Waham Atau Delusi
Waham Atau Delusi
Waham Atau Delusi
Semaraknya aliran sesat saat ini, membuat saya ingin sekali mengungkapkan apa itu waham
atau delusi. Dalam ilmu kedokteran jiwa, dikatakan bahwa waham sering dijumpai pada
penderita gangguan mental yang merupakan salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Waham
atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup dan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Tidak realistik
Tidak logis
Menetap
Egosentris
Diyakini kebenarannya oleh penderita
Tidak dapat dikoreksi
Dihayat oleh penderita sebagai hal yang nyata
Keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat.
1. Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan Penilaian realitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akuat.
2. Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan wlaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal ( Stuart dan Sundeen,
1998 ).
3. Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien.
4. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994)
5. Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam Fundamental of Psychiatric
Mental Health Nursing ( 2006 : 397 ): Thinks he or she has powers and talents that are
not possessed or is someone powerful or famous.
6. Delusi adalah suatu keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, yang
terus ada walaupun bukti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki dasar dalam
realitas. Dalam ilmu psikiatri, delusi diartikan sebagai kepercayaan yang persifat
patologis (hasil dari penyakit atau proses sakit) dan terjadi walaupun terdapat bukti
yang berkebalikan. Sebagai penyakit, delusi berbeda dari kepercayaan yang berdasar
pada informasi yang tidak lengkap atau salah, dogma, kebodohan, memori yang buruk,
ilusi, atau efek lain dari persepsi. Delusi menyudutkan seseorang untuk melakukan
tindakan yang mengacaukan situasi. Seseorang bertindak berdasarkan persepsi salah
yang membuat kita membayangkan respons negatif dari orang lain, karena itu mungkin
sekali orang tersebut justru mendapat reaksi seperti yang dibayangkan sehingga
menguatkan rasa takut.[wikipedia]
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung
Penyebab :
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Presipitasi
1. Penyebab.
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah.
Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Akibat.
Akibat dari waham, klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-
kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang
ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tidak adanta pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya,
saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang
canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat
jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system
semuanya sangat rendah.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
5. Fase comforting.
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien
lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving.
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai
yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ Saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai
negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
b. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ Banyak Polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya,
suster akan meracuni makanan saya “.
c. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyakinan, Contoh : “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya
harus terus-menerus memakai pakaian putih setiapa hari gar masuk surga “.
d. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “ Sumsum Tulang saya kosong, saya pasti terserang
kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran,tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang”.
e. Waham nihilisti
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sudah menghilang dari dunia ini ,semua yang ada di sini adalah roh-roh,
sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”
Kesimpulan
waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan keyataan atau
tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya walau dibuktikan
kemustahilan itu
Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan dari penderita
itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari berbagai
problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
Jenis-jenis waham:
Waham kebesaran
Waham kejar
Waham cemburu
Dll.
SARAN
1. Bahwa waham adalah kondisi dimana pasien mengalami gangguan jiwa, dalam hal ini
kita sebagai perawat seharusnya selalu mengedepankan komunuikasi secara terapeutik
agar pasien wahan bisa tenang dan nyaman apabila bersama kita.
2. Selain itu, pasien dengan gangguan waham sudah selayaknya mendapatkan perhatian
agar proses yang terjadi dalam dirinya agar secepatnya bisa pulih kembali seperti
manusia normal yang lain, oleh karena itu, kita sebagai perawat sudah selayaknya bias
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal kepada mereka yang mengalami
gangguan tersebut.
Gangguan Delusi
Gangguan delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran terdiri dari satu atau lebih delusi.
Delusi diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata
seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau
disakiti. Gangguan delusi dapat terjadi pada siapa saja dengan beberapa kondisi tertentu, tanpa
mestinya adanya gejala yang menunjukkan skizofrenia.
Secara awam orang yang berhadapan dengan pasien memiliki delusi akan terlihat nyata, hal ini
disebabkan ekspresi wajah yang begitu menyakinkan sehingga orang akan mempercayai
dengan apa yang diucapkan oleh individu dengan gangguan delusi tersebut. Pasien akan terlihat
secara normal layaknya orang lain selama tema episode itu berlangsung. Disebut sebagai
gangguan delusi bila kemunculan delusi tersebut bukan disebabkan oleh kondisi medis.
Tipe delusi
Simtom
1. Munculnya delusi atau pikiran aneh-aneh yang merupakan refleksi pemikiran dari
situasi tertentu yang kemudian muncul kedalam kehidupan nyata dengan waktu durasi
minimal selama 1 bulan atau lebih.
2. Simtom berbeda dari skizofrenia bila individu belum pernah mengidap gangguan
tersebut, kecuali diikuti dengan delusi pembauan secara konsisten bersamaan dengan
tema yang ada.
3. Tidak adanya gangguan perilaku (atau bentuk perilaku yang ganjil) dan gangguan
fungsi sosial
4. Gejala mood menyertai gejala delusi yang muncul berlangsung singkat selama
episode delusi berlangsung
5. Ganguan delusi tidak disebabkan oleh penggunaan obat dan kondisi medis tertentu
Faktor penyebab
Banyak faktor kemunculan delusi, berkembangnya atau mood yang tidak stabil mempunyai
pengaruh terhadap kepercayaan-kepercayaan delusi. Misalnya saja pada tipe persecutory dan
cemburu akan memicu munculnya rasa marah dan perilaku kekerasan. Himpitan ekonomi,
banyaknya stressor disekeliling individu dapat memicu munculnya delusi hingga individu
tersebut menjadi penakut. Individu yang mencoba mengobati dirinya dengan sesuatu yang
seharusnya tidak perlu merasakan adanya pengaruh terhadap tubunya merupakan salah satu
gambaran tipe somatic
Treatment
Gangguan delusi jarang sekali dirasakan sebagai suatu problem bagi individu, sehingga mereka
menolak dilakukan intervensi medis, kecuali gangguan tersebut bila dirasakan cukup
mengganggu, kehilangan kontak sosial atau munculnya konflik interpersonal.
Assessment dan diagnosa harus dilakukan dengan hati-hati karena kemunculan delusi
berhubungan erat dengan beberapa gangguan lainnya; skizofrenia, depresi, demensia, delirium,
stress, gangguan keperibadian, penyalahgunaan obat-obatan, narkoba, sakit anggota tubuh,
dsb.
Bagi beberapa pasien dengan gangguan delusi, metode supportif kadang cukup membantu,
keberhasilan metode ini dengan memberikan dukungan kepada pasien untuk mengikuti
treatment secara teratur berupa memberikan pengetahuan dan pendidikan mengenai hubungan
sosial (social-skills training) dan mengurangi resiko dari dampak gangguan delusi seperti
kehilangan rasa peka, isolasi diri, stress dan menghindari terjebaknya dalam perilaku
kekerasan. Disamping itu pasien juga dibimbing dalam menghadapi dunia nyata, bagaimana
menyesuaikan harapan dan pikirannya dengan realistic.
Terapi kognitif juga dapat membantu pasien, ini dilakukan terapis dengan membantu pasien
mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif dengan beberapa pertanyaan yang disesuaikan
dengan pengalaman individu. Selanjutnya terapis memberikan alternative yang lebih adaptif
dan dapat disesuaikan. Diskusi tentang pikiran-pikiran delusi pasien dilaporkan cukup
memberikan kontribusi membaiknya pasien.
Untuk membantu pasien dengan gangguan delusi kadang dibutuhkan teman, anggota keluarga
atau kelompok diskusi, dukungan dari mereka dapat membantu individu menumbuhkan
kembali kepercayaan dan kemampuan dirinya seperti semula. Cara terbaik adalah memberikan
dukungan pendekatan positif dengan pasien berupa kritikan dan nasehat secara terus menerus
sehingga pasien akan mempunyai pengalaman dalam menghadapi stres sehingga tidak
semakim memburuknya delusi tersebut.
Delusi (Waham)
Gangguan delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran terdiri dari satu atau lebih delusi.
Delusi diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam kehidupan nyata
seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu, merasa dirinya sakit atau
disakiti. Gangguan delusi dapat terjadi pada siapa saja dengan beberapa kondisi tertentu,
tanpa mestinya adanya gejala yang menunjukkan skizofrenia.
Secara awam orang yang berhadapan dengan pasien memiliki delusi akan terlihat nyata, hal
ini disebabkan ekspresi wajah yang begitu menyakinkan, sehingga orang akan mempercayai
dengan apa yang diucapkan oleh individu dengan gangguan delusi tersebut. Pasien akan
terlihat secara normal layaknya orang lain selama tema episode itu berlangsung. Disebut
sebagai gangguan delusi bila kemunculan delusi tersebut bukan disebabkan oleh kondisi
medis.
Dalam ilmu kedokteran jiwa, dikatakan bahwa delusi (waham) sering dijumpai pada penderita
gangguan mental yang merupakan salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Waham atau
delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup dan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Tidak realistik, Tidak logis, Menetap, Egosentris, Diyakini
kebenarannya oleh penderita, Tidak dapat dikoreksi, Dihayati oleh penderita sebagai hal yang
nyata, Penderita hidup dalam wahamnya itu, Keadaan atau hal yang diyakini itu bukan
merupakan bagian sosiokultural setempat.
Delusi (Waham) ada berbagai macam, yaitu :
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran yang tidak terkontrol.
Dalam ilmu kedokteran jiwa, dikatakan bahwa waham sering dijumpai pada penderita
gangguan mental yang merupakan salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Waham merupakan
keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri :
Tidak realistik
Tidak logis
Menetap
Egosentris
Diyakini kebenarannya oleh penderita
Tidak dapat dikoreksi
Dihayat oleh penderita sebagai hal yangnyata
Keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosio kultural setempat.
Manifestasi klinik waham yaitu berupa : penderita mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai kenyataan, penderita tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
1. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah ganguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri
rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Akibat
Akibat dari waham, penderita dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai
dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Menarik diri
Tidak peduli lingkungan
Bicara dan tertawa sendiri
Ketakutan
Marah tanpa sebab
Bermusuhan dan curiga
Komunikasi kacau
Perawatan diri terganggu