Spesifikasi Teknis Pembangunan Indoor Lapangan Tenis Sario Tampa Elektrikal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

SPESIFIKASI TEKNIS

SATUAN KERJA : DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DAERAH


PROGRAM : PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA
KEGIATAN : PENINGKATAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
OLAHRAGA
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN INDOOR LAPANGAN TENNIS TAHAP II
LOKASI : SARIO - MANADO
TAHUN ANGGARAN : 2018
I. PERATURAN-PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
A. UNTUK PEKERJAAN SIPIL
Untuk melaksanakan Pekerjaan Sipil, digunakan peraturan umum yang lazim dipakai
yakni A.V/SU/41 (Syarat-syarat Umum untuk Pelaksanaan Bangunan Umum yang
dilelangkan), kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi Teknik ini. Peraturan Bangunan yang
dimaksud dalam Spesifikasi Teknik ini adalah :
 Undang-undang Republik Indonesi No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi;
 Undang-undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
 Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/ KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan;
 Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. Kep.
174/MEN/1986, dan No. 104/KPTS/1986 tentang K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;
 SK SNI T-15-1991 (Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Bangunan Indonesia);
 PBI-1971/NI-2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia);
 PUBI-1982 (Peraturan Umum untuk Bangunan Indonesia);
 PKKI-1971/NI-5 (Peraturan Kontruksi Kayu Indonesia);
 PPBBI-1980 (Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia);
 PUBI-1970/NI-3 (Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia);
 Peraturan Cat lndonesia/NI-4 (PTI-1961);
 Peraturan-peraturan lain yang harus dipenuhi adalah peraturan-peraturan daerah setempat ;
B. PELAKSANAAN DAN GAMBAR PELAKSANAAN
a) Penyedia diwajibkan meneliti semua gambar, peraturan-peraturan dan syarat-syarat
sebelum pekerjaan dilaksanakan, baik pekerjaan sipil maupun mekanikal/elektrikal.
b) Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan atau bila dilaksanakan akan
menimbulkan bahaya, maka Penyedia diwajibkan untuk mengadakan perubahan
seperlunya dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada
Direksi/Pengawas Pekejaan.
c) Apabila ada perubahan pada gambar atau pelaksanaan pekerjaan dilokasi atau ada
perbedaan antara Bestek (RKS) dengan gambar maka yang berlaku adalah menurut
urutan- urutan yang menentukan di bawah ini :
 Bestek (RKS)
 Gambar dengan skala yang lebih besar/sesuai ukuran tertera pada gambar.
 Keputusan Direksi/Pengawas Pekerjaan
d) Pelaksanaan Pembangunan proyek diselenggarakan secara lengkap termasuk
mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan semua bahan - bahan yang
diperlukan,menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.
e) Penyedia diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menunjuk
penyelesaian dan pelaksanaan secara cepat, baik dan lengkap.
f) Didalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya pekerjaan beton bertulang, konstruksi baja,
konstruksi kayu dan pekerjaan struktur lainnya disamping pekerjaan pengolahan tanah,
baik menurut perhitungan dan gambar-gambar konstruksi yang disediakan oleh Direksi
jika diduga terdapat kekurangan, maka Penyedia diwajibkan mengadakan Konsultasi
dengan Direksi/ Pengawas sebelum melaksanakan pekerjaan.
g) Pihak Penyedia dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin terjadi
dan memperhitungkan di dalam harga penawaran.
h) Penyedia harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sehingga lingkungan
sekitarnya menjadi tertib, misalnya pelaksanaan pekerjaan pada malam hari, Penyedia
harus meminta persetujuan kepada Direksi /Pengawas terlebih dahulu.
i) Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, se!esai dengan sempurna kepada Pemberi
Tugas/Direksi termasuk perbaikan-perbaikan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan
pada lingkungan pembangunan termasuk pembersihan.
C. RENCANA KERJA
a) Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia menyusun rencana kerja yaitu suatu rencana
yang terperinci termasuk jadwal pelaksanaan (Time Schedule) dan diajukan kepada
Direksi selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah dikeluarkannya Surat Keputusan
dan Penunjukan Mulai Kerja (SPMK) dan mengadakan Pre Construction Meeting
(PCM) dengan pihak Konsultan pengawas dan Direksi Lapangan.
b) Setelah disetujui maka Time Schedule dimaksud diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
sebanyak 3 (tiga) salinan. Sedangkan cetakan aslinya harus selalu terpampang di
Kantor Proyek dan merupakan lampiran Dokumen Kontrak
c) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia telah menyerahkan Request Pekerjaan
beserta Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas untuk dimintai persetujuannya.
d) Konsultan Pengawas setelah mempelajari usulan tersebut dengan memperhatikan
gambar-gambar rencana, RKS dan lain-lain, baru memberikan persetujuan kepada
Penyedia untuk segera dilaksanakan.
e) Penyedia harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan bahan-bahan dan alat bantu
sesuai dengan rencana kerja kecuali jika terpaksa menyimpang karena sesuatu hal
yang harus dipertimbangkan, maka terlebih dahulu harus disetujui oleh Direksi.
f) Rencana Kerja ini akan dipakai Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas sebagai dasar
untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, keterlambatan
dan penyimpangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia.
D. DIREKSI KEET, GUDANG DAN RUANG RAPAT LAPANGAN
a) Gudang dan ruang rapat di lapangan telah dibuat di sekitar bangunan yang letaknya
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor pada tahap ini diharuskan mengadakan
penyempurnaan-penyempurnaan pada bangunan yang sudah ada.
b) Bahan-bahan utama atau bahan-bahan tambahan yang seharusnya mendapat
perlindungan, harus disimpan di dalam gudang yang cukup menjamin perlindungan
terhadap bahan-bahan tersebut.
c) Penyedia wajib mengikuti rapat-rapat lapangan yang diselenggarakan oleh Direksi
bersama-sama dengan Pemberi Tugas untuk membicarakan segala sesuatu mengenai
pembangunan proyek tersebut.
E. KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang mengikuti di
dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a) Gambar
 Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana kerja dan syarat-syarat pekerjaan ini.
 Gambar Detail yang diserahkan oleh Pemberi Tugas/Direksi.
b) Petunjuk
 Petunjuk atau keterangan yang diberikan dalam Rapat Penjelasan (Aanwijzing) yang
tercantum di dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
 Petunjuk, syarat-syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh Pemberi
Tugas/Direksi, Konsultan Perencana dan In stansi terkait, Dinas Kepemudaan dan Olah
Raga Daerah maupun Dinas Keselamatan Kerja.
c) Peraturan
 Semua Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku untuk semua
pelaksanaan penyediaan.
 Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan penyediaan dari Dirjen Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum yang disahkan dengan Surat Keputusan Pemerintah tanggal 28 Mei
1941 (AV) kecuali dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini.
II. SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN SIPIL
A. AIR (PUBI 1970/N1-3)
a) Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan, dipakai air yang tidak mengandung minyak, asam,
alkali, garam. bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak bangunan.
b) Khusus untuk beton, jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan disesuaikan
dengan jenis pekerjaan beton atau dapat ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat
serta harus dilakukan setepat- tepatnya.
B. PASIR (PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2)
a) Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan harus bersih dan keras. Pasir laut
untuk maksud-maksud tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dan Direksi
Pekerjaan.
b) Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
 Butiran-butiran harus tajam dan keras tidak dapat dihancurkan dengan jari.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen).
 Butiran-butiran harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm.
 Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
c) Pasir Beton,
Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI
1971 (Nl-2) diantaranya yang paling penting adalah:
 Butiran-butiran harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari dan
pengaruh cuaca.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5% (lima persen).
d) Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya, apabila diayak
dengan ayakan 150 maka sisa butiran-butiran di atas ayakan 0,25 mm, berkisar antara
60% sampai dengan 90% dari berat
e) Pasir laut tidak boleh dipergunakan
f) Syarat-syarat tersebut di atas harus dibuktikan dengan pengujian laboratorium

C. AGREGAT KASAR (KERIKIL DAN BATU PECAH)


a) Yang dimaksud dengan Agregat Kasar dapat berupa kerikil atau batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu (Stone Chruser) dengan besar butiran lebih besar dari 5
mm (split).
b) Kerikil atau Batu Pecah untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam SK SNI T-15-1991 diantaranya : harus terdiri dari butir-butir yang keras, tidak
berpori, tidak pecah/hancur o!eh pengaruh cuaca.
c) Kerikil atau Batu Pecah harus keras, bersih serta sesuai butiran dan gradasinya
bergantung pada penggunaannya
d) Kerikil/Batu Pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1% (satu persen)
e) Warnanya harus hitam mengkilat keabu-abuan
D. PORTLAND CEMENT (N1.8, PBI 1971/N1.2}
a) Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC jenis (NI-8) dengan type I (satu) dan
dalam Kantong Baru/Utuh.
b) Bila menggunakan PC yang telah disimpan !ama harus diadakan pengujian terlebih
dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
c) Dalam pengangkutan PC ke tempat pekerjaan harus dijaga agar tidak menjadi lembab,
begitu pula penempatannya harus ditempatkan di tempat kering.
d) PC yang sudah membatu (menjadi keras dan sweeping) tidak boleh
dipakai/dipergunakan lagi.
e) Pengukuran semen, tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari ± 2,5%.
E. KAYU (PPKI 1961)
a) Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan segar dengan ketentuan bahwa sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak
atau mempengaruhi nilai konstruksi bangunan
b) Jenis kayu yang digunakan harus sudah cukup tua, dipilih dan mutu yang terbaik,
kering, lurus dan dihindarkan adanya cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu,
pecah-pecah, mata kayu, melinting basah dan lapuk.
c) Untuk kayu balok, kelembaban tidak dibenarkan melebihi 19% dan kayu papan (kayu
yang ketebalannya kurang dari 2,5 cm) disyaratkan kelembabannya tidak lebih dari
12%.
F. BAJA TULANGAN BETON DAN KAWAT PENGIKAT (PUBI 1970/N1-3)
a) Jenis baja besi tulangan harus dihasilkan dari pabrik-pabrik baja yang dikenal dan
bentuk belahan-belahan polos.
b) Mutu baja besi tulangan dipakai U-24.
c) Kawat pengikat harus terbuat dari besi baja lunak dengan diameter minimum 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.
d)
G. BETON (PBI 1971/N1-2)
a) Beton yang dipakai untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai/diperkirakan
dengan campuran 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil/ Spilit atau dipakai 1 PC : 3 Pasir: 5
Kerikil/Split perbandingan berat.
b) Kekentalan adukan beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan sebuah
kerucut terpancung Abram. Nilai-nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
menurut Tabel 4.4.1. PBI 1971 (NI-l).

III. PEKERJAAN PENDAHULUAN


A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
Lingkup Pekerjaan
a.Pekerjaan ini meliputi penyedian, pendayagunaan tenaga kerja, bahan – bahan, peralatan
dan alat – alat bantunya yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan pada
proyek ini.
b.Bagian ini meliputi pembersihan lokasi, pemasangan bowplank, pembuatan Direksi Keet
dan Gudang Material, penyediaan air kerja dan penerangan kerja, serta mobilisasi dan
demobilisasi.
B. PAPAN PATOK UKUR (BOWPLANK)
a. Papan patok ukur (bowplank) dipasang pada patok kayu yang kuat, sehingga tidak bias
digerak-gerakkan
b. Papan patok ukur dibuat dari kayu kelas-III, dengan ukuran tebal 2,5 cm, lebar 20 cm,
lurus pada sisi sebelah atasnya
c. Tinggi sisi atas papan bouplank harus sama satu sama lain kecuali dikehendaki lain
oleh Direksi Lapangan.
d. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur, Penyedia harus melapor kepada Direksi
Lapangan untuk diminta persetujuannya, serta harus menjaga dan memelihara
keutuhan serta ketetapan patok-patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar
atas persetujuan Direksi Lapangan

C. KANTOR DIREKSI LAPANGAN


Untuk daerah yang ditentukan sesuai dengan Bill of Quantity (BQ) :
a) Kantor Direksi Lapangan cukup representatif untuk bekerja selama pelaksanaan proyek.
b) Luas dan peralatan yang disediakan untuk Kantor Direksi minimal harus memenuhi
persyaratan.
c) Pada tahap ini yang dibutuhkan adalah penyempurnaan- penyempurnaan terhadap Direksi
Keet yang telah ada dimana dilaksanakan pada tahap sebelumnya
D. PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA
a) Air untuk bekerja harus disediakan Penyedia dengan membuat sumur pompa ditapak
proyek atau air dari PDAM. Air harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia
lainnya.
b) Listrik untuk bekerja harus disediakan Penyedia dan diperoleh dari sambungan sementara
PLN setempat selama masa pelaksanaan pembangunan dengan daya minimal 300 watt.
Penggunaan Diesel untuk pembangunan sementara harus melalui persetujuan Direksi
Lapangan
E. RAPAT LAPANGAN
Sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) minggu diadakan Rapat Lapangan (Site
Meeting) di Ruang Rapat di Kantor Direksi yang dipimpin langsung oleh Direksi. Pokok-
pokok pembicaraan dalam rapat ini antara lain :
a) Kemajuan Pekerjaan (Progress Report) dan hal-hal yang tercantum dalam Laporan
Mingguan
b) Perihal Administrasi Proyek
c) Hal-hal teknis (penjelasan gambar/spesifikasi serta instruksi Direksi dan Pemberi
Tugas)
d) Koordinasi Pekerjaan
e) Seluruh Hasil Rapat ditulis dalam suatu Risalah Rapat dan masing-masing peserta
rapat menerima satu berkas risalah rapat yang dapat dijadikan acuan dan kontrol bagi
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya
F. LAPORAN-LAPORAN
Kontraktor harus membuat catatan-catatan berupa laporan harian yang memberikan
gambaran dan catatan singkat dan jelas mengenai :
a) Taraf berlangsungnya pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor
bawahan.
b) Catatan dari Pemberi Tugas/Direksi/Konsultan Pengawas yang telah disampaikan
secara tertulis maupun lisan.
c) Hal ikhwal mengenai bahan-bahan, peralatan/mesin yang masuk.
d) Keadaan Cuaca.
e) Hal ikhwal mengenai pekerja.
f) Hal ikhwal mengenai pekerjaan tambah kurang.
g) Hal ikhwal mengenai kesulitan-kesulitan atau gangguan yang mungkin ada Setiap
laporan harian pada hari dan tanggal yang sama diperiksa dan disetujui kebenarannya
oleh Pengawas Harian dan Konsultan Pengawas. Perselisihan mengenai hal ini
mengakibatkan pekerjaan dihentikan untuk diadakan opname. Dan berdasarkan
laporan harian ini, oleh kontraktor disusun laporan mingguan yang minimal
berisikan :
- Jumlah hasil pekerjaan yang diperoleh dalam waktu 1 (satu) minggu serta
perbandingannya dengan schedule yang disepakati
- Prestasi fisik .yang dicapai, dibandingkan dengan program, danmdibandingkan
dengan minggu sebelumnya dalam suatu Curva "S"
- Hambatan-hambatan yang timbul mengenai tenaga, bahan dan peralatan serta
rencana penanggulangannya
- Catatan-catatan mengenai ada tidaknya pekerjaan tambah/kurang.
- Instruksi-instruksi, tegoran-tegoran dan sebagainya yang telah diterima oleh
Kontraktor dan Pemberi Tugas, Direksi dan Konsultan pengawas dan solusinya
IV. PEKERJAAN PEMBANGUNAN INDOOR LAPANGAN TENNIS
TAHAP II
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Papan Proyek
Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.
2. Pek Pembersihan Lokasi Pekerjaan
 Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara
kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut
dan dikumpulkan di suati tempat yang telah ditentukan.
 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat
dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam
proyek.
 Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat
pekerjaan.
3. K3
 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan
Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja,
bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam
hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harusbertanggung
jawab untuk memperbaikinya.
 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu
untuk keselamatan korban kecelakaan itu
 Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan
tabung alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan
jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung
berkapasitas 12 kg.
 Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
Tenaga Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja
Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang
melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor
Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta
dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin
Proyek.

B. PEKERJAAN RANGKA BAJA DAN ATAP


1. Pek.Kuda Kuda Rangka Cremona Pipa
a. Peraturan ini mengatur pelaksanaan pekerjaan baja berikut segala peralatan pendukung
yang dibutuhkan seperti tercantum dalam gambar struktur dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari spesifikasi lainnya.
b. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman untuk pekerjaan
ini dan harus disetujui oleh Konsultan MK. Kontraktor harus mempunyai tenaga ahli
yang berpengalaman sehingga dapat mengatasi seluruh masalah lapangan dengan cepat
dan benar.
c. Kontraktor harus melampirkan struktur organisasi dan membuat surat pernyataan yang
menjamin bahwa personil yang diajukan akan berada di lokasi proyek selama pekerjaan
berlangsung.
d. Kontraktor harus melampirkan metode pelaksanaan serta alat-alat yang akan digunakan
dalam proyek ini dengan memperhatikan urutan dan kecepatan pekerjaan.
e. Kontraktor wajib menyediakan peralatan tersebut di lokasi pekerjaan tepat pada
waktunya sehingga tidak menghambat pekerjaan lainnya.

1) Lingkup Pekerjaan
a. Tenaga kerja, material dan peralatan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan konstruksi baja termasuk penyediaan t
enaga kerja, pengadaan bahan- bahan baik bahan dasar maupun bahan penyambung,
peralatan baja dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan aman.
b. Pengukuran lapangan.
Pekerjaan pengukuran yang mencakup kondisi lapangan yang ada, seperti hasil
pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan, maupun segala penyimpangan yang terjadi,
sehingga dalam gambar kerja diperlukan penyesuaian.
c. Tenaga ahli.
Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman di lokasi pekerjaan,
sehingga dapat menyelesaikan segala masalah yang timbul di lapangan secara cepat
dan benar.
d. Gambar kerja/ shop drawings.
Kontraktor harus membuat gambar kerja secara detail, sebelum pekerjaan dimulai,
termasuk penyesuaian dengan kondisi lapangan sampai mendapatkan persetujuan dari
Konsultan / Direksi.
e. Gambar terlaksana/ As built drawings.
Setelah pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor wajib membuat gambar terlaksana sesuai
dengan struktur yang dilaksanakan, dan diserahkan kepada Pemberi Tugas sesuai
dengan kontrak.
2) Peraturan - Peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984 (PPBBI)
b. American Institute of Steel Construction Specification (AISC)
c. American Society for Testing and Materials (ASTM)
d. American Welding Society - Structural Welding Code (AWS)
e. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI-1982)

3) Perhitungan Berat Konstruksi Baja


a. Berat jenis baja
Berat jenis baja adalah 7800 kg/m3. Satuan berat elemen baja adalah sesuai dengan yang
tercantum di dalam tabel pabrik pembuat. BJ - 1 / 8 spesifikasi Pekerjaan Konstruksi
Baja
b. Berat baja di dalam BQ.
Di dalam menghitung volume baja di dalam Bill of Quantity (BQ), berat baja dihitung
berdasarkan volume (berat) teoritis sesuai dengan gambar struktur. Berat sisa atau
"waste" akibat pemotongan atau pembentukan elemen-elemen struktur dan juga alat
penyambung seperti baut, las, angkur dan pelat buhul harus diperhitungkan di dalam
analisa harga satuan.
4) Material
a. Baja
Jika tidak disebutkan secara spesifik di dalam gambar, maka semua material untuk
konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan "Hot rolled structural
steel" dengan mutu baja ST 37 (PPBBI -83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS. U 3101-1970),
yang memiliki tegangan leleh (yield stress) minimal, Fy =240 Mpa dan tegangan tarik (tensile
stress) Fu = 400 Mpa. Baja jenis ini umum disebut baja karbon (Carbon Steel) yang
mengandung karbon antara 0.25 - 0.29 %. Semua material baja harus baru, bebas/bersih dari
karat, lobang-lobang dan kerusakan lainnya, lurus, tidak terpuntir, tanpa tekukan, serta
memenuhi syarat toleransi sesuai dengan spesifikasi ini.
5) Penggantian Profil/ Penampang
Pada prinsipnya dalam tahap perencanaan, profil yang digunakan adalah profil yang
diproduksi oleh pabrik. Apabila ternyata profil tersebut tidak tersedia, maka Kontraktor dapat
mengganti profil tersebut dengan profil lain yang disetujui oleh Konsultan / Direksi. Usulan
perubahan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan yang menunjukkan bahwa profil
pengganti tersebut minimal sama kuat dan kakunya dengan profil yang digantikan. Juga harus
diperhatikan bahwa tinggi profil pengganti harus mempunyai tinggi maksimal sama dengan
profil original, sehingga tidak mengurangi ruang peralatan M&E. Walaupun perubahan profil
tersebut disetujui, Kontraktor tetap harus mengantisipasi perubahan tersebut, agar tidak
terjadi klaim terhadap waktu pelaksanaan maupun biaya.

6) Toleransi dimensi, panjang dan kelurusan


a. Toleransi dimensi
Dimensi yang tercantum di dalam gambar rencana adalah dimensi sesuai dengan yang tertera
di dalam table pabrik pembuat baja. Di dalam pembuatan terjadi variasi yang menyebabkan
terjadinya perbedaan denganmBJ - 2 / 8 dimensi rencana. Perbedaan terhadap panjang, lebar
serta tebal diizinkan sebesar harga terkecil antara 1/32 inci (0.75 mm) atau 5 % dari dimensi
rencana Spesifikasi Pekerjaan Konstruksi Baja
7) Pengelasan
a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC Specification dan baru dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan / Direksi. Pengelasan
harus dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
b. Kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui oleh Konsultan /
Direksi. Ukuran kawat las disesuaikan dengan tebal pengelasan.
c. Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil
pengalaman yang baik dalam dalam melaksanakan konstrksi baja sejenis. Hal ini
harus dibuktikan dengan menunjukkan sertifikat yang masih berlaku.
d. Kontraktor harus memperhatikan dengan seksama tipe dan ukuran las yang tercantum
di dalam gambar (las sudut, las tumpul dan lain-lain), dan Kontraktor harus
mempunyai alat untuk mengukur tebal las sehingga dengan mudah dapat diketahui
apakah tebal las sudah sesuai dengan gambar atau tidak.
e. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat dan
bekas-bekas potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical wire brush
dan untuk daerah-daerah yang sulit dapat digunakan sikat baja. Bekas potongan api
harus dihaluskan dengan menggunakan gurinda agar permukaan baja menjadi baik.
Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
f. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi
dan tegangan residual pada elemen konstruksi baja yang dilas. Pengelasan pada
pertemuan elemen-elemen yang padat seperti pada tumpuan harus dilakukan dengan
teknik preheating.
g. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan
dahulu dari kerak-kerak las/slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las
yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
h. Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang baik,
maka pada dasarnya semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan di bengkel. Bila
akan mengadakan pengelasan lapangan harus seijin tertulis dari Konsultan / Direksi.
i. Perhatian khusus diberikan pada pengelasan yang dilakukan di lapangan (field weld),
dimana posisi dari tukang las harus sedemikian sehingga dapat dengan mudah
melakukan pengelasan dengan hasil yang baik tanpa mengabaikan keselamatan kerja.
j. Pada semua pengelasan harus dilakukan pemeriksaan visual untuk mengetahui
apakah :
o Persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik (bersih, gap yang cukup
dan lain-lain).
o Las yang ada tidak berpori, undercut, retak permukaan atau cacat-cacat lain.
o Ukuran dan tipe las sudah sesuai gambar.
k. Pada jumlah lokasi 30% dari seluruh lokasi pengelasan juga harus dilakukan "Liquid
Penetrant Test". Lokasi pengetesan ditentukan oleh Konsultan / Direksi.
l. Apabila dianggap perlu oleh Konsultan / Direksi atau apabila ada keraguan terhadap
hasil "Liquid Penetrant Test" tersebut, maka Konsultan / Direksi dapat meminta pada
Kontraktor untuk juga melakukan Radiographic Test.
m. Laboratorium uji las yang ditunjuk harus mendapat persetujuan Konsultan / Direksi
dan semua biaya pengujian las menjadi tanggung jawab Kontraktor.

8) Lokasi penempatan baja di lapangan.


Penempatan elemen baja di lapangan harus pada tempat yang kering/ terlindung sehingga
elemen-elemen tersebut tetap dalam kondisi baik hingga terpasang. Konsultan / Direksi
berhak untuk menolak elemen-elemen baja yang rusak karena salah penempatan atau rusak
akibat proses apapun juga.
a) Waktu pengangkatan.
Pengangkatan elemen-elemen baja hanya boleh dilaksanakan setelah metode dan
jadual pengangkatan disetujui oleh Konsultan / Direksi.
b) Posisi angkur dll.
Sebelum pengangkatan dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali dudukan/ posisi
angkur-angkur baja untuk memastikan bahwa semuanya dalam kondisi baik dan tidak
mengalami kerusakan, demikian juga dengan jarak dan lain-lain sesuai dengan
gambar kerja. Perhatian khusus dalam pemasangan angkur-angkur untuk rangka baja
dimana jarak-jarak/kedudukan angkur- angkur harus tetap dan akurat untuk mencegah
ketidak cocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran
angkur-angkur tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada tulangan
kolom/balok atap.
c) Keselamatan di lapangan.
Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di lapangan.
Untuk itu Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang pengaman, topi pengaman,
sarung tangan dan alat lain yang diperlukan selama pekerjaan berlangsung.
d) Kegagalan pengangkatan
Kontraktor harus merencanakan pengangkatan ini dengan baik dan mempersiapkan
segala alat penunjang agar proses pengangkatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
Kegagalan pengangkatan akibat kelalaian maupun sebab lainnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor sepenuhnya, baik terhadap biaya maupun waktu.
e) Kerusakan elemen baja
Secara prinsip elemen baja yang rusak baik karena salah pemotongan maupun tidak
memenuhi toleransi yang disyaratkan tidak diizinkan untuk digunakan pada proyek ini,
kecuali diizinkan oleh Konsultan / Direksi.
f) Tenaga ahli untuk pengangkatan.
Untuk proses pengangkatan di lapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli
dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas
pekerjaan ini. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan tersebut harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan / Direksi.
g) Las lapangan.
Secara prinsip las di lapangan sedapat mungkin dihindarkan. Jika pengelasan harus
dilakukan di lapangan dengan alasan tertentu, maka Kontraktor wajib membuktikan
bahwa hasil las lapangan tersebut secara teknis memenuhi syarat. Untuk itu
Kontraktor harus mengusulkan cara pengujian atas hasil las lapangan ini, agar dapat
disetujui oleh Konsultan / Direksi. Uji las tersebut meliputi antara lain tebal las,
kualitas las dan kepadatan las.
2. Pek.Plat baja tbl 20 mm
a. Ruang lingkup
Standar ini memaparkan tentang spesifikasi teknis yang harus dipenuhi oleh profil, pelat,
dan batang tulangan baja struktural dari baja karbon dan baja paduan rendah kekuatan tinggi,
serta pelat baja struktural paduan hasil quen dan temper untuk jembatan dengan delapan kelas.
Delapan kelas itu adalah: kelas 250, 345, 345S, 345W, HPS 345W, HPS 485W, 690, dan
690W, yang dikelompokkan dalam empat tingkatan nilai kuat luluh yaitu 250 MPa, 345 MPa,
485 MPa, dan 690 MPa.
Standar ini memaparkan beberapa hal yang berhubungan dengan:
o Persyaratan bahan dan nilai kuat luluh dari delapan kelas baja;
o Bahan dan proses pembuatannya;
o Perlakuan panas yang harus dilakukan untuk kelas HPS 345W dan HPS 485W, 690 dan
690W;
o Komposisi kimia yang harus dipenuhi untuk masing-masing kelas dan ketentuan khusus
dan analisis kimia karbon ekuivalen untuk kelas 345S;
o Uji tarik yang disyaratkan;
o Kekerasan Brinell untuk kelas 690 dan 690W;
o Benda uji dan jumlah uji tarik yang harus disiapkan;
o Uji ulang yang harus dilaksanakan;
o Ketahanan korosi yang dihasilkan dari baja yang memenuhi spesifikasi ini;
o Penandaan tambahan untuk kelas 345W, 690, dan 690W;
o Persyaratan tambahan yang diinginkan pemesan berupa uji ketangguhan dan penandaan
untuk bahan kritikal non fraktur dan fraktur.
o Persyaratan yang harus dan/atau dapat dipenuhi ketika diadakan perjanjian antara
produsen dan pemesan
b. Acuan normatif
Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk
melaksanakan standar ini:
o ASTM A 6M Specification for general requirements for rolled structural steel bars,
plates, shapes, and sheet piling.
o ASTM A 36M, Specification for carbon structural steel.
o ASTM A 370 Test methods and definitions for mechanical testing of steel products.
o ASTM A 435M, Specification for straight-beam ultrasonic examination of steel plates.
o ASTM A 514M, Specification for high-yield-strength, quenched-and-tempered alooy
steel plate, suitable for welding.
o ASTM A 572 M, Specification for high-strength low-alloy columbium-vanadium
structural steel.
o ASTM A 588 M, Specification for high-strength low-alloy structural steel with 345 Mpa
minimum yield point to 100 mm thick.
o ASTM A 673M Specification for sampling procedure for impact testing of structural
steel.
o ASTM A 992 M, Specification for steel for structural shapes for use in building framing.
o ASTM E 112, Test Methods for determining average grain size.
o ASTM G 101, Guide for estimating the atmospheric corrosion resistance of low-alloy
steels.
3. Erection Kuda Kuda Baja
a) Sebelum pekerjaan Erection dimulai semua material dan peralatan yang diperlukan harus
sudah tersedia dilokasi pekerjaan.
b) Konsultan PENGAWAS memeriksa Kondisi Material Rangka Baja yang didatangkan
oleh Kontraktor Pelaksana kelokasi pekerjaan dan membuat Daftar Chek List yang
menginformasikan kondisi material apakah sesuai dengan Shop Drawing dan Gambar
Bestek serta Spesifikasi Teknis.
c) Kontraktor Pelaksana dengan lampiran Shop Drawing dan Gambar Erection Konstruksi
Baja megajukan Request For Work untuk pekerjaan Erection.
d) Konsultan PENGAWAS membuat Daftar Chek List kesiapan Kontraktor Pelaksana untuk
pekerjaan Erection konstruksi baja terutama yang berhubungan dengan Material, Tenaga
Kerja dan Kesiapan Peralatan.
e) Konsultan PENGAWAS tidak boleh meninggalkan lokasi pekerjaan Erection baja selama
pekerjaan tersebut belum selesai dikerjakan.
f) Konsultan PENGAWAS harus memastikan bahwa Kontraktor Pelaksana bekerja sesuai
dengan Shop Drawing Erection Baja dan Gambar Bestek.
g) Konsultan PENGAWAS harus membuat Daftar Chek List hasil pekerjaan Erection Baja
oleh Kontraktor Pelaksana yang didalamnya diinformasikan kesesuaian dan
ketidaksesuaian pekerjaan Erection Baja yang telah dilaksanakan.
h) Konsultan PENGAWAS harus mengeluarkan surat perintah pembongkaran dan
pemasangan kembali konstruksi jika ditemukan hasil Erection tidak sesuai dengan Shop
Drawing dan Gambar Bestek.
i) Kontraktor Pelaksana tidak boleh melanjutkan pekerjaan yang lain diatas pekerjaan
Konstruksi Baja sebelum pekerjaan Erection Konstruksi Baja dinyatakan selesai 100 %
oleh Konsultan PENGAWAS melalui Surat dan Tabel Chek List Pekerjaan Erection
Konstruksi Baja.
4. Baut Angkur Kuda Kuda
Kecuali ditentukan lain di dalam gambar, maka angkur yang digunakan harus memiliki
kualitas BJTD 40, dengan panjang penjangkaran minimal sedalam 40 kali diameter. Angkur
harus memiliki ulir yang cukup sehingga pada saat digunakan benar-benar dapat berfungsi
secara benar.
 Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap baut angkur pada laboratorium yang
disetujui oleh Konsultan MK, sebelum Kontraktor memesan baut yang akan dipakai.
 Jumlah baut angkur yang diuji untuk masing-masing ukuran adalah minimum 3 (tiga)
buah.
 Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Konsultan / Direksi berhak untuk
meminta diadakan uji baut angkur lainnya dengan jumlah 1 (satu) baut dari setiap 250
baut yang digunakan. Biaya pengujian baut tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
 Posisi lubang-lubang baut angkur harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameter
baut. Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar, maka diameter lubang baut
maksimal 1.60 mm (1/16 inci) lebih besar dari diameter baut. Kontraktor tidak boleh
membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin Konsultan / Direksi.
 Pembuatan lubang baut angkur harus memakai bor, untuk konstruksi yang tipis,
maksimum 10 mm, boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama
sekali tidak diperkenankan.BJ - 5 / 8 Spesifikasi Pekerjaan Konstruksi Baja
5. Gording Atap Besi Canal C
a) Gording adalah dari material anti karat dan hasil galvanisasi pabrik.
b) Gording dibuat dari profil LLC 100x50x20x4 MM atau sesuai dengan Gambar
Bestek.
c) Jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek, jarak pemasangan gording pada kaki
kuda-kuda minimal setiap 100 cm.
d) Titik-titik sambungan pada gording tidak boleh dibuat pada posisi satu garis lurus
melainkan secara selang-seling atau zig-zag.
e) Gording harus dijangkarkan dengan sempurna kekaki kuda-kuda dengan bantuan
profil siku 50x50x5 mm dan alat sambung baut diameter 3/8”.

6. Pek Pas Atap Undoline 0.30


Spesifikasi :
Material : Bitumen Selulosa
Panjang : 200 cm
Lebar : 95 cm
Tebal : 3 mm
Berat : 6,4 kg / lbr - 3,2 / m2
Luas Efektif : 1,56 m2
 Kuat
Ketahanan terhadap angin kencang dan beban. Ketahanan Onduline terhadap angin
sampai kecepatan 120 mph ( 192,12 km/h) membuktikan produk tersebut dapat bertahan
dari angin topan dan gempa bumi. Produk Onduline juga dapat menahan beban merata
sampai 0,9 ton/m2, dimana ketahanan tersebut sudah melebihi beban yang biasa terjadi
pada cuaca bersalju. Karenanya Onduline digunakan di seluruh penjuru dunia pada segala
cuaca dan wilayah
 Lentur
Tidak patah selama pemindahan dan pemasangan. Beberapa jenis dari lembaran
bergelombang patah pada saat dipindahkan yang diakibatkan oleh kondisi jalan dan
kekakuan produk, tetapi Onduline tidak patah. Struktur campuran Onduline
memungkinkan kelenturan maksimum dan menyerap semua goncangan uang disebabkan
perjalanan di kondisi yang buruk. Untuk alasan yang sama, Onduline juga tidak akan
patah pada saat dipasang di struktur atap.

 Ringan
Hanya 6.4 kg per lembar dengan ukuran 1.9 m2. Lembaran Onduline sangat ringan dan
mudah dibawa. Hal ini sangat penting untuk mempermudah transportasi dan pemasangan
sehingga membuat produk tersebut ideal untuk pemasang profesional dan amatir

C. PEKERJAAN BETON BERTULANG


1. Galian Tanah
Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk
pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :
• Pondasi Bored Pile, Poer dan Sloof
• Perataan (cut / fill )
• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau Konsultan
Pengawas.
a) MACAM GALIAN.
Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu :
1) Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi
atau galian material dan bahan baku lainnya.
2) Galian konstruksi / obstacle. Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain
dari galian tanah dan galian batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam
spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar Rencana. Semua galian yang disebut
sebagai galian konstruksi terdiri dari galian lantai bangunan, galian pondasi bangunan
existing, galian perkerasan jalan / halaman, galian pipa / kabel listrik / pipa gas,
saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada
spesifikasi ini.
Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga
macam galian tersebut di atas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain,
mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan
dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.
b) Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang
lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta
disetujui Konsultan Pengawas.
c) Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah
urug bekas serta sisa bahan bangunan.
d) Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjukpetunjuk
Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan tapak /
site atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
e) Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau
longgar, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang tejadi
harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm.
lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-
klaim ` sebagai pekerjaan tambah.
f) Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor / Pemborong harus mengikuti
prosedur seperti terurai dalam butir 3.1. s/d. 3.3.
g) Bila Kontraktor / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang
ditentukan dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor / Pemborong wajib untuk menutupi
kelebihan galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap
ketebalan 5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan
tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
h) Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti
tercantum dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan
o
dimiringkan 10 kearah luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai
Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui Konsultan Pengawas.
i) Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak / site konstruksi. Area
antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.
j) Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor / runtuh, maka apabila
dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memasang
konstruksi penahan (casing) sementara dari bahan seng gelombang BJLS 50 atau
setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm. diperkuat dengan kayu-kayu dolken minimal
diameter 8 cm. sehingga konstruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng galian.
k) Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor / Pemborong harus
menyediakan pompa air secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian.
Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian, harus kering
untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
- Pondasi beton setempat dan Sloof beton
- Pondasi Batu Kali.
- Pengurugan dan pemadatan.
l) Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 4.11. dan 4.12. di atas ditanggung oleh
Kontraktor / Pemborong, serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.

2. Bor Pile Diameter


A. UMUM
- Kontraktor harus menyiapkan semua gambar kerja, bahan dan tenaga kerja yang
diperlukan.
- Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti semua ketentuan dalam buku RKS ini
- Kecuali dalam gambar atau RKS ditentukan lain, sebagai dasar peraturan ialah PBI 1983
NI-2 / SNI 03-2847-2002. (Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung).
- Kontraktor harus memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan semua
pekerjaan dan pekerjaan tambahan, sehingga menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan
gambar rencana.
- Kontraktor harus melampirkan metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam proyek
ini dengan memperhatikan kondisi lapisan tanah yang ada. Dalam metode pelaksanaan ini
antara lain harus dijelaskan bagaimana cara mengatasi kondisi tanah pada proyek ini dan
peralatan apa yang dibutuhkan untuk itu.
- Tiang- tiang fondasi bor harus dibuat sesuai dengan rencana yang dibuat oleh Konsultan
Perencana seperti terlihat dalam gambar rencana. Kedalaman tanah keras yang pada
proyek ini diperkirakan terdapat pada kedalaman 12 m - 15 m dibawah muka tanah yang
ada pada saat sekarang seperti terlihat dari Laporan Hasil Penyelidikan Tanah.
- Dalam melaksanakan pekerjaan tiang bor ini Kontraktor diwajibkan untuk mengambil
dan menyimpan contoh tanah dari :
 Dasar dari lubang bor.
 ½ meter di atas dasar lubang bor.
 1 meter di atas dasar lubang bor.
 1½ meter di atas dasar lubang bor.
 Setiap perubahan lapisan tanah yang dijumpai pada saat pengeboran.
B. GAMBAR KERJA
 Kontraktor harus membuat dan mengajukan gambar kerja kepada Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
 Kontraktor harus memperbaiki gambar-gambar kerja sesuai dengan semua perubahan
yang dilakukan di lapangan (As-built) dan menyerahkan kepada Pengawas pada akhir
waktu pelaksanaan.
C. STANDAR
 Spesifikasi dokumen kontrak harus sesuai dengan keinginan Pemberi
Tugas/Pengawas. Semua pekerjaan beton bertulang harus dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi “PEKERJAAN BETON BERTULANG” dan SNI 03-2847-2002, kecuali
bila ada perubahan- perubahan khusus yang akan disebutkan kemudian
D. BAHAN TIANG BORE
 Tiang Bore dengan diameter 20, Beton untuk bahan Bor pile, harus mempunyai
tegangan tekan karakteristik K.350 sesuai SNI 03-2847-2002.
 Tulangan utama digunakan BJTD-40 dan Tulangan Beugel digunakan U-24.
 Casing Bor Pile PVC Diameter 16’

E. TATA CARA PELAKSANAAN PEKERJAAN


 PENGUKURAN.
 Data mengenai ketinggian dan skema penempatan tiang tercantum dalam gambar.
Penentuan lokasi dan pekerjaan uitzet tiang dilaksanakan oleh Kontraktor, Kontraktor
harus memelihara semua ketinggian yang ditentukan, termasuk ketinggian dari ujung
atas tiang sebelum tiang dipotong.
 Semua patok harus diperiksa secara teratur untuk menjamin agar kegiatan
pemancangan tiang tidak sampai mengakibatkan patok itu bergerak. Pada Gambar
Kerja, tiap tiang harus diberi nomor.
 Patok-patok referensi, Bouwplank dan pengukuran. Semua ukuran ketinggian yang
dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan dinyatakan terhadap Datum  0.00 LWS (Low
Water Spring).
 Pemborong harus membuat patok referensi, menara ketinggiannya terhadap Datum
dengan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas / Konsultan.
Penentuan patok-patok bouwplank dan lain-lain, harus dilakukan dengan peralatan
Theodolith / Waterpass yang sebelumnya harus diperiksakan/disetujui.
 Ukuran-ukuran dinyatakan dengan metrik, kecuali bila dinyatakan lain.
 Hasil pengukuran di lapangan harus dapat dikaitkan dengan patok-patok tetap (Bench
Mark) yang telah ada menurut petunjuk Pengawas / Konsultan di lapangan, dan bila
diperlukan Pemborong harus memasang patok-patok pembantu untuk menentukan
ketinggian dan koordinat lokal. yang harus dipelihara keutuhan letak dan
ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung. Sebelum pekerjaan dimulai patok-patok
pembantu / bouwplank harus diperiksa / disetujui oleh Pengawas/ Konsultan.
 Kontraktor harus mengecek titik-titik as tiang pancang sesuai dengan letak titik-titik
as kolom yang akan dilaksanakan.
F. PELAKSANAAN PEMBUATAN TIANG BORE
 Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat ditentukan dan disetujui oleh Pengawas
maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Sebelum pekerjaan ini dimulai
Kontraktor sudah harus menyiapkan drilling record yang bentuk dan isinya sudah
disetujui oleh Pengawas. Isi drilling record antara lain tertulis dalam item pkerjaan
 Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran. Pekerjaan pengeboran harus dilakukan
dengan mempergunakan rotary drilling machine dengan dilengkapi buckets dan
augers yang sudah memperoleh persetujuan dari Pengawas.
 Minimum harus disediakan 1 set alat bor cadangan, serta peralatan casing sementara
(apabila diperlukan). Alat- alat ini harus dapat dipergunakan untuk melakukan
pengeboran menembus air, lapisan keras, batu besar, serpihan- serpihan cadas, tanah
liat yang keras, kerikil dan pasir.
 Bila kekuatan dinding lubang bor diperkirakan tidak cukup kuat menahan longsor,
perlu dipergunakan steel casing sementara dengan ukuran panjang yang sesuai dengan
kebutuhan. Sambungan dari casing harus kedap air.
 Kondisi lapisan tanah untuk proyek ini dapat dilihat pada Hasil Penyelidikan Tanah.
Dari kondisi tanah yang ada Kontraktor harus sudah mempertimbangkan dalam
mengajukan penawaran bahwa kemungkinan besar perlu atau tidak digunakannya
steel casing sementara sedalam lubang bor.
 Drilling record harus berisi antara lain kedalaman dari pengeboran, waktu
pelaksanaan , klasifikasi tanah dari kedalaman yang berbeda dan gangguan- gangguan
/kesulitan- kesulitan yang mungkin terjadi pada saat pengeboran harus dibuat
selengkap mungkin. Kontraktor diminta untuk melampirkan drilling records yang
biasa digunakan dalam penawaran.
 Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras yang disyaratkan,
dimana ciri- cirinya ditentukan berdasarkan Hasil Penyelidikan Tanah dan
kedalamannya bervariasi sekitar 14 - 18 meter di bawah muka tanah asli. Pada waktu
pengeboran dilakukan harus dilakukan pencatatan mengenai elevasi dan jenis lapisan
lapisan tanah yang dijumpai. Selanjutnya harus diambil contoh tanah dari setiap
elevasi tersebut dan disimpan sedemikian rupa sehingga sifat asli dari tanah tersebut
tidak berubah. Contoh tanah tersebut harus dapat ditunjukkan kepada Konsultan
Perencana/ Pengawas setiap saat jika diperlukan oleh Konsultan Perencana/Pengawas.
 Untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal Kontraktor diwajibkan untuk
menempatkan seorang Ahli Tanah yang sudah berpengalaman dengan pekerjaan tiang
bor. Pengeboran baru dihentikan setelah mendapat persetujuan dari Pengawas.
Walaupun telah disetujui oleh Pengawas, tetapi tanggung jawab atas mutu pekerjaan
yang dihasilkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Setelah pengeboran selesai harus dicatat kedalaman yang dicapai. Tahapan kedua
adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan lumpur yang
terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini mutlak harus dilakukan oleh Kontraktor
karena longsoran dan lumpur tersebut dapat mempengaruhi daya dukung serta
perilaku dari tiang bor. Pekerjaan pembersihan ini baru dapat dihentikan setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas. Lama pembersihan dan kedalaman dari lubang
bor setelah pembersihan dilakukan ini harus dicatat.
 Tahap selanjutnya adalah penyetelan/ pemasangan tulangan dari tiang bor. Tulangan
dari tiang bor harus sudah siap dimasukkan ke dalam lubang bor setelah pekerjaan
pembersihan selesai dilakukan. Apabila ternyata tulangan tersebut belum siap maka
pekerjaan pembersihan lubang bor harus dilakukan kembali sampai tulangan tersebut
siap untuk dimasukkan. Apabila ternyata diperlukan penyambungan tulangan maka di
tempat pekerjaan harus disediakan mesin las yang dapat digunakan setiap saat untuk
me- las tulangan. Pada sisi luar tulangan harus diberi beton tahu setebal 7 cm pada
beberapa tempat untuk mendapatkan selimut beton yang baik pada semua bagian
tiang bor.
 Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan kembali pengukuran kedalaman
lubang bor yang dilakukan oleh Kontraktor dan diketahui oleh Pengawas. Apabila
ternyata terjadi pengurangan kedalaman lubang bor dibandingkan dengan kedalaman
pada saat pembersihan selesai dilakukan, maka tulangan terpasang tersebut harus
dikeluarkan kembali dan harus dilakukan pekerjaan pembersihan kembali. Tidak
diperkenankan melanjutkan ke tahap pekerjaan selanjutnya sebelum tahapan ini
disetujui oleh Pengawas.
 Tahapan selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor.
Setelah pekerjaan pemasangan tulangan selesai dilakukan, maka adukan beton yang
akan digunakan sudah harus siap di tempat pekerjaan, sehingga pengecoran langsung
dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan disetujui oleh Pengawas.
Pengecoran ini harus dilakukan sampai selesai, tidak diperkenankan menunda
pekerjaan pengecoran ini.
 Apabila pengecoran ini tidak selesai karena sesuatu alasan maka tiang bor ini
dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan Kontraktor harus mengganti tiang tersebut
dengan tiang bor baru yang letaknya berdekatan dengan tiang bor yang gagal tersebut.
Semua risiko akibat hal ini adalah tanggungan Kontraktor. Untuk mencegah hal
tersebut maka Kontraktor sudah harus dapat memperkirakan jumlah/volume adukan
beton yang akan digunakan pada lubang bor yang sudah disiapkan. Harus diadakan
pencatatan volume yang diperkirakan akan digunakan dengan volume adukan yang
terpakai sesungguhnya. Waktu dan lama pengecoran harus dicatat.
 Ada hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan tiang bor ini,
yaitu apabila tahapan pertama sudah dimulai maka pekerjaan ini harus diselesaikan
sampai tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan waktu di antara tahap -
tahap pekerjaan.
G. BAJA TULANGAN.
 Syarat- syarat umum untuk baja tulangan , lihat bab “PEKERJAAN BETON
BERTULANG” pada spesifikasi ini dan untuk panjang baja tulangan lihat gambar
rencana Konsultan Perencana dengan memperhatikan stek- stek yang disyaratkan.
 Tulangan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah dari mutu BJTD 40 untuk
tulangan lebih besar dan sama dengan D 10 dan BJTP 24 untuk tulangan spiral
kecuali ditentukan lain dalam gambar.
 Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum hasil pekerjaan pengeboran dan
tahapannya disetujui oleh Pengawas.
H. PEKERJAAN BETON
 Syarat- syarat umum dapat dilihat pada bab “PEKERJAAN BETON BERTULANG”
pada spesifikasi ini.
 Komposisi, pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan
spesifikasi Pekerjaan Beton Bertulang.
 Mutu beton yang disyaratkan adalah K 350 (f’c = 29.05 MPa) , dengan slump antara
13 dan 15 cm.
 Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum hasil pekerjaan pengeboran dan
tahapannya disetujui oleh Pengawas.
 Pipa Tremie yang dipergunakan harus mempunyai diameter minimum 20 cm serta
receiving hopper harus mempunyai kapasitas setidak- tidaknya sama dengan kapasitas
pipa yang disuplay dengan beton. Bagian bawah dari pipa tremie harus ditutup dengan
plat yang di "tape". Sebelum pengecoran dimulai, lemparkan sebuah kerikil kecil
kedalam lubang pipa, bila terdengar suara benturan dengan plat penutup, maka itu
berarti bahwa plat penutup tersebut masih berada ditempatnya dan tidak bocor.
 Posisi dari pipa Tremie harus diatur sedemikian rupa sehingga dasar dari pipa tersebut
paling tidak 1.5 m di bawah permukaan beton pada setiap tahap pengecoran.
Pengecoran beton harus terus menerus tanpa berhenti.
 Volume actual dari beton yang dipergunakan harus dicatat dan dicek dengan
perhitungan volume diatas kertas untuk menyakini bahwa tidak terjadi "Necking" atau
"caving" didalam lubang bor.

I. TOLERANSI POSISI TIANG.


 Deviasi maksimum terhadap posisi tiang pondasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
- Deviasi maksimum diukur disetiap arah horisontal terhadap garis grid patokan,
maksimum : 7,5 cm.
- Deviasi level dari permukaan atas tiang, maksimum : 2,0 cm.
- Toleransi sumbu vertikal = 1:80
 Khusus untuk tiang bor tunggal toleransi ini harus diperhatikan benar, karena
penyimpangan sedikit saja dari toleransi ini berakibat fatal dan Kontraktor harus
mengganti tiang bor yang gagal tersebut dengan tiang bor baru yang letaknya akan
ditentukan oleh Konsultan Perencana.
 Semua biaya tambahan yang timbul karena perubahan pada jumlah tiang, disain dari
kepala tiang, balok fondasi baik dari segi material, waktu maupun biaya perencanaan
ulang yang diakibatkan oleh kesalahan/ kegagalan dari Kontraktor dalam melaksanakan
pembuatan tiang bor, seluruhnya menjadi beban Kontraktor.
J. URUT-URUTAN PEMBUATAN TIANG BORE
Bila terdapat 5 buah tiang bor dalam satu berkas fondasi maka tiang yang terletak di
tengah harus dilaksanakan terlebih dahulu. Pembuatan tiang baru yang terletak di sebelah
tiang yang baru selesai dicor harus mempunyai tenggang waktu minimum 7 hari dan harus
memperoleh persetujuan dari Pengawas.
K. PEMBUATAN AS BUILT DRAWING
 Segera setelah pekerjaan selesai Kontraktor harus membuat "As Built Drawing" dari
letak tiang bor dan dibandingkan dengan letak tiang bor rencana.
 Apabila dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan pelaksanaan di luar toleransi
yang diberikan Konsultan Perencana maka Kontraktor wajib mengganti tiang bor
yang dianggap gagal tersebut.
3. Poer Pondasi
 Pekerjaan Poer Pondasi meliputi pondasi pada dinding dan seluruh detail yang
disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas
 Pondasi poer dengan menggunakan adukan 1 PC : 2 PS : 3 KR , setelah galian
mencapai peil sesuai dengan gambar rencana dan telah mendapat persetujuan
Pengawas/ Direksi.
 Kerikil Beton yang digunakan adalah Kerikil Beton Ex. Lokal dengan kualitas yang
baik dengan ukuran pecah 1 – 2 cm atau 2 – 3 cm sebelum dipasang harus dibersihkan
dan dibasahi permukaannya serta telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.
 PC harus memakai produksi dalam negeri dengan jenis type I.
 Pasir pasangan harus bersih dari lumpur max.5 % kualitas baik diambil dari daerah
setempat sesuai petunjuk Pengawas/Direksi.
4. Pek.Sloof
1) PEKERJAAN BETON BERTULANG
 BETON COR DI TEMPAT
 Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
sehubungan dengan pekerjaan beton biasa, beton bertulang dan lain-lain sesuai dengan
gambar-gambar persyaratan teknis ini Dalam hal ini Penyedia yang harus menyediakan
tenaga, peralatan seperti Lift/Crane berikut Concrete Mixer dan peralatan-peralatan lain yang
harus selalu berada di lapangan sesuai dengan standard dan kapasitas untuk pekerjaan
tersebut
 Pengendalian Pekerjaan
Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan
seperti tertera dalam :
- SK SNI T-15-1991-03
- NI-2-PBI-1971, ..
- NI-3-1970
- NI-5-1961
- NI-8-1974
- SKTM-JLS G 3445.
 Syarat-syarat Pelaksanaan
Untuk seluruh Pekerjaan Struktur digunakan Beton Cor adukan 1PC : 2Pasir : : 3 Kerikil dan
cara pelaksanaannya harus rnenggunakan adukan beton seperti molen (conrete mixer).
 Bahan-bahan
 Agregat Beton
- Agregat Beton berupa batu pecah/ kerikil
- Agregat Beton harus sesuai spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33
- Ukuran terbesar Agregat Beton adalah 2,5 cm
- Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga
agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan
- Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5% (lima persen)
 Agregat Kasar
- Agregat Kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori
dan berbentuk kubus. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui
20% dari jumlah berat keseluruhannya
- Agregat Kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan
berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131-55
- Agregat Kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton
 Agregat Halus
- Agregat Halus dapat menggunakan pasir alam yang berasal dari Quarry yang telah
disepakati pihak Pengawas
- Pasir harus bersih dari zat organis, zat alkali tanah dan substansi lain yang dapat merusak
beton. Pasir tidak boleh mengandung substansi tersebut lebih dari 5 %
- Pasir Laut tidak boleh digunakan untuk beton
- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras
- Cara dan penyimpanan harus baik agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan
menjaga tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan
 (Portland Cement)
Semen yang dipakai harus dari mutu yang diisyaratkan dalam Nl-8 Bab 3.2. Kontraktor
harus mengusahakan agar semen yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton berasal dari satu
merk saja. Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik
dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya.
Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai terangkat
dan ditumpuk dalam urutan pengiriman. Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak
boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.
 Pembesian
- Besi tulangan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2 1971 dengan tegangan leleh (σ =
3.200 kg/cm2 ) atau Baja U-32.
- Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga bebas
dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi penulangan harus
disimpan berkelompok berdasarkan ukuran masing-masing. Besi penulangan rata maupun
besi penulangan bergelombang (Deformed Bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam
NI-2 Bab 3.7, yang dinyatakan sebagai U-24 seperti dinyatakan dalam gambar-gambar
dengan persyaratan sebagai berikut :
- U-24 untuk diameter lebih keci! dari 16 mm
- Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila
harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter
penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off” yang disetujui
Pengawas. Direksi/Pengawas berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan di
tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan yang ada di tempat
tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.
 Kawat Pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti diisyaratkan dalam Nl-2 Bab 3.7.
 Air
Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI-2 Bab 3.6. Sebelum air
untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih dahulu disetujui Pengawas dan
biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor. Dan Kontraktor harus menyediakan air
atas biayanya sendiri.
 Additive
Untuk mencapai slump yang diisyaratkan dengan mutu yang tinggi, bila diperlukan
campuran beton dapat menggunakan bahan-bahan additive merk POZZOLITK 300 atau
yang setara. Bahan tersebut harus disetujui oleh Pengawas. Additive yang mengandung
chloride atau nitrat tidak boleh dipergunakan.
2) Pelaksanaan
a. Pengecoran Beton
Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat izin secara tertulis
dari Pengawas. Permohonan izin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua)
hari sebelumnya. Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh
steak-steak maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom,
balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding belah maupun
pekerjaan instalasi. Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker
dipasang dengan jarak setiap 1 (satu) meter.
 Memberitahukan Direksi sel ambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum
pengecoran beton dilaksanakan
 Persetujuan Direksi ini berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan
besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
 Persetujuan di atas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor ataspelaksanaan
pekerjaan beton secara menyeluruh
 Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan
agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang
lagi jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu
 Beton harus dicor sebagaimana mestinya sehingga menghindari terjadinya pemisahan
material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penulangan dengan alat-alat
bantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya dan harus mendapat persetujuan dari
Direksi
 Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus bersih dan bebas dari
lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boieh dijatuhkan secara bebas
dari ketinggian lebih dari 2 (dua) meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan
pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan baru yang
dituang
 Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami "intialset" atau
yang telah mengeras dalam belah dimana akan terjadi plastis karena getaran
 Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan
air semen dengan tanah
 Bila pengecoran harus berhenti untuk sementara sedang beton sudah menjadi keras dan
tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari air semen (laitances) dan partikel-partikel
yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tejadi beton yang padat.
 Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan
cetakan harus dibersihkan.
b. Pemadatan Beton
 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut
dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton padat tanpa
menggetarkan secara berlebihan
 Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan
dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton
yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima
 Penggetaran tidak boleh dilakukan bila dengan maksud untuk mengalirkan beton
 Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar dengan
frekwensi tinggi 0,2 cm, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik
 Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih
c. Lantai Kerja
Semua beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus diurug pasir padat
setebal 15,20 dan 30 cm atau sesuai yang ditunjukkan dalam gambar, kemudian dipasang
lantai kerja dengan mutu beton cor adukan 1PC : 3Pasir : 5Kerikil setebal 7 cm atau sesuai
dengan gambar kerja, di bawah konstruksi beton tersebut
3) CETAKAN BETON
a. Standard
Seluruh cetakan harus mengikuti persyaratan-persyaratan normalisasi dibawah ini:
- Nl-2-1971
- Nl-3-1970
b. Bahan-bahan
 Bahan pelepas acuan (Realising Agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua acuan
untuk pekerjaan beton.
 Cetakan beton ditempat biasa Bahan cetakan harus dibuat dari multiplex dengan diberi
penguat secukupnya sehingga keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak
terpengaruh oleh desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta dapat
menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan belahs-belahs yang
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar.
 Pada cetakan kolom, balok, harus diadakan perlengkapan dan peralatan khusus untuk
menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan kawat pengikat dan lain-lain.
 Apabila acuan harus memikul beban yang besar atau bentang-bentang yang besar serta
memerlukan bentuk yang khusus, maka harus dibuat perhitungan- perhitungan dan
gambar kerja, guna mengetahui beban pelaksanaan, termasuk beban vertical dan
horizontal dan kegiatan-kegiatan serta faktor-faktor lain yang bias mempengaruhi.
 Sebelum beton dibuang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk memastikan sehingga
dapat terjamin kedudukan yang tepat, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan
pengembangan pada saat beton dituang serta bersih dan segala benda dan kotoran-kotoran
yang tidak diinginkan. Permukaan cetakan harus diberi minyak yang biasa
diperdagangkan (Form Oil) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya dilakukan di tempat pabrikasi bekisting.
 Sebelum pengecoran dimulai, permukaan cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan
rata agar tidak terjadi penyerapan air beton yang harus dituang.
 Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi atau jika umur
beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
- Bagian sisi balok : 48 jam
- Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi : 21 hari
- Pelat Lantai/Atap : 21 hari
Dengan persetujuan Direksi, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji
yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai kekuatan
padamumur 28 hari. Segala izin yang diberikan oleh Direksi sekali-kaii tidak boleh menjadi
bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan-
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton
tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton dan tetap menghasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.
c. Hasil Pengecoran dan Finishing
o Sernua permukaan beton yang dihasilkan harus rapi, bersih tanpa cacat, lurus dan tepat
pada posisinya sesuai dengan gambar rencana
o Permukaan beton yang akan difinish dengan cat, tidak akan diplester lagi tetapi langsung
diberi plamur dan cat
o Pengecatan dapat dilakukan setelah Pengawas memeriksa dan menyatakan
persetujuannya
4) PERAWATAN
Beton harus dilindungi dari hujan lebat, aliran air hujan dan dari kerusakan yang
disebabkan oleh alat-alat. Semua beton harus dalam keadaan basah, paling sedikit 7 hari.
5) SIAR MUAI
Siar muai harus dibuat pada lokasi dan dimensi tepat seperti gambar- gambar rencana.
Penulangan tidak boleh menerus melalui sambungan.

6) PEKERJAAN AKHIR PELAT BETON


Pelat beton harus dilicinkan atau dikasarkan sesuai dengan lokasi dan pemakaian ruang
dengan sendok besi/mesin
E.PEKERJAAN AKHIR
1. Pek.Pembersihan Akhir
 Setelah pelaksanaan pembangunan selesai dikerjakan, maka Kontraktor harus
membersihkan semua kotoran dan sisa-sisa material akibat kegiatan pelaksanaan tersebut.
 Memperbaiki kembali semua kerusakan-kerusakan, baik jalanan, maupun fasilitas
lainnya akibat pekerjaan ini.
 Dalam masa Pemeliharaan, pembersihan tersebut harus tetap dilaksanakan sampai
Serah Terima Kedua.
Demikianlah Spesifikasi Teknis Ini di buat untuk dipergunakan pada pekerjaaan
PEMBANGUNAN INDOOR LAPANGAN TENNIS TAHAP II, Penurunan Harga

lebih kecil dari nilai HPS berpotensi penyimpangan terhadap kualitas dan
kuantitas pekerjaan konstruksi.

Manado, 16 Maret 2018


PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN
Kepala seksi Standarisasi dan Infrastruktur
DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA
SULAWESI UTARA

Jufry Rumondor.SH
Nip.19780224 199703 1 001

Anda mungkin juga menyukai