Laporan Kasus Fraktur Antebrachii
Laporan Kasus Fraktur Antebrachii
Laporan Kasus Fraktur Antebrachii
FRAKTUR ANTEBRACHII
OLEH :
Ni Nyoman Anik Cindi Yuliastini
06700092
Pembimbing :
Dr. Idrus, Sp.OT
Dr. Erwin Era
IDENTITAS
Nama : An. K
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sukolilo
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Suku Bangsa : Jawa
MRS : 19 Juli 2012
Tanggal pemeriksaan : 23 Juli 2012
ANAMNESA
Keluhan utama : nyeri pada tangan kanan
Pemeriksaan penunjang :
Foto Rontgen antebrachii dextra AP/LAT
Pendahuluan
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di
negara kita. Ratusan orang meninggal dan
luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini.
Trauma yang terjadi pada kecelakaan lalu-
lintas memiliki banyak bentuk, tergantung dari
organ apa yang dikenai. Trauma semacam ini,
secara lazim, disebut sebagai trauma benda
tumpul.
Ada tiga trauma yang paling sering terjadi dalam
peristiwa ini, yaitu trauma kepala, fraktur (patah
tulang), dan trauma dada.
Trauma kedua yang paling sering terjadi dalam
sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang).
Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering
terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur
vertebra. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai
atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang
paha) memiliki insiden yang cukup tinggi.
FRAKTUR ANTEBRACHII
ANATOMI
Pada ulna dan radius sangat penting gerakan-
gerakan pronasi dan supinasi. Untuk mengatur
gerakan ini diperlukan otot-otot supinator,
pronator teres dan pronator quadratus. Yang
bergerak supinasi pronasi (rotasi) adalah
radius.
Pada anamnesis didapati nyeri ditempat patah
tulang. Hematom dalam jaringan lunak dapat
terbentuk, sehingga lengan yang patah akan
terlihat lebih besar.
Pada pemeriksaan, jelas ditemukan tanda fraktur.
Pada pemeriksaan neurologis harus diperiksa n.
radialis, karena n. radialis sering mengalami
cedera dapat berupa neuropraxia, axonotmesis
atau neurotmesis. Kalau terjadi hal ini pada
pemeriksaan dijumpai kemampuan dorsofleksi
pada pergelangan tangan tidak ada (wrist drop).
Pemeriksaan Radiologi
Sebelum melakukan pembuatan foto, lengan penderita
dilakukan pemasangan bidai terlebih dahulu. Proyeksi foto AP/LAT.
Penanggulangan
Dilakukan reposisi tertutup. Prinsipnya dengan melakukan
traksi kearah distal dan mengembalikan posisi tangan yang sudah
berubah akibat rotasi.
Setelah ditentukan kedudukan baru dilakukan immobilisasai
dengan gips sirkular diatas siku. Gips dipertahankan selama lebih
kurang 6 minggu. Kalu hasil reposisi tertutup tak baik, dilakukan
tindakan operasi (open reposisi) dengan pemasanga internal fiksasi
dengan plate-screw.
Komplikasi
Compartmen syndrome.
Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi lengan bawah yang
dapat mengancam kelangsungan hidup lengan bawah.
Mekanisme : Dengan terjadi fraktur antebrachii terjadi
perdarahan intra-kompartment tekanan
intrakompartmen meninggi aliran balik darah vena
terganggu oedem tekanan intrakompartmen
makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi
sehingga menyumbat arteri di intrakompartmen.
Gejala : Rasa sakit pada tungkai bawah dan
ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan
bertambah bila jari digerakan secara pasif.
Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat
terjadi paralyse pada otot.
Tekanan intrakompartemen dapat diukur
langsung dengan cara whitesides.
Penanganan : Dalam waktu kurang 12 jam
harus dilakukan fasciotomi.
FRAKTUR
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa dan didapatkan
garis fraktur.
Klasifikasi fraktur
Klasifikasi Etiologis:
1. Fraktur traumatik
2. Fraktur patologis
3. Fraktur stres
Klasifikasi Klinis:
1. Fraktur tertutup (simple fracture)
2. Fraktur terbuka (compound fracture)
Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma :
a. melintang
b. oblik
c. spiral
d. kompresi
e. avulsi
Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan
anggota gerak.
Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak
selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada
daerah lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri,
pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan
gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain
Pemeriksaan fisik
Inspeksi (look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak
untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi
dan pemendekan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma
pada organ-organ lain
Keadaan vaskularisasi
Palpasi (feel)