Laporan Pendahuluan Fraktur Antebrakhi
Laporan Pendahuluan Fraktur Antebrakhi
Laporan Pendahuluan Fraktur Antebrakhi
oleh
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR ANTEBRACHII
OLEH : Riska Umaroh., S.Kep.
2. Penyebab
Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan tulang
dalam menahan takanan. Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang
menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik, tekanan membengkok yang
menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis tulang yang
menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi, kompresi vertikal
dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah, misalnya pada badan
vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak (Muttaqin, 2008).
3
3. Klasifikasi Fraktur
Menurut Mansjoer (2000), jenis fraktur antebrachii yaitu:
a. Fraktur Colles
Menurut Pearce (2008) fraktur Colles adalah patah transvers dari ujung
bawah radius, kira-kira 2,5 cm diatas pergelangan, pasien terjatuh dalam
keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi
supinasi). Fraktur ini terjadi dengan posisi tangan dorsofleksi, segmen fraktur
distal mengalami angulasi ke arah dorsal dan menyebabkan deformitas seperti
“sendok makan” (dinner fork deformity).
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah
fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan
4
pergeseran dorsal fragmen distal. Fraktur ini yang paling sering ditemukan
pada manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan permulaan
osteoporosis pasca menopause, karena itu pasien biasanya wanita yang
memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terlentang.
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi
oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi
4 tipe yaitu:
1) Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
2) Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
3) Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radio karpal
4) Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radio karpal
5
1) Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radio ulnar
2) Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radio ulnar
3) Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar
4) Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radio karpal
dan sendi radio ulnar
b. Fraktur Smith
Fraktur Smith merupakan kebalikan dari fraktur Colles, dengan angulasi ke
arah anterior (volar) dari fraktur radius. Fraktur ini biasa terjadi pada orang
muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan
dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis
patahan biasanya transversal, kadang intraartikular. Penggeseran bagian distal
radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Patah tulang ini lebih
jarang terjadi.
c. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi
radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan
badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan
berat badan yang memberi gaya supinasi. Gambaran klinisnya bergantung
pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila ringan nyeri dan tegang hanya
dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi pemendekan lengan
bawah. Pada fraktur ini tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi
kedorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.
d. Fraktur Montegia
Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai
dislokasi sendi radius ulna proksimal. Dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan
juga ke posterior. Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna,
7
4. Patofisiologi
Apabila tulang normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut
mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya.
Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur dan akan
terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan
jaringan di sekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan
persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996).
Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan
pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah di dalam fraktur akan
menimbulkan nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat aliran
darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. Setelah fraktur lengkap,
fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cidera
dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan
terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi
pemendekan tulang, dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya
gesekan antara fragmen tulang yang patah.
Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya
merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk
lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang
terjadi pada fraktur Colles. Sebaliknya, jatuh pada permukaan tangan sebelah
dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal ke arah volar seperti yang terjadi
pada fraktur Smith. Pada keduanya masih terdapat komponen gaya ke arah deviasi
radial dan deviasi ulna yang dapat menyebabkan patahnya tulang karpus. Jatuh
pada permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam posisi deviasiradial
dapat menyebabkan fraktur pada tulang navikulare (os skafoid) sedangkan jatuh
dengan tangan dorsofleksi maksimal dapat menyebabkan dislokasi tulang
lunatum.
10
martil perkusi pada kaputmetakarpale pada tangan sikap tinju dan nyeri di
dalam pergelangan tangan padafleksi maupun ekstensi ekstrem.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur menurut American College of
Surgeons Comittee on Trauma dalam Parahita dan Kurniyanta (2012) adalah:
a. Perdarahan arteri
Trauma tajam maupun tumpul yang merusak sendi atau tulang di dekat
arteri mampu menghasilkan trauma arteri. Cidera ini dapat menimbulkan
pendarahan besar pada luka terbuka atau pendarahan di dalam jaringan
lunak. Ekstrimitas yang dingin, pucat, dan menghilangnya pulsasi
ekstremitas menunjukkan gangguan aliran darah arteri. Hematoma yang
membesar dengan cepat, menunjukkan adanya trauma vaskular. Cidera ini
menjadi berbahaya apabila kondisi hemodinamik pasien tidak stabil.
b. Sindroma Kompartemen
Sindroma kompartemen dapat ditemukan pada tempat di mana otot
dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup. Perlu diketahui bahwa kulit juga
berfungsi sebagai lapisan penahan. Kompartemen akibat edema yang
timbul akibat revaskularisasi sekunder dari ekstrimitas yang iskemi atau
karena penyusutan isi kompartemen yang disebabkan tekanan dari luar
misalkan balutan yang menekan.
Tanda dan gejala sindroma kompartemen adalah :
1) Pain (nyeri) bertambah dan khususnya meningkat dengan gerakan pasif
yang meregangkan otot bersangkutan. Nyeri terjadi karena saraf
mendapat tekanan dari luar.
2) Parestesia daerah distribusi saraf perifer yang terkena, menurunnya
sensasi atau hilangnya fungsi dari saraf yang melewati kompartemen
tersebut.
3) Pale atau pucat karena pembuluh darah juga mendapat tekanan dari
luar.
4) Paralysis
14
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi.
Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan menurut James (2003) pada pasien
fraktur diantaranya:
15
8. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000), penatalaksanaan fraktur antebrachii adalah sebagai
berikut:
1) Fraktur Colles
a) Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan imobilisasi
dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku selama 4 minggu. Bila
disertai dislokasi diperlukan tindakan reposisi tertutup. Dilakukan
dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi,
deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah
pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi dilakukan selama 4 -
6 minggu.
b) Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur
dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah
dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
c) Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan
dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar,
dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal,
sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga.
d) Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan
dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu
(kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan
fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan
16
mengurangi rasa nyeri pada tulang yang patah yang telah direduksi
dengan skrup, paku dan pin logam
2) Reduksi terbuka dengan melakukan kesejajaran tulang yang patah
setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemanjangan tulang yang
patah
3) Fiksasi ekterna yaitu mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan
jaringan lunak dimana garis fraktur direduksi, disejajarkan dan
diimobilisasi dengan sejumlah pin yang dimasukkan ke dalam fragmen
tulang.
b. Gips
Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk
tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah :
1) Immobilisasi dan penyangga fraktur;
2) Istirahatkan dan stabilisasi;
3) Koreksi deformitas;
4) Mengurangi aktifitas;
5) Membuat cetakan tubuh orthotic.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah:
1) Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan;
2) Gips patah tidak bisa digunakan;
3) Gips yang terlalu kecil atau longgar sangat membahayakan klien;
4) Tidak merusak / menekan gips;
5) Tidak memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk;
6) Tidak meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.
c. Traksi (mengangkat/menarik)
Traksi secara umum dilakukan dengan menempatkan beban dengan
tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
18
Intervensi
a) ROM pergelangan tangan fleksi /ekstensi, deviasi radial/ulnaris,
supinasi/pronasi lengan bawah dan berlanjut ke latihan isometrik dan
latihan menahan tahanan menggunakan dumbbell atau band resistif
b) PROM menggunakan beban yang ringan dan memperpanjang latihan
peregangan pada pergelangan tangan
c) Grip penguatan
d) Melakukan latihan ADL dalam batas toleransi klien
3) Rehabilitasi post operasi open reduction internal fixation (orif)
Fase akut (1-3 minggu)
Tujuan
a) Melindungi area pembedahan
b) Mengontrol nyeri dan edema
c) Memelihara ROM di jari-jari, lengan dan bahu
d) Memelihara rentang gerak pergelangan tangan
Intervensi
a) Mengelevasi lengan
b) Melakukan ROM ringan dan perlahan pada pergelangan tangan dan
lengan bawah
c) Melakukan AROM pada jari-jari, lengan dan bahu
c. Nutrisi
Nutrisi merupakan salah satu aspek yang sering dilupakan pada proses
penatalaksanaan fraktur, karena sebagian besar terfokus pada penggunaan
obat, penggantian balutan dan gips, serta fisioterapi saja (Situmorang, 2012).
Asupan nutrisi yang baik seperti cukupnya vitamin A, vitamin D, kalsium,
vitamin C, fosfor, magnesium, dll dapat membantu pertumbuhan dan
pembentukan tulang yang kuat dan sempurna (Smeltzer & Bare, 2002).
Vitamin A sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel, termasuk
perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam
pertumbuhan gigi, demikian halnya pada pasien fraktur. Sedangkan fosfor
digunakan sebagai mineral yang memperkuat struktur tulang bersama dengan
kalsium. Buah-buahan merupakan sumber vitamin A yang baik untuk tulang.
Fosfor terdapat di dalam semua makanan terutama makanan kaya protein
seperti daging, ayam, ikan, telur, susu, dan hasilnya, kacang-kacangan dan
hasilnya, serta serealia (Almatsier, 2001).
24
BAB 2 PATHWAY
Trauma tidak langsung
- jatuh
- Kecelakaan Trauma Langsung Tekanan pada tulang antebrachii
- Hantaman Tidak Mampu menahan energi yang besar
- dll
FRAKTUR
Pergesern fragmen tulang
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer
25
Tindakan infasif
Post Anastesi Luka post operasi
Bidai, Gips, Traksi
Luka Insisi
Penurunan kerja Jaringan Jaringan
Penurunan
medulla oblongata terputus terbuka
Port de entry kerja pons Gangguan
Perdarahan
Mobilitas
Penurunan Merangsang Proteksi
Penurunan kerja Fisik
Resiko Infeksi refleksi batuk area sensorik kurang
Kehilangan otot eliminasi
banyak cairan Akumulasi sekret
Nyeri Akut Invasi Keterbatasan
Penurunan
Resiko Syok peristaltik usus Bakteri Pergerakan fisik
Hipovolemi Ketidak efektifan
k bersihan jalan Resiko Tinggi
nafas Gangguan Infeksi Defisist Perawatan
eliminasi BAB,
Diri
Konstipasi
26
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
a) Nama (Inisial) : …………………………
b) Jenis kelamin : Laki – laki / Perempuan
c) Umur/tgl. Lahir : ………….. / ……………
d) Status Perkawinan : ………………………….
e) Agama : ………………………….
f) Suku/ bangsa : …………………………
g) Pendidikan : …………………………
h) Pekerjaan : …………………………
i) Alamat : …………………………
2) Identitas penanggung
a) Nama lengkap (Inisial) : …………………………..
b) Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
c) Pekerjaan : …………………………..
d) Hub. dengan klien : …………………………..
e) Alamat : …………………………..
b. Keluhan utama
Keluhan yang membuat pasien datang ke rumah sakit. Pada kasus-kasus
fraktur biasanya keluhan utama yang dirasakan yaitu sakit yang sangat
pada daerah terjadinya fraktur. Sebagian besar kasus fraktur, pertama kali
pasien datang langsung mendapatkan penanganan di ruang UGD, jadi
anamnesis dilakukan pada keluarga. setelah pasien diberikan intervensi
dan menunggu pasien untuk memungkinkan dilakukan anamnesis.
c. Riwayat keluhan utama :
a. Mulai timbulnya keluhan atau waktu terjadinya fraktur
b. Sifat keluhan, biasanya pasien mengeluh sakit yang sangat parah di
daerah lokasi fraktur dan bahkan pasien tidak dapat berjalan sendiri
27
g. Pengkajian keperawatan
1) persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan,
2) pola nutrisi/metabolik terdiri dari antropometri, biomedical sign,
clinical sign, diet pattern
3) pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi,
bau, karakter)
4) pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living,status oksigenasi, fungsi
kardiovaskuler, terapi oksigen
5) Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur
6) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan
keadaan indera
7) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri,
dan peran diri
8) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi
9) Pola peran & hubungan
10) Pola manajemen & koping stres
11) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fraktur yang
dialami pasien secara lebih jelas. Pemeriksaan fisik meliputi primary
survey (dilakukan dengan mengetahui keadaan umum pasien) dan
secondary survey (untuk mengetahui gerakan pasien apakah masih
dianggap normal atau tidak).
1) Keadaan umum, tanda vital
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): kepala, mata,
telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, urogenital, ekstremitas,
kulit dan kuku, dan keadaan lokal.
3) Pemeriksaan fraktur
a) Look/inspeksi
Bandingkan dengan bagian yang sehat
29
i. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasienfraktur adalah:
1) Foto rongten digunakan untuk mengetahui lokasi dan garis fraktur.
2) X ray digunakan untuk menentukan jenis fraktur dan mekanisme
terjadinya trauma. Umumnya menggunakan proyeksi anteroposterior
dan lateral.
3) CT scan dapat digunakan untuk menggambarkan anatomi tulang
khusunya pada cedera plafon.
4) MRI digunakan untuk mengkaji adanya cedera pada tulang rawan,
ligament dan tendon.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan fraktur tulang, spasme otot, edema,
kerusakan jaringan lunak
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penonjolan tulang
(fraktur terbuka)
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri/ketidaknyamanan, gangguan fungsi musculoskeletal,
immobilisasi
31
D. RENCANA KEPERAWATAN
cedera
7. Ajarkan teknik 7. Memfokuskan kembali
manajemen stress perhatian,
misalnya relaksasi nafas meningkatkan rasa
dalam kontrol dan
meningkatkan
kemampuan koping
dalam manajemen
nyeri yang mungkin
menetap untuk periode
lebih lama
8. Kolaborasi dengan tim 8. Mengontrol atau
kesehatan lain dalam mengurangi nyeri
pemberian obat analgeik pasien
sesuai indikasi
2 Kerusakan intergritas Setelah dilakukan tindakan 1. Pasien terbebas dari Environment management
keperawatan selama 3X24 cidera 1. Kaji kulit untuk luka 1. Memberikan informasi
kulit/jaringan berhubungan
jam diharapkan cidera/injuri 2. Pasien mampu terbuka terhadap benda mengenai keadaan kulit
dengan immobilisasi, penurunan tidak terjadi menjelaskan cara/metode asing, kemerahan, pasien saat ini
untuk mencegah perdarahan, perubahan
sirkulasi, fraktur terbuka
NOC: injuri/cedera warna
Risk control 3. Pasien mampu 2. Massage kulit, 2. Menurunkan tekanan
menjelaskan faktor pertahankan tempat tidur pada area yang peka
resiko dari kering dan bebas kerutan dan beresiko rusak
lingkungan/perilaku 3. Ubah posisi dengan 3. Mencegah terjadinya
personal sering dekubitus
4. Mampu memodifikasi 4. Bersihkan kulit dengan 4. Mengurang
gaya hidup untuk air hangat kontaminasi dengan
34
paparan informasi yang ada pengetahuan tentang proses kondisi, prognosis, dan kita lakukan terhadap
penyakit dengan benar program pengobatan pasien
2. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi 2. Membantu pasien
NOC: mampu melaksanakan dari penyakit dan mengetahui tanda-tanda
1. Knowledge: disease prosedur yang dijelaskan bagaimana hal ini penyakit dan apa yang
process secara benar berhubungan dengan harus dilakukan
2. Knowledge: health 3. Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi terhadap dirinya agar
behavir mampu menjelaskan dengan cara yang tepat sembuh
kembali apa yang 3. Gambarkan tanda dan 3. Mencegah komplikasi
dijelaskan perawat/tim gejala yang biasa muncul
kesehatan lainnya pada penyakit dengan
cara yang tepat dan
gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
4. Sediakan bagi keluarga 4. Memberikan kebaikan
informasi tentang terhadap keluarga dan
kemajuan pasien dengan pasien
cara yang tepat 5. Memberikan
5. Diskusikan pilihan terapi kepercayaan dan pasien
atau penanganan mau memahami
penjelasan tentang
penyakit dan
pengobatan pasien
38
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa oleh Nike Budhi.
Jakarta: EGC
Long, B.C, 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Bandung: Yayasan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media
Aesculapius: Jakarta.
Smeltzer dan Bare. 2002. Keperawatan Medical Bedah Bruner dan Sudarth.
Jakarta: EGC.