Permenpanrb 36 2017 PDF
Permenpanrb 36 2017 PDF
Permenpanrb 36 2017 PDF
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL INSPEKTUR TAMBANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
2. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan.
-4-
BAB II
RUMPUN JABATAN DAN KEDUDUKAN
Bagian Kesatu
Rumpun Jabatan
Pasal 2
Jabatan Fungsional Inspektur Tambang termasuk dalam
rumpun pengawas kualitas dan keamanan.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 3
(1) Inspektur Tambang berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional dalam melakukan inspeksi tambang di
bidang keteknikan dan lingkungan atas pelaksanaan
kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara pada
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.
(2) Inspektur Tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jabatan karier PNS.
-7-
BAB III
KATEGORI DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 4
(1) Jabatan Fungsional Inspektur Tambang merupakan
Jabatan Fungsional Kategori Keahlian.
(2) Jenjang Jabatan Fungsional Inspektur Tambang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dari jenjang
terendah sampai jenjang tertinggi, terdiri atas:
a. Inspektur Tambang Ahli Pertama;
b. Inspektur Tambang Ahli Muda;
c. Inspektur Tambang Ahli Madya; dan
d. Inspektur Tambang Ahli Utama.
(3) Jenjang pangkat Inspektur Tambang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pangkat untuk masing-masing jenjang Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) berdasarkan jumlah Angka Kredit yang
ditetapkan tercantum dalam Lampiran II sampai dengan
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
(5) Penetapan jenjang Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang ditetapkan berdasarkan Angka Kredit yang
dimiliki setelah ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang
menetapkan Angka Kredit.
BAB IV
TUGAS JABATAN, UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN
Bagian Kesatu
Tugas Jabatan
Pasal 5
Tugas Jabatan Fungsional Inspektur Tambang yaitu
pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan,
yang meliputi inspeksi, pengujian, dan penelaahan aspek
-8-
Bagian Kedua
Unsur dan Sub-Unsur Kegiatan
Pasal 6
(1) Unsur kegiatan tugas Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang yang dapat dinilai Angka Kreditnya, terdiri atas:
a. unsur utama; dan
b. unsur penunjang.
(2) Unsur Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. pendidikan;
b. inspeksi tambang; dan
c. pengembangan profesi.
(3) Sub-unsur dari unsur utama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), terdiri atas:
a. Pendidikan, meliputi:
1. pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar;
dan
2. pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional/
teknis di bidang pertambangan mineral dan
batubara serta memperoleh Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat;
b. Inspeksi tambang, meliputi:
1. perencanaan inspeksi tambang;
2. penyusunan program inspeksi tambang;
3. pelaksanaan inspeksi tambang;
4. pemeriksaan atas kecelakaan atau kejadian
berbahaya atau kasus lingkungan atau bencana
akibat kegiatan usaha pertambangan;
-9-
BAB V
URAIAN KEGIATAN TUGAS JABATAN DAN HASIL KERJA
Bagian Kesatu
Uraian Kegiatan Sesuai Jenjang Jabatan
Pasal 7
- 10 -
Bagian Kedua
Hasil Kerja
Pasal 8
(1) Hasil kerja tugas jabatan bagi Inspektur Tambang sesuai
jenjang jabatan, sebagai berikut:
a. Inspektur Tambang Ahli Pertama, meliputi:
1. data/informasi dalam bentuk resume objek
inspeksi tambang;
2. checklist peralatan inspeksi;
3. laporan/Berita Acara inspeksi penanganan
contoh (sample) hasil kegiatan eksplorasi;
4. laporan/Berita Acara inspeksi kelistrikan dan
penerangan pada kegiatan eksplorasi;
5. laporan/Berita Acara inspeksi pengamanan
lubang hasil pemboran pada kegiatan eksplorasi;
6. laporan/Berita Acara inspeksi kesehatan kerja
pada kegiatan eksplorasi;
- 32 -
Pasal 9
Dalam hal unit kerja tidak terdapat Inspektur Tambang yang
sesuai dengan jenjang jabatannya untuk melaksanakan
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1),
Inspektur Tambang yang berada satu tingkat di atas atau
satu tingkat di bawah jenjang jabatannya dapat melakukan
kegiatan tersebut berdasarkan penugasan secara tertulis dari
pimpinan unit kerja yang bersangkutan.
Pasal 10
Penilaian Angka Kredit atas hasil pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ditetapkan sebagai
berikut:
a. Inspektur Tambang yang melaksanakan tugas Inspektur
Tambang yang berada satu tingkat di atas jenjang
jabatannya, Angka Kredit yang diperoleh ditetapkan paling
besar 80% (delapan puluh persen) dari Angka Kredit
setiap butir kegiatan, tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini; dan
b. Inspektur Tambang yang melaksanakan tugas Inspektur
Tambang yang berada satu tingkat di bawah jenjang
jabatannya, Angka Kredit yang diperoleh ditetapkan paling
besar 100% (seratus persen) dari Angka Kredit setiap butir
kegiatan, tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 54 -
BAB VI
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 11
Pejabat yang Berwenang mengangkat dalam Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang yaitu pejabat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Pengangkatan PNS ke dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang dilakukan melalui pengangkatan:
1. pengangkatan pertama;
2. perpindahan dari jabatan lain;
3. penyesuaian (inpassing): dan
4. promosi.
Bagian Kedua
Pengangkatan Pertama
Pasal 13
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang melalui pengangkatan pertama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah Sarjana (S-1) atau Diploma IV
(D-IV) bidang Teknik Pertambangan/ Teknik Geologi/
Teknik Sipil/ Teknik Mesin/ Teknik Kimia/
Teknik Fisika/ Teknik Lingkungan/ Teknik Elektro/
Teknik Metalurgi/ Teknik Geodesi/ Teknik Geofisika/
- 55 -
Bagian Ketiga
Pengangkatan Perpindahan dari Jabatan Lain
Pasal 14
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang melalui perpindahan dari jabatan lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b, harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
- 56 -
Bagian Keempat
Pengangkatan melalui Penyesuaian (Inpassing)
Pasal 15
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang melalui penyesuaian (inpassing) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf c, harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah Sarjana (S1)/Diploma IV (DIV);
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di
bidang pengawasan keteknikan dan lingkungan
pertambangan paling kurang 2 (dua) tahun; dan
f. nilai prestasi kerja paling kurang bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir.
(2) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan apabila PNS yang pada saat Peraturan Menteri
ini mulai berlaku, memiliki pengalaman dan masih
melaksanakan tugas di bidang pengawasan keteknikan
dan lingkungan pertambangan berdasarkan keputusan
Pejabat yang Berwenang.
(3) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mempertimbangkan kebutuhan jenjang jabatan
yang akan diduduki.
(4) Angka Kredit Kumulatif untuk penyesuaian (inpassing)
dalam Jabatan Fungsional Inspektur Tambang, tercantum
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
- 58 -
Bagian Kelima
Pengangkatan melalui Promosi
Pasal 16
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang melalui promosi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf d harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. mengikuti dan lulus uji Kompetensi Teknis,
Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial
Kultural sesuai dengan standar kompetensi yang
telah disusun oleh Instansi Pembina; dan
b. nilai prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam
2 (dua) tahun terakhir.
(2) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang melalui promosi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mempertimbangkan kebutuhan untuk
jenjang jabatan fungsional yang akan diduduki.
(3) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
KOMPETENSI
Pasal 17
(1) PNS yang menduduki Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang harus memenuhi standar kompetensi sesuai
dengan jenjang jabatan.
(2) Kompetensi Inspektur Tambang, meliputi:
- 59 -
a. Kompetensi Teknis;
b. Kompetensi Manajerial; dan
c. Kompetensi Sosial-Kultural.
(3) Rincian standar kompetensi setiap jenjang jabatan dan
pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Instansi Pembina.
BAB VIII
PELANTIKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI
Pasal 18
(1) Setiap PNS yang diangkat menjadi Pejabat Fungsional
Inspektur Tambang wajib dilantik dan diambil
sumpah/janji menurut agama atau kepercayaannya
kepada Tuhan yang Maha Esa.
(2) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IX
PENILAIAN KINERJA
Pasal 19
(1) Pada awal tahun, setiap Inspektur Tambang wajib
menyusun SKP yang akan dilaksanakan dalam 1 (satu)
tahun berjalan.
(2) SKP Inspektur Tambang disusun berdasarkan penetapan
kinerja unit kerja yang bersangkutan.
(3) SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari
kegiatan sebagai turunan dari penetapan kinerja unit
dengan mendasarkan kepada tingkat kesulitan dan syarat
kompetensi untuk masing-masing jenjang jabatan.
(4) SKP yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan langsung.
Pasal 20
- 60 -
Pasal 21
(1) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ditetapkan berdasarkan pencapaian Angka Kredit setiap
tahun.
(2) Pencapaian Angka Kredit Kumulatif digunakan sebagai
salah satu syarat untuk kenaikan pangkat dan/atau
kenaikan jabatan.
(3) Pencapaian Angka Kredit Kumulatif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan penjumlahan
pencapaian Angka Kredit pada setiap tahun.
Pasal 22
(1) Inspektur Tambang setiap tahun harus mengumpulkan
Angka Kredit dari unsur diklat, tugas jabatan,
pengembangan profesi, dan unsur penunjang dengan
jumlah Angka Kredit paling sedikit:
- 61 -
Pasal 23
(1) Jumlah Angka Kredit Kumulatif paling kurang yang harus
dipenuhi untuk dapat diangkat dalam jabatan dan
kenaikan jabatan dan/atau pangkat Inspektur Tambang,
untuk:
a. Inspektur Tambang dengan pendidikan Sarjana (S1)
atau Diploma IV tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
b. Inspektur Tambang dengan pendidikan Magister (S2)
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
dan
c. Inspektur Tambang dengan pendidikan Doktor (S3)
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Jumlah Angka Kredit Kumulatif yang harus dicapai
Inspektur Tambang, yaitu:
a. paling rendah 80% (delapan puluh persen) Angka
Kredit berasal dari unsur utama, tidak termasuk sub
unsur pendidikan formal; dan
b. paling tinggi 20% (dua puluh persen) Angka Kredit
berasal dari unsur penunjang.
- 62 -
Pasal 24
(1) Inspektur Tambang Ahli Muda, yang akan naik jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi menjadi Inspektur
Tambang Ahli Madya, Angka Kredit yang disyaratkan
paling rendah 6 (enam) berasal dari sub-unsur
pengembangan profesi.
(2) Inspektur Tambang Ahli Madya yang akan naik jenjang
jabatan setingkat lebih tinggi menjadi Inspektur
Tambang Ahli Utama, Angka Kredit yang disyaratkan 12
(dua belas) dari sub-unsur pengembangan profesi.
Pasal 25
(1) Inspektur Tambang yang memiliki Angka Kredit melebihi
Angka Kredit yang disyaratkan untuk kenaikan jabatan
dan/atau pangkat setingkat lebih tinggi, kelebihan Angka
Kredit tersebut dapat diperhitungkan untuk kenaikan
jabatan dan/atau pangkat berikutnya.
(2) Inspektur Tambang yang pada tahun pertama telah
memenuhi atau melebihi Angka Kredit yang disyaratkan
untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat dalam masa
pangkat yang didudukinya, pada tahun kedua diwajibkan
mengumpulkan paling sedikit 20% (dua puluh persen)
Angka Kredit dari jumlah Angka Kredit yang disyaratkan
untuk kenaikan jabatan dan/atau pangkat setingkat lebih
tinggi yang berasal dari kegiatan tugas jabatan.
Pasal 26
Inspektur Tambang Ahli Utama yang menduduki pangkat
tertinggi dari jabatannya, setiap tahun sejak menduduki
pangkatnya wajib mengumpulkan paling sedikit 25 (dua
puluh lima) Angka Kredit dari kegiatan jabatan pokok dan
pengembangan profesi.
Pasal 27
- 63 -
BAB X
PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT
Pasal 28
(1) Untuk mendukung objektivitas dalam penilaian kinerja,
Inspektur Tambang mendokumentasikan hasil kerja yang
diperoleh sesuai dengan SKP yang ditetapkan setiap
tahunnya
(2) Untuk kelancaran penilaian dan penetapan Angka Kredit,
setiap Inspektur Tambang wajib mencatat,
menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan
mengusulkan Daftar Usulan Penilaian dan Penetapan
Angka Kredit (DUPAK).
- 64 -
BAB XI
PEJABAT YANG MENGUSULKAN ANGKA KREDIT,
PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT
DAN TIM PENILAI
Bagian Kesatu
Pejabat yang Mengusulkan Angka Kredit
Pasal 29
Usul penetapan Angka Kredit Inspektur Tambang diajukan
oleh:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di bidang
Kesekretariatan pada Direktorat Jenderal yang
membidangi Mineral dan Batubara kepada Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi mineral dan
batubara untuk Angka Kredit Inspektur Tambang Ahli
Madya dan Inspektur Tambang Ahli Utama;
b. Pejabat Administrator yang membidangi kepegawaian pada
Direktorat Jenderal yang membidangi Mineral dan
Batubara kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di
bidang Kesekretariatan pada Direktorat Jenderal yang
membidangi Mineral dan Batubara untuk mengusulkan
Angka Kredit Inspektur Tambang Ahli Pertama dan
Inspektur Tambang Ahli Muda di lingkungan Direktorat
Jenderal yang membidangi Mineral dan Batubara;
c. Kepala Dinas Provinsi yang membidangi pertambangan
mineral dan batubara kepada Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya yang membidangi mineral dan batubara untuk
Angka Kredit Inspektur Tambang Ahli Madya dan
Inspektur Tambang Ahli Utama yang ditempatkan di dinas
- 65 -
Bagian Kedua
Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit
Pasal 30
Pejabat yang Berwenang menetapkan Angka Kredit, yaitu:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi mineral
dan batubara bagi Inspektur Tambang Ahli Madya dan
Inspektur Tambang Ahli Utama; dan
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di bidang
Kesekretariatan pada Direktorat Jenderal yang
membidangi Mineral dan Batubara bagi Inspektur
Tambang Ahli Pertama dan Inspektur Tambang Ahli Muda.
Bagian Ketiga
Tim Penilai
Pasal 31
Dalam menjalankan tugasnya, pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 dibantu oleh:
a. Tim Penilai Pusat bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya
yang membidangi mineral dan batubara untuk Angka
Kredit Inspektur Tambang Ahli Madya dan Inspektur
Tambang Ahli Utama; dan
b. Tim Penilai Unit Kerja bagi Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama di bidang Kesekretariatan pada Direktorat
- 66 -
Pasal 32
(1) Tim Penilai terdiri atas pejabat yang berasal dari unsur
teknis yang membidangi keteknikan dan lingkungan
pertambangan mineral dan batubara, unsur kepegawaian,
dan unsur Inspektur Tambang.
(2) Susunan keanggotaan Tim Penilai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), sebagai berikut:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. paling sedikit 3 (tiga) orang anggota.
(3) Susunan Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus berjumlah ganjil.
(4) Ketua Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, paling rendah Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama
atau Inspektur Tambang Ahli Madya.
(5) Sekretaris Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b, harus berasal dari unsur kepegawaian di
lingkungan Direktorat Jenderal yang membidangi mineral
dan batubara.
(6) Anggota Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, paling sedikit 2 (dua) orang dari Inspektur
Tambang.
(7) Syarat untuk menjadi anggota Tim Penilai, yaitu:
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama
dengan jabatan/pangkat Inspektur Tambang yang
dinilai;
b. memiliki keahlian serta kemampuan untuk menilai
kinerja Inspektur Tambang; dan
c. dapat aktif melakukan penilaian.
(8) Apabila jumlah anggota Tim Penilai sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tidak dapat dipenuhi dari pejabat
fungsional Inspektur Tambang, maka anggota Tim Penilai
dapat diangkat dari PNS lain yang memiliki kompetensi
- 67 -
Pasal 33
Tata kerja Tim Penilai dan tata cara penilaian Angka Kredit
Jabatan Fungsional Inspektur Tambang ditetapkan oleh
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral selaku Pimpinan
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Inspektur Tambang.
BAB XII
KENAIKAN PANGKAT DAN KENAIKAN JABATAN
Bagian Kesatu
Kenaikan Pangkat
Pasal 34
(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan pangkat Pejabat
Fungsional Inspektur Tambang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
(2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
kebutuhan jabatan.
Bagian Kedua
Kenaikan Jabatan
- 68 -
Pasal 35
(1) Persyaratan dan mekanisme kenaikan Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kenaikan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan
kebutuhan jabatan.
(3) Selain memenuhi syarat kinerja, Inspektur Tambang yang
akan dinaikkan jabatannya setingkat lebih tinggi harus
lulus pendidikan dan pelatihan atau lulus uji kompetensi.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai pendidikan dan
pelatihan atau uji kompetensi diatur oleh Instansi
Pembina.
BAB XIII
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 36
(1) Untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
Inspektur Tambang diikutsertakan pelatihan.
(2) Pelatihan yang diberikan bagi Inspektur Tambang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
hasil analisis kebutuhan pelatihan dan/atau
pertimbangan dari Tim Penilai.
(3) Pelatihan yang diberikan bagi Inspektur Tambang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain dalam
bentuk:
a. pelatihan fungsional; dan
b. pelatihan teknis.
(4) Selain pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Inspektur Tambang dapat mengembangkan kompetensi
melalui program pengembangan kompetensi lainnya.
(5) Program pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat dilaksanakan dalam bentuk:
a. mantain rating;
b. seminar;
- 69 -
BAB XIV
KEBUTUHAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL
INSPEKTUR TAMBANG
Pasal 37
(1) Penetapan kebutuhan PNS dalam Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang dihitung berdasarkan beban kerja
yang ditentukan dari indikator antara lain:
a. ruang lingkup bidang inspeksi tambang;
b. jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang harus
diawasi; dan
c. beban tugas organisasi yang terkait dengan bidang
pertambangan mineral dan batubara.
(2) Pedoman penghitungan kebutuhan Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang diatur lebih lanjut oleh Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral selaku Pimpinan Instansi
Pembina setelah mendapat persetujuan dari Menteri.
BAB XV
PEMBERHENTIAN DARI JABATAN
Pasal 38
(1) Inspektur Tambang diberhentikan dari jabatannya,
apabila:
a. mengundurkan diri dari Jabatan;
b. diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
- 70 -
BAB XVI
INSTANSI PEMBINA DAN TUGAS INSTANSI PEMBINA
Pasal 39
Instansi Pembina Jabatan Fungsional Inspektur Tambang
yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pasal 40
(1) Instansi pembina berperan sebagai pengelola Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang yang bertanggung jawab
untuk menjamin terwujudnya standar kualitas dan
profesionalitas jabatan.
(2) Instansi Pembina mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang;
b. menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang;
- 71 -
Pasal 41
(1) Organisasi Profesi Jabatan Fungsional Inspektur Tambang
yaitu KITA.
(2) Inspektur Tambang wajib menjadi anggota KITA.
(3) KITA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyusun kode etik dan kode perilaku profesi.
(4) KITA mempunyai tugas:
a. menyusun kode etik dan kode perilaku profesi;
b. memberikan advokasi; dan
c. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas
pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.
(5) Kode etik dan kode perilaku profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) huruf a ditetapkan
oleh KITA setelah mendapat persetujuan dari Pimpinan
Instansi Pembina.
- 73 -
BAB XVIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 42
Untuk kepentingan organisasi dan pengembangan karier,
Inspektur Tambang dapat dipindahkan ke dalam jabatan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dengan persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.
Pasal 43
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Inspektur Tambang
berdasarkan Peraturan Menteri ini tidak dapat dilakukan
sebelum pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang ditetapkan.
Pasal 44
Pelaksanaan Uji Kompetensi berdasarkan Peraturan Menteri
ini, tidak dapat dilakukan sebelum ketentuan standar
kompetensi setiap jenjang Jabatan Fungsional Inspektur
Tambang ditetapkan.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
pembebasan sementara Pejabat Fungsional Inspektur
Tambang dikarenakan tidak dapat mengumpulkan Angka
Kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan
setingkat lebih tinggi sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
22/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Jabatan Fungsional
- 74 -
Pasal 46
Prestasi kerja yang telah dilaksanakan dan dinilai
berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 22/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya,
dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 47
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Jabatan
Fungsional Inspektur Tambang diatur dengan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Peraturan
Kepala Badan Kepegawaian Negara sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Pasal 48
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, semua
peraturan yang merupakan ketentuan pelaksanaan
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
22/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya dinyatakan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum
diubah berdasarkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 49
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
22/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Jabatan Fungsional
Inspektur Tambang dan Angka Kreditnya, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 50
- 75 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2017
ttd
ASMAN ABNUR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 2017
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
Herman Suryatman
- 76 -
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2017
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSPEKTUR TAMBANG
RINCIAN KEGIATAN TUGAS JABATAN UNTUK JABATAN FUNGSIONAL INSPEKTUR TAM BANG
26) Melaksanakan inspeksi penanganan limbah Berita Acara 0,060 IT Ahli Muda
B3 pada fasilitas permukaan
27) Melaksanakan inspeksi penanganan ceceran Berita Acara 0,060 IT Ahli Muda
pelumas/oli pada fasilitas permukaan
28) Melaksanakan inspeksi sewage treatment Berita Acara 0,060 IT Ahli Muda
pada fasilitas permukaan
29) Melaksanakan inspeksi fasilitas penyimpanan Berita Acara 0,060 IT Ahli Muda
tailing (Tailing Storage Facility)
30) Melaksanakan inspeksi kelayakan konstruksi Berita Acara 0,060 IT Ahli Muda
tempat penyimpanan tailing (Tailing Storage
Facility)
31) Melaksanakan inspeksi kelayakan Berita Acara 0,060 IT Ahli Muda
penimbunan bahan baku/mineral atau
batubara
i. Pengolahan dan Pemurnian
1) Melaksanakan inspeksi sistem dan metode Berita Acara 0,040 IT Ahli Pertama
pengolahan dan/atau pemurnian
- 88 -
j. Inspeksi Pelabuhan
1) Melaksanakan inspeksi kelistrikan & Berita Acara 0,040 IT Ahli Pertama
penerangan di pelabuhan
2) Melaksanakan inspeksi kesehatan kerja di Berita Acara 0,040 IT Ahli Pertama
pelabuhan
3) Melaksanakan inspeksi konstruksi dermaga Berita Acara 0,040 IT Ahli Pertama
4) Melaksanakan inspeksi fasilitas pemuatan di Berita Acara 0,040 IT Ahli Pertama
pelabuhan
- 90 -
29) Menganalisis dan mengevaluasi sistem Hasil Analisis 0,200 IT Ahli Utama
manajemen kontraktor (contractor
manajemen system) pemegang Izin Usaha
Pertambangan dengan pemegang Izin Usaha
Jasa Pertambangan/Surat Keterangan
Terdaftar
30) Menganalisis dan mengevaluasi materi uji Hasil Analisis 0,200 IT Ahli Utama
kompetensi pengawas kegiatan usaha
pertambangan
l. Inspeksi Pascatambang
- 94 -
11) Menganalisis penyebab kejadian pada Hasil Analisis 0,180 IT Ahli Madya
pemeriksaan kecelakaan tambang/ kejadian
berbahaya / kasus lingkungan
c. Mengolah hasil Pemeriksaan Kecelakaan
Tambang/Kejadian Berbahaya/Kasus Lingkungan
6) Menelaah prosedur kerja standar yang Telaahan Prosedur 0,120 IT Ahli Madya
berhubungan dengan bencana pertambangan
7) Mengidentifikasi sebaran dampak dari Peta Sebaran Dampak 0,120 IT Ahli Madya
terjadinya bencana pertambangan
8) Menyusun rencana strategis pencegahan dan Rencana Strategis 0,200 IT Ahli Utama
mitigasi bencana pertambangan
- 98 -
E Pembuatan sketsa, 1. Menganalisis dan melaporkan hasil inspeksi rutin Hasil Analisis dan 0,48 IT Ahli Madya
pelaporan dan Laporan
penyampaian laporan 2. Menganalisis, mengevaluasi, dan Hasil Analisis dan 0,48 IT Ahli Madya
hasil inspeksi tambang melaporkanpelaksanaan reklamasi kegiatan usaha Laporan
pertambangan
3. Menganalisis, mengevaluasi, dan melaporkan hasil Hasil Analisis dan 0,48 IT Ahli Madya
inspeksi pascatambang Laporan
4. Menganalisis dan melaporkan hasil pemeriksaan Hasil Analisis dan 0,48 IT Ahli Madya
kecelakaan tambang/ kejadian berbahaya / kasus Laporan
lingkungan
5. Menganalisis dan melaporkan hasil pengujian Hasil Analisis dan 0,48 IT Ahli Madya
kelayakan operasi peralatan pertambangan Laporan
6. Menganalisis dan melaporkan hasil pemeriksaan Hasil Analisis dan 0,6 IT Ahli Utama
bencana pertambangan Laporan
F Pengolahan, 1. Menelaah dan mengevaluasi data dan studi/kajian Telaahan dan Hasil 0,48 IT Ahli Madya
penganalisaan dan teknis dalam rangka persetujuan atau pengecualian Evaluasi
pengevaluasian rencana, 2. Menelaah dan mengevaluasi dokumen permohonan Telaahan dan Hasil 0,48 IT Ahli Madya
laporan teknis, data
persetujuan penggunaan teknologi baru dalam Evaluasi
studi, dan/atau kajian pelaksanaan operasi pertambangan
teknis untuk pelayanan
teknis
- 99 -
ttd
ASMAN ABNUR
- 105 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2017
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSPEKTUR TAMBANG
JUM LAH 100% 100 150 200 300 400 550 700 850 1050
ttd
ASMAN ABNUR
- 106 -
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2017
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSPEKTUR TAMBANG
JUM LAH 100% 150 200 300 400 550 700 850 1050
ttd
ASMAN ABNUR
- 107 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2017
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSPEKTUR TAMBANG
ttd
ASMAN ABNUR
- 108 -
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2017
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL INSPEKTUR TAMBANG
ttd
ASMAN ABNUR