Resume Hukum Internasional
Resume Hukum Internasional
Resume Hukum Internasional
1
Dengan demikian sejarah hukum internasional sama tuanya dengan adanya
masyarakat internasional meskipun dalam taraf tradisional yang berbeda dengan
masyarakat internasional dalam arti moderen. Dengan mengunakan kedua
pendekatan di atas, sejarah perkembangan hukum internasional dalam pembahasan ini
akan dimulai pada masa klasik, yaitu masa India kuno, Mesir kuno, Cina Kuno, Yunani
Kuno, Romawi Kuno; kemudian pada masa abad pertengahan yaitu abad 15 dan 16;
Masa Hukum Internasional Moderen, yaitu pada abad 17, abad 18, abad 19, abad ke 20
dan hingga dewasa ini.
2
BAB II
Hukum Internasional tidak lepas dari topik utamanya adalah Negara dan
Organisasi-organisasi internasional sebagai subyek hukumnya. Negara menjadi subyek
utama dalam teori hukum internasional seperti halnya perorangan (warga) dalam
Hukum Nasional atau Hukum Privat. Dengan semakin berkembangnya Negara dewasa
ini maka aturan dan disiplin internasional menjadi pilar penting dalam mengatur relasi
internasional antar Negara satu dengan yg lainnya. Aturan dan disiplin internasional
antar bangsa inilah yg menjadi poin pembahasan dari Hukum Internasional.
Perumusan hasil kajian atas hubungan antar bangsa-bangsa ini menjadi suatu
disiplin keilmuan yg telah, sedang dan akan terus mengalami sentuhan perubahan
selaras dengan pergeseran iklim politik, sosial dan budaya yang melanda dunia
internasional. Hal ini bukan berarti bahwa hukum internasional saat ini belum
menemukan sedikitpun konsensus ilmiah di bidang hukum yang mengalasi hamparan
pandangan para pakar yang terus dan kian berkembang. Hanya saja prinsip hukum yang
nyaris tersepakati itu berpotensi besar untuk selalu berubah dan bergeser sejalan
dengan kemajuan relasi antar bangsa itu sendiri. Sebelum kita masuk pada tujuan
pembahasan, perlu kita jelaskan terlebih dahulu pengertian hukum internasaional itu
sendiri.
3
Dewasa ini, pengertian hukum internasional (international law/al-qonun al-
dauli) telah mencapai konsensus umum untuk diartikan sebagai, sekumpulan peraturan
dan norma-norma hukum yang diberlakukan untuk mengatur hubungan-hubungan
subyek hukum internasional (bangsa-bangsa dan entitas lainnya, seperti lembaga-
lembaga dan organisasi-organisasi internasional), yang menjelaskan tentang hak-hak
dan kewajiban-kewajiban serta batasan-batasan relasi yang tercipta antara para subjek
hukum internasional dan perusahaan multinasional atau individu (Warga Negara).
4
BAB III
Permulaan hukum internasional dapat kita lacak kembali mulai dari wilayah
Mesopotamia pada sekitar tahun 2100 SM, dimana telah ditemukannya sebuah
perjanjian pada dasawarsa abad ke-20 yang ditandatangani oleh Ennamatum,
pemimpin Lagash dan pemimpin Umma. Perjanjian tersebut ditulis diatas batu yang
didalamnya mempersoalkan perbatasan antara kedua negara kota tersebut, yang
dirumuskan dalam bahasa Sumeria. Bangsa-bangsa lain yang sangat berpengaruh
5
dalam perkembangan hukum internasional kuno adalah India, Yahudi, Yunani,
Romawi, Eropa Barat, Cina dan Islam:
1. India
Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga
hukum yang mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang
diatur oleh adat kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur
hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat
itu Kautilya atau Chanakya.Penulis buku Artha Sastra Gautamasutra salah satu karya
abad VI SM di bidang hukum.
2. Yahudi
3. Yunani
Yunani kuno dibagi kedalam dua Golongan, yaitu Golongan Orang Yunani dan
Luar Yunani yang dianggap sebagai orang biadab (barbar). Mereka juga sudah
mengenal arbitration (perwasitan) dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangannya.
Sumbangan terbesar dari masa ini adalah Hukum Alam, yaitu hukum yang berlaku
mutlak dimana saja dan berasal dari rasio/akal manusia. Menurut Profesor
Vinogradoff, hal tersebut merupakan embrio awal yang mengkristalisasikan hukum
yang berasal dari adat-istiadat, contohnya adalah dengan tidak dapat diganggugugatnya
tugas seorang kurir dalam peperangan serta perlunya pernyataan perang terlebih
dahulu.
6
oleh arbitrase Yunani adalah, kelayakan bagi seorang arbitrator untuk mendapatkan
hadiah dari pihak yang dimenangkannya
4. Romawi
Pada masa ini orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis Hukum, yaitu
Ius Ceville (Hukum bagi Masyarakat Romawi) dan Ius Gentium (bagi Orang Asing).
Hanya saja, pada zaman ini tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada saat itu
masyarakat dunia merupakan satu Imperium, yaitu Imperium Roma yang
mengakibatkan tidak adanya tempat bagi Hukum Bangsa-Bangsa. Hukum Romawi
telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam
hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides, juga asas
“pacta sunt servanda” (setiap janji harus disepakati) yang merupakan warisan
kebudayaan Romawi yang berharga. Bangsa Romawi dalam pembentukan perjanjian-
perjanjian dan perang diatur melalui tata cara yang berdasarkan pada upacara
keagamaan. Sekelompok pendeta-pendeta istimewa atau yang disebut Fetiales,
tergabung dalam sebuah dewan yang bernama collegium fetialum yang ditujukan bagi
kegiatan-kegiatan yang terkait secara khusus dengan upacara-upacara keagamaan dan
relasi-relasi internasional. Sedangkan tugas-tugas fetiales dalam kaitannya dengan
pernyataan perang, merekalah yang menyatakan apakah suatu bangsa (asing) telah
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak bangsa Romawi atau tidak.
5. Eropa Barat
7
6. Cina
7. Islam
Pada periode ini umat islam terbagi-terbagi pada beberapa Negara dan bangsa,
sehingga tidak dimungkinkannya untuk menyatakan suatu pandangan Islam yang dapat
mewakili semua kelompok yang terdapat didalamya. Beberapa sarjana memiliki
anggapan bahwa hukum internasional modern tidak murni sebagai hukum yang secara
eksklusif warisan Eropa. Sehingga mereka berkesimpulan akan terdapatnya pengaruh-
pengaruh yang indispensable dari peradaban-peradaban lain, yang diantaranya adalah
peradaban Islam, yang pada saat itu merupakan kekuatan ekonomi di atas bangsa
Eropa. Pengaruh Islam terhadap sistem hukum internasional Eropa dinyatakan oleh
beberapa sejarawan Eropa diantaranya Marcel Boissard dan Theodor Landschdeit.
8
Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi dan runtuhnya Kekaisaran Romawi Suci
menjadi kota mandiri, kerajaan-kerajaan dan bangsa-bangsa untuk pertama kalinya
menyatakan kebutuhannya akan aturan perilaku antara masyarakat internasional secara
besar-besaran. Sebagian besar Negara-negara Eropa meruju’ pada kode Justinian
hukum dari Kekaisaran Romawi dan hukum kanon Gereja Katolik untuk mencari
inspirasi.
9
memerlukan aturan dalam menjalankan hubungan internasional. Dengan demikian,
hukum bangsa-bangsa yang ia namakan ius intergentes tidak hanya terbatas pada dunia
kristen Eropa, melainkan meliputi seluruh umat manusia.
Pemikiran Grotius tidak begitu berbeda dengan yang lainnya kecuali dalam satu
hal penting, Pemikir-pemikir sebelumnya percaya bahwa hukum alam itu diberlakukan
oleh dewa, sedangkan Grotius percaya bahwa hukum alam berasal dari universal dan
bersifat umum untuk semua orang.
10
c. Perjanjian Westphalia 1648
11
internasional lahir kemudian tersejewantahkan dalam semakin mapannya negara
negara nasional,
Perkembangan masayarakat internasioan khususnya negara negara pada fase ini mulai
merumuskan penyelsaian sengketa dengan cara cara damai, misalanya mulalui
perundingan perundingan, baik lanagsung maupun dengan perantraan pihak ketiga,
dengan menyelenggarakan konpresnsi konspresnsi ataupun kongres internasional.
Dalam perkembangan sekanjutnya , konspirasi atau kongres internasional itu tidak lagi
hanya sebagai sarana penyelsaian sengketa, melainakan berkembang menjadi sarana
membentuk atau merumuskan prinsip prinsip dan kaidah kaidah hukum internasional
dalan bentuk perjanjian perjanjian atau konvensi konvensi internasioanal mengenai
suatu bidang tertentu, sebagai contoh adalah kofrensi perdamaian denhaag I tahun 1889
dan II tahun 1907 yang menghasilkan prinsip prinsip dan kaidah hukum perang
internasioal yang dalam perkembangannya sekrang ini disebut hukum humaniter
12
internasional (permanent court of internasional justice) sebagai peneyelsain sengketa
yang terjadi antara negara yang tergabung dalam liga bangsa bangsa.
Pada atahun 1930 terjadi satu peritiwa yang luar biasa dalam pekembangan
hukum internasional yakni terselenggaranya konfrensi kodofikasi hukum internasional
di den hag (belanda) sesuai denngan namannya konfrensi yang terselenggara di den
hag ini berusaha mengkodifikasi pelbagai bidang bidang hukum internasional seperti
lahirnya, konvensi tentang wesel, cek, dan askep, konvesni tentang orang orang yang
berkedwinegaraan dan tanpa kewarganegaraan,
Meletusnya Perang Dunia II pada tahun 1939 dan diperluas dengan perang asia
timur raya yang meletus ketika jepang membom pangkalan angkatan laut amtika
serikat, pearl harbor dihawai pada tanggal 7 desember 1941, meruntuhkan bangunan
struktur masyarakat internasional yang sebelumya telah dikonsulidasikan oleh liga
bangsa bangsa, namun sama seperti sebelumnya inisiasi dari semua negara untuk
berkumpul pasca Perang Dunia II berahir lahirlah perserikatan bangsa bangsa pada
tanggal 24 oktober 1945 yang maksud tujuannya tidak jauh berbeda dengan liga bangsa
bangsa.
a. Lahirnya negara negara baru (perubahan peta politik dunia, polarisasi masayarakat
internasioanal)khusunya setelah Perang Dunia II tampak adanya perbedaan yang
mencolok dibandingkan dengan masa sebelumnya, jika sebelumnya peta bumi politik
dunia terpolarisasi menjadi kelompok negara atau bangsa bangsa penjajah dan bangsa
kelompok tejajah
Pada lain pihak kemajuan ilmu dan teknologi semakin tak terkendali hingga
menimbulkan banyak masalah, yang kemudian dinamika ini mendorong lahirnya
13
kaidah kiadah baru hukum nasional maupun internsianola contoh bidang hukum yang
tumbuh dan berkembang sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknolgi yang sangat pesat adalah dibidang laut, hukum angkasa, hukum humaniter
dala sebgainya,
14
Hukum Internasional Pada Masa Kini Dan Masa Yang Akan Datang
15
BAB IV
PENUTUP
Para pakar hukum internasional sepakat bahwa sejarah merupakan salah satu
metode bagi pembuktian akan eksistensi dari suatu norma hukum. Hal ini dapat
dibuktikan antara lain melalui salah satu sumber hukum internasional, yaitu kebiasaan
/ adat istiadat (custom/al-‘urf). Sejarah Hukum Internasional dalam perkembangannya
mengalami beberapa periode evolusi, yaitu; periode kuno, klasik dan modern.
16