Case TTN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Presentasi Kasus

NCB-KMK + BBLR + Respiratory Distress ec


Susp. TTN

Oleh:
Amanda Nathania, S. Ked
04054821820149

Oponen:
Nabilla Maharani Gumay, S. Ked Ezi Septyandra, S. Ked
Elvandy Suwardy Tjan, S. Ked Essy Avida Tholibiyah, S. Ked
Defina Yunita, S. Ked Irma Pratiwi, S. Ked
Hendrik Fauzik. Ked Annisa Istiqomah, S. Ked
Jesslyn Juanti, S. Ked

Pembimbing:
dr. Henry Aziz, Sp. A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUD H. M. RABAIN MUARA ENIM
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
NCB-KMK + BBLR + Respiratory Distress ec Susp. TTN

Oleh:
Amanda Nathania, S. Ked 04054821820149

Sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang Fakultas Kedokteran UNSRI.

Muara Enim, Agustus 2018,


Pembimbing

dr. Henry Aziz, Sp. A


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan topik “NCB-KMK + BBLR + Respiratory Distress ec Susp. TTN”
untuk memenuhi tugas laporan kasus yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Henry Aziz, Sp. A selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga presentasi kasus ini dapat memberi
manfaat bagi yang membacanya.

Muara Enim, Agustus 2018

Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS

I. Identifikasi
Nama : By. Ny. Septi Daryanti
Umur : 1 jam (21 Agustus 2018)
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan Lahir : 2150 gram
Panjang Badan Lahir : 45 cm
Agama : Islam
Alamat : Pulau Panggung Semendo Darat Laut
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
No. Med Reg : 24.17.42
MRS : 21 Agustus 2018

II. Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak nafas
Keluhan Tambahan : BBLR

Riwayat Perjalanan Penyakit


Bayi perempuan, lahir di OK RSUD H. M. Rabain, dengan SC atas
indikasi gawat janin dari ibu G2P1A0 hamil aterm. Bayi lahir langsung
menangis. APGAR score 7/8. Berat badan lahir 2150 gram, panjang badan
lahir 45 cm.
Riwayat ibu demam tidak ada, riwayat ketuban pecah sebelum waktunya
tidak ada, riwayat ketuban kental; bau; dan hijau tidak ada. Riwayat injeksi
vitamin K ada.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat ibu hamil dengan gawat janin sebelumnya tidak ada.
Riwayat ibu menderita kencing manis tidak ada.
Riwayat ibu menderita asma tidak ada.
Riwayat Dalam Keluarga
Riwayat gawat nafas dalam keluarga disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak kedua dari pasangan Tn. R usia 37 tahun dengan
pendidikan terakhir SMA dan bekerja sebagai buruh swasta dengan Ny. S usia
29 tahun dengan pendidikan terakhir SD dan tidak bekerja. Penghasilan
perbulan tidak tentu. Kesan: sosial ekonomi menengah ke bawah.

Riwayat Kehamilan
GPA : G2P1A0
HPHT : tidak diketahui
Periksa Hamil : 4 kali di bidan
Kebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan
Minum alkohol : tidak pernah
Merokok : tidak pernah
Makan obat-obatan tertentu : tidak pernah
Penyakit atau komplikasi kehamilan ini : gawat janin

Riwayat Persalinan
Presentasi : kepala
Cara persalinan : seksio caesaria
KPSW : tidak ada
Riwayat demam saat persalinan : tidak ada
Riwayat ketuban kental, hijau, bau : tidak ada

Kondisi Bayi Saat Lahir


Jenis Kelamin : Perempuan
Kelahiran : Tunggal
Kondisi saat lahir : Langsung menangis
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Sesak
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 2150 gram
Panjang badan : 45 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar lengan atas : 10 cm
Aktivitas : aktif
Refleks hisap : lemah
Tangis : lemah
Anemis : tidak ada
Sianosis : ada
Ikterus : tidak ada
Dispnoe : ada
HR : 120 x/menit
Pernapasan : 78 x/menit
Suhu : 36 oC

Keadaan Spesifik
Kepala
Lingkar kepala : 32 cm
Ubun- ubun besar : rata
Mata : nistagmus tidak ada, pupil bulat, isokor, refleks
cahaya (+/+), mata cekung (-), sklera ikterik (-),
konjuntiva anemis (-)
Telinga : bentuk normal, mikrotia (-)
Hidung : napas cuping hidung (-), sekret tidak ada
Mulut : labioskisis (-), hipersalivasi (-)
Trauma lahir : (-)
Leher : tidak ada pembesaran KGB
Thorax : bentuk simetris, retraksi (+) intercostal, subcostal,
suprasternal, epigastrium
Paru-paru : bunyi napas vesikuler (+) normal, rhonki (-),
wheezing (-)
Jantung : bunyi jantung I-II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Genitalia : perempuan, tidak ada kelainan

Refleks Primitif
Oral :+
Moro :+
Tonic neck :+
Withdrawal :+
Plantar graps :+
Palmar graps :+

Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan

IV. Resume
Bayi perempuan, lahir di OK RSUD H. M. Rabain, dengan SC atas
indikasi gawat janin dari ibu G2P1A0 hamil aterm. Bayi lahir langsung
menangis. APGAR score 7/8. Berat badan lahir 2150 gram, panjang badan
lahir 45 cm. Pada pemeriksaan umum didapatkan anak sesak, refleks hisap
lemah, tangis lemah, sianosis (+), dispnoe (+), RR: 78x/menit, napas cuping
hidung (+) terdapat retraksi (+) intercostal, subcostal, suprasternal, dan
epigastrium, Down score = 4.

V. Diagnosis Kerja
Neonatus : neonatus cukup bulan, kurang masa kehamilan +
BBLR + susp. TTN
Lahir : seksio caesaria atas indikasi gawat janin
Ibu : G2P1A0 hamil aterm
Anak : tidak asfiksia, tidak tersangka infeksi, respiratory
distress

VI. Penatalaksanaan
1. O2 head box 10 LPM
2. IVFD D10% + Ca glukonas 7 cc/jam (gtt 7 mikro)
3. ASI via NGT
4. Inj. Ampisilin 3 x 50 mg
5. Inj. Gentamisin 2 x 5 mg
6. Monitoring tanda-tanda gawat nafas
7. Rencana pemeriksaan rontgen thorax dan pemeriksaan darah lengkap

VII.Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam

VIII. Follow Up
Tanggal 21 Agustus 2018, pukul 13.00
S : sesak nafas (+)
O: KU:
Aktivitas : aktif HR : 148 x/menit anemis (-)
Refleks hisap : lemah RR : 78 x/menit ikterik (-)
Tangis : lemah Suhu : 37 oC sianosis (+)
dispnea (+)
Keadaan Spesifik :
Kepala : NCH (-), sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
Thorax : bentuk simetris, retraksi (+) intercostal, subcostal,
suprasternal, epigastrium.
Pulmo : bunyi napas vesikuler (+) normal, rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : bunyi jantung I-II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik

A: NCB-KMK + BBLR + RD ec susp. TTN


P:
 O2 via nasal CPAP
 IVFD D10% + Ca glukonas 7 cc/jam (gtt 7 mikro)
 ASI via syringe pump
 Inj. Ampisilin 3 x 50 mg
 Inj. Gentamisin 2 x 5 mg
 Monitoring tanda-tanda gawat nafas
 Rencana pemeriksaan rontgen thorax dan pemeriksaan darah lengkap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN (TTN)


A. Definisi
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat
yang biasanya berlangsung short-lived (< 24 jam) dan bersifat self-limited serta
terjadi sesaat setelah ataupun beberapa jam setelah kelahiran, baik pada bayi
yang prematur maupun pada bayi yang matur (lahir aterm).

B. Gejala Klinis
 Takipnea (lebih dari 60 x/menit)
 Napas cuping hidung
 Retraksi interkostal
 Sianosis
 Grunting atau merintih saat ekspirasi

C. Anatomi dan fisiologi


Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir salah satunya pada sistem
pernapasan. Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.
Paru berasal dari titik tubuh yang muncul dari faring yang bercabang
membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini berlanjut setelah
kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai jumlah bronchiolus dan alveolus akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan nafas
sepanjang trisemester kedua dan ketiga. Kematangan paru-paru akan
mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru, yang disebabkan oleh
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru,
dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama nafas bayi:
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua rahim
yang merangsang pusat pernapasan otak.
 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernafasan teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-sistem
tersebut harus berfungsi secara normal.
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama
kali. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan.
Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan
membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
parnafasan. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap
pernapasan yang menyebabkan sulit bernapas.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru-paru. Pada saat bayi
melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini akan diperas keluar
paru-paru. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruang
trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan didalam paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Oksigen sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran
udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka, guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
penurunan oksigensi jaringan akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran
darah paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan
sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

D. Etiologi
Penyebab TTN lebih dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang
meningkatkan kejadian TTN pada bayi baru lahir. Faktor risiko TTN pada bayi
baru lahir diantaranya:
 Lahir secara secar
 Lahir dari ibu dengan diabetes
 Lahir dari ibu dengan asma
 Bayi kecil untuk usia kehamilan
Selama proses kelahiran melalui jalan lahir, terutama bayi cukup bulan,
tekanan sepanjang jalan lahir akan menekan cairan dari paru-paru untuk keluar.
Perubahan hormon selama persalinan juga berperan pada penyerapan cairan di
paru-paru. Bayi yang kecil atau prematur atau yang lahir melalui jalan lahir
terjadi dan perubahan hormonal seperti kelahiran normal, sehingga mereka
lebih beresiko mengalami penumpukan cairan di paru-paru saat mereka
menarik napas untuk pertama kali.

E. Patofisiologi
Sebelum lahir paru-paru bayi terisi dengan cairan. Saat di dalam
kandungan bayi tidak menggunakan paru-parunya untuk bernapas. Bayi
mendapatkan oksigen dari pembuluh darah plasenta. Saat mendeteksi
kelahiran, cairan di paru-paru bayi mulai berkurang sebagai respon dari
perubahan hormonal. Cairan juga terperas keluar saat bayi lahir melewati jalan
lahir (tekanan mekanis terhadap thorax). Setelah lahir bayi mengambil napas
pertamanya dan paru-paru terisi udara dan cairan di paru-paru didorong keluar.
Cairan yang masih tersisa kemudian dibatukkan atau diserap oleh tubuh secara
bertahap melalui sistem pembuluh darah atau sistem limfatik. Bayi dengan
TTN mengalami sisa cairan yang masih terdapat di paru-paru atau pengeluaran
cairan dari paru-paru terlalu lambat sehingga bayi mengalami kesulitan untuk
menghirup oksigen secara normal kemudian bayi bernapas lebih cepat dan
lebih dalam untuk mendapatkan cukup oksigen ke paru-paru.

F. Pemeriksaan Penunjang
 Analisis gas darah biasanya akan memperlihatkan hipoksia ringan.
Hipokarbia biasanya didapatkan. Jika ada, hipokarbia biasanya ringan
(PCO2 >55 mmHg). Extreme hypercarbia sangat jarang, namun jika terjadi,
merupakan indikasi untuk mencari penyebab lain.
 Differensial Count biasanya normal pada TTN, tapi sebaiknya dilakukan
pemeriksaan untuk menentukan apakah terdapat proses infeksi. Nilai
hematokrit akan menyingkirkan polisitemia.
 Urine dan Serum Antigen test dapat membantu menyingkirkan infeksi
bakteri.

G. Diagnosis Banding
 Pneumonia/sepsis
Jika neonatus mengalami pneumoni atau sepsis, akan didapat pada riwayat
kehamilan ibu tanda-tanda infeksi, seperti koriomnionitis, ketuban pecah
dini, dan demam. Differenssial count menunjukan tanda neutropenia atau
leukositosis dengan jumlah abnormal dari sel immature. Tes antigen urin
dapat positif bila neonates mengalami group B streptococcal. Jika terdapat
tanda-tanda infeksi seperti diatas, dianjurkan untuk memberikan antibiotik
berspektrum luas. Pemberian antibiotik dapat dihentikan jika didapatkan
hasil kultur yang negative dalam 3 hari.
 HMD
Biasanya terjadi pada neonatus yang premature atau dengan alasan lain akan
tertundanya maturasi paru. Pada rontgen thorak dapat diketahui dengan jelas
pola retikulogranular dengan gambaran etelektasis paru.

H. Penatalaksanaan
Bayi dengan TTN diawasi dengan cermat. Kadangkala dapat diawasi di
NICU (perawatan intensif bayi baru lahir). Pemantauan frekuensi jantung,
pernapasan dan kadar oksigen. Beberapa bayi diawasi dan dipastikan frekuensi
pernapasan menurun dan kadar oksigen tetap normal, lainnya mungkin
membutuhkan oksigen tambahan melalui sungkup, nasal kanul, atau head box.
Jika bayi tetap berusaha keras untuk bernapas meskipun oksigen sudah
diberikan, maka continous positive airway pressure (CPAP) dapat digunakan
untuk memberikan aliran udara ke paru-paru. Dengan CPAP bayi mengenakan
selang oksigen di hidung dan mesin secara berkesinambungan memberikan
udara bertekanan ke hidung bayi untuk membantu paru-paru tetap terbuka
selama pernapasan. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan
ventilator, namun ini jarang terjadi.
Nutrisi dapat menjadi masalah tambahan jika bayi bernapas terlalu cepat
sehingga bayi tidak dapat menghisap, menelan dan bernapas secara bersamaan.
Pada kasus ini maka infus melalui pembuluh darah perlu diberikan agar bayi
tidak dehidrasi dan kadar gula darah bayi tetap terjaga. Dalam 24-48 jam
proses pernapasan bayi dengan TTN biasanya akan membaik dan kembali
normal dan dalam 72 jam semua gejala TTN sudah tidak ada. Jika keadaan
bayi belum membaik maka harus dicari kemungkinan penyebab lainnya yang
mungkin menyertai. Setelah bayi pulih dari TTN umumnya bayi akan pulih
sepenuhnya, dimana bayi boleh dipulangkan. Sebelum pulang berikan edukasi
kepada ibu agar melakukan observasi di rumah dengan memantau tanda-tanda
gangguan pernapasan seperti kesulitan bernapas, tampak biru, sela iga cekung
saat bernapas, bila hal ini muncul segera hubungi dokter dan unit gawat darurat
terdekat.
Antibiotik empiris sering digunakan selama 48 jam setelah lahir, sampai
sepsis telah disingkirkan. Antibiotik yang digunakan umumnya ampisillin dan
aminoglikosida (gentamisin). Pilihan didasarkan pada flora lokal dan kepekaan
antibiotik.

I. Komplikasi
 Hipoksia: karena penanganan terlalu lama, akibatnya terjadi kekurangan
nutrisi pada organ-organ vital (otak, jantung, paru-paru, dan ginjal)
 Asidosis metabolik (hipoglikemi, hipotermia)
BAB III
ANALISIS KASUS

Bayi perempuan, lahir di OK RSUD H. M. Rabain, dengan SC atas indikasi


gawat janin dari ibu G2P1A0 hamil aterm. Bayi lahir langsung menangis. APGAR
score 7/8. Berat badan lahir 2150 gram, panjang badan lahir 45 cm. Berat badan
lahir 2150 gram dengan masa kehamilan aterm diklasifikasikan sebagai berat
badan lahir kecil masa kehamilan (KMK) menurut kurva Lubchenco.
Pada pemeriksaan umum didapatkan anak sesak, refleks hisap lemah, tangis
lemah, sianosis (+), dispnoe (+), RR: 78x/menit, napas cuping hidung (+) terdapat
retraksi (+) intercostal, subcostal, suprasternal, dan epigastrium. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan Down score = 4 (gawat nafas derajat ringan-sedang).
Transient Tachypnea of the Newborn (TTN) merupakan salah satu penyebab
dari distress pernapasan yang merupakan kumpulan dari 2 atau lebih gejala
gangguan ventilasi paru yang ditandai dengan frekuensi nafas > 60 kali/menit,
merintih saat ekspirasi, retraksi interkostal, subkostal, suprasternal, epigastrium,
nafas cuping hidung, serta sianosis. Pada pasien didapatkan faktor risiko
terjadinya TTN, seperti lahir sectio caesaria dan BBL kurang masa kehamilan.
TTN timbul segera atau dalam 1 jam pertama setelah lahir. Pada penderita ini
ditemukan keadaan sesak dalam jam pertama setelah penderita dilahirkan.
Terapi yang diberikan adalah O2 10 LPM via head box dan IVFD D10% +
Ca glukonas 7 cc/jam (gtt 7 mikro). Antibiotik yang digunakan adalah Ampisilin
50 mg secara intravena diberikan 3 kali sehari dan Gentamisin 5 mg secara
intravena diberikan 2 kali sehari. Antibiotika diberikan selama 7-10 hari atau
dihentikan setelah klinis membaik dalam 5 hari. ASI diberikan via NGT.
Dalam pengamatan lebih lanjut tidak didapatkan perbaikan secara klinis
(Down score = 5). RR: 78x/m, terdapat retraksi (+) intercostal, subcostal,
suprasternal, dan epigastrium, serta sianosis menetap walaupun diberi O2.
Sehingga direncanakan pemberian O2 melalui nasal CPAP dan dianjurkan
pemeriksaan penunjang berupa rontgen thorax dan pemeriksaan darah lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul L et al. 2003. Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Anatomi. 2006. Perawatan dan Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Surabaya.
Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II,
Edisi 12, Penerbit EGC, Jakarta.
KN Siva Subramanian, MD et al. 2010. Transient Tachynea of the
Newborn. http://emedicine.medscape.com/article/976914-overviem (diakses
tanggal 21 Agustus 2018)
Tricia Lacy Gomella, MD et al. 2004, Neonatology: Management,
Procedures, On-call Problems. Disease, and Drugs. 5th Edition. USA: Lange
Medical Books/McGraw-Hill.
Waldo E Nelson, MD et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai