Ilustrasi Metode Rata

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Ilustrasi Metode Rata-Rata Periodik versus Perpetual

Toko Bangunan Basuki Jaya berdagang bahan dan peralatan bangunan. Selama
Januari 2017 mulai berdagang produk baru yaitu semen dengan brand Empat Roda
sebagai berikut:
Total Harga
Pembelian Jumlah Unit Harga Satuan
Perolehan
2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000
15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000
31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000
Penjualan
20 Januari 3.000
a. Metode Rata-Rata-Periodik
Total Harga
Tanggal Faktur Jumlah Unit Harga Satuan
Perolehan
2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000
15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000
31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000
Total barang tersedia 11.000 Rp 231.000.000
Biaya per unit rata- Rp 231.000.000
Rp 21.000
rata = 11.000
Persediaan akhir,
8000 unit
dalam unit
Nilai pesediaan akhir
8000 unit = Rp 168.000.000
= Rp 21.000 x

MODUL 3 KB 3 : PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN


Barang tersedia untuk dijual Rp 231.000.000
Dikurangi: Persediaan akhir (Rp 168.000.000)
Harga Pokok Penjualan Rp 63.000.000
b. Metode Rata-rata-Perpetual
Persediaan Persediaan
Tanggal Saldo
Masuk/Dibeli keluar/Dijual
Harga Kuantitas Total Harga Kuantitas Total Harga Kuantitas Total
Jan, 2 3.000 20.000 60.000.000 3.000 20.000 60.000.000
15 5.000 21.000 105.000.000 8.000 20.625 165.000.000
20 3.000 20.625 61.875.000 5.000 20.625 103.125.000
31 3.000 22.000 66.000.000 8.000 21.140,63 169.125.000
3. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out/FIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli merupakan
barang yang pertama terjual. Keunggulan metode ini terletak pada nilai persediaan
yang dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca). Karena barang yang dibeli
pertama diasumsikan dijual pertama, maka nilai barang yang dilaporkan sebagai
persediaan di neraca mencerminkan harga perolehan yang terbaru, sehingga dalam
keadaan perputaran persediaan normal, nilai persediaan di neraca lazimnya lebih
mendekati nilai sekarang dari persediaan. Tetapi, kelemahan metode ini adalah pada
nilai harga pokok penjualan yang dilaporkan di laporan laba rugi. Harga pokok
penjualan merupakan biaya perolehan masa lalu yang ditandingkan dengan
pendapatan sekarang. Sehingga jika tingkat inflasi cukup tinggi dapat timbul laba
semu, terutama untuk barang yang perputarannya agak lambat.
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan harga pokok
penjualan yang sama, baik menggunakan metode pencatatan periodik maupun metode
pencatatan perpetual.
MODUL 3 KB 3 : PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN
Ilustrasi Metode FIFO Periodik versus Perpetual
a. Metode FIFO-Periodik
Total Harga
Tanggal Faktur Jumlah Unit Harga Satuan
Perolehan
2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000
15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000
31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000
Total barang tersedia 11.000 Rp 231.000.000
Persediaan akhir,
8.000 unit
dalam unit
Nilai persediaan akhir
=
Rp 21.000 x 5.000
unit
Rp 22.000 x 3.000
Rp 171.000.000
unit
Barang tersedia untuk
Rp 231.000.000
dijual
Dikurangi persediaan
(Rp 171.000.000)
akhir
Harga Pokok
Rp 60.000.000
Penjualan
b. Metode FIFO-Perpetual
Persediaan Persediaan
Tangga
l Masuk/Dibel keluar/Dijua Saldo
i l
Kuantita Kuantita Tota
Harga Kuantitas Total Harga Total Harga
s s l
20.00
Jan, 2 3.000 20.000 60.000.000 3.000 60.000.000
0
20.00
60.000.000
105.000.00 3.000 0
15 5.000 21.000 105.000.00
0 5.000 21.00
0
0
21.00 105.000.00
20 3.000 20.000 60.000.000 5.000
0 0
21.00
105.000.00
5.000 0
31 3.000 22.000 66.000.000 0
3.000 22.00
66.000.00
0

Anda mungkin juga menyukai