Hordeolum Eksternum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

“HORDEOLUM EKSTERNUM”

Disusun Oleh:
Randi Suharlian(2013730088)

Dokter Pembimbing :
dr. Amelia, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK STASE MATA RS ISLAM JAKARTA


PONDOK KOPI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. d
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar
II. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien mengeluh adanya benjolan pada kelopak atas mata kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Mata RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan benjolan pada kelopak atas
mata kiri sejak 1 minggu lalu. Awalnya timbul benjolan kecil kemerahan kemudian
semakin lama membesar yang menyebabkan kelopak mata kiri atas menjadi merah dan
bengkak. Benjolan ini juga terasa nyeri bila ditekan. Pasien juga mengeluh kelopak mata
terasa panas, menjadi terasa berat, seperti ada yang mengganjal, rasa kelilipan dan merasa
tidak nyaman. 2 hari SMRS di benjolan terdapat pus (+). Pasien menyangkal adanya keluar
kotoran dari mata. Mata berair, merasakan silau, rontok bulu mata pada kedua mata
disangkal

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pernah mempunyai keluhan yang sama 6 bulan yang lalu pada mata kanan, tetapi benjolan
sembuh sendiri.
Riwayat sakit mata sebelumnya (-)
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:


Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini sebelumnya

Riwayat Alergi:
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap cuaca, makanan dan obat

Riwayat Trauma:
Pasien menyangkal adanya riwayat trauma

Riwayat Psikososial:
Pasien mengaku sering mengucek mata saat mata terasa gatal atau kering

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda Vital
Suhu : Tidak diukur
Nadi : 80 x /menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Respirasi : 20x/menit

Status Generalisata
Kepala : Mata : Pada status ophthalmicus
Hidung : Tidak dijumpai kelainan
Leher : Tidak dijumpai kelainan
Thorax : Tidak dijumpai kelainan
Abdomen : Tidak dijumpai kelainan
Ekstremitas Superior/ Inferior : Tidak dijumpai kelainan

Status Oftalmologi

Benjolan

Oculi Dextra PEMERIKSAAN Oculi Sinistra

6/6 Visus 6/6


Ortoforia Kedudukan Bola Mata Ortoforia
Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Gerakan Bola Mata

Edema (-), Hiperemis (-), Edema (+), Hiperemis (+),


Palpebra Superior
Benjolan (-) Benjolan (+), Pus (+)
Edema (-), Hiperemis (-), Edema (-), Hiperemis (-),
Palpebral Inferior
Benjolan (-) Benjolan (-)
- Injeksi siliar (-) - Injeksi siliar (-)
- Injeksi konjungtiva (-) Conjungtiva - Injeksi konjungtiva (-)
- Injeksi episklera (-) - Injeksi episklera (-)
- Jernih (+) - Jernih (+)
- Infiltrate (-) - Infiltrate (-)
- Edema (-) Kornea - Edema (-)
- Ulkus (-) - Ulkus (-)
- Hipopion (-) - Hipopion (-)
- Kedalaman sedang CoA - Kedalaman sedang
- Hifema (-) - Hifema (-)
- Hipopion (-) (Camera Oculi Anterior) - Hipopion (-)

Sinekia (-) Iris Sinekia (-)


- Bulat - Bulat
- Isokor Pupil - Isokor
- Refleks cahaya (+) - Refleks cahaya (+)
Jernih Jernih

Pseudofakia (-) Lensa Pseudofakia (-)

Afakia (-) Afakia (-)


Tidak dikaji Vitreus Humor Tidak dikaji

IV. RESUME
Pasien datang ke Poli Mata RSIJ Pondok kopi dengan keluhan benjolan pada
kelopak mata kiri atas sejak 1 minggu lalu. Awalnya timbul benjolan kecil kemerahan
kemudian semakin lama membesar yang menyebabkan kelopak mata kiri atas menjadi
merah dan bengkak. Benjolan ini juga terasa nyeri bila ditekan. Pasien juga mengeluh
kelopak mata terasa panas, menjadi terasa berat, seperti ada yang mengganjal, rasa
kelilipan dan merasa tidak nyaman. Pada Pemeriksaan Visus, OD : 6/6 OS : 6/6. Pada
pemeriksaan oftalmologis, palpebral superior OS edema, hiperemis, pus, dan terdapat
benjolan.

V. DIAGNOSIS
Hordeolum Eksternum okuli sinistra

VI. DIAGNOSA BANDING


 Kalazion OS
 Kista
VII. TERAPI
 Membersihkan mata dengan menggunakan shampo bayi
 Kompres hangat
 Antibiotik

VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quoa ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

IX. EDUKASI
 Beritahu pasien untuk tidak mengucek mata saat nyeri pada mata
 Menjaga kebersihan mata dengan membersihkan bulu mata menggunakan sampo
bayi
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI PALPEBRA

ANATOMI DAN FISIOLOGI PALPEBRA


Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedang
di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada
kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada
kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra.
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M. Levator
Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas
berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II
n. V.
1. Kelenjar :
a. Kelenjar Sebasea
b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat
c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga
menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan
sebum (minyak).

2. Otot-otot Palpebra:
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak.
Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M.
Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.Fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas dengan sebagian
menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh
N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

Terdapat 3 gerakan palpebra


1. Menutup mata, dilakukan oleh m. orbicularis oculi dipersarafi oleh N. VII dan relaksasi oleh
m. levator palpebra superior.
 M.riolani menahan bagian belakang palpebra terhadap dorongan bola mata.
2. Membuka mata
 kontraksi m.levator palpebra superior (N.III).
 M.Muller mempertahankan mata tetap terbuka
3. Proses Berkedip
refleks (didahului stimuli) dan spontan (tdk didahului stimuli) → kontraksi m. orbicularis oculi
pars palpebralis.

3. Di dalam kelopak mata terdapat :


a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom
yang bermuara pada margo palpebra.
b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan
c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah di
kelopak bawah)
d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae
e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan
musin.
AIR MATA

Diproduksi oleh sistem kelenjar air mata :


1. Glandula lacrimalis asesorius Krause
dan Wolfring (sekresi dasar)
2. Glandula lakrimalis utama mayor
(sekresi refleks).

Fungsi air mata :


1 Melicinkan permukaan optik bola mata
2. Media pelepasan sel ‘desquamasi’.
3. Suplai oksigen ke kornea
4. Antimikroba
5. Lubrikasi pergesekan palpebra dan kornea
6. Mencegah pengeringan permukaan luar bola mata.

Lapisan air mata :


1. Lapisan lipid (atas), diproduksi oleh glandula meibom.
 Memperlambat menguapan air mata
 Mempertahankan barier hidrofobik
 Mempertahankan tear meniskus
2. Lapisan akuous (tengah), diproduksi oleh kelejar Krause Wolfring.
 Suplai oksigen
 Antimikroba
 Meratakan permukaan kornea
 Membersihkan kotoran
 Mengatur fungsi sel-sel epitel kornea

3. Lapisan mucin (bawah), diproduksi oleh sel-sel goblet


 Mengubah sifat hibrofobik ke hidrofilik epitel kornea
 Menyediakan lubikasi untuk palpebra
Tes fungsi Air Mata dinamakan Schirmer Test
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI HORDEOLUM
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna
yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss dan Moll.

ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang
disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri Stafilokokus). Hordeolum
sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah
blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara berulang.

PATOGENESIS
Hordeolum eksternum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.

GEJALA DAN TANDA


1. Gejala
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi
kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah kelopak yang membengkak,
meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di tengah daerah yang membengkak
seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong
nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.
2. Tanda
Palpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering disertai blefaritis,
konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan umum, acne vulgaris. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa muda.

Gambar. Hordeulum Externum( Kanan) Hordeulum Internum (Kiri )

PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun
tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik)
maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan hordeolum
adalah sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B,
Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama
7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
- Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin.
Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan
antibiotik atopikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis
antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan
masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat simptomatis
(mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya : Asetaminofen,
Asam mefenamat, Ibuprofen, dan sejenisnya.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan pantokain tetes
mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah dilakukan
insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami
penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan
kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.
BAB IV

KESIMPULAN

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Hordeolum internum timbul dari
infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Hordeolum adalah infeksi akut pada
kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya
disebabkan oleh bakteri Stafilokokus). Hordeolum bisa timbul secara berulang. Penatalaksanaan
pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu. Namun tak
jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes mata antibiotik)
maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral dan disertai kompres hangat. Prognosis
umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan
dengan sendirinya
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2. Michael JB. Hordeolum. 2010. Available from :

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=enIid&u=http://emedicine.medscape.com/artic

le/798940-overview

3. Vaughan, Daniel G., dkk. 2007. Oftalmologi Umum, edisi 17. Jakarta: EGC.

4. Waspadai Gejala Hordeolum (stye). Available from : http://www.spesialis.info/?waspadai-gejala-

hordeolum-(stye)

5. Hordeolum alias Timbalen. Available from :

http://www.cakmoki86.wordpress.com/2009/10/18/hordeolum-alias-timbalen

Anda mungkin juga menyukai