Kerajaan Sriwijaya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Kerajaan Sriwijaya

Diperkirakan kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke 7 Masehi dan manganut kepercayaan
Buddha di Sumatera Selatan. Bukti tentang kerajaan Sriwijaya tersebut pun masih
berkembang sampai abad ke-14 Masehi, dari adanya beberapa buah prasasti yang ditemuka di
daerah tersebut. Bahkan di Bangka, Ligor, Malaysia, dan Nalanda, India Selatan juga
ditemukan prasasti yang serupa. Namun letak pasti wilayah pusat kerajaan Sriwijaya sukar
untuk dibuktikan, tetapi pengaruh serta kebesaran kerajaan Sriwijaya sangat nyata. Karena
terbukti dari adanya berita orang Arab, India dan Negara bagian China zaman itu menjalin
hubungan dengan kerajaan Sriwijaya.

Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya


Dari sejarah besarnya Kerajaan Sriwijaya tentu tidak dapat dikemukakan tanpa ada bukti fisik
dari sejarawan. Berikut ini beberapa bukti bahwa nama Sriwijaya sudah terkenal saat
perdagangan internasional kala itu, berbagai sumber dibawah ini merupakan bukti
keberadaan Kerajaan Sriwijaya.
Pada berita Arab menerangkan bahwa pedagang Arab melakukan perdangan dengan Kerajaan
Sriwijaya kala itu, bahkan sampai-sampai disekitar Sriwijaya ditemukan bekas peninggalan
perkampungan orang Arab saat itu.
Ditempat berbeda, berita di India pun menyebutkan bahwa kerajaan Sriwijaya pernah
melakukan hubungan dengan Kerajaan wilayah India seperti Colamandala dan Nalanda,
sampai-sampai kerajaan Nalanda mendirikan prasasti tentang kerajaan Sriwijaya.
Diketahui juga bahwa para pedagang China sering singgah ke Kerajaan Sriwijaya sebelum
mereka melanjutkan perjalanan ke wilayah India dan Arab. Dan mereka menyebutkan bahwa
pada abad ke-7 di Sumatera telah berdiri beberapa kerajaan seperti Kerajaan Tulang Bawang,
Melayu, dan Sriwijaya. Keberadaan Sriwijaya ini juga dapat ditemukan dari ceri pendeta
Buddha dari TIongkok, I-tsing. Pada masa itu, tahun 671 Masehi, Dia berangkat dari Kanton
ke India, kemudian singgah di Sriwijaya selama 6 bulan hanya untuk belajar bahasa
Sanskerta. Namun pada tahun 685 Masehi, dia kembali lafi ke Sriwijaya dan menetap 4 tahun
lamanya untuk menerjemahkan berbagai kitab suci Buddha dan bahasa Sanskerta ke bahasa
Tionghoa. Namun dia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut sendiri, maka pada tahun
689 Masehi, dia kembali ke Kanton untuk mencari orang yang dan dapat membantunya dan
segera untuk kembali ke Sriwijaya. Pada tahun 695 Masehi, I-tsing kembali ke Tiongkok.
Raja-raja Kerajaan Sriwijaya
Dari semua sejarah yang diterangkan diatas, maka sangat banyak sekali raja yang memimpin
kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhan kerajaan Sriwijaya, berikut ini Raja-raja sriwijaya yang
pernah memerintah kerajaan.
1. Daputra Hyang : Raja ini diketahui pernah memimpin Sriwijaya dari prasasti
Kedudukan Bukit (683 M). Pasa masa itu, pemerintahan Raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah kekuasaan sampai ke daerah Jambi. Dan sejak itu, Raja Dapunta
Hyang bercinta-cinta memiliki pemerintahan Sriwijaya dengan kerajaan bercorak
maritim.
2. Dharmasetu : Raja ini diketahui pernah memimpin kerajaan Sriwijaya dan
mengembangkan kerajaan Sriwijaya sampai ke Semenanjung Malaya. Bahkan
kerajaan Sriwijaya dapat membangun sebuah pangkalan di Ligor. Selain itu juga,
kerajaan Sriwijaya mampu menjalin hubungan dengan India dan China kala itu. Maka
dari itu, setiap kapal yang berlayar dari India maupun China selalu singgah di
pangkalan Sriwijaya.
3. Balaputradewa :Raja Balaputradewa diketahui dari bukti Prasasti Nalanda. Balaputra
diketahui memimpin kerajaan Sriwijaya pada abad ke-9. Kala itu kerajaan sriwijaya
berkembang sangat pesat dan menjadi kerajaan yang besar dan menjadi pusat
keagamaan Buddha di Asia Tenggara. Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan
dengan kerajaan di India seperti Cola dan Nalanda. Balaputradewa sendiri merupakan
keturunan dari Dinas Syailendra, yakni putera dari Raja Samaratungga dengan Dewi
Tara.
4. Sri Sudamaniwarmadewa : Saat masa kepimimpinannya Raja Sri
Sudamaniwarmadewa, Sriwijaya pernah mendapat serangan dari Raja Darmawangsa
dari Jawa Timur. Tetapi serangan tersebut dapat digagalkan oleh tentara Sriwijaya
dibawah kemimpinan Sri Sudamaniwarmadewa.
5. Sanggrana Wijayattunggawarman : Pada masa pemerintah Raja Sanggrana
Wijayattunggawarman, kerajaan Sriwijaya kembali mendapat serangan dari kerajaan
Cola, dibawah kemimpinan Raja Rajendra Chola. Kerajaan Sriwijaya berhasil direbut
oleh kerajaan Chola dan Sanggrana Wijyattunggawarman ditahan. Tetapi, pada
pemerintahan Kulottungga I kerajaan Chola, Raja Sanggrama WijayaTunggawarman
dibebaskan.
Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaannya saat kepemimpinan Raja Balaputradewa
pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur maritim Asia Tenggaara. Wilayah Kerajaan
Sriwijaya meliputi hampir seluruh Kalimantan Barat, Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya,
Thailand, Vietnam, Filipina, dan Kamboja. Oleh karena itu, Kerajaan Sriwijaya
mengendalikan rute perdagangan lokal dengan mengenakan bea cukai kepada kapal yang
melewatinya. Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaan dari pelabuhan dan
perdagangan yang melayani pasar tiongkok dan india.
Sriwijaya disebut sebagai kerajaan maritim yang mempunyai angkatan laut yanng luar biasa
dan memiliki wilayah perairan yang sangat luas. Saking luasnya wilayah tersebut, kerajaan
Sriwijaya juga disebut sebagai Nusantara pertama.
Kerajaan Sriwijaya dijadikan pusat pendidikan agama Buddha.
Kerajaan Sriwijaya menjadikan perdagangan sebagai pusat ekonomi, karena Palembang
menjadi jalur perdagangan internasional dan nasional. Sehingga banyak kapal yang singgah,
dan menjadikan pemasukan dari pajak bea cukai yang ditetapkan.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Awal mula runtuhnya kerajaan Sriwijaya adalah ketika Raja Rajendra Chola sebagai
penguasa Kerajaan Cholamandala menyerah pada tahun 1007 dan 1023 M dan berhasil
merebut bandar kota Sriwijaya. Perang ini terjadi karena persaingan antar kerajaan dalam
bidang pelayaran dan perdagangan. Selain itu juga beberapa faktor kemunduran seperti
dibawah ini membuat runtuhnya kerajaan Sriwijaya :
Lemahnya kotrol pemerintahan pusat, membuat banyak daerah yang melepaskan diri dari
kerajaan Sriwijaya.
Perubahan yang terjadi pada letak kerajaan Sriwijaya. Faktor geofrafis ini mengakibatkan
perubahan yang erat dengan pengendapan lumpur di Sungai Musi. Sehingga membuat letak
ibu kota Sriwijaya tidak dekat lagi dengan pantai. Sehingga mengakibatkan ibu kota
Sriwijaya tidak diminati oleh pedagang luar negeri.
Perkembangan politik yang terjadi di India dan Jawa. Sehingga membuat Sriwijaya mendapat
serangan dari Raja RajendraChola dari kerajaan Cholamandala tahun 1017. Dan pada tahun
1025, serangan itu terjadi lagi sehingga membuat kerajaan Sriwijaya kalah dan Raja Sri
Sanggramawijayattunggawaran ditahan oleh Cholamandala.
Sriwijaya banyak sekali meninggalkan bukti sejarah peradaban kerajaan, berupa prasasti
kuno. Prasasti tersebut antara lain :
 Kedukan Bukit
 Karang Berahi
 Talang ibo
 Palas Pasemah
 Telaga Batu
 Kota Kapur

Anda mungkin juga menyukai