Bab I Pendahuluan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reaksi pembentukan hanya digunakan dalam analisis kimia,

baik dalam kualitatif maupun dalam analisa kuantitatif. Endapan yang

terjadi merupakan zat yang memisahkan dari suatu fase padat yang

keluar dalam sistem larutan yang dapat berupa kristral atau koloid

yang selanjutnya dapat dikeluarkan melalui proses penyaringan atau

proses pemulsingan. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut

didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan dalam gram

atau dalam mol) yang akan larut dalam volume pelarut tertentu pada

suhu tersebut. Peristiwa pengendapan terjadi bila suatu larutan terlalu

jenuh dengan zat yang bersangkutan sedangkan larutan atau

endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan

jenuhnya. Kelarutan memiliki hubungan yang penting dengan hasil kali

kelarutan. Hubungan hasil kali kelarutan mempunyai nilai yang besar

sekali dalam analisis kuantitaif, karena dengan bantuannya

memungkinkan bukan saja untuk menerangkan, melainkan juga

meramalkan rekasi-reaksi pengendapan. Dengan prinsip hasil kali

kelarutan dapan digunakan dalam pengendapan hidroksida,

pengendapan fraksional dan sebagainya. Oleh karena itu, diadakan

perobaan ini karena sangat pentig bagi seorang mahasiswa untuk


mengetahui metode dan cara penentuan nilai hasil kali kelarutan

suatu zat. (Susilawati, Endang. 2007)

Larutan jenuh merupakan larutan yang sudah tidak dapat

melarutkan zat terlarut lagi. Dengan demikian, penambahan sedikit zat

terlarut akan membentuk endapan. Berdasarkan prinsip

kesetimbangan, dalam larutn jenuh yang mengandung endapan. Jika

berupa larutan elektrolit (garan atu basa), kesetimbangan itu berupa

kesetimbangan zat padat dengan ion-ionnya. Dalam larutan jenuh AgI

terdapat kesetimbangan antara AgI, ion Ag+ dan I -. (Susilawati,

Endang. 2007)

Tetapan kestimbangan dari larutan jenuh disebut tetapan Ksp.

Tetapan Ksp adalah hasil kali kelarutan molar dari ion-ion

penyusunnya yang dipangkatkan koefisien stoikiometrinya yang di

dalam persamaan kesetimbangan. Tetapan Ksp antara lain sebagai

berikut.

Ksp = [ Ag+ ] [ I- ]

Persamaan reaksi kesetimbangan dan tetapan Ksp zat

elektrolit untuk senyawa AmBn yang sukar larut.

AmBn ⇌ mAn+(aq) + nBm-(aq)

(Susilawati, Endang. 2007)


B. Maksud Percobaan

Menentuakan hasil kali kelarutan

C. Tujuan Prinsip

1. Membuat larutan jenuh suatu garam karbonat

2. Menentukan kelarutan garam karbonat

3. Menentuak hasil kali kelarutan garam karbonat

D. Prinsip Percobaan

Berdasarkan pencampuran larutan jenuh dengan Magnesium

Karbonat (MgCO3), NaOH dan HCl serta dengan penambahan FM lalu

diamati perubahan warna yang terjadi dari warna ungu kemerahan

hingga kuning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Ksp senyawa dapat ditentuka dari percobaan laboratorium

dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam

tiap liter larutan) sampai keadaan tetap jenuh. Dalam keadaan itu,

kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau

mengionkan zat terlarut. Kelebihak kali kelarutan sedikin akan menjadi

endapan. Hasil kali kelarutan dalam keadaan sebenarnya merupakan

nilai akhir yang dicapai oleh hasil kali ion-ion ketika kesetimbangan

tercapai antara fase padat garam yang hanya sedikit larut dari larutan

itu. (Syukri, 1999)

Hasil kali konsentrasi dari ion-ion pembentuknya untuk setiap

seuhu tertentu adalah konstan , dengan konsentrasi ion dipangkatkan

bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion yang

bersangkutan. Kelarutan merupakan jumlah zat yang terlarut dapat

larut dalam sejumlah pelarut sampa membentuk larutan jenuh.

Sedangkan hasil kali kelarutan merypakan hasil akhir yang dicapai

oleh hasil kali ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase padat

dari garam yang hanya sedikit larut dalam larutan tersebut. (Keenan,

1991)

Kelaruta endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis

kuantitatif meningkat dengan bertambahnya temperatur. Dengan


beberapa zat pengaruh temperatur ini kecil, tetapi dengan zat –zat lain

pengaruh itu dapat sangat nyata. Jadi kelarutan pada Perak Klorida

pada 10 dan 100o C masing-masing adalah 1,72 dan 21,1 mg dm -3,

sedangkan kelarutan Barium Sulfat pada kedua temperatur itu

masing-masing adalah 2,2 dan 3,9 mg dm-3. Dalam beberap hal, efek

ion sekutu mengurangi kelarutan menjadi begitu kecil sehingga efek

temperatur yang tanpa efek ion sekutu akan kentara menjadi sangat

kecil. (Basel,1994)

Ksp = HKK = Hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari

larutan jenuh sutau elektron yang sukar larut menurut kesetimbangan

heterogen kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit

yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya. Jika konsentrasi ion

total dalam larutan meningkat, gaya tarik ion menjadi lebih nyata dan

aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibandingkan

konsentrasi stoikiometrinya atau terukurnya ion yang terlibat dalam

proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus

terjadi sebelum kesetimbangan tercapai dengan kata lain kelarutan

akan meningkat. (Oxotoby, 2001)

Kelarutan menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut

dalam jumlah tertentu larutan atau pelarut. Kelarutan disimbolkan “s”.

Kelarutan suatu zat bisa juga dinyatakan sebagai massa dalam gram

yang dapat melarut dalam 100 gram pelarut membentuk larutan jenuh

pada suhu tertentu atau mol per liter larutan. Jenis arutan ada 3 yaitu
larutan jenuh, larutan tak jenuh dan larutan lewat jenuh. Larutan jenuh

atau tepat jenuh artinya larutan mengandung batas maksimum jumlah

zat terlarut. Larutan ewat jenuh artinya larutan mengandung jumlah

zat terlarut di atas kemampuan pelarut. Faktor yang memengaruhi

kelrutan antara lain suhu, pengaruh tekanan terhadap kelarutan gas.

Proses yang terjadi selama pelarutan adalah adanya interaksi antara

zat terlarut dengan zat pelarut. Misalnya melarutkan NaCl. (Anonim,

2012)

Senyawa ion yang terlarut dalm ion akan terurai menjadi ion

positif dan ion negatif. Jika dalam larutan jenuh ditambahkan kristal

senyawa ion, maka kristal tersebut tidak akan melarut tetapi

mengendap. Berarti kristal tidak mengalami ionosasi. Bagaimana jika

dalam sistem tersebut ditambahakan air, apa yang terjadi? Kristal

akan larut dan terionisasi. Jika larutan kristal dipanaskan kembali

maka kan terbentuk endapan kristal sehingga dapat dikatakan dalan

sitem tersebut terjadi kesetimbangan. Perhatikan persamaan reaksi

kesetimbangan AgCl berikut.

AgCl(s) ⇌ Ag+(aq) + Cl-(aq)

(Anonim, 2012)

Apabila keadaan kesetimbangan heterogen terdapan larutan

dan padatan, maka hanya molaritas ion-ion saja yang doperhitungkan

dal menentukan harga tetapan kesetimbangan. Hal itu diebabkan

molaritas padatan di dalam larutan jenuh selalu sama. Tetapan


kesetimbangan yang terlalu disebut tetapak hasil kali kelarutan dan

disimbolkan dengan Ksp. (Anonim, 2012)


B. Uraian Bahan

1. Aquadest (FI Edisi III Halaman 40)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air Suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : larut dalam semua jenis larutan

Kegunaan : sebagai pelarut

2. Asam Klorida (FI Edisi III Halaman 53)

Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam Klorida

RM/BM : HCl/36,46

Pemerian : tdak berwarna, berasap, bau merangsang

Kelarutan : jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau

hilang

Kegunaan : zat tambahan

3. Indikator Fenol Merah (DEPKES RI, 1997 Halaman 705)

Nama resmi : FENOL SULFAKTALEIN

Nama lain : Fenol Merah

RM/BM : C6H14O3/318,32

Pemerian : serbul hablur bemacam-macam warna merah tua

sampai merah

Kelarutan : larut dalam air, mudah karut dalam kloroform eter


Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : sebagai indiator

4. Magnesium Karbonat ( FI Edisi III Halaman 351)

Nama resmi : MAGNESI CARBONAS

Nama lain : Magnesium Karbonat

RM/BM : MgCO3/69

Pemerian : putih, tidak berbau tidak berasa

Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam asam encer dan

disertai terjadinya buih yang kuat

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : zat tambahan

5. Natrium Hidroksida (FI Edisi III Halaman 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium Hidriksida

RM/BM : NaOH/40

Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,

kering keras, rapuh, dan menunjukkan susunan

hablur, putih, mudah meleleh basah, sangat

alkalis dan korosif

Kelarutan : sangat mudah larut dala air dan dalam etanol

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : zat tambahan


BAB III
METODE KERJA

A. Alat

1. Buret

2. Corong

3. Erlenmeyer

4. Gelas kimia

5. Pipet volum

6. Statif

B. Bahan

1. Aquadest

2. Larutan baku HCl 0,1 M

3. Larutan baku NaOH 0,1 M

4. Larutan jenuh MgCO3

5. Penunjuk Fenol Merah


C. Cara Kerja

1. Cara kerja pembuatan larutan baku

a. Pembuatan larutan baku HCl

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;

2) Dipipet HCl 8,35 ml;

3) Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan

aquadest;

4) Dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml dan dicukupkan

volumenya dengan aquadest sampai tanda batas pada labu

ukur;

5) Kemudian dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam botol

dan diberi label.

b. Pembuatan larutan baku NaOH

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;

2) Ditimbang NaOH sebanyak 4 gram, masukkan ke dalam

erlenmeyer kemudian ditambahkan dengan aquadest,

kemudian dihomogenkan hingga larut;

3) Masukkan ke dalam labu ukur dan cukupkan volumenya

hingga batas tanda;

4) Homogenkan dan masukkan ke dalam botol 1000 ml;

5) Beri label (kelas, nama bahan dan kelompok).

2. Cara kerja indikator fenol merah

a. Disiapkan alat dan bahan yng akan digunakan;


b. Timbang Fenol Merah sebanyak 0,05 gram

c. Larutkan dalam 2,85 ml NaOH 0,05 N dan 5 ml etanol 9 %

dengan pemanasan;

d. Biala pelarut telah selesai, encerkan dengan etanol 20 % (v/v)

sampai 200 ml, masukkan ke dalam botol dan beri label.

3. Cara kerja percobaan Ksp

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan;

b. Mengambil larutan jenuh MgCO3 sebanyak 25 ml dimasukkan

ke dalam erlenmeyer 100 ml;

c. Tambahkan 5 ml larutan baku HCl dengan menggunakan pipet

volum 5 ml;

d. Tambahkan 10 ml larutan baku NaOH masukkan ke dalam

campuran tersebut dan tambahkan Fenol Merah sebanyak 1-3

tetes;

e. Ambil larutan baku HCl masukkan ke dalam buret;

f. Larutan campuran hasil kerja (d) dititrasi dengan larutan HCl

baku yang telah ada dan disiapkan di langkah (e), pada saat

titrasi erlenmeyer digoyangkan agar terjadi reaksi sempurna

dan merata;

g. Hentiak penambahan larutan HCl dari buret bila larutan telah

berubah warna;

h. Ulangi cara kerja di atas sebanyak dua kali untuk mendapatkan

tiga data.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

Indikator Volume Perubahan


Percobaan MgCO3 HCl
FM Titrasi warna
1 25 ml 5 ml 1-3 tetes 13,6 ml Merah-Kuning
2 25 ml 5 ml 1-3 tetes 8 ml Merah-Kuning
3 25 ml 5 ml 1-3 tetes 8 ml Merah-Kuning

B. Reaksi

MgCO3 → Mg+3 + CO-

HCl → H+ + Cl-

NaOH → Na+ + OH-

NaCl → Na+ + Cl-

MgCO3 + 2HCl → MgCl2 + H2O + CO2

2HCl + 2NaOH → 2NaCl + H2O

NaOH + HCl → NaCl + H2O


C. Pembahasan

Seperti yang telah disinggung dalam teori umum bahwa hasil

kali kelarutan yakni hasil kali konsentrasi ion-ion dipangkatkan dengan

koefisien persamaan reaksinya pada suhu tertentu di dalam larutan

jenuhnya.

Pada percobaan I, diambil 25 ml larutan MgCO3 ke dalam

erlenmeyer, lalu ditambahkan larutan baku HCl 5 ml dan NaOH 10 ml.

Ditetesi indikator Fenol Merah sebanyak 3 tetes dan kemudian

dihomogenkan. Kemudian dititrasi dengan larutan baku HCl yang ada

dalam buret sambil erlenmeyer digoyangkan. Setelah terjadi

perubahan warna dari merah kekuning, titrasi dihentikan dan

didapatkan volume titrasi 13,6 ml.

Pada percobaan II, diambil 25 ml larutan MgCO 3 ke dalam

erlenmeyer, lalu ditambahkan larutan baku HCl 5 ml dan NaOH 10 ml.

Ditetesi indikator Fenol Merah sebanyak 3 tetes dan kemudian

dihomogenkan. Kemudian dititrasi dengan larutan baku HCl yang ada

dalam buret sambil erlenmeyer digoyangkan. Setelah terjadi

perubahan warna dari ungu kekuning, titrasi dihentikan dan

didapatkan volume titrasi sebanyak 8 ml.

Pada percobaan III, diambil 25 ml larutan MgCo3 ke dalam

erlenmeyer, lalu ditambahakan larutan baku HCl 5 ml dan NaOH 10

ml. Ditetesi indikator Fenol Merah sebanyak 3 tetes dan kemudian

dihomogenkan. Kemudian dititrasi dengan larutan HCl yang ada


dalam buret sambil erlenmeyer digoyangkan. Setelah terjadi

perubahan warna dari ungu kekuning, titrasi dihentikan dan

didapatkan volume titrasi sebanyak 8 ml.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pengolahan data serta pembahasan

maka dapat disimpulkan bahwa

1. Percobaan I, warna yang didapatkan merah-kuning dan volume

hasil titrasi 13,6 ml

2. Percobaan II, warna yang didapatkan ungu-kuning dan volume

hasil titrasi 8 ml

3. Percobaan III, warna yang didapatkan ungu-kuning dan volume

hasil titrasi 8 ml

4. Diperoleh kelarutan MgCO3 0,168 mol

5. Hasil kali kelarutan dari larutan jenuh MgCO3 adalah 3,5 x 10-2 mol.

B. Kritik dan Saran

1. Pada saat asisten menjelaskan perhitungannya tida jelas, jadi kami

tidak mengetahui secara pasti perhitungannya.

2. Sebaiknya pada paraktikum asisten sebaiknya membimbing

ptaktikum lebih baik lagi


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. “ Penuntun Belajar Kimia Dasar untuk Kimia


Larutan”. Citar Bakti; Bandung.

Annisanfushic. 2009. wordpres.com./http://hasil-kali-kelarutan/11/8.00

Basset, J. Dkk. 1994. “Kimia Kuantitaif Anorganik”. Penerbit Buku


Kedokteran.

Day. R.A. dan Underword, A.L. 1996. “Analisis Kimia Kuantitaif Edisi
Kelima”. Erlangga; Jakarta.

Keenan, Charles w, dkk. 1991. “Kimia untuk Universitas Jilid 2”. Erlangga;
Jakarta.

Oxytoby. 2001. “Prinsip-prinsip Kimia Modern”. Erlangga; Jakarta.

Syukri. 1999. “Kimia Dasar 2”. ITB Press; Bandung.


PERHITUNGAN

1. Menentukan volume rata-rata

V1+V2+V3
Vrata-rata =
3

13,6+8+8
=
3

29,6
=
3

= 9,8 ml

2. HCl yang bereaksi dengan NaOH

Vt x [HCl]
=
1000

98 x 0,1 M
=
1000

= 9,8 x 10-3

3. NaOH sisa = HCl yang bereaksi dengan NaOH

= 9,8 x 10-3

4. Jumlah NaOH yang dibutuhkan

penambahan NaOH x [NaOH]


=
1000 ml

10 ml x 0,1 M
=
1000

1
=
1000

= 1 x 10-7
5. NaOH yang bereaksi dengan HCl

= NaOH sisa – NaOH yang ditambahkan

= 1 x 10-3 – 9,8 x 10-3

= -8,0 x 10-3

6. HCl sisa = NaOH yang bereaksi dengan NaOH sisa

= -8,8 x 10-3

7. HCl yang ditambahkan

penambahan HCl x [HCl]


=
1000

5 ml x 0,1 M
=
1000

0,5
=
1000

= 5 x 10-4

8. HCl yang bereaksi dengan MgCO3

= HCl yang ditambah – HCl sisa

= 5 x 10-4 –(-8,8 x 10-3)

= 9,3 x 10-3

9. Jumlah HCl dari MgCO3

HCl yang bereaksi dengan MgCO3


=
2

= 9,3 x 10-3 / 2

= 4,65 x 10-3
10. Kelarutan dari MgCO3

jumlah HCl dari MgCO3


=
volume MgCO3

4,65 x 10−3
=
25 ml

4,65 x 10−3
=
0,025

= 0,186 ml

11. Penetapan Ksp MgCO3

MgCO3 ⇌ Mg+2 + CO-3

Ksp = [Mg2+] + [CO-3]

= s s

Ksp = s2

= (0,168)2

= 0,035

= 3,5 x 10-2
SKEMA KERJA

25 ml 5 ml

MgCO3 HCl
0,1 M 0,1 M

10 ml 1-3 tetes
Erlenmeyer
100 ml

dihomogenkan

NaOH Indikator
0,1 M
FM

Buret dengan
larutan HCl 0,1 M
50 ML
Dititrasi dengan larutan
HCL 0,1 M sampai
terjadi perubahan warna
kemudian catat volume
titrasi. Lakukan
percobaaan sebanyak 3 MgCO3,
kali HCl, NaOH
dan FM

Anda mungkin juga menyukai