Kamar Jenazah
Kamar Jenazah
Kamar Jenazah
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Unit kamar jenazah di Rumah Sakit Deli berada di sudut kanan lantai 1 dekat
pintu samping RSU MITRA MEDIKA dengan alur untuk pelayanan penanganan kamar
jenazah yang sudah diatur. Kamar jenazah ini tidak bisa dilalui oleh orang tidak
berkepentingan . Lalu lintas menuju kamar jenazah hanya dapat dilalui oleh petugas dari
Unit Satpam dan unit PSP2RS yang ditugaskan untuk mengangkat jenazah menuju kamar
jenazah serta perawat pelaksana yang bertugas untuk melakukan pemulasaran jenazah.
Kamar jenazah suatu rumah sakit bukanlah satu – satunya pintu keluar pasien.
Masih terdapat pintu keluar lain, yakni pintu kesembuhan dan pintu transisi. Walaupun
kamar jenazah merupakan bagian final keluarnya pasien yang telah benar – benar tanpa
nyawa. Penanganan untuk jenazah yang dilakukan oleh RSU MITRA MEDIKA meliputi
penempatan sementara jenazah pasien sampai jenazah dibawa pulang ke rumah ataupun
disemayamkan di rumah duka, pemulasaran jenazah, dan pengawetan jenazah.
Pasien yang meninggl oleh karena penyakit menular maupun penyakit yang tidak
menular akan mengalami proses pembusukan dan menjadi sumber kuman. Oleh karena
itu, perawatan jenazah menjadi salah satu bagian penting dari langkah – langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang membutuhkan pedoman kerja
yang baik.
2. DEFINISI
Perawatan jenazah adalah suatu tindakan medis yang berguna untuk menjaga
penampilan luar jenazah supaya tetap bersih dan mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian yang wajar, akan tetapi pada
kematian yang tidak wajar, pengawetan jenazah baru dapat dilakukan setelah
pemeriksaan jenazah atau autopsi dilakukan.
Perawatan jenazah di Rumah Sakit Deli meliputi penempatan sementara jenazah
sebelum dibawa pulang, pemulasaran jenazah dan pengawetan jenazah. Pelayanan
perawatan jenazah ini tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas unit kamar jenazah.
-1-
Perawatan jenazah melibatkan banyak unit kerja, yakni unit rawat inap, unit rawat
intensif, unit gawat darurat, unit sanitasi, unit linen dan laundry, unit logistik dan URT,
unit PSP2RS, unit administrasi dan keuangan, serta unit farmasi.
Perawatan jenazah di luar kamar jenazah merupakan bagian dari asuhan
keperawatan pelayanan fase terminal dari kehidupan pasien. Asuhan keperawatan ini
harus dilakukan dengan senantiasa memperhatikan keselamatan pasien dan keselamatan
kerja dalam upaya mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.
Perawatan jenazah di kamar jenazah dilakukan untuk mempersiapkan jenazah
dibawa pulang oleh keluarga baik untuk proses pemakaman / kremasi yang langsung
dilakukan ataupun ditunda untuk suatu proses ibadah atau alasan lainnya.
3. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai pedoman bagi Manajemen RSU MITRA MEDIKA untuk dapat melaksanakan
pelayanan jenazah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman pelaksanaan di kamar jenazah yang merupakan salah satu upaya
rumah sakit dalam mencegah infeksi nosokomial.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada petugas kesehatan, pasien, keluarga, dan
masyarakat.
3. Sebagai pedoman kerja untuk melaksanakan pelayanan jenazah sebelum dilihat
dan dibawa pulang oleh keluarga.
4. Sebagai pedoman dalam meminimalkan kemungkinan untuk terjadinya infeksi
silang.
-2-
BAB II
RUANG LINGKUP
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan kamar jenazah meliputi :
1. Penempatan sementara jenazah sebelum dibawa pulang.
2. Pemulasaran jenazah
2. BATASAN OPERASIONAL
1. Jenazah adalah jasad orang yang telah meninggal secara medis.
2. Pemulasaran jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal yang meliputi
persiapan jenazah untuk diperlihatkan kepada keluarga, transportasi ke kamar
jenazah, dan melakukan disposisi (penyerahan) barang – barang milik pasien. Jika
pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas, perawatan
jenazah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui otopsi. (Dalam hal
ini, perawatan jenazah dilakukan di rumah sakit rujukan untuk otopsi.)
.
-3-
BAB III
KEBIJAKAN
3. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang – Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Permenkes No. 986 / Menkes / Per / XI / 1992 tentang Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
4. SK MENKES RI No. 129 / MENKES / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 / Menkes / SK / X / 1992 tentang
Pedoman Pengorganisasian Rumah Sakit
6. Buku Pedoman Infeksi Nosokomial tahun 2001.
-4-
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN
Seluruh tenaga yang bekerja ataupun membantu di Unit Kamar Jenazah RSU MITRA
MEDIKA dianjurkan untuk :
1. Mempunyai data kesehatan yang mencakup hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
darah rutin dan HbsAg, serta foto thorax minimal 1 tahun sekali.
2. Status imunisasi untuk Hepatitis B dan Tetanus.
3. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di Unit Kamar Jenazah seperti
infeksi saluran pernafasan atas, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan, dan lain –
lain.
-5-
3) Staf Administrasi dan Keuangan
Pendidikan minimal tamatan SMA yang memahami dasar – dasar
Akuntasi dan pencatatan.
Bertugas menghitung besarnya biaya yang dikenakan untuk
pelayanan jenazah.
4) Panitia PPI
Mendapatkan pelatihan dasar tentang Pengendalian Infeksi Rumah
Sakit.
Melakukan monitoring pelaksanaan pelayanan Unit Kamar Jenazah
sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU
MITRA MEDIKA.
-6-
BAB V
STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan Unit
Kamar Jenazah. Mengingat tugas pokok Unit Kamar Jenazah adalah melayani pasien
yang sudah meninggal dengan atau tanpa penyakit menular, maka diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai guna mencegah infeksi silang.
Bangunan
Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah Sakit Deli dengan 73 tempat tidur
dengan angka kematian sekitar 7% dalam satu bulan (kurang dari 20 kematian
dari 300 pasien yang mendapat pelayanan inap dan pasien meninggal ataupun tiba
meninggal di Unit Gawat Darurat). Luas kamar jenazah Rumah Sakit Deli kira –
kira 1,90 meter x 4,50 meter.
Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada efisiensi
kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara meminimalkan
terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan.
Kebersihan Ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan.
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan.
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan jadwal
pembersihan Unit Kamar Jenazah.
-7-
Sarana fisik dan peralatan
Di dalam kamar jenazah, terdapat :
1. Brankar yang dapat dilepaskan tandunya untuk proses transpor jenazah dari ruang
perawatan ataupun dari Unit Gawat Darurat dan juga pemindahan jenazah dari
kamar jenazah ke mobil jenazah.
2. Kotak peralatan untuk proses pengawetan jenazah yang terdiri dari :
3. Kotak berisi Alat Pelindung Diri yang dipakai untuk proses pemulasaran dan
pengawetan jenazah.
a. Tutup Kepala
b. Kaca Mata
c. Masker
d. Sarung tangan panjang
e. Apron plastik
-8-
BAB VII
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pembayaran di Kasir
Skema 1. Alur Penanganan Jenazah di Unit Kamar Jenazah Rumah Sakit Deli
Keterangan :
1. Pasien dari ruang rawat inap dan Unit Gawat Darurat yang telah dinyatakan
meninggal, maka jenazah akan dikirim ke kamar jenazah.
2. Di dalam kamar jenazah, akan dilakukan perawatan jenazah sebelum jenazah
ditunjukkan kepada keluarga.
3. Surat keterangan kematian dapat diperoleh keluarga setelah menunjukkan kartu
tanda pengenal dari pasien yang telah meninggal tersebut ke Unit Rekam Medis.
4. Keluarga melakukan pembayaran biaya perawatan selama dirawat di Rumah Sakit
dan biaya pengawetan jenazah (bila dilakukan pengawetan jenazah). Setelah
pembayaran biaya selesai dilakukan, bukti pembayaran ditunjukkan kepada
petugas kamar jenazah.
-9-
5. Jenazah dapat dibawa keluarga dengan menggunakan mobil jenazah rumah sakit
ataupun mobil jenazah rumah duka. Jenazah dipindahkan dengan brankar yang
ada di kamar jenazah ke mobil jenazah.
6. Jenazah harus sudah dibawa keluarga dari kamar jenazah selambat – lambatnya
dalam 2 jam.
Klasifikasi Penatalaksanaan Jenazah di RSU MITRA MEDIKA berdasarkan Cara
Kematian Pasien
1. Pasien yang tidak mengalami kekerasan apabila meninggal langsung diberi surat
kematian, kemudian dibawa ke kamar jenazah untuk dicatat dalam buku register
dan dilakukan perawatan jenazah.
2. Pasien yang diduga meninggal akibat kekerasan, misalnya pembunuhan. Apabila
korban telah sampai di kamar jenazah, tetapi belum disertai permintaan visum et
repertum, maka petugas akan menyarankan keluarga untuk melapor ke polisi.
Apabila keluarga menolak melapor ke polisi dan tetap bersikeras untuk membawa
jenazah setelah pemulasaran, maka harus dibuat surat pernyataan dan tidak
diberikan surat kematian. Tetapi jika korban dilengkapi dengan surat permintaan
visum et repertum, maka dokter RSU MITRA MEDIKA hanya melakukan otopsi
luar setelah keluarga membuat surat pernyataan untuk melakukan otopsi. Otopsi
lengkap (meliputi otopsi luar dan bedah mayat) hanya dapat dilakukan di rumah
sakit rujukan, yakni Rumah Sakit Umum Pirngadi.
Kewaspadaan Universal
Kewaspadaan universal (universal precaution) adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan dan keluarga pasien dalam
rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi. Secara umum, kewaspadaan universal
meliputi :
1. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai.
2. Cuci tangan dengan sabun untuk mencegah infeksi silang.
3. Pemakaian alat pelindung diri, misalnya sarung tangan untuk mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius dengan lain.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
- 10 -
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
6. Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang sudah digunakan ulang.
7. Pengelolaan linen.
- 11 -
Gambar 2. Petugas yang sudah menggunakan gaun pelindung
- 12 -
sampiran. Selanjutnya petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan, gaun,
dan masker.
3. Tinggikan tempat tidur untuk memudahkan kerja dan atur dalam posisi datar.
4. Lepaskan selang infus dan lain – lain, lalu buang pada wadah infeksius.
5. Bekas luka diplester kedap air.
6. Lepaskan pakaian dari jenazah dan tampung pada wadah khusus.
7. Lepaskan perhiasan dan barang berharga di hadapan keluarga. Pada umumnya
semua cincin, gelang, kalung dilepaskan dan ditempatkan pada wadah barang
berharga. Termasuk kaca mata, kartu, surat, kunci, barang religi. Beri label
identitas.
8. Letakkan jenazah pada posisi telentang (posisi supinasi).
9. Tutup kelopak mata dengan kapas lembab dan dapat dibantu dengan plester jika
kelopak mata sulit ditutup. Tutup telinga dengan kapas / kasa.
10. Luruskan badan dengan lengan menyilang tubuh pada pergelangan tangan dan
menyilang abdomen. Atau telapak tangan menghadap ke bawah.
11. Ambil gigi palsu jika diperlukan dan tutup mulut dengan kasa / kapas. Jika mulut
tetap tidak mau tertutup, tempatkan gulungan handuk di bawah dagu agar mulut
tertutup. Tempatkan bantal di bawah kepala.
12. Bersihkan jenazah dengan air bersih dan handuk. Bersihkan area tubuh yang
terkena kotoran seperti darah, feses, dan muntahan pada saat melepaskan jarum
abbocath, selang nasogastrik, kateter urin, dan peralatan medis lainnya. Jika
kotoran terdapat di daerah rektum, uretra, ataupun vagina, letakkan kassa untuk
menutup tiap lubang dan rekatkan dengan plester kedap air untuk mencegah
pengeluaran lebih lanjut. Setelah kematian, sfingter otot relaks sehingga
menyebabkan inkontinensia feses dan urin.
13. Ganti balutan bila ada balutan. Balutan yang kotor harus diganti dengan yang
bersih.
14. Bekas plester dihilangkan dengan larutan alkohol.
15. Tutuplah jenazah dengan kain bersih disaksikan keluarga.
16. Pasang label sesuai kategori di pergelangan kaki / ibu jari kaki
- 13 -
17. Jenazah yang sudah ditutupi kain dipindahkan secara hati – hati ke tandu. Ikat
jenazah ke tandu pada daerah dada dan lutut untuk mencegah jenazah jatuh.
Ikatan tidak boleh terlalu kuat agar tidak menimbulkan cedera.
18. Jenazah selanjutnya dibawa ke kamar jenazah oleh petugas satpam dan petugas
PSP2RS untuk dimandikan, dikafani / dikenakan baju sesuai agama dan
kebudayaan pasien, serta diawetkan (jika jenazah tidak langsung dikebumikan
atau dikremasi).
19. Perawat pelaksana wajib memberitahukan kepada petugas unit kamar jenazah
apakah pasien meninggal karena penyakit menular atau bukan karena penyakit
menular.
20. Cuci tangan dan lepaskan gaun untuk direndam pada tempatnya, buang bahan
yang sekali pakai pada tempat sampah infeksius.
21. Perawat pelaksana merapikan dan membersihkan kamar pasien.
22. Dokumentasikan prosedur. Pada catatan perawatan, catat waktu dan tanggal
jenazah diantar ke kamar jenazah.
23. Periksa kembali apakah barang berharga telah disimpan atau diserahkan kepada
keluarga. Jaga keamanan barang berharga pasien. Disposisi (penyerahan) barang
berharga kepada keluarga harus disertai dengan tanda tangan bukti serah terima di
buku ekspedisi. Jangan meninggalkan barang berharga. Tempatkan di kantor
perawat sampai dapat diserahkan kepada keluarga. Jika memungkinkan, keluarga
dianjurkan untuk membawa pulang semua barang milik pasien tersebut sebelum
pasien meninggal.
- 14 -
Persiapan Pemulasaran / Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah.
1. Petugas melaksanakan kewaspadaan universal dengan menyiapkan alat pelindung
diri yang terdiri dari : sarung tangan karet sampai siku, sepatu boot dari karet,
gaun, celemek plastik, dan masker.
2. Menyiapkan tempat untuk memandikan.
3. Petugas menyiapkan washlap, handuk, baskom berisi air, desinfektan (larutan
klorin 0,5%) dan sabun.
4. Plester kedap air, kapas pembalut, sisir, dan pewangi.
5. Kantong jenazah / plastik
6. Brankar jenazah
7. Kacamata pelindung.
- 15 -
12. Bersihkan bekas tempat memandikan dengan larutan klorin 0,5%.
13. Lepaskan perlengkapan kewaspadaan universal (sesuai protap pemakaian
kewaspadaan universal).
b. Menggunakan bayclin
1) Menyiapkan 22,5 liter air.
2) Menyiapkan 2,5 liter bayclin.
3) Mencampurkan bayclin ke dalam air.
4) Aduk sampai larut sempurna.
5) Membagi ke dalam dua bak yang berbeda.
- 16 -
Tata Cara Memandikan Jenazah Menurut Agama Islam
1. Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup serta diutamakan membujur menghadap
kiblat dengan kepala di sebelah kanan (bagi pasien pemeluk agama Islam yang
meninggal).
2. Lepaskanlah seluruh pakaian yang melekat dan menutup, serta pengikat dagu dan
pergelangan tangan.
3. Tutuplah bagian aurat sekenanya.
Gambar 4. Penyiraman jenazah dimulai dari kepala bagian kanan terus ke bawah
9. Mulai menyiram anggota wudhu secara urut, tertib, segera, dan rata hingga 3 kali
serta memulainya dari anggota wudhu sebelah kanan.
- 17 -
Gambar 5. Penyiraman dimulai dari kanan ke kiri
- 18 -
5) Di bawah dan di atas pergelangan tangan
6) Kedua pergelangan kaki
7) Kedua lingkar mulut.
d. Mengkafani jenazah
Bagi jenazah pria :
1) Tutuplah segitiga kain putih di bagian rambut kepala dengan ikatan
pada dahi.
2) Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya.
3) Katupkan lipatan tutup celana dalamnya.
e. Bagi jenazah wanita :
1) Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang kepala.
2) Tutupkan kain mukena pada rambut kepala
3) Tutupkan belahan kain baju pada dadanya
4) Lipatkan kain basah melingkar badan, perut, dan auratnya di atas
penutup celana dalamnya.
f. Katupkan dengan melingkarkan badannya dengan kain kafan secara rapat,
tertib, dan menyeluruh.
16. Pengkafanan jenazah infeksius (jika diminta keluarga pasien)
a. Letakkan jenazah membujur di atas kain kafan, dalam keadaan tertutup
selubung kain kafan (jangan sampai jenazah telanjang secara terbuka).
b. Tutuplah tujuh lubang, yaitu 2 mata, 2 telinga, 2 lubang hidung, 1 pusar
dengan bulatan kapas yang ditaburi serbuk kapur barus.
c. Tutup lembaran kapas yang ditaburi serbuk kapur barus pada :
1) Wajah
2) Leher kanan dan kiri
3) Ketiak kanan dan kiri
4) Lengan siku kanan dan kiri
5) Di bawah dan di atas pergelangan tangan
6) Kedua pergelangan kaki
7) Kedua lingkar mulut.
- 19 -
d. Bungkus dengan plastik.
e. Mengkafani jenazah
Bagi jenazah pria :
1) Tutuplah segitiga kain putih di bagian rambut kepala dengan
ikatan pada dahi.
2) Katupkan tutup dada melalui lubang pada lehernya.
3) Katupkan lipatan tutup celana dalamnya.
Bagi jenazah wanita :
1) Letakkan tiga pintalan rambut ke bawah belakang kepala.
2) Tutupkan kain mukena pada rambut kepala
3) Tutupkan belahan kain baju pada dadanya
4) Lipatkan kain basah melingkar badan, perut, dan auratnya di atas
penutup celana dalamnya.
f. Katupkan dengan melingkarkan badannya dengan kain kafan secara rapat,
tertib, dan menyeluruh.
- 20 -
Tahapan Pemulasaran Jenazah Menurut Agama Kristen
1. Memandikan jenazah
Lihat prosedur memandikan jenazah
2. Pemakaian baju atau gaun untuk jenazah
Terdapat beberapa ketentuan dalam memilih pakaian untuk jenazah yang
beragama Kristen :
Jika jenazah adalah seorang gadis, maka dipakaikan baju pengantin.
Jika jenazah adalah seseorang yang sebelumnya telah menikah, maka
dipakaikan gaun (dress) untuk wanita dan jas untuk laki – laki.
3. Mengawetkan jenazah
Lihat bagian Embalming dan Pengawetan Jenazah.
4. Merias jenazah
Merias jenazah dapat dilakukan oleh salah satu anggota keluarga ataupun petugas
dari rumah duka dengan tetap memperhatikan kewaspadaan universal. Bagian
yang dirias adalah wajah dan rambut.
- 21 -
Biasanya jenazah akan ditutup dengan kain berwarna kuning keemasan pada
lapisan atasnya.
Untuk jenazah usia lanjut, terdapat pakaian khusus untuk jenazah yang dapat
diperoleh dari Rumah Duka.
Variasi jenis pakaian berganti pada kepercayaan yang dianut keluarga pasien.
3. Mengawetkan jenazah
Lihat bagian Embalming dan Pengawetan Jenazah.
4. Merias jenazah
Merias jenazah dapat dilakukan oleh salah satu anggota keluarga ataupun petugas
dari rumah duka dengan tetap memperhatikan kewaspadaan universal. Bagian
yang dirias adalah wajah dan rambut.
- 22 -
arti tidak berbau dan tidak menularkan bibit penyakit ke sekitarnya selama proses
pengangkutan, maka pengawetan mutlak dilakukan dengan izin dari keluarga pasien dan
pemuka agamanya dengan terlebih dahulu dilakukan komunikasi yang jelas untuk
memberikan informasi dan edukasi. RSU MITRA MEDIKA mengharuskan pembuatan
surat pernyataan pemberian izin pengawetan jenazah khusus untuk pasien yang memeluk
agama Islam.
- 23 -
RSU MITRA MEDIKA masih melakukan pengawetan jenazah secara sederhana
melalui abbocath atau kateter vena sentral yang masih terpasang, diikuti
penyuntikan pada beberapa rongga tubuh seperti rongga dada dan rongga perut.
Tanda – tanda bahwa jenazah telah diawetkan dengan baik adalah :
Perut semakin keras.
Keluarnya cairan dari saluran pencernaan.
Mata menjadi merah karena adanya perubahan tekanan okular mata yang
menjadi tinggi.
Perubahan warna pada tubuh jenazah.
- 24 -
Hal – Hal Khusus Pada Pemulasaran Jenazah untuk Jenazah penderita HIV dan
AIDS
A. Prinsip Dasar :
1. Selalu menerapkan kewaspadaan universal (memperlakukan setiap cairan
tubuh, darah, dan jaringan tubuh manusia sebagai bahan yang infeksius.
2. Pastikan jenazah sudah didiamkan selama kurang lebih 4 (empat) jam sebelum
dilakukan perawatan jenazah. Ini perlu dilakukan untuk memastikan kematian
seluler (matinya seluruh sel dalam tubuh).
3. Tidak mengabaikan budaya dan agama yang dianut.
4. Tindakan petugas mampu mencegah penularan.
B. Ketentuan Umum :
1. Semua petugas yang menangani jenazah sebaiknya telah mendapatkan vaksinasi
hepatitis - B sebelum melakukan pemulasaran jenazah. (Catatan : efektivitas
vaksinasi hepatitis B selama 5 tahun).
2. Hindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
3. Luka dan bekas suntikan pada jenazah diberikan desinfektan.
4. Semua lubang – lubang tubuh ditutup dengan kasa adsorben dan diplester kedap
air.
5. Badan jenazah harus bersih dan kering.
6. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
7. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik untuk pengawetan atau otopsi, kecuali
oleh petugas khusus.
8. Dalam hal tertentu, autopsi hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari direktur Rumah Sakit. Proses autopsi tidak dilakukan di Rumah Sakit Deli,
melainkan jenazah dikirim ke Bagian Forensik Rumah Sakit Umum Pirngadi.
C. Penanganan Alat – Alat yang Sudah Terkontaminasi dengan Cairan Tubuh Jenazah
Penderita
HIV – AIDS
1. Dekontaminasi Alat – Alat
- 25 -
Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang dilakukan agar alat – alat kesehatan
dapat ditangani secara aman oleh petugas pembersih alat medis. Alat kesehatan
yang dimaksud adalah meja pemeriksaan, alat – alat bedah, sarung tangan, dan
peralatan lainnya yang terkontaminasi cairan tubuh dari jenazah penderita HIV –
AIDS. Alat kesehatan yang digunakan direndam dalam larutan desinfektan, yaitu
larutan chlorine 0,5% selama 10 0 20 menit. Dekontaminasi peralatan yang tidak
dapat direndam, misalnya permukaan meja dapat dilakukan dengan menggunakan
lap yang dibasahi dengan desinfektan.
3. Sterilisasi
Macam – macam sterilisasi yang biasa dilakukan :
a. Sterilisasi fisik
Pemanasan basah, untuk koagulasi dan denaturasi protein.
Dilakukan pada suhu 121 derajat Celcius selama 20 – 30 menit.
Pemanasan kering, yaitu melalui oven. Digunakan untuk
membunuh spora. Pemanasan dilakukan pada suhu 150 – 170
derajat Celcius selama 30 menit.
b. Sterilisasi kimiawi
Formaldehide 8% digunakan untuk merendam alat kesehatan. Zat
ini tidak dianjurkan karena dapat mengiritasi kulit, mata, dan
saluran nafas.
Gas etilen oxide, merupakan gas beracun. Digunakan untuk alat
yang tidak tahan panas, misalnya karet, plastik, kabel, dan lain –
lain.
- 26 -
4. Desinfeksi Tinggi Tinggi
Desinfeksi tingkat tinggi adalah suatu proses yang menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme namun tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna
seperti tetanus dan gas gangren. Cara melakukan DTT :
Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.
Rendam dalam desinfektan kimiawi.
- 27 -
BAB VI
LOGISTIK
Penyediaan peralatan dan bahan pengawet untuk proses pemulasaran dan pengawetan
jenazah di Unit Kamar Jenazah diperoleh dari :
1. Peralatan medis seperti sarung tangan, jarum suntik, kasa pembalut, perekat kedap
air, dan formalin diperoleh dari Unit Farmasi melalui pengamprahan setiap kali
dijumpai pasien yang meninggal.
2. Alat pelindung diri single use lainnya diperoleh dari Unit Logistik dan URT
dengan ketentuan satu set diletakkan di Unit Kamar Jenazah sebagai stok.
3. Alat pelindung diri yang re-used diperoleh melalui pengajuan permintaan ke Unit
Logistik dan URT untuk penambahan atau penggantian alat pelindung diri yang
rusak / tidak layak pakai.
- 28 -
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
- 29 -
BAB VIII
PENUTUP
- 30 -