Modul Kesehatan Masyarakat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 236

KESEHATAN MASYARAKAT

1. Pendahuluan
Modul ini berjudul “ Kesehatan Masyarakat”, yang termasuk dalam
kompetensi yang Kompetensi 2 dengan uraian sebagai berikut: Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.Yang menjadi fokus pembahasan adalah
mengenai;(1) Konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat, (2) Kebijakan
pembangunan kesehatan nasional berkaitan dengan kesehatan masyarakat, (3)
Konsep PHC dan PKMD, (4) Issue kesehatan lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi, (5)Pendekatan dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak, (6) Mengidentifikasi institusi
pelayanan kesehatan ibu dan anak, (7) Advokasi, Kemitraan dan
pemeberdayaan masyarakat untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan
anak
Mempelajari modul ini diharapkan Anda sebagai mahasiswa memiliki
pemahaman tentang ilmu kesehatan masyarakat. Modul ini direncanakan dapat
Anda pelajari sebelum kegiatan pembelajaran secara tatap muka dimulai.
Dengan demikian, Anda dapat mengoptimalkan pemanfaatan waktu
pembelajaran secara tatap muka untuk (1) mendiskusikan materi pembelajaran
yang belum sepenuhnya Anda pahami, (2) mendapatkan penjelasan tambahan,
dan (3) melakukan praktik dan simulasi berkaitan dengan Mata Kuliah
Kesehatan Masyarakat. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari
modul ini adalah sekitar 15 x 50 menit teori dan praktik 14 x 160 menit,
disamping itu akan dilakukan dua kali evaluasi, tengah semester dan akhir
semester. Oleh karena itu, Anda diharapkan membuat catatan-catatan
mengenai hal-hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dilaksanakan. Akhirnya, selamat belajar dan semoga
SUKSES!

Kesehatan Masyarakat dan Pembimbingan. Dengan mempelajari modul

1
ini diharapkan Anda sebagai mahasiswa memiliki pemahaman tentang
Kesehatan Masyarakat dan termotivasi secara optimal untuk mengembangkan
kemampuan Anda dalam memahami dan mempraktikkan Kesehatan
Masyarakat kepada individu, keluarga dan kelompok masyarakat.

2. Tujuan
Tujuan Umum Setelah mempelajai modul ini mahasiswa mampu mecapai
Kompetensi 2 yaitu: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang
sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Kompetensi Dasar /Tujuan Instruksional Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat
2. Memahami kebijakan pembangunan kesehatan nasional berkaitan
dengan kesehatan masyarakat.
3. Menjelaskan konsep PHC
4. Mampu memahami issue kesehatan lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi
5. Mampu memahami pendekatan dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak
6. Mampu memahami dan mengidentifikasi institusi pelayanan kesehatan
ibu dan anak
7. Mampu memahami advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibudan anak.
3. Manfaat mempelajari modul ini
Sebagai mahasiswa kebidanan memahami Kesehatan Masyarakat dan dengan
Pengembangan Teknologi Pembelajaran, manfaat yang Anda peroleh setelah
selesai mempelajari modul ini dan mengikuti kegiatan pembelajaran secara
tatap muka dan praktik di lahan praktik adalah bertambahnya pengetahuan dan
pemahaman Anda di bidang kesehatan masyarakat, sehingga mendukung

2
dalam melaksanakan kegiatan asuhan kebidanan secara professional dan
kompeten pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat .

4. Petunjuk Umum Belajar


Sebagai mahasiswa, Anda haruslah mempelajari Modul ini secara bertahap,
yaitu dimulai dari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-
1. Setelah selesai mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar-1 dan mengerjakan soal-soal latihannya serta telah benar-
benar yakin memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk mempelajari
materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-2.

Sebelum melanjutkan kegiatan belajar untuk mempelajari materi pembelajaran


pada Kegiatan Belajar-3, Anda haruslah benar-benar telah memahami seluruh
atau sebagian besar materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan
Belajar-2. Di samping itu, Anda juga dituntut untuk setidak-tidaknya berhasil
menyelesaikan sebagian besar soal-soal latihannya dengan benar.

Di dalam modul ini tersedia beberapa soal latihan dan hendaknya semua soal
latihan ini Anda kerjakan. Dengan mengerjakan semua soal latihan yang ada
diharapkan Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau
pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran yang terdapat di dalam modul
ini. Keuntungan lainnya dari mengerjakan soal-soal latihan adalah bahwa
Anda dapat mengetahui bagian-bagian mana dari materi pembelajaran yang
telah Anda pelajari yang masih belum sepenuhnya Anda pahami.

Sebagai mahasiswa, Anda akan mendapat kesempatan pada kegiatan belajar


secara tatap muka untuk membahas materi pembelajaran yang kemungkinan
belum berhasil Anda pahami selama belajar mandiri. Selama kegiatan belajar
secara tatap muka, dosen mata kuliah akan lebih cenderung bertindak sebagai
fasilitator. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran secara tatap muka dapat
dilakukan dengan cara membahas masing-masing materi pokok atau
berdasarkan materi pembelajaran yang masih belum Anda pahami atau sulit

3
Anda pahami. Terbuka juga kemungkinan bagi Anda sebagai mahasiswa
untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dalam mendiskusikan materi
pokok yang diuraikan di dalam modul ini.

Hasil diskusi kelompok disajikan oleh setiap kelompok guna mendapatkan


tanggapan dari kelompok-kelompok lainnya. Kemudian, kesimpulan
dirumuskan bersama pada setiap akhir penyajian hasil diskusi kelompok. Jika
tidak ada pembentukan kelompok, maka pada akhir pembahasan masing-
masing materi pokok, Anda dapat merumuskan sendiri kesimpulan atau
merumuskan secara bersama-sama dengan seksama teman-teman atau dapat
juga meminta bimbingan dari para dosen.

Dalam mempelajari materi pembelajaran tentang “Kesehatan Masyarakat”,


porsi waktu untuk kegiatan diskusi dapat saja dikurangi. Sebagai gantinya,
porsi waktu untuk kegiatan praktik Kesehatan Masyarakat secara individual
dapat lebih diperbanyak. Dengan demikian, pada akhir kegiatan pembelajaran
secara tatap muka, diharapkan setidak-tidaknya Anda telah dapat melakukan
simulasi tentang penggerakan peran serta masyarakat dan memnelola
pelayanan kebidanan pada masa individu, keluarga dan masyarakat di
laboratorium .
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar tatap muka,
fasilitas yang dibutuhkan adalah LCD projector, laptop/PC, whiteboard, alat
tulisnya, dan seperangkat alat-alat yang diperlukan

Kegiatan Belajar 1
Konsep dasar Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Pernahkah anda mendengar istilah konsep pelayanan kesehatan masyarakat? Jika
pernah coba tuliskan apa yang anda ketahui tentang konsep Pelayanan kesehatan
masyarakat pada kotak berikut ini

4
Bagaimana apakah sudah selesai anda menuliskannya, sekarang cocokkan
jawaban anda dengan uraian berikut ini:

Selamat berjumpa teman-teman mahasiswa kegiatan belajar 1. Tujuan


mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-1 ini,
Anda diharapkan dapat memahami tentang Konsep Dasar Kesehtan Masyarakat
Secara khusus Anda diharapkan dapat: 1) Sejarah kesehatan masyarakat, 2)
Periode-periode perkembangan kes. Masyarakat, 3) Perkembangan kes.
masyarakat di Indonesia, 4) Definisi kesehatan masyarakat, 5) Ruang lingkup
kesehatan masyarakat, 6) Faktor - faktor yang mempengaruhi deraja kesehatan
masyarakat, 7) Sasaran kesehatan masyarakat
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka materi
pembelajaran yang akan Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar-1 ini mencakup: 1)
Sejarah kesehatan masyarakat, 2) Periode-periode perkembangan kes.
Masyarakat, 3) Perkembangan kes. masyarakat di Indonesia, 4) Definisi
kesehatan masyarakat, 5) Ruang lingkup kesehatan masyarakat, 6) Faktor - faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, 7) Sasaran kesehatan
masyarakat. Pelajarilah secara seksama masing-masing topik dari materi
pembelajaran yang diuraikan berikut ini. Satu hal yang penting untuk dilakukan
dalam mempelajari modul ini adalah membuat catatan tentang materi
pembelajaran yang sulit Anda pahami. Apabila memang masih ada yang
dirasakan sulit, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan dosen pada saat
kegiatan pembelajaran secara tatap muka.
Dalam mempelajari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan
Belajar-1 ini, Anda akan menjumpai soal-soal latihan. Usahakanlah semaksimal
mungkin untuk mengerjakan semua soal latihan tanpa terlebih dahulu melihat
Kunci Jawaban yang disediakan pada bagian akhir modul ini. Anda barulah
diperkenankan untuk mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada
Kegiatan Belajar-2 setelah Anda berhasil mengerjakan 80% benar soal-soal
latihan yang terdapat pada Kegiatan Belajar-1.
Seandainya setelah mengerjakan soal-soal latihan, Anda belum berhasil menjawab

5
80% benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan lebih cermat
materi pembelajaran yang belum sepenuhnya Anda pahami. Kemudian, kerjakan
kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini Anda lebih berhasil. Ingatlah bahwa
hanya dengan semangat belajar yang tinggi disertai rasa percaya diri, Anda pasti
dapat menyelesaikan materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.

B. Uraian Materi
Setelah kegiatan pembelajaran satu ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dan memahami, konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat
Konsep dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat :
1. Sejarah kesehatan masyarakat
2. Periode-periode perkembangan kes. masyarakat
3. Perkembangan kes. masyarakat di Indonesia
4. Definisi kesehatan masyarakat
5. Ruang lingkup kesehatan masyarakat
6. Faktor - faktor yang mempengaruhi deraja kesehatan masyarakat
7. Sasaran kesehatan masyarakat

Materi Kegiatan Belajar 1


1. SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT

Sejarah Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi


Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan telah
melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu ( Surgical procedure)
dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai istrinya
juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan
Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah Asclepius
melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi

6
pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam
pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari
makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi cukup istirahat dan
melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan
melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan
yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul
dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan.
Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit ( setelah
sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini
pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain
yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung
melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan
(promosi) sebelum terjadinya penyakit. Dalam kelompok ini termasuk para
petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah


antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatn kuratif (curative health
care), dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua
kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain
sebagai berikut :

KURATIF PREVENTIF

Sasaran secara individual. Sasaran adalah masyarakat (bukan


perorangan).

Kontak dengan pasien pada umumnya Kontak dengan pasien beberapa kali.
hanya sekali saja.

Jarak antara petugas kesehatan dengan Jarak antara petugas kesehatan dengan

7
pasien cenderung jauh. pasien cenderung bersifat kemitraan.

Bersifat reaktif artinya kelompok pada Bersifat proaktif artinya tidak


umunya hanya menunggu masalah menunggu adanya masalah tetapi
datang. mencari masalah.

Lebih cenderung menangani klien Melihat klien sebagai makhluk yang


kepada sistem biologis manusia atau utuh dengan pendekatan yang holistik.
pasien hanya dilihat secara partial.

2. SASARAN
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok khusus baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidamampuan merawat
dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota-anggota keluarga yang lain, dan keluarga- keluarga yang ada
disekitarnya.
Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah:

8
1. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:
 Ibu hamil;
 Bayi baru lahir;
 Anak balita;
 Anak usia sekolah;
 Usia lanjut.
2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
 Penderita penyakit menular seperti: TBC, Lepra, Aids, penyakit
kelamin lainnya;
 Penderita yang menderita penyakit menular, seperti: penyakit diabetus
millitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental, ODHA dan
lain sebagainya.
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
 Wanita tuna susila;
 Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika;
 Kelompok-kelompok pekerja tertentu;
 Dan lain sebagainya.
4. Lembaga sosial, perawatan, dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
 Panti werdha;
 Panti asuhan;
 Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial, seperti pecandu
narkoba dan lainnya);
 Penitipan anak balita.

Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja
sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam

9
berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan,
apakah itu permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun
kesehatan khususnya.
Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku
individu,keluarga ataupun perilaku-perilaku kelompok masyarakat dalam banyak
hal,diantaranya adalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, misalnya
membuang sampah sembarangan, buang air besar di sungai yang digunakan orang
banyak sebagai tempat mandi, mencuci, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Masalah
gizi, dimana pengetahuan keluarga tentang gizi kurang, cara pengolahan gizi yang
salah, kebiasaan makanan yang berkaitan dengan pantangan dan kurangnya
kemampuan sosial ekonomi keluarga untuk menyediakan dan memenuhi
kebutuhan gizi keluaraga dan sebagainya. Disamping itu masalah-masalah yang
berkaitan dengan pemeliharaan diri sendiri (personal hygiene), yang berkaitan
dengan kurangnya pengetahuan dalam hal perawatan diri sendiri. Disamping itu
anggapan masyarakat sendiri tentang pengertian sakit, diamana yang
dikatakan sakit itu adalah tidak mampu lagi untuk berbuat sesuatu , dan
kalau masih batuk pilek, pusing dan gangguan-gangguan kesehatan ringan
belum dikategorikan sakit. Hal yang sangat memprihatinkan adalah
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah, misalnya
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi anak ke puskesmas, posyandu dan
sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan yang telah melakat dan membudaya dalam
pemeliharaan kesehatan, gizi, dan kehamilan dan pertolongan persalinan, karena
faktor ketidaktahuan, akan memberikan konstribusi yang besar dalam
meningkatkan aangka kesakitan dan kematian di masyarakat.
Bertitiktolak dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka
keberadaan tenaga kesehatan masyarakat bersama team kesehatan lainnya
sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi
ditengah-tengah maasyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal.

10
3. PERIODE-PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN DI
MASYARAKAT

Sejarah perkembangan masyarakat sudah dimulai sebelum berkembangnya


ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu diuraikan perkembangan kesehatan
masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (Pre-scientific period) dan
sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
a. Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan

Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan
Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk
penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah
ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen
tertulis, bahkan peratran-peraturan tertulis yang mengatur tentang
pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota,
pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa manusia telah membangun
tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya pada
saat itu, bukan karena tinja atau kotoran manusia menimbulkan penyakit,
tetapi karena tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan tidak
mengenakkan. Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu
dengan alasan bahwa air minum kali yang ,mengalir sudah kotor itu terasa
tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit
(Greene, 1984). Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman romawi kuno
telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat
mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang
yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan
sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan
untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman
(public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon,
1974).
Pada permulaan abad pertama sampai dengan kira-kira abad ke-7
kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya, karena berbagai

11
penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah
menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi. Upaya –
upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang
telah mulai memperhatikan masalah lingkungan terutama hygiene dan sanitasi
lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum
yang bersih, penbuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Pada abad ke -14 mulai terjadi wabah pes yang dahsyat di China dan India.
Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan
di India , Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari
karena pes. Menurut catatan jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh
dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu, waktu
itu disebut “The Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit – penyakit
menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke – 18. Di samping wabah
pes, wabah kolera dan tipus masih berlangsung. Telah tercatat bahwa pada
tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan pada tahun 1665
sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun
1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit
menular. Penyakit – penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara
lain, dipteri, tipus, disentri dan sebagainya.
Dari catatan – catatan tersebut diatas dapat dilihat bahwa masalah
kesehataan masyarakat khususnya penyebaran penyakit – penyakit menular
sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
b. Periode ilmu pengetahuan

Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan
khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis, dan pendekatan
yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19
masalah kesehatan adalah masalah yang komplek. Oleh sebab itu, pendekatan
asalah kesehatan harus dlakukan secara komprehensif, multisektoral.

12
Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit.
Louis pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah cacar, Joseph
Lister menemukan asam carbon (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi,
dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai
dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat
Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat
yang tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris
membentuk komisi untuk menyelidiki dan penanganan masalah wabah kolera
ini. Edwin Chadwich seorang pakar sosial sebagai ketua komisi ini akhirnya
melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut:
Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk
berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air
limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar
banyak dirubungi lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian bsar
masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam perhari, dengan gaji yang di
bawah kebutuhan hidup. sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli
makanan yang bergizi. Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data
statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan
Chadwich ini , akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya
mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi
lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan sebaginya, pada tahun
1848 John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah
kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan
pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun1893 John
Hopkins, seorang pedagang wiski dari baltimore, Amerika mempelopori
berdirinya universitas, dan di dalamnya terdapat fakultas kedokteran. Mulai
tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan
sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat
bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para

13
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu
asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang
dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk
kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran atau
kesehatan.

Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, Pada tahun 1855 pemerintah


Amerika telah membentuk depertemen kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk
(public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Departenmen kesehatan ini sebenarnya peningkatan departemen kesehatan
kota yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti di baltimore telah
terbentuk pada tahu 1798 South Carolina. Tahun 1813, Philadelphia 1818, dan
sebagainya. Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan ora ng-orang yang
mempunyai perhatian kesehatan masyarakat, bail dari universitas maupun dari
pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut menghasilkan asosiasi
kiesehatan masyarakat Amerika (American Public Health Association).

4. PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak


pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia pada
waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang
sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927
dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948
cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang ke Indonesia.
Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada
waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada tahun


1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jendral Daendels, telah dilakukan

14
pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini
tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebidanan, kemudian
baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada
zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan
lagi.

Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala
pelayanan kesehatan sipil dan militer , dan dokter Bleeker di Indonesia. Kemudian
sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche
Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun
1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS
(Nederland Indische Arsten School), pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun
1947 merubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan
1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini, dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi masal.
Pada tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan
di Banyumas – Purwokerto pada waktu itu. Untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
“propaganda” (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha
Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat Indonesia.

Memasuki jaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan


kesehatan masyarakat di Indonesia diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung
Plan) pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya
dikenal dengan Patah- Leimena.

Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan masyarakat

15
sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956
ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan “Proyek Bekasi” (tepatnya Lemah Abang)
sebagai proyek peercontohan atau model pelayanan bagi pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga
kesehatan.

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan


merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep Puskesmas yang
dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo, yang mengacu pada Konsep Bandung
dan Proyek Bekasi. Pada tahun 1968 dan dalam rapat kerja kesehatan nasional,
dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Kegiatan pokok
Puskesmas mencakup :

1. Kesehatan ibu dan anak


2. Keluarga Berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha Kesehatan Gizi
10. Usaha Kesehatan Sekolah
11. Usaha Kesehatan Jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan
Pada tahun 1979 juga dikembangkan satu piranti menajeriel guna
penilaian Puskesmas, yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya :
a) Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik
b) Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar

16
c) Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata
Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial
yang lain, yakni Micro planning untuk perencanaan dan, Lokakarya mini
(Lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim.
Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan Keluarga Berencana
(Posyandu) program ini mencakup :
a) Kesehatan ibu dan anak, b) Keluarga Berencana, c) Gizi, d)
Penanggulangan penyakit diare, e) Imunisasi

Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan


pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masing-masing.

5. DEFINISI KESEHATAN MASYARAKAT

Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan


batasan yang sangat sempit sampai batasan yang luas. Batasan yang paling tua,
dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi
masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Kemudian pada akhir
abad ke-18 dengan ditemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit dan beberapa
jenis imunisasi, Kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang
terjadi dalam masyarakat melalui perbaikkan sanitasi lingkungan dan pencegahan
penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan
baik, kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi
dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan
integrasi antara ilmu biologi dan ilmu social. Dalam perkembangan selanjutnya,
kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu
kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek social ekonomi dan budaya yang sangat
kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan
antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu social dalam mencegah penyakit yang

17
terjadi di masyarakat.
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah
berjalan sampai awal abad ke-20, Winslow(1920) membuat batasan kesehatan
masyarakat sebagai berikut ; kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui
“Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan
e. Pengembangan rekayasa social untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya

Dari batasan tersebut tersirat bahwa Kesehatan Masyarakat adalah kombinasi


antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat).
Unuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau
pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui “Upaya-upaya
pengorganisasian masyarakat”.
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan
Kesehatan Masyarakat pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat
atau sumber daya yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya :
preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitative kesehatan mereka sendiri.
Pengorganisasian masyarakat dalam bentuk penghimpunan dan pengembangan
potensi dan sumber-sumber daya masyarakat dalam konteks ini pada hakikatnya
adalah menumbuhkan,membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat di
bidang pembangunan kesehatan.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidaklah mudah, memerlukan
pengertian, kesadaran dan penghayatan oleh masyarakat terhadap masalah-
masalah kesehatan mereka sendiri, serta upaya-upaya pemecahannya. Untuk itu
diperlukan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat. Jadi pendekatan utama, yang diajukan oleh Winslow

18
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Kesehatan Masyarakat sebenarnya adalah
salah satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan.
Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan
Masyarakat itu mencakup :
a. Sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit
c. Pendidikan kesehatan (hygiene)
d. Manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan
e. Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan
masyarakat

Dari 5 bidang kegiatan Kesehatan Masyarakat tersebut, 2 kegiatan diantaranya


yakni kegiatan pendidikan hygiene dan rekayasa sosial adalah menyangkut
kegiatan pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan bidang sanitasi
pemberantasan penyakit dan pelayanan kesehatan, sesungguhnya tidak sekadar
penyediaan sarana fisik, fasilitas kesehatan dan pengobatan saja, tetapi perlu
upaya pemberian pengertian dan kesadaran kepada masyarakat tentang manfaat
serta pentingnya upaya-upaya atau fasilitas fisik tersebut dalam rangka
pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan mereka. Apabila tidak
disertai dengan upaya-upaya ini, maka sarana-sarana atau fasilitas pelayanan
tersebut tidak atau kurang berhasil seerta optimal.
Batasan lain disampaikan oleh Ikatan Dokter Amerika (1948),Kesehatan
Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungidan meningkatan
kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Batasan
ini mencakup pula usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan
pencegahan dan dan pemberantasan penyakit. Dari perkembangan batasan
kesehatan masyarakat seperti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan
masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu
kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan
itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.

19
6. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Ilmu kesehatan masyarakat membahas keadaan atau kejadian (fenomena)
dari segi kehidupan social individu ataupun masyarakat yang ada kaitannya
dengan kesehatan individu/masyarakat yang bersangkutan. Pembahasan ilmu
kesehatan lebih luas dari ilmu kedokteran, kesehatan mencakup kebutuhan pokok
dari individu/masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut, upaya ke
arah itu dipengaruhi oleh banyak factor social (WHO).
Menurut sejarah perkembangan, ilmu kesehatan bermula dari cara
pemeliharaan kesehatan/pengobatan yang berdasarkan kepercayaan bahwa
“penyakit adalah kutukan dari para dewa”. Sejalan dengan pertumbuhan budaya
manusia dan teknologi, kemudian muncul konsep-konsep pelopor ilmu
kedokteran, diantaranya:
1. Hippocrates (460-370 SM)
Dengan menggunakan pendekatan observatif menemukan cara-cara
pengobatan secara ilmiah yang sampai hari ini masih dianut metodenya.
Dengan penemuan tersebut beliau dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran.
2. Anthony Van Luwenhoek (1632-1723)
Merintis pengembangan mikroskop berlensa satu. Dengan alat tersebut ia
menemukan protozoa dan spermatozoa.
3. John Snow (1813-1912)
Memperdalam ilmu yang disebut epidemiologi, dan dengan prinsip ilmu
ini pula beliau berhasil membuktikan penyakit kolera yang disebabkan dan
dibawa oleh air.
4. Louis Pasteur (1827-1912)
Merupakan sarjana pertama yang memperkenalkan dan meyakinkan
penggunaan antiseptic dalam ilmu bedah.
5. Carlos Juan Finlay ( 1833-1915)
Menemukan dan membuktikan penyebab atau pembawa demam kuning.
6. Robert Koch (1843-1910)
Pendiri dan ahli bakteriologi kedokteran modern, beliau juga penemu
kuman penyebab anthraks, kolera, tuberculosis.
7. Paul Erhlich (1854-1915)

20
Sarjana yang pertama kali menemukan anti sifilis.
Ditunjang oleh penemuan di atas pada era berikutnya ditemukan sebagai
jenis obat-obatan yang dikenal dengan Basic Science Era. Perkembangan
berikutnya disebut dengan era clinical science tahun 1900-1950. Sasarannya
hanya terbatas pada individu yang sakit saja. Dengan sisem pengobatan diatas
masyarakat mulai diperkenalkan dengan cara pengobatan yang modern dan maju.
Pada tahap berikutnya modernisasi perawatan kedokteran berjalan seiring dengan
kemajuan teknologinya, namun umumnya masih terbatas pada perawatan atau
pengobatan pada individu yang bersifat kuratif, belum ditujukan ke arah
pencegahan penyakit.dengan beralihnya pandangan pelayanan kedokteran
terhadap factor penyebab penyakit, maka munculah era pelayanan kedokteran
berikutnya yaitu era kesehatan masyarakat (public health). Dalam era ini
pengobatan dan perawatan kedokteran yang berorientasi klinis atau clinical center
mengalihkan oientasinya kepada masyarakat atau community center. Era ini
dirintis oleh Edwin Chadwick dan Winslow.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan
masyarakat pada mulanya hanya mencakup dua disiplin pokok keilmuan, yakni
ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu social (social sciences). Tetapi
sesuai perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, fisika,ilmu lingkungan,sosiologi,antropologi,psikologi,
ilmu pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarat adalah
merupakan ilmu yang multi disiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat , atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat
ini antara lain sebagai berikut:
a. Epidemologi
b. Biostatistik/Statistik kesehatan
c. Kesehasehatan lingkungan
d. Pendidakan kehatan dan ilmu perilaku

21
e. Administrasi kesehatan masyarakat
f. Gizi masyarakat
g. Kesehatan kerja

Masalah kesehatn masyarakat adalah multi kausal, maka pemecahannya


harus secara multidisiplin.Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau
praktiknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung
maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik,mental dan social) adalah upaya
kesehatan masyarakat. Misalnya : pembersihan lingkungan , penyediaan air
bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanan
kesehatan masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan
pembuangan limbah, pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan
sarang nyamuk, lalat, kecoa, dan sebagainya.
Secara garis besar upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni
ataupenerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pembesaran vector
e. Pendidikan ( penyuluhan) kesehatan masyarakat
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
i. Pengawasan obat dartn minuman
j. Pembinaan peran serta masyarakat dan sebagainya.

7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Ada 3 faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, yaitu :
a. Penyebab penyakit
b. Manusia sebagai tuan rumah
c. Lingkungan hidup

22
Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat ditunjukan untuk mengendalikan
keseimbangan dari ketiganya sehingga setiap warga masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1). Golongan eksogen

Yaitu penyebab penyakit yang terdapat di luar tubuh manusia yang dapat
menyerang perorangan dan masyarakat.
Golongan eksogen meliputi :
a). Yang nyata dan hidup
Penyebab penyakit ini sering disebut bibit penyakit, berupa bakteri,
virus jamur.
b). Yang nyata tak hidup
Zat-zat kimia, trauma (elektrik,mekanik,termik),makanan.
c). Yang abstrak
Bidang ekonomi, sosial, mental (kejiwaan).
2). Golongan endogen

Yaitu penyebab penyakit yang terdapat di dalam tubuh manusia yang


dapat menyerang perorangan dan masyarakat.
Golongan endogen meliputi :
a). Habitus (perawakan) misalnya habitus asthenicus yaitu perawakan
yang tinggi, kurus, dan berdada sempit dikatakan mudah terserang
penyakit tuberkulosa.
b). Penyakit-penyakit turunan misalnya : asma, buta warna, hemopili.
c). Faktor usia : daya tahan tubuh pada bayi, anak-anak, orang dewasa dan
pada usia lanjut berbeda-beda

b. Manusia sebagai tuan rumah


Berbicara tentang kesehatan, maka jelaslah manusia sebagai tuan
rumah, yaitu manusia yang dihinggapi penyakit merupakan faktor yang
sangat penting.

23
Bila seseorang terkena suatu penyakit atau ditulari bibit penyakit,
belum tentu akan menjadi sakit, karena masih tergantung pada beberapa
hal.
Salah satu diantaranya yaitu daya tahan tiubuh orang tersebut.
Daya tahan tubuh yang tinggi baik jasmani, rohani, maupun sosialnya
dapat menghindarkan manusia dari berbagai jenis penyakit.
Daya tahan tubuh ibu dapat dipertinggi dengan :
1). Makanan yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
2). Vaksinasi untuk mencegah penyakit tertentu.
3). Pemeliharaan pembinaan kesehatan jasmani dengan olah raga
teratur.
4). Cara hidup yang teratur : bekerja, beristirahat, berekreasi pada
waktunya.
5). Menambah pengetahuan baik dengan menuntut ilmu di sekolah,
membaca buku, dan pengalaman hidup di masyarakat.
6). Patuh pada ajaran agama.

c. Lingkungan hidup
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun
keadaan yang berbeda di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia dan masyarakat.
Lingkungan hidup dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1). Lingkungan biologik
2). Lingkungan fisik
3). Lingkungan ekonomi
4). Lingkungan mental sosial

Ke empat macam lingkungan hidup ini masing- masing ada yang


berguna dan ada yang merugikan, serta yang satu mempengaruhi yang
lainnya secara timbal balik.
1) Lingkungan biologik

24
Terdiri atas organisme- organisme hidup yang berada di sekitar
manusia.
Yang merugikan (1) Bibit- bibit penyakit seperti : bakteri, virus, jamur,
rickettsia, protozoa, cacing dan sebagainya, (2) Binatang penyebar
penyakit seperti : lalat, nyamuk, kutu- kutu dan sebagainya, (3)
Organisme- organisme sebagai hama tanaman atau pembunuh ternak.

Yang berguna, (1) Tumbuh- tumbuhan dan hewan sebagai sumber


bahan makanan, (2) Organisme yang berguna untuk industri misalnya
untuk pembuatan antibiotika atau sebagai bahan obat.

2) Lingkungan fisik
Terdiri atas benda- benda yang tak hidup yang berada di sekitar
manusia.Termasuk ke dalam golongan ini : udara, sinar matahari,
tanah, air, perumahan, sampah dan sebagainya.

Yang merugikan, (1) Udara yang berdebu, mengandung gas- gas yang
merugikan yang berasal dari kendaraan bermotor maupun pabrik-
pabri, (2) Iklim yang buruk, (3) Tanah yang tandus, (4) Air rumah
tangga yang buruk, (5) Perumahan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, (6)Pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur.

Yang berguna, (1) Udara yang bersih, (2) Tanah yang subur dengan
iklim yang baik, (3) Makanan, pakaian dan perumahan yang sehat.

3) Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi merupakan lingkungan hidup yang abstrak.\

Yang merugikan, (1)Kemiskinan, Kemiskinan merupakan lingkungan


hidup yang sangat membahayakan kesehatan manusia (jasmani,
rohani, dan sosial). Karena miskin, orang tidak dapat memenuhi
kebutuhan akan makanan yang sehat, yang akan melemahkan daya
tahan tubuh sehingga mudah terserang suatu penyakit. Bahkan karena
kekurangan makanan itu sendiri dapat menyebabkan orang menjadi
sakit seperti : Busung lapar pada orang dewasa, Kwashiorkor

25
(protein- calori malnutrition) pada anak- anak, Penyakit- penyakit
karena kekurangan vitamin misalnya : Xerophthalmi, scorbut, beri-
beri. Kemiskinan yang parah dapat membutuhkan ahlak manusia
secara total sehingga tidak lagi menunaikan kewajiban- kewajiban
sosialnya. Menjadikan manusia menjadi kurang/ tidak bertanggung
jawab. Menumbuhkan sifat- sifat egoistis (mementingkan diri sendiri)
dan munculnya berbagai jenis kejahatan baik yang dilakukan anak-
anak/ remaja maupun yang dilakukan orang dewasa. Karena itu
perkembangan dalam bidang kesehatan harus pula sejalan dengan
perkembangan dalam bidang sosio- ekonomi. Usaha- usaha kesehatan
harus diselenggarakan agar keadaan sosio- ekonomi mendapat
kemajuan, sebaliknya pula hanya dalam keadaan sosio- ekonomi yang
baiklah usaha- usaha kesehatan dapat berkembang dengan sebaik-
baiknya.

Yang menguntungkan, Kemakmuran yang merata pada setiap warga


masyarakat.

4) Lingkungan mental sosial


Juga merupakan lingkungan hidup yang abstrak
Yang merugikan, Sifat- sifat sosial, antisosial, kebiadaban, sifat
mementingkan diri sendiri.

Yang menguntungkan,Sifat gotong- royang, patuh dan menghormati


hukum- hukum yang berlaku dalam masyarakat, berpri kemanusiaan
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keempat macam lingkungan hidup di atas, saling pengaruh


mempengaruhi secara timbal balik. Kemiskinan bila disertai dengan sifat- sifat
sosial dan anti sosial, akan menyebabkan keruntuhan akhlak secara total. Bibit
penyakit akan bertambah banyak di tempat- tempat dimana pembuangan sampah
dan kotoran yang tak teratur.
d. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan terdiri dari dua unsur:

26
1). Fasilitas pelayanan yang dimaksud adalah sarana prasarana pelayanan,
(a). Ke lengkapan sarana prasarana pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maka pelayanan terhadap masyarakat makin baik, (b)
Keterjamgkauan,jarak tempuh dan pembiayaan. Makin dekat fasilitas
pelayanan kesehatan makin gampang diakses oleh masyarakat, dan makin
murah biaya pelayanan kesehatan makin banyak masyarakat yang mampu
mengases pelayanan kesehatan
2). Petugas kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan. (a) petugas
pelayanan kesehatan harus memiliki kompetensi sesuai profesinya, sesuai
kewenangan serta tangung jawab, peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku, (b) Performan dan prilaku (soft skill) petugas juga sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan masyarakat, yang sangat berkaitan
dengan wewenang dan tanggung jawab

Usaha- usaha Kesehatan dan Faktor- faktor yang mempengaruhi Kesehatan.


1.Terhadap faktor penyebab penyakit
a. Membrantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati penderita
maupun carrier (pembawa hasil) maupun dengan meniadakanreservoir
penyakitnya
b. Mencegah terjadinya kecelakaan bak di tempat- tempat umum maupun di
tempat kerja
c. Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga mereka dapat memperbaiki dan
memelihara kesehatannya
d. Mencegah terjadinya penyakit keturunan yang disebabkan faktor endogen
2. Terhadap faktor manusia
a. Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam prinsip- prinsip kesehatan perorangan.
3. Terhadap faktor lingkungan
Mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup, sehingga faktor- faktor yang
tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan
kesehatan manusia.
4. Terhadap pelayanan kesehatan

27
Fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilengkapi dan didekatkan kepada
masyarakat. Sedangkan petugas perlu diberikan kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui pelatihan dan
sekolah kejenjang lebih lanjut. Untuk soft skillnya perlu diberi penyegaran-
penyegaran serta monitoring dari atasan yang berwewenang.

C.Rangkuman
Secara singkat dapat dikatakan bahwa konsep Kesehatan Masyarakat
adalah salah satu konsep yang mendukung bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat. Individu, keluarga dan
masyarakat adalah sasaran dari kesehatan masyarakat, dipengaruhi oleh
lingkungan biologi, fisik, ekonomi dan social. Untuk mencapai kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat perlu dilakukan usaha-usaha untuk
mengubah lingkungan yang tidak berguna menjadi lingkungan yang berguna
bagi kesehatan.

D. Tugas

TUGAS

Langkah-langkah

Terhadap soal-soal tugas yang diberikan di bawah ini, Anda


diminta mengerjakannya di lembar kertas tersendiri (tidak di dalam modul).
Apabila semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, barulah Anda
dipersilakan untuk melihat Kunci Jawaban dan membandingkannya dengan
jawaban Anda.

Periksalah hasil pekerjaan Anda. Apabila Anda berhasil menyelesaikan


(menjawab) soal-soal tugas dengan 80% benar, maka Anda diperkenan-kan
untuk melanjutkan kegiatan belajar Anda untuk mempelajari materi

28
pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2.

Apabila Anda belum berhasil menjawab 80% benar soal-soal tugas, maka
Anda disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-1
terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai
mempelajari ulang materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya,
barulah Anda mengerjakan kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-1.
Semoga kali ini, Anda lebih berhasil dan dapat menyelesaikannya dengan
80% benar atau lebih.

Manakala setidak-tidaknya Anda telah berhasil menjawab soal tugas dengan


80% benar, maka Anda dipersilakan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran
Anda mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan
Belajar-2.

Soal-soal Tugas

Kerjakanlah soal-soal tugas di bawah ini:

Setelah selesai mempelajari materi pelatihan yang diuraikan/dibahas pada


Kegiatan Belajar-1 dan sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran yang
berikutnya pada Kegiatan Belajar-2, ANDA diharuskan untuk mengerjakan
soal-soal latihan berikut ini. Dengan mengerjakan semua soal tugas, ANDA
akan dapat mengetahui sampai sejauh mana tingkat penguasaan ANDA
terhadap materi pelatihan yang telah ANDA pelajari pada Kegiatan Belajar-1.

Soal-soal /Pertanyaan
1. Apakah perbedaan kuratif dan preventif dari segi sasaran?
a. Kuratif lebih cendrung dekat dengan pasien
b. Preventif dengan klien melalui pendekatan holistic.
c. Preventif jarak petugas dengan pasien cendrung jauh.
d. Sasaran preventif adalah individual.

29
e. Kuratif aktif mencari sasaran

2. Siapakah yang membawakan konsep Puskesmas pada rapat kerja


kesehatan nacional pada tahun 1968?
a. Dr. Y. Leimena
b. dr Ahmad Dipodilogo.
c. dr. Patah
d. dr. Y. Sulianti
e. Dr Soetjipto

3. Berapakah cakupan Pada saat dicetuskan Puskesmas ini kemudian


dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) mencakup......
a. Sembilan kegiatan pokok
b. Tiga kegiatan tambahan
c. Tiga belas kegiatan pokok
d. Dua belas kegiatan pokok.

4. Pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan


berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana
yang disebut....
a. Dasa wisma
b. Posyandu
c. Polindes
d. Poskesdes.

5. Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan


Praktik(seni), yang bertujuan mencegah penyakit, memperpanjang masa
hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk. Untuk mencapai ketiga
tujuan tersebut Winslow mengusulkan cara atau pendekatan efektif adalah
melalui....
a. Penggerakan masyarakat
b. Pemberdayaan masyarakat
c. Pemanfaatan masyarakat
d. Upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ada tiga, yaitu.....


a. Penyebab penyakit, manusia dan soaial ekonomi
b. Penyebab penyakit, agent dan host
c. Lingkungan hidup, penyebab penyakit dan agen
d. Penyebab penyakit, manusia sebagai tuan rumah, dan lingkungan.

7. Penyebab penyakit dapat dibagi dua, yaitu eksogen dan endogen. Sosial
ekonomi termasuk penyebab penyakit…..
a. Endogen yang abstrak
b. Endogen nyata tak hidup
c. Eksogen yang abstrak
d. Eksogen yang nyata tak hidup

30
8. Pada musim hujan sering muncul penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan hidup yang kurang menguntungkan seperti genangan air yang
mengakibatkan becek.Apakah namanya lingkungan tersebut?
a. Lingkungan biologic
b. Lingkungan fisik
c. Lingkungan ekonomi
d. Lingkungan social
e. Lingkungan psikologis

9. Sasaran dari perawatan kesehatan masyrakat antara lain kelompok khusus


seperti kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit.Manakah
Kelompok berikut yang paling berisiko terserang penyakit menular?
a. Kelompok ibu hamil
b. Kelompok anak balita
c. Kelompok wanita tuna susila
d. Kelompok lansia
e. Kelompok remaja

10. Apakah salah satu ciri utama PKM?


a. Pelaksana kegiatan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat
b. Keputusan oleh pemegang kebijakan dalam bidang kesehatan
c. Didasarkan atas kebutuhan program kesehatan pemerintah
d. Bantuan dan dukungan pemerintah bersifat incidental
e. Masyarakat merupakan obyek dari kegiatan.

Teman-teman mahasiswa selamat ANDA sudah berhasil mengerjakan soal-soal


latihan pada pemebelajaran 1 . Dengan mengerjakan semua soal tugas, ANDA
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajarai materi pada kegiatan belajar 2

31
KEGIATAN BELAJAR 2
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Yang Berkaitan Dengan
Kesehatan Masyarakat

A. Pokok Program Pembangunan Kesehatan Nasional


Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-
pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan
pembangunan sektor lain yang terkait dengan dukungan masyarakat, sebagai
berikut :
1. Pokok Program (PP) Perilaku, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
2. Program Peningkatan Perilaku Sehat
3. Program Anti Tembakau, Alkohol dan Madat
4. Program Pencegahan Kecelakaan dan Rupadaksa
5. Program Pembinaan Kesehatan Jiwa Masyarakat
6. Program Kesehatan Olah Raga dan Kebugaran Jasmani
7. Pokok Program Lingkungan Sehat
8. Program Wilayah Kawasan Kerja
9. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
10. Program Hygiene dan Sanitasi Tempat-tempat Umum
11. Program Pemukiman Perumahan dan Bangunan Sehat
12. Program Penyehatan Air
13. Pokok Program Upaya Kesehatan
14. Program Pemberantasan Penyakit Menular dan Imunsiasi
15. Program Pencegahan Penyakit Menular
16. Program Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan
17. Program Pelayanan Kesehatan Penunjang
18. Program Pembinaan dan Pengembangan Pengobatan Tradisional
19. Program Kesehatan Reproduksi
20. Program Perbaikan Gizi
21. Program Matra
22. Program Pengembangan Surveilans Epidemiologi
23. Program Penanggulangan Bencana dan Bantuan Kemanusiaan
24. Pokok Program Pengawasan Obat, makanan dan bahan lainnya

32
25. Program Pengamanan Bahaya Penyalahgunaan dan Kesalahgunaan Obat,
Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lain dan Bahan Berbahaya lainnya.
26. Program Pengaman dan Pengawasan Makanan dan Bahan Tambahan
Makanan
27. Program Pengawasan obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Alat Kesehatan
28. Program Penggunaan Obat Rasional
29. Program Obat Essensial
30. Program Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia.
31. Program Pembinaan Sumber Daya Manusia.
32. Pokok Program Sumber Daya Manusia
33. Program Perencanaan, pendayagunaan serta Pendidikan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.
34. Program Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
35. Program Pengembangan Sarana dan Perbekalan Kesehatan.
36. Pokok Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan
Kesehatan
37. Program Pembangunan Kebijakan Kesehatan
38. Program Pengembangan Manajemen Pembangunan Kesehatan
39. Program Pengembangan Hukum Kesehatan
40. Program Sistem Informasi Kesehatan
41. Pokok Program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan
42. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Perilaku dan
Pemberdayaan Masyarakat
43. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Lingkungan Sehat
44. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Upaya Kesehatan
45. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
46. Program Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Manajemen
Pembangunan Kesehatan
47. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu dan Terapan Bidang
Kesehatan

33
B. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di
seluruh Republik Indonesia. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan atau
visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan
sebagai “Indonesia Sehat 2025”.
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan
pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Namun dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak
ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia
yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Visi dan misi tersebut mengacu pada Visi, Misi
dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019.

C. Misi Pembangunan Kesehatan Nasional


Upaya yang dilakukan dalam mewujudkan visi dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2015-2019 antara lain:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.

34
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

D. Nawacita Pembangunan Kesehatan Nasional


Nawa Cita atau Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa
Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks
perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk
kepada visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden
Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-
misi tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat
perjuangan dan cita-cita Soekarno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni
berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri
bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan
negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada
institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi
melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka negara kesatuan.

35
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan
"Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah
susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan,
seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan
cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum
pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antarwarga.
Di antara sembilan program inti tersebut, yang merupakan acuan dari
dilaksanakannya Indonesia Sehat 2025 adalah nawacita ke 5, yaitu Meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program
rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial
untuk rakyat di tahun 2019.

36
E. Arah, Tujuan, Sasaran Serta Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan
1. Arah
Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat sesuai dengan arah
pembangunan Nasional selama ini, yakni:
a. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional.
b. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan
pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak dan para lanjut usia
yang terlantar, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan jaminan. Pemeliharaan kesehatan
masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada pada saat
ini.
d. Uapaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan
melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan
lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem
pengamatan, informasi dan manajemen yang handal.
e. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus
dilanjutkan.
f. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan professional juga
memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara,
berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi.

2. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

37
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.

3. Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai berdasarkan visi, misi
dan nawacita presiden 2015-2019 adalah meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu:
a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun
2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2019.
b. Menurunny Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2019.
c. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019.
d. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada BALITA DARI 26% pada tahun
2005 menjadi 9,5% pada tahun 2019.

4. Kebijaksanaan
a. Pemantapan kerjasama lintas sektoral
b. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
c. Peningkatan kesehatan lingkungan
d. Peningkatan upaya kesehatan
e. Peningkatan sumber daya kesehatan
f. Peningkatan kebijakan dan menajemen pembangunan kesehatan
g. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan
sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang ilegal/tidak absah
h. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

F. Rencana Pembangunan Kesehatan Masyarakat


Tujuan Nasional Bangsa Indonesia seperti yang termaktuf dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, adalah untuk melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

38
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggrakan pembangunan
nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berkesinambungan.
Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan
dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
dan damai.
Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan
antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri serta
berkualitas. Data UNDP tahun 1997 mencatat bahwa Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia masih menempati urutan ke 106 dari 176 negara. Tingkat
pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk Indonesia memang belum
memuaskan.
Menyadari bahwa tercapainya tujuan pembangunan nasional merupakan
kehendak dari seluruh rakyat Indonesia, dan dalam rangka menghadapi makin
ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi, upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia harus dilakukan. Dalam hal ini peranan keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat menentukan. Penduduk yang sehat bukan hanya
akan menunjang keberhasilan program pendidikan, tetapi juga mendorong
peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk.
Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif
dengan melibatkan semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kinerja sektor
kesehatan semata, melainkan sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dari
berbagai sektor. Upaya untuk menjadikan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan sebagai salah satu misi serta strategi yang baru harus dapat dijadikan
komitmen semua pihak, disamping menggeser paradigma pembangunan
kesehatan yang lama menjadi Paradigma Sehat.

39
Penyusunan rencana pembangunan kesehatan masayarakat adalah
manifestasi konkrit dari kehendak untuk melaksanakan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan dan paradigma sehat tersebut.
Langkah besar bangsa Indonesia dalam meluruskan kembali arah
Pembangunan Nasional pada tiga dasawarsa ini menuntut Reformasi Total
Kebijakan Pembangunan dalam segala bidang. Dalam Bidang Kesehatan, tuntutan
reformasi tersebut muncul karena masih adanya kesenjangan hasil pembangunan
kesehatan, derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dengan Negara –
Negara lain, dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Selain
itu, tuntutan Reformasi Kesehatan sangat diperlukan mengingat adanya Fenomena
– fenomena Baru yang mempengaruhi Keberhasilan Pembangunan Kesehatan,
yaitu:
1. Perubahan – perubahan mendasar pada Dinamika Kependudukan yang
mendorong terjadinya Transisi Demografis dan Transisi Epidemiologis.
2. Temuan – temuan Substansial dalam ilmu dan teknologi kedokteran telah
membuka cakrawala baru dalam memandang proses hidup dan kehidupan,
konsep sehat – sakit dan kematian.
3. Tantangan Global sebagai akibat Perdagangan Bebas, Revolusi di bidang
Informasi, Telekomunikasi dan Transportasi
4. Perubahan Lingkungan yang secara langsung sangat berpengaruh terhadap
Derajat dan Upaya Kesehatan.
5. Demokratisasi disegala bidang menuntut pemberdayaan dan kemitraan
dalam upaya pembangunan kesehatan.

Untuk itulah, agar dapat meningkatkan daya tangkal dan daya juang
Pembangunan Kesehatan, maka tinjauan kembali terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan sudah merupakan suatu keharusan. Dengan adanya
perubahan pemahaman akan Konsep Sehat–Sakit, dan semakin kayanya kasanah
keilmuan tentang Determinan Penyakit yang Multifaktorial mengharuskan kita
untuk meninjau kembali dan merubah Paradigma Pembangunan Kesehatan yang
hanya mengutamakan Pelayanan Kesehatan yang bersifat Kuratif dan Rehabilitatif
dengan Paradigma Pembangunan Kesehatan baru yaitu Paradigma Sehat.
Paradigma Sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang

40
dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk lebih mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat Promotif dan Preventif.

G. Strategi Indonesia Sehat


Startegi Pembangunan Kesehatan untuk mewujudkan IS 2010 adalah :
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.
Semua kebijakan pembangunan nasional yang sedang dan akan
diselenggarakan harus memiliki Wawasan Kesehatan artinya: Program
Pembangunan Nasional tersebut harus memberikan kontribusi yang positif
terhadap kesehatan, terutama terhadap :
a) Pembentukan Lingkungan Sehat
b) Pembentukan Perilaku Sehat
Sedangkan secara mikro, semua kebijakan pembangunan kesehatan
yang sedang atau akan diselenggarakan harus dapat makin mendorong
meningkatnya derajat kesehatan seluruh masyarakat.

2. Profesionalisme
Prifesionalisme dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu
dan teknologi serta melalui penerapan nilai–nilai moral dan etika.
Pelayanan kesehatan profesional tidak akan terwujud apabila tidak
didukung oleh tenaga pelaksana, yaitu sumber daya kesehatan yang
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Untuk terselenggaranya strategi profesionalisme akan dilaksanakan
penentuan standar kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan
berdasarkan kompetensi, akreditasi dan legalisasi tenaga kesehatan, serta
kegiatan peningkatan kualitas lainnya.

3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).


Untuk memantapkan kemandirian masyarakat dalam pola hidup
sehat, perlu digalang peranserta masyarakat yang seluas – luasnya,
termasuk peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.

41
JPKM yang pada dasarnya merupakan penataan sub sistem
pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat,
merupakan wujud nyata dari peran serta masyarakat yang apabila berhasil
dilaksanakan dengan baik akan mempunyai peranan yang sangat besar
dalam mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
JPKM diselenggarakan sebagai upaya bersama anatara masyarakat, swasta
dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan
yang terus meningkat. Dalam konteks penataan sub sistem pelayanan
kesehatan, startegi JPKM akan lebih mengutamakan pelayanan Promotif
dan Preventif yang dinilai lebih efektif dan efisien dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan disamping berpengaruh positif pula dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

4. Desentralisasi.
Desentralisasi yang intinya adalah pendelegasian wewenang yang
lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem
pemerintahan dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk
pengelolaan pembangunan pada masa mendatang.
Untuk terselenggaranya desentralisasi akan dilakukan kegiatan
analisa dan penentuan peran pemerintah pusat dan daerah dalam bidang
kesehatan, penentuan kegiatan upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan
oleh daerah, analisa kemampuan daerah, pengembangan sumber daya
manusia daerah, pelatihan, penempatan kembali tanaga dan kegiatan –
kegiatan lain yang mendudkung terselenggaranya startegi desentralisasi.
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu
sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai
pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan
preventif.

42
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:

1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,


dan Lanjut Usia yang Berkualitas.

2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.

3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

4. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas

5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas

6. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas


Farmasi dan Alat Kesehatan

7. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan

8. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya


Manusia Kesehatan

9. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

10. Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi

11. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)


Bidang Kesehatan

12. Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan

H. Indikator Keberhasilan Pembangunan Kesehatan/KIA


Indikator adalah sesuatu yang dijadikan ukuran untuk mengetahhui
keberhasilan pelaksanaan program. Indikator keberhasilan pembangunan
kesehatan ibu dan anak, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Kerjasama Lintas Sektor

Dalam kerjasama lintas sektor untuk penurunan AKI dan AKB, institusi
pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota memegang peranan yang sangat
menentukan. Hal ini dirasakan sangat penting dan strategis dalam pembangunan
kesehatan daerah dimana dikaitkan dengan desentralisasi pemerintahan daerah.
Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu
lingkungan sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan

43
masyarakat. Selain itu, masalah kesehatan dan gizi merupakan masalah nasional
yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain. Peningkatan
upaya dana manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor
yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah,
ketenagaan, pendidikan, perdagangan dan sosial budaya.Dengan demikian kerja
sama lintas sektor yang masih belum berhasil pada masa lalu perlu lebih
ditingkatkan.
Untuk menjamin terselenggaranya intervensi program kesehatan ibu dan
anak yang berhasil, diperlukan pendekatan yang dilakukan secara lintas sektoral.
Sebelum melakukan intervensi baik pemerintah atau suatu Lembaga Non
Pemerintah perlu mencari dan menetapkan kerangka pikir mengenai pentingnya
pembangunan Sumber Daya Manusia (capacity building) yang terfokus pada
upaya pelayanan kesehatan Ibu dan Anak serta mencari data-data dan Informasi
mengenai Analisa Situasi Kesehatan Ibu dan Anak (ASIA).
2. Lingkungan

Lingungan merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap


derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan yang penting terutama
menyangkut ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi, dan keadaan perumahan.
Walaupun telah terjadi peningkatan sarana air bersih selama PJP I, akses terhadap
air bersih masih rendah. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit
menular yang disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan dan kualitas air bersih.
Rumah tangga yang mempunyai sumber air yang memenuhi syarat, masih jauh
dari ideal.

Akibat meningkatnya industrialisasi dan urbanisasi, peningkatan


pencemaran air dan kelangkaan sumber air akan menjadi masalah di masa datang.
Ketersediaan fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat, baik di daerah perdesaan
maupun perkotaan, masih rendah. Pada tahun 1993 fasilitas sanitasi di daerah
perdesaan baru mencapai 33 persen, dan dIdaerah perkotaan sekitar 69 persen.
Selain itu, keadaan fisik perumahan akan mempengaruhi kesehatan penghuninya.
Sekitar 9 persen perumahan di daerah perkotaan dan 34 persen di daerah
perdesaan masih berlantai tanah, sedangkan rumah yang tidak mempunyai jendela
dan tidak ada ventilasi adalah sekitar 3 persen di daerah perkotaan dan 8 persen di

44
daerah perdesaan. Terdapatnya gangguan lingkungan berupa asap, bau limbah
pabrik, bau sampah dan air tergenang juga dikeluhkan oleh masyarakat.
Hasil pengawasan keadaan kesehatan lingkungan di perkotaan
menunjukkan tingginya kontaminasi kuman pada makanan, baik pada pedagang
kaki lima, restoran, maupun pada industri makanan rakyat. Pencemaran udara
terutama di kota-kota besar dan daerah industri sudah mulai terjadi dan akan
cenderung meningkat di masa datang. Penggunaan pestisida juga makin
meningkat dan akibat sampingnya dapat merugikan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan lingkungan seperti yang diuraikan di atas melahirkan
tantangan, yaitu melindungi keluarga dan masyarakat dari gangguan atau bahaya
kesehatan karena kualitas lingkungan yang tidak sehat.
3. AKI dan AKB

AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting keberhasilan


program kesehatan Indonesia.Era Desentralisasi menurut pengelola program di
Kabupaten/Kota untuk lebih proaktif didalam mengembangkan program yang
mempunyai daya ungkit dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) sesuai situasi dan kemampuan daerah masing-
masing mengingat AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting
keberhasilan program kesehatan Indonesia.

Berbagai permasalahan kesehatan anak prasekolah, usia sekolah dan


kesehatan remaja yang semakin kompleks yang meliputi kesehatan reproduksi
remaja, masalah penyalagunaan narkotik dan zat adiktif lainnya merupakan
tantangan yang harus dihadapi oleh program Kesehatan Keluarga. Diharapkan
melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dapat memperluas cakupan
pelayanan yang pada akhirnya dapat meningkatkan status Kesehatan keluarga
secara khusus dan masyarakat pada umumnya.
Angka kematian Ibu/maternal bersama dengan Angka kematian Bayi
senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan kesehatan . AKI
mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun
2007 menyebutkan bahwa AKI tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 307 per 100.000

45
kelahiran hidu, dan angka ini menurn menjadi 2,6 kematian/ 100 kelahiran hidup
pada tahun 2012 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012).
4. Indikator lainnya yang memberi gambaran keberhasilan keadaan
pembangunan kesehatan adalah keadaan gizi.

Walaupun selama persediaan pangan dalam bentuk energi sudah melebihi


kebutuhan rata-rata penduduk, distribusinya belum merata sehingga sebagian
penduduk masih mengonsumsi energi di bawah kebutuhan rata-rata, yaitu 2.100
kilokalori per orang setiap hari. Mereka adalah kelompok masyarakat yang hidup
di bawah garis kemiskinan yang dalam tahun 1990 masih berjumlah 27 juta atau
15 persen dari jumlah penduduk. Di samping itu, masih banyak rumah tangga
yang belum terpenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan mutu yang dianjurkan.
Hal ini tercermin dari masih tingginya angka penderita berbagai bentuk
kekurangan gizi.
Penyakit kekurangan gizi berupa kurang energi protein (KEP), yang dapat
menghambat pertumbuhan fisik dan tingkat kecerdasan masih menjangkiti 4 dari
10 anak balita. Di samping itu, lebih dari setengah ibu hamil dan anak balita
menderita kekurangan zat besi, sekitar 750.000 anak menderita kretin ("cebol"),
dan lebih dari 25 persen murid sekolah dasar menderita pembesaran kelenjar
gondok karena gangguan akibat kurang iodium. Hasil pemeriksaan darah
menunjukkan kadar vitamin A dalam serum darah anak balita masih rendah.
Keadaan ini berpengaruh terhadap daya tahan tubuh anak sehingga lebih mudah
dijangkiti penyakit infeksi yang sering menyebabkan kematian.
Adanya kecenderungan masalah gizi-salah mulai terlihat pada masyarakat
perkotaan yang disebabkan oleh perubahan pola makan dan gaya hidup. Makanan
mereka cenderung mempunyai kandungan lemak yang tinggi, kadar serat rendah,
dan sering tidak seimbang mutu gizinya. Akibat perubahan pola makan dan gaya
hidup serta meningkatnya berat badan akan meningkatkan risiko menderita
penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung danpembuluh darah, penyakit
kencing manis, dan kanker.
Adanya masalah gizi kurang yang belum terselesaikan dan munculnya
masalah gizi-salah sejalan dengan perubahan pola makan dan perbaikan ekonomi,
melahirkan tantangan berikutnya, yaitu mendorong keluarga dan masyarakat agar

46
makin sadar dan mandiri dalam upaya peningkatan status gizi mereka dan
mencapai status gizi optimal sebanding dengan peningkatan sosial ekonomi.

I. RENCANA JANGKA MENENGAH INDONESIA SEHAT TAHUN 2015-


2019
Pembangunan manusia Indonesia dilakukan pada seluruh siklus hidup
manusia sejak janin dalam kandungan sampai lanjut usia yang pada hakekatnya
adalah membangun manusia sebagai sumberdaya pembangunan yang produktif
dan berdaya saing, serta sebagai insan dan anggota masyarakat yang dapat hidup
secara rukun, damai, gotong royong, patuh pada hukum, dan aktif dalam
bermasyarakat. Dengan memperhatikan keberagaman masyarakat Indonesia,
dilihat dari latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan geografi, pembangunan
manusia dilakukan secara kohesif dan inklusif sehingga manfaatnya dapat
dirasakan oleh seluruh komponen masyarakat, tanpa membedakan latar belakang
mereka. Oleh karena itu kebijakan dan program yang dilaksanakan harus
dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
berkeadilan, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Upaya meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia dilaksanakan melalui 4 sub agenda prioritas: (1)
pembangunan kependudukan dan keluarga berencana; (2) pembangunan
pendidikan khususnya pelaksanaan Program Indonesia Pintar; (3) pembangunan
kesehatan khususnya pelaksanaan Program Indonesia Sehat; dan (4) peningkatan
kesejahteraan rakyat marjinal melalui pelaksanaan Program Indonesia Kerja.
Pembangunan Kesehatan: Pelaksanaan Program Indonesia Sehat
a) SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada RPJMN
2015-2019 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok
RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan
anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui

47
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan.
b) ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan


derajat kesehatan dan gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan baik pada
tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat. Reformasi terutama difokuskan
pada penguatan upaya kesehatan dasar (primary health care) yang berkualitas
terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem
kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi
salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam
mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif
dan preventif .
1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas melalui:
a. Peningkatan akses dan mutu continuum of care pelayanan ibu dan anak
yang meliputi kunjungan ibu hamil, dan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan serta penurunan kasus
kematian ibu di rumah sakit;
b. Peningkatan pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja;
c. Penguatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS);
d. Penguatan Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga;
e. Peningkatan pelayanan kesehatan penduduk usia produktif dan lanjut
usia;
f. Peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita; dan
g. Peningkatan peran upaya kesehatan berbasis masyarakat termasuk
posyandu dan pelayanan terintegrasi lainnya dalam pendidikan
kesehatan dan pelayanan kesehatan ibu, anak, remaja, dan lansia.
2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat melalui:
a. Peningkatan surveilans gizi termasuk pemantauan pertumbuhan;

48
b. Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi
dengan fokus utama pada 1.000 hari pertama kehidupan, remaja calon
pengantin, dan ibu hamil termasuk pemberian makanan tambahan
terutama untuk keluarga kelompok termiskin dan wilayah Daerah
Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK);
c. Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi,
sanitasi, hygiene, dan pengasuhan;
d. Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi terutama untuk
ibu hamil, wanita usia subur, anak, dan balita di daerah DTPK
termasuk melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat dan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (Posyandu dan Pos
PAUD);
e. Penguatan pelaksanaan, dan pengawasan regulasi dan standar gizi;
serta
f. Penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan
spesifik yang didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan rencana aksi pangan
dan gizi.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
melalui:
a. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor resiko dan penyakit;
b. Peningkatan upaya preventif dan promotif termasuk pencegahan kasus
baru penyakit dalam pengendalian penyakit menular terutama TB, HIV
dan malaria dan tidak menular;
c. Pelayanan kesehatan jiwa;
d. Pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa/ wabah;
e. Peningkatan mutu kesehatan lingkungan;
f. Penatalaksanaan kasus dan pemutusan rantai penularan;
g. Peningkatan pengendalian dan promosi penurunan faktor risiko biologi
(khususnya darah tinggi, diabetes, obesitas), perilaku (khususnya
konsumi buah dan sayur, aktifitas fisik, merokok, alkohol) dan
lingkungan;

49
h. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan;
i. Peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap air minum dan
sanitasi yang layak dan perilaku hygiene; dan
j. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
4. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan melalui:
a. Peningkatan cakupan kepesertaan melalui Kartu Indonesia Sehat;
b. Peningkatan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi
penyedia layanan sesuai standar antara lain melalui kerjasama antara
pemerintah dengan penyedia layanan swasta;
c. Peningkatan pengelolaan jaminan kesehatan dalam bentuk
penyempurnaan dan koordinasi paket manfaat, insentif penyedia
layanan, pengendalian mutu dan biaya pelayanan, peningkatan
akuntabilitas sistem pembiayaan, pengembangan health technology
assesment, serta pengembangan sistem monitoring dan evaluasi
terpadu;
d. Penyempurnaan sistem pembayaran untuk penguatan pelayanan
kesehatan dasar, kesehatan ibu dan anak, insentif tenaga kesehatan di
DTPK dan peningkatan upaya promotif dan preventif perorangan;
e. Pengembangan berbagai regulasi termasuk standar guideline pelayanan
kesehatan;
f. Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk mendukung mutu
pelayanan; serta
g. Pengembangan pembiayaan pelayanan kesehatan kerjasama
pemerintah swasta.
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
melalui:
a. Pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai standar
mencakup puskesmas (rawat inap/perawatan) dan jaringannya

50
termasuk meningkatkan jangkauan pelayanan terutama di daerah
terpencil, perbatasan dan kepulauan;
b. Peningkatan kerjasama Puskesmas dengan unit tranfusi darah
khususnya dalam rangka penurunan kematian ibu;
c. Pengembangan dan penerapan sistem akreditasi fasilitas pelayanan
kesehatan dasar milik pemerintah dan swasta;
d. Peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dengan dukungan bantuan operasional
kesehatan;
e. Penyusunan, penetapan dan pelaksanaan berbagai standar guideline
pelayanan kesehatan diikuti dengan pengembangan sistem monitoring
dan evaluasinya;
f. Peningkatan pengawasan dan kerjasama pelayanan kesehatan dasar
dengan fasilitas swasta;
g. Pengembangan kesehatan tradisional dan komplementer; serta
h. Pengembangan inovasi pelayanan kesehatan dasar melalui pelayanan
kesehatan bergerak, pelayanan primer dan pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat.
6. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
melalui:
a. Pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan terutama rumah
sakit rujukan nasional, rumah sakit rujukan regional, rumah sakit di
setiap kabupaten/kota, termasuk rumah sakit pratama di daerah
tertinggal, terpencil dan perbatasan;
b. Penguatan dan pengembangan sistem rujukan nasional, rujukan
regional dan sistem rujukan gugus kepulauan dan pengembangan
sistem informasi dan rujukan di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
online;
c. Peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan melalui
akreditasi rumah sakit dan pengembangan standar guideline pelayanan
kesehatan;
d. Pengembangan sistem pengendalian mutu internal fasilitas kesehatan;

51
e. Peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan;
f. Peningkatan efektivitas pengelolaan rumah sakit terutama dalam
regulasi pengelolaan dana kesehatan di rumah sakit umum daerah dan
pemerintah daerah; serta
g. Pengembangan inovasi pelayanan kesehatan melalui rumah sakit
pratama, telemedicine, dan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif
dan komplementer.
7. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan melalui:
a. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan prioritas di Daerah Terpencil, Perbatasan, dan
Kepulauan (DTPK) melalui penempatan tenaga kesehatan termasuk
tenaga pegawai tidak tetap kesehatan/PPPK (Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja), penempatan tenaga kesehatan baru lulus/
penugasan khusus (affirmative policy) dan pengembangan model
penempatan tenaga Kesehatan;
b. Peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui peningkatan kompetensi,
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi seluruh jenis tenaga kesehatan;
c. Peningkatan kualifikasi tenaga kesehatan termasuk pengembangan
dokter spesialis dan dokter layanan primer;
d. Pengembangan insentif finansial dan non-finansial bagi tenaga
kesehatan terutama untuk meningkatkan retensi tenaga kesehatan di
Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan Daerah Terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); serta
e. Pengembangan sistem pendataan tenaga kesehatan dan upaya
pengendalian dan pengawasan tenaga kesehatan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan melalui:
a. Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama obat
esensial generik;

52
b. Peningkatan pengendalian, monitoring dan evaluasi harga obat,
penyempurnaan, penyelarasan dan evaluasi reguler berbagai daftar dan
formularium obat;
c. Peningkatan kapasitas institusi dalam management supply chain obat,
vaksin dan alat kesehatan;
d. Peningkatan daya saing industri farmasi dan alkes melalui pemenuhan
standar dan persyaratan;
e. Peningkatan pengawasan pre- dan post-market alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
f. Penguatan upaya kemandirian di bidang Bahan Baku Obat (BBO)
termasuk Bahan Baku Obat Tradisional (BBOT) dan alat kesehatan
dengan pengembangan riset, penguatan sinergitas perguruan tinggi,
dunia usaha/swasta pemerintah, dan masyarakat;
g. Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian termasuk tenaga
kefarmasian; serta h. Peningkatan promosi penggunaan obat dan
teknologi rasional oleh provider dan konsumen.
9. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan melalui:
a. Penguatan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risiko;
b. Peningkatan sumber daya manusia pengawas obat dan makanan;
c. Penguatan kemitraan pengawasan obat dan makanan dengan
pemangku kepentingan;
d. Peningkatan kemandirian pengawasan obat dan makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
e. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk obat dan makanan; serta
f. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian obat dan makanan.
10. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui:
a. Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan;
b. Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan;
c. Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan antara lembaga
pemerintah dengan swasta, dan masyarakat madani; serta

53
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kesehatan
masyarakat, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) termasuk pengembangan
rumah sehat.

Secara sederhana Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan adalah:


1. Meningkatnya Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran yang akan dicapai
adalah:
a. Meningkatnya persentase persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 85%.
b. Menurunnya persentase ibu hamil kurang energi kronik sebesar 18,2%.
c. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 80%.

2. Meningkatnya Pengendalian Penyakit, dengan sasaran yang akan dicapai


adalah:
a. Persentase kab/kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan
sebesar 40%.
b. Penurunan kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) tertentu sebesar 40%.
c. Kab/Kota yang mampu melaksanakan kesiapsiagaan dalam
penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi
wabah sebesar 100%.
d. Menurunnya prevalensi merokok pada pada usia ≤ 18 tahun sebesar
5,4%.

3. Meningkatnya Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
terakreditasi sebanyak 5.600.
b. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang terakreditasi
sebanyak 481 kab/kota.

4. Meningkatnya akses, kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat

54
kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.
b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang
diproduksi di dalam negeri sebanyak 35 jenis.
Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang
memenuhi syarat sebesar 83%.

5. Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan,


dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan
sebanyak 5.600 Puskesmas.
b. Persentase RS kab/kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar
dan 3 dokter spesialis penunjang sebesar 60%.
c. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya sebanyak
56,910 orang.

6. Meningkatnya sinergitas antar Kementerian/Lembaga, dengan sasaran yang


akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan
kesehatan.
b. Meningkatnya persentase kab/kota yang mendapat predikat baik dalam
pelaksanaan SPM sebesar 80%.

7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan
sebesar 20%.
b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan sebanyak 15.
c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang
diimplementasikan sebanyak 40.

55
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-
evaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Jumlah provinsi yang memiliki rencana lima tahun dan anggaran


kesehatan terintegrasi dari berbagai sumber sebanyak 34 provinsi.
b. Jumlah rekomendasi monitoring evaluasi terpadu sebanyak 100
rekomendasi.

9. Meningkatnya efektivitas penelitian dan pengembangan kesehatan, dengan


sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah hasil penelitian yang didaftarkan HKI sebanyak 35 buah.
b. Jumlah rekomendasi kebijakan berbasis penelitian dan pengembangan
kesehatan yang diadvokasikan ke pengelola program kesehatan dan atau
pemangku kepentingan sebanyak 120 rekomendasi.
c. Jumlah laporan Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bidang kesehatan
dan gizi masyarakat sebanyak 5 laporan.

10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara ≤1% sebesar 100%.
11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan,
dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya presentase pejabat structural di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.
12. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai
kinerja minimal baik sebesar 94%.
13. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan
prioritas secara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.
b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan

56
untuk akses pelayanan e-health sebesar 50%

J. RENCANA JANGKA PANJANG INDONESIA SEHAT 2005-2025


Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka strategi
pembangunan kesehatan yang akan ditempuh sampai tahun 2025 adalah:

1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat yang sangat fundamental. Pembangunan kesehatan juga sekaligus
sebagai investasi pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan
kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Dalam kaitan ini
pembangunan nasional perlu berwawasan kesehatan. Diharapkan setiap program
pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan kesehatan, dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap tercapainya nilai-nilai dasar
pembangunan kesehatan.
Untuk terselenggaranya pembangunan nasional berwawasan kesehatan, perlu
dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan,
sehingga semua pelaku pembangunan nasional (stakeholders) memahami dan
mampu melaksanakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Selain itu
perlu pula dilakukan penjabaran lebih lanjut dari pembangunan nasional
berwawasan kesehatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan dan diukur
tingkat pencapaian dan dampak yang dihasilkan.
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional berwawasan kesehatan,
pengembangan hukum kesehatan di masa mendatang menjadi sangat penting,
untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan manfaat
hukum.

2. Pemberdayaan Masyarakat dan Daerah


Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah
kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu, banyak
permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggung jawabnya berada di luar
sektor kesehatan.

57
Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai pelaku pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat;
masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam
proses pembangunan kesehatan, b) pengorganisasian dalam pemberdayaan;
diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam
pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat memperjuangkan
kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam pemberdayaan
masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor
terkait, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) sumberdaya;
diperlukan sumberdaya yang memadai seperti SDM, sistem informasi dan dana.
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai
upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh
karenanya dalam pembangunan kesehatan diperlukan adanya pendelegasian
wewenang yang lebih besar kepada daerah. Kesiapan daerah dalam menerima dan
menjalankan kewenangannya dalam pembangunan kesehatan, sangat dipengaruhi
oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi dan sumber daya
manusianya, serta kemampuan fiskal. Untuk itu harus dilakukan penetapan yang
jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan,
upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta
pemberdayaan sumber daya daerah.

3. Pengembangan Upaya dan Pembiayaan Kesehatan


Pengembangan pelayanan atau upaya kesehatan, yang mencakup upaya
kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat (clientoriented), dan dilaksanakan secara
menyeluruh,terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional,
dan bermutu. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin perlu mendapatkan
pengutamaan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan diutamakan pada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan, tanpa mengabaikan upaya pengobatan dan pemulihan
kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan dengan prinsip kemitraan
antara pemerintah, masyarakat, dan swasta.

58
Menghadapi lingkungan strategis pembangunan kesehatan, perlu dilakukan
reorientasi upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada desentralisasi,
globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi keadaan bencana.
Pengembangan upaya kesehatan perlu memanfaatkan teknologi
kesehatan/kedokteran dan informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan
berbagai vaksin, pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan dengan
intervensi bedah yang minimal, transplantasi jaringan, otomatisasi administrasi
kesehatan/kedok-teran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan
komputerisasi, serta telekomunikasi jarak jauh (tele-health).
Dalam 20 tahun mendatang, pelayanan RS terus di-kembangkan dan
kegiatan-kegiatannya harus bertumpu kepada fungsi sosial yang dikaitkan dengan
sistem jaminan kesehatan sosial nasional.
Puskesmas harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai penggerak
pemberdayaan masyarakat, pusat penanggulangan masalah kesehatan dan pusat
pelayanan kesehatan primer.
Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari
pemerintah, masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan
upaya kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-guna.
Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan terlindunginya masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, diselenggarakan secara nasional
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
Penting untuk dikembangkan sinergisme, terutama diantara upaya kesehatan
dan pembiayaan kesehatan berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan dukungan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan berbasis kompetensi, yang
dilandasi oleh peningkatan etika dan hukum. Berbagai organisasi profesi
kesehatan dan pemerintah sangat berperan dalam mengembangkan sinergi
dimaksud.
Peran swasta dalam upaya kesehatan perlu terus dikembangkan secara
strategis dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Interaksi
upaya publik dan sektor swasta penting untuk ditingkatkan secara bertahap.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimaksud perlu didukung dengan
penelitian dan pengkajian kesehatan yang bersifat mendasar, luas dan berjangkau

59
ke depan.

60
4. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan ter-jangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber daya manusia
kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan
etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung
tinggi sumpah dan kode etik profesi.
Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan penentuan
standar kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan
pendayagunaan tenaga kesehatan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya
manusia kesehatan, Upaya pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan diIndonesia dalam era desentralisasi dan
globalisasi. Upaya pengadaan ini dilakukan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan
pelatihan SDM Kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi:
distribusi tenaga kesehatan secara merata dan peningkatan karier dari tenaga
kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan dilakukan melalui
peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara lain sertifikasi, uji
kompetensi, registrasi, dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping itu,
penting dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan.

5. Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan


Keadaan darurat kesehatan dapat terjadi karena bencana, baik bencana alam
maupun bencana karena ulah manusia, termasuk konflik sosial. Keadaan darurat
kesehatan akan mengakibatkan dampak yang luas, tidak saja pada kehidupan
masyarakat di daerah bencana, namun juga pada kehidupan bangsa dan negara. Oleh
karenanya penanggulangan keadaan darurat kesehatan yang mencakup upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan, dilakukan secara
komprehensif, mitigasi serta didukung kerjasama lintas sektor dan peran aktif
masyarakat. Mengingat keadaan perkembangan kesehatan di Papua yang perlu

61
perhatian khusus, diadakan Program Nasional Selamatkan Papua (SavePapua) di
bidang kesehatan.

C.Rangkuman
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembangunan Kebijakan Kesehatan Nasional
adalah mengacu pada Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa
Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks
perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada
visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko
Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-misi
tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan
dan cita-cita Soekarno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara
politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif,
keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri
Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas
pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi
dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian,
pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia

62
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.
Di antara sembilan program inti tersebut, yang merupakan acuan dari
dilaksanakannya Indonesia Sehat 2025 adalah nawacita ke 5, yaitu Meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program
rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial
untuk rakyat di tahun 2019.

D. Tugas

TUGAS

Langkah-langkah

63
Terhadap soal-soal tugas yang diberikan di bawah ini, Anda diminta
mengerjakannya di lembar kertas tersendiri (tidak di dalam modul). Apabila
semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, barulah Anda dipersilakan untuk
melihat Kunci Jawaban dan membandingkannya dengan jawaban Anda.
Periksalah hasil pekerjaan Anda. Apabila Anda berhasil menyelesaikan
(menjawab) soal-soal tugas dengan 80% benar, maka Anda diperkenan-kan untuk
melanjutkan kegiatan belajar Anda untuk mempelajari materi pembelajaran yang
diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.
Apabila Anda belum berhasil menjawab 80% benar soal-soal tugas, maka
Anda disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-
2terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai
mempelajari ulang materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya, barulah
Anda mengerjakan kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-2. Semoga kali ini,
Anda lebih berhasil dan dapat menyelesaikannya dengan 80% benar atau lebih.
Manakala setidak-tidaknya Anda telah berhasil menjawab soal tugas dengan
80% benar, maka Anda dipersilakan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran
Anda mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.

Soal-soal Tugas

Kerjakanlah soal-soal tugas di bawah ini:

Setelah selesai mempelajari materi pelatihan yang diuraikan/dibahas pada


Kegiatan Belajar-2 dan sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran yang
berikutnya pada Kegiatan Belajar-3, ANDA diharuskan untuk mengerjakan soal-
soal latihan berikut ini. Dengan mengerjakan semua soal tugas, ANDA akan dapat
mengetahui sampai sejauh mana tingkat penguasaan ANDA terhadap materi
pelatihan yang telah ANDA pelajari pada Kegiatan Belajar-2.

64
11. Berapakah indicator PHBS dan berapa indicator gaya hidup sehat yang
harus dipenuhi untuk rumah tangga sehat?
a. Tiga indicator PHBS dan tujuh indicator gaya hidup sehat
b. Tujuh indicator PHBS dan tiga indicator gaya hidup sehat
c. Lima indicator PHBS dan Tujuh indicator gaya hidup sehat
d. Tiga indicator PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat
e. Lima PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat

12. Persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI ekskulsif, penimbangan


balita.Apakah pernyataan tersebut?
a. Merupakan n indicator gaya hidup sehat
b. Merupakan indicator PHBS
c. Tiga dari indicator gaya hidup sehat
d. Tiga dari indicator PHBS
e. Tiga indicator gaya hidup sehat

13. Apakah indicator gaya hidup sehat?


a. Bayi diberikan ASI eklusif, pertolongan persalinan di tenaga kesehatan,
tidak merokok di dalam rumah.
b. Mempunyai Jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih,
lantai rumah bukan tanah
c. Tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
makan buah dan sayur setiap hari
d. Ketersediaan jamban sehat, ketersediaan air bersih, kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni
e. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,ketersediaan air bersih,
lantai rumah bukan tanah.

14. Salah satu syarat rumah sehat adalah memiliki ventilasi/sirkulasi udara
cukup. Berapakah ukuran minimal ventilasi alamiah yang permanen dari
luas lantai?
a. 10 %
b. 15%
c. 20 %
d. 25%
e. 30 %

15. Berapakah tempratur udara dan kelembabab yang dihasilkan dari Ventilasi
alamiah yang memenuhi syarat rumah sehat?
a. Tempratur 18o C dengan kelembaban 40-50%
b. Tempratur 19o C dengan kelembaban 45-60%
c. Tempratur 20o C dengan kelembaban 50-65%
d. Tempratur 22o C dengan kelembaban 50-70%
e. Tempratur 28o C dengan kelembaban 60-75%

65
16. Apakah yang dimaksud dengan penyakit diare?
a. Buang air besar lebih dari 3 kali bentuk tinja lembek
b. Buang air besar bentuk tinja cair dua kali sehari
c. Buang air besar tiga kali bentuk tinja cair
d. Buang air besar bentuk tinja lembek lebih dari dua kali
e. Buang air besar lebih dari tiga kali bentuk tinja cair

17. Apakah yang termasuk sumber pencemaran air ?


a. Tempat pembuangan sampah
b. Tempat pembuatan genteng
c. Tempat penampungan air hujan
d. Tempat penyimpanan makan ternak
e. Tempat penyulingan minyak wangi

18. Berapakah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran yang memenuhi
persyaratan?
a. Lima meter
b. Tujuh meter
c. Delapan meter
d. Sepuluh meter
e. Lebih dari sepuluh meter

19. Siapa saja yang perlu dipantau oleh kader kesehatan dalam kesehatan ibu
dan anak?
a. Ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu lansia
b. Bayi baru lahir, anak usia sekolah, dan remaja
c. Ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir
d. Remaja awal, balita dan bayi
e. Ibu usia reproduktif, bayi dan balita
20. Berapakah indicator PHBS dan berapa indicator gaya hidup sehat yang
harus dipenuhi untuk rumah tangga sehat?
a. Tiga indicator PHBS dan tujuh indicator gaya hidup sehat
b. Tujuh indicator PHBS dan tiga indicator gaya hidup sehat
c. Lima indicator PHBS dan Tujuh indicator gaya hidup sehat
d. Tiga indicator PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat
e. Lima PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat

21. Persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI ekskulsif, penimbangan


balita.Apakah pernyataan tersebut?
f. Merupakan n indicator gaya hidup sehat
g. Merupakan indicator PHBS
h. Tiga dari indicator gaya hidup sehat
i. Tiga dari indicator PHBS
j. Tiga indicator gaya hidup sehat

66
22. Apakah indicator gaya hidup sehat?
f. Bayi diberikan ASI eklusif, pertolongan persalinan di tenaga kesehatan,
tidak merokok di dalam rumah.
g. Mempunyai Jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih,
lantai rumah bukan tanah
h. Tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
makan buah dan sayur setiap hari
i. Ketersediaan jamban sehat, ketersediaan air bersih, kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni
j. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,ketersediaan air bersih,
lantai rumah bukan tanah.

23. Salah satu syarat rumah sehat adalah memiliki ventilasi/sirkulasi udara
cukup. Berapakah ukuran minimal ventilasi alamiah yang permanen dari
luas lantai?
f. 10 %
g. 15%
h. 20 %
i. 25%
j. 30 %

24. Berapakah tempratur udara dan kelembabab yang dihasilkan dari Ventilasi
alamiah yang memenuhi syarat rumah sehat?
f. Tempratur 18o C dengan kelembaban 40-50%
g. Tempratur 19o C dengan kelembaban 45-60%
h. Tempratur 20o C dengan kelembaban 50-65%
i. Tempratur 22o C dengan kelembaban 50-70%
j. Tempratur 28o C dengan kelembaban 60-75%

25. Apakah yang dimaksud dengan penyakit diare?


f. Buang air besar lebih dari 3 kali bentuk tinja lembek
g. Buang air besar bentuk tinja cair dua kali sehari
h. Buang air besar tiga kali bentuk tinja cair
i. Buang air besar bentuk tinja lembek lebih dari dua kali
j. Buang air besar lebih dari tiga kali bentuk tinja cair

26. Apakah yang termasuk sumber pencemaran air ?


f. Tempat pembuangan sampah
g. Tempat pembuatan genteng
h. Tempat penampungan air hujan
i. Tempat penyimpanan makan ternak
j. Tempat penyulingan minyak wangi

27. Berapakah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran yang memenuhi
persyaratan?

67
f. Lima meter
g. Tujuh meter
h. Delapan meter
i. Sepuluh meter
j. Lebih dari sepuluh meter

28. Siapa saja yang perlu dipantau oleh kader kesehatan dalam kesehatan ibu
dan anak?
f. Ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu lansia
g. Bayi baru lahir, anak usia sekolah, dan remaja
h. Ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir
i. Remaja awal, balita dan bayi
j. Ibu usia reproduktif, bayi dan balita

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun
2005-2025. Jakarta
Depkes RI. 2010. Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Jakarta:
Depkes RI.
Setyawan, Aditya. 2008. “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan Sebagai
Strategi Pembangunan Nasional Untuk Mewujudkan Indonesia Sehat
2010”.https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/03/indonesia-sehat-
2010-stikes.pdf 17 Februari 2016
Kementerian Kesehatan RI. 2015. “Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019”.http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
publik/Renstra-2015.pdf 17 Februari 2016
Kepmenkes RI No. HK.02.02/ \Menkes/ 52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Shofiatus. 2013. “Terkait MDG’S”.
http://midwiferyshofia.blogspot.co.id/2013/09/terkait-mdgs.html.17 Februari
2016

68
Kegiatan Belajar 3
Konsep PHC dan Penerapan PKMD

Selamat teman-teman mahasiswa Anda telah berhasil menyelesaikan pelajaran pada


kegiatan belajar 2. Sekarang Anda bias lanjut mempelajari materi pada kegiatan
belajar 3 tentang konsep Public Health Care (PHC). Tujuan mempelajari materi
pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-3 ini, Anda diharapkan dapat
memahami tentang Konsep PHC
Secara khusus Anda diharapkan dapat: 1) Latar belakang PHC, 2) Pengertian, 3)
Unsur, prinsip dan program PHC, 4) Perkembangan PHC di Indonesia
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka materi
pembelajaran yang akan Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar-2ini mencakup: 1)
Latar belakang PHC, 2) Pengertian, 3) Unsur, prinsip dan program PHC, 4)
Perkembangan PHC di Indonesia. Pelajarilah secara seksama masing-masing topik
dari materi pembelajaran yang diuraikan berikut ini. Satu hal yang penting untuk
dilakukan dalam mempelajari modul ini adalah membuat catatan tentang materi
pembelajaran yang sulit Anda pahami. Apabila memang masih ada yang dirasakan
sulit, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan dosen pada saat kegiatan
pembelajaran secara tatap muka.
Dalam mempelajari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-3
ini, Anda akan menjumpai soal-soal latihan. Usahakanlah semaksimal mungkin untuk
mengerjakan semua soal latihan tanpa terlebih dahulu melihat Kunci Jawaban yang
disediakan pada bagian akhir modul ini. Anda barulah diperkenankan untuk
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-4 setelah
Anda berhasil mengerjakan 80% benar soal-soal latihan yang terdapat pada Kegiatan
Belajar-3.
Seandainya setelah mengerjakan soal-soal latihan, Anda belum berhasil menjawab
80% benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan lebih cermat
materi pembelajaran yang belum sepenuhnya Anda pahami. Kemudian, kerjakan
kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini Anda lebih berhasil. Ingatlah bahwa

69
hanya dengan semangat belajar yang tinggi disertai rasa percaya diri, Anda pasti
dapat menyelesaikan materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.

Uraian Materi
Konsep PHC
1. Konsep PHC
1.1. Latar belakang PHC

2. Penerapan PHC di Indonesia / PKMD


2.1. Pengertian
2.2. Tujuan
2.3. Ruang Lingkup
2.4. Langkah-langkah pelaksanaan PKMD

Materi
1.Primary Health Care
1.1. Latar Belakang PHC
Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1977 melahirkan
kesepakatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) Pada Tahun
2000,” yakni tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif baik social maupun ekonomi. Karena kesehatan dimulai
dimana orang bermukim dan tempat-tempat orang bekerja. Orang akan mengetahui
cara-cara yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan menyembuhkan penyakit
serta cacat yang terlanjur terjadi. Setiap orang akan mengetahui cara yang lebih baik
untuk berkembang, menjadi orang tua dan kemudian mati dengan tenang.
Selanjutnya pada tahun 1978, dalam suatu Konferensi di Alma Ata. Ditetapkan
prinsip-prinsip Primary Helath Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global
guna mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS), dan Indonesia ikut menandatangani,
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua pada tahun 2000, PHC

70
adalah kuncinya. Sedangkan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa adalah
salah satu bentuk operasional sari PHC.
Hal tersebut disadari bahwa kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal
utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki
kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki
derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah bersama secara global,
diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, social ekonomi yang rendah
yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer untuk hidup
dalam memenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan, pendidikan dan
kebutuhan-kebutuhan lain.
Oleh karena itu PHC merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk
mencapai Kesehatan Bagi Semua Pada Tahun 2000 sebagai Tujuan Pembangunan
Kesehatan Semesta dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Di Indonesia, bentuk operasional PHC adalah PKMD dengan berdasarkan
kepada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan MPR
untuk dilaksanakan dengan melibatkan kerjasa lintas sektoral dari instansi-instansi
yang berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.

1.2. Definisi PHC


PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat diterima secara
umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui
partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan
mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan
nasib sendiri (self determination).
1.3. Unsur, prinsip dan program PHC
a. Unsur utama PHC
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan peran serta masyarakat

71
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
b. Prinsip dasar PHC
1) Pemerataan uapaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerjasama lintas sektoral.
c. Program PHC
1) Tercapainya derajat kesehatan yang menungkinkan setiap orang hidup
produktif baik secara social maupun ekonomi yang dilakukan melalui
perubahan :

 Pelayanan Kuratif ke Promotif dan Preventif


 Daerah Perkotaan ke Pedesaan
 Golongan Mampu ke Golongan tidak mampu
 Masyarakat Berpenghasilan Rendah
 Kampanya Massal ke Upaya Kesehatan Terpadu.

1.4.Perkembangan PHC di Indonesia


PHC dikembangkan melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD),
yang merupakan rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar
gotong royong dan swadaya dalam rangkat:
1. menolong diri sendri

2. untuk memecahkan masalah

3. memenuhi kebutuhan dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan


agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.

72
Ciri Utama PKMD adalah sebagai berikut:
1. Di Dasarkan atas kesadaran masyarakat gotong royong, menggali, dan
menggunakan sumber daya dan potensi masyarakat.
2. Keputusan ditetapkan dengan musyawarah mufakat.
3. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari
masyarakat.
4. Bantuan dan dukungan pemerintah bersifat lintas sector/ program( dalam
bentuk: latihan, bahan, peralatan)
5. Dari berbagai kegiatan masyarakat, minimal terdapat 1 unsur/ elemen PHC.

a. POSYANDU

POSYANDU Dikembangkan pada tahun 1984, memiliki tujuan agar


semua masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang
bermutu, untuk mempercepat penuruna kematian bayi, balita dan ibu.
POSYANDU merupakan bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa, yang menekankan perlunya peranserta masyarakat.
a. Peran masyarakat
Aktif mencari dan memanfaatakan pelayanan kesehatan dan berperilaku
hidup sehat, sadar gizi
b. Peran petugas/ pengaman
Menyediakan pelayanan yang terjangkau dan bermutu (RS, Puskesmas,
Pustu)
Dampak Krisis terhadap Upaya Kesehatan dan Posyandu, yaitu:
 Meningkatnya jumlah penduduk miskin berpengaruh pada menurunnya
pemanfaatan fasilitas kesehatan.
 Cakupan balita datang ke Posyandu turun dari 60 % menjadi sekitar 43
%. Kinerja Posyandu dilaporkan menurun.
 Laporan ditemukan kasus gizi buruk semakin meningkat.
 Meningkatnya kesakitan.
 Perubahan penggunaan metoda kontrasepsi

73
Karaktersitik masalah kesehatan
1.Masalah yang bisa di prediksi karena penyebab dan sistem
survailensnya jelas;

 Bila Cakupan Persalinan rendah, kematian ibu tinggi


 Bila cakupan imunisasi rendah, kematian bayi, anak tinggi
 Bila cakupan penimbangan rendah, prevalensi gizi kurang tinggi.
2. Masalah yang kejadiannya tidak bisa di prediksi; karena
penyebabnya belum jelas atau sistem suevailensnya belum mantap.
 Masalah yang disebabkan oleh bencana
 Masalah baru seperti Flu Babi
 KLB gizi buruk
b. Desa Siaga

Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan


kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatan kesehatan secara mandiri.

Perkembangan Desa Siaga


1. Cakupan kegiatan kesehatan masyarakat (Posyandu) tinggi (diatas
80%)
2. Masyarakat dapat mengenali tanda-tanda ancaman kesehatan secara
sederhana
3. Masyarakat mampu mengambil langkah-langkah dini mengatasi
masalah bencana dan kedaruratan
4. Petugas siap memberikan bantuan teknis penanganan masalah
kesehayan

Revitalisasi Posyandu
1. Komitmen para pengambil kebijakan dan para pembina (Leadership):

74
– Pembinaan dan pengelolaan kelembagaan Posyandu melalui
POKJANAL Posyandu
– Dukungan pembiayaan untuk operasional Posyandu
– Pemantapan Kerjasama Lintas Sektor/Program
– Pengembangan Forum Desa Siaga
2. Penggerakan dan pembinaan kader :
 Kompetensi Teknis Kader
 Dukungan Penyediaan Informasi yg Uptodate
 Model Pemberdayaan Masyarakat terkait dg Desa Siaga: termasuk
pengembangan biaya operasional Posyandu
3. Pelayanan di Posyandu:
 Kompetensi Kader: menyuluh, memberdayakan masyarakat dan
keluarga, pemahaman ttg penyakit yang potensial menjadi wabah,
dan gizi buruk
 Revitalisasi 5 Program Pelayanan , khususnya KB. Termasuk
Posyandu Pedesaan vs. Posyandu Perkotaan
 Integrasi Pelayanan dengan PAUD, BKB, dll
 Universal Coverage (Cakupan Semesta)
 Pengembangan IPTEK TEPAT GUNA
 Sistem Informasi Posyandu

Upaya yang telah dilaksanakan telah menunjukkan hasil yang positif.


Jumlah Posyandu yang semakin bertambah merupakan investasi yang sangat
besar untuk terciptanya masyarakat yang sehat.
Peran Kader sangat penting, dan oleh karena itu per didorong untuk lebih
giat lagi melalui berbagai bentuk pembinaan, pelatihan.
Melalui POKJANAL POSYANDU dan POKJA POSYANDU untuk
meningkatkan kerjasama lintas sektor untuk memberikan dukungan kepada
Posyandu.

75
KEGIATAN BELAJAR 4
PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)

Selamat teman-teman mahasiswa Anda telah berhasil menyelesaikan pelajaran pada


kegiatan belajar 3. Sekarang Anda bsa lanjut mempelajari materi pada kegiatan
belajar 4 tentang konsep Public Health Care (PHC). Tujuan mempelajari materi
pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-4 ini, Anda diharapkan dapat
memahami tentang Penerapan PKMD di Indonesia
Secara khusus Anda diharapkan dapat: 1) Menjelaskan Pengertian PKMD, 2)
Menjelaskan Tujuan PKMD, 3) Menjelaskan Ruang Lingkup PKMD, 4) Menjelaskan
Langkah-langkah Pelaksanaan PKMD.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut di atas, maka materi
pembelajaran yang akan Anda pelajari dalam Kegiatan Belajar-4 ini mencakup: 1)
Pengertian PKMD, 2) Tujuan PKMD, 3) Ruang Lingkup PKMD, 4) Langkah-
langkah Pelaksanaan PKMD
Pelajarilah secara seksama masing-masing topik dari materi pembelajaran yang
diuraikan berikut ini. Satu hal yang penting untuk dilakukan dalam mempelajari
modul ini adalah membuat catatan tentang materi pembelajaran yang sulit Anda
pahami. Apabila memang masih ada yang dirasakan sulit, Anda dianjurkan untuk
mendiskusikannya dengan dosen pada saat kegiatan pembelajaran secara tatap muka
Dalam mempelajari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-3
ini, Anda akan menjumpai soal-soal latihan. Usahakanlah semaksimal mungkin untuk
mengerjakan semua soal latihan tanpa terlebih dahulu melihat Kunci Jawaban yang
disediakan pada bagian akhir modul ini. Anda barulah diperkenankan untuk
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-4 setelah
Anda berhasil mengerjakan 80% benar soal-soal latihan yang terdapat pada Kegiatan
Belajar-3.
Seandainya setelah mengerjakan soal-soal latihan, Anda belum berhasil menjawab
80% benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan lebih cermat
materi pembelajaran yang belum sepenuhnya Anda pahami. Kemudian, kerjakan

76
kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini Anda lebih berhasil. Ingatlah bahwa
hanya dengan semangat belajar yang tinggi disertai rasa percaya diri, Anda pasti
dapat menyelesaikan materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.

1. Pengertian PKMD
1. Pembangunan kesehatan masyarakat desa adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam
rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi
kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu
mencapai kehidupan sehat dan sejahtera.
(Drs. Nasrul Effendi, 1995)

2. PKMD sebagai suatu subsistem merupakan suatu pola pengembangan


implementasi dari usaha-usaha atau kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
oleh masyarakat sendiri yang pengelolaan dilapangan memanfaatkan sumber-
sumber setempat dalam penyelenggraan serta terorganisir, hasil kegiatannya
berhubungan dengan program-program puskesmas di desa setempat dan
menunjang sistem kesehatan nasional.
(A.L Slamet Riyadi, 1982)

3. PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan


melalui sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota
masyarakat di Pedusunan melalui segala pengarahan untuk menimbulkan
kesadaran secara aktif di dalam ikut membantu memecahkan dan
mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya (Dirjen Binkesmas
Depkes RI, 1976)

4. PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem


pendekatan edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap

77
individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-
tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong
timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat
untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya dan
menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)

2. Tujuan PKMD
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
b. Tujuan khusus
1. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup.
2. mengembangkan kemampuan dan prakayarakat untuk berperan secara aktif
dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang
mampu, trampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan
desa.
4. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapaa
indikator :
 Angka kesakitan menurun
 Angka kematian menurun, terutama Angka Kematian Bayi dan Anak
 Angka kelahiran menurun
 Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita

78
3.RUANG LINGKUP PKMD

Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka


meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian status
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama lingkungan dan faktor perilaku
masyarakat oleh karenanya kegiatan PKMD tidak terbatas dalam bidang pelayanan
kesehatan saja, akan tetapi menyangkut juga kegiatan diluar kesehatan yang berkaitan
dengan peningkatan status kesehatan dan perbaikan mutu hidup masyarakat.
Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk
meningkatkan pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf pendidikan
masyarakat dengan bekerja sambil belajar, dan sebagainya.

Pengembangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan tetapi
juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yang berpenghasilan rendah. Kegiatan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu (posyandu) 5
program, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare juga
merupakan salah satu bentuk dari kegiatan PKMD.

5. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PKMD


a. Pertemuan Tingkat Desa
Langkah ini merupakan bagian dari pemberdayaan dan penggerakan
masyarakat desa. Pertemuan ini bertujuan untuk penyiapan tokoh masyarakat untuk
menyamakan persepsi dan selanjutnya para pemuka desa mampu dan mau mengatasi
permasalahannya sendiri secara swadaya sebatas kemampuannya.
Pertemuan tingkat desa dipimpin oleh seorangh kepala desa dengan
mengundang para tokoh masyarakat , tokoh agama, dan lain-lain. Dalam pertemuan
ini kepala desa akan didampingi kepala puskesmas sebagai fasilitator. Agenda acara
yang dibicarakan dalam pertemuan ini adalah
a. Pentingnya peran serta aktif masyarakat dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat.

79
b. Pentingnya pemanfaatan dan pemberdayagunaan sarana dan potensi yang ada
setempat
c. Perlunya dibentuk kelompok penggerak pembangunan kesehatan desa
Diharapkan dari pertemuan ini kepala desa dapat menindaklanjutinya dengan
membagi tugas serta peran dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.

b. Survei Mawas Diri (SMD)


SMD adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah
kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat di bawah bimbingan petugas
kesehatan di desa atau bidan di desa.
Tujuan dilaksanakannya SMD adalah :
1) Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, mengkaji masalah kesehatan
yang ada di desa dalam rangka menyiapkan desa siaga
2) Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan dan
potensi yang ada di desanya yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan kesehatan.

SMD dilaksanakan oleh sekelompok warga masyarakat yang telah ditunjuk


dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah-masalah kesehatan di desa
dapat diperoleh sebanyak mungkin dari kepala keluarga yang bermukim di lokasi
terpilih tersebut. Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan
pertemuan desa

Cara Pelaksanaan SMD


Pengumpulan data dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah
untuk wawancara atau diskusi dengan kepala atau anggota keluarga sekaligus
melakukan pengamatan atau observasi terhadap rumah atau tempat-tempat umum dan
lingkungannya. Cara lain adalah melakukan Diskusi Kelompok Terarah yang
menghadirkan perwakilan masyarakat.

80
Hal-hal yang perlu dicermati selama SMD antara lain:
• Permasalahan kesehatan lingkungan
• Perilaku hidup bersih dan sehat
• Permasalahan kesehatan ibu dan anak
• Status gizi
Selain permasalahan tersebut di atas juga dipotret potensi atau kemampuan yang adad
di desa.

Perumusan Masalah Pada SMD


Kelompok pelaksanaan survey mawas diri dengan bimbingan bidan di desa
mengolah data masalah kesehatan yang telah dikumpulkan (hasil MSD) secara
sederhana sehingga dapat diperoleh perumusan masalah kesehatan prioritas masalah
kesehatan di wilayahnya.

Hasil Dari Survey Mawas Diri


Hasil survey adalah gambaran desa berikut isinya (masyarakat dan
lingkungannnya) dan dibawa pada waktu musyawarah masyarakat desa atau MMD.
Gambaran tersebut menampakkan berbagai masalah kesehatan (termasuk penyebab
masalah dan faktor yang mempengaruhi) serta daftar potensi di desa yang dapat
didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada di desa.

c. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


MMD adalah pertemuan perwakilan warga desa beserta tokoh masyarakatnya dan
para petugas untuk membahas hasil survey mawas diri dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil survey mawas diri.
Tujuan MMD yaitu :
a. masyarakat mengenal permasalahan kesehatan di wilayahnya
b. masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui
pelaksanaan desa siaga dan poskesdes

81
c. masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan,
melaksanakan desa siaga dan Poskesdes
MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas, dan
sektor terkait di tingkat kecamatan (seksi-seksi pemerintah dan pembangunan,
BKKBN, Pertanian, Agama dan lain-lain). MMD dilaksanakan di balai desa atau
tempat pertemuan lain yang ada di desa. MMD dilaksanakan segera setelah SMD
dilaksanakan.

Cara Pelaksanaan MMD


a. pembukaan dilakukan oleh kepala desa dengan menguraikan tujuan MMD
dan menghimbau seluruh peserta agar aktif mengemukakan pendapat dan
pengalaman sehingga membantu pemecahan masalah yang dihadapi
bersama.
b. Perkenalan peserta yang dipimpin oleh kader untuk menimbuulkan suasana
keakraban
c. Penyajian hasil survey oleh kader selaku tim pelaksanaan SMD
d. Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah kesehatan dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tteknis
dari petugas kesehatan di desa atau bidan di desa.
e. Menggali potensi dan pengenali potensi yang ada di masayarakt ubtuk
memecahkan masalah yang diadapi.
f. Penyusunan rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan.
g. Penyimpulan hasil MMD berupa penegasan tentang rencana kerja oleh
kepala desa.
h. Penutup.

Tindak lanjut MMD


Kader atau Tokoh masyarakat membantuk kepala desa menyebarkan hasil
musyawarah atau MMd berupa rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan dan
membantu menindak lanjuti untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya.

82
PERTEMUAN TINGKAT DESA TAHAP PERTAMA

PENANGGU ALAT NARA


WAKTU KEGIATAN TUJUAN METODA
NG JAWAB BANTU SUMBER

5’ Pembukaan - Staf desa ceramah - Kepala Desa


15’ Pembukaan Agar pesarta Kepala Desa Ceramah - Kepala
Pertemuan memahami Puskesmas
Penjelasan dengan seksama
Maksud dan maksud dan
tujuan tujuan
pertemuan pertemuan
25’ Perkenalan Agar di peroleh Staf Desa Saling Sektor-sektor
diantara peserta keakraban memperke lain tingkat desa
pertemuan nalkan diri
90’ Menyampaikan Agar Kepala Peyajian Kepala
beberapa masyarakat Puskesmas puskesmas
masalah terdorong untuk dan Staff Staff puskesmas
kesehatan ingin mensurvei
masyarakat sendiri situasi
yang ada di kesehatan
desa / kelurahan masyarakat
/ nagari sekitarnya

Menjelaskan Agar Bentuk- Staff puskesmas


perlunya masyarakat bentuk
masyarakat terdorong untuk survei
berperan serta ingin mensurvei diri
dalam survei sendiri situasi
kesehatan kesehatan
(survei diri) masyarakat

83
sekitarnya

Apa, Agar Kepala desa CTJ Flipchar Puskesmas


bagaimana, maasyarakat t
dimana survei atau kader tahu
mawas diri cara
(SMD) melaksanakan
SMD
Mempersiapkan Agar diperoleh Puskesmas Puskesmas
tenaga dan tenaga sukarela
tugas-tugasnya untuk ikut
melaksanakan
survei diri dan
mau dilatih
45’ Rencana Survei Terampil
Diri membuat
temuan
10’ Penutup Staff desa Hasil Kepala desa
pertemu
an

PELAKSANAAN PENDEKATAN TINGKAT DESA


KEGIATAN YANG TOLAK UKUR FUNGSIONARIS
NO. MONITORING
DILAKSANAKAN KADER KEBERHASILAN YANG TERKAIT
1. Menerima peserta pertemuan - Daftar hadir -Tersedianya - Kader kesehatan
yang telah datang, mengatur - Tempat duduk daftar hadir - Penggurus LKMD
tempat duduk dan melingkar atau segi - Tempat duduk -Tokoh-tokoh
menciptakan suasana akrab. empat memadai masyarakat
- Pesertta saling -Tidak ada - Pimpinan LSM
bertegur sapa peserta yang - Kader-kader lain

84
canggung
2. Membantu lurah (Ketua - Lurah ( Ketua - surat - Ketua Pertemuan
Pertemuan) untuk kelancaran pertemuan) sudah di undangan (Lurah)
jalannya pertemuan dengan kursi pertemuan - Kader kesehatan
memohon kesediaan Lurah - Pertemuan tepat waktu - susunan acara - Notulis yang
untuk memulai pertemuan di papan tulis ditunjuk
3. Membantu Lurah (Ketua pelaksanaan sesuai Pelaksanaan - Lurah
Pertemuan) mengendalikan dengan waktu yang acara demi - Kader kesehatan
jalannya pertemuan agar direncanakan acara
mencapai tujuan
4. Mendorong pemuka Para peserta - notulen per - Lurah
masyarakat pimpinan LSM berpartisipasi aktif, temuan - Pengurus LKMD
dan Kader-kader yang lain banyak ide, pendapat - catatan kesim - Tokoh-tokoh
menyampaikan pendapat, dan masalah pulan dan masyarakat
masalah yang dihadapi di disampaikan rencana kerja - Pimpian LSM
kelurahan tersebut - Kader lainnya
5. Membantu mencatat jalannya -Tersusun rencana SMD -Semua peserta
pertemuan dan membantu -Diterapkannya anggota- pertemuan
menulis kesimpulan, yaitu anggota tim SMD
sepakat melaksanakan SMD -Tersusun jadwal
kegiatan SMD

PELAKSANAKAN SURVEI MAWAS DIRI

KEGIATAN YANG TOLAK UKUR FUNGSIONARIS


NO. MONITORING
DILAAKSANAKAN KEBERHASILAN YANG TERKAIT
1. Melakukan kunjungan ke Semua formulir Formulir uji - Tim SMD
rumah-rumah yang telah wawancara SMD coba yang terisi - Kader kesehatan
ditentukan sebelumnya terisi dengan - Warga masyarakat
untuk melakukan jumlah KK yang

85
wawancara terpilih
2. Seminggu kemudian, - Perwakilan warga Daftar hadir - Tim SMD
beberapa KK yang telah yang dikunjungi - Kader kesehatan
dikunjungi, dikumpulkan hadir - Warga masyarakat
di rumah bapak RW / - ditemukan - Petugas puskesmas
Balai Kelurahan untuk sejumlah daftar
diajak diskusi menggali maslah dan
permasalahan dan sumber kebutuhan yang
daya yangada di wilayah diungkap warga
tersebut melalui gambar masyarakat berikut
penggerak diskusi sumber daya untuk
mengatasinya
3. Dari masalah-masalah - warga masyarakat - daftar masalah - tim SMD
yang ditemukan pada saat telah menentukan utama (proiritas - Kader kesehatan
pertemuan SMD ditam masalah utama dan dan kebutuhan, - Warga masyarakat
bah dengan masalah- kebutuhan sumber sumber daya) terpilih
masalah yang ditemukan dayanya - Petugas puskesmas
melalui wawancara,
peserta pertemuan
merumuskan masalah
utama (prioritas masalah)
dan sumber daya yang
dimiliki oleh masyarakat

PELAKSANAAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD)


PENANGGUNG
NO. WAKTU KEGIATAN TUJUAN METODE
JAWAB
1. 15’ Pembukaan: Peserta mengetahui Ceramah Kepala Desa

86
sambutan tujuan MMD
2. 30’ Perkenalan Terjadinya suasana Peserta Ketua Kader
peserta keakraban memperkenal
kan diri
3. 45’ Pengenalan Masyarakat Curah Petugas kesehatan
masalah oleh mengungkapkan pendapat
masyarakat masalah diri sendiri
4. 30’ Penyajian hasil Agar masyarakat tahu CTJ Kader selaku tim
SMD masalahnya dari hasil MMD
SMD
5. 120’ Diskusi hasil Agar masyarakat tahu Diskusi Kader
SMD istirahat masalahnya dari hasil kelompok
siang 90 menit SMD
6. 60’ Perumusan dan Agar masyarakat tahu Diskusi Kader selaku tim
peenentuan masalah yang MMD
prioritas mendesak Tokoh masyarakat
masalah dan ditanggulangi
rekomendasi
teknis
7. 90’ Penyusunan Dihasilkannya Diskusi Petugas puskesmas
rencana kerja rencana kerja Wakil masyarakat
Kepala desa
8. 10’ Penyimpulan Kesepakatan hasil Membaca Kepala desa
hasil MMD MMD
9. 5’ Penutupan Kepala desa

C.Rangkuman
Secara singkat dapat dikatakan bahwa konsep PHC/ PKMD adalah salah
strategi dari pemerintah untuk mencapai kesehatan bagi semua/masyarakat
melalui program-program dan unsur-unsur PHC seperti posyandu, desa siaga

87
dengan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat, dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Pelaksanaan PKMD ini dibimbing oleh pemerintah dalam hal ini
adalah Puskesmas dengan pendekatan lintas sektoral dan lintas program.

D. Tugas

TUGAS

Langkah-langkah

Terhadap soal-soal tugas yang diberikan di bawah ini, Anda diminta


mengerjakannya di lembar kertas tersendiri (tidak di dalam modul). Apabila
semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, barulah Anda dipersilakan untuk
melihat Kunci Jawaban dan membandingkannya dengan jawaban Anda.

Periksalah hasil pekerjaan Anda. Apabila Anda berhasil menyelesaikan


(menjawab) soal-soal tugas dengan 80% benar, maka Anda diperkenan-kan untuk
melanjutkan kegiatan belajar Anda untuk mempelajari materi pembelajaran yang
diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.

Apabila Anda belum berhasil menjawab 80% benar soal-soal tugas, maka Anda
disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-2 terutama
materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai mempelajari ulang
materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya, barulah Anda mengerjakan
kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-2. Semoga kali ini, Anda lebih berhasil
dan dapat menyelesaikannya dengan 80% benar atau lebih.

Manakala setidak-tidaknya Anda telah berhasil menjawab soal tugas dengan 80%
benar, maka Anda dipersilakan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran Anda

88
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.

Soal-soal Tugas

Kerjakanlah soal-soal tugas di bawah ini:


Setelah selesai mempelajari materi pelatihan yang diuraikan/dibahas pada
Kegiatan Belajar-2 dan sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran yang berikutnya
pada Kegiatan Belajar-3, ANDA diharuskan untuk mengerjakan soal-soal latihan
berikut ini. Dengan mengerjakan semua soal tugas, ANDA akan dapat mengetahui
sampai sejauh mana tingkat penguasaan ANDA terhadap materi pelatihan yang telah
ANDA pelajari pada Kegiatan Belajar-2.

Soal-soal /Pertanyaan

1. Salah satu bentuk PKMD yang menekankan perlunya peran serta masyarakat
adalah POSYANDU yang memiliki tujuan agar semua masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu. Apakah tujuan
Posyandu tersebut?
a. Untuk mempercepat tercapainya kesehatan dan kesejahtraan masyarakat
b. Untuk mempercepat tercapainya tujuan MGDs tahun 2015
c. Untuk mempercepat penurunan kematian bayi, balita dan ibu
d. Untuk mempercepat tercapainya Visi dan Misi RPJMNK tahun 2014.
e. Untuk mempercepat tercapainya penurunan gizi buruk di masyarakat

2. Apakah namanya desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatan kesehatan secara mandiri?

89
a. Desa siaga
b. Desa mandir untuk hidup sehat.
c. Desa Swadaya dan swadana dalam bidang kesehatan
d. Desa proyek percontohan untuk hidup sehat
e. Desa yang siap dengan Poskesdes.

3. Salah satu kebijakan pemerintah dalam mendukung revitalisasi POSYANDU


dan pengembangan desa Siaga adalah.....
a. Menyelenggarakan program JAMKESMAS kepada keluarga miskin
b. Melalui program perbaikan gizi masyarakat
c. Memperbaiki infra struktur
d. Menggalakkan PHBS

4. Meningkatnya kesehatan masyarakat melalui PKMD salah satu indikatornya


adalah.....,
a. Angka kesakitan bisa dipertahankan
b. Angka kekurangan gizi pada anak balita dapat dihapuskan
c. Usia perkawinan remaja menurun
d. Angka kematian bayi dan anak menurun

5. Langkah-langkah PKMD secara berurutan sebagai berikut....


a. PTD, MMD, SMD, tidak lanjut MMD
b. PTD, SMD, tidak lanjut SMD, MMD
c. SMD, PTD, MMD, tindak lanjut MMD
d. PTD, SMD, MMD, tindak lanjut MMD

6. Pertemuan tingkat desa (PTD) bertujuan untuk…..


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di desa
b. Menyiapkan tokoh masyarakat untuk menyamakan persepsi dan mau
mengatasi masalah sendiri secara swadaya
c. Membicarakan alternatif pemecahan masalah kesehatan yang ada di desanya
d. Menyiapkan tokoh masyarakat untuk bersama-sama memecahkan masalah
kesehatan yang ada.

7. Survei mawas diri (SMD) dilakukan oleh.....


a. Bidan yang ada di desa
b. Petugas Puskesmas yang bertanggung jawab dengan wilayah desa tersebut.
c. Sekelompok masyarakat yang telah ditunjuk waktu PTD
d. Mahasiswa yang kebetulan praktik di desa tersebut.

8. Tujuan musyawarah masyarakat desa ( MMD) salah satu adalah….


a. Masyarakat mengenal permasalah kesehatan di wilayahnya.
b. Masyarakat bersama-sama meniadakan permasalahan hasil SMD
c. Masyarakat menyususn rencana kerja untuk melakuan survey mawas diri.

90
d. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi

Teman-teman mahasiswa selamat ANDA sudah berhasil mengerjakan soal-soal


latihan pada pemebelajaran 2 . Dengan mengerjakan semua soal tugas, ANDA
diperkenankan untuk melanjutkan mempelajarai materi pada kegiatan belajar 3

91
Kegiatan Belajar 4
Issue Kesehatan Yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Reproduksi

A. PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT)

1. Dasar Pemikiran

Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS adalah karena faktor perilaku
secara teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah
satunya melalui program Perilaku Hidup Bersi dan Sehat(PHBS).
PengertianPHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,
mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu
KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi
Kesehatan/JPKM.

Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk memberikan pengalaman


belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat(Empowerment).

Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,


terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

92
2. Indikator PHBS

Indikator nasional PHBS ada 10, yaitu :


a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi ASI Eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan Air Bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah
h. Makan sayur dan buah setiap hari
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah

Keterangan INDIKATOR PHBS:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Pertolongan pertama pada persalinan


balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
bidan)
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
Bayi termuda umur 0 – 6 bulan diberi ASI saja sejak lahir sampai dengan 24 jam
terakhir.
3. Menimbang balita setiap bulan
Balita (0 – 59 bl) ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dicatat
dalam KMS. Penimbangan ke posyandu, puskesmas, pustu, RS, bidan dan sarana
kesehatan lainnya minimal 8 kali setahun
4. Menggunakan Air Bersih
Rumah tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Syarat fisik
air bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Jarak sumber air
bersih dengan tempat penampungan limbah minimal 10 m

93
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan anggota rumah tangga umur ≥ 5 th untuk mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar (BAB)
dalam 1 minggu terakhir.
6. Menggunakan jamban sehat
Rumah tangga memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan septik
tank/lubang penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir.
Jamban/kakus adalah bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia.tinja bagi keluarga. Manfaat jamban adalah untuk mencegah
penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.

3. Syarat jamban sehat adalah:


a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber air minum dengan lubang
penampungan minimum 10 m, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi kedap
air).
b. Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan tikus
c. Tidak mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan
e. Aman digunakan
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g. Cukup penerangan
h. Lantai kedap air
i. Luas ruangan cukup
j. Ventilasi cukup baik
k. Tersedia air dan alat pembersih

7. Memberantas jentik di rumah


Tidak ditemukan jentik di semua tempat yang dapat menampung air baik di dalam
atau di lingkungan rumah.

8. Makan sayur dan buah setiap hari


Anggota rumah tangga umur > 10 th mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
porsi sayuran setiap hari dalam 1 minggu terakhir

94
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Anggota keluarga umur > 10 th melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30
menit dalam 1 minggu terakhir. Aktifitas fisik yang dimaksud adalah kegiatan olah
tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih sehat : lari, jalan, bersepeda kayuh,
menimba air, dls.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Anggota keluarga umur > 10 th tidak merokok di dalam rumah ketika berada
bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

11. Gizi Seimbang


Anggota RT setiap hari :
Mengkonsumsi garam beryodium
Mengkonsumsi aneka ragam makanan

12. Memeriksakan kehamilan sesuai standar


Ibu hamil terakhir yang memeriksakan kehamilannya (K4) secara rutin di tenaga
kesehatan dengan rincian
:

Trimester I min. 1x
Trimester II min. 2x
Trimester III min. 2x

13. Memiliki jaminan kesehatan


Anggota RT mempunyai pembiayaan pra upaya kesehatan seperti Askes,
Askeskin, Dana sehat, jamsostek, Asuransi Perusahaan, atau bentuk jaminan
kesehatan lainnya.

14. Imunisasi lengkap pada bayi


Bayi (0-11 bulan) yang mendapat imunisasi sesuai program
0 – 7 hari : Hb Uniject

95
0 -1 bulan : BCG
2 bln : DPT-HB Combo I, Polio I
3 bln : DPT-HB Combo II, Polio II
4 bln : DPT-HB Combo III, Polio III
9 bln : Campak, Polio IV

15. PUS sebagai peserta KB


Suami/Isteri sebagai akseptor KB, kecuali pada PUS yang ingin anak tetapi tidak
mempunyai faktor resiko
16. Lantai rumah bukan dari tanah
RT yang mempunyai rumah dengan bagian bawah/dasar/alas terbuat dari semen,
ubin, keramik/ atau sejenis yang kedap air.

17. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan


RT yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta

18. Pengelolaan sampah


Keluarga melakukan pengelolaan sampah sehingga tidak terdapat sampah
berserakan atau tidak dikelola dengan baik, baik di dalam rumah ataupun di luar
rumah

19. Memiliki TOGA


Anggota keluarga yang menanam/memiliki TOGA di pekarangan rumahnya dan
tahu pemanfaatannya

20. Kebiasaan gosok gigi


Anggota keluarga umur ≥ 5 tahun yang gosok gigi setelah makan dan mau tidur
dalam 1 minggu terakhir.

B. Lingkungan Sehat

96
Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak
diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan
yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan
makanan yang terkontaminasi (Depkes RI, 2015)
Ciri lingkungan sehat yaitu :
1. Udara
Hal pertama yang bisa dilihat dari ciri lingkungan sehat adalah dari segi
kualitas udara. Lingkungan yang sehat bisa terasa dari udaranya. Jika lingkungan
memiliki udara bersih, segar dan menyejukkan hal itu menunjukkan bahwa
lingkungan yang ada di sekitar tersebut sehat. Udara yang bersih tidak pernah
menghambat saluran pernafasan, namun sebaliknya udara yang bersih, segar dan
sejuk bisa melegakan pernafasan. Jika dilihat dengan mata, udara bersih tidak
berwarna. Sedangkan udara yang kotor akan memiliki warna yaitu berwarna putih
maupun berwarna hitam. Warna di udara tersebut dipengaruhi oleh pencemaran
yang ada di lingkungan tersebut.

2. Pembuangan Sampah
Lingkungan yang sehat juga terlihat dari adanya tempat pembuangan sampah,
pembuangan sampah itu akan menampung sampah organik maupun sampan
anorganik yang ada di masyarakat sekitar situ. Dengan adanya tempat pembuangan
sampah lingkungan akan bersih, jika lingkungan bersih bisa menghindarkan dari
berbagai macam penyakit dan pencemaran tanah.

3. Tersedianya Pengelolaan Sampah


Tempat pembuangan sampah saja tidak cukup untuk menjadikan lingkungan
sehat. Lingkungan yang sehat harus dilengkapi dengan pengelolaan sampah.
Misalnya saja adalah pengelolaan sampah organik dan juga anorganik. Jika tidak
ada pengelolaan sampah akibatnya adalah sampah itu akan menumpuk
dipembuangan sampah sehingga pada akhinya nanti bisa menyebabkan lingkungan
menjadi tidak sehat.

4. Adanya Pengelompokan Sampah


Salah satu ciri lingkungan sehat adalah adanya pengelompokan sampah
berdasarkan sifatnya. Lingkungan yang bersih dimulai dari lingkungan rumah.
Oleh sebab itu untuk menciptakan lingkungan yang bersih terutama untuk anak-
anak adalah dengan memilah-milah sampah berdasarkan sifatnya yaitu dapat
diuraikan atau tidak dapat diuraikan. Sampah dedaunan, sampah kertas, sampah
bekas sayuran bisa dimasukkan ke dalam tempat pembuangan sampah organik.
Untuk sampah plastik seperti sampah pembungkus makanan, sampah sedotan,

97
botol mineral dan lain sebagainya bisa dimasukkan ke dalam sampah anorganik.
Yang ada di lingkungan rumah seperti sekarang ini masih minim pengelompokan
sampah berdasarkan sifatnya, mereka masih mencampurkan sampah anorganik dan
juga sampah organik menjadi satu tempat akibatnya adalah saat di tempat
pembuangan akhir sampah nanti akan kesulitan dalam mendaur ulangnya.

5. Saluran Air
Ciri lingkungan yang sehat lainnya adalah adanya saluran air di lingkungan
tersebut sehingga orang yang tinggal di lingkungan tersebut bisa menjaga
kesehatan dengan menggunakan saluran air tersebut. Saluran air yang lancar dan
tidak tersumbat akan membuat orang yang ada di lingkungan tersebut mudah
untuk melakukan mandi cuci kakus atau MCK sehingga kesehatan pun bisa dijaga.
Bisa kita bayangkan bagaimana jika saluran air tidak ada?, tentu orang yang
tinggal di lingkungan tersebut akan melakukan MCK di sungai atau di tempat yang
dipenuhi dengan air. Akibatnya adalah lama-kelamaaan air bisa tercemar dan tidak
bisa digunakan lagi.

6. Terlengkapinya Sarana Kakus Yang Baik


Saluran air yang lancar belum bisa menciptakan lingkungan yang bersih jika
tidak dilengkapi dengan sarana kakus yang baik. Memang saat ini banyak rumah
yang sudah dilengkapi dengan saluran air yang bersih dan lancar namun banyak
orang terutama di pedesaan belum memiliki sarana untuk melakukan kakus, hal itu
ditandai dengan masyarakat pedesaan yang memilih untuk melakukan kakus di
sungai yang ada di lingkungannya. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat
tidak memiliki sarana kakus yang memadai. Biaya yang mahal untuk pembuatan
sarana kakus membuat masyarakat memilih untuk melakukan kakus di sungai yang
tanpa biaya. Hal tersebut jika dilakukan terus menerus bisa menyebabkan
lingkungan menjadi tidak sehat.

7. Banyaknya Tumbuhan Hijau


Salah satu ciri lingkungan yang sehat adalah banyaknya tumbuhan hijau di
lingkungan tersebut. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang tidak gersang
sehingga pemandangan akan tampak hijau di lingkungan tersebut. Penanaman
pohon bisa dilakukan di setiap rumah ssehingga setiap rumah memiliki tumbuhan
hijau yang terpelihara dan tertata rapi. Tumbuhan hijau itu juga menciptakan udara
yang bersih. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa udara yang bersih
merupakan salah satu ciri dari lingkungan yang bersih dan juga sehat.

8. Pengelolaan Limbah Yang Baik


Lingkungan yang bersih juga ditandai dengan ciri-ciri berupa adanya
pengelolaan limbah yang baik di setiap rumah. Setiap rumah akan menghasilkan
limbah domestik atau limbah rumah tangga yang bisa mencemari lingkungan. Oleh
sebab itu diperlukan saluran limbah dan pengelolaan limbah yang baik di setiap

98
rumah untuk bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.

C. Syarat - Syarat Rumah Sehat


Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim
di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.
Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan
dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena
pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
keputusan Menteri Kesehatan (kepmenkes)No.829 /Menkes/SK/VII/1999 meliputi
parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran
lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir TPA sampah atau
bekas tambang.
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti
jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm.
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55db.A
b. Tingkat getaran maksimum 10mm/detik

4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman


a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg

99
b. Kandungan arsenik (As) total maksimum 100mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzoa (a) pyrene maksimum 1 mg/kg

5. Prasarana dan Sarana Lingkungan


a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang amandari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak
mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki
dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu
penerangan jalan tidak menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang memenuhi
persyaratankesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan
f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat
kerja, tempathiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya.
g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
h. Tempat pengelolaan makanan TPM harus menjamin ti dak terjadi
kontaminasi makananyang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor Penyakit
a. Indeksn lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk di bawah 5%

7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut

100
:(PPM & PL,2002):
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehatantar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dantikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnyamakanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yangcukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaanluar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yangtidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan
seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalamkaitan dengan hal tersebut antara lain:
1. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat
2. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
3. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan
gas
4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan
kecelakaan mekanisdapat terhindari.

D. Sarana Air Bersih dan Sanitas


Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang
kesehatan manusia. Namun sayangnya pemenuhan akan kebutuhan tersebut belum
sepenuhnya berjalan dengan baik di beberapa belahan dunia. Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan akses terhadap air bersih
dan sanitasi sebagai hak asasi manusia. Deklarasi ini dipastikan dalam Sidang Umum

101
PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Indonesia menjadi salah satu
negara yang mendukung deklarasi ini. Resolusi ini semakin mempertegas dan
memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan
sanitasi.
Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk
memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam
Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015.
Penyediaan layanan air bersih dan sanitasi pada dasarnya merupakan kegiatan
ekonomi yang melibatkan modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam khususnya air.
Pada sisi yang lain, pengakuan air sebagai hak asasi manusia dan salah satu target
MDGs mengindikasikan bahwa perkembangan layanan air bersih juga dikendalikan
oleh tujuan-tujuan politik bagi tercapainya pembangunan sosial dan ekonomi.
Mekanisme dan proses politik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pelayanan air bersih.

E. Cara Penularan Penyakit Berbasis Lingkungan


Penyakit yang Berhubungan dengan Air
Jenis penyakit yang berhubungan dengan air antara lain sakit perut, diare,
sakit kulit, sakit mata, kecacingan, demam berdarah, malaria, kaki gajah (filariasis),
dan lain-lain :
1. Sakit perut dan Diare
Sakit perut dan diare disebabkan karena mengkonsumsi air yang telah
tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan.
Alur penularan penyakit perut dan diare melalui air dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kotoran, Masuk ke air Air tercemar Sakit perut


Sampah, sehingga air diminum dan Diare
Tinja, tercemar
Kotoran
Hewan, Air
Limbah,
Tanah/Debu

102
2. Sakit kulit
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan. Alur penularan penyakit kulit melalui air
dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kotoran, Masuk ke air Air tercemar Sakit kulit


Sampah, sehingga air digunakan
Tinja,
3. Sakit mata tercemar untuk mandi
Kotoran dan mencuci
Hewan,Sakit
Air mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata yang salah
Limbah,melalui air yang kotor, yang digunakan untuk mandi atau mencuci muka.
satunya
Tanah/Debu
Alur penularan penyakit mata melalui air dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kotoran, sampah, tinja, kotoran hewan, air limbah, dan tanah/debu masuk ke air
sehingga air menjadi tercemar. Air tercemar ini digunakan untuk mandi dan cuci
muka sehingga menyebabkan penggunanya mengalami sakit mata.

Kotoran, Sampah, Masuk ke air Air tercemar Sakit mata


4.Tinja, Kotoran
Kecacingan sehingga air digunakan untuk
Hewan,Air,Limba mencuci muka
h,Tanah/Debu tercemar
Kecacingan dapat terjadi karena mengkonsumsi air yang telah tercemar
kotoran manusia atau binatang karena didalam kotoran tersebut terdapat telur cacing.
Alur penularan penyakit kecacingan melalui air dapat sebagai berikut.

Kotoran, Masuk ke air Air tercemar Kecacing-


Tinja, sehingga air dikonsumsi an
Kotoran tercemar
Hewan

5. Malaria
Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena itu bila ada
air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di
tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah, kolam,
danau , penularan penyakit malaria melalui air dapat dijelaskan sebagai berikut.

103
AIR NYAMUK NYAMUK
TERGENANG BERTELUR DEWASA
DAN MENCARI
MENETAS
NYAMUK MENGHISAP NYAMUK
MENCARI AIR DARAH DEWASA
TERGENANG MENGHISAP
UNTUK
ORANG DARAH ORANG
SAKIT
ORANG SEHAT
MENJADI
SAKIT
6. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang
tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya, air yang menggenang harus dialirkan agar
tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat penyimpanan air
dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada di tempat air
tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk. Mengubur barang bekas yang dapat
menampung air. Upaya pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M yaitu
menutup, menguras, mengubur.

Alur penularan penyakit demam berdarah dapat dijelaskan pada diagram


dibawah ini.

AIR NYAMUK NYAMUK


TERGENANG BERTELUR DEWASA
DAN MENETAS MENCARI
MAKAN

NYAMUK MENGHISAP NYAMUK


MENCARI AIR DARAH DEWASA
TERGENANG ORANG SEHAT MENGHISAP
UNTUK DARAH
BERTELUR ORANG
SAKIT DBD

ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
DBD

104
7. Kaki Gajah (Flariasis)
Penyakit kaki gajah (Elephantiasis) disebabkan oleh cacing filaria yang
menyumbat pembulur darah sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing filaria
terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang
tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya yaitu mengalirkan
air agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.
Alur penularan penyakit kaki gajah dapat dijelaskan pada diagram dibawah ini.

AIR NYAMUK NYAMUK


TERGENANG BERTELUR DEWASA
DAN MENCARI
MENETAS MAKAN

NYAMUK MENGHISAP NYAMUK


MENCARI AIR DARAH DEWASA
TERGENANG ORANG MENGHISAP
UNTUK SEHAT DARAH
BERTELUR ORANG

ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
FILARIA

Penyakit yang berhubungan dengan Air Limbah


Analisis masalah yaitu kegiatan untuk mengetahui akibat dari pembuangan air
limbah yang tidak sehat dan perilaku yang tidak sehat serta akibatnya terhadap
kesehatan manusia. Dalam hal ini akan diketahui jenis penyakit yang berhubungan
dengan air limbah serta alur penularannya.

105
a. Sakit perut dan Diare
Sakit perut dan diare disebabkan karena mengkonsumsi air yang telah
tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan.
Alur penularan penyakit perut dan diare melalui air limbah dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini.
Masuk ke air Air tercemar Sakit perut
Air Limbah sehingga air diminum, dan Diare
tercemar digunakan
b. Sakit kulit

Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan.
Alur penularan penyakit kulit melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.

Masuk ke air Air tercemar Sakit kulit


Air Limbah sehingga air digunakan
tercemar mandi dan
mencuci

c. Sakit Mata
Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata yang salah
satunya melalui air yang kotor, baik digunakan untuk mandi atau mencuci muka.
Alur penularan penyakit mata melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.

Masuk ke air Air tercemar Sakit mata


Air Limbah sehingga air digunakan
tercemar mandi dan
mencuci muka

106
c. Kecacingan
Kecacingan dapat terjadi karena bermain-main di tempat pembuangan air
libah kemudian makan dengan tangan tanpa cuci tangan dengan sabun terlebih
dahulu. Atau bermain di tempat pembuangan air limbah tanpa alas kaki sehingga
larva cacing masuk ke dalam tubuh melalui kaki.
Alur penularan penyakit kecacingan melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
berikut ini.

Bermain di tempat Makan tanpa Kecacing-


Air pembuangan air mencuci tangan an
Limbah limbah tanpa dengan sabun
menggunakan alas
kaki

e. Malaria
Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena itu bila
ada air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di
tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah, kolam, danau,
terutama di daerah pantai.
Alur penularan penyakit malaria melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram

AIR LIMBAH NYAMUK NYAMUK


dibawah ini. BERTELUR DAN DEWASA
MENETAS MENCARI
MAKAN

NYAMUK MENCARI MENGHISAP NYAMUK DEWASA


AIR TERGENANG DARAH ORANG MENGHISAP
UNTUK BERTELUR SEHAT DARAH ORANG
SAKIT MALARIA

ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
MALARIA

107
f. Filariasis
Filariasis atau sering disebut penyakit kaki gajah (Elephantiasis) karena kaki
menjadi bengkak seperti kaki gajah, disebabkan oleh cacing filaria yang menyumbat
pembulur darah balik, sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing filaria
terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang
tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya yaitu mengalirkan
air atau menutup agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.

Sedangkan alur penularan penyakit kaki gajah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.

AIR TERGENANG NYAMUK NYAMUK DEWASA


BERTELUR DAN MENCARI MAKAN
MENETAS

NYAMUK MENCARI MENGHISAP NYAMUK


AIR TERGENANG DARAH ORANG DEWASA
UNTUK BERTELUR MENGHISAP
SEHAT DARAH ORANG
SAKIT FILARIA

ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
FILARIA

Penyakit yang berhubungan dengan Sampah


a. Sakit perut dan diare
Sakit perut dan diare disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minum
air yang telah tercemar kotoran dari sampah, baik yang berasal dari sampah. Alur
penularan penyakit perut dan diare melalui sampah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.

MASUK KE AIR TERCEMAR


AIR DI MINUM/
DIGUNAKAN
SEHINGGA108 CUCI TANGAN
AIR

TANGAN MAKAN
SAMP MEMEGANG DENGAN SAKIT
b. Sakit kulit
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan.

Alur penularan penyakit perut dan diare melalui sampah dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini

Kotoran, Masuk ke air Air tercemar Sakit kulit


Sampah, Tinja, sehingga air digunakan
Kotoran Hewan, tercemar untuk mandi
Air Limbah, dan mencuci
Tanah/Debu

c. Sakit mata
Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata yang salah
satunya melalui air yang kotor, kena sampah dan digunakan untuk mandi atau
mencuci muka. Alur penularan penyakit mata melalui air dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini.

Kotoran, Masuk ke air Air tercemar Sakit mata


Sampah, sehingga air digunakan
Tinja, tercemar untuk mencuci
Kotoran muka
Hewan, Air
Limbah,
Tanah/Debu
109
d. Kecacingan
Kecacingan dapat terjadi karena mengkonsumsi air yang telah tercemar
kotoran manusia atau binatang karena didalam kotoran tersebut terdapat telur cacing.
Alur penularan penyakit kecacingan melalui air dapat dijelaskan pada diagram
gambar dibawah ini.
Sampah, Masuk ke air Air tercemar Kecacing-
Kotoran, sehingga air dikonsumsi an
Tinja, tercemar
Kotoran
Hewan

e. Demam berdarah
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang
tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya bila ada air yang menggenang harus
dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat
penyimpanan air dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada di
tempat air tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk. Mengubur barang bekas
yang dapat menampung air. Upaya pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah
3M+, yaitu menutup, menguras, mengubur dan menggunakan racun serangga bila
diperlukan. Alur penularan penyakit demam berdarah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.

AIR TERGENANG NYAMUK NYAMUK DEWASA


PADA SAMPAH BERTELUR DAN MENCARI MAKAN
MENETAS

NYAMUK MENGHISAP NYAMUK DEWASA


MENCARI AIR DARAH ORANG MENGHISAP DARAH
ORANG SAKIT DBD
TERGENANG SEHAT
UNTUK BERTELUR

ORANG SEHAT
MENJADI
110SAKIT
DBD
f. Kecelakaan
Kecelakaan bisa terjadi akibat pembuangan sampah yang tidak benar, seperti
membuang kulit pisang dapat menyebabkan orang yang menginjak terpeleset.
Membuang benda tajam (pecahan gelas/kaca, paku, duri, dan lain-lain) sembarangan
dapat menyebabkan orang yang menginjak terluka. Membuang sampah di tempat
sampah dengan benar dapat menghindari kecelakaan .

Penyakit yang berhubungan dengan Tinja


a. Diare/sakit perut
Sakit diare atau dikenal masyarakat dengan sebutan mencret sering diderita
oleh masyarakat baik anak-anak maupun orang dewasa. Pada umumnya sakit diare
disebabkan oleh makan makanan atau minum minuman yang tidak bersih. Kotoran
manusia merupakan suber kuman penyakit yang apabila mengotori makanan atau
minuman maka orang yang memakan atau meminumnya dapat menjadi sakit.
Alur penularan penyakit perut dan diare melalui sampah dapat dijelaskan pada
diagram gambar dibawah ini.

MASUK KE AIR
AIR TERCEMAR DI
SEHINGGA MINUM/
AIR DIGUNAKAN
TERCEMAR CUCI TANGAN

TANGAN MAKAN DENGAN


MEMEGANG TANGAN TIDAK SAKIT
TINJA CUCI DENGAN PERUT/
TINJA/CEBOK SABUN DIARE

LALAT LALAT MAKANAN


HINGGAP DI HINGGAP DI DIMAKAN
TINJA MAKANAN MANUSIA

111
b. Kecacingan
Tinja manusia dan kotoran hewan banyak mengandung telur cacing yang
dapat tertelan masuk ke dalam tubuh manusia sehingga menjadi kecacingan. Satu
ekor cacing dapat bertelur lebih dari 100.000 telur. Cacing dalam tubuh perlu makan
yang diambil dari sari makanan yang ada di usus manusia. Penyakit kecacingan selain
disebabkan masuknya telur cacing kedalam mulut dapat pula disebabkan karena
masuknya larva cacing (cacing yang baru menetas) ke dalam tubuh melalui kulit.
Biasanya larva cacing menembus kulit kaki yang tidak memakai alas kaki atau
sepatu.

Alur penularan penyakit kecacingan melalui tinja dapat dijelaskan seperti


diagram dibawah ini.

MAIN DI
MENYEBAR
DI TANAH
TANAH
TIDAK
PAKAI
ALAS
TANGAN KAKI
TANGAN KOTOR
TINJA PEGANG MAKAN
TINJA TIDAK
CUCI KECACING
MENCUCI
MASUK KE TANGAN/ TANGAN AN
AIR MAKANAN
SEHINGGA MAKAN
AIR MAKANAN
TERCEMAR MINUM AIR TERCEMAR
YANG
TINJA
TERCEMAR
LALAT
HINGGAP
DI TINJA LALAT
HINGGAP
DI
MAKANAN

112
F. Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan
Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan
yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa
tersebut tidak terjadi atau dapat dihindari (Igbal, 2012).
Pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to
come before or procede) atau mengantisipasi (to anticipate) yang menyebabkan
sesuatu proses tidak mungkin berkembang lebih lanjut. Jadi namanya pencegahan
akan memerlukan tindakan antipatif (anticipatory action) berdasarkan pada
penguasaan kita tentang model Riwayat Alamiah Penyakitnya, yang berkaitan inisiasi
(awal mulai) atau kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan
apapun tidak mempunyai peluang untuk berlanjut (Igbal, 2012).
Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan kita yang mutakhir
sebaik mungkin untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan,
dan memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam
definisi Public Health menurut Wnslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai
dengan mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan
masyarakat kepada perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan
(Syafrudin, 2009).

1. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,
meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-
tanda Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada
jenis penyebab diare.
Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora
cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E.
intermedia,Aerobacteraerogenes),kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, g
iardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus dan patogen perut lainnya.
a. Cara Penularan melalui :
1) Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh
lalat yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di
jamban.
2) Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.

113
3) Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar
di sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat
gigi, dan lain-lain.
4) Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak
mencuci tangan dengan sabun)
5) Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan
oleh manusia.

b. Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya


adalah sebagai berikut :
1) Penyediaan air tidak memenuhi syarat:
- Gunakan air dari sumber terlindung
- Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
2) Pembuangan kotoran tidak saniter:
- Buang air besar di jamban
- Buang tinja bayi di jamban
- Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun
berkelompok dengan tetangga.
3) Perilaku tidak higienis:
- Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
- Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
- Minum air putih yang sudah dimasak
- Menutup makanan dengan tudung saji
- Cuci alat makan dengan air bersih
- Jangan makan jajanan yang kurang bersih
- Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air
panas/mendidih
-
c. Intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :
1) Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.

114
2) Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat
perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga
kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat,
pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.

2. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Aku/ISPA dapat meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi,
anak yang menderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit
(P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan
yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya
biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae.

a. Penyebab penyakit ISPA, yaitu :


- Bakteri streptococcus pneumonia (pneumococci)
- Hemophilus influenza
- Asap dapur
- Sirkulasi udara yang tidak sehat
Sedangkan tempat berkembang biak saluran pernafasan, dengan cara
penularan melalui udara (aerogen) berupa kontak langsung melalui mulut
penderita serta cara tidak langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan
bakteri karena penderita batuk.

115
b. Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab
penyakit), sebagai berikut :
1) Tingkat hunian rumah padat :
- Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar
lebih atau sma dengan 8m2/jiwa
- Plesterisasi lantai rumah
2) Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat:
- Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
- Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
- Menambah ventilasi buatan
3) Perilaku :
- Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
- Menutup mulut bila batuk
- Membuang ludah pada tempatnya
- Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
- Tidur sementara terpisah dari penderita
3. Tuberculosis
Tuberculosis (TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan
penyebab penyakit adalah kuman / bakteri mikrobakterium tuberkulosis. Tempat
berkembang biak penyakit adalah di paru-paru.
a. Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :

1) Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin, maka kuman-kuman


TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh orang
lain.
2) Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berada di dekaqt penderita.

b. Cara Pencegahan penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit),


sebagai berikut:
1) Tingkat hunian rumah padat
2) Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih
atau sma dengan 8m2/jiwa

116
3) Lantai rumah disemen

c. Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat :


1) Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
2) Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
3) Menambah ventilasi buatan

d. Perilaku
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang ludah pada tempatnya
3) Jemur peralatan dapur
4) Jaga kebersihan diri
5) Istirahat yang cukup
6) Makan makan bergizi
7) Tidur terpisah dari penderita

4. Demam Berdarah Dengue


Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk aedes aegypti.
a. Cara penularannya yaitu :
1) Seseaorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
merupakan sumber penyakit.
2) Bila digigit nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung nyamuk,
berkembang biak, masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu
minggu didalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan
menularkan virus dengue.
3) Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat
menularkan kepada orang lain, dan seterusnya.

b. Cara pencegahan penyakit Demam Berdarah (berdasarkan faktor penyebab


penyakit), sebagai berikut :
1) Lingkungan rumah / ventilasi kurang baik :

117
- Menutup tempat penampungan air
- Menguras bak mandi 1 minggu sekali
- Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
- Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab
2) Lingkungan sekitar rumah tidak terawatt:
- Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga
- Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
- Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang
dikuras atau memelihara ikan pemakan jentik
3) Perilaku tidak sehat
- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

5. Kecacingan
Penyakit kecacingan biasanya menyerang anak-anak dan disebabkan oleh
Cacing Gelang, Cacing Tambang dan Cacing Kremi.
a. Cara efektif mencegah penyakit Kecacingan (berdasarkan faktor penyebab
penyakit), sebagai berikut :
1) Pembuangan Kotoran Tidak Saniter :
- Buang air besar hanya di jamban
- Lubang WC/jamban ditutup
- Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau
berkelompok dengan tetangga
- Plesterisasi lantai rumah

2) Pengelolaan makanan tidak saniter


- Cuci sayuran dan buanh-buahan yang akan dimakan dengan air bersih
- Masak makanan sampai benar-benar matang
- Menutup makanan pakai tudung saji
3) Perilaku Tidak Hygienis
- Cuci tangan pakai sabun sebelum makan

118
- Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
- Gunakan selalu alas kaki
- Potong pendek kuku
- Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman

6. Penyakit Kulit
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen.
Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil
yang bernama sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara
menembus lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil
bertelur.
a. Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui
peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain.
b. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara antara lain :
1) Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari
dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
2) Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela
agar sinar matahari masuk.
c. Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit),
sebagao berikut :
1) Penyediaan air tidak memenuhi syarat:
- Gunakan air dari sumber yang terlindung
- Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
2) Kesehatan perorangan jelek :
- Cuci tangan pakai sabun
- Mandi 2 kali sehari pakai sabun
- Potong pendek kuku jari tangan
3) Perilaku tidak hygienis :
- Peralatan tidur dijemur
- Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
- Sering mengganti pakaian
- Pakaian sering dicuci

119
- Buang air besar di jamban
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan bergizi

7. Penyakit Malaria
a. Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit,
sebagai berikut :
1) Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
- Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan
- Jauhkan kandang ternak dari rumah ayau membuat kandang kolektif
- Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
2) Lingkungan sekitar rumah tidak terawatt
- Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
- Genangan air dialirkan atau ditimbun
- Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput
- Menebar ikan pemakan jentik
3) Perilaku tidak sehat
- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
- Tidur dalam kelambu
- Pada malam hari berada dalam rumah (Syafrudin, 2009)

8. Penyakit Kespro
a. Condyloma Acuminata
Condyloma acuminata (kondiloma akuminata, genital warts, kutil kelamin)
atau lebih dikenal dengan istilah penyakit Jengger Ayam, mungkin karena
bentuknya yang mirip Jengger Ayam pada condyloma yang luas, adalah
kelainan kulit berbentuk kutil dengan permukaan berlekuk-lekuk mirip jengger
ayam, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu.
1) Penularan dan Perjalanan Penyakit
HPV ditularkan melalui kontak langsung, dari mulut ke organ

120
kelamin, dari jari ke organ kelamin dan sebaliknya, serta melalui hubungan
seksual, sehingga condyloma acuminata dikelompokkan sebagai Penyakit
Menular Seksual (PMS, STD).
2) Pencegahan HPV
Secara garis besar, upaya pencegahan terhadap penularan HPV dapat
dilakukan dengan:
a) Menjaga hygiene organ genital.
b) Menghindari gonta-ganti pasangan.
c) Penggunaan pengaman (kondom) ditengarai tidak menjamin terjadinya
penularan. Namun demikian tetap dianjurkan menggunakan pengaman
(kondom) jika memiliki pasangan dengan riwayat condyloma
acuminata.
d) Dianjurkan untuk tidak berhubungan intim selama masa pengobatan
hingga pengobatan selesai dan benar-benar dinyatakan aman oleh dokter
yang merawat.
Pencegahan penyakit jengger ayam yang berbasis lingkungan adalah
dengan membersihkan organ genetalia menggunakan air yang bersih yang
bebas dari kuman.

b. Kanker Serviks
Kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim
merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum
wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak penderita kanker di
Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya. Dan dari data
WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena penyakit kanker
serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas
sebagai penyebab kematian wanita dunia. Kanker serviks menyerang pada
bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau
pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara
kemaluan wanita dan rahim. Human papilloma Virus (HPV) merupakan

121
penyebab dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak kematian pada
kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
1) Cara mencegah secara umum yaitu :
a) Hindari berhubungan intim saat usia dini
b) Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti
dengan hubungan intim.
c) Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali,
khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim
d) Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya
melakukan vaksinasi HPV

2) Cara mencegah kanker serviks berbasis lingkungan yaitu :


a) Jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang cukup
nutrisi dan bergizi
b) Selalu menjaga kesehatan tubuh dan sanitasi lingkungan
c) Hindari pembersihan bagian genital dengan air yang kotor
d) Tidak merokok

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2009. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional: Vol.3. No 4. (online)
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/217. Diakses
pada tanggal 22 Februari 2016

122
Anonim. 2015. 18 Ciri Ciri Lingkungan Sehat Dan Tidak Sehat. (online).
http://dosenbiologi.com/lingkungan/ciri-ciri-lingkungan-sehat-dan-tidak-
sehat. Diakses pada tanggal 27 Februari 2016

Anonim. 2015. Sanitasi Dan Air Minum Yang Layak Kurangi Resiko Diare Hingga
94%. (online) http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15061500001. Diakses
pada tanggal 22 Februari 2016
Anonim. Field Book Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis
Lingkungan.
(online).http://new.pamsimas.org/index.php?option=com_phocadownload&
view=category&download=129:phbs-kesling-penyakit&id=47:pedum-
strategi-clts. Diakses pada tanggal 22 Februari 2016

Igbal, Mubarak Wahit . 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika

Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu
dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat. (online)
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/pdf/kemas/2819/2875. Diakses pada
tanggal 28 Februari 2016.

Sutarjo, untung suseso, dkk. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementrian
Kesehatan RI. (online).
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. Diakses pada tanggal 27
Februari 2016
Syafrudin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Wahir, Ali. Rumah Sehat. (online).
http://www.academia.edu/9395947/RUMAH_SEHAT. Diakses pada 28
Februari 2016

123
Kegiatan Belajar 5

Pendekatan Dalam Kesehatan Masyarakat Khususnya Dalam Kesehatan Ibu


Dan Anak

1.1 Pendekatan Dalam Kesehatan Masyarakat Khususnya Dalam Ibu dan Anak
1.1.1 Pemeliharaan Kesehatan Ibu
A. Pemeliharaan kesehatan pada remaja calon ibu
Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan
individu yang mempunyai ciri berbeda dengan masa sebelumnya
atau sesudahnya.Kata remaja diterjemahkan dari kata adolescere
yang berarti tumbuh atau masak menjadi dewasa.Adolescere
menggambarkan seluruh perkembangan remaja, baik fisik, psikis
dan sosial. Istilah lain untuk menunjuk pengertian remaja adalah
pubertas.
Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Sebagai periode penting perubahan sikap perilaku
2) Periode peralihan
3) Periode perubahan
4) Masa mencari identitas
5) Usia bermasalah
6) Usia yang menimbulkan kesulitan
7) Masa tidak realistis
8) Ambang masa dewasa
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja,
meliputi :
1) Peningkatan emosional yang terjadi selama masa remaja awal
(masa storm & stress) yang merupakan hasil perubahan fisik,
terutama hormon.

124
2) Perubahan yang cepat secara fisik yang disertai kematangan
seksual
3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain.
4) Perubahan nilai, dimana apa yang dianggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati
dewasa.
5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi.
Periode remaja merupakan “Window opportunity”, periode
yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang
baik agar tidak mengami masalah kesehatan dikemudian hari, dan
menjadi manusia dewasa yang sehat dan produktif. Beberapa masalah
yang sering dialami oleh remaja dari yang bersifat fisik antara lain
anemia, kegemukan, mental-kejiwaan (gangguan belajar), perilaku
berisiko seperti merokok, hubunan seks pranikah, penyalahgunaan
NAPZA, higga terjangkit HIV/AIDS).
Oleh sebab itu, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja sangan penting untuk dimiliki. Kesehatan reproduksi remaja
adalah suatu keadaan dimana remaja dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalani fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja akan membentuk suatu prilaku yang dipengaruhi oleh
pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya, pengalman dan lingkungan.
Beberapa masalah pokok dalam pengembangan kesehatan
reproduksi remaja adalah :
1) Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat
kesehatan dalam kesehatan reproduksi.
2) Melibatkan remaja pada aktfitas yang positif.
3) Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja.

125
4) Memberikan informasi yang ramah bagi para remaja.
5) Kontrasepsi untuk remaja.
6) HIV dan PMS bagi remaja.
7) Memenuhi kebutuhan remaja sesuai tingkatan usia.
8) Kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan.
9) Pendidikan seksualitas berbasis sekolah.
10) Mengembangkan keterampilan untuk menghadapi kehidupan.

1. Perkawinan yang sehat


Perkawinan merupakan ikatan yang suci, yang dibangun dengan
bertujuan untuk meneruskan keturunan atau melangsungkan reproduksi,
membentuk generasi yang berkualitas, mencapai kebahagiaan, merupakan
bagian dari ajaran agama, dan menjadi dasar untuk membentuk keluarga
yang sehat.Masing-masing anggot keluarga memiliki peran penting dalam
mewujudkan kesehatan jiwa sesamanya, terutama suami/istri terhadap
pasangan hidupnya, ayah dan ibu terhadap anak-anaknya. Tentunya
sebelum suami/ istri menyediakan sarana kesehatan jiwa untuk pasangan
hidup dan anak-anaknya, ia sendiri harus mampu membuktikan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang sehat. Seseorang dikatakan berjiwa sehat
apabila anggota keluarga, tetanga, masyarakat umum, merasa tenang
dengan keberadaan dan perilakunya, orang lain tidak tersiksa dengan
ucapan dan amal perbuatannya.
a. Keluarga sehat
Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu-individu yang
sehat dalam keluarga tersebut. Dilihat dari kesehatan reproduksi, ada
beberapa fase dalam keluarga yang dapat dilihat dari skema pola
perencanaan keluarga berikut ini :
1) Fase menunda atau menunda kehamilan
Bagi pasangan suami istri dengan usia kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamiannya. Alasan menunda untuk mencegah

126
kehamilan adalah pada usia kurang dari 20 tahun organ reproduksi
belum atang sehingga berisiko tinggi untuk kehamilan, persalinan, dan
nifas, juga untuk terjadi komplikasinya.
2) Fase menjarangkan kehamilan
Pada periode usia isteri antara 20-30/35 tahun, merupakan periode usia
paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jarak atara kelahiran anak
2-4 tahun.
3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan
Periode saat usia istri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai anak dengan jumlah cukup (disarankan
2 orang) karena jika terjadi kehamilan atau persalinan pada usia ini,
ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetric.

2. Sistem reproduksi dan masalahnya


Masalah kesehatan reproduksi memiliki dampak yang luas serta
menyangkut berbagai aspek kehidupan.Kesehatan reproduksi merupakan
kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan
mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan
persalinan secara aman serta dapat melahirkan bayi tanpa resiko dan
komplikasi dan selanjutnya mengembalikan kesehatan reproduksi dalam
batas normal.
Berbagai masalah yang mempengaruhi sistem reproduksi wanita adalah
mancakup :
1) Gizi untuk menjamin pertumbuhan yang sempurna
2) Infeksi yang didapat karena perilaku seksual yang tidak higenis
3) Paritas dengan interval kurang dari 2 tahun
4) Jumlah kehamilan diatas 4 kali
5) Umur saat hamil terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua
(diatas 35 tahun)

127
6) Proses degenerasi (kemunduran)
Peluang terjadinya masalah-masalah dalam sistem reproduksi
sebenarnya dapat dicegah seminimal mungkin apabila para wanita
mampu memenuhi kriteria-kriteria, antara lain :
1) Mengenal organ reproduksi dan fungsinya melalui pendidikan seks.
2) Memelihara kebersihan diri dan kebersihan dalam hubungan
seksualnya
3) Melakukan upaya pencegahan khusus, untuk menemukan atau
mendeteksi dini beberapa kelainan dan juga untuk menekan biaya
pengobatan apabila terjadi kemoterapi untuk kanker.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian :
a) Memeriksa sendiri payudara, hendaknya dilakukan setidaknya
setahun sekali sejak usia remaja.
b) Pemeriksaan mamografi (rontgen payudara) yang berguna untuk
memastikan adanya tumor payudara.
c) Bila telah aktif secara seksual, lakukan pemeriksaan papsmear
untuk deteksi dini kanker rahim.
d) Pemeriksaan untuk infeksi toxoplasma, rubella, dan chlamdia
(TORCH) diperlukan untuk memastikan apakan diperlukan
penanganan khusus bila menginginkan kehamilan.
e) Pemeriksaan petanda tumor yang dapat dilakukan untuk tumor
indung telur.

3. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan


persalianan, atau sebaliknya
Kondisi yang mempengaruhi kehamilan dapat dibedakan menjadi :
1) Penyulit kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin seperti hiperemesis gravidarum, kelainana dalam
tenggang waktu umur kehamilan, abortus, kehamilan preterm, KPD,

128
kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada plasenta dan tali pusat,
pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan antepartum, dan gemeli.
2) Penyakit atau keadaan alat kandungan yang dapat mempengaruhi
kehamilan, termasuk didalamnya komplikasi kehamilan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1997), jika tidak melaksanakan
Asuhan Antenatal Care (ANC) sesuai aturan, dikhawatirkan akan
terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi tiga kelompok :
a) Komplikasi obstetrik langsung yang meliputi perdarahan,
preeklampsial eklampsia, kelainan letak (lintang/sungsang),
hidramnion, KPD.
b) Komplikasi obstetrik tidak langsung yang meliputi penyakit
jantung, TBC, Anemia, Malaria, DM.
c) Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik, seperti
cedera akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan dan kebakaran).
d) Sikap dan prilaku pada masa kehamilan dan persalinan
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis, dan adaptasi bagi wanita yang pernah
mengalaminya. Hubungan episode kehamilan dan reaksi psikologis yang
terjadi :
1) Pada trimester pertama
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehigga periode
ini memiliki resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa
tidak nyaman.Pada masa ini kebanyakan wanita merasa tidak sehat
dan seringkali muncul rasa penolakan atas kehamilan.
2) Trimester kedua
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil
lebih terfokus pada perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan,
kehidupan seksual keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang
dikandungnya.

129
3) Trimester ketiga
Berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses persalianan
sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan
atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan hadapi. Masalah
emosi dan kejiwaan yang perlu penanganan khusus diantaranya :
a) Pseudocyesis
b) Reaksi cemas
c) Reaksi panik
d) Reaksi obsesif-kompulsif
e) Depresi berat
f) Reaksi mania
g) Skizophrenia
h) Rasa kehilangan

4. Asuhan masa nifas dan pasca salin


Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung kira-kira 6-8 minggu. Pada masa nifas terjadi perubahan
psikologis, yaitu : perubahan fisik iu, involusi uterus dan pengeluaran
lokhea, laktasi, perubahan berbagai sistem tubuh, perubahan psikologis
ibu. Tujuan asuhan masa nifas antara lain adalah :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
2) Melaksanakan deteksi secara komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana
Asuhan masa nifas dan pasca salib sangat penting karena pada periode

130
ini merupakan masa krisis, baik bagi ibu maupun bayinya. Sekitar
60% kematian ibu aibat kehamilan terjadi stelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca salin.

5. Akses pelayanan kesehatan ibu


Masih tingginya angka kematian ibu maupun masih rendahnya jumlah ibu
yang melakukan persalinan difasilitas kesehatan disebabkan kendala biaya
sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatkan persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.Pada prinsipnya,
jampersal adaah terobosan kebijakan baru pelaksanaan program
jamkesmas tahun 2010.Penyelenggaraan jamkesmas dan jaminan
persalinan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan
demikian, penyelenggaraan jamkesmas tahun 2011 mengalami beberapa
penyempurnaan sebagai berikut :
1) Aspek kepesertaan
a) Kepersertaan jamkesnas 2011 mengacu pada data PPLS (BPS,
2008) berjumlah 60.4 juta jiwa, namun jumlah sasaran jamkesmas
adalah tetap 76.4 juta jiwa sebagaimana tertuang didalam RPJM
b) Jumlah sasaran (kuota) peserta jamkesmas perkabupaten/kota
adalah tetap sama dengan tahun 2010, by name by address
ditetapkan dengan SK Bupati/ Walikota
c) Untuk kepesertaan jamkesas dari kelompok masyarakat miskin
(maskin) penghuni lapas/ruta, maskin penghuni panti, maskin
pasca tanggap darurat akibat bencana, gelandangan, pengems, anak
terlantar, bayi baru lahir dari keluarga maskin pengaturannya
mengacu pada SK Menkes 1185/ tahun 2009.
d) Seluruh peserta program keluarga harapan (PKKH) menjadi
peserta jamkesmas, termasuk peserta PKH yang masih belum
terdaftar dalam data base jamkesmas.

131
e) Ibu hamil dan melahirkan yang tidak memiliki jaminan kesehatan
menjadi penerima manfaat jaminan persalinan
2) Aspek pelayanan
Manfaat jamkesmas yang diberikan kepada peserta bersifat
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai
indikasi medis individu/ perorangan atau disebut sebagai upaya
kesehatan perorangan (UKP).
a) Pelayanan promotif dan preventif diberikan pada saat pelayanan
konsultasi dokter atau tenaga kesehatan yang berkompeten, baik di
fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
b) Pelayanan kesehatan dasar diberikan difasilitas kesehatan tingkat
pertama milik pemerintah (Puskesmas dan jaringannya)
c) Pelayanan kesehatan rujukan diberikan di fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan (rumah sakit) milik pemerintah maupun swasta
d) Pelayanan obat jamkesmas, diarahkan agar rumah sakit supaya
mengacu formularium obat sesuai SK Menkes Nomor 1455/2009
e) Penyediaan obat, vaksin, AMPH dan darah tidak dibebankan
kepada peserta jamkesmas karena seluruh biaya sudah termasuk
dalam paket pembayaran INA-CBGs kecuali AMHP tertentu
sebgaimana ditetapkan dalam surat edaran dirjen BUK (Bina
Upaya Kesehatan), dan Obat HOT yang dapat diklaimkan secara
terpisah
f) Perusahaan jaringan fasilitas kesehatan dengan lebih mendorong
keikutsertaan fasilitas kesehatan swasta untuk melakukan
Perjanjian Kerja Sama (PSK) dengan Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota
3) Aspek pendanaan
Pola pembayaran untuk pelayanan jamkesmas dilakukan dengan cara :

132
1) Pembayaran difasilitas kesehatan tingkat pertama dilakukan
dengan cara klaim, didasarkan atas peraturan daerah tarif yang
berlaku setempat.
2) Pembayaran di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dilakukan
dengan cara klaim, didasarkan atas paket INA-CBGs.

4) Aspek pengorganisasian
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan jamkesmas adalah dengan
dibentuk Tim yang berada pada tingkat pusat, propinsi, dan
kabupaten/kota.
1) Tim koordinasi yang bersifat lintas sektor dan berfungsi
koordinatif untuk pengambilan kebijakan setempat dengan tetap
mengacu pada kebijakan pusat.
2) Tim pengelola yang bersifat lintas program yang melakukan
pengelolaan langsung jamkesmas.

2.1.1 Pelayanan Kesehatan Anak

Masa perinatal dan neonatal merupakan masa yang krisis bagi kehidupan
bayi.Kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Fakto yang
menyebabkan kematian perinatal adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran
preterm atau bayi berat lahir rendah , asfiksia dan hipotermia.
Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hpotermi, cold
stress, yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia, hipoglikemia, dan
mengakibatkan kerusakan otak, pendarahan pada otak, shock dan keterlambatan
tumbuh kembang
1) Pelayanan Kesehatan Perinatal terhadap bayi baru lahir
a) Pemeriksaan kesehatan bayi
b) Pemantauan tanda-tanda vital
c) Pengenalan bayi baru lahir tidak sehat

133
d) Penanganan gawat darurat
e) Pemberin kolostrum dan ASI eksklusif
f) Pengaturan suhu tubuh
g) Perawatan luka tali pusar
h) Pelaksanaan rawat gabung
i) Pelaksanaan rujukan
2) Penatalaksanaan kelainan-kelainan perinatal seperti asfiksia neonatorum, tetanus
neonatorum, dan bayi baru lahir rendah

Pelayanan kesehatan anak balita


Masa krisis proses tumbuh kembang anak adalah masa dibawah usia lima
tahun. Hamper 90% kematian balita diakibatkan adanya 6 kondisi, yakni
penyebab neonatal, pneumonia, diare, malaria, campak, dan HIV/AIDS. Tujuan
dari MDGs 2015 adalah untuk menurunkan angka kematian anak.
Dalam menjaga pertumbuhan dan perkembangannya, semua faktor harus
menjadi perhatian yang seksama agar tumbuh kembang anak tidak mengalami
gangguan.Masa balita merupakan masa terbentuknya dasar kepribadian manusia,
kemampuan pengindraan, berpikir, keterampilan berbahasa dan berbicara,
bertingkah laku social dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perhatian pada masa
balita ini haruslah lebih seksama dan bijaksana.
Ada dua faktor yang mempangaruhi tumbuh kembang optimal seorang anak,
yaitu :
a. Faktor dalam, yaitu dari dalam tubuh anak itu sendiri, baik bawaan maupun
diperoleh yang merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak
b. Faktor luar (lingkungan), yang secara garis besar dibagi menjadi
1) Lingkungan sebelum anak lahir (prenatal), meliputi ibu hamil, obat-
obatan, penyakit ibu, stress, posisi janin, gangguan hormone,dan lain-
lain

134
2) Lingkungan pada saat anak lahir (perinatal), meliputi persalinan lama,
persalinan macet, persalinan dengan pertolongan (forcep, vakum
ekstraksi,seksio cesaria, dan lain-lain)
3) Lingkungan setelah anak lahir (postnatal), meliputi gangguan
hormone, penyakit (infeksi), lingkungan rumah, kebersihan,stress,
kasih sayang, stimulasi, adat istiadat, agama,dan stabilisasi rumah
tangga.

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan


balita
1. Keluarga Berencana (KB)
Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, sejak dar mulai terjadi
pembuahan samapai tumbuh menjadi dewasa haruslah dilakukan
pemeliharaan dan penjagaan yang seksama agar tidak terjadi kegagalan dalam
proses tumbuh kembangnya. Faktor anak selama dalam kandungan akan
sangat mempengaruhi dalam proses tumbuh kembang anak di kemudian hari.
Hasil survey prevalensi Keluarga Berencana di pulau Jawa dan Bali
tahun 1987 dibandingkan dengan keadaan pada tahun tujuh puluhan, terlihat
fertilitas pada tahun 1987 telah turun 35%-50%, sedang di luar Jawa dan Bal
telah turu 29%-41%, sebgai ikutan dengan juga memperhitungkan pelayanan
kesehatan dan pembangunan yang makin maju terlihat kematian bayi dan
periode 1972-1976 ke periode 1982-1987 turun sekitar 13%, dan dalam
periode yang sama angka kematian anak juga menurun sekitar 42,3%.
Dari hasil penelitian tersebut juga didapat hasil bahwa angka kemtian
bayi dana nak lebih rendah apabila kelahiran bayi tersebut mempunyai jarak
yang wajar. Seorang bayi yang dilahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun
akan mempunyai kemungkinan meninggal 76% lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang mempunyai jarak kelahiran 2-3 tahun. Kemungkinan
resiko kematian ibu menjadi 200% lebih tinggi bila dibandingkan dengan

135
mereka yang mempunyai jarak kelahiran lebih dari 4 tahun.
2. Pemberian kebutuhan nutrisi yang baik
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian
makanan yang bergizi mutlak sangat diperlukan.Anak dalam pertumbuhan
dan perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si
anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada
anak tersebut yang mempunyai dampak di belakang hari baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan
intelegensia.
3. Penyakit muntah-diare
Penyakit ini paling sering menyerang balita, dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu infeksi pada saluran cerna, intoleransi terhadap
makanan yang diberikan, dan infeksi lainnya di luar saluran cerna.Umunya
penyakit ini mempunyai dampak yang lebih buruk bila mengenai anak dengan
gangguan gizi disbanding dengan anak tanpa adanya gangguan gizi.
Pada saat ini, penanganannya haruslah dilaksanakan sesegera
mungkin, yaitu dimulai dengan pemberian oralit, ASI yang harus tetap
diberikan, dan pemberian makanan lain yang tidak merangsang bertambahnya
muntah-mencret tetapi dapat memenuhi kebutuhan anak.
4. Infeksi saluran nafas akut
Penyakit ini merupakan penyakit tersering dijumpai pada anak balita,
baik yang hanya berupa pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada
saluran nafas bawah, yaitu infeksi yang mengenai paru.
5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Pada saat ini, vaksin yang apat dgunakan dalam pencegahan penyakit
telah banyak bereedar di Indonesia, dan hasil daya lindyng yang
ditimbulkannya juga telah terbukti bermanfaat.Sebagai salah satu contoh
adalah keberhasilan dunia termasuk Indonesia dalam menghilangkan penyakit
cacar.

136
Ada 4 strategi utama yang diselenggarakan oleh tujuan MDGs untuk ini,
yakni :
a) Menyediakan home care dan pengobatan yang tepat waktu dan sesuai
untuk komplikasi pada bayi baru lahir
b) Melaksanakan manajemen terpadu penyakit anak untuk usia di bawah
lima tahun
c) Memperluas program imunisasi
d) Pemberian makanan bergizi untuk bayi dan anak

Pokok-pokok Kegiatan Imunisasi


a. Imunisasi rutin
Kegiatan imunisasi yang dilaksanakan pada periode waktu tertentu yang
telah ditentukan. Berdasarkan usia kelompok sasaran, imunisasi rutin
dibagi menjaddi :
1) Imunisasi rutin pada bayi
2) Imunisasi rutin pada wanita usia subur
3) Imunisasi rutin pada usia anak sekolah

Vaksin untuk imunisasi rutin pada balita yang diwajibkan adalah :


1) BCG (diberikan sekali pada bayi usia 0-11 bulan)
2) DPT (diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan jarak waktu
antar pemberian minimal empat minggu. Kemudian diberikan lagi
pada umur 18 bulan dan 5 tahun.
3) Polio (Imunisasi pertama kali dilakukan setelah bayi lahir, dilanjutkan
pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan. Yang terakhir, vaksin polio diberikan
saat berumur 4 hingga 6 tahun)
4) Campak (satu kali pada bayi usia 9-11 bulan)
5) Hepatitis B (Diberikan tak lama setelah bayi dilahirkan)
b. Imunisasi tambahan
Kegiatan imunisasi yang tidak rutin dilaksanakan, hanya dilakukan atas

137
dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.
1) Backlog Fighting
Upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3
tahun, pada desa nonUCI setiap 2 tahun sekali
2) Crash program
Kegiatan ini ditunjukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
cepat karena masalah khusus, seperti :
a) Angka kematian bayi tinggi, angka kematian PD3I tinggi
b) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
c) Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang belum
mendapatkan pada saat imunisasi rutin
3) Imunisasi dengan penanganan KLB
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan
dengan situasi epidemiologi penyakit.
4) Kegiatan imunisasi masal untuk antigen tertentu dalam wilayah yang
luas dan waktu tertentu, dalam rangka pemutusn mata rantai penyakit.
Antara lain :
a) Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Suatu upaya utnuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus
polio importasi dengan memberikan vaksin polio kepada setiap
balita termasuk bayi baru lahir tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya.
b) Sub PIN
Suatu upaya untuk memutuskan rantai penularan polio bila
ditemukan satu kasus polio dalam eilayah terbatas dengan
pemberian du kali imunisasi polio dalam interval waktu satu bulan
secara serentak pada seluruh sasaran berumur kurang dari satu
tahun
c) Catch up campaign Campak
Suatu upaya utnuk pemutusan transmisi penularan virus campak

138
pada anak sekolah dan balita.Kegiatan ini dilakukan dengan
pembeian imunisasi campak secara serentak pada anak SD tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.

1.2 Peran Bidan Dalam MPS


Bidan dalam melaksanakan profesinya memiliki peran sebagai pelaksana, pendidik,
dan peneliti. Dan dalam hal ini peran bidan dalam MPS yaitu :
a. Peran Sebagai Pelaksana dalam hal MPS
1. Tugas mandiri
 Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan
 Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan
melibatkan mereka sebagai klien
 Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
 Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar
dengan melibatkan klien/keluarga
2. Tugas Kolaborasi
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. mencakup:
 Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi,
 Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga,
 Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama
klien dan keluarga, mencakup:

139
3. Tugas ketergantungan
Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
 Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,
 Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada
masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien
dan keluarga,
4. Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

 Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan


Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan,
terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga kelompok
khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat/klien,
 Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta
tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya, mencakup:
1) Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggota
tim dalam memberi asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi
rujukan dan tindak lanjut.
2) Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader
kesehatan atau petugas lapangan keluarga berencaca (PLKB) dan
masyarakat.
3) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader

140
dan petugas kesehatan lain.
4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang
berkaitan dengan kesehatan.

5. Peran Sebagai Pendidik


Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.

Secara keseluruhan peran bidan dalam MPS ialah


1. Dapat memberikan asuhan pada ibu dan anak dalam posyandu/polindes
dengan membuka kelas ibu hamil dan persiapan persalinan. dan setiap
kelompok keluarga dapat berkonsultasi pada bidan tentang kehamilannya,
dan menerima tindakan pengobatan pencegahan komplikasi.
2. Pendataan ibu hamil dan menempelkan striker P4K ( program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi ).
Peran bidan yaitu melaksanakan Program P4K mendorong ibu hamil
untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi
yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status
imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil.P4K dengan Stiker adalah
merupakan suatu kegiatan yang di fasiliotasi oleh Bidan di desa dalam
rangka peran aktiv suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu
hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan
menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka
meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi
baru lahir.
3. Bidan berperan untuk Mengoptimalkan Program Gerakan Sayang Ibu
(GSI)
Dengan bentuk kegiatan yaitu Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), pemetaan

141
ibu hamil dan donor darah. Bidan berperan untuk memberikan pengertian
akan pentingnya program ini dalam asuhan antenatal untuk menjaga
keselamatan ibu dan anak. Untuk mendukung GSI juga dikembangkan
program Suami Siaga (Suami Siap Antar Jaga), dimana suami sudah
menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke
pemeriksaan dan tempat melahirkan serta siap menjaga dan menunggu
saat istri melahirkan.
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran,
Antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu,
pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran,
pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
5. Memberikan Penyuluhan tentang pentingnya peran suami/laki-laki dalam
menunjang kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas di berbagai tingkatan (
keluarga dan masyarakat)

2.2 Misi, Sasaran, Output


Misi dari MPS adalah menurunkan kesakitan dan kemaatian ibu dan
bayi baru lahir melaui pemantapan sitem kesehatan untuk menjamin akses
terhadap intervensi yang cost-efektif berdasarkan bukti ilmiah yang
berkualitas memberdayakan perempuan, keluarga masyarakat
mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu
prioritas dalam program pembangunan nasional.
Sasaran dari pelaksanaan MPS adalah jumlah peningkatan kualitas
pelayanan, penyediaan dan pemanfaaan fasilitas tenaga kesehatan,
penempatan bidan desa di desa terutama desa yang sulit
pemerintah.Meningkatkan cakupan pelayanan pertolongan persalinan, harus
semua puskesmas dapat menyediakan pelayanan untuk menolong persalinan
kemitraan dengan dukun bayi, kegiatan jaminan mutu pelayanan.
Output pelaksanaan MPS di Lapangan yaitu dalam pola kemitraan bidan

142
dengan elemen masyarakat yang ada dilibatkan sebagai unsur yang dapat
memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan MPS. Dengan
demikian, perlu dicari suatu kegiatan yang dapat membuat kerjasama yang
saling menguntungkan antara bidan dengan elemen masyarakat khususnya
dukun bayi.Sosok yang dihormati dan berpengalaman.Selain itu, masih
tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait budaya dan perilaku
dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali.Kematian ibu dan bayi
diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi risiko yang mungkin terjadi
bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan
menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun. Semakin tinggi cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan
kematian ibu di wilayah tersebut. nifas dan bayi oleh dukun ke tenaga
kesehatan yang kompeten. pelayanan antenatal. keberadaan dukun bayi
sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan. Salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah
faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan
tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut.sangat
dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Namun sampai saat ini di
wilayah Indonesia masih banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun
bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak
merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru
lahir.Pernyataan sesuai dengan pesan pertama kunci MPS yaitu setiap
persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Indikator Output meliputi :
a. Cakupan pelayanan KIA meningkat
b. Penurunan faktor – faktor risiko bagi ibu hamil, bersalin dan nifas serta
bayi baru lahir.
c. Kasus kegawatdaruratan yang ada dilaporkan dan dapat ditangani secara
tepat
dan cepat.

143
2.3 Strategi MPS
Strategi MPS mendukung target internasional yang sudajh disepakati, dengan
demikian tujuan global MPS adalah utnukmenurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:
a) Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI
pada tahun 1990.
b) Menurunkan angka kematian bayi menajd berkurang dari 35/1.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan lesson learned dari upaya safe motherhood, maka pesan-
pesan kunci MPS adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, stiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
adekuat, setiap perempuan usia subur mempunyai akases terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Empat strategi utama MPS yaitu :
a) Menignkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir berkualitas cost-effective dan berdasarkan bukti.
b) Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program,
lintas sektor dan mitra lainnya utnuk melakukan advokasi guna
memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta menignkatkan
koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.
c) Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
d) Mendorong ketrlibatan masyarakat dalam mnejamin penyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

144
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.Peran Fungsi Bida. (online).


http://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-3-modul-1-kebidanan. Diakses
pada 23 Februari 2016 pukul: 20.00 WITA.

Indaswary, Dewi Ayu. 2013. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun
(online). https://ml.scribd.com/doc/180869804/PEDOMAN-KEMITRAAN-
BIDAN-DUKUN-pdf. Diakses pada 22 Februari pada pukul 20.54 WITA
Pramono, Harry, dkk.2009.Pengembangan Program Desa Siaga dengan Model
Pendampinan Mahasiswa untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Ibu dan
Anak.(online).
http://etalase.unnes.ac.id/files/0ab9b40bb24e631e6c33362e55a22a98.pdf.
Diakses Pada Miggu 22 Februari 2016 pada pukul 18.00 WITA.
Prasetyawati, Arsita Eka.2011.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Nuha Medika:
Yogyakarta.

145
Kegiatan Belajar 6
Institusi pelayanan kesehatan ibu dan anak
Puskesmas

A. Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014).
B. Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas dapat diharapkan bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut
serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar
berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat diwilayah kerja. Hasil yang
diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya
pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan
perilaku sehat (IPPI, 2004).
2. Pusat Pemberdayaan dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan
masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan sebagai potensi masyarakat
lainnya.
Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara
proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan
keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas Peduli.
Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin banyaknya keluarga

146
sehat di wilayah kerja puskesmas (IPPI, 2004).

3. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama


Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas
merupakan sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya,
puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang
sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat strategis dalam upaya
meningkatkan status kesehatan masyarakat umum (IPPI, 2004).

C. Sejarah Perkembangan Puskesmas


Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan
Belanda pada abad ke-16 yaitu adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan
cholera yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Pada tahun 1968 diterapkan konsep
puskesmas yang dilangsungkan dalam Rapat Kerja Nasional di Jakarta, yang
membicarakan tentang upaya mengorganisasi sistem pelayanan kesehatan di tanah
air, karena pelayanan kesehatan pada saat itu dirasakan kurang menguntungkan dan
dari kegiatan-kegiatan seperti Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Balai
Pengobatan (BP), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) dan sebagianya masih
berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan (USU, 2015).
Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan
kesehatan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama
Pusat Kesehatan Masyarakat. Puskesmas dibedakan menjadi 4 macam yaitu:
puskesmas tingkat desa, puskesmas tingkat kecamatan, puskesmas tingkat kewedanan
dan puskesmas tingkat kabupaten. Pada tahun 1979 mulai dirintis pembangunan di
daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa, untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
yang berada di suatu kecamatan maka selanjutnya disebut sebagai puskesmas induk
sedangkan yang lain disebut puskesmas pembantu, dua kategori ini dikenal sampai
sekarang (USU, 2015).

147
D. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan
saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yanng disebut Puskesmas Pembantu
dan Puskesmas Keliling.
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih,
wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota
Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
“Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas
kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

E. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas


Susunan organisasi puskesmas
1. Unsur pimpinan : Kepala puskesmas
2. Unsur pembantu pimpian : Urusan tata usaha
3. Unsur pelaksana : Unit I unit I
Unit III
Unit IV
Unit V
Unit VI
Unit VII

148
Berikut merupakan tugas-tugas pokok dari masing-masing kepengurusan:
1. Kepala puskesmas
Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan
kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan
jabatan fungsional
2. Kepala urusan tata usaha
Mempunyai tugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan
surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan
3. Unit I
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak,
keluarga berencana dan perbaikan gizi
4. Unit II
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit, khususnya immunisasi, kesehatan lingkungan dan labolatorium
sederhana
5. Unit III
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan tenaga kerja dan manula
6. Unit IV
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan
mata dan kesehatan khusus lainnya
7. Unit V
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan
upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat,
kesehatan remaja dan dana sehat
8. Unit VI
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan
rawat inap

149
9. Unit VII
Melaksanakan tugas kefarmasian

Tata kerja
Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan puskesmasnya
maupun dalam satuan organisasi di luar puskesmas sesuai dengan tugasnya
masing-masing.

KEPALA PUSKESMAS

TATA USAHA

UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT


UNIT
III V VI
I II IV VII

Dalam melaksanakan tugas, kepada puskesmas wajib mengikuti dan


mematuhi petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis pelaksanaan yang
ditetapkan oleh kepala kantor departemen kesehatan/kotamadya, sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kepala puskesmas bertanggung jawab
memimpin, mengkoordinasi semua unsur dalam lingkungan puskesmas,
memberikan bimbingan dan petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing.
Hal-hal yang menyangkut tata hubungan dan koordinasi dengan instansi
vertical Departemen Kesehatan RI akan diatur dengan surat keputusan bersama
menteri dalam negeri dan menteri kesehatan RI.

150
F. Stratifikasi Puskesmas
Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja
puskesmas, dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka
fungsi puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah. Hal ini diharapkan dapat
menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis
melalui pengembangan falsafah mawas diri.
Tujuan Umum dari Stratifikasi Puskesmas yaitu mendapatkan gambaran
tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara berkala dalam rangka
pembinaan dan pengembanganya.
Tujuan Khusus dari Stratifikasi Puskesmas yaitu mendapatkan gambaran
secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam rangka mawas diri, mendapatkan
masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang, mendapatkan
informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas sebagai masukan
untuk pembinaan lebih lanjut .
Pengelompokan Puskesmas, Pengelompokan Strata dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Strata I Puskesmas dengan Prestasi kerja Baik (warna hijau)
2. Strata II Puskesmas dengan Prestasi kerja Cukup (warna kuning)
3. Strata III Puskesmas dengan Prestasi kerja Kurang(warna merah)

Sasaran dari stratifikasi puskesmas adalah :


1. Puskesmas tingkat kecamatan
2. Puskesmas tingkat ke;urahan (puskesmas pembantu)
3. Unit-unit kesehatan lain
4. Pembinaan peran serta masyarakat

Ruang Lingkup
Ruang lingkup stratifikasi puskesmas dikelompokan dalam empat aspek yaitu:
1. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing-masing kegiatan
2. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas
3. Sumber daya yang tersedia di puskesmas

151
4. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi hasil kegiatan puskesmas
Dalam jangka panjang, pola pembinaan melalui stratifikasi puskesmas akan
terus ditingkatkan ruang lingkupnya sehingga meliputi seluruh kegiatan yang menjadi
tanggung jawab puskesmas dalam wilayah kejanya termasuk kegiatan adalah rangka
membina usaha kesehatan swasta.
Area Pembinaan
Berdasarkan hasil pelaksanaan hasil stratifikasi puskesmas ada 3 area yang
perlu di bina, yaitu :
1. Sebagai wadah pemberi pelayanan. Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas
fisik, pelaksanann manajemen dan kemampuan tenaga kerja.
2. Pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun lintas sektoral yang
secara langsung maupun tidak langung menjadi tanggung jawab puskesmas dalam
pelaksanaan maupun sarana penunjang.
3. Peran serta masyarakat untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
produktif. Pembinaan kemampuan puskesmas dalam membina peran serta
masyarakat di bidang kesehatan perlu ditingkatkan.

Pelaksanaan Stratifikasi
1. Mencakup seluruh aspek puskesmas meliputi puskesmas pembantu, puskesmas
keliling, hasil pembinaan peran serta masyarakat misal posyandu.
2. Kegiatan stratifikasi mencakup :
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan.
3. Melaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua
puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.
1. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas dan merupakan kegiatan
mengukur kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan
tujuan agar kepala puskesmas dan staf mengetahui kelemahan dan masalah yang

152
dihadapi untuk berusaha memperbaikinya.

2. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati II / Kandep


Menghimpun laporan hasil stratifikasi puskesmas untuk diolah dan di analisa
sehingga mendapatkan gambaran keadaan dan fungsi masing-masing puskesmas
dalam wilayahnya dalam rangka pembinaan dan pengembangannya.
3. Di tingkat Dinas Kesehatan Dati I / Kanwil / Pusat
Menghimpun laporan hasil stratifikasi dari masing-masing dinas kesehatan
dati II untuk diolah dan dianalisa sehingga mendapatkan gambaran tingkat
perkembangan fungsi puskesmas di wilayah masing-masing kabupaten kodya
(propinsi) dalam rangka pembinaan dan pengembangannya tahun yang akan datang.
4. Menentukan Strata puskesmas dengan pendekatan kuantitatif untuk mengukur
variabel
5. Penetapan waktu kegiatan
Tahap-Tahap Stratifikasi
Dilakukan dalam 3 tahap, sebagai berikut :
1. Tahap I
Pendataan dan pemetaan dalam tiga kelompok strata I, II, dan III
2. Tahap II
Analisa hasil pendataan dan pemetaan serta sektor-sektor yang menghambat dan
menunjang
3. Tahap III
Rencana pemecahan masalah pada semua tingkat yaitu rencana kerja atau rencana
pembinaan untuk meningkatkan kemampuan puskesmas berdasar hasil analisa
dan masalah yang dijumpai di semua tingkat.
Manfaat Stratifikasi
1. Bagi Puskesmas
Mendapat gambaran tingkat perkembangan prestasi kerja secara menyeluruh
sehingga dapat diambil berbagai upaya untuk memperbaikinya dalam rangka mawas
diri.

153
2. Bagi dinas kesehatan dati II
a. Mendapat gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah dati II yang
bersangkutan tiap tahun
b. Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas yang
disebabkan oleh sumber daya maupun lingkngan
c. Menentukan langkah serta bantuan yg diperlukan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi puskesmas melalui penyusunan rencana tahunan
d. Mendapat gambaran mengenai kemampuan managemen tiap puskesmas
wilayah Dati II
3. Bagi dinas kesehatan dati I / Kanwil Propinsi
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yangg dialami oleh
dinkes dati I Kandep selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan
puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh
Dinas dati I/Kanwil propinsi melalui penyusunan rencana tahunan
4. Depkes Pusat
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yg dialami dinkes dati
I/Kanwil selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah
kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara lain melalui
penyusunan rencana tahunan

G. Perencanaan Mikro Puskesmas


Perencanaan mikro tingkat puskesmas merupakan penyusunan rencana 5
tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun di tingkat Puskesmas untuk mengembangkan
dan membina Posyandu KB Kesehatan di wilayah kerjanya, berdasarkan masalah
yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi
Puskesmas.
Tujuan umum dari perencanaan mikro untuk meningkatkan cakupan
pelayanan program prioritas sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh puskesmas,
sehingga dapat meningkatkan fungsi puskesmas.
Tujuan khusus dari perencanaan mikro antara lain :

154
1. Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu lima tahun secara
tertulis.
2. Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai penjabaran rencana kerja
lima tahunan.

Ruang Lingkup Perencanaan Mikro Puskesmas


1. Rencana yang mencakup seluruh kegiatan pokok puskesmas.
2. Dibatasi sesuai dengan masalah yang dihadapi, dengan memperhatikan prioritas,
kebijaksanaan, dan strategi yang telah ditetapkan oleh pusat, Dati I dan Dati II.

Langkah-Langkah Penyusunan
1. Identifikasi keadaan dan masalah
Untuk menghasilkan suatu rumusan tentang keadaan dan prioritas masalah
yang dihadapi puskesmas dan alternatif pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini:
a. Mengetahui kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh pusat maupun daerah
b. Pengumpulan data yang mencakup:
1) Data umum
2) Data wilayah
3) Data penduduk
4) Sumber daya puskesmas: sarana dan prasarana fisik, tenaga, dana, dan sumber
daya masyarakat
5) Data status kesehatan
6) Data cakupan program sesuai dengan indicator dan variabel

c. Analisa data
Meliputi analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan, yang meliputi:
1) Analisa derajat kesehatan
Menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi, yang menggambarkan derajat-
derajat kesehatan secara kuantitatif dan penyebaran masalah tersebut menurut

155
kelompok manusia, tempat dan waktu. Dengan kata lain menggunakan pendekatan
epidemiologis.

2) Analisa kependudukan
Adalah analisa menggunakan ukuran-ukuran demografis dalam wilayah kerja
puskesmas, diantaranya jumlah penduduk, penyebarannya berdasarkan kelompok
umur, waktu dan pertumbuhan penduduk, kematian, kesakitan, mobilitas penduduk
dan sebagainya.
3) Analisa upaya pelayanan kesehatan
Masukkan (input) baik sarana, dana, dan tenaga.
Proses, merupakan upaya kesehatan yang dijalankan secara terkoordinasi, supervisi,
stratifikasi. Keluaran (output) merupakan hasil upaya kesehatan yang merupakan
cakupan-cakupan pelayanan yang telah dilaksanakan.
4) Analisa perilaku
Analisa yang dapat menggambarkan tentang sikap dan perilaku masyarakat
terhadap kesehatan dan upaya kesehatan.
5) Analisa lingkungan
Merupakan analisa lingkungan fisik, biologis, sosial budaya dan ekonomi
masyarakat di wilayah kerja puskesmas.

2. Perumusan Masalah
Adalah upaya mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh
puskesmas berdasarkan analisa di atas dan digambarkan secara kuantitatif dengan
pendekatan epidemiologis sehingga dapat menggambarkan masalah yang sebenarnya
baik dari segi tempat, waktu, dan besarnya masalah.
3. Penentuan Prioritas Masalah
Untuk menentukan tingkat masalah dipergunakan cara:
a. Delbecq, dengan cara mendiskusikan masalah oleh anggota kelompok dengan
saran dari narasumber.

156
b. Hanlon, adalah cara yang lebih sederhana yang sering dipergunakan dan setiap
anggota rapat puskesmas dapat ikut berperan serta. Semua anggota rapat diminta
memberikan nilai terhadap masalah melalui sistem scoring.
Kriteria yang dipakai adalah:
1) Besarnya masalah meliputi:
a) Presentasi penduduk yang terkena
b) Biaya yang dikeluarkan perorang perbulan karena masalah tersebut
c) Kerugian yang dialami penduduk
d) Skore 0-10
2) Tingkat kegawatan/bahaya meliputi:
e) Tingkat keganasan
f) Tingkat urgensinya
g) Kecenderungannya
h) Skore 1-10
3) Kemudahan penanggulangan masalah
Penentuan kemudahan penanggulangan masalah dilaksankn dengan memberi
nilai 0,5-1,5.
4) Faktor PEARL
Adalah menentukan dapat tidaknya program tersebut dilaksanakan,
meliputi :
P = Appropriatness (tepat guna)
E = Ekonomic Feasibility (secara ekonomis murah)
A = Acceptability (dapat diterima)
R = Resource Availability (tersedianya sumber)
L = legality (legalitas terjamin)
Penentuan skor melalui voting (1=ya, 0= tidak) Hasil voting untuk masing-
masing faktor dikalikan sehingga didapatkan hasil akhir dari faktor PEARL tersebut.
Skor dari masing-masing criteria ditabulasi dan dihitung hasil akhirnya dengan
pembobotan, sehingga didapatkan prioritas masalah.
4. Penyusunan Rencana

157
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disusun secara
sistematis, dengan urutan sebagai berikut :
1) Perumusan tujuan dan sasaran
2) Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah
3) Perumusan kegiatan
4) Perumusan sumber daya
5. Penyusunan rencana pelaksanaan (Plan of Action)

Penyusunan POA yang perlu diperhatikan adalah :


1) Penjadwalan, meliputi:
a) Penentuan waktu
b) Penentuan lokasi dan sasaran
c) Pengorganisasian
2) Pengalokasian sumber daya meliputi:
a) Dana: sumber dana, besarnya, dan pemanfaatannya
b) Jenis dan jumlah sarana yang diperlukan
c) Jumlah dan tenaga yang diperlukan
3) Pelaksanaan Kegiatan, meliputi:
a) Persiapan
b) Penggerakan dan pelaksanaan
c) Pengawasan, pengendalian dan penilaian
6. Penulisan Dokumen perencanaan meliputi:
1) Pendahuluan
2) Keadaan dan masalah
3) Tujuan dan sasaran
4) Pokok kegiatan dan pentahapan tahunannya
5) Kebutuhan sumber daya
6) Pemantauan dan penilaian

158
H. Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk
penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan
(Depkes RI, 2006).
Ruang Lingkup Lokakarya Mini Puskesmas pada dasarnya meliputi dua hal pokok
yaitu :
1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan
sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah yang
terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.

2. Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan
dilaksanakan untuk :
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama (Depkes RI,
2006).

159
Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan
targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.Tujuan
Tujuan umum lokakarya mini bulanan puskesmas yaitu terselenggaranya
lokakarya bulanan intern puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya antara lain :
a. Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu
b. Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
c. Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu
d. Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e. Disusunnya rencana kerja bulan baru.

Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap yaitu:


a. Lokakarya Mini Bulanan yang pertama
Lokakarya Mini bulanan yang pertama merupakan lokarya penggalangan Tim
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksana rencana
kegiatan puskesmas (RPK).
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja
dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas
Puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :
1) Masukan
a) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung
jawab staf dan kewenangan Puskesmas

160
b) Informasi tentang kebijakan ,program dan konsep baru berkaitan dengan
Puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA)
Puskesmas.
2) Proses
a) Inventaris kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan / daerah binaan
b) Analisis beban kerja setiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA).
3) Keluaran
a) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA ) Puskesmas tahunan
b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin


Lokakarya bulanan puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari
lokakarya mini bulanan yang pertama.
Lokakarya bulanan rutin ini dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA
puskesmas, yang dilakukan setiap bulan secara teratur. Penanggung jawab
penyelenggaraan lokakarya mini bulanan adalah kepala puskesmas, yang dalam
pelaksanaannya dibantu staf puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti
biasanya.
Fokus utama lokakarya mini bulanan rutin adalah ditekankan kepada masalah
pentingnya kesinambungan arah dan kegiatan hal-hal direncanakan, pelaksanaannya
serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna
dan berdayaguna.
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut :
1) Masukan
a) Laporan hasil kegiatan bulan lalu
b) Informasi tentang hasil rapat dikabupaten/ kota

161
c) Informasi tentang hasil rapat dikecamatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
2) Proses
a. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.
b. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan.
c. Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3) Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.
b) Rencana kerja bulan yang baru.
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.

2. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas


Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan
lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
Tujuan umum lokakarya mini tribulan puskesmas yaitu terselenggaranya
lokakarya tribulan lintas sektoral dalam rangka mengkaji hasil kegiatan lintas sektoral
dan tersusunya rencana kerja tribulan berikutnya.
Tahapan kegiatan lokakarya mini tribulan lintas sektoral
Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
a. Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
Lokakarya mini Tribulan yang pertama merupakan Lokakarya penggalangan
tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawaban dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program

162
kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor
terkait, dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya.
Pelaksanaan lokakarya mini tribulan adalah sebagai berikut :
1) Masukan
a) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
b) Informasi tentang program lintas sector
c) Informasi tentang program kesehatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
2) Proses
a) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
b) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sector
c) Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
3) Keluaran
a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan
b) Rencana kegiatan masing-masing sektor.

b. Lokakarya Mini Tribulan Rutin


Sebagaimana lokakarya bulanan puskesmas maka lokakarya tribulan lintas
sektoral merupakan tindak lanjut dari lokakarya Penggalangan kerjasama Lintas
Sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap.
Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di
kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut :
1) Masukan
a) Lapran kegiatan pelaksanaan program kesehatan dari masingatan dan dukungan
sektor terkait
b) Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam pelaksanaan
program kesehatan
c) Pemberian informasi baru.
2) Proses
a) Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan

163
b) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sector
c) Merumuskan cara penyelesaian masalah
d) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
3) Keluaran :
a) Rencana kerja tribulan yang baru
b) Kesepakatan
Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat. Lokarya Mini
Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan pertama tahun
anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun
waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Tempat
penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di kecamatan atau
tempat lain yang dianggap sesuai (Depkes RI, 2006).

I. Supervisi Puskesmas
Supervisi adalah upaya pengarahan dengan cara mendengarkan alasan dan
keluhan tentang masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta saran-
saran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaksana, sehingga
meningkatkan daya guna dan hasil guna serta kemampuan pelaksana dalam
melaksanakan upaya kesehatan puskesmas.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya kesehatan puskesmas secara berhasil guna dan
berdaya guna.
2. Tujuan khusus
a. Terselenggaranya program upaya kesehatan puskesmas sesuai dengan
pedoman pelaksanaan.
b. Kekeliruan dan penyimpangan dalam pelaksanaan dapat diluruskan
kembali.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
d. Meningkatnya hasil pencapaian pelayanan kesehatan.

164
Ruang lingkup
1. Mencakup bimbingan di tingkat puskesmas oleh Kepala Puskesmas
kepada para pelaksana kegiatan di wilayah kerjanya. Bimbingan
mencakup :
a. Masukan (input)
 Sarana dan prasarana
 Anggaran
 Ketenagaan
 Perlengkapan administrasi
b. Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman kerja
c. Keluaran (output)
Hasil kegiatan yang berupa cakupan pelayanan.
2. Supervisi dilaksanakan terhadap tenaga teknis dan tenaga masyarakat,
dalam bentuk :
a. Pertemuan didalam puskesmas.
Pembimbingan yang dilakukan menyangkut kegiatan teknis maupun
administrasi dan penambahan pengetahuan.
b. Kunjungan lapangan yang dilakukan terhadap :
 Petugas kesehatan termasuk bidan desa
 Kader kesehatan
 Sarana pelayanan (puskesmas pembantu, posyandu).
c. Pelaksanaan pembimbingan
 Dokter puskesmas
 Staf puskesmas
d. Sasaran pembinaan
 Staf puskesmas sebagai pelaksana kegiatan lapangan
 Tenaga sukarela (kader, dasa wisma)

165
e. Waktu pelaksanaan
 Terhadap staf pelaksana puskesmas dilaksanakan minimal satu
bulan sekali, atau sewaktu-waktu jika ada masalah.
 Tenaga desa (kader kesehatan, dasa wisma) minimal sebulan
sekali, atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
 Bimbingan terhadap posyandu minimal 3 bulan sekali.
 Melalui laporan tertulis mengenai pelaksanaan kegiatan dari
pelaksana. Paling lambat 1 minggu setelah kegiatan.
 Format bimbingan yang digunakan sesuai dengan pedoman yang
ada yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan.

J. Sistem Pencatatan dan Pelayanan Terpadu Puskesmas


1. Pengertian
- SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga
dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.
- Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri dari komponen yang saling berkaitan
, berintegrasi dan mempunyai tujuan tertentu.
- Terpadu adalah merupakan gabungan berbagai macam kegiatan upaya
pelayana kesehatan Puskesmas, sehingga dapat dihindarkan adanya
pencatatan maupun pelaporan lain (overlapping), yang akan memperberat
beban kerja petugas Puskesmas.

Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas, oleh karena


itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas  bidan di
desa, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling.
Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat :
- Demorafi ( kependudkan ) di wilayah kerja Puskesmas
- Ketenagaan di Puskesmas
- Sarana yang dimiliki Puskesmas
- Kegiatan pokok Puskesmas

166
- Laporan SP2TP mempergunakan sistem tahun kalender

Komponen SP2TP
1. Sistem Pencatatan.
a. Mekanisme Pencatatan.

Loket Unit Pelayanan Tidak Lanjut

- FF - Reg. Rawat Jalan


termasuk - Reg. Kohort Ibu – - Reg.
kartu kasus Anak Rawat
- KTPK - Sensus harian Inap
- Reg. penyakit - Rujukan
Kunjung - Reg. Penimbangan
- Karcis - Reg. Imunisasi
- Reg. Laboratorium
Yankes Luar Gedung - Reg. KIA
- Reg. KB
- Reg. Rawat Jalan
Pusling
Bank Data
- Reg. Imunisasi Puskesmas
- Reg. Penimbangan - Pengolahan
- b.Reg. Perkermas
Mekanisme Pelaksanaan - Penyusunan
- Reg. Kesling Laporan
1) P2M
Sistem Sentralisasi
- Reg.
- Reg. PSM
- Reg. UKS
- Reg. PKM

Dimana penyimpanan, penyaluran, pengolahan catatan dihimpun melalui


satu loket. Namun apabila kunjungannya banyak, dapat digunakan lebih
satu loket, tetapi pengumpulan dan pengolahan tetap terpusat.
2) Sistem Desentralisasi
Penyaluran, pengumpulan, dan pengolahan catatan tidak dipusatkan, oleh
karena ada bagian unit-unit pelayanan yang melakukannya, tetapi

167
pemberian nomor keluarga tetap mengacu pada pencatatan di Puskesmas.
c. Jenis Formulir
1) Family Folder (berkas keluarga)
Adalah himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
2) Kartu Tanda Pengenal Keluarga
Adalah alat untuk memudahakan pencatatan pencarian file keluarga yang
telah mempunyai family folder apad saat meminta pelayanan ualng
Puskesmas. KTPK diberikan 1 kali saja bagi pengunjung , oleh karena itu
harus dibawa setiap kali berkunjung, dan tidak boleh hilang.
3) Kartu Rawat Jalan
Adalah alat pencatatan informasi pasien yang berkunjung ke Puskesmas
dan untuk mempelajari riwayat perkembangan kesehatan pasien.
4) Register
Adalah formulir untuk merekap dan mengkompilasi data kegiatan di
dalam dan di luar gedung. Puskesmas yang telah dicatat di kartu-kartu
dan buku-buku atau catatan kegiatan.
Jenis-jenis yang ada :
- Reg. Rawat Jalan/Rawat Inap
- Reg. Kunjungan Puskesmas
- Reg. KIA
- Reg. Kohort Ibu
- Reg. Kohort Bayi/Anak
- Reg. Penimbangan Balita
- Reg. Pemeriksaan Anak Sekolah
- Reg. KB
- Reg. Obat-Obatan
- Reg. Perkesmas
- Reg. Gizi
- Reg. Laboratorium

168
- Reg. FKM
- Reg. Keg. Kesling
- Reg. FSM
- Reg. UKS

2. Sistem Pelaporan
a. Mekanisme Pelaporan
Alur Pelaporan
1) Pengelolaan di Puskesmas
- Laporan dari Pustu, BDD, Pusk keliling, Posyandu disampaikan ke
pengelola SP2TP Puskesmas.
- Pengelola menyusun dan mengkompilasi data yang bersumber dari
sensus harian dan register.
- Hasil kompilasi / olahan dimasukkan ke formulir laporan
untuk dikirim ke Dinas Kesehatan kab / kota.
- Hasil olahan dianalisa dan disajikan untuk mengambil
keputusan (pada lokakarya mini).
2) Pengelola di Dinas Kab /Kota
- Laporan dari Puskesmas diterima oleh pengelola SP2TP Dinas untuk
dikompilasi / diolah dan didistribusikan ke penanggung jawab
program.

b. Frekwensi dan Jenis Pelaporan


1) Laporan Bulanan, meliputi :
- Data Kesakitan (LB1)
- Data Kematian (LB 2)
- Gizi, KIA, Imunisasi, Pengamatan Penyakit Menular (LB3)
- Data Obat-obatan (LB4)
2) Laporan Triwulan ( LT ) meliputi :
- Kunjungan Puskesmas

169
- Perkesmas
- Pelayanan Medik Dasar Gigi-mulut
- Kesling
- Laboratorium
- PKM
- PSM
- Rujukan
3) Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB)
- Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam, digunakan untuk melaporkan
kejadian luar biasa atau wabah.
Satu helai formulir hanya dapat digunakan untuk melapor satu jenis
tersangka penyakit melaporkan dengan cara yang tercepat, yaitu kurir,
telepon, radio, dll.
Laporan W1 masih memberikan gambaran KLB/wabah secara kasar,
oleh karena itu harus segera diikuti dengan :
 Laporan penyelidikan sementara (PE)
 Rencana penanggulangan
- Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan yaitu laporan dari penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB atau wabah yang perlu dilaporkan
secara rutin, yaitu kolera, diare, pes, DBD, rabies, difteri, polio,
pertusis, campak, dan penyakit yang sedang menjadi wabah (SARS).
c. Kunjungan
Ada 2 kriteria kunjungan :
1) Kunjungan sebagai seseorang yang datang ke Puskesmas baik untuk
mendapat pelayanan kesehatan maupun hanya untuk mendapat keterangan
sehat-sakit. Ada 2 kategori, yaitu :
- Kunjungan baru
Ialah seseorang yang pertama kali dating ke Puskesmas, sehingga
dalam satu tahun hanya dicatat sebagai satu kunjungan baru.
- Kunjungan lama

170
Ialah seseorang yang dating ke Puskesmas untuk kedua kali dan
seterusnya.
Pengecualian dari 2 hal diatas :
- Kunjungan ibu hamil, pada setiap kehamilan baru dianggap sebagai
kunjungan baru, sedangkan kunjungan kedua kali dam seterusnya
selama kurun waktu kehamilan tersebut (untuk memeriksa kehamilan)
dianggap sebagai kunjungan lama.
Dengan demikian penetapan kunjungan ibu hamil tidak ditentukan
dengan tahun tetapi diberlakukan sebagai “episode of illness”.
- Kunjungan ibu menyusui sebagai kunjungan baru 2 kali (sesuai
anjuran menyusui selama 2 tahun).
Kunjungan baru dalam kurun waktu 2 tahun tersebut dihitung sebagai
kunjungan baru.
- Setiap kunjungan balita, setelah ulang tahunnya, dianggap sebagai
kunjungan baru. Jadi setiap balita mempunyai 4 kali kunjungan baru.
Sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahum yang
bersangkutan dicatat sebagai kunjungan lama.
2) Kunjungan Kasus
Kunjungan kasus adalah kasus baru ditambah kasus lama, ditambah
kunjungan kasus lama suatu penyakit. Ada 2 macam kasus :
- Kasus baru, adalah “new episode of illness”. Yaitu pernyataan pertama
kali seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnose
dokter atau tenaga paramedis. Untuk penderita yang telah sembuh,
kemudian kambuh kembali penyakitnya seperti malaria, ditetapkan
sebagai kasus baru.
- Kasus lama, adalah kunjungan kedua dan seterusnya dari kasus baru
yang belum dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam
tahun yang sama. Untuk tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan
sebagai kasus baru, karena perhitungan mengikuti tahun kalender.

171
POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
(Depkes, 2012).
Posyandu adalah kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu. Posyandu
adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain :
gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.
Surat Keputusan Bersama: Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-
masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985
tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan
Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi
Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program –
program pembangunan masyarakat desa.
c. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan
peranan kader pembangunan.
d. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/di daerah
masingmasing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk
Depkes dan BKKBN.
e. Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara
paripurna.

1. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu


a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu
hamil, melahirkan dan nifas).

172
b. Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya
dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh
masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat
kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan
mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan
mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat.
Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS).
Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh
masyarakat dan ditentukan masyarakat sendiri.
2. Kedudukan Posyandu
Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau
kelurahan atau nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat
berlokasi di tiap RW, dusun, atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan
Posyandu adalah :
a. Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan
dibina oleh pemerintah desa atau kelurahan.
b. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat
binaan aspek administrasi, keuangan dan program Pokja.

173
c. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.
d. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi
yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan
Kecamatan.
e. Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
3. Pengelola Posyandu
a. Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan
mutu Posyandu ditingkat desa kelurahan sebagai berikut :
1) Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah).
2) Penggungjawab operasional, Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)
3) Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua
Tim Penggerak PKK).
4) Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
5) Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.
b. Pokjanal Posyandu
Pokjanal posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan
terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam
pembinaan Posyandu yaitu :
1) Tingkat Propinsi : BKKBN, PMD (Pembinaan Masyarakat Desa),
Bappeda, Tim Penggerak PKK.
2) Tingkat Kab/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes, BKKBN, PMD,
Bappeda.
3) Tingkat Kecamatan :
a) Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina petugas
Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan)
b) KPD (Kader Pembangunan Desa)
4) Pokjanal Posyandu bertugas :
a) Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program.
b) Menyiapkan kader.

174
c) Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan
masalah.
d) Menyusunan rencana.
e) Melakukan pemantauan dan bimbingan.
f) Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait.
g) Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.
c. Kegiatan Pokok Posyandu : KIA, KB, lmunisasi. Gizi, Penggulangan
Diare.
d. Pembentukan Posyandu
1) Langkah – langkah pembentukan :
a) Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
b) Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah
bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB .
c) Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas
diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu
d) Pemilihan kader Posyandu.
e) Pelatihan kader Posyandu.
f) Pembinaan.
2) Kriteria Pembentukan Posyandu
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.
3) Kriteria Kader Posyandu :
a) Dapat membaca dan menulis.
b) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
c) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
d) Mempunyai waktu yang cukup.
e) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
f) Berpenampilan ramah dan simpatik.
g) Diterima masyarakat setempat.

175
e. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
1) Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD,
Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan
dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat
dengan sistem 5 (lima) meja yaitu :
a) Meja I : Pendaftaran.
b) Meja II : Penimbangan
c) Meja III : Pengisian KMS
d) Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
e) Meja V : Pelayanan KB Kes
f) Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK
sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim,
Bindes, perawat dan petugas KB).
f. Sasaran Posyandu : Bayi/Balita, Ibu hamil/ibu menyusui, WUS dan
PUS.
g. Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui
gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa
lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang
dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat.
4. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan
atau pilihan, yaitu :
a. Kegiatan Utama
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu hamil, pelayanan meliputi :
(1) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang
dilakukan oleh kader kesehatan.
(2) Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang

176
periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila
ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas.
(3) Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada
hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan
tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan
menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan
pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam
ibu hamil.
b) Ibu nifas dan menyusui, pelayanannya meliputi :
(1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan
lahir.
(2) Pemberian vitamin A dan tablet besi
(3) Perawatan payudara
(4) Senam ibu nifas
(5) Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat
dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan
pemeriksaan lochea.
c) Bayi dan anak balita. Jenis pelayanan untuk bayi dan balita
mencakup :
(1) Penimbangan
(2) Penentuan status gizi
(3) Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita
(4) Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila
ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.
2) Keluarga Berencana. Pelayanan KB di Posyandu yang
diselenggarakan oleh kader adalah pemberian pil dan kondom. Bila
ada petugas keehatan maka dapat dilayani KB suntik dan konseling
KB.

177
3) Imunisasi. Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila
ada petugas kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang
diberikan yang sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk
ibu hamil, yaitu : BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus
toxoid.
4) Gizi. Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk
pelayanannya meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini
gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian
vitamin A dan pemberian sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil dan ibu
nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis gondok.
5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare
antara lain dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit
atau larutan gula garam.
b. Kegiatan Pengembangan
Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru,
misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
menular dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Posyandu demikian disebut dengan Posyandu Plus.Penambahan kegiatan
baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya di atas
50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung.

POLINDES
1. Definisi
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang merupakan suatu
tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai
kelengkapan dari pembangunan kesehatan masyarakat desa, untuk
memberikan pelayanan KIA dan KB.

178
2. Stratifikasi Polindes
Dalam menganalisa pertumbuhan Polindes harus mengacu kepada
indikator tingkat perkembangan Polindes yang mencakup beberapa hal:
a. Fisik Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu
memenuhi persyaratan antara lain : Bangunan polindes tampak bersih,
salah satunya ditandai tidak adanya sampah berserakan.
b. Lingkungan yang sehat, bila polindes jauh dari kandang ternak
c. Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk : pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan KIA, mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
d. Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik terjamin.
e. Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan
pelayanan.
f. Mempunyai Sarana Air Bersih Dan Jamban Yang Memenuhi Persyaratan
Kesehatan. Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan sendiri dan
memenuhi persyaratan di atas, namun dalam kenyataannya mungkin saja
polindes masih menumpang di salah satu rumah warga atau bersatu
dengan kediaman bidan di desa.
3. Tempat Tinggal Tenaga Kesehatan
Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap) menentukan
efektifivitas pelayanannya, termasuk efektivitas polindes.Selain itu, jarak
tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes.Perawat/ bidan
yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan
pertolongan persalinan di polindes.Untuk mempercepat tumbuh kembang
Polindes tenaga kesehatan harus selalu berada/tinggal di desa dan lebih
banyak melayani masalah kesehatan masyarakat desa setempat.
4. Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan,
sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan
polindes yang baik antara keterlibatan masyarakat melalui wadah LPM dalam
menentukan tarif pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara bersama,

179
diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan
polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat
memuaskan semua pihak.
5. Cakupan Persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya ketersediaan sumberdaya kesehatan termasuk didalamnya
keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya, yaitu bidan desa bahkan
bisa juga perawat.
6. Sarana Air Bersih
Tersedianya air bersih merupakan salah satu persyaratan untuk hidup
sehat.Demikian juga halnya di dalam operasional pelayanan polindes.
Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi
dengan : MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PAM, dll), dan dilengkapi
pula dengan saluran pembuangan air limbah.
7. Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi
Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes
adalah dukun bayi.Karena itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana
meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi dalam pertolongan
persalinan.Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan hal yang dianjurkan
dalam pelayanan pertolongan persalinan di Polindes.
8. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran KIE merupakan salah satu teknologi
peningkatan peran serta masyarakat yang bertujuan untuk mendorong
masyarakat agar bersedia dan mampu memelihara dan melaksanakan hidup
sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan
komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat praktis. Dengan keberadaan
polindes beserta tenaga kesehatan ditengah-tengah masyarakat diharapkan
akan terjalin interaksi antara antara bidan dengan masyarakat. Semakin sering
bidan di desa menjalankan KIE, akan semakin mendorong masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup sehatnya, termasuk di dalamnya meningkatkan
kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di dalam memberikan penyuluhan

180
kesehatan ibu hamil. Seharusnya suatu polindes di dalam pelaksanaan
kegiatannya telah melakukan KIE untuk kelompok sasaran minimal sekali
dalam setiap bulannya. Kegiatan KIE ini dihitung secara kumulatif selama
setahun.
9. Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup
sehat, pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat setempat. Suatu polindes
dianggap baik bila masyarakat di desa binaannya telah terliput dana sehat,
sehingga diharapkan kelestarian polindes dapat terjamin, kepastian untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi.
Cakupan dana sehat dianggap baik bila telah mencapai 50 %.
10. Persyaratan Polindes tersedianya tempat yang bersih, namun serasi dengan
lingkungan perumahan di desa serta tersedianya tenaga bidan didesa. Secara
lebih rinci, persyaratan yang perlu diusahakan adalah:
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan,
antara lain: Bidan kit; IUD kit; Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu
hamil; Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan; Infus set
dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%; Obat-obatan sederhana dan
uterotonika; Buku-buku pedoman kia, kb, dan pedoman kesehatan
lainnya; Inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain: Penyediaan air bersih;
Ventilasi cukup; Penerangan cukup; Tersedia sarana pembuangan air
limbah; Lingkungan pekarangan bersih; Ukuran minimal 3x4 meter
persegi.
d. Lokasi bisa dicapai dengan mudah.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post
partum.

181
11. Fungsi Polindes
a. Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b. Sebagai tempat pemeriksaaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
c. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan, dan pendidikan kesmas dan
dukun bayi ataupun kader.

Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu bentuk UKBM,


dimana pembangunannya melalui swadaya masyarakat. Namun demikian di
beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengupayakan
pembangunan Polindes secara swadaya, pembangunannya dapat melalui
pemerintah, dikarenakan perlunya ketersediaan sarana pelayanan kesehatan untuk
bidan di desa. Pembangunan baru Polindes dapat dilaksanakan dengan
pertimbangan bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama, Polindes tersebut dapat
ditingkatkan menjadi Poskesdes. Pembangunan baru Polindes harus
memperhatikan kriteria di bawah ini :
1. Kriteria Umum
Pembangunan baru Polindes dapat dilaksanakan apabila memenuhi satu atau
lebih kriteria di bawah ini :
a. Di daerah yang masyarakatnya tidak mampu membangun secara swadaya
dan penempatan bidan di desa tersebut merupakan prioritas.
b. Di daerah tersebut belum terdapat Polindes atau rumah bidan di desa serta
program Kesehatan Ibu dan Anak.
c. Sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan ke dalam wilayah
pemukiman penduduk
2. Lokasi :
a. Mempertimbangkan ketersediaan lahan yang berada di tengah
pemukiman.
b. Mudah dijangkau oleh masyarakat (transportasi).
c. Mempertimbangkan keamanan bidan.

182
3. Kriteria Teknis
a. Luas Bangunan
Pembangunan baru agar mempertimbangkan kebutuhan minimal
pelayanan/kegiatan. Kebutuhan serta luas ruangan, disesuaikan dengan
jenis kegiatan pelayanan yang akan dilaksanakan. Ruang Polindes terdiri
dari ruang dengan fungsi sebagai tempat tinggal bidan dan ruang dengan
fungsi sebagai tempat pelayanan.
b. Rancangan Tata-Ruang
Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai
sarana pelayanan kesehatan.Denah dan tata ruang mengacu pada buku
Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas Ditjen Bina Kesmas tahun
2006.
c. Peralatan Kesehatan

Kebutuhan dan jenis peralatan minimal Polindes mengacu pada buku Pedoman
Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006.

183
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2014. PMK No 75 Th 2014 ttg Puskesmas. (online)


http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/PMK-No-75-Th-
2014-ttg-Puskesmas.pdf. Diakses pada tanggal 23 Februari 2016.

Depkes, Perpustakaan. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. (online)


http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/811/4/BK2006-
G94.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari 2016.

Efendi, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


EGC.

Fahrurazi. 2016. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP.


(online)https://www.academia.edu/7982797/SISTEM_PENCATATAN_DAN
_PELAPORAN_TERPADU_PUSKESMAS_SP2TP. Diakses pada tanggal 25
Februari 2016.

Hatmoko. 2006. Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas.


(online)http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/PublicPolicy-
Service/moki_yankesread.pdf. Diakses pada tanggal 25 Februari 2016.

IPPI. 2016. KMK No. 128 Th 2004 ttg Kebijakan Dasar Puskesmas. (online)
http://www.ippi.or.id/content/elibrary/dasarhukum/KMK_No._128_Th_2004_
ttg_Kebijakan_Dasar_Puskesmas_.pdf. Diakses pada tanggal 24 Februari
2016.

USU. 2015. Bab II. (online)


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47010/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Februari 2016.

Zarachma, Vinie. 2012. Perencanaan Mikro Micro Planning. (online)


https://viniezharachma.wordpress.com/2012/05/01/perencanaan-mikro-micro-
planning/ Diakses pada tanggal 25 Februari 2016.

184
Kegiatan Belajar 7
ADOVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN PENINGKATAN
KESEHATAN IBU & ANAK (KIA)

I. DESKRIPSI SINGKAT
Advokasi merupakan salah satu ketrampilan pokok yang wajib dimiliki oleh
tenaga kesehatan dalam rangka mempromosikan program-program pemerintah di
bidang kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan khususnya Kebidanan,
Keperawatan dan Gizi. Dengan demikian para tenaga kesehatan mampu
mengadakan Advokasi dalam Promosi Kesehatan untuk peningkatan Kesehatan
Ibu dan Anak.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai pembelajaran ini mahasiswa mampu mempraktekkan
Advokasi dalam promosi kesehatan bidang KIA.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Menjelaskan konsep dasar advokasi
2. Menjelaskan sasaran dan langkah proses advokasi
3. Cara melakukan advokasi
 Menjelaskan indikator advokasi dalam promosi kesehatan bidang
KIA
 Menerapkan langkah advokasi dalam promosi kesehatan bidang
KIA.

Kemitraan/Negosiasi
1. Pengertian Negosiasi
2. Ciri-ciri negosiasi
3. Langkah-langkah negosiasi

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Konsep dasar Advokasi (pengertian, teori, tujuan advokasi)


2. Sasaran, langkah dan proses advokasi
3. Cara-cara/Kiat penyampaian pesan advokasi
4. Indikator advokasi dalam promosi kesehatan bidang KIA

185
IV. URAIAN MATERI
Konsep dasar advokasi
Kata “advokasi” berasal dari kata advocate dari bahasa Inggeris yang
memiliki arti 1. “one who supports or defends a cause”, 2. “one who pleads on
behalf of another”. Disini maksudnya adalah seseorang yang mendukung sebab
tertentu atau seseorang yang meminta dengan gigih atas nama orang lain.
Advokasi adalah proses mempengaruhi pembuat kebijakan yang dilakukan
secara terencana. Pada intinya advokasi dibangun berdasarkan pemahaman dan
kesepakatan bersama oleh berbagai pemangku kepentingan atau stakeholders.
Dengan demikian, advokasi terhadap kebijakan akan membantu meningkatkan
kinerja petugas eksekutif dan legislatif di berbagai tingkat masyarakat.
Advokasi juga bisa dilihat sebagai proses untuk mengangkat isu atau
masalah dalam agenda masyarakat (sehingga masyarakat menganggap isu itu
penting), memberikan jalan keluar atau solusi terhadap masalah tersebut dan
membangun dukungan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusinya.
Selain itu, advokasi dapat dilakukan dengan berbicara lantang dan menciptakan
minat masyarakat terhadap masalah penting dan mendorong pembuat keputusan
untuk mencari jawaban masalah. Pengertian pengertian diatas lebih bersifat makro,
tetapi dapat juga dilihat dalam skala mikro dimana advokasi adalah proses dimana
individu atau kelompok individu berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang
menyangkut kehidupan mereka.
Salah satu teori yang terkait dengan advokasi adalah yang dikemukakan oleh
Sharma (tanpa tahun) dimana advokasi memiliki 8 komponen atau elemen dasar.
Komponen tersebut meliputi 1) Tujuan, 2) Data , 3) Khalayak sasaran, 4) Pesan, 5)
Presentasi, 6) Monitoring dan evaluasi, 7) Penggalangan dana dan 8) Pembentukan
jejaring atau koalisi.
Dalam teori ini ada komponen penggalangan dana karena teori ini dikaji dari
pengalaman organisasi non pemerintah (LSM). Dengan demikian, didalam
kegiatan advokasi juga perlu diperlukan upaya penggalian dana. Sering sekali bila
advokasi dilakukan oleh sektor pemerintah atau LSM nasional atau internasional

186
yang sudah memiliki dana atau sponsor tertentu mereka tidak perlu memikirkan
ada penggalangan dana. Upaya advokasi mereka betul fokus dalam upaya teknis
advokasi.
Tujuan dari advokasi promosi kesehatan bidang KIA adalah adanya
kebijakan untuk melindungi masyarakat yang lemah dan rentan terhadap masalah
KIA dengan dukungan anggaran yang terkait bidang KIA.

Sasaran, langkah dan proses advokasi


Sasaran primer dan sasaran sekunder

Secara umum sasaran atau target advokasi dibedakan menjadi dua yaitu
sasaran primer dan sasaran sekunder. Sasaran primer adalah pembuat keputusan atau
kebijakan yang memiliki otoritas atau kekuasaan secara langsung terhadap tujuan
advokasi. Pada umumnya adalah individu atau mereka yang secara aktif menyetujui
perubahan kebijakan. Dan individu atau kelompok ini hakekatnya adalah merupakan
target sasaran primer dari upaya advokasi yang dilakukan.

Sedangkan sasaran sekunder adalah individu, kelompok yang dapat mempengaruhi


pembuat keputusan (sasaran primer). Pendapat maupun dukungan dari sasaran
sekunder ini sangat penting untuk mempengaruhi pendapat maupun keputusan
pembuat kebijakan. Di dalam sasaran sekunder juga termasuk individu atau mereka
yang menentang atau tidak mendukung tujuan advokasi yang dilakukan oleh karena
sebab tertentu. Oleh karena itu, kelompok ini juga perlu diidentifikasi, dipelajari dan
dihadapi dalam mencapai tujuan advokasi.

Seorang individu atau kelompok pada saat yang sama dapat menjadi kelompok
primer dan sekunder secara bersamaan. Kalau di suatu institusi pendidikan dirasakan
perlu mengeluarkan kebijakan tentang kawasan bebas rokok di institusi tersebut maka
direktur atau pimpinan institusi adalah sasaran primer advokasi. Individu yang
berpengaruh atau mereka yang dapat mempengaruhi kepala institusi mengeluarkan
kebijakan tersebut misalnya kepala departemen di institusi, atau ketua BEM
mahasiswa bahkan isteri dari kepala institusi dapat merupakan sasaran sekunder.

187
Sasaran advokasi secara umum dapat dibedakan menjadi 4 tingkat yaitu tingkat
masyarakat, tingkat eksekutif dan tingkat legislatif. Pada tataran tingkat masyarakat
dapat dibagi berupa sasaran di tingkat keluarga, tingkat masyarakat atau tataran
organisasi kemasyarakatan. Misalnya kepala keluarga sebagai sasaran advokasi bila
upaya advokasi berhasil dapat menghasilkan kebijakan di tingkat keluarga dimana
setiap bulan secara teratur memberikan kontribusi uang atau barang untuk tabungan
ibu hamil di keluarganya. Sedangkan hasil advokasi di tingkat masyarakat misalnya
tokoh masyarakat wilayah tertentu memberikan keputusan bahwa halaman luas di
sebelah rumahnya boleh digunakan untuk kegiatan Posyandu lansia setiap tanggal
tertentu tiap bulan dengan segala fasilitas listrik dan air yang diperlukan. Pada tataran
organisasi kemasyarakatan (lembaga swadaya masyarakat, LSM) sebagai hasil
advokasi jejaring kumpulan berbagai LSM secara bersama mendeklarasikan
dukungan hak bayi memperoleh ASI ibunya dengan mendorong tersedianya pojok
laktasi di fasilitas umum.

Sasaran advokasi di tingkat eksekutif dapat dilakukan di berbagai tingkat


”pelaksana” dari yang paling rendah misalnya tingkat RT/RW, kampung/desa,
kecamatan, kabupaten atau kota, tingkat eksekutif di propinsi dan tingkat pusat.

Sedangkan advokasi di tingkat legislatif dapat berlangsung dari tingkat yang


paling bawah misalnya Musyawarah Desa, Dewan Kelurahan, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) di tingkat kabupaten, kota, propinsi maupun DPR Pusat.

Karena tujuan advokasi adalah perubahan kebijakan dimana kebijakan


dibuat oleh sasaran primer, maka perlu ditelaah juga bagaimana proses
pembuatan keputusan terjadi pada sasaran primer. Proses pembuatan
keputusan dapat terjadi umumnya dengan 2 cara yaitu 1. Secara formal dan
2. Secara tidak formal (informal).

Proses pembuatan keputusan formal adalah aturan, perundangan atau


dokumen resmi organisasi yang mengatur soal proses pembuatan keputusan.
Misalnya di suatu kabupaten keputusan menyangkut pelaksanaan asuransi
jamkesmas ditentukan oleh Bupati atau operasional pelaksanaannya oleh

188
Kepala Dinas Kesehatan. Sebaliknya proses pembuatan keputusan informal
adalah kegiatan atau prosedur yang mungkin terjadi hampir bersamaan
dengan proses formal tetapi tidak terkait dengan aturan birokrasi,
perundangan dan prosedur lain secara resmi. Misalnya dalam hal Bupati
membuat keputusan secara informal mungkin bisa dipengaruhi oleh istrinya
yang kebetulan aktifis sebuah LSM.

Secara umum ada 5 tahap pembuatan keputusan yaitu: 1. Penyusunan ide


atau proposal, 2. Secara formal proposal diajukan pada pembuat kebijakan,
3. Proposal didiskusikan, dimodifikasi, diperbaiki, 4. Proposal diterima atau
ditolak, dan 5. Diimplementasikan atau dikembalikan ke tahap awal siklus.
Oleh karena itu perlu dilakukan juga pemetaan (mapping) pembuatan
keputusan agar advokasi berhasil. Untuk itu sangat bermanfaat melakukan
langkah berikut: Organisasi pembuat keputusan apa yang akan jadi sasaran?
Bagaimana proses formal pembuatan keputusan dalam organisasi tersebut
(langkah formalnya dan apa yang terjadi dalam setiap langkah)? Adakah dan
seperti apa proses informal (di belakang layar) pembuat keputusan tersebut?
Siapa saja yang berperan dalam setiap langkah? Langkah mana yang bisa
menerima asupan dari luar? Dalam tahap mana dan bagaimana advokator
dapat mempengaruhi proses tersebut? Contoh pertanyaan sistematis dapat
dilihat di matriks.

Salah satu pendekatan advokasi menggunakan langkah berikut: 1) Identifikasi isu


atau masalah advokasi, 2) Merumuskan solusi masalah, 3) Membangun dukungan
“politik”, 4) Membawa isu atau masalah, solusi atau pemecahan masalahnya bersama
kemauan politik (political will) menuju kebijakan, dan 5) Evaluasi advokasi.

1. Identifikasi isu atau masalah advokasi

Langkah ini juga dinamakan setting agenda, kenapa? Karena masalah dan isu
begitu banyak yang memerlukan perhatian dan penyelesaian terkait kebijakan
tetapi pasti tidak semua bisa masuk agenda setting saat bersamaan. Advokator

189
harus memilih isu atau masalah apa yang diprioritaskan untuk diselesaikan agar
institusi/atau pembuat kebijakan terkait dapat mengenali bahwa masalah tersebut
perlu penyelesaian kebijakan.

2. Perumusan solusi masalah

Disini advokator perlu mengidentifikasi solusi masalah dan memilih salah satu
yang prioritas secara layak untuk diselesaikan dari sisi politis, ekonomi serta
sosial.

3. Membangun dukungan advokasi

Membangun dukungan politis untuk menyelesaikan masalah dan memperoleh


solusi yang diinginkan merupakan fokus upaya advokasi. Dalam hal ini termasuk
pembentukan jejaring, pertemuan atau lobi dengan pembuat kebijakan, upaya
peningkatan kesadaran masyarakat atas isu yang diadvokasi dan penyampaian
pesan advokasi kepada pembuat kebijakan.

4. Tindakan kebijakan (policy action)


Hal ini akan terjadi kalau masalah atau isu advokasi sudah teridentifikasi, solusi
masalah dapat diterima dan tindakan politis (kebijakan) semua terjadi pada saat
yang bersamaan. Dalam diagram ini terlihat sebagai celah kesempatan emas
(window opportunity) yang harus dicari atau diperjuangkan kelompok advokator.
Pemahaman terhadap proses pembuatan keputusan dan strategi advokasi yang
kuat akan meningkatkan kemungkinan terjadinya “celah emas” tersebut.

5. Evaluasi

Ini bagian penting walau sering dilupakan. Advokator yang baik akan melakukan
penilaian pencapaian termasuk keberhasilan, kegagalan, pembelajaran dari upaya
advokasi yang dilakukan dan digunakan sebagai masukan terhadap upaya
advokasi yang baru. Baik advokator maupun institusi yang mengadopsi suatu
perubahan kebijakan seyogyanya selalu melakukan evaluasi efektifitas dari
perubahan tersebut.

Dinamika Proses Advokasi dapat dilihat pada diagram berikut:

190
DINAMIKA PROSES ADVOKASI

ISU SOLUSI ISU ISU


SOLUSI
Tahap 1 : identifikasi isu untuk UU
KEMAUAN tindakan kebijakan U
POLITIK
Tahap 2 :
Perumusan
solusi
Tahap 5 : Evaluasi tindakan kebijakan

ISU SOLUSI
ISU SOLUSI
KEMA KEMAU
UAN AN
POLITI Tahap 3 : membangun dukungan
POLITI politik
K K
Tahap 4 : menyatukan isu, solusi
dan kemauan politik  tindakan kebijakan

Proses advokasi
Proses advokasi terdiri dari 3 langkah yaitu: 1. Membentuk tim inti advokasi, 2.
Merumuskan isu strategis, dan 3. Merancang strategi dasar advokasi
(Topimatasang dkk, 2005).

1. Membentuk tim inti

Membentuk tim inti merupakan langkah utama proses advokasi. Tim inti
merupakan kumpulan orang yang akan menjadi motor, penggagas, penggerak dan
pengendali utama seluruh kegiatan advokasi.

Sebaiknya tim inti memiliki kriteria antara lain visi, cara pandang yang sama
terhadap masalah yang akan diadvokasi, rendah hati untuk bekerjasama dan
menerima pembagian peran secara proporsional, memiliki waktu luang yang cukup
sehingga dapat mencurahkan segala pikirannya. Jumlah tim inti sebaiknya tidak
terlalu banyak agar mudah koordinasi dan disarankan 3-5 orang.

191
2. Merumuskan isu strategis

Untuk merumuskan isu strategis sangat diperlukan adanya data. Data berupa
informasi kuantitatif atau kualitatif baik data primer maupun data sekunder. Proses
dapat dimulai dengan identifikasi isu yang memerlukan aksi kebijakan. Hal ini
dapat dilakukan mulai dengan teknik sumbang saran ide spontan dan didukung
dengan adanya data.

Kenapa dipergunakan data untuk kegiatan advokasi? Data dapat digunakan antara
lain untuk mengidentifikasi isu yang perlu aksi kebijakan, membantu merumuskan
tujuan advokasi, memberi informasi ke media yang secara tidak langsung
mempengaruhi pembuat kebijakan, mendukung posisi advokasi yang ada, merubah
persepsi mengenai sebuah isu, melawan argumentasi oposisi.

Perlu diketahui beberapa tolok ukur yang digunakan untuk menilai isu strategis
yang layak diadvokasikan. Selain unsur aktualitas (sedang hangat dan ramai
dibicarakan masyarakat, ngetrend), suatu isu dapat disebut strategis bila memenuhi
kriteria berikut: a) Memang rilevan dengan masalah nyata dan aktual yang
dihadapi masyarakat, b) Masalah mendesak dan sangat penting dapat perhatian
segera. Bila masalah ini tidak diatasi segera dapat berakibat fatal atau kerusakan
yang lebih parah, dan c) Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Bila
sukses, isu tersebut memberi dampak positif pada perubahan kebijakan publik.

Merumuskan tujuan jangka panjang dan tujuan strategis. Tujuan jangka panjang
merupakan pernyataan umum tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi
advokasi dalam kurun waktu yang lebih lama misalnya 3-5 tahun. Sedangkan
tujuan strategis menggambarkan capaian tujuan jangka pendek, lebih spesifik dan
terukur. Hal ini memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Appropriate,
Reasonable and Time bounding).

Contoh tujuan tujuan advokasi strategik yang memenuhi kriteria SMART misalnya
“Dalam dua tahun ke depan (2012) setiap pemerintah kabupaten membangun 10

192
sekolah untuk anak berkebutuhan khusus” atau contoh lain “Tahun 2012
meningkatkan anggaran pendidikan KB khusus kaum pria yang telah menikah
menikah oleh Perkumpulan KB swasta”. Sebaliknya bisa dibuat dua rumusan
serupa tetapi tidak menggambarkan tujuan advokasi yaitu “Meningkatkan peserta
didik anak berkebutuhan khusus” atau “Meningkatkan penggunaan kondom oleh
kaum pria”. Kenapa demikian? Kembalikan kepada pengertian dan definisi
advokasi.

3. Merancang strategi dasar advokasi


Ada 4 unsur dasar strategi advokasi yang perlu direncanakan yang meliputi hal
berikut yaitu: 1. Perancangan arus dan tahapan kerja, 2. Penggalangan jejaring
koalisi, 3. Pemilihan dan penggunaan media, dan 4. Pengorganisasian basis
legitimasi dan kemungkinan ekspansinya.

Ad 1. Perancangan arus dan tahapan kerja


Proses advokasi merupakan proses yang dinamis dan bisa berubah dalam
perjalanan. Oleh karena itu tim inti atau pelaksana advokasi perlu
mempunyai pedoman bersama yang menggambarkan setiap saat mereka
pada tahap apa dan dimana. Bagan arus ini perlu dibuat walaupun
sederhana dan sebaiknya dijelaskan, difahami oleh semua pelaksana. Bila
perlu dibuat bagan besar dan ditempel didinding sekretariat dimana semua
dapat melihat dengan jelas.

Contoh penjabaran sasaran advokasi kesehatan kab Singaraja adalah


adanya kebijakan yang dapat menurunkan angka kematian ibu melahirkan.
Hal ini dirumuskan dalam suatu lokakarya bulan Januari 2016. Indikator
advokasi kesehatan telah ditetapkan yaitu dianggap berhasil antara lain bila
APBD Singaraja mengalokasikan anggaran untuk program penurunan AKI
dan adanya Perda atau SK Bupati tentang perlindungan dan pelayanan
kesehatan ibu. Bagan arus kegiatan advokasinya dapat dilihat pada diagram
berikut:

193
Gambar arus diagram kegiatan advokasi:

Kajian data &informasi Diskusi, lokakarya,konsultasi Dengar-


pendapat

Lobi & negosiasi

PERDA, APBD,
Sasaran kebijakan
Gerakan Masyarakat
menurunk
an angka
kematian
ibu hamil
dan
melahirkan

Bentuk Isu strategis Kemas Isu


Tim Inti
Kampanye
Pendapat umum

Aksi Unjuk rasa


Pengorganisasian
Kelompok basis Pelatihan Kader

Ad 2. Penggalangan jejaring koalisi


Jejaring (networking) adalah dua atau lebih organisasi bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang sama atau sebagian sama. Dengan membentuk
jejaring hal ini akan membantu proses advokasi. Pembentukan jejaring
akan memiliki banyak manfaat antara lain: menggalang kawan dan sekutu
sebagai mitra inti, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi,
mendapatkan dukungan dan menggalang kekuatan, mempengaruhi sasaran
advokasi, memberikan pressure bagi pemutus kebijakan dan lebih efisien
dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk itu perlu dilakukan pemetaan (mapping) jejaring koalisi advokasi
siapa saja yang bisa menjadi pendukung dan mungkin juga yang bisa
beroposisi terhadap advokasi yang akan dilakukan. Bisa dilihat pada

194
contoh mapping jejaring koalisi kesehatan reproduksi remaja.

Ad 3. Pemilihan dan penggunaan media

Tim perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut dalam memilih media


yang sesuai. Bila tim berpendapat perlu mempengaruhi pendapat umum
secara luas dan cepat dalam waktu relatif singkat tentu bisa dipilih media
massa yaitu Teve, radio, koran. Namun teve sering memiliki keterbatasan
karena kebanyakan setasiun berada di kota besar dan bersifat nasional (bila
ada teve lokal bisa dimanfaatkan). Di berbagai kabupaten umumnya koran
lokal lebih tersedia demikian pula setasiun radio swasta niaga atau milik
Pemda bisa dipertimbangkan pemanfaatannya.

Bila kelompok advokator bermaksud mempengaruhi pendapat sekelompok


kalangan khusus saja misalnya pembuat kebijakan di tingkat kabupaten
atau kecamatan atau desa maka bisa dipilih lebih sesuai dengan media
leaflet atau presentasi audiovisual. Sebaliknya bila kelompok bermaksud
mempengarhui masyarakat kelas bawah sebagai kelompok pendukung atau
konstituen maka jenis media yang lebih sesuai adalah kesenian tradisional
atau musik dangdut dan lain lain tergantung situasi lokal.

Ad 4. Pengorganisasian basis legitimasi

Disini perlu ditekankan pentingnya basis legitimasi yaitu kelompok


masyarakat yang secara nyata menjadi konstituen utama, pelaku dan
pendukung. Bila penganjur advokasi tidak bisa menjawab pertanyaan
berikut “Anda bicara atas nama siapa?”, maka sebenarnya upaya tersebut
telah gagal karena tidak memiliki legitimasi sosial dan politik.

Dalam panduan advokasi masalah kesehatan masyarakat (Topimanansang


dkk, 2005) disarankan prinsip dasar pengorganisasian basis legitimasi
advokasi berikut yaitu: a) Kelompok masyarakat yang diorganisasikan
sebagai basis legitimasi adalah yang memang memiliki kepentingan

195
langsung dengan isu yang diadvokasikan. Misalnya advokasi isu sistem
pelayanan kesehatan maka kelompok yang memiliki basis legitimasi adalah
mereka yang di lapisan bawah yang selama ini tidak diuntungkan dengan
sistem kesehatan yang makin moderen dan mahal yaitu para pekerja dan
kaum ibu di daerah miskin dan kumuh, b) Kelompok ini harus terlibat
secara sadar sebagai pelaku utama advokasi dan tetap berada dalam
koordinasi tim inti. Tentu saja mereka harus setuju dan menyepakati apa
yang akan diadvokasikan. c) Perlu digariskan bahwa mengorganisasikan
kelompok basis tidak sama dengan “memobilisasi mereka”. Hal ini sering
dipraktekkan misalnya kelompok ibu ibu dikumpulkan di balai desa diberi
penyuluhan 1-2 jam lalu dianggap telah terorganisir dan siap menjadi
pelaku advokasi. Hal ini tidak benar karena perlu ada proses
pemberdayaan, proses pendidikan, dialog yang lebih intensif dan lama
sebelum mereka bisa bangkit menjadi pendukung advokasi yang tangguh.

Monitoring dan evaluasi kegiatan advokasi.

Monitoring dalam hal ini merupakan proses pengumpulan informasi secara


rutin terhadap semua aspek dalam kampanye advokasi. Informasi ini
dimanfaatkan dalam pengelolaan organisasi maupun pembuatan keputusan.
Rencana kegiatan advokasi yang dibuat sebaiknya mencakup sistem
informasi dan data tentang kegiatan dan sistem untuk mengumpulkan,
menganalisis dan memanfaatkan informasi untuk pembuatan keputusan.
Kegiatan bisa membantu membuktikan strategi yang efektif dan inovatif
dan menghasilkan dukungan dana dan politik untuk kegiatan advokasi.

Evaluasi diperlukan untuk membuat analisis obyektif terhadap hubungan


kinerja, efisiensi dan dampak kegiatan advokasi berkaitan dengan tujuan
advokasi yang ingin dicapai. Dalam hal ini evaluasi advokasi akan
bermanfaat antara lain menarik pembelajaran guna penyempurnaan
kualitas kampanye advokasi dan memperbaiki rancangan advokasi dimasa
yang akan datang.

196
Kiat penyampaian ”pesan” advokasi dan Indikator advokasi

Dalam kita penyampaian pesan advokasi ini hanya diperkenalkan 3 jenis


saja sebagai contoh yaitu 1. Kemitraan dengan media massa, 2. Penggunaan
kesaksian (testimoni) dan 3. Lobi dan negosiasi.

1. Mengggalang kemitraan dengan media massa


Media massa dalam hal ini adalah media teve lokal (kalau ada), radio, koran,
media lokal lain yang tersedia. Pada saat sekarang di berbagai kabupaten atau
kota tumbuh subur media massa. Dengan demikian, selalu ada koran dan
wartawan lokal, setasiun radio swasta atau milik pemda dan juga media media
lain yang bersifat kedaerahan misalnya majalah atau koran yang menggunakan
bahasa lokal.
Secara umum media massa memiliki fungsi atau manfaat dalam diseminasi
informasi secara cepat yang dapat menembus hambatan geografi. Selain itu,
media massa juga memiliki keunggulan dalam mengangkat isu tertentu menjadi
agenda publik, membentuk opini publik dan memberikan pressure bagi
pembuat kebijakan. Hal hal tersebut sangat diperlukan dalam keberhasilan
advokasi.
Dalam kaitan ini sangat penting kiat untuk membangun hubungan dengan
media. Bila kita ingin dekat dengan kelompok media massa beberapa kita ini
dapat dilakukan:
a) Buatlah daftar media massa lokal/ daerah (maupun nasional) baik alamat, tilpun,
fax dan email serta wartawan sebagai kontak person.
b) Sebaiknya data tersebut dalam data base dan secara berkala di up date siapa tahu
sudah ada pergantian.
c) Masukkan wartawan dalam daftar mailing list dan usahakan setiap ada kegiatan
diundang. Dengan demikian selalu tetap ada kontak.

2. Penggunaan kesaksian atau testimoni


Testimoni atau kesaksian adalah ungkapan atau penyampaian pesan yang

197
disampaikan oleh orang atau individu yang terkena langsung dampak tiadanya
kebijakan publik yang diperjuangkan. Dalam ungkapan testimoni ini tentunya
pembawa testimoni adalah orang yang dipilih untuk menyampaikan pesan kepada
pembuat kebijakan. Dalam testimoni untuk memperkuat pengaruh terhadap pembuat
kebijakan biasanya juga mengandung emosi misalnya dalam penyampaian pesan
menggunakan bahasa verbal maupun non verbal yang sangat jelas. Komponen emosi
dapat sangat kuat sehingga dapat “menyentuh” hati dan pikiran pembuat kebijakan
sehingga yang “disentuh” dapat tergerak untuk melahirkan kebijakan yang membela
mereka yang tertekan atau terkena dampak negatif akibat masalah tersebut.
Sebagai contoh dalam advokasi dalam promosi kesehatan terkait bidang KIA
khususnya pentingnya masalah kemudahan atau akses seorang ibu hamil terhadap
pelayanan kegawat darutan kebidanan dalam satu pertemuan terbatas dengan suatu
DPRD kabupaten salah seorang bidan di desa yang bekerja terpencil 3 jam dari
daratan (di suatu kepulauan) menyampaikan “pesan advokasi” dimana apa yang
dilakukan saat mencoba menyelamatkan seorang ibu hamil dengan perdarahan diatas
perahu (karena tiadanya perahu motor yang dapat akses secara cepat kepada
pelayanan ke gawat daruratan) dilakukan dengan kata kata yang menyentuh hati,
bagaimana perjuangannya dilakukan ditengah ganasnya ombak lautan. Karena berasal
dari pengalaman sendiri apa yang dikemukakan dengan perasaan halus sambil bertitik
air mata dan membuat yang mendengarkan termasuk anggota dan Ketua DPRD
“terketuk emosinya” dan akhirnya memutuskan untuk tersedianya perahu bermotor
lengkap dengan peralatan kegawatan kebidanan beserta crewnya dengan dana APBD.

3. Lobi dan negosiasi


Lobi adalah suatu proses memberikan informasi kepada pembuat kebijakan dan
mendapatkan informasi dari mereka agar mereka mau memberikan dukungan
terhadap. Agar berhasil lobi perlu memiliki 3 hal yaitu: informasi, himbauan dan
politik (kekuasaan).
a. Informasi
Sebelum pembuat kebijakan membuat keputusan pasti ingin mengetahui

198
informasi yang jelas berkaitan dengan masalah yang akan dikeluarkan
kebijakannya. Kemampuan advokator untuk memberikan informasi berdasarkan
pengalaman akan sangat berharga. Informasi yang diberikan oleh kelompok
advokator kepada pembuat kebijakan lebih kepada apa yang mereka ketahui
bagaimana kebijakan atau program yang ada dijalankan dan mengapa perubahan
sangat diperlukan dan hal apa yang tidak diharapkan dari pembuat kebijakan.
b. Imbauan
Tentunya agar advokator dapat “membujuk” dan mempengaruhi pembuat
keputusan harus ada kesempatan untuk “dialog” (lobi) dengan pembuat
keputusan tersebut. Dialog antara dua pihak ini memiliki asumsi bahwa kedua
pihak memiliki ide yang saling menguntungkan. Namun demikian, kita tidak
boleh berasumsi benar seratus persen. Hal ini juga tidak berarti bahwa advokator
harus setuju bulat bulat dengan apa yang dikatakan pembuat kebijakan. Pelobi
efektif akan mendengarkan apa yang dikatakan pembuat keputusan sehingga
tercipta tukar pikiran atau dialog yang saling menguntungkan.
c. Pengaruh kekuasaan atau politik
Hampir selalu benar bahwa setiap pengambil keputusan di tingkat apapun selalu
mempertimbangkan akibat atau konsekwensi “politik” dalam mengambil
keputusan yang penting. Terkait dengan politik perlu kita sadari bahwa politik
tidak selalu menggunakan rasio yang baik atau kebijakan yang baik tetapi lebih
memperhitungkan kekuasaan. Oleh karena itu, untuk melobi dengan sukses
advokator perlu memiliki kredibilitas “politik” dan kekuatan yang cukup.
Individu seperti ini selalu ada dan dapat diidentifikasi dari anggota atau pimpinan
kelompok jejaring.
Negosiasi
Negosiasi secara sederhana merupakan cara yang efektif untuk memperoleh apa
yang diinginkan advokator. Manusia bernegosiasi untuk menyelesaikan
perbedaan kita dan kita bernegosiasi karena kepentingan diri untuk memuaskan
kebutuhan kita.
Dalam negosiasi biasanya kedua pihak mempunyai kepentingan yang sama dan

199
kepentingan yang bertentangan. Oleh karena itu, perlu dicari jalan keluar yang
bisa diterima keduanya. Advokator melakukan negosiasi jika alternatif untuk
negosiasi yaitu tidak adanya kesepakatan lebih buruk.
Negosiasi lebih luas dari sekedar bujukan dan dengan ungkapan berikut mungkin
dapat dimaknai pentingnya negosiasi dalam proses advokasi. “Jika seorang yang
mempunyai uang bertemu dengan seorang yang mempunyai pengalaman, maka
orang yang berpengalaman akhirnya mendapatklan uang dan orang yang
mempunyai uang akhirnya mendapatkan pengalaman (Harvey Masckay dalam
Negosiasi, seni untuk menang). Dalam negosiasi dengan demikian ada proses
pertukaran.

Indikator advokasi dalam promosi kesehatan bidang KIA

Indikator keberhasilan advokasi yang dilakukan diatas dapat dilihat beberapa


kemungkinan berikut:
1. Adanya komitmen misalnya dalam bentuk lisan maupun tertulis (tentu bentuk
tertulis lebih disukai) misalnya Memorandum of understanding (MOU),
adanya komitmen lurah menyediakan halamannya untuk kegiatan Posyandu
mungkin hanya kesepakatan yang tidak tertulis. Tetapi hal ini sudah dapat
dinilai sebagai keberhasilan advokasi.
2. Adanya Surat Keputuan (SK) di berbagai tingkat administrsi, Peraturan
Daerah (Perda) sebagai hasil kerja DPRD, surat perintah atau instruksi kepala
desa.
3. Selain dalam bentuk dokumen tertulis atau tidak tertulis juga pentingnya
adanya dukungan dana atau anggaran atau fasilitas.

200
STUDI KASUS

Kisah Ibu Karti dari Desa Semangka, Kecamatan Buah, Kabupaten Kebun

Ibu Karti berusia 56 tahun. Di desanya, ia menjadi seorang kader Posyandu sejak
program itu diperkenalkan pertama kali oleh pemerintah. Sekarang, Posyandu itu
masih berfungsi seperti sediakala. Bahkan, sejak tahun 2003, di desanya sekarang
sudah berdiri Posyandu baru, khusus untuk usia lanjut (usila). Banyak sekali suka
dukanya selama ia menjalani tugasnya. Dia menceritakan tentang bagaimana kondisi
dukun bayi di Desa Semangka.

Di Desa Semangka, ada 3 orang dukun bayi, semua sudah tua-tua. Mereka belum
menurunkan ilmunya kepada keturunannya. Alasannya, karena menjadi dukun bayi
tidak memberikan masa depan yang baik, juga secara tidak langsng tidak disukai oleh
pemerintah. Pemerintah menganggap bahwa persoalan kelahiran harus ditangani
setidaknya oleh bidan di desa atau dokter. Bahkan jika sulit mendapatkan bidan,
maka dukun yang harus dilatih. Muncullah cap “dukun terlatih”.

Tetapi apa masalahnya selesai?

Ternyata tidak. Hubungan antara bidan dengan dukun seolah semakin tidak harmonis
karena beberapa hal kecil. Misalnya, jika ada orang hendak melahirkan, maka harus
melahirkan di bidan. Tetapi, bidan biasanya hanya membantu melahirkan, sementara
membantu hal lainnya (seperti muncucikan pakaian, mengurut, dll.) tidak mau
dilakukan. Bidan menganggap bahwa itu merupakan tugas dari si dukun. Dukun di
desa, yang sebelumnya memegang peran penting dalam proses kelahiran, tetap masih
mengikuti anjuran dari pemerintah, walau kebijakan itu tidak memihaknya. Bahkan
seringkali terjadi, uang lelah dalam membantu proses melahirkan yang diberikan ke
bidan, sama sekali tidak diberikan atau dibagi ke para dukun. Keluhan itu yang
seringkali keluar dari dukun bayi, karena memang sekarang ini hidup tanpa uang
mungkin sulit.

Di lain waktu, ada ibu yang mau melahirkan di tempat yang jauh dari lokasi bidan.

201
Bidan di desa itu hanya menengok sebentar, kemudian disuntik dan pulang lagi.
Begitu dia pulang, si ibu sudah tidak tahan lagi. Ibu Karti selaku kader sudah
berusaha menghubungi lagi bidan, tetapi biasanya bidan tidak mau pergi menengok.
Akhirnya, Ibu Karti menghubungi si dukun. Dan, dukun biasanya tanpa banyak
alasan langsung menuju ke lokasi dimana ada ibu melahirkan. Karena biasanya
kondisinya kritis, maka memang wajar bahwa banyak kematian ibu disebabkan
karena ditolong oleh dukun.

Sekali lagi, sang dukun itu yang disalahkan. Mereka juga ditakut-takuti supaya
jangan dilaporkan. Bahkan Dinas Kesehatan juga menyalahkan para dukun bayi
tradisional sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu melahirkan di Desa
Semangka.
Itulah semua yang membuat Ibu Karti bingung. Apalagi sekarang muncul aturan
bahwa seorang ibu harus melahirkan di Puskesmas. Biaya melahirkan untuk keluarga
miskin memang gratis, itupun prosesnya tidak mulus dan tidak semua yang berhak
bisa mendapatkan. Sementara keluarga yang tidak miskin dikenakan biaya Rp
200.000. Jika tidak melahirkan di Puskesmas, yakni dilayani melahirkan di rumah
masing-masing, dikenakan biaya tambahan Rp 50.000.

LEMBAR PENUGASAN 1:

1. Kelas dibagi menjadi 3 (4) kelompok yang berfungsi sebagai tim inti
advokasi,
2. Tiap kelompok mendiskusikan hal yang sama yaitu 3 pertanyaan berikut:

2.1. Identifikasi isu advokasi


Identifikasi kemungkinan isu advokasi yang dapat diangkat di berbagai
tingkat? (Desa, kecamatan, kabupaten),
2.2. Data apa yang sudah anda miliki dan yang anda perlukan untuk
mendukung isu advokasi tersebut?
2.3. Rumuskan kemungkinan tujuan advokasi strategik (1-2 tahun)
dengan mengikuti kaidah SMART? Pilihlah indikator untuk
menunjukkan keberhasilan advokasi kelompok anda?

202
3. Tiap kelompok menyiapkan presentasi hasil diskusi selama masing masing 10
menit (dng power point maks 10 slaid)

LEMBAR PENUGASAN 2:

1. Kelas tetap dibagi menjadi 3 (4) kelompok yang berfungsi sebagai tim inti
advokasi,
2. Tiap kelompok mendiskusikan hal yang sama yaitu 3 pertanyaan berikut:

3. 1. Identifikasi sasaran primer maupun sekunder dari advokasi kelompok anda.


Lakukan analisis pembuatan keputusan pada sasaran primer

3.2. Lakukan pemetaan kelompok pendukung (koalisi) yang


menunjang maupun yang bisa menghambat upaya advokasi
anda
3.3. Siapkan materi presentasi yang efektif untuk
menyampaikan pesan advokasi kelompok terhadap sasarn
primer. Telaah media apa yang paling sesuai.
4. Tiap kelompok menyiapkan presentasi hasil diskusi selama masing masing 10
menit (dng power point maks 10 slaid)

203
DAFTAR PUSTAKA:
1. Anonim. Pengantar Advokasi. Lokalatih Penyegaran Metode Advokasi Bagi
NGO Kesehatan. Tanpa tanggal.
2. Departemen Kesehatan. 2008. DTPS KIBBLA. Panduan Fsilitator Advokasi
Anggaran dan Kebijakan. Perencanaan Ke3sehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/ Kota.
3. Mills, Harry A. Negosiasi. Seni untuk Menang. Alih Bahasa Drs. F.X
Budiyanto. Binarupa Aksara, 1993.
4. Sharma, Ritu R. Tanpa tahun. In Introduction to Advocacy. Training gudie.
Support for Analysis and Research in Africa (SARA), Health and Human
Resources Analysis in Africa (HHRAA), USAID, Africa Bureau, Office of
Sustainable Development.
5. Topatimasang, Roem; Budiharga, Wilarsa; Rahardjo, Toto et al. Sehat itu Hak.
Panduan Advokasi Masalah Kesehatan Masyarakat. Koalisi untuk Indonesia
Sehat; Pusat Kajian Ekonomy dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia; Indonesian Society for
Social Transformation; USAID; Johns Hopkins Bloomberg School of Public
Health, Center for Communications Program, 2005.

204
Pedoman Bermain Peran

1. Setiap kelompok diminta untuk bermain peran berdasarkan kasus yang diberikan
2. Kelompok 1 dan 3 bermain peran untuk kasus A, sedangkan kelompok 2 dan 4
untuk kasus B.
3. Waktu bermain peran untuk masing-masing kelompok adalah 20 menit.
4. Setiap kali satu kelompok bermain peran, 3 kelompok lainnya harus melakukan
observasi terhadap kejelasan pesan yang disampaikan, efektivitas
mengkomunikasikan pesan, kualitas komunikasi verbal, penggunaan komunikasi
non verbal, intensitas permainan, dan penggunaan waktu.
5. Kasus A dimainkan oleh kelompok 1 dan 3 secara bergantian, dan dilanjutkan
dengan mendengarkan hasil observasi dari kelompok 2 dan 4 dalam waktu 20
menit.
6. Kasus B dimainkan oleh kelompok 2 dan 4 secara bergantian, dan dilanjutkan
dengan mendengarkan hasil observasi dari kelompok 1 dan 3 dalam waktu 20
menit.
7. Fasilitator merangkum hasil bermain peran dikaitkan dengan pejelasan tentang
komunikasi.

LAMPIRAN

Kasus A

Pada bulan Januari 2016, Bidan Tari yang bertugas di Desa Cipiring
melakukan rekapitulasi hasil register ibu hamil yang berkunjung ke Polindes.
Hasilnya menunjukan, pada tahun 2015, jumlah ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya ke Polindes berjumlah 150 orang, dan yang mengejutkan dari hasil
pemerikasaan hemoglobin dengan menggunakan metode Sahli tercatat 100 ibu hamil
memiliki hemoglobin antara 9-11 mg/dl. Dari hasil pengamatan ternyata masih
banyak ibu hamil yang tidak mengkonsumsi makanan sehat dan tidak menghabiskan
Tablet Tambah Darah (TTD) yang diberikan pada masa kehamilan. Kebanyakan dari
mereka tidak suka makan sayur hijau karena tidak dibiasakan sejak kecil makan
sayur, dan suka makan mi instan setiap hari, karena malas masak.. Desa tersebut
merupakan penghasil sayur-sayuran dan bauh-buahan yang melimpah, tetapi hampir
semua hasilnya dijual ke pasar, hasil jualannya dibelikan mi, kerupuk dan camilan-
camilan kecil.

205
Kasus B

Angka kematian ibu dan bayi di desa X masih tinggi dimana salah satu
penyebabnya adalah keterlambatan dalam merujuk jika ditemui kasus
kegawatdaruratan. Hasil studi yang dilakukan menunjukkan pengetahuan masyarakat
tentang kegawatdaruratan maternal-neonatal sudah cukup baik tetapi biaya yang
menjadi kendala untuk merujuk (terutama untuk yang mengantar dan menunggu
pasien di rumah sakit) karena biaya rumah sakit bisa diatasi dengan menggunakan
kartu BPJS dan (Surat keterangan Tidak Mampu), tetapi untuk mengurus perlu waktu
lama sampai 3 hari, masyarakat tidak bisa menyempatkan waktu untuk mengurusnya..

206
Materi Kegiatan Belajar 8
Pemberdayaan Masyarakat/Penggerakan peran serta masyarakat

Setelah kegiatan pembelajaran 8 ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan


memahami,penggerakan peran serta masyarakat meliputi.
3.1 Pengertian
3.2 Tujuan
3.3 Tahap PSM
3.4 Tingkat PSM
3.5 Bentuk PSM
3.6 Pengembangan PSM

Sasaran Utama Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat, yaitu:


1. Seluruh desa menjadi DESA SIAGA
2. Seluruh masyarakat berperilaku hidup sehat
3. Seluruh keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Kebijakan Pemerintah dalam mendukung revitalisasi Posyandu dan pengembangan


Desa Siaga:
Perkembangan Desa Siaga
1.Cakupan kegiatan kesehatan masyarakat (Posyandu) tinggi (diatas 80%)

2.Masyarakat dapat mengenali tanda-tanda ancaman kesehatan secara sederhana

3.Masyarakat mampu mengambil langkah-langkah dini mengatasi masalah bencana


dan kedaruratan

4.Petugas siap memberikan bantuan teknis penanganan masalah kesehatan

Revitalisasi Posyandu
1.Komitmen para pengambil kebijakan dan para pembina (Leadership):

207
6. Pembinaan dan pengelolaan kelembagaan Posyandu melalui
POKJANAL Posyandu
7. Dukungan pembiayaan untuk operasional Posyandu
8. Pemantapan Kerjasama Lintas Sektor/Program
9. Pengembangan Forum Desa Siaga

2.Penggerakan dan pembinaan kader :

a. Kompetensi Teknis Kader


b. Dukungan Penyediaan Informasi yg Uptodate
c. Model Pemberdayaan Masyarakat terkait dg Desa Siaga: termasuk
pengembangan biaya operasional Posyandu

3.Pelayanan di Posyandu:

POSYANDU

Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan


kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu
oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat
di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa. A.A. Gde Muninjaya
(2002:169) mengatakan : ”Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja
Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai
kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu)”.
Konsep Posyandu berkaitan erat dengan keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud
meliputi keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas
penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya. (Departemen kesehatan, 1987:10).

Posyandu dimulai terutama untuk melayani balita (imunisasi, timbang berat badan)
dan orang lanjut usia (Posyandu Lansia), dan lahir melalui suatu Surat Keputusan

208
Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes)
RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Ketua
Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan
pada sekitar tahun 1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali
melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni
2001 yang antara lain berisikan “Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu” yang antara
lain meminta diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL)
Posyandu di semua tingkatan administrasi pemerintahan. Penerbitan Surat Edaran ini
dilatarbelakangi oleh perubahan lingkungan strategis yang terjadi demikian cepat
berbarengan dengan krisis moneter yang berkepanjangan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Pos Pelayanan Terpadu)


Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana
Tujuan penyelenggara Posyandu…

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil,
melahirkan dan nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Pengelola Posyandu.
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK

209
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).

Kegiatan Pokok Posyandu :


1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.

Pembentukan Posyandu.
a. Langkah – langkah pembentukan :
1) Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2) Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB .
3) Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana
dan prasarana posyandu, biaya posyandu
4) Pemilihan kader Posyandu.
5) Pelatihan kader Posyandu.
6) Pembinaan.
b. Kriteria pembentukan Pos syandu.
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan
satu Posyandu melayani 100 balita.
c. Kriteria kader Posyandu :
1) Dapat membaca dan menulis.
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4) Mempunyai waktu yang cukup.
5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.

210
6) Berpenampilan ramah dan simpatik.
7) Diterima masyarakat setempat.
d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.
1. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim
Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas,
dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB & Kes :
· Imunisasi
· Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap
bulan Februari dan Agustus.
· Pembagian pil atau kondom
· Pengobatan ringan.
· Kosultasi KB-Kesehatan
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas
KB).
2. Sasaran Posyandu :
· Bayi/Balita.
· Ibu hamil/ibu menyusui.
· WUS dan PUS.
a. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
· Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
· Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii
dan Agustus)
· PMT

211
· Imunisasi.
· Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita
melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program
terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan
materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu
tergambar melalui cakupan SKDN
S : Semua baita diwilayah kerja Posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang naik berat badannya.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
1 ) D / S : baik/kurangnya peran serta masyarakat
2) N / D : Berhasil tidaknya Program posyandu
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja
V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat clan
Petugas KB)
f. Dana.
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong
royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta
sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpun melalui kegiatan
Dana Sehat.

SISTEM INFORMASI POSYANDU (SIP)


Sistem informasi Posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi
pengelola Posyandu. OLeh sebab itu Sistem Informasi Posyandu merupakan bagian

212
penting dari pembinaan Posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan
lebih terarah apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual.
Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang
dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas
maupun lingkup yang lebih luas.

Mekanisme Operasional SIP :


1) Pemerintah Desa/kelurahan bertanggung jawab atas tersediannya data dan
informasi Posyandu.
2) Pengumpul data dan informasi adalah Tim Penggerak PKK dengan
menggunakan instrumen :

a. Catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok Dasa
Wisma (kader PKK) .
b. Register bayi dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember.
c. Register anak balita dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
d. Register WUS- PUS alam wilayah ketiga Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
e. Register Ibu hamil dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
f. Data pengunjung petugas Posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan
kematian ibu hamil melahirkan dan nifas.
g. Data hasil kegiatan Posyandu.

Catatan :

1. Instrumen/format SIP diatas oleh kader Posyandu dengan bimbingan teknis


dari petugas kesehatan/PLKB
2. Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan bertanggungjawab dalam hal :

213
a. Menghimpun data dan informasi dari seluruh Posyandu yang ada dalam
wilayah desa/kelurahan.
b. Menyimpulkan seluruh data dan informasi.
c. Menyusun data dan informasi sebagai bahan pertemuan ditingkat
kecamatan (Rakorbang).

1. Puskesmas, PPLKB, Kaurbang mengambil data dari desa untuk dianalisis dan
kemudian menjadi bahan rakor Posyandu di tingkat kecamatan.
2. Hasil analisis digunakan sebagai bahan menyusunan rencana pembinaan.
Masalah-masalah yang dapat diatasi oleh Pemerintah Tingkat Kecamatan
segera diambil langkah pemecahannya sedangkan yang tidak dapat
dipecahkan dilaporkan ke tingkat Kabupaten/Kotamadya sebagai bahan
Rakorbang Tingkat ll.

STRATA POSYANDU dikelompokkan menjadi 4 :


1. Posyandu Pratama :
• belum mantap.
• kegiatan belum rutin.
• kader terbatas.
2. Posyandu Madya :
• kegiatan lebih teratur
• Jumlah kader 5 orang
3. Posyandu Purnama :
• kegiatan sudah teratur.
• cakupan program/kegiatannya baik.
• jumlah kader 5 orang
• mempunyai program tambahan
4. Posyandu Mandiri :
• kegiatan secara teratur dan mantap
• cakupan program/kegiatan baik.
• memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap.

214
Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang
antar strata Posyandu adalah :
1. Jumlah buka Posyandu pertahun.
2. Jumlah kader yang bertugas.
3. Cakupan kegiatan.
4. Program tambahan.
5. Dana sehat/JPKM.
Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada
kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK,
LPM sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu.

PEMBINAAN KFSEJAHTERAAN KELUARGA


PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan
wanita sebagai motor penggerakan untuk membangun keluarga sebagai unit atau
kelompok terkecil dalam masyarakat dan bertujuan membantu pemerintah untuk ikut
serta memperbaiki dan membina tata kehidupan dan penghidupan keluarga yang
dijiwai oleh Pancasila menuju terwujudnya keluarga yang dapat menikmati
keselamatan, ketenangan dan ketentraman hidup lahir dan bathin (keluarga sejahtera).
susunan kepengurusan PKK sebagai berikut :
• Ketua, Wakil Ketua
• Sekretaris, Wakil Sekretaris.
• Bendara Wakil Bendahara
• Ketua Pokja I dan anggota
• Ketua Pokja II dan anggota.
• Ketua Pokja III dan anggota.
• Ketua Pokja IV dan anggota.
Sebagai Ketua disemua tingkatan dijabat secara fungsional oleh istri Kepala
Pemerintahan Daerah setempat sampai ke tingkat Desa/Kelurahan sedangkan yang
menjadi Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara clan anggota adalah dari tokoh
masyarakat setempat.

215
Program P.K.K.
Tim Penggerak PKK memiliki 10 program pokok PKK sebagai berikut :
1. Penghayatan dan l Pengamalan Pancasila.
2. Gotong royong
3. Pangan
4. Sandang.
5. Perumahan dan tatalaksana rumah tangga.
6. Pendidikan dan keterampilan
7. Kesehatan.
8. Pengembangan kehidupan berkoperasi.
9. Kelestarian lingkungan hidup.
10. Perencanaan sehat.
Program tersebut bukan urut-urutan tetapi program yang satu terkait dengan
program yang lain dan setiap program dapat berkembang sesuai kemajuan
perkembangan pembangunan daerah setempat sehingga 10 program pokok dapat
menjadi berbagai kegiatan.

Sepuluh (10) program pokok PKK tertuang ke dalam 4 (empat) kelompok kerja
(Pokja) yaitu :
1. Kelompok kerja I (Pokja I) membidangi :
• Penghayatan Pengamalan Pancasila
• Gotong royong.
2. Kelompok Kerja (Pokja II) membidangi
• Pendidikan dan keterampilan.
• Pengembangan kehidupan berkoperasi.
3. Kelompok Kerja (Pokja III) membidangi :
• Sandang
• Pangan
• Perumahan dan tatalaksana rumah tangga.
4. Kelompok KerjaIV (Pokja IV) membidangi :

216
• Kesehatan.
• Kelestarian lingkungan hidup.
• Perencanaan sehat.
Secara khusus Kelompok Kerja IV (Pokja IV) yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan posyandu bersama dengan kader PKK khusus Posyandu serta LPM.
Disamping adanya Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan terdapat pula kelompok
PKK didusun/lingkungan dan kelompok Dasa Wisma terdiri dari 10 s/d 20 Kepala
Keluarga yang ketuanya diangkat dari salah seorang dari 10 atau 20 KK tersebut yang
bertugas dalam melaksanakan dan membina kegiatan program Pokok PKK dan
pengembangannya dicatat dalam 3 (tiga) buku catatan ketua Kelompok Dasa Wisma
yaitu :
1. Buku catatan keluarga mencatat data keluarga secara lengkap.
2. Buku catatan kegiatan keluarga mencatat kegiatan kehidupan keluarga.
3. Buku catatan kelahiran dan kamatian bayi, ibu hamil, ibu meneteki (buteki) dan ibu
nifas.
Ketiga buku catalan kelompok Dasa Wisma merupakan salah satu format SIP.

(http://iinaza.wordpress.com/2008/04/19/serba-serbi-posyandu/)

Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program
dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan
dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya
yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama (Depkes RI, 1990).

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di


masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan

217
revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan
posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status
gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).

Sasaran Revitalisasi Posyandu

Kegiatan revitalisasi posyandu pada dasarnya meliputi seluruh posyandu dengan


perhatian utamanya pada posyandu yang sudah tidak aktif/rendah stratanya (pratama
dan madya) sesuai kebutuhan, posyandu yang berada di daerah yang sebagian besar
penduduknya tergolong miskin, serta adanya dukungan materi dan non materi dari
tokoh masyarakat setempat dalam menunjang pelaksanaan kegiatan posyandu.
Dukungan masyarakat sangat penting karena komitmen dan dukungan mereka sangat
menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan posyandu (Depkes RI, 1999).

Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat
besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan.
Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan
posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga
diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama, madya, purnama, dan
mandiri.

Jenis posyandu

Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan intervensi


sebagai berikut :

1. Posyandu pratama (warna merah)

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya

218
belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’
sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu
ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.

2. Posyandu madya (warna kuning)

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu
kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :

a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi
dengan metoda simulasi.

b. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk menentukan


masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan program tambahan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

3. Posyandu purnama (warna hijau)

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali
per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program
utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program
tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi
pada posyandu di tingkat ini adalah :

a. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat


menetukan sendiri pengembangan program di posyandu

b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat
dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

219
4. Posyandu mandiri (warna biru)

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu
diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.

(http://www.rajawana.com/artikel/kes

DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa
dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).

Pos Kesehatan Desa


Poskesdes adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat desa. UKBM yang sudah dikenal luas oleh masyarakat yaitu Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Warung Obat Desa, Pondok Persalinan Desa
(Polindes), Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain (Depkes,
2007).
Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa,
Poskesdes memiliki kegiatan:
1.Pengamatan epidemiologi sederhana terhadap penyakit terutama penyakit menular
yang berpotensi menimbulkan
2.Kejadian Luar Biasa (KLB) dan faktor resikonya termasuk status gizi serta
kesehatan ibu hamil yang beresiko.
3.Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB serta faktor resikonya termasuk kurang gizi.

220
4.Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.
5.Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
6.Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.

Dengan demikian Poskesdes diharapkan sebagai pusat pengembangan atau


revitalisasi berbagai UKBM yang ada di masyarakat desa. Dalam melaksanakan
kegiatan tersebut, Poskesdes harus didukung oleh sumber daya seperti tenaga
kesehatan (minimal seorang bidan) dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 orang
kader. Selain itu juga harus disediakan sarana fisik berupa bangunan, perlengkapan
dan peralatan kesehatan serta sarana komunikasi seperti telepon, ponsel atau kurir.
Untuk sarana fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara/alternatif
yaitu mengembangkan Polindes yang telah ada menjadi Poskesdes, memanfaatkan
bangunan yang sudah ada misalnya Balai Warga/RW, Balai Desa dan lain-lain serta
membangun baru yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah),
donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
Kriteria Desa Siaga
Kriteria desa siaga meliputi :
1. Adanya forum masyarakat desa
2. Adanya pelayanan kesehatan dasar
3. Adanya UKBM Mandiri yang dibutuhkan masyarakat desa setempat
4. Dibina Puskesmas Poned
5. Memiliki system surveilans (faktor resiko dan penyakit) berbasis masyarakat.
6. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis
masyarakat.
7. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
8. Memiliki lingkungan yang sehat.
9. Masyarakatnya ber perilaku hidup bersih dan sehat.
Tahapan desa siaga :
1.Bina yaitu desa yang baru memiliki forum masyarakat desa, pelayanan kesehatan

221
dasar, serta ada UKBM Mandiri.
2.Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina
ditambah dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans
yang berbasis masyarakat.
3.Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan
dan kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis
masyarakat yang telah berjalan.
4.Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga.
(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/17/desa-siaga/)

Perintisan Desa Siaga

Pengertian Desa Siaga


Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Desa siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan
Indonesia sehat 2010. Disini, pengembangan desa siaga perlu dilaksanakan karena
desa merupakan basis bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Desa yang dimaksud
dalam desa siaga adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Republik Indonesia.

Tujuan Desa Siaga


Pengembangan desa siaga memiliki beberapa tujuan :
Tujuan Umum :
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya.

222
Tujuan Khusus :
•Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
•Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan.
•Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
•Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan
sebagainya).

Sejarah Desa Siaga


Penggagas Desa Siaga ini adalah seorang aktivis perburuhan. Sri Kusyuniati
(50), sebelum mencetuskan Desa Siaga telah menggeluti bidang perburuhan selama
belasan tahun. Aktivis yang akrab dipanggil Kus ini, bahkan mendirikan Yayasan
Annisa Swasti (Yasanti) untuk membela kepentingan kaum buruh perempuan, dan
pernah menjabat sebagai direktur eksekutif selama hampir 13 tahun.
Sepak terjangnya merintis Desa Siaga ini sendiri bermula tahun 2001-2003,
saat ia bekerja untuk Program Maternal and Neonatal Health bantuan dari USAID.
Selain itu, pasca-lengsernya mantan presiden Soeharto, berbagai gerakan memang
berkembang pesat di Indonesia, termasuk gerakan buruh. Menurut Kus, saat itu isu
kesehatan terlupakan, karena rakyat umumnya berkonsentrasi pada persoalan politik
dan reformasi.
Menyadari masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap isu kesehatan,
Kus pada waktu itu berupaya merancang bentuk pengorganisasian masyarakat dengan
menggunakan isu kesehatan. Ia lantas menggagas suatu program kesehatan untuk ibu
dan bayi baru lahir, yakni program Siaga (Siap-Antar-Jaga). Melalui program ini, Kus
ingin menyelamatkan para ibu dari kematian akibat persalinan, sebab angka kematian
ibu akibat persalinan di Indonesia sangat tinggi.
Tragisnya, menurut Kus, penyebab kematian tersebut adalah hal-hal sepele

223
yang bisa dihindarkan. Hal sepele itu berpangkal dari “3 Terlambat”, yakni terlambat
dibawa ke rumah sakit, terlambat ditangani, dan terlambat mendapatkan pertolongan.
Kus kemudian mencoba mengatasi persoalan ini, antara lain dengan cara
menghidupkan lagi sistem pranata desa yang pernah berlangsung di tahun 1960-an, di
mana dalam keadaan darurat, seluruh masyarakat desa bersiaga. Sarana komunikasi
berupa kentongan dihidupkannya kembali, dan kepedulian sosial yang telah mulai
meredup di kalangan warga desa, perlahan namun pasti, dibangkitkannya lagi.
Ia ingin membangun suatu pranata masyarakat di mana kebersamaan timbul
bukan karena “suruhan” atau paksaan dari atas, melainkan muncul atas kesadaran dan
kerelaan dari bawah, atau dari kalangan masyarakat itu sendiri.

Gagasan perempuan yang berlatar pendidikan ilmu keguruan dan perburuhan ini
ternyata cukup berhasil. Pada tahun kedua berjalannya program ini, Desa Siaga
tumbuh pesat, dari 55 buah menjadi 300 Desa Siaga. Keberhasilan ini mendapat
tanggapan positif dari Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Barat, yang lantas
mengadopsi konsep ini untuk dijalankan di wilayahnya.

Keberadaan Desa Siaga, ternyata telah memberikan dampak positif, antara lain
berhasil menurunkan angka kematian ibu dan anak, sehingga pada tahun 2004
program ini diadopsi oleh Departemen Kesehatan, dan menjadi kebijakan nasional.
Pada tahun 2006, Depkes menargetkan terbentuknya 12.000 Desa Siaga, dan tahun
2008, seluruh desa diharapkan telah menjadi Desa Siaga. Pengembangan Desa Siaga
ternyata dipandang penting sebagai basis menuju masyarakat Indonesia Sehat.

Sasaran Desa Siaga


Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi
intervensi, yaitu :
1.Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.

224
2.Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
3.Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain seperti Kepala Desa, Camat, para
pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya.

Komponen Desa Siaga


Kriteria Desa Siaga

Sebuah desa dikatakan desa siaga apabila telah memenuhi syarat sekurang-kurang
satu buah Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Poskesdes merupakan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes dapat dikatakan sebagai suatu sarana kesehatan yang merupakan
pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanan di
Poskesdes dapat meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (penyuluhan), dan
kuratif (pengobatan) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan)
dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
Poskesdes diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi
berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa (Warung Obat Desa,
Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga, dan lain-lain). Lain kata,
poskesdes berperan sebagai koordinator dari UKBM-UKBM lain.
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah Poskesdes merupakan kegiatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, secara minimal berupa :
•Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), dan faktor-
faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
•Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi

225
menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk status gizi).
•Kesiapsiagaan dan penanggulangan becana dan kegawatdaruratan kesehatan.
•Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
•Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar
gizi (kadarzi), peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan, dan lain-lain, merupakan
kegiatan pengembangan.

Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan


dibantu oleh minimal 2 (dua) orang kader kesehatan. Untuk penyelenggaraan
poskesdes, harus tersedia sarana fisik yang meliputi bangunan, perlengkapan, dan
peralatan kesehatan. Beberapa alternatif pembangunan poskesdes dapat dilakukan
dengan urutan sebagai berikut :

1.Mengembangan rumah pondok bersalin desa (Polindes) yang telah ada menjadi
poskesdes.
2.Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa,
Balai pertemuan desa, dan lain-lain.
3.Membangun bangunan baru, yaitu dengan pendanaan dari pemerintah (Pusat atau
Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

Untuk melancarkan komunikasi dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan lain
(khususnya Puskesmas), Poskesdes dapat memiliki sarana komunikasi.

Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral
pemecahan masalah yang terorganisasi, yaitu dengan menempuh tahap-tahap :
•Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
•Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

226
•Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan
melaksanakannya.
•Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.

Secara garis besar, langkah pokok yang perlu ditempuh untuk mengembangkan desa
siaga meliputi :

Pengembangan Tim Petugas


Pengembangan tim petugas dilakukan paling awal, sebelum kegiatan yang lain
dilaksanakan. Langkah ini bertujuan untuk mempersiapkan para petugas kesehatan
yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan ini bias berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat
konsolidasi sesuai kondisi setempat. Diharapkan setelah diadakan pelatihan petugas,
petugas akan memahami tugas dan fungsinya serta siap bekerja sama dalam satu tim
untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.
Pengembangan Tim Masyarakat
Langkahh ini bertujuan untuk menyiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta
masyarakat agar tahu dan mau bekerja sama dalam satu tim untuk mengembangkan
desa siaga. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan,
agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan, anjuran, restu, dana
maupun sumber daya lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan lancar.
Pendekatan juga dilakukan kepada tokoh masyarakat agar tokoh masyarakat
memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga.
Jika di daerah yang akan dikembangkan desa siaga telah terbentuk wadah-wadah
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau
Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pamberdayaan Desa, PKK serta organisasi
kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikutsertakan dalam setiap
pertemuan dan kesepakatan.

227
Survei Mawas Diri (SMD)
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu
melakukan telaah mawas diri untuk desanya.Survey ini dilakukan oleh pemuka
masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Setelah diadakan kegiatan
SMD ini diharapkan ada identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi
di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut,
termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.

Musyawarah Mufakat Desa (MMD)


MMD ini bertujuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan dan
upaya membangun Poskesdes, dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di
samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.
Musyawarah diselenggarakan oleh para tokoh masyarakat (ternasuk tokoh
perempuan, pemuda, dan dunia usaha) bersama dengan seluruh masyarakat di desa
siaga. Pada saat musyawarah, permasalahan dan temuan data yang berkaitan dengan
kesehatan disajikan kemudian diselesaikan dengan solusi pemecahan dan termasuk
pembangunan Poskesdes serta pengembangan desa siaga.
Pelaksanaan Kegiatan
•Pemilihan Kader dan Pengurus Desa Siaga
•Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga
•Pengembangan Poskesdes dan UKBM yang lain
•Penyelenggaraan seluruh kegiatan Desa Siaga
Pembinaan dan Peningkatan

Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk
memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memilki
motivasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang

228
masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk
memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan diberi gaji / insentif atau
difasilitasi agar mau berwirausaha.

Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga perlu dilakukan pemantauan dan
evaluasi, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan di desa siaga perlu dicatat oleh para
kader, misalnya buku register UKBM (kegiatan Posyandu dicatat dalam buku
Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu.

Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Indikator Masukan
Indikator masukan adalah untuk mengukur sebarapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
•Ada / tidaknya Forum Masyarakat Desa
•Ada / tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya
•Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
•Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan)
Indikator Proses

Indokator proses adalah indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
•Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa
•Berfungsi / tidaknya Poskesdes
•Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada
•Berfungsi / tidaknya Sistem kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawatdaruratan dan bencana.
•Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat
•Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

229
Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di
suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga, meliputi :
•Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
•Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
•Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
•Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS4.

Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
•Jumlah penduduk yang menderita sakit
•Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
•Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
•Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
•Jumlah balita dengan gizi buruk.

G. PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT)

4. Dasar Pemikiran

Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS adalah karena faktor perilaku
secara teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah
satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

PengertianPHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,
mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu

230
KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi
Kesehatan/JPKM.

Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk memberikan pengalaman


belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan
masyarakat(Empowerment).

Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,


terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

5. Indikator PHBS

Indikator nasional PHBS ada 10, yaitu :


a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
b. Memberi bayi ASI Eksklusif
c. Menimbang balita setiap bulan
d. Menggunakan Air Bersih
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
f. Menggunakan jamban sehat
g. Memberantas jentik di rumah
h. Makan sayur dan buah setiap hari
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah

231
Keterangan INDIKATOR PHBS:

7. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Pertolongan pertama pada persalinan


balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
bidan)
8. Memberi bayi ASI Eksklusif
Bayi termuda umur 0 – 6 bulan diberi ASI saja sejak lahir sampai dengan 24 jam
terakhir.
9. Menimbang balita setiap bulan
Balita (0 – 59 bl) ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan dicatat
dalam KMS. Penimbangan ke posyandu, puskesmas, pustu, RS, bidan dan sarana
kesehatan lainnya minimal 8 kali setahun
10. Menggunakan Air Bersih
Rumah tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Syarat fisik
air bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Jarak sumber air
bersih dengan tempat penampungan limbah minimal 10 m
11. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan anggota rumah tangga umur ≥ 5 th untuk mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar (BAB)
dalam 1 minggu terakhir.
12. Menggunakan jamban sehat
Rumah tangga memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan septik
tank/lubang penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir.
Jamban/kakus adalah bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia.tinja bagi keluarga. Manfaat jamban adalah untuk mencegah
penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.

Syarat jamban sehat adalah:

232
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber air minum dengan lubang
penampungan minimum 10 m, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi
kedap air).
b. Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan tikus
c. Tidak mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan
e. Aman digunakan
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g. Cukup penerangan
h. Lantai kedap air
i. Luas ruangan cukup
j. Ventilasi cukup baik
k. Tersedia air dan alat pembersih

7. Memberantas jentik di rumah


Tidak ditemukan jentik di semua tempat yang dapat menampung air baik di dalam
atau di lingkungan rumah.

8. Makan sayur dan buah setiap hari


Anggota rumah tangga umur > 10 th mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
porsi sayuran setiap hari dalam 1 minggu terakhir

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari


Anggota keluarga umur > 10 th melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30
menit dalam 1 minggu terakhir. Aktifitas fisik yang dimaksud adalah kegiatan olah
tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih sehat : lari, jalan, bersepeda kayuh,
menimba air, dls.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Anggota keluarga umur > 10 th tidak merokok di dalam rumah ketika berada
bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

233
11. Gizi Seimbang
Anggota RT setiap hari :
Mengkonsumsi garam beryodium
Mengkonsumsi aneka ragam makanan

12. Memeriksakan kehamilan sesuai standar


Ibu hamil terakhir yang memeriksakan kehamilannya (K4) secara rutin di tenaga
kesehatan dengan rincian :

Trimester I min. 1x
Trimester II min. 2x
Trimester III min. 2x

13. Memiliki jaminan kesehatan


Anggota RT mempunyai pembiayaan pra upaya kesehatan seperti Askes,
Askeskin, Dana sehat, jamsostek, Asuransi Perusahaan, atau bentuk jaminan
kesehatan lainnya, (BPJS)

14. Imunisasi lengkap pada bayi


Bayi (0-11 bulan) yang mendapat imunisasi sesuai program
0 – 7 hari : Hb Uniject
0 -1 bulan : BCG
2 bln : DPT-HB Combo I, Polio I
3 bln : DPT-HB Combo II, Polio II
4 bln : DPT-HB Combo III, Polio III
9 bln : Campak, Polio IV

15. PUS sebagai peserta KB


Suami/Isteri sebagai akseptor KB, kecuali pada PUS yang ingin anak tetapi tidak
mempunyai faktor resiko
16. Lantai rumah bukan dari tanah

234
RT yang mempunyai rumah dengan bagian bawah/dasar/alas terbuat dari semen,
ubin, keramik/ atau sejenis yang kedap air.

17. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan


RT yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta

18. Pengelolaan sampah


Keluarga melakukan pengelolaan sampah sehingga tidak terdapat sampah
berserakan atau tidak dikelola dengan baik, baik di dalam rumah ataupun di luar
rumah

19. Memiliki TOGA


Anggota keluarga yang menanam/memiliki TOGA di pekarangan rumahnya dan
tahu pemanfaatannya

20. Kebiasaan gosok gigi


Anggota keluarga umur ≥ 5 tahun yang gosok gigi setelah makan dan mau tidur
dalam 1 minggu terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

235
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya
Medika.
Effendy, Nasrul.1995.Perawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC.
Entjang, Indan. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Ryadi, Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Prinsip Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Slamet. 1982. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Usaha Nasional
. 2007. Paket Pelatihan Kader Kesehatan Dan Tokoh Masyarakat Dalam
Pengembangan Desa Siaga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
http://forbetterhealth.wordpress.com/pembangunan-kesehatan-masyarakat-desa/

(http://nyzas-world.blogspot.com/2009/03/perintisan-desa-siaga-pengertian-
desa.html)

236

Anda mungkin juga menyukai