Sumber Data PPI Maret-Mei 2018
Analisis Indikator Mutu Klinik
Di ruang perawatan Dahlia V pasien yang mengalami IDO pada periode Maret-
Mei 2018 tidak ada, hal ini sudah sesuai dengan standar indikator mutu klinik
yakni sebesar < 5 %.

23
4) Reaksi Transfusi
Jumlah kejadian adanya reaksi tubuh akibat transfusi berupa gatal, urtikaria,
sesak nafas atau syok selama periode waktu tertentu. Diukur dengan obserasi
reeaksi transfusi.
Jumlah pasien yang mengalami reaksi transfusi berupa gatal, urtikaria, sesak
nafas atau syok selama dalam perawatan dan pemberian transfusi
Rumus :
Jumlah pasien dengan reaksi transfusi X 100 %
Jumlah pemberian transfusi
Standar 0 %

Tabel 2.45
Jumlah Reaksi Transfusi Ruang Dahlia V
Maret April Mei
Jumlah Pemberian Transfusi 16 17 17
Jumlah Reaksi Transfusi 0 1 0
Sumber Data PPI Maret-Mei 2018
Analisis Indikator Mutu Klinik
Di ruang perawatan Dahlia V pasien yang mengalami reaksi tranfusi akibat dari
pemberian transfusi pada periode Maret-Mei 2018 sebanyak 1 orang. Sehingga
angka kejadian reaksi transfusi sebanyak 12 % hal ini tidak sesuai dengan standar
indikator mutu klinik yakni sebesar < 5 %.

b. Kejadian Dekubitus
Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah kejadian baru
dekubitus yang terjadi selama periode waktu tertentu. Diukur dengan skala Braden
dan stadium dekubitus.
Pasien yang beresiko terjadi dekubitus adalah pasien baru, setelah dilakukan
pengkajian memiliki satu atau lebih faktor resiko yang diukur dengan skala
Braden dengan nilai :
Nilai : 15 – 19 point kategori beRISIKO sedang
Nilai : 20 – 23 point kategori beRISIKO rendah
Nilai : 11 – 14 point kategori beRISIKO tinggi
Nilai : 6 – 10 point kategori beRISIKO sangat tinggi
Rumus :
Jumlah kejadian dekubitus X 100 %
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus
Standar < 1,5

24
Tabel 2.46
Jumlah Kejadian Dekubitus Ruang Dahlia V
Januari Februari Maret
Jumlah Pasien beresiko terjadi Dekubitus 0 0 0
Jumlah Kejadian Dekubitus 0% 0% 0%
Sumber Data PPI Maret-Mei 2018

Di ruang perawatan Dahlia V pasien yang mengalami dekubitus pada periode


Maret-Mei 2018 adalah tidak ada. Sehingga angka kejadian dekubitus sebanyak 0
%, hal ini sudah sesuai dengan standar indikator mutu klinik yakni sebesar < 5 %.
c. Kejadian Jatuh
Pasien jatuh adalah jatuhnya pasien dari tempat tidur ke lantai atau tempat lainnya
yang lebih rendah pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang tidak
disebabkan oleh penyakit stroke, epilepsi, seizure , bahaya karena terlalu banyak
aktivitas.
Angka kejadian pasien jatuh adalah prosentasi jumlah insidensi pasien jatuh dari
tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode waktu tertentu setiap
bulan.
Pengukuran Resiko jatuh dengan Skala Morse, interpretasi nilainya :
Score Tingkat RISIKO
0 – 24 RISIKO rendah
25 – 44 RISIKO sedang
> 45 RISIKO tinggi

Rumus :
Jumlah Pasien Jatuh X 100 %
Jumlah pasien yang beresiko jatuh
Standar < 0 %

Tabel 2.47
Jumlah Kejadian Jatuh Ruang Dahlia V
Maret April Mei
Jumlah Pasien beresiko Jatuh 62 62 62
Jumlah Kejadian Jatuh 0 0 0
Sumber Data Indikator mutu RS Maret-Mei 2018
Di ruang perawatan Dahlia V pasien yang mengalami jatuh pada Maret-Mei 2018
sebanyak orang. Sehingga angka kejadian Jatuh sebanyak 0 % hal ini sudah
sesuai dengan standar indikator mutu klinik yakni sebesar < 5 %.

25

Anda mungkin juga menyukai