9870769348131000697

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 92

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN ZAT GIZI ES KRIM

DENGAN MODIFIKASI BUNGA ROSELLA


(Hibiscus sabdariffa L)

SKRIPSI

Oleh :

IRMA YULITA
NIM. 131000697

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN ZAT GIZI ES KRIM
DENGAN MODIFIKASI BUNGA ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L)

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

IRMA YULITA
NIM : 131000697

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Daya
Terima dan Kandungan Zat Gizi Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella
(Hibiscus Sabdariffa L)” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan, Oktober 2017

Yang membuat pernyataan,

Irma Yulita

NIM : 131000697

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Bunga rosella merupakan salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia


tumbuh-tumbuhan dan berpotensi menjadi pangan fungsional karena rosella
mengandung gosipetin, antosianin dan glikosid hibiscin, yang dipercaya sebagai
diuretic (peluruh air seni) dan efek koleretik (pengeluaran empedu oleh hati).
Rosella mengandung senyawa bioaktif yaitu antioksidan. Kandungan yang
berfungsi sebagai antioksidan adalah vitamin C dan flavonoid yang terdiri dari
flavonol dan pigmen antosianin. Melihat banyaknya manfaat dari bunga rosella
terhadap tubuh manusia, perlu dikembangkan suatu produk pangan olahan dari
bunga rosella dimana produk tersebut dapat disukai oleh banyak orang dan
bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu alternatif hasil olahan dari bunga rosella
yang dapat dikembangkan adalah es krim rosella. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui daya terima dan kandungan gizi dari es krim dengan modifikasi
bunga rosella.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan acak
lengkap dengan dua perlakuan yaitu penambahan bunga rosella sebanyak 10%
dan 20%. Uji daya terima es krim dengan modifikasi bunga rosella dilakukan
terhadap 30 orang mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara dan analisis zat gizi dilakukan di Laboratorium Badan Riset dan
Standarisasi Industri Medan dan di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian uji organoleptik terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa,
es krim yang paling disukai adalah es krim dengan modifikasi bunga rosella pada
komposisi 10%. Es krim dengan modifikasi bunga rosella dengan dua variasi
memberi pengaruh yang berbeda nyata terhadap penilaian uji daya terima baik
dari segi warna dan rasa. Tetapi,tidak memberi pengaruh yang berbeda nyata
terhadap penilaian uji daya terima dari segi aroma dan tekstur. Hasil analisis
Kandungan gizi kedua perlakuan mengandung vitamin C sebesar 63,008 mg/kg
dan 70,4 mg/kg, dan kalsium sebesar 498 mg, dan 419 mg.
Disarankan kepada masyarakat agar dapat menjadikan es krim dengan
modifikasi bunga rosella sebagai produk pangan alternatif karena mengandung
vitamin C dan kalsium yang diperlukan tubuh dan perlu adanya sosialisasi kepada
masyarakat untuk meningkatkan minat masyarakat dalam membudidayakan
tanaman rosella .

Kata Kunci : Rosella, Es Krim, Uji Daya Terima, Kandungan Gizi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Rosella is one kind of the diversity in the plant world and potentially be a
functional food because rosella contains gossypetin, anthocyanin and glycoside
hibiscin, which is believed to be a diuretic (set of urine) and a choleretic effect
(expenditure of bile by the liver). Rosella contain bioaktive compounds, namely
antioxidant. The content that acts an antioxidants are vitamin C and flavonoids
which consists of a flavonol and pigment anthocyanin. See the many benefits of
rosella on the human body, need to be develop a processed food product from
rosella where the product can be liked by many people and beneficial to health.
One of the alternative result of processed from rosella that can be developed is
rosella ice cream. The purpose of this research aims to know the acceptability and
nutrient content of ice cream with a modification from rosella.
This experiment design was completely randomized design with of two
treatments are addition rosella composition of 10% and 20%. Test acceptability
of ice cream with a modification from rosella made against 30 students people of
the Faculty of Public Health University North Sumatera and nutrient analysis was
tested in Laboratory of Industrial Research and Standarization Agency Medan
and Faculty of Biochemistry Faculty Mathematics and Natural Sciences
University North Sumatera.
The results of organoleptic test on color, aroma, texture, and flavor ice
cream showed the most preferred are ice cream with a modification from rosella
composition of 10%. Ice cream with a modified from rosella in two variation that
give a real assessment of acceptance tests in terms of colour and flavor. However,
it does not provide real assessment of acceptance tests in terms of aroma and
texture. The result of nutrional content analysis showed that two treatments had
vitamin C contents of 63,008 mg/kg and 70,4 mg/kg, and calcium 498 mg, dan 419
mg.
It is suggested to the people be able to make of ice cream with a
modification from rosella as an alterrnative food products because they contains
vitamin C and calcium the body needs and need for sosialization to improve the
peoples interest in cultivating rosella plant.

Keywords : Rosella, Ice Cream, Acceptability test, Nutrient content

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Daya

Terima dan Kandungan Zat Gizi Es Krim dengan Modifikasi dengan Bunga

Rosella (Hibiscus sabdariffa L)” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak mendapat

bimbingan, informasi, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU dan para wakil dekan.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

4. Fitri Ardiani, S.K.M, M.P.H, selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang

telah membimbing penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II Skripsi

yang telah membimbing penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji I

yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


7. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Lita Sri Andayani, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik

yang membimbing penulis selama perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU

9. Marihot Samosir S.T., selaku sekretaris departemen yang telah banyak

membantu dalam segala urusan di Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat.

10. Seluruh dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu

selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang begitu besar dan tak

terhingga kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Irmansyah

Siregar dan Ibunda Taing Rosita, adik-adik tersayang Irfanul Thahir

dan Irsan Muhardila yang selalu senantiasa memberikan doa, kasih

sayang, semangat, dan dukungan kepada penulis selama mengikuti

perkuliahan hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

2. Sahabat dan saudara penulis yaitu Ilham Dermawan, Imam Dwiputra

Risanti, M. Agus Jauhari, Zulfadli Hasian, Bella Rida Safira, Lana

Annisa, Nila Tuti Safrianti, dan Widya Amal Riana Putri atas doa dan

dukungan selama ini.

3. Teman-teman PBL kelompok 31 Desa Lidah Tanah, terkhusus kepada

Josua Matulesi, Fitri Adelina Lubis, Naimatusaaddah Lubis, Siti

Universitas Sumatera Utara


Namira, Wilda Susanti dan Kakak Sri Puspandari Harahap dan teman-

teman LKP Puskesmas Amplas yang menemani dan memberi masukan

dalam proses pengerjaan skripsi sampai memperoleh gelar sarjana.

4. Teman-teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat,

terkhusus untuk Annisa Ayu Rahma, Astri Muliani, Dita Mayasari

Utami, Eka Putri Ramadani, Febi Dwi Desiyana, Khairani Ritonga

dan Siti Mutia atas doa dan dukungannya.

5. Teman-teman seperjuangan pada penelitian eksperimen Gizi Kesehatan

Masyarakat FKM USU, terkhusus kepada Astri Handayani H dan Rani

Gavrilla yang telah banyak membantu dalam proses pengerjaan sampai

penyelesaian penulisan skripsi ini.

6. Keluarga besar Gizi Kesehatan Masyarakat angkatan 2013 untuk

kerjasama dan semangat selama perkuliahan.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu, memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis

selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2017

Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
ABSTRACT ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ................. 8


2.1 Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L) .................................................. 9
2.1.1 Taksonomi Bunga Rosella ........................................................................ 10
2.1.2 Nama Lain ................................................................................................ 10
2.1.3 Ekologi dan Penyebaran Bunga Rosella .................................................. 10
2.1.4 Komposisi Gizi Bunga Rosella ................................................................ 11
2.1.5 Produk Pangan Berbasis Bunga Rosella .................................................. 13
2.2 Es Krim ...................................................................................................... 15
2.2.1 Komposisi Umum Es Krim ..................................................................... 16
2.2.2 Bahan Penyusun Es Krim ........................................................................ 17
2.2.3 Kandungan Gizi Es Krim ........................................................................ 19
2.2.4 Syarat Mutu Es Krim ............................................................................... 20
2.2.5 Bahan dan Cara Pembutan Es Krim Vanilla ............................................ 20
2.3 Es Krim Rosella .......................................................................................... 22
2.4 Daya Terima ............................................................................................... 22
2.5 Uji Organoleptik ........................................................................................ 25
2.6 Panelis ......................................................................................................... 26
2.7 Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 28

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................. 29
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29
3.3 Objek Penelitian .......................................................................................... 30
3.4 Definisi Operasional ................................................................................... 30
3.5 Alat dan Bahan ............................................................................................ 31
3.5.1 Alat ........................................................................................................ 31
3.5.2 Bahan ..................................................................................................... 31
3.6 Tahap Penelitian .......................................................................................... 32
3.6.1 Proses penghalusan rosella ...................................................................... 32
3.6.2 Proses Pembuatan Adonan Es Krim ........................................................ 32
3.7 Uji Kandungan Gizi ................................................................................... 34
3.7.1 Uji Kadar Vitamin C ............................................................................... 34
3.7.2 Kadar Kalsium ........................................................................................ 34
3.8 Uji Daya Terima ......................................................................................... 35
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 40


4.1 Karakteristik Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella .......................... 40
4.2 Analisis Organoleptik Warna Es krim dengan Modifikasi Bunga Rosella .. 41
4.3 Analisis Organoleptik Aroma Es krim dengan Modifikas Bunga Rosella .. 41
4.4 Analisis Organoleptik Tekstur Es krim dengan Modifikasi Bunga
Rosella ......................................................................................................... 42
4.5 Analisis Organoleptik Rasa Es krim dengan Modifikasi Bunga Rosella ..... 43
4.6 Analisis Kandungan Vitamin C dan Kalsium pada Es Krim dengan
Modifikasi Bunga Rosella ........................................................................... 44

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 45


5.1 Deskripsi Es Krim yang Dihasilkan ............................................................ 45
5.2 Daya Terima Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella .......................... 45
5.3 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Warna Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella ............................................................................................. 46
5.4 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella ............................................................................................. 47
5.5 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella .............................................................................................. 48
5.6 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella .............................................................................................. 49
5.7 Analisis Hasil Uji Beda Daya Terima .......................................................... 50

Universitas Sumatera Utara


5.8 Analisis Kandungan Vitamin C dan Kalsium Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella ........................................................................................... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 53


6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 53
6.2 Saran ....................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Rosella per 100 gr ................................................... 12

Tabel 2.2 Komposisi Umum Es Krim 16

Tabel 2.3 Kandungan Gizi Es Krim per 100 gram ........................................... 20

Tabel 2.4 Syarat Mutu Es Krim ........................................................................ 20

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan ............................................................................ 29

Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan pada Pembuatan Es Krim Bunga Rosella
Hasil Modifikasi Resep ..................................................................... 31

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Konsumen ......................................................... 35

Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan Presentase ...................... 38

Tabel 4.1 Perbedaan Karakteristik Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella ................................................................. 40

Tabel 4.2 Hasil Analisis Organoleptik Warna Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella ................................................................. 41

Tabel 4.3 Hasil Analisis Organoleptik Aroma Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella ................................................................. 42

Tabel 4.4 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella ................................................................. 42

Tabel 4.5 Hasil Analisis Organoleptik Rasa Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella ................................................................. 43

Tabel 4.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Es Krim dengan
Modifikasi Bunga Rosella ................................................................ 44

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bunga Rosella ............................................................................... 10

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 28

Gambar 3.1 Skema Proses Pembuatan Es Krim Modifikasi ............................. 33

Gambar 4.1 Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella ................................. 40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Uji Kesukaan (hedonik) ............................................ 59

Lampiran 2. Rekapitulasi Data Skor Hasil Uji Organoleptik Es Krim


dengan Modifikasi Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L)
pada Perlakuan R1 dan R2 ......................................................... 60

Lampiran 3. Hasil Analisis Data Uji Organoleptik Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) R1 dan R2
dengan SPSS ............................................................................ 61

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ................................................................. 68

Lampiran 5. Surat Izin Pemakaian Laboratorium Gizi FKM USU .............. 70

Lampiran 6. Hasil Laboratorium di Laboratorium Biokimia FMIPA USU.. 71

Lampiran 7. Hasil Laboratorium di Laboratorium Pengujian Balai Riset


dan Standardisasi Industri Medan pada Perlakuan R1 ............. 72

Lampiran 8. Hasil Laboratorium di Laboratorium Pengujian Balai Riset


dan Standardisasi Industri Medan pada Perlakuan R2 ............. 73

Lampiran 9. Surat Selesai Penelitian ............................................................ 74

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 75

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Yulita

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 07 Juli 1995

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Irmansyah Siregar

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Taing Rosita

Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Swasta Sultan Iskandar Muda / 2007

2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Sultan Iskandar Muda / 2010

3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 4 Medan / 2013

4. Lama studi di FKM USU : 4 tahun / 2017

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan pangan harus mampu mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan

oleh tubuh manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu gizi telah

berubah, tidak hanya harus mencukupi kebutuhan gizi manusia, tetapi juga harus

memberi manfaat fisiologis dan psikologis kepada manusia, sehingga mencukupi

untuk proses tumbuh kembang, menjaga berat badan, mencegah penyakit

defisiensi, dan mengurangi resiko berbagai macam penyakit. Dalam konteks ini,

pangan fungsional adalah sebuah konsep yang diajukan untuk memperbaiki

asupan makanan (Anggraeni, 2003).

Bunga rosella merupakan salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia

tumbuh-tumbuhan dan berpotensi menjadi pangan fungsional karena rosella

mengandung gosipetin, antosianin dan glikosid hibiscin, yang dipercaya sebagai

diuretic (peluruh air seni) dan efek koleretik (pengeluaran empedu oleh hati).

Rosella mengandung senyawa bioaktif yaitu antioksidan. Kandungan yang

berfungsi sebagai antioksidan adalah vitamin C dan flavonoid yang terdiri dari

flavonol dan pigmen antosianin. Senyawa flavonoid diduga sangat bermanfaat

dalam makanan, karena berupa senyawa fenolik, senyawa ini yang bersifat

antioksidan kuat. Oleh karena itu makanan yang kaya flavonoid dianggap penting

untuk mengobati penyakit-penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung (yang

dapat memburuk akibat oksidasi lipoprotein densitas-rendah) (Heinrich dkk,

2009).

Universitas Sumatera Utara


Kelopak rosella mengandung antioksidan yang dapat menghambat

terakumulasinya radikal bebas penyebab pengakit kronis, seperti kerusakan ginjal,

diabetes, jantung koroner, dan kanker (darah). Antioksidan juga dapat mencegah

penuaan dini. Dalam hal ini, salah satu zat aktif yang berperan adalah antosianin.

Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang memberikan warna merah pada

bunga rosella dan berperan mencegah kerusakan sel akibat paparan sinar Ultra-

Violet berlebih. Salah satu khasiatnya adalah dapat menghambat pertumbuhan sel

kanker, bahkan mematikan sel kanker tersebut (Widyanto dan Nelistya, 2008).

Antioksidan sendiri merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi

oksidasi, dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.

Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini

terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam faktor (Winarsi,

2007). Menurut Sadikin (2001), serangan radikal bebas terhadap molekul

sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai, yang kemudian

menghasilkan senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas

mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif,

hingga kanker. Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi penting, yakni

antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas

dengan meredam dampak negatif senyawa radikal bebas tersebut.

Kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak rosella kering jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing. (Hasibuan, 2010).

Menurut Avriza (2011) yang dikutip oleh Adelia (2012), rosella baik dikonsumsi

Universitas Sumatera Utara


dalam keadaan kering karena kadar antioksidannya berada pada tingkat tertinggi

jika dikonsumsi dalam bentuk kering.

Menurut Winarti (2010), setiap 100 gram kelopak bunga rosela

mempunyai kandungan gizi sebagai berikut: protein 1,145 g, lemak 2,61 g, serat

1,2 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, malic acid 3.31 %,

fruktosa 0,82 %, sukrosa 0,24 %, karoten 0,029 %, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765

mg, dan vitamin C 244,4 mg. Kandungan vitamin pada bunga rosella cukup

lengkap, yaitu vitamin A, C, D, B1, dan B2. Kandungan vitamin C (asam

askorbat) diketahui 7 kali dari buah belimbing (35 mg), 3 kali dari jambu biji (86

mg), dan 3 kali dari jeruk (87 mg). Vitamin C merupakan salah satu antioksidan

penting. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kandungan antioksidan pada teh

rosella sebanyak 1.7 mmol/prolox (Widyanto dan Nelistya 2008).

Pemanfaatan rosella sebagai pangan fungsional sudah banyak dilakukan

diantaranya penelitian yang pernah dilakukan oleh Hasibuan (2010) dengan

melihat pengaruh jenis dan konsentrasi zat penstabil terhadap mutu selai rosella,

Meilanie (2015) dengan menambahkan rosella dalam pembuatan yoghurt

prebiotik, Suryakusumah, dkk (2011) dengan menganalisis kelayakan teknis

produksi sirup rosella, Rahmi dkk (2012) dalam pengaruh penambahan gelatin

pada pembuatan permen jelly dari bunga rosella, Nasution (2013) rosella sebagai

pewarna alami dalam pembuatan saus cabe.

Melihat banyaknya manfaat dari bunga rosella terhadap tubuh manusia,

perlu dikembangkan suatu produk pangan olahan dari bunga rosella dimana

produk tersebut dapat disukai oleh banyak orang dan bermanfaat bagi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Salah satu alternatif hasil olahan dari bunga rosella yang dapat dikembangkan

adalah es krim rosella. Alasan peneliti memilih es krim rosella adalah karena es

krim rosella merupakan pilihan praktis bila tidak suka mengkonsumsi secara

langsung yaitu dengan seduhan seperti membuat teh. Es krim juga merupakan

panganan beku yang hampir semua kalangan umur suka mengkonsumsinya.

Menurut SNI 01-3713-1995, es krim adalah makanan beku semi padat

yang dibuat dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dan stabilizer

yang diperlukan dalam jumlah sedikit. Menurut Aliyah (2010), es krim adalah

produk pangan beku yang dibuat melalui kombinasi proses pembekuan dan proses

agitasi (metode pembekuan cepat) pada campuran bahan-bahan yang terdiri dari

hasil olahan susu, bahan pemanis, bahan penstabil, bahan pengemulsi, serta

penambah cita rasa. Es krim biasa dijadikan hidangan penutup atau popular yang

disebut dessert. Hidangan ini digemari berbagai kalangan, terutama anak-anak,

karena rasanya yang manis, lembut, dan segar serta menimbulkan sensasi

kelezatan tersendiri

Ditinjau dari kandungan gizi es krim secara umum, es krim mengandung

kalsium, fosfor, protein, vitamin, dan mineral. Kandungan kalsium dan fosfor

pada es krim bermanfaat untuk menjaga kepadatan massa tulang, pencegahan

osteoporosis, kanker, serta hipertensi. Protein merupakan zat penting yang

diperlukan seseorang untuk memperbaiki jaringan otot yang digunakan. Nutrisi es

krim terdapat pada kandungannya yang berasal dari susu yaitu vitamin A, D, K

dan B12. Vitamin A baik untuk mata sehingga baik untuk pertumbuhan anak.

Vitamin K membuka sel darah yang tersumbat dengan vitamin B12 meningkatkan

Universitas Sumatera Utara


memori dan sistem saraf. Namun, di dalam es krim juga terkandung zat gizi lain

yaitu lemak dan karbohidrat, dimana kedua zat ini merupakan faktor pembatas

terutama bagi penggemar es krim yang sedang diet (Hartatie, 2011)

Pembeda es krim rosella dengan es krim lainnya yaitu banyak terdapat

kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh yaitu untuk membantu melancarkan

sistem pencernaan, membantu menurunkan kolestrol, baik untuk pertumbuhan

tulang karena mengandung kalsium, kaya akan vitamin C dan antioksidan yang

baik untuk mengurangi resiko penyakit jantung serta membantu dalam

menurunkan tekanan darah. Kandungan gosipetin, antosianin dan glikosid

hibiscin pada rosella bermanfaat untuk menstabilkan tekanan darah sehingga es

krim ini direkomendasikan untuk penderita tekanan darah tinggi (Hipertensi). Es

krim rosella juga menggunakan pewarna alami yang dihasilkan dari kandungan

flavonoid sehingga warna lebih menarik dibandingkan es krim lain sehingga

bebas dari pewarna buatan yang berbahaya bagi kesehatan. Tekstur rosella yang

masih terasa menjadi kenikmatan tersendiri bagi yang mengkonsumsinya.

Kombinasi es krim dengan komponen rosella diharapkan dapat menghasilkan es

krim yang kaya nutrisi, vitamin, antioksidan, kalsium, yang diperlukan untuk

kesehatan dan disukai oleh banyak orang.

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan es krim dengan

penambahan rosella kering sebanyak 10% dan 20%. Penetapan persentase ini

dilakukan karena peneliti ingin melihat perubahan rasa yang terjadi pada tiap es

krim dan perubahan warna yang terjadi pada perbandingan komposisi rosella

kering. Pada percobaan sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti, komposisi

Universitas Sumatera Utara


rosella pada perbandingan tersebut hampir mendekati rasa es krim pada

umumnya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba memanfaatkan bunga rosella

kering dalam pembuatan es krim. Peneliti mencoba menggunakan bahan rosella

kering dikarenakan bahan yang mudah ditemukan dalam kondisi kering

dibandingkan dalam kondisi segar dan masa simpan yang lebih panjang

dibandingkan rosella segar. Hal ini menarik untuk diteliti dalam sebuah penelitian

yang berjudul ” Uji Daya Terima dan Komposisi Zat Gizi Es Krim dengan

Modifikasi Bunga Rosella (Hibiscus sadbariffa L)”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini untuk melihat bagaimana daya

terima dan kandungan zat gizi dari es krim dengan modifikasi bunga rosella.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui daya terima

dan kandungan zat gizi es krim dengan modifikasi bunga rosella (Hibiscus

sadbariffa L).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui daya terima terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur

kepada panelis terhadap es krim dengan modifikasi bunga rosella.

2. Untuk mengetahui kandungan vitamin C dan kalsium yang terdapat pada es

krim dengan modifikasi bunga rosella.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman

suatu produk dari bunga rosella.

2. Memberikan informasi mengenai pembuatan dan kandungan zat gizi es

krim dengan modifikasi bunga rosella.

3. Menghasilkan produk es krim yang bernilai gizi tinggi sehingga dapat

meningkatkan mutu pangan dan bermanfaat bagi kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

2.1 Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L)

Rosella pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu di Pulau Jawa, tepatnya

di halaman sebuah rumah, oleh ahli botani asal Belanda yang bernama M.de

L’Obel pada 1576. Diduga tanaman itu dibawa oleh pedagang India saat datang

ke Indonesia pada abad ke-14. Menurut Rahmawati (2012) nama Rosella sudah

dikenal sejak 1922 di Indonesia, tanaman Rosella tumbuh subur disepanjang

lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat, terutama musim hujan terlihat

hamparan kelopak bunga kuning dan merah Rosella yang bermekaran. Bunga

Rosella memiliki keindahan biasanya dipakai sebagai tanaman hias luar ruangan,

tanaman pagar, tanaman hias dalam ruangan berupa bunga rangkai.

Tanaman rosella berupa semak yang berdiri tegak dengan tinggi 3-5 m.

Ketika masih muda, batang dan daunnya berwarna hijau. Ketika beranjak dewasa

dan masih berbunga, batangnya berwarna cokelat kemerahan. Batang berbentuk

silindris dan berkayu, serta memiliki banyak percabangan. Pada batang melekat

daun-daun yang tersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan

pertulangan menjari dan tepi meringgit. Ujung daun ada yang runcing atau

bercangap. Tulang daunnya berwarna merah. Panjang daun dapat mencapai 6-15

cm dan lebar 5-8 cm. Akar yang menopang batangnya berupa akar tunggang

(Widyanto dan Nelistya, 2008).

Kelopak bunga Rosella memiliki khasiat tersebut karena memiliki

kandungan bahan aktif, antara lain flavonoid, fenol atau polifenol, asam sitrat,

24

Universitas Sumatera Utara


saponin, tannin, anti oksidan seperti gossypeptin, anthocyanin, glucide hibiscin.

Flavoid berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme, karena mampu

membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen. Fenol

atau polifenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara mengubah protein sel dan

merusak membran plasma bakteri. Tanin bekerja dengan cara berikatan dengan

adhesin mikroba, menghambat produksi enzim oleh mikroba, substrat deprivasi,

berikatan dengan dinding sel, menghancurkan membran, kompleksasi ion logam.

Saponin merupakan senyawa yang secara alami mengandung glikosida dan

bersifat seperti sabun. Saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh

mikroba dengan cara berinteraksi dengan membrane sterol. Efek utama saponin

adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel. (Mardiah dkk, 2009).

2.1.1 Taksonomi Bunga Rosella

Taksonomi bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvaceales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus sabdariffa L.

Varietas : Hibicus sabdariffa var. sabdariffa L.

Hibiscus sabdariffa var. ultissima Wester

Universitas Sumatera Utara


Sumber Gambar: Wikipedia Sumber Gambar : Kompas

Gambar 2.1 Bunga Rosella

2.1.2 Nama Lain

Hibiscus sabdariffa di Indonesia dikenal dengan rosella, di Jawa dikenal

dengan Gamet balonda (Sunda), Mrambos (Jawa Tengah) dan Katsuri roriha

(Ternate) berbagai Negara tanaman ini juga dikenal dengan berbagai nama yaitu

di Inggris dikenal dengan nama Rosella ; di Perancis : I’Oiselle ; di Jamaica :

Spanish ; di Arab : Karkade ; dan di Wolof : bissap (Syamsuhidayat dan Hutapea,

2000).

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran Bunga Rosella

Habitat aslinya berasal dari nigeria, tetapi tumbuh berkembang di seluruh

dunia, terutama daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Eropa. Di

negara lain rosela sudah banyak dimanfaatkan sejak lama. Di Afrika Timur,

rebusan kelopak bunga rosela yang dikenal dengan nama sudan tea, digunakan

untuk mengurangi batuk. Jus rosela yang ditambah garam, lada dan tetes tebu

digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan empedu.

Universitas Sumatera Utara


Di Indonesia, belum banyak yang memanfaatkan rosella. Namun, akhir-

akhir ini minuman berbahan rosela mulai banyak dikenal sebagai minuman

kesehatan. Bahan minuman dari rosela yang dikemas seperti teh celup telah dapat

diperoleh di pasar swalayan. Di pulau Jawa, tanaman rosella banyak

dibudidayakan di daerah yang rutin dilanda banjir.

2.1.4 Komposisi Gizi Bunga Rosella

Khasiat bunga rosella tidak terlepas dari komposisi kimia dalam kelopak

bun Menurut Depkes RI No. 10.65/35.15/05, setiap 100 gr rosella mengandung

260 - 280 mg vitamin C, vitamin D, vitamin B1 dan vitamin B2. Kandungan

lainnya yaitu kalsium 486 mg, omega 3, magnesium, betakaroten dan asam amino

esensial, seperti lisin dan agrinin. Bunga rosella juga kaya akan serat yang bagus

untuk kesehatan saluran pencernaan (Widyanto dan Nelistya, 2008).

Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya

populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga

rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A,C,D,B1, dan B2. Bahkan, kandungan

vitamin C-nya (asam askorbat) diketahui tiga kali lebih banyak dari anggur hitam,

sembilan kali dari jeruk sitrus, tuhuh kali dari buah belimbing, dan tiga kali dari

jambu biji. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan penting. Jumlah tersebut

lebih tinggi daripada jumlah pada kumis kucing (Widyanto dan Nelistya, 2008).

Kandungan Rosella per 100 gr dapat dilihat pada Tabel 2.1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Kandungan Gizi Rosella per 100 gr
Komposisi Gizi Kandungan Gizi Rosella Segar
Air (g) 86,2
Protein (g) 1,6
Lemak (g) 0,1
Serat (g) 2,5
Karbohidrat (g) 11,1
Abu (g) 1,0
Kalsium (mg) 160
Fosfor(mg) 60
Besi (mg) 3,8
Betakaroten (mg) 285
Vitamin C (mg) 244,4
Thiamine (mg) 0,04
Riboflavin (mg) 0,6
Niasin (mg) 0,5
Sumber : Maryani dan Kristina (2008)

Kandungan gizi pada bunga kering terdiri dari 3 % campuran asam sitrat

dan antosianin, gossipeptin dan 0,004 - 0,0005 % Vitamin C (Duke,1983). Selain

itu rosella kering mengandung kalsium tinggi (486 mg/100 gr), magnesium serta

omega – 3, asam lemak esensial vitamin A iron, potassium dan betakaroten

(Winarti, 2010).

Rosella juga mengandung vitamin B1, B2, niasin dan vitamin D. Tubuh

manusia membutuhkan 22 asam amino. Dari 22 ini, 18 diantaranya terpenuhi dari

bunga rosella. Salah satunya adalah arginin yang berperan dalam proses

peremajaan sel tubuh. Bunga rosella banyak digunakan untuk mengurangi nafsu

makan, gangguan pernafasan yang disebabkan flu, dan rasa tidak enak di perut.

Rosella digunakan untuk mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar,

sariawan, dan infeksi herpeszoster. Kandungan kimia tanaman ini adalah

alohidroksi asam sitrat lakton, asam malat dan asam tartar. Bahan penting lainnya

yang terkandung dalam tanaman rosela adalah gossypeptin, anthocyanin dan

Universitas Sumatera Utara


glucoside hibiscin. Ketiga zat inilah yang menjadikan rosela bukan sekedar

tanaman hias yang indah, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan manusia (BPOM,

2010).

Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan Chung San Medical University

di Taiwan, Chau-Jong Wang dalam Rahmawati (2012), konsumsi Rosella

digunakan sebagai salah satu cara baru untuk mengurangi resiko penyakit jantung.

Tanaman ini secara klinis mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada

dinding pembuluh darah. Tidak hanya itu, Rosella juga memiliki potensi untuk

mengurangi kadar kolesterol jahat yang disebut LDL dan lemak dalam tubuh. Hal

ini juga menunjukan bahwa Rosella bermanfaat terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet

bagi penderita kegemukan (obesitas), melancarkan peredaran darah, menurunkan

demam umum, melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan

untuk membantu melancarkan buang air besar.

2.1.5 Produk Pangan Berbasis Bunga Rosella

Rosella memiliki manfaat besar sebagai pangan kesehatan (health food).

Secara epidemiologis, konsumsi produk mengendalikan tekanan darah, risiko anti

kanker, antioksidan dan penyakit lainnya. Adapun produk pangan berbasis bunga

rosella antara lain :

1. Produk minuman Rosella

Manfaat rosella menjadi teh yaitu membuat stamina tubuh mengandung vitamin C

dan mineral esensial yang cukup tinggi. Vitamin C pada rosella juga dipercaya

mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker. Kalsium yang tinggi dapat

Universitas Sumatera Utara


mencegah keropos tulang. Sedangkan zat-zat tertentu di dalam rosella mampu

meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari infeksi kuman dan virus.

Penelitian yang dilakukan oleh Zaelani (2014) dengan pembuatan

minuman pisang-rosella terbaik menggunakan rasio antara pisang dan air esktrak

rosella sebesar 1:5 dengan konsentrasi ekstrak rosella 20%. Formula terpilih ini

didasarkan pada perpaduan antara nilai keseluruhan hedonik dan aktivitas

antioksidan terbaik yang terdapat pada minuman. Produk terpilih ini mempunyai

kandungan kalium sebesar 171.7 mg/100 g, natrium sebesar 20.18 mg/100 g, total

fenol sebesar 825.77 mg TAE/100 g, dan adanya aktivitas antioksidan sebesar

41.29% yang setara dengan 790.92 mg vit C/100 g produk. Produk minuman ini

diduga dapat dijadikan sebagai minuman pencegah hipertensi (antihipertensi).

2. Selai Rosella

Secara umum selai dikenal oleh masyarakat dengan variant rasa coklat,

stroberi,nanas, atau buah-buahan lain pada umumnya. Pengembangan selai dari

bunga rosella memiliki potensi yang sangat baik karena belum banyak

dikembangkan namum sesungguhnya sangat berpotensi sebagai makanan

sehat pencegah penyakit regeneratif dan penyakit lainnya.

Penelitian yang dilakukan Hasibuan (2010), pembuatan selai rosella

dengan mutu yang lebih baik dianjurkan menggunakan kombinasi penstabil

pektin dengan konsentrasi penstabil yaitu 0.25 %. Hal ini disebabkan karena

diduga penstabil pektin dapat mengikat air, asam-asam organik dan gula lebih

besar membentuk larutan yang kental sehingga kandungan gula lebih banyak yang

menyebabkan rasa lebih manis dan disukai oleh panelis. Pembuatan selai rosella

Universitas Sumatera Utara


dengan kombinasi penstabil pektin mempengaruhi kadar vitamin C (124,29

mg/100gr bahan) , kadar abu (1,91%) , total asam (2,14%) , daya oles (skor :

3,06), dan uji organoleptik (warna(skor : 1,38), aroma (skor : 2,61), dan rasa (skor

: 2,99)).

Rosella menjadi salah satu alternatif pengganti pewarna kimia menjadi

pewarna alami pada makanan dan minuman. Warna merupakan salah satu kriteria

dasar untuk menentukan kualitas makanan. Zat warna alami mengandung pigmen

yang secara umum berasal dari tumbuh-tumbuhan, tetapi beberapa zat warna

alami tidak menguntungkan, tidak stabil selama proses dan penyimpanan.

Keunggulan zat warna sintetik antara lain lebih murah, lebih mudah untuk

digunakan, lebih stabil, lebih tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan, daya

mewarnainya lebih kuat, dan memiliki rentang warna yang lebih luas.

Penelitian yang dilakukan Nasution, dkk (2013), rosella digunakan sebagai

alternatif bahan pewarna alami pada pembuatan saus cabe, perlakuan penggunaan

rosella sebesar 10%, 20%, dan 30%. Berdasarkan hasil penelitian, saus cabe

dengan penambahan rosella10% lebih disukai oleh panelis uji daya terima.

2.2 Es krim

Kata ice cream berasal dari frasa “iced cream”. Kedai es krim yang

pertama didirikan adalah di New York City pada tahun 1776. Terobosan besar

dalam pembuatan es krim adalah penggunaan garam untuk mengatur temperatur

adonan, serta ditemukannya freezer.

Es krim merupakan suatu hidangan yang berbentuk emulsi air dalam

minyak (water in oil). Es krim adalah anggota kelompok hidangan beku yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki tekstur semi padat. Berdasarkan komposisinya, es krim digolongkan

menjadi tiga kategori, yaitu economy, good average, dan deluxe (super premium).

Es krim komersial pada umumnya berjenis ekonomi (Astawan, 2008).

Di Asia tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia kita mengenal es puter

yang dibuat dari santan tanpa menggunakan krim, cita rasa yang dipakai juga

khas Indonesia, seperti kopyor, advokad, dan kacang hijau, ada juga es potong.

2.2.1 Komposisi Umum Es Krim

Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain:

lemak,bahan kering tanpa lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil, dan

bahanpengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik

untuk mendapatkan es krim berkualitas baik.

Es krim yang baik harus memenuhi persyaratan komposisi umum Ice

Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti disajikan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Komposisi Umum Es Krim


Komposisi Jumlah (%)
Lemak susu 10 – 16
Bahan kering tanpa lemak 9 – 12
Bahan pemanis 12 – 16
Bahan penstabil 0.2 - 0.4
Bahan pengemulsi 0 - 0.25
Air 55 – 64
Sumber : Padaga dan Sawitri (2005)

Dalam pengolahan es krim diperhatikan cara pengolahan produk tersebut

agar menghasilkan es krim dengan karakteristik yang tepat. Untuk mendapatkan

karakteristik es krim yang tepat diperhatikan pula dalam pemilihan bahan baku

dan proses pengolahan diantaranya yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Dalam pembuatan es krim digunakan susu atau santan yang masih baik

dan segar.

b. Bahan pemanis yang digunakan adalah gula pasir karena tidak mempengaruhi

cita rasa produk.

c. Pada proses pengolahan, alat yang digunakan harus bersih dari kotoran.

d. Proses pengolahan harus sesuai dengan resep.

2.2.2 Bahan Penyusun Es Krim

Bahan-bahan yang terdapat dalam es krim antara lain:

a. Air

Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es krim, berfungsi

sebagai pelarut bahan-bahan lain dalam campuran.

b. Lemak Susu

Fungsi penambahan lemak pada pembuatan es krim adalah memberikan

rasa creamy serta berperan dalam pembentukan globula lemak dan turut

mempengaruhi besar kecilnya pembentukan kristal. Menurut Goff (2000), lemak

sangat penting dalam memberikan body es krim yang baik dan meningkatkan

karakteristik kehalusan tekstur.

c. Bahan Kering Susu Tanpa Lemak

Bahan kering susu tanpa lemak berfungsi untuk meningkatkan kandungan

padatan di dalam es krim sehingga lebih kental. Bahan kering susu tanpa lemak

juga penting sebagai sumber protein sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi es

krim. Unsur protein dalam pembuatan es krim berfungsi untuk menstabilkan

emulsi lemak setelah proses homogenisasi, menambah cita rasa, membantu

Universitas Sumatera Utara


pembuihan, meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada

kekentalan dan tekstur es krim yang lembut. Sumber bahan kering susu tanpa

lemak antara lain susu skim, susu kental manis,krim kental (whipping cream) dan

bubuk whey (Padaga dan Sawitri, 2005).

d. Bahan pemanis

Bahan pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan es krim adalah

gula pasir (sukrosa) dan gula bit. Tujuan pemberian pemanis ialah memberikan

kekentalan dan cara termurah untuk mencapai total solid yang diinginkan

sehingga dapat memperbaiki body dan tekstur frozen dessert serta menurunkan

titik beku (Walstra and James (1984) dalam Simbolon (2013)).

e. Bahan Penstabil (Stabilizer)

Penstabil atau yang biasanya disebut dengan stabilizer merupakan suatu

kelompok dari senyawa dan biasanya stabilizer yang digunakan adalah golongan

gum polisakarida. Stabilizer akan bertanggung jawab untuk menambah viskositas

dalam campuran fase tidak beku dari es krim (Goff, 2000). Macam - macam

stabilizer yang dapat ditambahkan dalam pembuatan es krim selain gelatin adalah

agar, sodium alginat, gum acacia, gum 4 karaya, guar gum, locust bean gum,

karagenan, carboxymethyl cellulose (CMC), dan lain - lain (Marshal dan

Arbuckle (1996) dalam Simbolon (2013)).

f. Bahan Pengemulsi

Emulsifier digunakan untuk menghasilkan adonan yang merata,

memperhalus tekstur dan meratakan distribusi udara di dalam struktur es krim.

Bahan-bahan pengemulsi yang umum digunakan dalam industri es krim

Universitas Sumatera Utara


monogliserida dan digliserida atau campuran dari keduanya. Jumlah total dalam

menggunakan bahan tersebut tidak lebih dari 0,2%. Menurut Arbuckle (1977)

dalam Djelantik (2015)), putih telur salah satu emulsifier alami yang dapat

digunakan karena mengandung lesitin

2.2.3 Kandungan Gizi Es krim

Es krim dengan kelembutan dan rasa manisnya terbukti memiliki beberapa

fakta gizi yang tak terduga. Keunggulan es krim didukung oleh bahan baku

utamanya, yaitu susu tanpa lemak dan lemak susu. Susu disebut sebagai makanan

yang hampir sempurna karena kandungan zat gizi yang lengkap.

Para peneliti menemukan lebih dari 100.000 jenis molekul yang terkandung di

dalam susu. Selain air dan lemak, molekul-molekul tersebut mencakup protein,

karbohidrat, mineral, enzim-enzim, gas, serta vitamin A, C dan D (Astawan,

2008).

Susu mengandung beberapa komponen bioaktif yang memiliki efek

kesehatan yang signifikan. Komponen bioaktif sendiri adalah komponen dari

unsur alami dalam bahan pangan dan memberikan manfaat kesehatan diluar nilai

gizi bahan dasar pangan. Komponen bioaktif susu diantaranya adalah protein

susu, laktosa, asam-asam lemak dan mineral, terutama kalsium. Hal ini

menyebabkan produk-produk turunan susu juga masih memiliki efek fungsional,

termasuk es krim. Sebagian besar komponen dalam susu telah diketahui fungsinya

secara biologis bagi tubuh, seperti pada protein terutama dari bagian whey,

termasuk di dalamnya alfalaktalbumin,betalaktoglobulin, imunoglobulin,

laktoferin, dan glikomakropeptida (Astawan, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Kandungan gizi es krim dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kandungan Gizi Es Krim per 100 gram


Karakteristik Jumlah kandungan
Energi (kal) 207,00
Protein (g) 4,00
Kalsium (mg) 123,00
Fosfor (mg) 99,00
Sumber : Astawan (2008)

2.2.4 Syarat Mutu Es Krim

Menurut SNI No. 01-3713-1995, syarat mutu es krim pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Syarat Mutu Es Krim


No Kriteria Uji Unit Standar
Keadaan
1 Penampakan Normal
Rasa - Normal
Bau Normal Normal
2 Lemak % (b/b) Min 5.0
3 Gula dihitung sebagai sakarosa % (b/b) Min 8.0
4 Protein % (b/b) Min 2.7
5 Jumlah padatan % (b/b) Min 3.4
6 Bahan Tambahan Makanan
Pemanis buatan Negatif sesuai SNI 01-0222-1987
Pewarna tambahan
Pemantap dan pengemulsi
7 Cemaran logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks 1.0
8 Tembaga (Cu) 8 5 mg/kg Maks 20.0
Cemaran arsen (As) Mg/kg Maks 0.5
Cemaran mikroba Koloni/g Maks 105
Angka lempeng total
Coliform APM/g <3
9 Salmonella Koloni/25g Negatif
Listeria spp. Koloni/25g Negatif
Sumber : SNI (1995)

2.2.5 Bahan dan Cara Pembuatan Es Krim Vanilla

Salah satu bahan dan cara pembuatam es krim vanilla (Chan,2008), yaitu:

Bahan :

1. 100 gram gula pasir

Universitas Sumatera Utara


2. 250 gram susu cair

3. 100 gram krim kental (whipped cream)

4. 1 butir putih telur

5. 30 gram pasta es krim vanilla (vanilla ice paste)

Cara membuat :

1. Kocok gula dan putih telur dengan balloon wisk hingga mengental dan

berwarna putih pekat. Sisihkan.

2. Panaskan susu bersama krim kental (whipped cream) hingga hampir

mendidih (±80˚C) sambil dicampurkan dengan gula.masukkan ked lam

adonan putih telur sambil terus diaduk.

3. Masak kembali adonan dengan cara ditim (dimasak di atas air) sambil

terus diaduk dengan spatula kayu. Masak hingga adonan mengental

(menempel tipis di spatula).

4. Masukkan pasta es krim vanilla dan aduk hingga rata. Angkat

5. Setelah dingin, tuangkan ke dalam wadah bersih lalu diamkan hingga

dingin.

6. Masukkan adonan ke dalam kulkas selama ± 4 jam.

7. Keluarkan adonan dari kulkas, masukkan ke dalam mesin es krim. Proses

sampai mengental dan putaran menjadi berat.

8. Masukkan ke dalam kemasan, simpan dalam freezer agar mengeras sampai

siap untuk dihidangkan.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Es Krim Rosella

Komposisi nutrisi dan kadar antosianin yang tinggi pada es krim rosella,

efek kesehatannya yang baik, serta fungsinya sebagai pewarna alami, mendorong

adanya produk olahan rosella. Salah satu alternatif olahan pada rosella adalah es

krim rosella. Es krim merupakan salah satu pangan yang digemari oleh seluruh

lapisan masyarakat dari berbagai kalangan umur mulai dari anak-anak, remaja,

dewasa hingga manula. Penambahan bunga rosella dalam pembuatan es krim akan

memberikan warna yang menarik dan cita rasa khas serta kandungan antosianin

pada produk yang dihasilkan sehingga berguna bagi kesehatan.

2.4 Daya Terima

Menurut Susiwi (2009), daya terima makanan adalah kesanggupan

seseorang dalam menghabiskan makanan yang disajikan menurut tingkat

kesukaan atau ketidaksukaan individu terhadap suatu jenis makanan. Tingkat

kesukaan ini sangat beragam pada setiap individu sehingga akan berpengaruh

terhadap konsumsi pangan. Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan

makanan berbeda-beda. Secara umum, makanan yang disukai adalah makanan

yang memenuhi selera atau cita rasa indrawi dalam hal rupa, warna, bau atau

aroma, rasa, suhu, dan tekstur. Cara pengujian dengan menggunakan indera

manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap suatu

produk dinamakan uji daya terima.

Segi sosial budaya pangan berhubungan dengan konsumsi pangan dalam

menerima atau menolak bentuk atau jenis pangan tertentu, perilaku ini berakar

dari kebiasaan kelompok penduduk, selanjutnya dijelaskan pula bahwa pada

Universitas Sumatera Utara


umumnya kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan

zat-zat gizi yang terkandung dalam pangan. Kebiasaan makan berasal dari pola

pangan yang diterima budaya kelompok dan diajarkan kepada seluruh anggota

keluarga.

Menurut Wirakusumah (1990) yang dikutip oleh Mulyaningrum (2007)

Kesukaan terhadap makanan didasari oleh sensorik, sosial, psikologi, agama,

emosi, budaya, kesehatan, ekonomi, cara persiapan dan pemasakan makanan,

serta faktor-faktor terkait lainnya. Penilaian seseorang terhadap kualitas makanan

berbeda-beda tergantung selera dan kesenangannya. Perbedaan suku pengalaman,

umur dan tingkat ekonomi seseorang mempunyai penilaian tertentu terhadap jenis

makanan, sehingga standar kulitas makanan sulit untuk ditetapkan. Walaupun

demikian ada beberapa aspek yang dapat dinilai yaitu persepsi terhadap cita rasa

makanan, nilai gizi dan higiene atau kebersihan makanan tersebut.

1. Penampilan dan cita rasa makanan

Menurut Moehyi (1992), cita rasa makanan mencakup 2 aspek utama yaitu

penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan pada saat dimakan

kedua aspek tersebut sama pentingnya untuk diperhatikan agar betul-betul dapat

menghasilkan makanan yang memuaskan. Daya penerimaan terhadap suatu

makanan ditentukan oleh rangsangan yang ditimbulkan oleh makanan melalui

indera penglihat, penciuman serta perasa atau pencecap bahkan mungkin

pendengar. Walaupun demikian faktor utama yang akhirnya mempengaruhi daya

penerimaan terhadap makanan yaitu rangsangan cita rasa yang ditimbulkan oleh

Universitas Sumatera Utara


makanan itu. Oleh karenanya penting sekali dilakukan penilaian cita rasa untuk

mengetahui daya penerimaan konsumen.

Menurut Winarno (2002) rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut

menentukan daya terima konsumen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain .

Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan

makanankarena merupakan rangsangan pertama pada indera mata. Warna

makanan yang menarik dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa. Oleh

sebab itu dalam penyeleggaraan makanan harus mengetahui prinsip-prinsip dasar

untuk mempertahankan warna makanan yang alami, baik dalam bentuk tehnik

memasak maupun dalam penanganan makanan yang dapat mempengaruhi makan.

2. Konsistensi atau tekstur makanan

Konsistensi atau testur makanan juga merupakan komponen yang turut

menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera cita rasa dipengaruhi oleh

konsistensi makanan. Makanan yang berkonsistensi padat atau kental akan

memberikan rangsangan lebih lambat terhadap indera kita.

Penyajian makanan merupakan faktor tertentu dalam penampilan hidangan

yang disajikan. Jika penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik. Seluruh

upaya yang telah dilakukan guna menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi

akan tidak berarti penampilan makanan waktu disajikan akan merangsang indera

terutama penglihatan yang berkaitan dengan cita rasa makanan itu.

Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa

makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Apabila penampilan makanan

Universitas Sumatera Utara


yang disajikan merangsang saraf melalui indera penglihatan sehingga mampu

membangkitkan selera untuk mencicipi makanan itu, maka pada tahap selanjutnya

rasa makanan itu akan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan

indera perasa.

Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat

kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera.

Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah

menguap itu dapat sebagai akibat atau reaksi karena pekerjaan enzim atau dapat

juga terbentuk tanpa bantuan reaksi enzim.

2.5 Uji Organoleptik

Menurut Susiwi (2009), penilaian organoleptik disebut juga dengan

penilaian indera atau penilaian sensorik yang merupakan suatu cara penilaian

yang paling primitif atau sudah lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat

banyak digunakan untuk menilai mutu dalam industri pangan dan industri hasil

pertanian lainnya. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian

yang sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan melebihi

ketelitian alat yang paling sensitif.

Menurut Rahayu (1998), sistem penilaian organoleptik telah dibakukan

dan dijadikan alat penilaian di dalam Laboratorium. Penilaian organoleptik juga

telah digunakan sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan produk.

Dalam hal ini prosedur penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara

penginderaan maupun dalam melakukan analisa data.

Universitas Sumatera Utara


Indera yang berperan dalam uji organoleptik adalah indera penglihatan,

penciuman, pencicipan. Panel diperlukan untuk melaksanakan penilaian

organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel

bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri atas orang atau kelompok

yang bertugas menilai sifat dari suatu komoditi. Orang yang menjadi anggota

panel disebut panelis.

2.6 Panelis

Menurut Rahayu (1998), dikenal tujuh macam panel pada penilaian

organoleptik, yaitu panel perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak

terlatih, panel tidak terlatih, panel konsumen dan panel anak-anak. Perbedaan

ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian

organoleptik.

1. Panel Perseorangan

Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan

spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan-latihan yang

sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal sifat, peranan dan cara

pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai metode-metode analisa

organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah

kepekaan tinggi, bias dapat dihindari, penilaian efisien. Panel perseorangan

biasanya digunakan untuk mendeteksi penyimpangan yang tidak terlalu banyak

dan mengenali penyebabnya.

Universitas Sumatera Utara


2. Panel Terbatas

Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi

sehingga bias lebih dapat dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor

faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan

pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir.

3. Panel Terlatih

Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup

baik. Untuk menjadi panelis terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-

latihan. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau

spesifik.

4. Panel Agak Terlatih

Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih untuk

mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari kalangan

terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data yang sangat

menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya.

5. Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih

berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel tidak

terlatih hanya diperbolehkan menilai sifat-sifat organoleptik yang sederhana

seperti sifat kesukaan, tetapi tidak boleh digunakan dalam uji pembedaan. Panel

tidak terlatih biasanya terdiri dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria

sama dengan panelis wanita.

6. Panel Konsumen

Universitas Sumatera Utara


Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada

target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan

dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu.

7. Panel Anak-anak

Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3-10

tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-

produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen, es krim dan sebagainya.

Cara penggunaan panelis anak-anak harus bertahap yaitu dengan

pemberitahuan atau dengan bermain bersama, kemudian dipanggil untuk diminta

responnya terhadap produk yang dinilai dengan alat bantu gambar seperti boneka

snoopy yang sedang sedih, biasa atau tertawa.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Uji Daya Terima Es Krim


Bunga Rosella (warna,
aroma, tekstur, rasa)
Es krim Dengan
Modifikasi Bunga Rosella
Kandungan Gizi Es Krim
Bunga Rosella

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan di atas menunjukkan bagaimana es krim dengan modifikasi dari

bunga rosella akan memengaruhi daya terima serta kandungan gizinya.

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian bersifat eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari es krim rosella dengan dua perlakuan yaitu penambahan

bunga rosella segar sebanyak 10% dan 20% dengan simbol R 1 dan simbol R2

yang diulang sebanyak dua kali pada saat proses pembuatan es krim rosella

dengan maksud memperkecil error atau kesalahan yang mungkin terjadi pada saat

penimbangan bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim rosella. Berikut

merupakan tabel rincian perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Rincian Perlakuan


Perlakuan Ulangan (Y)
1 2
R1 Y11 Y12
R2 Y21 Y22
Keterangan :
R1 : Perlakuan dengan penambahan bunga rosella segar 10 %
R2 : Perlakuan dengan penambahan bunga rosella segar 20 %
Y11 : Perlakuan R1 (10%) pada ulangan ke-1
Y12 : Perlakuan R1 (10%) pada ulangan ke-2
Y21 : Perlakuan R2 (20%) pada ulangan ke-1
Y22 : Perlakuan R2 (20%) pada ulangan ke-2

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2017.

Pembuatan es krim bunga rosella dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU. Uji kandungan gizi dilakukan di Balai Riset dan

Standardisasi Industri Medan dan Laboratorium Biokimia FMIPA USU. Uji daya

terima es krim rosella dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU.

45

Universitas Sumatera Utara


3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah es krim dengan menggunakan campuran bunga

rosella kering sebanyak 10% dan es krim dengan menggunakan campuran bunga

rosella kering sebanyak 20% serta untuk melihat kandungan gizi vitamin C dan

kalsium.

3.4 Definisi Operasional

1. Es krim rosella adalah produk olahan pangan yang dibuat dengan cara

pembekuan atau campuran susu cair, krim kental, putih telur, gula, dan bunga

rosella.

2. Uji daya terima adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat

daya terima masyarakat dengan menggunakan skala hedonik tiga titik sebagai

acuan.

3. Uji daya terima terhadap warna adalah corak rupa yang dihasilkan oleh es krim

dengan bahan dasr bunga rosella dirasakan secara subyektif oleh indera

penglihatan.

4. Uji daya terima terhadap rasa adalah daya terima panelis terhadap es krim

dengan bahan dasar bunga rosella yang dirasakan secara subyektif oleh indera

pengecap.

5. Uji daya terima terhadap aroma adalah bau khas yang dihasilkan oleh es krim

dengan bahan dasar bunga rosella yang dibedakan oleh indera penciuman.

6. Uji daya terima terhadap tekstur adalah tingkat kekenyalan dari es krim dengan

bahan dasar bunga rosella.

Universitas Sumatera Utara


7. Panelis adalah mahasiswa/i FKM USU yang diuji tingkat kesukaannya terhadap

es krim rosella yaitu sebanyak 30 panelis.

3.5 Alat dan Bahan

3.5.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan es krim rosella, antara lain :

timbangan, pisau, telenan, baskom, gunting, mixer, blender, balloon wisk, sendok

makan, sendok pengaduk, panci, kompor gas dan cup es krim.

Alat yang digunakan untuk melakukan uji daya es krim rosella antara lain :

1. Formulir uji organoleptik, yaitu formulir yang berisi pertanyaan tentang warna,

rasa, aroma, tekstur dari es krim rosella.

2. Alat tulis berupa pulpen, pensil, dan penghapus.

3.5.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah susu segar, krim segar, putih telur, air, gula

pasir, dan bunga rosella kering.

Jenis dan Ukuran Bahan pada Pembuatan Es Krim Bunga Rosella dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jenis dan Ukuran Bahan pada Pembuatan Es Krim Bunga Rosella
Hasil Modifikasi Resep
Bahan Kelompok Eksperimen
R1 R2
susu cair 270 gr 240 gr
bunga rosella kering 30 gr 60 gr
krim kental 100 gr 100 gr
air panas 200 ml 200 ml
putih telur 1 butir 1 butir
gula pasir 100 gr 100 gr
Keterangan :
Berat total dari bahan utama : 300 gr (susu cair dan bunga rosella kering)
R1 : susu cair 90%, bunga rosella kering 10 %
R2 : susu cair 80%, bunga rosella kering 20 %

Universitas Sumatera Utara


3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu : proses penghalusan rosella

dan proses pembuatan adonan es krim.

3.6.1 Proses penghalusan rosella

1. Bunga rosella kering ditimbang masing-masing 30 gr dan 60 gr lalu

diseduh dengan air panas hingga air seduhan berwarna merah lalu diamkan

selama ± 10 menit.

2. Potong-potong kecil rosella kering untuk mempermudah ketika di blender.

3. Hancur bahan sampai halus dengan blender secara terpisah sehingga

rosella menjadi berbentuk bubur.

3.6.2 Proses Pembuatan Adonan Es Krim

1. Kocok gula dan putih telur dengan balloon wisk hingga mengental dan

berwarna putih pekat. Sisihkan.

2. Panaskan susu bersama krim kental (whipped cream) hingga hampir

mendidih (±80˚C) sambil dicampurkan dengan gula.masukkan ked lam

adonan putih telur sambil terus diaduk.

3. Masak kembali adonan dengan cara ditim (dimasak di atas air) sambil

terus diaduk dengan spatula kayu. Masak hingga adonan mengental

(menempel tipis di spatula).

4. Masukkan rosella halus sesuai perlakuam dan aduk hingga rata. Angkat

5. Setelah dingin, tuangkan ke dalam wadah bersih lalu diamkan hingga

dingin.

6. Masukkan adonan ke dalam kulkas selama ± 4 jam.

Universitas Sumatera Utara


7. Keluarkan adonan dari kulkas, lalu mixer adonan agar adonan menjadi

lebih lembut.

8. Masukkan ke dalam kemasan, lalu simpan kembali ke dalam kulkas agar

mengeras sampai siap untuk dihidangkan.

Bahan I : Bahan II:


Gula pasir Susu
Putih telur Krim kental

Pencampuran Bahan I (diaduk) Pencampuran Bahan II (dipanaskan)

Pencampuran adonan bahan I dan bahan II

Adonan di tim (dimasak di atas air) sambil diaduk

Dinginkan

Tambahkan rosella halus*

Bekukan ke kulkas

Keluarkan adonan dan mixer adonan es


krim

Bekukan ke kulkas kembali

Es Krim Rosella

Gambar 3.1 Skema Proses Pembuatan Es Krim Modifikasi Bunga Rosella

Keterangan : *sesuai perlakuan

Universitas Sumatera Utara


3.7 Uji Kandungan Gizi

3.7.1 Uji Kadar Vitamin C

Penentuan Kadar Vitamin C (mg/100 g bahan) Metode Titrasi Iodometri.

Kandungan vitamin C ditentukan dengan cara titrasi, sebanyak 10 gram es

krim rosella dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 100 ml dan

ditambahkan aquadest kemudian diaduk hingga merata dan disaring dengan

kertas saring. Filtrat diambil sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur

lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes larutan pati

1% lalu dititrasi dengan larutan iodium 0,01 N hingga terjadi perubahan warna

biru sambil dicatat berapa ml iodium yang terpakai.

Kadar vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :

Kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Keterangan :
fp : faktor pengencer

3.7.2 Kadar kalsium

Analisis kadar kalsium sampel dilakukan dengan menimbang 0,1 gram

sampel halus yang kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan

ditambahkan 10- 13 ml campuran asam yang terdiri dari HNO3, HClO4, dan HCl

(perbandingan 6:6:1), larutan didestruksi sampai berwarna jernih kemudian

didinginkan. Setelah dingin campuran hasil destruksi disaring dengan kertas

saring whatman. Pada saat penyaringan, labu ukur dan corong dibilas dengan air

bebas ion sebanyak 4 kali. Volume hasil penyaringan ditera hingga 100 ml dan

siap diukur pada AAS dengan panjang gelombang 422,7 nm.

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan :

Kadar kalsium = ( ) * +

Keterangan :
a : bobot sampel
b : hasil konsentrasi kalsium (ppm)
⨍ : faktor pengenceran

3.8 Uji Daya Terima

Penilaian secara subjektif dilakukan dengan uji organoleptik. Uji

organoleptik adalah penilaian yang menggunakan indera. Jenis uji organoleptik

yang digunakan adalah uji kesukaan/hedonic menyatakan suka/tidaknya terhadap

suatu produk. Uji hedonik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

tingkat daya terima konsumen dengan mempergunakan skala hedonic. Sembilan

titik sebagai acuan, namun mempermudah penelis dan peneliti skala ini diperkecil

menjadi 3 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1 dan skor yang

paling tinggi adalah 3. Berdasarkan tingkatannya, tingkat penerimaan konsumen

dapat diketahui sesuai dengan tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3 Tingkat Penerimaan Konsumen


Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik
Warna Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Aroma Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Rasa Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Tekstur Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1

Universitas Sumatera Utara


1.Panelis

Pada penilaian kesukaan/ analisa sifat sensori suatu komoditi diperlukan

alat (instrument). Alat yang digunakan terdiri dari orang yang disebut panel, orang

yang bertugas sebagai panel disebut panelis.

Panelis dalam penelitian ini adalah panelis tidak terlatih yaitu Mahasiswa/i

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sebanyak 30 orang.

Kriteria panelis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.Usia berkisar antara 18 – 30 tahun

b.Sehat lahir dan batin

c.Bersedia menjadi panelis

d.Bisa bekerja sama

2.Pelaksanaan Penilaian

a.Waktu dan Tempat

Penilaian uji daya terima es krim rosella dilakukan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU pada bulan Juni 2017.

b.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah formulir penilian, alat tulis. Sedangkan bahan

yang digunakan adalah es krim dengan bahan dasar bunga rosella dengan variasi

perbandingan bunga rosella kering 10% dan 20%.

3. Langkah-langkah pada uji daya terima

a. Mempersilahkan panelis untuk duduk di ruangan yang telah disediakan.

b. Membagikan sampel dengan kode sesuai variasi, formulir penilaian dan alat

tulis.

Universitas Sumatera Utara


c. Memberikan penjelasan singkat kepada panelis tentang cara memulai dan cara

pengisian formulir.

d.Memberikan kesempatan kepada panelis untuk memulai dan menuliskan

penilaian pada lembar fomulir penilaian.

e. Mengumpulkan formulir yang telah diisi oleh panelis.

f. Setelah formulir penilaian dikumpulkan kemudian dianalisis.

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Analisis deskriptif persentase

ini digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan.

Untuk mengetahui tigkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis deskriptif

kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis

dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase

dirumuskan sebagai berikut :

n
%= x 100
N

Keterangan :
% = skor presentase
n = jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal (skor tertinggi x jumlah panelis)

Data skor persentase diubah menjadi nilai kesukaan konsumen, analisisnya

sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

Nilai tertinggi = 3 (suka)

Nilai terendah = 1 (tidak suka)

Jumlah kriteria yang ditentukan = 3 kriteria

Universitas Sumatera Utara


Jumlah panelis = 30 orang

a. Skor maximum = jumlah panelis x nilai tertinggi

= 30 x 3 = 90

b. Skor minimum = jumlah panelis x nilai terendah

= 30 x 1 = 30

c. Persentase maksimum = x 100%

90
= x 100%
90

= 100%

d. Persentase minimum = x 100%

30
= x 100%
90

= 33,3%

e. Rentangan = nilai tertinggi – nilai terendah

= 100% - 33,3% = 66,7%

f. Interval presentase = rentangan : jumlah kriteria

= 66,7% : 3 = 22,2% ≈ 22%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval

persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut.

Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan Presentase dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Interval Persentase dan Kriteria Kesukaan Presentase


Persentase (%) Kriteria Kesukaan
78 – 100 Suka
56 – 77 Kurang Suka
34 – 56 Tidak Suka

Universitas Sumatera Utara


Tabel interval persentase dan kriteria kesukaan menunjukkan bahwa pada

persentase 34-55,99 panelis tidak menyukai dan tidak tertarik terhadap es krim

rosella berdasarkan aroma, tekstur, warna, dan rasa sehingga termasuk dalam

kriteria kurang suka/kurang menarik. Pada persentase 56-77,99 panelis kurang

menyukai dan kurang tertarik terhadap es krim rosella berdasarkan aroma, tekstur,

warna, dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria suka. Pada persentase 78-100

panelis menyukai dan tertarik terhadap es krim rosella berdasarkan aroma, tekstur,

warna, dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria sangat suka/sangat tertarik.

Setelah mengetahui bagaimana penerimaan panelis terhadap es krim

rosella yang dihasilkan, langkah selanjutnya adalah mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan pada organoleptik es krim dengan dua perlakuan pada jumlah

penambahan rosella, maka dapat dilakukan Uji T – Independent Test. Analisis

dilakukan dengan program komputer (SPSS).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Berdasarkan kedua perlakuan yang berbeda terhadap es krim dengan

modifikasi bunga rosella maka dihasilkan es krim dengan modifikasi bunga

rosella yang berbeda. perbedaan kedua es krim yang dihasilkan dapat dilihat pada

gambar 4.1 dan tabel 4.1berikut ini :

R1 R2

Gambar 4.1 : Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Tabel 4.1 Perbedaan Karakteristik Es Krim dengan Modifikasi Bunga


Rosella
Karakteristik Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella
R1 R2
Warna Merah marun pucat Merah marun terang
Aroma Sedikit khas rosella dan susu Khas Rosella dan susu
Tekstur Sedikit kasar Sedikit kasar
Rasa Sedikit asam Asam
Keterangan:
R1 : Es krim dengan modifikasi bunga rosella 10% (30 gr)
R2 : Es krim dengan modifikasi bunga rosella 20% (60 gr)

56

Universitas Sumatera Utara


4.2 Analisis Organoleptik Warna Es krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Hasil analisis organoleptik warna es krim dengan modifikasi bunga rosella

pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Hasil Analisis Organoleptik Warna Es krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella
Kriteria R1 R2
Warna Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 16 48 53,3 23 69 76,7
Kurang Suka 8 16 17,8 5 10 11,1
Tidak Suka 6 6 6,7 2 2 2,2
Total 30 70 77,8 30 81 90

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui total skor es krim, pada es krim

perlakuan R2 memiliki skor tertinggi yaitu 90%, sedangkan pada perlakuan R1

memiliki skor terendah yaitu 77,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

panelis lebih menyukai warna es krim pada perlakuan R2 dibandingkan dengan

perlakuan R1. Berdasarkan nilai presentasi hasil uji menunjukkan perlakuan R1

tergolong disukai dan R2 kurang disukai.

Perbedaan pengaruh pada kedua perlakuan dapat diketahui dengan uji

Independent Samples T-Test. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

(0,049) < ttabel (0,05). Hal ini berarti ada perbedaan pengaruh perlakuan terhadap

warna antara eskrim R1 dan eskrim R2.

4.3 Analisis Organoleptik Aroma Es krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Hasil analisis organoleptik aroma es krim dengan modifikasi bunga rosella

pada Tabel 4.3 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Hasil Analisis Organoleptik Aroma Es krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella
Kriteria R1 R2
Aroma Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 19 57 63,3 17 51 56,7
Kurang Suka 8 16 17,8 9 18 20
Tidak Suka 3 3 3,3 4 4 4,4
Total 30 76 84,4 30 73 81,1

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa total skor es krim, pada es

krim perlakuan R1 memiliki skor tertinggi yaitu 84,4%, sedangkan pada

perlakuan R2 memiliki skor terendah yaitu 81,1%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar panelis lebih menyukai aroma es krim pada perlakuan R2

dibandingkan dengan perlakuan R1. Berdasarkan nilai presentasi hasil uji

menunjukkan perlakuan R1 dan R2 tergolong disukai.

Perbedaan pengaruh pada kedua perlakuan dapat diketahui dengan uji

Independent Samples T-Test. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung

(0,585) > ttabel (0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan pengaruh perlakuan

terhadap rasa antara eskrim R1 dan eskrim R2.

4.4 Analisis Organoleptik Tekstur Es krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Hasil analisis organoleptik tekstur es krim dengan modifikasi bunga

rosella pada Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4. Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Es krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella
Kriteria R1 R2
Tekstur Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 20 60 66,7 17 51 56,7
Kurang Suka 7 14 15,6 7 14 15,6
Tidak Suka 3 3 3,3 6 6 6,7
Total 30 77 85,6 30 71 79

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui total skor es krim, pada es krim

perlakuan R1 memiliki skor tertinggi yaitu 85,6 %, sedangkan pada perlakuan R2

memiliki skor terendah yaitu 79 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

panelis lebih menyukai tekstur es krim pada perlakuan R 1 dibandingkan dengan

perlakuan R2. Berdasarkan nilai presentasi hasil uji menunjukkan perlakuan R1

dan R2 tergolong disukai.

Perbedaan pengaruh pada kedua perlakuan dapat diketahui dengan uji

Independent Samples T-Test. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung

(0,304) > ttabel (0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan pengaruh perlakuan

terhadap tekstur antara es krim R1 dan es krim R2.

4.5 Analisis Organoleptik Rasa es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Hasil analisis organoleptik rasa es krim dengan modifikasi bunga rosella

pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Hasil Analisis Organoleptik Rasa Es Krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella
Kriteria R1 R2
Rasa Panelis Skor (%) Panelis Skor (%)
Suka 21 63 63,3 12 36 40
Kurang Suka 6 10 11,1 12 24 26,7
Tidak Suka 3 3 3,3 6 6 6,7
Total 30 76 83,3 30 66 73,4

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa total skor es krim, pada es

krim perlakuan R1 memiliki skor tertinggi yaitu 83,3%, sedangkan pada perlakuan

R2 memiliki skor terendah yaitu 73,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar panelis lebih menyukai rasa es krim pada perlakuan R1 dibandingkan

dengan perlakuan R2. Berdasarkan nilai presentasi hasil uji menunjukkan

perlakuan R1 tergolong disukai dan R2 kurang disukai.

Universitas Sumatera Utara


Perbedaan pengaruh pada kedua perlakuan dapat diketahui dengan uji

Independent Samples T-Test. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung

(0,035) < ttabel (0,05). Hal ini berarti ada perbedaan pengaruh perlakuan terhadap

rasa antara es krim R1 dan es krim R2.

4.6 Analisis Kandungan Vitamin C dan Kalsium pada Es Krim dengan


Modifikasi Bunga Rosella

Hasil Analisis Kandungan Vitamin C dan Kalsium dapat dilihat pada

Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella
Zat Gizi R1 R2
(1)
Vitamin C (%) 63,008 70,4
Kalsium (mg)(2) 498 419
(1)
Laboratorium Biokimia FMIPA USU (2017)
(2)
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan (2017)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat hasil dari kandungan gizi es krim

dengan modifikasi bunga rosella menunjukkan kandungan vitamin C paling tinggi

terdapat pada es krim dengan modifikasi bunga rosella perlakuan R 2 yaitu 70,4%.

Kandungan Kalsium paling tinggi terdapat pada es krim dengan modifikasi bunga

rosella perlakuan R1 yaitu 498 mg.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Es Krim yang Dihasilkan

Dari hasil penelitiam, es krim dengan modifikasi bunga rosella pada

perlakuan R1 (10%) berwarna merah marun pucat, beraroma sedikit khas rosella,

tekstur yang dihasilkan lembut, dan rasa sedikit asam, es krim dengan modifikasi

bunga rosella pada perlakuan R2 (20%) berwarna merah marun terang, beraroma

khas rosella, teksturnya sedikit kasar dan rasa yang dihasilkan asam.

Pada es krim rosella terjadi perubahan resep acuan pembuatan dimana

pada pembuatan es krim rosella, bahan dasar dari es krim dilakukan penambahan

20 gr susu cair pada perlakuan R1 dikarenakan peneliti berasumsi perubahan resep

yang terjadi membuat rasa yang dihasilkan menjadi tidak begitu asam dan

pengurangan bahan dasar susu cair sebanyak 10 gr pada perlakuan R2 dikarenakan

peneliti berasumsi perubahan resep yang terjadi membuat warna yang dihasilkan

menjdi lebih bagus dan rasa yang dihasilkan lebih mengarah khasnya rosella yaitu

bersifat asam.

5.2 Daya Terima Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Berdasarkaan hasil uji daya terima panelis yaitu kepada 30 mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU)

diperoleh hasil bahwa es krim dengan modifikasi bunga rosella pada perlakuan R 1

memiliki total skor seluruhnya yaitu 298 dan pada perlakuan R2 diperoleh total

skor seluruhnya yaitu 291, dilihat dari total skor berdasarkan warna, aroma, rasa

61

Universitas Sumatera Utara


dan tekstur. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa panelis lebih menyukai es

krim dengan modifikasi bunga rosella pada perlakuan R1.

Uji daya terima dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Universitas Sumatera Utara dan tepatnya di Laboratorium Gizi Kesehatan

Masyarakat (FKM) USU yang berlangsung pada pukul 09.00 sampai 12.00 WIB

pada 21 Juni 2017.

5.3 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Warna Es Krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella

Pengujian organoleptik terhadap warna oleh panelis menunjukkan bahwa

es krim dengan modifikasi bunga rosella pada perlakuan R2 (20%) disukai panelis

dengan total skor 70 (77,8%) dengan kriteria kurang suka, es krim dengan

modifikasi bunga rosella pada perlakuan R1 (10%) memiliki total skor 81 (90%)

memiliki kriteria suka.

Berdasarkan hasil analisis uji Independent Samples Test terhadap warna

dari kedua perlakuan es krim dengan thitung (0,011) < ttabel (0,05) menunjukkan

bahwa es krim dengan modifikasi bunga rosella memberi pengaruh yang berbeda

nyata terhadap warna es krim yang dihasilkan.

Perbedaan warna pada kedua perlakuan es krim terutama dipengaruhi oleh

penambahan bunga rosella dan susu cair. Warna es krim pada perlakuan R1 adalah

merah marun pucat, sedangkan pada perlakuan R2 adalah merah marun terang.

Penambahan bunga rosella paling banyak terdapat pada perlakuan R 2 sehingga

menghasilkan warna merag yang lebih terang dibandingkan R1. Perbedaan inilah

yang membuat panelis lebih menyukai warna es krim dengan modifikasi bunga

rosella pada perlakuan R2.

Universitas Sumatera Utara


Warna dapat menandakan rasa suatu makanan. Bila suatu makanan

menyimpang dari warna yang umumnya berlaku, makanan tersebut pastinya tidak

akan dipilih oleh konsumen. Meskipun sesungguhnya makanan tersebut masih

baik kondisinya. Meskipun demikian warna juga tidak selalu identik dengan suatu

rasa tertentu (Astawan, 2008).

Fungsi dari warna pada suatu makanan sangatlah penting, karena dapat

membangkitkan selera makan. Warna dalam suatu makanan yang dijual di

pasaran belum tentu aman, yang tidak baik untuk dikonsumsi terlalu sering karena

adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut sehingga berbahaya bagi

kesehatan (Winarno, 2004).

5.4 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma Es Krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella

Pengujian organoleptik terhadap aroma oleh panelis menunjukkan bahwa

es krim dengan modifikasi bunga rosella pada perlakuan R1 (10%) disukai panelis

dengan total skor 76 (84,4%) dengan kriteria suka, es krim dengan modifikasi

bunga rosella pada perlakuan R2 (20%) memiliki total skor 73 (81,1%) juga

memiliki kriteria suka.

Berdasarkan hasil analisis uji Independent Samples Test terhadap aroma

dari kedua perlakuan es krim dengan thitung (0,304) > t tabel (0,05) menunjukkan

bahwa es krim dengan modifikasi bunga rosella tidak memberi pengaruh yang

berbeda nyata terhadap warna es krim yang dihasilkan.

Tidak adanya perbedaan secara signifikan dari aroma pada dua perlakuan

es krim yang dicium. Hal ini dikarenakan salah satu bahan dasar dalam

pembuatan es krim yaitu susu cair yang jumlahnya tidak berbeda jauh antar

Universitas Sumatera Utara


perlakuan. Aroma khas bunga rosella kering sedikit tertutupi karena adanya bahan

dasar yaitu susu sehingga aroma yang dihasilkan seimbang antara perpaduan susu

dengan rosella.

Aroma atau bau merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk

diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar. Aroma

dihasilkan dari interaksi zat-zat dengan jutaan rambut getar pada sel epitelium

olfaktori yang terletak di langit-langit rongga hidung (Setyaningsih dkk, 2010).

5.5 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Es Krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella

Pengujian organoleptik terhadap tekstur oleh panelis menunjukkan bahwa

es krim dengan modifikasi bunga rosella rosella pada perlakuan R1 (10%) disukai

panelis dengan total skor 77 (85,6%) dengan kriteria suka, es krim dengan

modifikasi bunga rosella rosella pada perlakuan R2 (20%) memiliki total skor 71

(79 %) juga memiliki kriteria suka.

Berdasarkan hasil analisis uji Independent Samples Test terhadap aroma

dari kedua perlakuan es krim dengan thitung (0,458) > ttabel (0,05) menunjukkan

bahwa es krim dengan modifikasi bunga rosella tidak memberi pengaruh

perbedaan nyata terhadap tekstur es krim yang dihasilkan.

Tidak adanya perbedaan secara signifikan dari tekstur pada dua perlakuan

es krim. Tekstur dari es krim dengan modifikasi rosella tersebut kental dan

mengandung serat-serat halus dari rosella itu sendiri. Hal ini juga dipengaruhi

oleh pengolahan dengan cara memblender rosella hingga menjadi halus tetapi

ketika dicampurkan dengan bahan es krim lainnya, tekstur menjadi sedikit kasar.

Universitas Sumatera Utara


Tekstur makanan berkaitan dengan sensasi sentuhan. Memandang satu

produk dapat memberi gagasan apakah suatu produk tersebut kasar, halus, keras,

atau lembek. Menurut Winarno (2008), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan

mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan tersebut karena dapat

mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori

dan kelenjer air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan terhadap intensitas

rasa, bau, dan cita rasa semakin berkurang.

5.6 Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa Es Krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella

Pengujian organoleptik terhadap rasa oleh panelis menunjukkan bahwa es

krim dengan modifikasi bunga rosella pada perlakuan R1 (10%) disukai panelis

dengan total skor 75 (83,3%) dengan kriteria suka, es krim dengan modifikasi

bunga rosella pada perlakuan R2 (20%) memiliki total skor 66 (73,4%) memiliki

kriteria kurang suka.

Berdasarkan hasil analisis uji Independent Samples Test terhadap aroma

dari kedua perlakuan es krim dengan t hitung (0,035) < ttabel (0,05) menunjukkan

bahwa es krim dengan modifikasi bunga rosella memberi pengaruh perbedaan

yang nyata terhadap rasa es krim yang dihasilkan.

Perbedaan rasa pada kedua perlakuan es krim terutama dipengaruhi oleh

penggunaan bahan dasar yaitu susu cair dan rosella. Penggunaan rosella sebagai

pengganti buah-buahan memberikan rasa yang berbeda pada es krim

dibandingkan es krim pada umumnya.

Rasa lebih banyak melibatkan panca indera yaitu lidah, agar suatu

senyawa dapat dikenali rasanya. Rasa suatu bahan makanan dipengaruhi oleh

Universitas Sumatera Utara


senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar

masih bisa dirasakan (thresshold). Batas ini tidak sama pada tiap-tiap orang dan

threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak sama. Akibat yang

ditimbulkan mungkin peningkatan intensitas rasa atau penurunan intensitas rasa

(Winarno 2004).

5.7 Analisis Hasil Uji Beda Daya Terima

Berdasarkan hasil uji beda daya terima, ada perbedaan signifikan antara es

krim dengan modifikasi bunga rosella R1 (10%) dengan es krim dengan

modifikasi bunga rosella R2 (20%), itu artinya es krim dengan modifikasi bunga

rosella R1 (10%) dapat direkomendasikan kepada masayarakat berdasarkan daya

terimanya yang sama-sama akan disukai oleh masyarakat.

Selain daya terima yang menjadi pertimbangan rekomendasi pada

masyarakat atas penerimaan es krim dengan modifikasi bunga rosella ini adalah

analisis sederhana terhadap biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan es krim

tersebut. Ada pun gambaran biaya pembuatan es krim dengan modifikasi bunga

rosella adalah sebagai berikut :

a. Susu cair 510 gram (/ 900 gram = Rp 15.000) : Rp 8.500,-

b.Krim Kental 200 gram (/ 225 gram = Rp 15.000) : Rp 12.000,-

c. Gula Pasir 200 gram (/ kg = Rp 13.000) : Rp 2.600,-

d.Telur 2 butir (/ butir = Rp 1.300) : Rp 2.600,-

e. Bunga Rosella Kering 80 gram (/100 gram = Rp 10.000) : Rp. 8.000,-

Total Harga : Rp 33.700,-

Universitas Sumatera Utara


Dengan modal tiga puluh tiga ribu tujuh ratus rupiah akan menghasilkan

10 buah es krim dengan ukuran masing-masing 90 gr (100 ml). Daya terima dan

pertimbangan biaya yang cukup murah dapat menjadikan es krim ini cukup

diminati di tengah masyarakat.

5.8 Analisis Kandungan Vitamin C dan Kalsium Es Krim dengan Modifikasi


Bunga Rosella

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 75 Tahun 2013

tentang angka kecukupan gizi, dianjurkan mengkonsumsi vitamin C per harinya

yaitu sebesar 90 miligram untuk laki-laki dan 75 miligram untuk perempuan yang

berusia 19-29 tahun serta dianjurkan mengkonsumsi Kalsium per harinya yaitu

sebesar 1100 miligram untuk laki-laki dan perempuan yang berusia 19-29 tahun.

Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa kandungan Vitamin C tertinggi terdapat pada es krim dengan modifikasi

bunga rosella perlakuan R2 (20%) yaitu 70,4 miligram dari 100 gram es krim

dengan modifikasi bunga rosella dan yang terendah terdapat pada es krim

dengan modifikasi bunga rosella perlakuan R1 (10%) yaitu 63,008 miligram dari

100 gram es krim dengan modifikasi bunga rosella. Jumlah ini lebih tinggi

dibandingkan kandungan es krim pada umumnya yaitu 1 mg vitamin C dalam 100

gr es krim (DKBM, 2010). Hal ini disebabkan pada bunga rosella banyak

mengandung Vitamin C yang tinggi akan antioksidan

Kandungan Kalsium tertinggi terdapat pada es krim dengan modifikasi

bunga rosella perlakuan R1 (10%) yaitu 498 miligram dan yang terendah pada es

krim dengan modifikasi bunga rosella perlakuan R 2 (20%) yaitu 419 miligram.

Universitas Sumatera Utara


Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan kandungan es krim pada umumnya yaitu 123

miligram Kalsium dalam 100 gr es krim (DKBM, 2010).

Kalsium merupakan makromolekul yang penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan tulang dan gigi. Pada pertumbuhan tulang dan gigi mencapai

ukuran maksimal sehingga dapat mencegah pengeroposan tulang dan gigi pada

usia dewasa. Kalsium juga diperlukan dalam mekanisme pembekuan darah.

Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh (Almatsier,2004).

Es krim ini merupakan salah satu panganan selingan yang dapat

melengkapi sebagian kebutuhan vitamin C dan Kalsium harian yang banyak

bermanfaat bagi tubuh.

Penelitian ini memiliki kendala penilitan. Kendala yang dihadapi adalah

pada proses pencarian bahan utama yaitu rosella. Rosella kering lebih mudah

didapatkan dibandingkan rosella segar, dikarenakan daya simpan dan masa panen

yang panjang sehingga peneliti memakai rosella kering. Harga rosella kering dan

basah juga tidak terlalu jauh berbeda dan harga juga masih relatif murah. Kendala

yang juga dihadapi pada proses pembuatan es krim dengan modifikasi bunga

rosella adalah ada proses penghalusan rosella. Rosella yang diblender tidak secara

langsung bisa halus. Butuh waktu lama untuk membuat rosella menjadi halus.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pembuatan es krim dengan modifikasi bunga rosella memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap warna dan rasa es krim, tetapi tidak memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma dan tekstur es krim.

2. Daya terima es krim dengan modifikasi bunga rosella berdasarkan warna,

yang lebih disukai adalah perlakuan A2 (20%) sedangkan berdasarkan aroma,

tekstur, dan rasa yang lebih disukai adalah perlakuan A1 (10%).

2. Berdasarkan uji daya terima meliputi warna, aroma, tekstur dan rasa pada es

krim yang disukai panelis adalah es krim dengan modifikasi bunga rosella

perlakuan R1 (10%)

3. Berdasarkan uji Laboratorium kandungan gizi es krim dengan modifikasi bunga

rosella mengandung vitamin C tertinggi pada perlakuan R2 (20%) yaitu 70,4

mg dan kandungan gizi es krim dengan modifikasi bunga rosella mengandung

Vitamin C terendah pada perlakuan R1 (10%) yaitu 63, 008 mg. Kandungan

gizi es kri dengan modifikasi bunga rosella mengandung Kalsium tertinggi

pada perlakuan R1 (10%) yaitu 498 mg dan kandungan gizi es krim dengan

modifikasi bunga rosella mengandung kalsium terendah pada perlakuan R2

(20%) yaitu 419 mg.

69

Universitas Sumatera Utara


6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hal yang dapat

disarankan sebagai berit :

1. Berdasarkan organoleptik warna dan rasa dan kandungan gizi maka es krim

dengan komposisi 10% (30 gr) bunga rosella dapat dijadikan sebagai produk

pangan alternatif.

2. Peneliti kesulitan dalam mendapatkan bunga rosella, sehingga perlu dilakukan

sosialisasi kepada masyarakat untuk memingkatkan minat masyarakat dalam

membudidayakan tanaman rosella.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adelia, Nurul. 2012. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Penderita


Hipertensi Sedang Akibat Pemberian Seduhan Rosella Segar dan
Rosella Kering (Hibiscus Sadbariffa Linn) di Wilayah Kerja. Skripsi.
Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas : Padang.

Aliyah, Rakhmi. 2010. Pengaruh Jenis Bahan Pengental Dalam Pembuatan Es


Krim Sari Wortel Terhadap Kadar Betakaroten Dan Sifat Inderawi.
Skripsi.Universitas .Negeri Semarang : Semarang.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Anggraeni. 2003. Aplikasi Inulin pada Low Fat Es Krim sebagai Diversifikasi
Pangan Prebiotik.http://staff.uny.ac.id

Arbuckle,W.S. 1977. Ice Cream Third Edition. Avi Publishing Company, Inc
West Port, Connecticut.

Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Hidangan Hewani. Penebar Swadaya:


Jakarta.

Avriza, Hernati. 2011. Dahsyatnya Bunga-bunga Berkhasiat Obat di Sekitar


Kita. Yogyakarta: Araska.

BPOM RI. 2010. Serial data ilmiah terkini tanaman obat rosella (Hibiscus
Sabdariffa L). Jakarta : Badan POM RI Hal. 1-4,10.

Chan, Levi Adhitya. 2008. Membuat Es Krim.Jakarta :PT Agromedia Pustaka.

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). 2010.


Suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/o4/DKBM-Indonesia.pdf

Djelantik, N. P. A., 2016. Kajian Penggunaan Rumput Laut Eucheuma


Spinosum Sebagai Bahan Pengisi Terhadap Sifat kimia, Fisik dan
Sensoris Es Krim. Tesis. Universitas Udayana : Bali.

Duke,J.A.1983.Handbook of Energy Crops.


www.hord.purdue.edu/newcrop/duke

Goff, H.D. 2000. Controlling Ice Cream Structure by Examining Fat Protein
Interactions. J. Dairy Technology. Australia.

71

Universitas Sumatera Utara


Hartatie, E.S.2011. Kajian Formulasi (Bahan Baku, Bahan Pemantap) dan
Metode Pembuatan terhadap Kualitas Es Krim. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang: Malang.

Hasibuan, Dahniar. 2010. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Penstabil


terhadap Mutu Selai Rosella. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara : Medan.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., 2009. Farmakognosi dan


Fitoterapi.Terjemahan Winny R. Syarief, dkk. EGC: Jakarta

Kompas.2010.Buat Apa Minum Teh Rosella.


http://female.kompas.com/2010/10/03/19005975/Buat.Apa.Minum.Teh.R
osella

Mardiah., Sawarni, H., R. W. Ashadi., A. Rahayu. 2009. Budi Daya dan


Pengolahan Rosella si Merah Segudang Manfaat. Cetakan I.
Agromedia Pustaka: Jakarta

Marshall, R.T. dan W.S. Arbuckle. 1996. Ice Cream, 5th edition. International
Thomson Publishing. New York.

Maryani, H dan Krisriana, L. 2008. Khasiat dan Manfaat Rosela. Agromedia


Pustaka: Jakarta.

Meilanie, R.T. 2015. Karakteristik Yoghurt Prebiotik dengan Penambahan


Ekstrak Bunga Rosell (Hibiscus sadbariffa L) selama Penyimpanan
Suhu Dingin. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor :
Bogor.

Moehyi. S. 1992. Penyelenggaran Makanan Institut dan Jasa Boga. Bharata:


Jakarta.

Mulyaningrum. S. 2007. Daya Terima Bubur Predadi. BRSD Cibinong Bogor.

Nasution, Dahniar. 2013. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Zat Penstabil


Terhadap Mutu Selai Rosella. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara : Medan.

Padaga, M dan Sawitri, M.E. 2005, Es Krim yang Sehat, Trubus Agrisarana,
Surabaya.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI). 2013. Angka


Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Gizi.depkes.go.id/PMK 75-2013.pdf

Universitas Sumatera Utara


Rahayu, W.P. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik.
Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.Institut Pertanian Bogor: Bogor.

SNI 01-3713-1995. http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni/Sni/download/4132.

Rahmawati, Reni. 2012. Budidaya Rosella. Pustaka Baru Press: Yogyakarta

Rahmi, S.L., Tafzi, Fitry., dan Anggreini, Silvia. 2012. Pengaruh Penambahan
Gelatin terhdap Pembuatan Permen Jelly dari Bunga Rosella
(Hibiscus Sadbariffa L). Jurnal Penelitian. Universitas Jambi. Volume :
14, Nomor 1, Hal 37-44.

Sadikin, M. 2001. Pelacakan Dampak Radikal Bebas Terhadap


Makromolekul dalam Kumpulan Makalah Pelatihan : Radikal Bebas
dan Antioksidan dalam Kesehatan. FK Universitas Indonesia: Jakarta

Simbolon, B.H., 2013. Rancang Alat Dan Optimasi Putaran Rpm Pada
Pembuatan Es Krim Ubi Cilembu Dengan Rasa Durian (Tool Design
and Optimization of Round Rpm Cilembu Making Ice Cream with
Sweet Taste of Durian). Tesis. Universitas Diponegoro : Semarang.

Setyaningsih, Dwi., Apriyantono, Anton., dan Sari, Maya Puspita. 2010. Analisis
Sensori untuk Industri Pangan dan Argo. Bogor: IPB Press.

Suryakusumah, G., Mulyadi, A.F., Wijana, S. 2011. Analisis Kelayakan Teknis


Produksi Sirup Bunga Rosella (Hibiscus Sadbariffa) pada Skala
Ganda. Jurnal. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya : Malang.

Susiwi, S. 2009. Penilaian Organopletik. Jurusan Pendidikan kimia. Universitas


Pendidikan Indonesia: Bandung.

Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia


(1) Jilid 1. Hal 15-16. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta,

Walstra, P. dan R. James. 1984. Dairy Chemistry and Physics. John Willey and
Sons Inc. New York.

Widyanto, P.S. dan Nelistya, A. 2008. Rosella Aneka Olahan, Khasiat dan
Ramuan. Penebar Swadaya: Jakarta.

Wikipedia. 2016.Rosella. https://id.wikipedia.org/wiki/Rosella.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Kesepuluh. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Winarsi, Hery.2007. Antioksidan Alami dan Radikal bebas. Kanisius:


Yogyakarta.

Wirakusumah, E. 1990. Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar: Swadaya


Jakarta.

Zaelani, M.R., 2014. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Ekstrak Bunga


Rosella Terhadap Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional
Pisang-Rosella. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian
Bogor : Bogor.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

FORMULIR
UJI KESUKAAN (HEDONIK)

No. Panelis :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

*Petunjuk Penilaian
1. Cicipilah sampel pertama (R1) terlebih dahulu.
2. Isilah penilaian anda pada kolom kode sampel dengan angka (lihat keterangan
dibawah tabel penilaian berdasarkan tingkat kesukaan).
3. Netralkan lidah atau indera pengecap anda dengan air putih, kemudian cicipi
sampel kedua (R2).
Indikator Kode Sampel
R1 R2
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur

Keterangan :
a. Suka =3
b. Kurang Suka = 2
c. Tidak Suka =1

75

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2
Rekapitulasi Data Skor Hasil Uji Organoleptik Es Krim dengan Modifikasi
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) pada Perlakuan R1 dan R2

NO NAMA UMUR WARNA AROMA TEKSTUR RASA


R1 R2 R1 R2 R1 R2 R2 R2
1 JANE PARAMITA 20 3 3 3 3 3 2 3 3
2 DINA LORENZA 18 2 3 3 3 3 3 3 2
3 ROTUA PAKPAHAN 19 2 3 3 3 2 1 3 3
4 RIA AGNES 20 3 2 3 3 3 3 3 2
5 DWI AYU JULIANA 19 3 1 3 2 2 3 1 3
6 AYU RIA LESTARI 18 1 2 3 3 3 1 2 2
7 ANNA T AMBARITA 21 3 3 2 2 3 3 3 1
8 YENNI DEBORA 19 1 3 3 3 2 3 3 2
9 SAHALA PARDOSI 19 3 2 3 3 2 3 3 1
10 ALDY SWANDY 19 3 3 2 2 1 3 3 3
11 JULI YUNUS HIDA 19 2 3 2 3 3 2 2 3
12 LISA JANERIA HTB 20 3 3 3 3 3 2 3 1
13 MEGA OLIVIA 21 1 3 3 3 1 3 3 3
14 YESSI SEPRIANI 22 2 3 3 3 3 2 3 2
15 EFRIDAWATY 22 1 3 3 3 3 1 2 1
16 SARTIKA EPI 21 1 3 2 2 3 2 2 3
17 MEILITA 21 3 2 3 2 3 3 3 2
18 YUNITA CHRISTINE 22 3 3 2 3 3 3 3 3
19 SUITHA ANDRYANI 21 3 3 3 2 3 2 3 3
20 RIS ERDINA 23 2 2 3 2 2 3 3 2
21 AGNES 22 3 3 3 3 3 1 2 2
22 LIA SIMAMORA 19 2 3 1 1 3 3 1 3
23 ERLITA FRIANTY 20 3 3 3 1 2 1 2 3
24 RATIH A SARAGIH 20 2 3 1 3 3 1 3 2
25 BINUR PURBA 20 3 3 2 1 3 3 3 1
26 JULITA CHRISTINE 21 3 3 3 2 1 2 1 2
27 SISKA MS 22 2 3 2 3 3 3 3 2
28 JUNIARTA H E 22 3 1 3 2 2 3 3 3
29 ESTER 22 1 3 2 3 3 3 3 2
30 KATRINA S 19 3 3 1 1 3 3 3 1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3
Hasil Analisis Data Uji Organoleptik Es Krim dengan Modifikasi Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L) R1 dan R2 dengan SPSS

Uji Organoleptik Warna Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella


Warna (R1)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 6 20.0 20.0 20.0
kurang suka 8 26.7 26.7 46.7
suka 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Warna (R2)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 2 6.7 6.7 6.7
kurang suka 5 16.7 16.7 23.3
suka 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Uji Organoleptik Aroma Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella


Aroma (R1)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 3 10.0 10.0 10.0
kurang suka 8 26.7 26.7 36.7
suka 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0

Aroma (R2)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 4 13.3 13.3 13.3
kurang suka 9 30.0 30.0 43.3
suka 17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Uji Organoleptik Tekstur Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella

Tekstur (R1)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 3 10.0 10.0 10.0
kurang suka 7 23.3 23.3 33.3
suka 20 66.7 66.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Tekstur (R2)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 6 20.0 20.0 20.0
kurang suka 7 23.3 23.3 43.3
suka 17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Uji Organoleptik Rasa Es Krim dengan Modifikasi Bunga Rosella


Rasa (R1)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 3 10.0 10.0 10.0
kurang suka 6 20.0 20.0 30.0
suka 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Rasa (R2)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak suka 6 20.0 20.0 20.0
kurang suka 12 40.0 40.0 60.0
suka 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Uji Normalitas

Cases
Kelompok
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
WARNA perlakuan 1 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
perlakuan 2 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
AROMA perlakuan 1 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
perlakuan 2 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
TEKSTUR perlakuan 1 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
perlakuan 2 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
RASA perlakuan 1 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
perlakuan 2 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Descriptives

kelompok Statistic Std. Error


WARNA perlakuan 1 Mean 2.33 .146
95% Confidence Lower Bound 2.03
Interval for Mean Upper Bound
2.63
5% Trimmed Mean 2.37
Median 3.00
Variance .644
Std. Deviation .802
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.700 .427
Kurtosis -1.062 .833
perlakuan 2 Mean 2.70 .109
95% Confidence Lower Bound 2.48
Interval for Mean Upper Bound
2.92
5% Trimmed Mean 2.78
Median 3.00
Variance .355
Std. Deviation .596
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness -1.906 .427
Kurtosis 2.746 .833

Universitas Sumatera Utara


AROMA perlakuan 1 Mean 2.53 .124
95% Confidence Lower Bound 2.28
Interval for Mean Upper Bound
2.79
5% Trimmed Mean 2.59
Median 3.00
Variance .464
Std. Deviation .681
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -1.179 .427
Kurtosis .229 .833
perlakuan 2 Mean 2.43 .133
95% Confidence Lower Bound 2.16
Interval for Mean Upper Bound
2.71
5% Trimmed Mean 2.48
Median 3.00
Variance .530
Std. Deviation .728
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.902 .427
Kurtosis -.474 .833
TEKSTUR perlakuan 1 Mean 2.57 .124
95% Confidence Lower Bound 2.31
Interval for Mean Upper Bound
2.82
5% Trimmed Mean 2.63
Median 3.00
Variance .461
Std. Deviation .679
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -1.320 .427
Kurtosis .556 .833
perlakuan 2 Mean 2.37 .148
95% Confidence Lower Bound 2.06
Interval for Mean Upper Bound
2.67
5% Trimmed Mean 2.41

Universitas Sumatera Utara


Median 3.00
Variance .654
Std. Deviation .809
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.792 .427
Kurtosis -.978 .833
RASA perlakuan 1 Mean 2.60 .123
95% Confidence Lower Bound 2.35
Interval for Mean Upper Bound
2.85
5% Trimmed Mean 2.67
Median 3.00
Variance .455
Std. Deviation .675
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -1.473 .427
Kurtosis .957 .833
perlakuan 2 Mean 2.20 .139
95% Confidence Lower Bound 1.92
Interval for Mean Upper Bound
2.48
5% Trimmed Mean 2.22
Median 2.00
Variance .579
Std. Deviation .761
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.362 .427
Kurtosis -1.141 .833

Universitas Sumatera Utara


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.
WARNA perlakuan 1 .330 30 .000 .740 30 .000
perlakuan 2 .459 30 .000 .558 30 .000
AROMA perlakuan 1 .387 30 .000 .683 30 .000
perlakuan 2 .349 30 .000 .727 30 .000
TEKSTUR perlakuan 1 .405 30 .000 .656 30 .000
perlakuan 2 .350 30 .000 .720 30 .000
RASA perlakuan 1 .423 30 .000 .626 30 .000
perlakuan 2 .253 30 .000 .796 30 .000
a Lilliefors Significance Correction

Uji Independent - T Test


Group Statistics

Std. Error
kelompok N Mean Std. Deviation Mean
WARNA perlakuan 1 30 2.33 .802 .146
perlakuan 2 30 2.70 .596 .109
AROMA perlakuan 1 30 2.53 .681 .124
perlakuan 2 30 2.43 .728 .133
TEKSTUR perlakuan 1 30 2.57 .679 .124
perlakuan 2 30 2.37 .809 .148
RASA perlakuan 1 30 2.60 .675 .123
perlakuan 2 30 2.20 .761 .139

Universitas Sumatera Utara


Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std.
Mean Error 95% Confidence
Sig. (2- Differen Differen Interval of the
F Sig. t df tailed) ce ce Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower


WARNA Equal variances
assumed 7.365 .009 -2.009 58 .049 -.367 .182 -.732 -.001
Equal variances
not assumed -2.009 53.534 .049 -.367 .182 -.733 -.001
AROMA Equal variances
assumed .380 .540 .549 58 .585 .100 .182 -.264 .464
Equal variances
not assumed .549 57.749 .585 .100 .182 -.264 .464
TEKSTUR Equal variances
assumed 2.485 .120 1.037 58 .304 .200 .193 -.186 .586
Equal variances
not assumed 1.037 56.311 .304 .200 .193 -.186 .586
RASA Equal variances
assumed .671 .416 2.154 58 .035 .400 .186 .028 .772
Equal variances
not assumed 2.154 57.177 .035 .400 .186 .028 .772

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4
Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5
Surat Izin Pemakaian Laboratorium Gizi FKM USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6
Hasil Laboratorium di Laboratorium Biokimia FMIPA USU

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7
Hasil Laboratorium di L Hasil Laboratorium di Laboratorium Pengujian
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
1. Perlakuan R1

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8
Hasil Laboratorium di Laboratorium Pengujian Balai Riset dan
Standardisasi Industri Medan
2. Perlakuan R2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9
Surat selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10
Dokumentasi Penelitian

Penghalusan Rosella Pencampuran Susu cair, krim


kental dan adonan putih telur

Es krim dengan modifikasi Bunga Rosella

Universitas Sumatera Utara


Proses uji daya terima kepada Panelis

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai