Laporan Kasus Fraktur Antebrachii

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

FRAKTUR ANTEBRACHII

OLEH :
Ni Nyoman Anik Cindi Yuliastini
06700092
Pembimbing :
Dr. Idrus, Sp.OT
Dr. Erwin Era
IDENTITAS
Nama : An. K
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukolilo
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Suku Bangsa : Jawa
MRS : 19 Juli 2012
Tanggal pemeriksaan : 23 Juli 2012
ANAMNESA
Keluhan utama : nyeri pada tangan kanan

Riwayat penyakit sekarang :nyeri pada tangan kanan,


setelah jatuh ketika sedang bermain. Saat kejadian dan
saat MRS pasien sadar. Pusing (-), mual (-), muntah (-
), terdapat tanda tanda patah tulang tertutup pada
lengan bawah tangan kanan.

Riwayat penyakit dahulu : -

Riwayat penyakit sekarang : -


PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisasi
Kesadaran : composmentis
Tensi : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5 C

Kepala / leher : a / i / c / d : -/-/-/-


pupil isokor : +/+
reflek cahaya : +/+
pembesaran KGB :-
Thoraks
inspeksi : simetris, jejas -
palpasi :gerakan nafas simetris, nyeri tekan (-)
perkusi : sonor
auskultasi : Rh -/- Wh -/-
Jantung : S1S2 tunggal
Abdomen
inspeksi : flat
auskultasi : bising usus (+)
palpasi : supel, nyeri tekan (-)
perkusi : timpani
Ekstremitas : akral hangat : + + edema + -
+ + - -
STATUS LOKALISASI
Status lokalis :ekstremitas atas kanan
Inspeksi :luka (-), bengkak (+)
deformitas (+)
Palpasi :nyeri tekan (+), massa (-)
Movement :lengan bawah kanan tidak bisa
diangkat dan digerakkan, nyeri
(+)
Foto Radiologi
ASSESSMENT
CLOSED FRACTURE ANTEBRACHII
DEXTRA 1/3 DISTAL
PLANNING
1. Pemasangan gips dengan GA.
2. Pemberian analgesik injeksi ketorolac 30mg 2 x 1
3. Post op. 1 minggu kemudian kontrol
4. 4 minggu setelahnya, foto rontgen lagi, kalau
penyembuhan baik, gips bisa dilepas
5. Setelah gips dilepas, latihan menggerakkan tangan

Pemeriksaan penunjang :
Foto Rontgen antebrachii dextra AP/LAT
Pendahuluan
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di
negara kita. Ratusan orang meninggal dan
luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini.
Trauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-
lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari
organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini,
secara lazim, disebut sebagai trauma benda
tumpul.
Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam
peristiwa ini, yaitu trauma kepala, fraktur (patah
tulang), dan trauma dada.
Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam
sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering
terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur
vertebra. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai
atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang
paha) memiliki insiden yang cukup tinggi.
FRAKTUR ANTEBRACHII
ANATOMI
Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-
gerakan pronasi dan supinasi. Untuk mengatur
gerakan ini diperlukan otot-otot supinator,
pronator teres dan pronator quadratus. Yang
bergerak supinasi pronasi (rotasi) adalah
radius.
Pada anamnesis didapati nyeri ditempat patah
tulang. Hematom dalam jaringan lunak dapat
terbentuk, sehingga lengan yang patah akan
terlihat lebih besar.
Pada pemeriksaan, jelas ditemukan tanda fraktur.
Pada pemeriksaan neurologis harus diperiksa n.
radialis, karena n. radialis sering mengalami
cedera dapat berupa neuropraxia, axonotmesis
atau neurotmesis. Kalau terjadi hal ini pada
pemeriksaan dijumpai kemampuan dorsofleksi
pada pergelangan tangan tidak ada (wrist drop).
Pemeriksaan Radiologi
Sebelum melakukan pembuatan foto, lengan penderita
dilakukan pemasangan bidai terlebih dahulu. Proyeksi foto AP/LAT.

Penanggulangan
Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan
traksi kearah distal dan mengembalikan posisi tangan yang sudah
berubah akibat rotasi.
Setelah ditentukan kedudukan baru dilakukan immobilisasai
dengan gips sirkular diatas siku. Gips dipertahankan selama lebih
kurang 6 minggu. Kalu hasil reposisi tertutup tak baik, dilakukan
tindakan operasi (open reposisi) dengan pemasanga internal fiksasi
dengan plate-screw.
Komplikasi

Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva


sedang immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi
dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.
Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang
diikuti dengan infeksi atau pada fraktur yang communitiva.
Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang
spongiosa.
Non union : Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen
tulang yang disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi
dengan melakukan bone grafting.
Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips
yang terlalu lama. Hal ini diatasi dengan fisioterapi.
Komplikasi Dini

Compartmen syndrome.
Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi lengan bawah yang
dapat mengancam kelangsungan hidup lengan bawah.
Mekanisme : Dengan terjadi fraktur antebrachii terjadi
perdarahan intra-kompartment tekanan
intrakompartmen meninggi aliran balik darah vena
terganggu oedem tekanan intrakompartmen
makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi
sehingga menyumbat arteri di intrakompartmen.
Gejala : Rasa sakit pada tungkai bawah dan
ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan
bertambah bila jari digerakan secara pasif.
Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat
terjadi paralyse pada otot.
Tekanan intrakompartemen dapat diukur
langsung dengan cara whitesides.
Penanganan : Dalam waktu kurang 12 jam
harus dilakukan fasciotomi.
FRAKTUR
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa dan didapatkan
garis fraktur.
Klasifikasi fraktur
Klasifikasi Etiologis:
1. Fraktur traumatik
2. Fraktur patologis
3. Fraktur stres
Klasifikasi Klinis:
1. Fraktur tertutup (simple fracture)
2. Fraktur terbuka (compound fracture)
Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma :
a. melintang
b. oblik
c. spiral
d. kompresi
e. avulsi

Berdasarkan jumlah garis patah :


a. kominutif : >1 dan saling berhubungan
b. segmental : >1 dan tidak berhubungan
c. multiple : >1 dan pada tulang yang berlainan
tempatnya
Gambaran Klinis Fraktur

Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan
anggota gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak
selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada
daerah lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan
gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain
Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan awal perlu diperhatikan:


Syok, anemia atau perdarahan
Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya
otak, sumsum tulang belakang atau organ-
organ dalam rongga thoraks, panggul dan
abdomen
Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur
patologis
Pemeriksaan lokal

Inspeksi (look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak
untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi
dan pemendekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma
pada organ-organ lain
Keadaan vaskularisasi
Palpasi (feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena


penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-
hal yang perlu diperhatikan:
Nyeri tekan
Krepitasi
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai
bawah untuk mengetahui adanya perbedaan
panjang tungkai
Pergerakan (move)

Periksa pergerakan dengan mengajak penderita


untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang mengalami
trauma.
Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan
akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji
pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,
disamping itu juga dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh
darah dan saraf.
Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan


keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Tujuan pemeriksaan
radiologis:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi
fragmen serta pergerakannya
Untuk menentukan teknik pegobatan
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau
ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Prinsip dan Metode Penanganan
Fraktur
-Penatalaksanaan awal-
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka
diperlukan:
Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah
membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang
bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar
penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.
Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis,
apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh
darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya.
Resusitasi
Prinsip umum pengobatan fraktur

Ada empat prinsip pengobatan fraktur:


Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk
mendapatkan posisi yang dapat diterima.
Retention; imobilisasi fraktur
Rehabilitation; mengembalikan aktifitas
fungsional semaksimal mungkin
Terapi pada fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat


yang memerlukan penanganan segera.
Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra
rumah sakit:
Pembidaian
Menghentikan perdarahan dengan perban tekan
Menghentikan perdarahan dengan perban klem
Tindakan terhadap fraktur terbuka:

Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan


kassa steril serta pembidaian anggota gerak,
kemudian anggota gerak ditinggikan.
Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan
kedudukan fraktur serta tindakan reposisi
terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam
waktu kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)
penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human
globulin.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai