Portofolio IV Jiwa Skizoafektif
Portofolio IV Jiwa Skizoafektif
Portofolio IV Jiwa Skizoafektif
Pendamping :
dr. Agus Sukisno
dr. Binti Ratna Khomsiyatin
AUTOANAMNESIS
Pasien datang baru berobat ke poli jiwa RSUD Pare Kediri pada tanggal 11 Januari 2018,
dengan keluhan sering marah-marah, melempar barang, dan sampai memukul orang jika
kehendaknya tidak dituruti. Penderita juga melihat sesosok pria yang berkulit putih, tinggi, dan
hidungnya mancung. Pria tersebut berbicara seperti menakut-nakuti penderita dan penderita
merasa takut dan juga jengkel.
HETEROANAMNESIS
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita mulai bicara sendiri dan marah-marah tanpa
sebab. Awalnya keluarga masih dapat menangani sikap penderita. Namun akhir-akhir ini
penderita mulai suka melempar barang dan memukul apa saja apabila ada kehendak penderita
yang tidak dituruti oleh keluarga. Akhirnya orang tua penderita membawa penderita ke rumah
sakit untuk mendapatkan penanganan.
STATUS PSIKIATRI:
1. Deskripsi Umum
- Penampilan
Penderita adalah seorang wanita, usia 40 tahun, sesuai umur. Berbaring dan
terfiksasi. Rambut tidak disisir, ekspresi wajah normal. Berpakaian rapi. Kuku
panjang. Disekitar lengan terdapat luka tanda cakar.
- Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara penderita menjawab pertanyaan tetapi jawaban yang diberikan.
Tetapi setelah dikoreksi ke keluarga, ada pertanyaan yang jawabannya tidak sesuai.
- Sikap terhadap pemeriksa
Penderita tidak kooperatif dan bersikap seperti memusuhi.
2. Alam perasaan (mood) dan ekspresi afek
- Mood : Iritabel/Hipertimik
- Afek : Terbatas
3. Karakteristik bicara
Selama wawancara, penderita menjawab semua pertanyaan tetapi terdapat beberapa
jawaban yang tidak benar . Namun sesekali juga penderita mengalihkan pembicaraan,
artikulasi kurang jelas, bicara cepat, intonasi bervariasi. Jika disuruh mengulang jawaban,
penderita pasti langsung menjawabnya dengan intonasi tinggi atau berteriak.
4. Gangguan Persepsi
Penderita mengalami halusinasi auditorik dan visual. Dimana penderita melihat sesorang
pria dengan kulit putih dan hidung tinggi. Dia tidak tahu itu siapa dan sering menakut-
nakuti penderita. Penderita juga mengalami waham kebesaran.
5. Proses Pikir
Bentuk pikiran : Wajar
Isi pikiran : Waham kebesaran
6. Sensorium dan kognisi
- Taraf kesadaran
Secara kualitatif berubah, namun tidak menurun secara kuantitatif.
- Orientasi
Waktu : Baik. Penderita bisa membedakan siang dan malam.
Tempat : Baik. Penderita mengetahui bahwa dirinya berada di RS
Orang : Baik. Penderita dapat mengenali orang-orang disekitarnya.
- Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : Tidak terganggu. Penderita dapat menyebutkan nama
tempat penderita bersekolah dari SD-SMA.
Daya ingat jangka pendek : Tidak terganggu.
Daya ingat segera : Tidak terganggu. Penderita dapat mengulang 6 huruf
dan angka yang diucapkan pemeriksa.
- Kemampuan baca dan menulis
Penderita dapat membaca dan menulis
- Kemampuan visuospasial
Penderita dapat menggambar jam beserta angka-angkanya
- Kemampuan menolong diri sendiri
Penderita dapat mandi sendiri tetapi untuk makan dan minum harus dibantu oleh
keluarga.
- Pengendalian impuls
Penderita sulit untuk mengendalikan amarahnya
- Pertimbangan dan tilikan
Daya nilai sosial : Terganggu
Penilaian realitas : Teranggu
Tilikan : Derajat 2
- Realiabilitas
Penjelasan yang diberikan penderita kadang-kadang tidak dapat dipercaya karena
adanya gangguan jiwa.
2. Riwayat pengobatan:
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
3. Riwayat kesehatan/penyakit :
Pasien belum pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Riw. Sakit hipertensi, diabetes
disangkal. Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, dan belum pernah
berobat ke psikiater.
4. Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama. Tidak ada keluarga pasien yang
memiliki gangguan jiwa.
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien adalah ibu rumah tangga dan belum pernah bekerja di tempat lain.
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :
Penderita mempunyai hubungan yang baik dengan orangtua dan tetangga sekitar rumah.
Namun keluarga mengakui kalau penderita memiliki sikap yang tertutup.
7. Riwayat imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : -
8. Lain-lain :
Riwayat Pendidikan: Penderita sudah menamatkan SMA. Di sekolah penderita termasuk anak
yang rajin dan selalu mendapatkan juara.
Daftar Pustaka :
1. Schizophrenia. In: Hales RE, et al. The American Psychiatric Publishing Textbook of
Psychiatry. 5th ed. Washington, D.C.: American Psychiatric Pub;2008.
http://www.psychiatryonline.com. (akses: 5 Desember 2013)
2. Factsheet: Schizoaffective disorder. Mental Health America. (akses: 5 Desember 2013)
3. Ken Duckworth, M.D., and Jacob L. Freedman, M.D. 2012. Schizoaffective disorder.
(akses: 5 Desember 2013)
4. Schizoaffective disorder. National Alliance on Mental Illness. http://www.nami.org.
Hasil Pembelajaran :
1. Memahami kriteria diagnostik skizoafektif.
2. Memahami diagnosis banding dan penanganannya.
1. Subyektif
Gangguan skizoafektif yaitu suatu gangguan jiwa yang gejala skizofrenia dan gejala afektif
terjadi bersamaan dan samasama menonjol. Onset yang tiba- tiba pada masa remaja, terdapat
stresor yang jelas serta riwayat keluarga berpeluang untuk menderita gangguan skizoafektif.
Prevalensi lebih banyak pada wanita. Berdasarkan national comorbidity study, didapatkan
bahwa, 66 orang yang didiagnosa skizofrenia, 81 % pernah didiagnosa gangguan afektif yang
terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.
Kriteria dignostik untuk gangguan skizoafektif yaitu terdapat gejala skizofrenia dan gejala
gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan atau dalam beberapa hari yang
satu sesudah yang lain tetapi masih dalam satu episode penyakit yang sama. Diagnosa gangguan
ini tidak ditegakkan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan perspektif
tetapi dalam episode penyakit yang berbeda. Gangguan mood kelainan fundamental dari
kelompok gangguan ini yaitu gangguan suasana perasaan yang biasanya mengarah ke depresi
atau ke arahelasi. Gangguan skizoafektif yaitu gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam satu episode penyakit
(tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun gangguan afektif). Pedoman diagnosis
gangguan skizoafektif tipe manik berdasarkan PPDGJ-III yaitu:
1) Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun untuk
gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
2) Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu menonjol
dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak, dan
3) Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala
skizorenia yang khas.
.
2. Obyektif
Berdasarkan riwayat penderita, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang mencetuskan
perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda
klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan serta ditemukan adanya distress
dan disability ringan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat disimpulkan
penderita mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan yang
mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis menimbulkan
disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita selama ini. Adapun
trauma capitis yang dialami penderita tidak bermakna berarti karena pemeriksaan CT-
Scan yang pernah dilakukan oleh penderita memberikan hasil normal. Dengan demikian
gangguan mental organic (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan penderita tidak merokok dan minum-minuman beralkohol.
Penderita juga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga kemungkinan
gangguan mental akibat zat psikoaktif (F10-F19) juga dapat disingkirkan.
Pada aksis 1 ditemukan adanya halusinasi audiotorik dan visual, dan juga ditemukan
adanya gejala negatif. Pada penderita gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan
gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan. Selain itu juga
ditemukan kegelisahan yang memuncak pada penderita. Maka diagnosis pada penderita
ini termasuk dalam “Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Pada aksis II tidak ada diagnosis.Pada aksis III tidak ditemukan adanya kondisi medis
umum yang berkaitan dengan gangguan jiwa yang dialami penderita.
Pada aksis IV ditemukan adanya masalah psikososial, dimana pederita enggan
menceritakan masalahnya kepada orang lain dan tidak bisa bekerja akibat sering sakit
kepala.
Pada aksis V GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
2. Assesment
Aksis I : F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ditemukan adanya kondisi medis umum yang berkaitan dengan gangguan
jiwa yang dialami penderita.
Aksis IV : Ditemukan adanya masalah psikososial. Dimana pendeita enggan menceritakan
masalahnya kepada orang.
Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
3. Plan
Diagnosis: Skizoafektif Tipe Manik
Terapi :
1. Biologik/Psikofarmaka
Monitoring
Vital sign dan keluhan
Edukasi :
Terhadap keluarga
Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai
berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga
keluarga dapat memahami dan menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol
secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.
Memberikan pngertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit.