Modul Kesehatan Masyarakat
Modul Kesehatan Masyarakat
Modul Kesehatan Masyarakat
1. Pendahuluan
Modul ini berjudul “ Kesehatan Masyarakat”, yang termasuk dalam
kompetensi yang Kompetensi 2 dengan uraian sebagai berikut: Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap
terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk
meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan
kesiapan menjadi orang tua.Yang menjadi fokus pembahasan adalah
mengenai;(1) Konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat, (2) Kebijakan
pembangunan kesehatan nasional berkaitan dengan kesehatan masyarakat, (3)
Konsep PHC dan PKMD, (4) Issue kesehatan lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi, (5)Pendekatan dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak, (6) Mengidentifikasi institusi
pelayanan kesehatan ibu dan anak, (7) Advokasi, Kemitraan dan
pemeberdayaan masyarakat untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan
anak
Mempelajari modul ini diharapkan Anda sebagai mahasiswa memiliki
pemahaman tentang ilmu kesehatan masyarakat. Modul ini direncanakan dapat
Anda pelajari sebelum kegiatan pembelajaran secara tatap muka dimulai.
Dengan demikian, Anda dapat mengoptimalkan pemanfaatan waktu
pembelajaran secara tatap muka untuk (1) mendiskusikan materi pembelajaran
yang belum sepenuhnya Anda pahami, (2) mendapatkan penjelasan tambahan,
dan (3) melakukan praktik dan simulasi berkaitan dengan Mata Kuliah
Kesehatan Masyarakat. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari
modul ini adalah sekitar 15 x 50 menit teori dan praktik 14 x 160 menit,
disamping itu akan dilakukan dua kali evaluasi, tengah semester dan akhir
semester. Oleh karena itu, Anda diharapkan membuat catatan-catatan
mengenai hal-hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran
secara tatap muka dilaksanakan. Akhirnya, selamat belajar dan semoga
SUKSES!
1
ini diharapkan Anda sebagai mahasiswa memiliki pemahaman tentang
Kesehatan Masyarakat dan termotivasi secara optimal untuk mengembangkan
kemampuan Anda dalam memahami dan mempraktikkan Kesehatan
Masyarakat kepada individu, keluarga dan kelompok masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan Umum Setelah mempelajai modul ini mahasiswa mampu mecapai
Kompetensi 2 yaitu: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang
sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
Kompetensi Dasar /Tujuan Instruksional Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat
2. Memahami kebijakan pembangunan kesehatan nasional berkaitan
dengan kesehatan masyarakat.
3. Menjelaskan konsep PHC
4. Mampu memahami issue kesehatan lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan reproduksi
5. Mampu memahami pendekatan dalam pemeliharaan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak
6. Mampu memahami dan mengidentifikasi institusi pelayanan kesehatan
ibu dan anak
7. Mampu memahami advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat
untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibudan anak.
3. Manfaat mempelajari modul ini
Sebagai mahasiswa kebidanan memahami Kesehatan Masyarakat dan dengan
Pengembangan Teknologi Pembelajaran, manfaat yang Anda peroleh setelah
selesai mempelajari modul ini dan mengikuti kegiatan pembelajaran secara
tatap muka dan praktik di lahan praktik adalah bertambahnya pengetahuan dan
pemahaman Anda di bidang kesehatan masyarakat, sehingga mendukung
2
dalam melaksanakan kegiatan asuhan kebidanan secara professional dan
kompeten pada individu, keluarga dan kelompok masyarakat .
Di dalam modul ini tersedia beberapa soal latihan dan hendaknya semua soal
latihan ini Anda kerjakan. Dengan mengerjakan semua soal latihan yang ada
diharapkan Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau
pemahaman Anda terhadap materi pembelajaran yang terdapat di dalam modul
ini. Keuntungan lainnya dari mengerjakan soal-soal latihan adalah bahwa
Anda dapat mengetahui bagian-bagian mana dari materi pembelajaran yang
telah Anda pelajari yang masih belum sepenuhnya Anda pahami.
3
Anda pahami. Terbuka juga kemungkinan bagi Anda sebagai mahasiswa
untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dalam mendiskusikan materi
pokok yang diuraikan di dalam modul ini.
Kegiatan Belajar 1
Konsep dasar Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Pernahkah anda mendengar istilah konsep pelayanan kesehatan masyarakat? Jika
pernah coba tuliskan apa yang anda ketahui tentang konsep Pelayanan kesehatan
masyarakat pada kotak berikut ini
4
Bagaimana apakah sudah selesai anda menuliskannya, sekarang cocokkan
jawaban anda dengan uraian berikut ini:
5
80% benar, janganlah berkecil hati. Cobalah pelajari kembali dengan lebih cermat
materi pembelajaran yang belum sepenuhnya Anda pahami. Kemudian, kerjakan
kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini Anda lebih berhasil. Ingatlah bahwa
hanya dengan semangat belajar yang tinggi disertai rasa percaya diri, Anda pasti
dapat menyelesaikan materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.
B. Uraian Materi
Setelah kegiatan pembelajaran satu ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan dan memahami, konsep dasar pelayanan kesehatan masyarakat
Konsep dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat :
1. Sejarah kesehatan masyarakat
2. Periode-periode perkembangan kes. masyarakat
3. Perkembangan kes. masyarakat di Indonesia
4. Definisi kesehatan masyarakat
5. Ruang lingkup kesehatan masyarakat
6. Faktor - faktor yang mempengaruhi deraja kesehatan masyarakat
7. Sasaran kesehatan masyarakat
6
pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam
pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari
makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi cukup istirahat dan
melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan
melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya
tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan
yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul
dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan.
Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit ( setelah
sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini
pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain
yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung
melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan
(promosi) sebelum terjadinya penyakit. Dalam kelompok ini termasuk para
petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan
masyarakat dari berbagai jenjang.
KURATIF PREVENTIF
Kontak dengan pasien pada umumnya Kontak dengan pasien beberapa kali.
hanya sekali saja.
Jarak antara petugas kesehatan dengan Jarak antara petugas kesehatan dengan
7
pasien cenderung jauh. pasien cenderung bersifat kemitraan.
2. SASARAN
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga,
kelompok khusus baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidamampuan merawat
dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi
anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota-anggota keluarga yang lain, dan keluarga- keluarga yang ada
disekitarnya.
Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan, dan termasuk diantaranya adalah:
8
1. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:
Ibu hamil;
Bayi baru lahir;
Anak balita;
Anak usia sekolah;
Usia lanjut.
2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
Penderita penyakit menular seperti: TBC, Lepra, Aids, penyakit
kelamin lainnya;
Penderita yang menderita penyakit menular, seperti: penyakit diabetus
millitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental, ODHA dan
lain sebagainya.
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
Wanita tuna susila;
Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika;
Kelompok-kelompok pekerja tertentu;
Dan lain sebagainya.
4. Lembaga sosial, perawatan, dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
Panti werdha;
Panti asuhan;
Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial, seperti pecandu
narkoba dan lainnya);
Penitipan anak balita.
Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja
sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah
ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam
9
berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan,
apakah itu permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun
kesehatan khususnya.
Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku
individu,keluarga ataupun perilaku-perilaku kelompok masyarakat dalam banyak
hal,diantaranya adalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, misalnya
membuang sampah sembarangan, buang air besar di sungai yang digunakan orang
banyak sebagai tempat mandi, mencuci, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Masalah
gizi, dimana pengetahuan keluarga tentang gizi kurang, cara pengolahan gizi yang
salah, kebiasaan makanan yang berkaitan dengan pantangan dan kurangnya
kemampuan sosial ekonomi keluarga untuk menyediakan dan memenuhi
kebutuhan gizi keluaraga dan sebagainya. Disamping itu masalah-masalah yang
berkaitan dengan pemeliharaan diri sendiri (personal hygiene), yang berkaitan
dengan kurangnya pengetahuan dalam hal perawatan diri sendiri. Disamping itu
anggapan masyarakat sendiri tentang pengertian sakit, diamana yang
dikatakan sakit itu adalah tidak mampu lagi untuk berbuat sesuatu , dan
kalau masih batuk pilek, pusing dan gangguan-gangguan kesehatan ringan
belum dikategorikan sakit. Hal yang sangat memprihatinkan adalah
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah, misalnya
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi anak ke puskesmas, posyandu dan
sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan yang telah melakat dan membudaya dalam
pemeliharaan kesehatan, gizi, dan kehamilan dan pertolongan persalinan, karena
faktor ketidaktahuan, akan memberikan konstribusi yang besar dalam
meningkatkan aangka kesakitan dan kematian di masyarakat.
Bertitiktolak dari masalah-masalah yang disebutkan diatas, maka
keberadaan tenaga kesehatan masyarakat bersama team kesehatan lainnya
sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi
ditengah-tengah maasyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat dalam mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
10
3. PERIODE-PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN DI
MASYARAKAT
Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir, Yunani, dan
Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk
penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah
ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen
tertulis, bahkan peratran-peraturan tertulis yang mengatur tentang
pembuangan air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota,
pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa manusia telah membangun
tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya pada
saat itu, bukan karena tinja atau kotoran manusia menimbulkan penyakit,
tetapi karena tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan tidak
mengenakkan. Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu
dengan alasan bahwa air minum kali yang ,mengalir sudah kotor itu terasa
tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit
(Greene, 1984). Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman romawi kuno
telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat
mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang
yang berbahaya, dan binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan
sebagainya. Bahkan pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan
untuk melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman
(public bar), warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon,
1974).
Pada permulaan abad pertama sampai dengan kira-kira abad ke-7
kesehatan masyarakat makin dirasakan kepentingannya, karena berbagai
11
penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah
menjadi epidemi bahkan di beberapa tempat telah menjadi endemi. Upaya –
upaya untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang
telah mulai memperhatikan masalah lingkungan terutama hygiene dan sanitasi
lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum
yang bersih, penbuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Pada abad ke -14 mulai terjadi wabah pes yang dahsyat di China dan India.
Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan
di India , Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang meninggal tiap hari
karena pes. Menurut catatan jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh
dunia waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu, waktu
itu disebut “The Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit – penyakit
menular ini berlangsung sampai menjelang abad ke – 18. Di samping wabah
pes, wabah kolera dan tipus masih berlangsung. Telah tercatat bahwa pada
tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal, dan pada tahun 1665
sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena penyakit menular. Pada tahun
1759, 70.000 orang penduduk kepulauan Cyprus meninggal karena penyakit
menular. Penyakit – penyakit lain yang menjadi wabah pada waktu itu antara
lain, dipteri, tipus, disentri dan sebagainya.
Dari catatan – catatan tersebut diatas dapat dilihat bahwa masalah
kesehataan masyarakat khususnya penyebaran penyakit – penyakit menular
sudah begitu meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan
masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
b. Periode ilmu pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19
mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia,
termasuk kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan
khususnya penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis, dan pendekatan
yang dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19
masalah kesehatan adalah masalah yang komplek. Oleh sebab itu, pendekatan
asalah kesehatan harus dlakukan secara komprehensif, multisektoral.
12
Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan
berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit.
Louis pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah cacar, Joseph
Lister menemukan asam carbon (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi,
dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai
dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat
Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat
yang tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris
membentuk komisi untuk menyelidiki dan penanganan masalah wabah kolera
ini. Edwin Chadwich seorang pakar sosial sebagai ketua komisi ini akhirnya
melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut:
Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk
berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air
limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar
banyak dirubungi lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian bsar
masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam perhari, dengan gaji yang di
bawah kebutuhan hidup. sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli
makanan yang bergizi. Laporan Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data
statistik yang bagus dan sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan
Chadwich ini , akhirnya parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya
mengatur upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi
lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik, dan sebaginya, pada tahun
1848 John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah
kesehatan penduduk (masyarakat).
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan
pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun1893 John
Hopkins, seorang pedagang wiski dari baltimore, Amerika mempelopori
berdirinya universitas, dan di dalamnya terdapat fakultas kedokteran. Mulai
tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan
sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat
bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para
13
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu
asumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang
dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk
kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran atau
kesehatan.
14
pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka
penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini
tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebidanan, kemudian
baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada
zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan
lagi.
Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala
pelayanan kesehatan sipil dan militer , dan dokter Bleeker di Indonesia. Kemudian
sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche
Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada tahun
1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS
(Nederland Indische Arsten School), pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun
1947 merubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan
1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini, dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi masal.
Pada tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan
di Banyumas – Purwokerto pada waktu itu. Untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
“propaganda” (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha
Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat Indonesia.
15
sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956
ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan “Proyek Bekasi” (tepatnya Lemah Abang)
sebagai proyek peercontohan atau model pelayanan bagi pengembangan
kesehatan masyarakat pedesaan Indonesia, dan sebagai pusat pelatihan tenaga
kesehatan.
16
c) Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata
Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti manajerial
yang lain, yakni Micro planning untuk perencanaan dan, Lokakarya mini
(Lokmin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim.
Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan Keluarga Berencana
(Posyandu) program ini mencakup :
a) Kesehatan ibu dan anak, b) Keluarga Berencana, c) Gizi, d)
Penanggulangan penyakit diare, e) Imunisasi
17
terjadi di masyarakat.
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah
berjalan sampai awal abad ke-20, Winslow(1920) membuat batasan kesehatan
masyarakat sebagai berikut ; kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui
“Usaha-usaha Pengorganisasian Masyarakat” untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan
e. Pengembangan rekayasa social untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya
18
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Kesehatan Masyarakat sebenarnya adalah
salah satu strategi atau pendekatan Pendidikan Kesehatan.
Selanjutnya, Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan Kesehatan
Masyarakat itu mencakup :
a. Sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit
c. Pendidikan kesehatan (hygiene)
d. Manajemen (pengorganisasian) pelayanan kesehatan
e. Pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan kesehatan
masyarakat
19
6. RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Ilmu kesehatan masyarakat membahas keadaan atau kejadian (fenomena)
dari segi kehidupan social individu ataupun masyarakat yang ada kaitannya
dengan kesehatan individu/masyarakat yang bersangkutan. Pembahasan ilmu
kesehatan lebih luas dari ilmu kedokteran, kesehatan mencakup kebutuhan pokok
dari individu/masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut, upaya ke
arah itu dipengaruhi oleh banyak factor social (WHO).
Menurut sejarah perkembangan, ilmu kesehatan bermula dari cara
pemeliharaan kesehatan/pengobatan yang berdasarkan kepercayaan bahwa
“penyakit adalah kutukan dari para dewa”. Sejalan dengan pertumbuhan budaya
manusia dan teknologi, kemudian muncul konsep-konsep pelopor ilmu
kedokteran, diantaranya:
1. Hippocrates (460-370 SM)
Dengan menggunakan pendekatan observatif menemukan cara-cara
pengobatan secara ilmiah yang sampai hari ini masih dianut metodenya.
Dengan penemuan tersebut beliau dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran.
2. Anthony Van Luwenhoek (1632-1723)
Merintis pengembangan mikroskop berlensa satu. Dengan alat tersebut ia
menemukan protozoa dan spermatozoa.
3. John Snow (1813-1912)
Memperdalam ilmu yang disebut epidemiologi, dan dengan prinsip ilmu
ini pula beliau berhasil membuktikan penyakit kolera yang disebabkan dan
dibawa oleh air.
4. Louis Pasteur (1827-1912)
Merupakan sarjana pertama yang memperkenalkan dan meyakinkan
penggunaan antiseptic dalam ilmu bedah.
5. Carlos Juan Finlay ( 1833-1915)
Menemukan dan membuktikan penyebab atau pembawa demam kuning.
6. Robert Koch (1843-1910)
Pendiri dan ahli bakteriologi kedokteran modern, beliau juga penemu
kuman penyebab anthraks, kolera, tuberculosis.
7. Paul Erhlich (1854-1915)
20
Sarjana yang pertama kali menemukan anti sifilis.
Ditunjang oleh penemuan di atas pada era berikutnya ditemukan sebagai
jenis obat-obatan yang dikenal dengan Basic Science Era. Perkembangan
berikutnya disebut dengan era clinical science tahun 1900-1950. Sasarannya
hanya terbatas pada individu yang sakit saja. Dengan sisem pengobatan diatas
masyarakat mulai diperkenalkan dengan cara pengobatan yang modern dan maju.
Pada tahap berikutnya modernisasi perawatan kedokteran berjalan seiring dengan
kemajuan teknologinya, namun umumnya masih terbatas pada perawatan atau
pengobatan pada individu yang bersifat kuratif, belum ditujukan ke arah
pencegahan penyakit.dengan beralihnya pandangan pelayanan kedokteran
terhadap factor penyebab penyakit, maka munculah era pelayanan kedokteran
berikutnya yaitu era kesehatan masyarakat (public health). Dalam era ini
pengobatan dan perawatan kedokteran yang berorientasi klinis atau clinical center
mengalihkan oientasinya kepada masyarakat atau community center. Era ini
dirintis oleh Edwin Chadwick dan Winslow.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan
masyarakat pada mulanya hanya mencakup dua disiplin pokok keilmuan, yakni
ilmu bio-medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu social (social sciences). Tetapi
sesuai perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat ini disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup: ilmu biologi, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, fisika,ilmu lingkungan,sosiologi,antropologi,psikologi,
ilmu pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan masyarat adalah
merupakan ilmu yang multi disiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat , atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat
ini antara lain sebagai berikut:
a. Epidemologi
b. Biostatistik/Statistik kesehatan
c. Kesehasehatan lingkungan
d. Pendidakan kehatan dan ilmu perilaku
21
e. Administrasi kesehatan masyarakat
f. Gizi masyarakat
g. Kesehatan kerja
22
Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat ditunjukan untuk mengendalikan
keseimbangan dari ketiganya sehingga setiap warga masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1). Golongan eksogen
Yaitu penyebab penyakit yang terdapat di luar tubuh manusia yang dapat
menyerang perorangan dan masyarakat.
Golongan eksogen meliputi :
a). Yang nyata dan hidup
Penyebab penyakit ini sering disebut bibit penyakit, berupa bakteri,
virus jamur.
b). Yang nyata tak hidup
Zat-zat kimia, trauma (elektrik,mekanik,termik),makanan.
c). Yang abstrak
Bidang ekonomi, sosial, mental (kejiwaan).
2). Golongan endogen
23
Bila seseorang terkena suatu penyakit atau ditulari bibit penyakit,
belum tentu akan menjadi sakit, karena masih tergantung pada beberapa
hal.
Salah satu diantaranya yaitu daya tahan tiubuh orang tersebut.
Daya tahan tubuh yang tinggi baik jasmani, rohani, maupun sosialnya
dapat menghindarkan manusia dari berbagai jenis penyakit.
Daya tahan tubuh ibu dapat dipertinggi dengan :
1). Makanan yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.
2). Vaksinasi untuk mencegah penyakit tertentu.
3). Pemeliharaan pembinaan kesehatan jasmani dengan olah raga
teratur.
4). Cara hidup yang teratur : bekerja, beristirahat, berekreasi pada
waktunya.
5). Menambah pengetahuan baik dengan menuntut ilmu di sekolah,
membaca buku, dan pengalaman hidup di masyarakat.
6). Patuh pada ajaran agama.
c. Lingkungan hidup
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun
keadaan yang berbeda di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia dan masyarakat.
Lingkungan hidup dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1). Lingkungan biologik
2). Lingkungan fisik
3). Lingkungan ekonomi
4). Lingkungan mental sosial
24
Terdiri atas organisme- organisme hidup yang berada di sekitar
manusia.
Yang merugikan (1) Bibit- bibit penyakit seperti : bakteri, virus, jamur,
rickettsia, protozoa, cacing dan sebagainya, (2) Binatang penyebar
penyakit seperti : lalat, nyamuk, kutu- kutu dan sebagainya, (3)
Organisme- organisme sebagai hama tanaman atau pembunuh ternak.
2) Lingkungan fisik
Terdiri atas benda- benda yang tak hidup yang berada di sekitar
manusia.Termasuk ke dalam golongan ini : udara, sinar matahari,
tanah, air, perumahan, sampah dan sebagainya.
Yang merugikan, (1) Udara yang berdebu, mengandung gas- gas yang
merugikan yang berasal dari kendaraan bermotor maupun pabrik-
pabri, (2) Iklim yang buruk, (3) Tanah yang tandus, (4) Air rumah
tangga yang buruk, (5) Perumahan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, (6)Pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur.
Yang berguna, (1) Udara yang bersih, (2) Tanah yang subur dengan
iklim yang baik, (3) Makanan, pakaian dan perumahan yang sehat.
3) Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi merupakan lingkungan hidup yang abstrak.\
25
(protein- calori malnutrition) pada anak- anak, Penyakit- penyakit
karena kekurangan vitamin misalnya : Xerophthalmi, scorbut, beri-
beri. Kemiskinan yang parah dapat membutuhkan ahlak manusia
secara total sehingga tidak lagi menunaikan kewajiban- kewajiban
sosialnya. Menjadikan manusia menjadi kurang/ tidak bertanggung
jawab. Menumbuhkan sifat- sifat egoistis (mementingkan diri sendiri)
dan munculnya berbagai jenis kejahatan baik yang dilakukan anak-
anak/ remaja maupun yang dilakukan orang dewasa. Karena itu
perkembangan dalam bidang kesehatan harus pula sejalan dengan
perkembangan dalam bidang sosio- ekonomi. Usaha- usaha kesehatan
harus diselenggarakan agar keadaan sosio- ekonomi mendapat
kemajuan, sebaliknya pula hanya dalam keadaan sosio- ekonomi yang
baiklah usaha- usaha kesehatan dapat berkembang dengan sebaik-
baiknya.
26
1). Fasilitas pelayanan yang dimaksud adalah sarana prasarana pelayanan,
(a). Ke lengkapan sarana prasarana pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat maka pelayanan terhadap masyarakat makin baik, (b)
Keterjamgkauan,jarak tempuh dan pembiayaan. Makin dekat fasilitas
pelayanan kesehatan makin gampang diakses oleh masyarakat, dan makin
murah biaya pelayanan kesehatan makin banyak masyarakat yang mampu
mengases pelayanan kesehatan
2). Petugas kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan. (a) petugas
pelayanan kesehatan harus memiliki kompetensi sesuai profesinya, sesuai
kewenangan serta tangung jawab, peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku, (b) Performan dan prilaku (soft skill) petugas juga sangat
mempengaruhi pelayanan kesehatan masyarakat, yang sangat berkaitan
dengan wewenang dan tanggung jawab
27
Fasilitas pelayanan kesehatan perlu dilengkapi dan didekatkan kepada
masyarakat. Sedangkan petugas perlu diberikan kesempatan untuk
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui pelatihan dan
sekolah kejenjang lebih lanjut. Untuk soft skillnya perlu diberi penyegaran-
penyegaran serta monitoring dari atasan yang berwewenang.
C.Rangkuman
Secara singkat dapat dikatakan bahwa konsep Kesehatan Masyarakat
adalah salah satu konsep yang mendukung bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat. Individu, keluarga dan
masyarakat adalah sasaran dari kesehatan masyarakat, dipengaruhi oleh
lingkungan biologi, fisik, ekonomi dan social. Untuk mencapai kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat perlu dilakukan usaha-usaha untuk
mengubah lingkungan yang tidak berguna menjadi lingkungan yang berguna
bagi kesehatan.
D. Tugas
TUGAS
Langkah-langkah
28
pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-2.
Apabila Anda belum berhasil menjawab 80% benar soal-soal tugas, maka
Anda disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-1
terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai
mempelajari ulang materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya,
barulah Anda mengerjakan kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-1.
Semoga kali ini, Anda lebih berhasil dan dapat menyelesaikannya dengan
80% benar atau lebih.
Soal-soal Tugas
Soal-soal /Pertanyaan
1. Apakah perbedaan kuratif dan preventif dari segi sasaran?
a. Kuratif lebih cendrung dekat dengan pasien
b. Preventif dengan klien melalui pendekatan holistic.
c. Preventif jarak petugas dengan pasien cendrung jauh.
d. Sasaran preventif adalah individual.
29
e. Kuratif aktif mencari sasaran
7. Penyebab penyakit dapat dibagi dua, yaitu eksogen dan endogen. Sosial
ekonomi termasuk penyebab penyakit…..
a. Endogen yang abstrak
b. Endogen nyata tak hidup
c. Eksogen yang abstrak
d. Eksogen yang nyata tak hidup
30
8. Pada musim hujan sering muncul penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan hidup yang kurang menguntungkan seperti genangan air yang
mengakibatkan becek.Apakah namanya lingkungan tersebut?
a. Lingkungan biologic
b. Lingkungan fisik
c. Lingkungan ekonomi
d. Lingkungan social
e. Lingkungan psikologis
31
KEGIATAN BELAJAR 2
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional Yang Berkaitan Dengan
Kesehatan Masyarakat
32
25. Program Pengamanan Bahaya Penyalahgunaan dan Kesalahgunaan Obat,
Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif lain dan Bahan Berbahaya lainnya.
26. Program Pengaman dan Pengawasan Makanan dan Bahan Tambahan
Makanan
27. Program Pengawasan obat, Obat Tradisional, Kosmetika dan Alat Kesehatan
28. Program Penggunaan Obat Rasional
29. Program Obat Essensial
30. Program Pembinaan dan Pengembangan Obat Asli Indonesia.
31. Program Pembinaan Sumber Daya Manusia.
32. Pokok Program Sumber Daya Manusia
33. Program Perencanaan, pendayagunaan serta Pendidikan Pelatihan Tenaga
Kesehatan.
34. Program Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
35. Program Pengembangan Sarana dan Perbekalan Kesehatan.
36. Pokok Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan
Kesehatan
37. Program Pembangunan Kebijakan Kesehatan
38. Program Pengembangan Manajemen Pembangunan Kesehatan
39. Program Pengembangan Hukum Kesehatan
40. Program Sistem Informasi Kesehatan
41. Pokok Program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan
42. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Perilaku dan
Pemberdayaan Masyarakat
43. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Lingkungan Sehat
44. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Upaya Kesehatan
45. Program Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
46. Program Penelitian dan Pengembangan Kebijakan dan Manajemen
Pembangunan Kesehatan
47. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu-ilmu dan Terapan Bidang
Kesehatan
33
B. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di
seluruh Republik Indonesia. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan atau
visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan
sebagai “Indonesia Sehat 2025”.
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan
pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Namun dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak
ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia
yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”. Visi dan misi tersebut mengacu pada Visi, Misi
dan Nawacita Presiden yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019.
34
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
35
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan
"Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program rumah kampung deret atau rumah
susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan,
seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan
cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum
pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antarwarga.
Di antara sembilan program inti tersebut, yang merupakan acuan dari
dilaksanakannya Indonesia Sehat 2025 adalah nawacita ke 5, yaitu Meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program
rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial
untuk rakyat di tahun 2019.
36
E. Arah, Tujuan, Sasaran Serta Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan
1. Arah
Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat sesuai dengan arah
pembangunan Nasional selama ini, yakni:
a. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional.
b. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus
diselenggarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan
pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak dan para lanjut usia
yang terlantar, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan
profesionalisme, desentralisasi dan jaminan. Pemeliharaan kesehatan
masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada pada saat
ini.
d. Uapaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan
melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan
lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem
pengamatan, informasi dan manajemen yang handal.
e. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus
dilanjutkan.
f. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan professional juga
memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara,
berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi.
2. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
37
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
3. Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai berdasarkan visi, misi
dan nawacita presiden 2015-2019 adalah meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu:
a. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun
2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2019.
b. Menurunny Angka Kematian Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2019.
c. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019.
d. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada BALITA DARI 26% pada tahun
2005 menjadi 9,5% pada tahun 2019.
4. Kebijaksanaan
a. Pemantapan kerjasama lintas sektoral
b. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
c. Peningkatan kesehatan lingkungan
d. Peningkatan upaya kesehatan
e. Peningkatan sumber daya kesehatan
f. Peningkatan kebijakan dan menajemen pembangunan kesehatan
g. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan
sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang ilegal/tidak absah
h. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
38
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggrakan pembangunan
nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan berkesinambungan.
Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan
dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib
dan damai.
Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut dibutuhkan
antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, mandiri serta
berkualitas. Data UNDP tahun 1997 mencatat bahwa Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia masih menempati urutan ke 106 dari 176 negara. Tingkat
pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk Indonesia memang belum
memuaskan.
Menyadari bahwa tercapainya tujuan pembangunan nasional merupakan
kehendak dari seluruh rakyat Indonesia, dan dalam rangka menghadapi makin
ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi, upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia harus dilakukan. Dalam hal ini peranan keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat menentukan. Penduduk yang sehat bukan hanya
akan menunjang keberhasilan program pendidikan, tetapi juga mendorong
peningkatan produktivitas dan pendapatan penduduk.
Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif
dengan melibatkan semua sektor terkait, pemerintah, swasta dan masyarakat.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kinerja sektor
kesehatan semata, melainkan sangat dipengaruhi oleh interaksi yang dinamis dari
berbagai sektor. Upaya untuk menjadikan pembangunan nasional berwawasan
kesehatan sebagai salah satu misi serta strategi yang baru harus dapat dijadikan
komitmen semua pihak, disamping menggeser paradigma pembangunan
kesehatan yang lama menjadi Paradigma Sehat.
39
Penyusunan rencana pembangunan kesehatan masayarakat adalah
manifestasi konkrit dari kehendak untuk melaksanakan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan dan paradigma sehat tersebut.
Langkah besar bangsa Indonesia dalam meluruskan kembali arah
Pembangunan Nasional pada tiga dasawarsa ini menuntut Reformasi Total
Kebijakan Pembangunan dalam segala bidang. Dalam Bidang Kesehatan, tuntutan
reformasi tersebut muncul karena masih adanya kesenjangan hasil pembangunan
kesehatan, derajat kesehatan masyarakat yang masih tertinggal dengan Negara –
Negara lain, dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Selain
itu, tuntutan Reformasi Kesehatan sangat diperlukan mengingat adanya Fenomena
– fenomena Baru yang mempengaruhi Keberhasilan Pembangunan Kesehatan,
yaitu:
1. Perubahan – perubahan mendasar pada Dinamika Kependudukan yang
mendorong terjadinya Transisi Demografis dan Transisi Epidemiologis.
2. Temuan – temuan Substansial dalam ilmu dan teknologi kedokteran telah
membuka cakrawala baru dalam memandang proses hidup dan kehidupan,
konsep sehat – sakit dan kematian.
3. Tantangan Global sebagai akibat Perdagangan Bebas, Revolusi di bidang
Informasi, Telekomunikasi dan Transportasi
4. Perubahan Lingkungan yang secara langsung sangat berpengaruh terhadap
Derajat dan Upaya Kesehatan.
5. Demokratisasi disegala bidang menuntut pemberdayaan dan kemitraan
dalam upaya pembangunan kesehatan.
Untuk itulah, agar dapat meningkatkan daya tangkal dan daya juang
Pembangunan Kesehatan, maka tinjauan kembali terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan sudah merupakan suatu keharusan. Dengan adanya
perubahan pemahaman akan Konsep Sehat–Sakit, dan semakin kayanya kasanah
keilmuan tentang Determinan Penyakit yang Multifaktorial mengharuskan kita
untuk meninjau kembali dan merubah Paradigma Pembangunan Kesehatan yang
hanya mengutamakan Pelayanan Kesehatan yang bersifat Kuratif dan Rehabilitatif
dengan Paradigma Pembangunan Kesehatan baru yaitu Paradigma Sehat.
Paradigma Sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang
40
dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk lebih mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat Promotif dan Preventif.
2. Profesionalisme
Prifesionalisme dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu
dan teknologi serta melalui penerapan nilai–nilai moral dan etika.
Pelayanan kesehatan profesional tidak akan terwujud apabila tidak
didukung oleh tenaga pelaksana, yaitu sumber daya kesehatan yang
mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Untuk terselenggaranya strategi profesionalisme akan dilaksanakan
penentuan standar kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan
berdasarkan kompetensi, akreditasi dan legalisasi tenaga kesehatan, serta
kegiatan peningkatan kualitas lainnya.
41
JPKM yang pada dasarnya merupakan penataan sub sistem
pembiayaan kesehatan dalam bentuk mobilisasi sumber dana masyarakat,
merupakan wujud nyata dari peran serta masyarakat yang apabila berhasil
dilaksanakan dengan baik akan mempunyai peranan yang sangat besar
dalam mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
JPKM diselenggarakan sebagai upaya bersama anatara masyarakat, swasta
dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan
yang terus meningkat. Dalam konteks penataan sub sistem pelayanan
kesehatan, startegi JPKM akan lebih mengutamakan pelayanan Promotif
dan Preventif yang dinilai lebih efektif dan efisien dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan disamping berpengaruh positif pula dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
4. Desentralisasi.
Desentralisasi yang intinya adalah pendelegasian wewenang yang
lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem
pemerintahan dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk
pengelolaan pembangunan pada masa mendatang.
Untuk terselenggaranya desentralisasi akan dilakukan kegiatan
analisa dan penentuan peran pemerintah pusat dan daerah dalam bidang
kesehatan, penentuan kegiatan upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan
oleh daerah, analisa kemampuan daerah, pengembangan sumber daya
manusia daerah, pelatihan, penempatan kembali tanaga dan kegiatan –
kegiatan lain yang mendudkung terselenggaranya startegi desentralisasi.
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan
peningkatan pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu
sarana utama dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai
pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan
preventif.
42
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:
Dalam kerjasama lintas sektor untuk penurunan AKI dan AKB, institusi
pelayanan kesehatan Kabupaten/Kota memegang peranan yang sangat
menentukan. Hal ini dirasakan sangat penting dan strategis dalam pembangunan
kesehatan daerah dimana dikaitkan dengan desentralisasi pemerintahan daerah.
Perubahan perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan peningkatan mutu
lingkungan sangat berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan
43
masyarakat. Selain itu, masalah kesehatan dan gizi merupakan masalah nasional
yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sektor lain. Peningkatan
upaya dana manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat terlepas dari peran sektor
yang membidangi pembiayaan, pemerintahan dan pembangunan daerah,
ketenagaan, pendidikan, perdagangan dan sosial budaya.Dengan demikian kerja
sama lintas sektor yang masih belum berhasil pada masa lalu perlu lebih
ditingkatkan.
Untuk menjamin terselenggaranya intervensi program kesehatan ibu dan
anak yang berhasil, diperlukan pendekatan yang dilakukan secara lintas sektoral.
Sebelum melakukan intervensi baik pemerintah atau suatu Lembaga Non
Pemerintah perlu mencari dan menetapkan kerangka pikir mengenai pentingnya
pembangunan Sumber Daya Manusia (capacity building) yang terfokus pada
upaya pelayanan kesehatan Ibu dan Anak serta mencari data-data dan Informasi
mengenai Analisa Situasi Kesehatan Ibu dan Anak (ASIA).
2. Lingkungan
44
daerah perdesaan. Terdapatnya gangguan lingkungan berupa asap, bau limbah
pabrik, bau sampah dan air tergenang juga dikeluhkan oleh masyarakat.
Hasil pengawasan keadaan kesehatan lingkungan di perkotaan
menunjukkan tingginya kontaminasi kuman pada makanan, baik pada pedagang
kaki lima, restoran, maupun pada industri makanan rakyat. Pencemaran udara
terutama di kota-kota besar dan daerah industri sudah mulai terjadi dan akan
cenderung meningkat di masa datang. Penggunaan pestisida juga makin
meningkat dan akibat sampingnya dapat merugikan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan lingkungan seperti yang diuraikan di atas melahirkan
tantangan, yaitu melindungi keluarga dan masyarakat dari gangguan atau bahaya
kesehatan karena kualitas lingkungan yang tidak sehat.
3. AKI dan AKB
45
kelahiran hidu, dan angka ini menurn menjadi 2,6 kematian/ 100 kelahiran hidup
pada tahun 2012 (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012).
4. Indikator lainnya yang memberi gambaran keberhasilan keadaan
pembangunan kesehatan adalah keadaan gizi.
46
makin sadar dan mandiri dalam upaya peningkatan status gizi mereka dan
mencapai status gizi optimal sebanding dengan peningkatan sosial ekonomi.
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada RPJMN
2015-2019 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok
RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan
anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui
47
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya
kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan.
b) ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
48
b. Peningkatan akses dan mutu paket pelayanan kesehatan dan gizi
dengan fokus utama pada 1.000 hari pertama kehidupan, remaja calon
pengantin, dan ibu hamil termasuk pemberian makanan tambahan
terutama untuk keluarga kelompok termiskin dan wilayah Daerah
Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK);
c. Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi,
sanitasi, hygiene, dan pengasuhan;
d. Peningkatan peran masyarakat dalam perbaikan gizi terutama untuk
ibu hamil, wanita usia subur, anak, dan balita di daerah DTPK
termasuk melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat dan
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (Posyandu dan Pos
PAUD);
e. Penguatan pelaksanaan, dan pengawasan regulasi dan standar gizi;
serta
f. Penguatan peran lintas sektor dalam rangka intervensi sensitif dan
spesifik yang didukung oleh peningkatan kapasitas pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan rencana aksi pangan
dan gizi.
3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
melalui:
a. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor resiko dan penyakit;
b. Peningkatan upaya preventif dan promotif termasuk pencegahan kasus
baru penyakit dalam pengendalian penyakit menular terutama TB, HIV
dan malaria dan tidak menular;
c. Pelayanan kesehatan jiwa;
d. Pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa/ wabah;
e. Peningkatan mutu kesehatan lingkungan;
f. Penatalaksanaan kasus dan pemutusan rantai penularan;
g. Peningkatan pengendalian dan promosi penurunan faktor risiko biologi
(khususnya darah tinggi, diabetes, obesitas), perilaku (khususnya
konsumi buah dan sayur, aktifitas fisik, merokok, alkohol) dan
lingkungan;
49
h. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan;
i. Peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap air minum dan
sanitasi yang layak dan perilaku hygiene; dan
j. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
4. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan melalui:
a. Peningkatan cakupan kepesertaan melalui Kartu Indonesia Sehat;
b. Peningkatan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi
penyedia layanan sesuai standar antara lain melalui kerjasama antara
pemerintah dengan penyedia layanan swasta;
c. Peningkatan pengelolaan jaminan kesehatan dalam bentuk
penyempurnaan dan koordinasi paket manfaat, insentif penyedia
layanan, pengendalian mutu dan biaya pelayanan, peningkatan
akuntabilitas sistem pembiayaan, pengembangan health technology
assesment, serta pengembangan sistem monitoring dan evaluasi
terpadu;
d. Penyempurnaan sistem pembayaran untuk penguatan pelayanan
kesehatan dasar, kesehatan ibu dan anak, insentif tenaga kesehatan di
DTPK dan peningkatan upaya promotif dan preventif perorangan;
e. Pengembangan berbagai regulasi termasuk standar guideline pelayanan
kesehatan;
f. Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk mendukung mutu
pelayanan; serta
g. Pengembangan pembiayaan pelayanan kesehatan kerjasama
pemerintah swasta.
5. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas
melalui:
a. Pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai standar
mencakup puskesmas (rawat inap/perawatan) dan jaringannya
50
termasuk meningkatkan jangkauan pelayanan terutama di daerah
terpencil, perbatasan dan kepulauan;
b. Peningkatan kerjasama Puskesmas dengan unit tranfusi darah
khususnya dalam rangka penurunan kematian ibu;
c. Pengembangan dan penerapan sistem akreditasi fasilitas pelayanan
kesehatan dasar milik pemerintah dan swasta;
d. Peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar dengan dukungan bantuan operasional
kesehatan;
e. Penyusunan, penetapan dan pelaksanaan berbagai standar guideline
pelayanan kesehatan diikuti dengan pengembangan sistem monitoring
dan evaluasinya;
f. Peningkatan pengawasan dan kerjasama pelayanan kesehatan dasar
dengan fasilitas swasta;
g. Pengembangan kesehatan tradisional dan komplementer; serta
h. Pengembangan inovasi pelayanan kesehatan dasar melalui pelayanan
kesehatan bergerak, pelayanan primer dan pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat.
6. Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas
melalui:
a. Pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan terutama rumah
sakit rujukan nasional, rumah sakit rujukan regional, rumah sakit di
setiap kabupaten/kota, termasuk rumah sakit pratama di daerah
tertinggal, terpencil dan perbatasan;
b. Penguatan dan pengembangan sistem rujukan nasional, rujukan
regional dan sistem rujukan gugus kepulauan dan pengembangan
sistem informasi dan rujukan di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
online;
c. Peningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan rujukan melalui
akreditasi rumah sakit dan pengembangan standar guideline pelayanan
kesehatan;
d. Pengembangan sistem pengendalian mutu internal fasilitas kesehatan;
51
e. Peningkatan pelayanan kesehatan promotif dan preventif di fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan;
f. Peningkatan efektivitas pengelolaan rumah sakit terutama dalam
regulasi pengelolaan dana kesehatan di rumah sakit umum daerah dan
pemerintah daerah; serta
g. Pengembangan inovasi pelayanan kesehatan melalui rumah sakit
pratama, telemedicine, dan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif
dan komplementer.
7. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya
Manusia Kesehatan melalui:
a. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dengan prioritas di Daerah Terpencil, Perbatasan, dan
Kepulauan (DTPK) melalui penempatan tenaga kesehatan termasuk
tenaga pegawai tidak tetap kesehatan/PPPK (Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja), penempatan tenaga kesehatan baru lulus/
penugasan khusus (affirmative policy) dan pengembangan model
penempatan tenaga Kesehatan;
b. Peningkatan mutu tenaga kesehatan melalui peningkatan kompetensi,
pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi seluruh jenis tenaga kesehatan;
c. Peningkatan kualifikasi tenaga kesehatan termasuk pengembangan
dokter spesialis dan dokter layanan primer;
d. Pengembangan insentif finansial dan non-finansial bagi tenaga
kesehatan terutama untuk meningkatkan retensi tenaga kesehatan di
Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan Daerah Terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); serta
e. Pengembangan sistem pendataan tenaga kesehatan dan upaya
pengendalian dan pengawasan tenaga kesehatan.
8. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan melalui:
a. Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama obat
esensial generik;
52
b. Peningkatan pengendalian, monitoring dan evaluasi harga obat,
penyempurnaan, penyelarasan dan evaluasi reguler berbagai daftar dan
formularium obat;
c. Peningkatan kapasitas institusi dalam management supply chain obat,
vaksin dan alat kesehatan;
d. Peningkatan daya saing industri farmasi dan alkes melalui pemenuhan
standar dan persyaratan;
e. Peningkatan pengawasan pre- dan post-market alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
f. Penguatan upaya kemandirian di bidang Bahan Baku Obat (BBO)
termasuk Bahan Baku Obat Tradisional (BBOT) dan alat kesehatan
dengan pengembangan riset, penguatan sinergitas perguruan tinggi,
dunia usaha/swasta pemerintah, dan masyarakat;
g. Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian termasuk tenaga
kefarmasian; serta h. Peningkatan promosi penggunaan obat dan
teknologi rasional oleh provider dan konsumen.
9. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan melalui:
a. Penguatan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risiko;
b. Peningkatan sumber daya manusia pengawas obat dan makanan;
c. Penguatan kemitraan pengawasan obat dan makanan dengan
pemangku kepentingan;
d. Peningkatan kemandirian pengawasan obat dan makanan berbasis
risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
e. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka
mendorong peningkatan daya saing produk obat dan makanan; serta
f. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian obat dan makanan.
10. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui:
a. Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan;
b. Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan;
c. Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan antara lembaga
pemerintah dengan swasta, dan masyarakat madani; serta
53
d. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kesehatan
masyarakat, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta upaya
kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) termasuk pengembangan
rumah sehat.
54
kesehatan, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 90%.
b. Jumlah bahan baku obat, obat tradisional serta alat kesehatan yang
diproduksi di dalam negeri sebanyak 35 jenis.
Persentase produk alat kesehatan dan PKRT di peredaran yang
memenuhi syarat sebesar 83%.
7. Meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan sasaran
yang akan dicapai adalah:
a. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan
sebesar 20%.
b. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya
untuk mendukung kesehatan sebanyak 15.
c. Jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang
diimplementasikan sebanyak 40.
55
8. Meningkatnya integrasi perencanaan, bimbingan teknis dan pemantauan-
evaluasi, dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
10. Meningkatnya tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, dengan
sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Persentase satuan kerja yang dilakukan audit memiliki temuan kerugian
negara ≤1% sebesar 100%.
11. Meningkatnya kompetensi dan kinerja aparatur Kementerian Kesehatan,
dengan sasaran yang akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya presentase pejabat structural di lingkungan Kementerian
Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan sebesar 90%.
12. Meningkatnya persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai
kinerja minimal baik sebesar 94%.
13. Meningkatkan sistem informasi kesehatan integrasi, dengan sasaran yang
akan dicapai adalah:
a. Meningkatnya persentase Kab/Kota yang melaporkan data kesehatan
prioritas secara lengkap dan tepat waktu sebesar 80%.
b. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan
56
untuk akses pelayanan e-health sebesar 50%
57
Untuk itu perlu adanya kemitraan antar berbagai pelaku pembangunan kesehatan.
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat;
masyarakat mempunyai peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam
proses pembangunan kesehatan, b) pengorganisasian dalam pemberdayaan;
diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin berfungsi dalam
pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat memperjuangkan
kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam pemberdayaan
masyarakat penting untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor
terkait, swasta, dunia usaha dan pemangku kepentingan, e) sumberdaya;
diperlukan sumberdaya yang memadai seperti SDM, sistem informasi dan dana.
Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai
upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah. Oleh
karenanya dalam pembangunan kesehatan diperlukan adanya pendelegasian
wewenang yang lebih besar kepada daerah. Kesiapan daerah dalam menerima dan
menjalankan kewenangannya dalam pembangunan kesehatan, sangat dipengaruhi
oleh tingkat kapasitas daerah yang meliputi perangkat organisasi dan sumber daya
manusianya, serta kemampuan fiskal. Untuk itu harus dilakukan penetapan yang
jelas tentang peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah di bidang kesehatan,
upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh daerah, dan pengembangan serta
pemberdayaan sumber daya daerah.
58
Menghadapi lingkungan strategis pembangunan kesehatan, perlu dilakukan
reorientasi upaya kesehatan, yaitu yang berorientasi terutama pada desentralisasi,
globalisasi, perubahan epidemiologi, dan menghadapi keadaan bencana.
Pengembangan upaya kesehatan perlu memanfaatkan teknologi
kesehatan/kedokteran dan informatika yang semakin maju, antara lain: pembuatan
berbagai vaksin, pemetaan dan test dari gen, terapi gen, tindakan dengan
intervensi bedah yang minimal, transplantasi jaringan, otomatisasi administrasi
kesehatan/kedok-teran, upaya klinis dan rekam medis dengan dukungan
komputerisasi, serta telekomunikasi jarak jauh (tele-health).
Dalam 20 tahun mendatang, pelayanan RS terus di-kembangkan dan
kegiatan-kegiatannya harus bertumpu kepada fungsi sosial yang dikaitkan dengan
sistem jaminan kesehatan sosial nasional.
Puskesmas harus mampu melaksanakan fungsinya sebagai penggerak
pemberdayaan masyarakat, pusat penanggulangan masalah kesehatan dan pusat
pelayanan kesehatan primer.
Pembiayaan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber, baik dari
pemerintah, masyarakat, dan swasta harus mencukupi bagi penyelenggaraan
upaya kesehatan, dan dikelola secara berhasil-guna dan berdaya-guna.
Pembiayaan kesehatan untuk menjamin terpelihara dan terlindunginya masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, diselenggarakan secara nasional
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
Penting untuk dikembangkan sinergisme, terutama diantara upaya kesehatan
dan pembiayaan kesehatan berdasarkan prinsip asuransi sosial, dengan dukungan
pengembangan sumber daya manusia kesehatan berbasis kompetensi, yang
dilandasi oleh peningkatan etika dan hukum. Berbagai organisasi profesi
kesehatan dan pemerintah sangat berperan dalam mengembangkan sinergi
dimaksud.
Peran swasta dalam upaya kesehatan perlu terus dikembangkan secara
strategis dalam konteks pembangunan kesehatan secara keseluruhan. Interaksi
upaya publik dan sektor swasta penting untuk ditingkatkan secara bertahap.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dimaksud perlu didukung dengan
penelitian dan pengkajian kesehatan yang bersifat mendasar, luas dan berjangkau
59
ke depan.
60
4. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan ter-jangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat tidak akan terwujud apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi jumlahnya, dan profesional, yaitu sumber daya manusia
kesehatan yang mengikuti perkembangan IPTEK, menerapkan nilai-nilai moral dan
etika profesi yang tinggi. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk selalu menjunjung
tinggi sumpah dan kode etik profesi.
Dalam pelaksanaan strategi ini dilakukan perencanaan kebutuhan dan penentuan
standar kompetensi tenaga kesehatan, pengadaan tenaga kesehatan, dan
pendayagunaan tenaga kesehatan serta pembinaan dan pengawasan sumber daya
manusia kesehatan, Upaya pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan diIndonesia dalam era desentralisasi dan
globalisasi. Upaya pengadaan ini dilakukan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan
pelatihan SDM Kesehatan. Pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain meliputi:
distribusi tenaga kesehatan secara merata dan peningkatan karier dari tenaga
kesehatan tersebut. Pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan dilakukan melalui
peningkatan komitmen dan legislasi yang meliputi antara lain sertifikasi, uji
kompetensi, registrasi, dan perijinan (licensing) tenaga kesehatan. Disamping itu,
penting dilakukan upaya untuk pemenuhan hak-hak tenaga kesehatan.
61
perhatian khusus, diadakan Program Nasional Selamatkan Papua (SavePapua) di
bidang kesehatan.
C.Rangkuman
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembangunan Kebijakan Kesehatan Nasional
adalah mengacu pada Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa
Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan). Dalam konteks
perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada
visi-misi yang dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko
Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda pemerintahan pasangan itu. Dalam visi-misi
tersebut dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan
dan cita-cita Soekarno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara
politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif,
keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri
Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas
pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi
dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian,
pemilu, dan lembaga perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
62
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti
pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang
dialog antarwarga.
Di antara sembilan program inti tersebut, yang merupakan acuan dari
dilaksanakannya Indonesia Sehat 2025 adalah nawacita ke 5, yaitu Meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 hektar, program
rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial
untuk rakyat di tahun 2019.
D. Tugas
TUGAS
Langkah-langkah
63
Terhadap soal-soal tugas yang diberikan di bawah ini, Anda diminta
mengerjakannya di lembar kertas tersendiri (tidak di dalam modul). Apabila
semua soal tugas sudah selesai Anda kerjakan, barulah Anda dipersilakan untuk
melihat Kunci Jawaban dan membandingkannya dengan jawaban Anda.
Periksalah hasil pekerjaan Anda. Apabila Anda berhasil menyelesaikan
(menjawab) soal-soal tugas dengan 80% benar, maka Anda diperkenan-kan untuk
melanjutkan kegiatan belajar Anda untuk mempelajari materi pembelajaran yang
diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.
Apabila Anda belum berhasil menjawab 80% benar soal-soal tugas, maka
Anda disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-
2terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai
mempelajari ulang materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya, barulah
Anda mengerjakan kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-2. Semoga kali ini,
Anda lebih berhasil dan dapat menyelesaikannya dengan 80% benar atau lebih.
Manakala setidak-tidaknya Anda telah berhasil menjawab soal tugas dengan
80% benar, maka Anda dipersilakan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran
Anda mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.
Soal-soal Tugas
64
11. Berapakah indicator PHBS dan berapa indicator gaya hidup sehat yang
harus dipenuhi untuk rumah tangga sehat?
a. Tiga indicator PHBS dan tujuh indicator gaya hidup sehat
b. Tujuh indicator PHBS dan tiga indicator gaya hidup sehat
c. Lima indicator PHBS dan Tujuh indicator gaya hidup sehat
d. Tiga indicator PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat
e. Lima PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat
14. Salah satu syarat rumah sehat adalah memiliki ventilasi/sirkulasi udara
cukup. Berapakah ukuran minimal ventilasi alamiah yang permanen dari
luas lantai?
a. 10 %
b. 15%
c. 20 %
d. 25%
e. 30 %
15. Berapakah tempratur udara dan kelembabab yang dihasilkan dari Ventilasi
alamiah yang memenuhi syarat rumah sehat?
a. Tempratur 18o C dengan kelembaban 40-50%
b. Tempratur 19o C dengan kelembaban 45-60%
c. Tempratur 20o C dengan kelembaban 50-65%
d. Tempratur 22o C dengan kelembaban 50-70%
e. Tempratur 28o C dengan kelembaban 60-75%
65
16. Apakah yang dimaksud dengan penyakit diare?
a. Buang air besar lebih dari 3 kali bentuk tinja lembek
b. Buang air besar bentuk tinja cair dua kali sehari
c. Buang air besar tiga kali bentuk tinja cair
d. Buang air besar bentuk tinja lembek lebih dari dua kali
e. Buang air besar lebih dari tiga kali bentuk tinja cair
18. Berapakah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran yang memenuhi
persyaratan?
a. Lima meter
b. Tujuh meter
c. Delapan meter
d. Sepuluh meter
e. Lebih dari sepuluh meter
19. Siapa saja yang perlu dipantau oleh kader kesehatan dalam kesehatan ibu
dan anak?
a. Ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu lansia
b. Bayi baru lahir, anak usia sekolah, dan remaja
c. Ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir
d. Remaja awal, balita dan bayi
e. Ibu usia reproduktif, bayi dan balita
20. Berapakah indicator PHBS dan berapa indicator gaya hidup sehat yang
harus dipenuhi untuk rumah tangga sehat?
a. Tiga indicator PHBS dan tujuh indicator gaya hidup sehat
b. Tujuh indicator PHBS dan tiga indicator gaya hidup sehat
c. Lima indicator PHBS dan Tujuh indicator gaya hidup sehat
d. Tiga indicator PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat
e. Lima PHBS dan lima indicator gaya hidup sehat
66
22. Apakah indicator gaya hidup sehat?
f. Bayi diberikan ASI eklusif, pertolongan persalinan di tenaga kesehatan,
tidak merokok di dalam rumah.
g. Mempunyai Jaminan pemeliharaan kesehatan, ketersediaan air bersih,
lantai rumah bukan tanah
h. Tidak merokok di dalam rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
makan buah dan sayur setiap hari
i. Ketersediaan jamban sehat, ketersediaan air bersih, kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni
j. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,ketersediaan air bersih,
lantai rumah bukan tanah.
23. Salah satu syarat rumah sehat adalah memiliki ventilasi/sirkulasi udara
cukup. Berapakah ukuran minimal ventilasi alamiah yang permanen dari
luas lantai?
f. 10 %
g. 15%
h. 20 %
i. 25%
j. 30 %
24. Berapakah tempratur udara dan kelembabab yang dihasilkan dari Ventilasi
alamiah yang memenuhi syarat rumah sehat?
f. Tempratur 18o C dengan kelembaban 40-50%
g. Tempratur 19o C dengan kelembaban 45-60%
h. Tempratur 20o C dengan kelembaban 50-65%
i. Tempratur 22o C dengan kelembaban 50-70%
j. Tempratur 28o C dengan kelembaban 60-75%
27. Berapakah jarak sumur gali dengan sumber pencemaran yang memenuhi
persyaratan?
67
f. Lima meter
g. Tujuh meter
h. Delapan meter
i. Sepuluh meter
j. Lebih dari sepuluh meter
28. Siapa saja yang perlu dipantau oleh kader kesehatan dalam kesehatan ibu
dan anak?
f. Ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu lansia
g. Bayi baru lahir, anak usia sekolah, dan remaja
h. Ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir
i. Remaja awal, balita dan bayi
j. Ibu usia reproduktif, bayi dan balita
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun
2005-2025. Jakarta
Depkes RI. 2010. Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Jakarta:
Depkes RI.
Setyawan, Aditya. 2008. “Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan Sebagai
Strategi Pembangunan Nasional Untuk Mewujudkan Indonesia Sehat
2010”.https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/03/indonesia-sehat-
2010-stikes.pdf 17 Februari 2016
Kementerian Kesehatan RI. 2015. “Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019”.http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
publik/Renstra-2015.pdf 17 Februari 2016
Kepmenkes RI No. HK.02.02/ \Menkes/ 52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Shofiatus. 2013. “Terkait MDG’S”.
http://midwiferyshofia.blogspot.co.id/2013/09/terkait-mdgs.html.17 Februari
2016
68
Kegiatan Belajar 3
Konsep PHC dan Penerapan PKMD
69
hanya dengan semangat belajar yang tinggi disertai rasa percaya diri, Anda pasti
dapat menyelesaikan materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.
Uraian Materi
Konsep PHC
1. Konsep PHC
1.1. Latar belakang PHC
Materi
1.Primary Health Care
1.1. Latar Belakang PHC
Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1977 melahirkan
kesepakatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) Pada Tahun
2000,” yakni tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif baik social maupun ekonomi. Karena kesehatan dimulai
dimana orang bermukim dan tempat-tempat orang bekerja. Orang akan mengetahui
cara-cara yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan menyembuhkan penyakit
serta cacat yang terlanjur terjadi. Setiap orang akan mengetahui cara yang lebih baik
untuk berkembang, menjadi orang tua dan kemudian mati dengan tenang.
Selanjutnya pada tahun 1978, dalam suatu Konferensi di Alma Ata. Ditetapkan
prinsip-prinsip Primary Helath Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global
guna mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS), dan Indonesia ikut menandatangani,
menyatakan bahwa untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua pada tahun 2000, PHC
70
adalah kuncinya. Sedangkan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa adalah
salah satu bentuk operasional sari PHC.
Hal tersebut disadari bahwa kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal
utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki
kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki
derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah bersama secara global,
diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, social ekonomi yang rendah
yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer untuk hidup
dalam memenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan, pendidikan dan
kebutuhan-kebutuhan lain.
Oleh karena itu PHC merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk
mencapai Kesehatan Bagi Semua Pada Tahun 2000 sebagai Tujuan Pembangunan
Kesehatan Semesta dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Di Indonesia, bentuk operasional PHC adalah PKMD dengan berdasarkan
kepada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan MPR
untuk dilaksanakan dengan melibatkan kerjasa lintas sektoral dari instansi-instansi
yang berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
71
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
b. Prinsip dasar PHC
1) Pemerataan uapaya kesehatan
2) Penekanan pada upaya preventif
3) Menggunakan teknologi tepat guna
4) Melibatkan peran serta masyarakat
5) Melibatkan kerjasama lintas sektoral.
c. Program PHC
1) Tercapainya derajat kesehatan yang menungkinkan setiap orang hidup
produktif baik secara social maupun ekonomi yang dilakukan melalui
perubahan :
72
Ciri Utama PKMD adalah sebagai berikut:
1. Di Dasarkan atas kesadaran masyarakat gotong royong, menggali, dan
menggunakan sumber daya dan potensi masyarakat.
2. Keputusan ditetapkan dengan musyawarah mufakat.
3. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari
masyarakat.
4. Bantuan dan dukungan pemerintah bersifat lintas sector/ program( dalam
bentuk: latihan, bahan, peralatan)
5. Dari berbagai kegiatan masyarakat, minimal terdapat 1 unsur/ elemen PHC.
a. POSYANDU
73
Karaktersitik masalah kesehatan
1.Masalah yang bisa di prediksi karena penyebab dan sistem
survailensnya jelas;
Revitalisasi Posyandu
1. Komitmen para pengambil kebijakan dan para pembina (Leadership):
74
– Pembinaan dan pengelolaan kelembagaan Posyandu melalui
POKJANAL Posyandu
– Dukungan pembiayaan untuk operasional Posyandu
– Pemantapan Kerjasama Lintas Sektor/Program
– Pengembangan Forum Desa Siaga
2. Penggerakan dan pembinaan kader :
Kompetensi Teknis Kader
Dukungan Penyediaan Informasi yg Uptodate
Model Pemberdayaan Masyarakat terkait dg Desa Siaga: termasuk
pengembangan biaya operasional Posyandu
3. Pelayanan di Posyandu:
Kompetensi Kader: menyuluh, memberdayakan masyarakat dan
keluarga, pemahaman ttg penyakit yang potensial menjadi wabah,
dan gizi buruk
Revitalisasi 5 Program Pelayanan , khususnya KB. Termasuk
Posyandu Pedesaan vs. Posyandu Perkotaan
Integrasi Pelayanan dengan PAUD, BKB, dll
Universal Coverage (Cakupan Semesta)
Pengembangan IPTEK TEPAT GUNA
Sistem Informasi Posyandu
75
KEGIATAN BELAJAR 4
PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)
76
kembali soal-soal latihannya. Semoga kali ini Anda lebih berhasil. Ingatlah bahwa
hanya dengan semangat belajar yang tinggi disertai rasa percaya diri, Anda pasti
dapat menyelesaikan materi pembelajaran yang disajikan pada modul ini. Selamat
belajar dan sukses.
1. Pengertian PKMD
1. Pembangunan kesehatan masyarakat desa adalah rangkaian kegiatan
masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam
rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi
kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu
mencapai kehidupan sehat dan sejahtera.
(Drs. Nasrul Effendi, 1995)
77
individu atau kelompok masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-
tindakan yang tepat dalam mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu
kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan juga dapat mendorong
timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau kelompok masyarakat
untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di daerahnya dan
menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)
2. Tujuan PKMD
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup
b. Tujuan khusus
1. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk
menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup.
2. mengembangkan kemampuan dan prakayarakat untuk berperan secara aktif
dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang
mampu, trampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan
desa.
4. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapaa
indikator :
Angka kesakitan menurun
Angka kematian menurun, terutama Angka Kematian Bayi dan Anak
Angka kelahiran menurun
Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
78
3.RUANG LINGKUP PKMD
Pengembangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan tetapi
juga meliputi masyarakat daerah perkotaan yang berpenghasilan rendah. Kegiatan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu (posyandu) 5
program, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare juga
merupakan salah satu bentuk dari kegiatan PKMD.
79
b. Pentingnya pemanfaatan dan pemberdayagunaan sarana dan potensi yang ada
setempat
c. Perlunya dibentuk kelompok penggerak pembangunan kesehatan desa
Diharapkan dari pertemuan ini kepala desa dapat menindaklanjutinya dengan
membagi tugas serta peran dalam penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
80
Hal-hal yang perlu dicermati selama SMD antara lain:
• Permasalahan kesehatan lingkungan
• Perilaku hidup bersih dan sehat
• Permasalahan kesehatan ibu dan anak
• Status gizi
Selain permasalahan tersebut di atas juga dipotret potensi atau kemampuan yang adad
di desa.
81
c. masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan,
melaksanakan desa siaga dan Poskesdes
MMD harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas, dan
sektor terkait di tingkat kecamatan (seksi-seksi pemerintah dan pembangunan,
BKKBN, Pertanian, Agama dan lain-lain). MMD dilaksanakan di balai desa atau
tempat pertemuan lain yang ada di desa. MMD dilaksanakan segera setelah SMD
dilaksanakan.
82
PERTEMUAN TINGKAT DESA TAHAP PERTAMA
83
sekitarnya
84
canggung
2. Membantu lurah (Ketua - Lurah ( Ketua - surat - Ketua Pertemuan
Pertemuan) untuk kelancaran pertemuan) sudah di undangan (Lurah)
jalannya pertemuan dengan kursi pertemuan - Kader kesehatan
memohon kesediaan Lurah - Pertemuan tepat waktu - susunan acara - Notulis yang
untuk memulai pertemuan di papan tulis ditunjuk
3. Membantu Lurah (Ketua pelaksanaan sesuai Pelaksanaan - Lurah
Pertemuan) mengendalikan dengan waktu yang acara demi - Kader kesehatan
jalannya pertemuan agar direncanakan acara
mencapai tujuan
4. Mendorong pemuka Para peserta - notulen per - Lurah
masyarakat pimpinan LSM berpartisipasi aktif, temuan - Pengurus LKMD
dan Kader-kader yang lain banyak ide, pendapat - catatan kesim - Tokoh-tokoh
menyampaikan pendapat, dan masalah pulan dan masyarakat
masalah yang dihadapi di disampaikan rencana kerja - Pimpian LSM
kelurahan tersebut - Kader lainnya
5. Membantu mencatat jalannya -Tersusun rencana SMD -Semua peserta
pertemuan dan membantu -Diterapkannya anggota- pertemuan
menulis kesimpulan, yaitu anggota tim SMD
sepakat melaksanakan SMD -Tersusun jadwal
kegiatan SMD
85
wawancara terpilih
2. Seminggu kemudian, - Perwakilan warga Daftar hadir - Tim SMD
beberapa KK yang telah yang dikunjungi - Kader kesehatan
dikunjungi, dikumpulkan hadir - Warga masyarakat
di rumah bapak RW / - ditemukan - Petugas puskesmas
Balai Kelurahan untuk sejumlah daftar
diajak diskusi menggali maslah dan
permasalahan dan sumber kebutuhan yang
daya yangada di wilayah diungkap warga
tersebut melalui gambar masyarakat berikut
penggerak diskusi sumber daya untuk
mengatasinya
3. Dari masalah-masalah - warga masyarakat - daftar masalah - tim SMD
yang ditemukan pada saat telah menentukan utama (proiritas - Kader kesehatan
pertemuan SMD ditam masalah utama dan dan kebutuhan, - Warga masyarakat
bah dengan masalah- kebutuhan sumber sumber daya) terpilih
masalah yang ditemukan dayanya - Petugas puskesmas
melalui wawancara,
peserta pertemuan
merumuskan masalah
utama (prioritas masalah)
dan sumber daya yang
dimiliki oleh masyarakat
86
sambutan tujuan MMD
2. 30’ Perkenalan Terjadinya suasana Peserta Ketua Kader
peserta keakraban memperkenal
kan diri
3. 45’ Pengenalan Masyarakat Curah Petugas kesehatan
masalah oleh mengungkapkan pendapat
masyarakat masalah diri sendiri
4. 30’ Penyajian hasil Agar masyarakat tahu CTJ Kader selaku tim
SMD masalahnya dari hasil MMD
SMD
5. 120’ Diskusi hasil Agar masyarakat tahu Diskusi Kader
SMD istirahat masalahnya dari hasil kelompok
siang 90 menit SMD
6. 60’ Perumusan dan Agar masyarakat tahu Diskusi Kader selaku tim
peenentuan masalah yang MMD
prioritas mendesak Tokoh masyarakat
masalah dan ditanggulangi
rekomendasi
teknis
7. 90’ Penyusunan Dihasilkannya Diskusi Petugas puskesmas
rencana kerja rencana kerja Wakil masyarakat
Kepala desa
8. 10’ Penyimpulan Kesepakatan hasil Membaca Kepala desa
hasil MMD MMD
9. 5’ Penutupan Kepala desa
C.Rangkuman
Secara singkat dapat dikatakan bahwa konsep PHC/ PKMD adalah salah
strategi dari pemerintah untuk mencapai kesehatan bagi semua/masyarakat
melalui program-program dan unsur-unsur PHC seperti posyandu, desa siaga
87
dengan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat, dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Pelaksanaan PKMD ini dibimbing oleh pemerintah dalam hal ini
adalah Puskesmas dengan pendekatan lintas sektoral dan lintas program.
D. Tugas
TUGAS
Langkah-langkah
Apabila Anda belum berhasil menjawab 80% benar soal-soal tugas, maka Anda
disarankan untuk mempelajari kembali uraian materi Kegiatan Belajar-2 terutama
materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah selesai mempelajari ulang
materi pembelajaran dan yakin telah memahaminya, barulah Anda mengerjakan
kembali soal-soal tugas Kegiatan Belajar-2. Semoga kali ini, Anda lebih berhasil
dan dapat menyelesaikannya dengan 80% benar atau lebih.
Manakala setidak-tidaknya Anda telah berhasil menjawab soal tugas dengan 80%
benar, maka Anda dipersilakan untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran Anda
88
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Kegiatan Belajar-3.
Soal-soal Tugas
Soal-soal /Pertanyaan
1. Salah satu bentuk PKMD yang menekankan perlunya peran serta masyarakat
adalah POSYANDU yang memiliki tujuan agar semua masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu. Apakah tujuan
Posyandu tersebut?
a. Untuk mempercepat tercapainya kesehatan dan kesejahtraan masyarakat
b. Untuk mempercepat tercapainya tujuan MGDs tahun 2015
c. Untuk mempercepat penurunan kematian bayi, balita dan ibu
d. Untuk mempercepat tercapainya Visi dan Misi RPJMNK tahun 2014.
e. Untuk mempercepat tercapainya penurunan gizi buruk di masyarakat
2. Apakah namanya desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatan kesehatan secara mandiri?
89
a. Desa siaga
b. Desa mandir untuk hidup sehat.
c. Desa Swadaya dan swadana dalam bidang kesehatan
d. Desa proyek percontohan untuk hidup sehat
e. Desa yang siap dengan Poskesdes.
90
d. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi
91
Kegiatan Belajar 4
Issue Kesehatan Yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Reproduksi
1. Dasar Pemikiran
Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS adalah karena faktor perilaku
secara teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah
satunya melalui program Perilaku Hidup Bersi dan Sehat(PHBS).
PengertianPHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,
mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu
KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi
Kesehatan/JPKM.
92
2. Indikator PHBS
93
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan anggota rumah tangga umur ≥ 5 th untuk mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar (BAB)
dalam 1 minggu terakhir.
6. Menggunakan jamban sehat
Rumah tangga memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan septik
tank/lubang penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir.
Jamban/kakus adalah bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia.tinja bagi keluarga. Manfaat jamban adalah untuk mencegah
penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.
94
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Anggota keluarga umur > 10 th melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal 30
menit dalam 1 minggu terakhir. Aktifitas fisik yang dimaksud adalah kegiatan olah
tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih sehat : lari, jalan, bersepeda kayuh,
menimba air, dls.
Trimester I min. 1x
Trimester II min. 2x
Trimester III min. 2x
95
0 -1 bulan : BCG
2 bln : DPT-HB Combo I, Polio I
3 bln : DPT-HB Combo II, Polio II
4 bln : DPT-HB Combo III, Polio III
9 bln : Campak, Polio IV
B. Lingkungan Sehat
96
Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak
diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan
yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan
makanan yang terkontaminasi (Depkes RI, 2015)
Ciri lingkungan sehat yaitu :
1. Udara
Hal pertama yang bisa dilihat dari ciri lingkungan sehat adalah dari segi
kualitas udara. Lingkungan yang sehat bisa terasa dari udaranya. Jika lingkungan
memiliki udara bersih, segar dan menyejukkan hal itu menunjukkan bahwa
lingkungan yang ada di sekitar tersebut sehat. Udara yang bersih tidak pernah
menghambat saluran pernafasan, namun sebaliknya udara yang bersih, segar dan
sejuk bisa melegakan pernafasan. Jika dilihat dengan mata, udara bersih tidak
berwarna. Sedangkan udara yang kotor akan memiliki warna yaitu berwarna putih
maupun berwarna hitam. Warna di udara tersebut dipengaruhi oleh pencemaran
yang ada di lingkungan tersebut.
2. Pembuangan Sampah
Lingkungan yang sehat juga terlihat dari adanya tempat pembuangan sampah,
pembuangan sampah itu akan menampung sampah organik maupun sampan
anorganik yang ada di masyarakat sekitar situ. Dengan adanya tempat pembuangan
sampah lingkungan akan bersih, jika lingkungan bersih bisa menghindarkan dari
berbagai macam penyakit dan pencemaran tanah.
97
botol mineral dan lain sebagainya bisa dimasukkan ke dalam sampah anorganik.
Yang ada di lingkungan rumah seperti sekarang ini masih minim pengelompokan
sampah berdasarkan sifatnya, mereka masih mencampurkan sampah anorganik dan
juga sampah organik menjadi satu tempat akibatnya adalah saat di tempat
pembuangan akhir sampah nanti akan kesulitan dalam mendaur ulangnya.
5. Saluran Air
Ciri lingkungan yang sehat lainnya adalah adanya saluran air di lingkungan
tersebut sehingga orang yang tinggal di lingkungan tersebut bisa menjaga
kesehatan dengan menggunakan saluran air tersebut. Saluran air yang lancar dan
tidak tersumbat akan membuat orang yang ada di lingkungan tersebut mudah
untuk melakukan mandi cuci kakus atau MCK sehingga kesehatan pun bisa dijaga.
Bisa kita bayangkan bagaimana jika saluran air tidak ada?, tentu orang yang
tinggal di lingkungan tersebut akan melakukan MCK di sungai atau di tempat yang
dipenuhi dengan air. Akibatnya adalah lama-kelamaaan air bisa tercemar dan tidak
bisa digunakan lagi.
98
rumah untuk bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
2. Kualitas udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beracun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm.
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55db.A
b. Tingkat getaran maksimum 10mm/detik
99
b. Kandungan arsenik (As) total maksimum 100mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzoa (a) pyrene maksimum 1 mg/kg
6. Vektor Penyakit
a. Indeksn lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk di bawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung
dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut
100
:(PPM & PL,2002):
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi
yang sehatantar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dantikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnyamakanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yangcukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaanluar maupun dalam rumah, antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yangtidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Rumah yang sehat harus dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan
seperti terjatuh, keracunan dan kebakaran (APHA). Beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalamkaitan dengan hal tersebut antara lain:
1. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat
2. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api
3. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan
gas
4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan
kecelakaan mekanisdapat terhindari.
101
PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Indonesia menjadi salah satu
negara yang mendukung deklarasi ini. Resolusi ini semakin mempertegas dan
memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan
sanitasi.
Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk
memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam
Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015.
Penyediaan layanan air bersih dan sanitasi pada dasarnya merupakan kegiatan
ekonomi yang melibatkan modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam khususnya air.
Pada sisi yang lain, pengakuan air sebagai hak asasi manusia dan salah satu target
MDGs mengindikasikan bahwa perkembangan layanan air bersih juga dikendalikan
oleh tujuan-tujuan politik bagi tercapainya pembangunan sosial dan ekonomi.
Mekanisme dan proses politik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
pelayanan air bersih.
102
2. Sakit kulit
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan. Alur penularan penyakit kulit melalui air
dapat dijelaskan sebagai berikut.
5. Malaria
Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena itu bila ada
air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di
tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah, kolam,
danau , penularan penyakit malaria melalui air dapat dijelaskan sebagai berikut.
103
AIR NYAMUK NYAMUK
TERGENANG BERTELUR DEWASA
DAN MENCARI
MENETAS
NYAMUK MENGHISAP NYAMUK
MENCARI AIR DARAH DEWASA
TERGENANG MENGHISAP
UNTUK
ORANG DARAH ORANG
SAKIT
ORANG SEHAT
MENJADI
SAKIT
6. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang
tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya, air yang menggenang harus dialirkan agar
tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat penyimpanan air
dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada di tempat air
tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk. Mengubur barang bekas yang dapat
menampung air. Upaya pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M yaitu
menutup, menguras, mengubur.
ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
DBD
104
7. Kaki Gajah (Flariasis)
Penyakit kaki gajah (Elephantiasis) disebabkan oleh cacing filaria yang
menyumbat pembulur darah sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing filaria
terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang
tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya yaitu mengalirkan
air agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.
Alur penularan penyakit kaki gajah dapat dijelaskan pada diagram dibawah ini.
ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
FILARIA
105
a. Sakit perut dan Diare
Sakit perut dan diare disebabkan karena mengkonsumsi air yang telah
tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan.
Alur penularan penyakit perut dan diare melalui air limbah dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini.
Masuk ke air Air tercemar Sakit perut
Air Limbah sehingga air diminum, dan Diare
tercemar digunakan
b. Sakit kulit
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan.
Alur penularan penyakit kulit melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.
c. Sakit Mata
Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata yang salah
satunya melalui air yang kotor, baik digunakan untuk mandi atau mencuci muka.
Alur penularan penyakit mata melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.
106
c. Kecacingan
Kecacingan dapat terjadi karena bermain-main di tempat pembuangan air
libah kemudian makan dengan tangan tanpa cuci tangan dengan sabun terlebih
dahulu. Atau bermain di tempat pembuangan air limbah tanpa alas kaki sehingga
larva cacing masuk ke dalam tubuh melalui kaki.
Alur penularan penyakit kecacingan melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
berikut ini.
e. Malaria
Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena itu bila
ada air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di
tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah, kolam, danau,
terutama di daerah pantai.
Alur penularan penyakit malaria melalui air limbah dapat dijelaskan pada diagram
ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
MALARIA
107
f. Filariasis
Filariasis atau sering disebut penyakit kaki gajah (Elephantiasis) karena kaki
menjadi bengkak seperti kaki gajah, disebabkan oleh cacing filaria yang menyumbat
pembulur darah balik, sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing filaria
terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang
tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya yaitu mengalirkan
air atau menutup agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.
Sedangkan alur penularan penyakit kaki gajah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.
ORANG SEHAT
MENJADI SAKIT
FILARIA
TANGAN MAKAN
SAMP MEMEGANG DENGAN SAKIT
b. Sakit kulit
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan.
Alur penularan penyakit perut dan diare melalui sampah dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini
c. Sakit mata
Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata yang salah
satunya melalui air yang kotor, kena sampah dan digunakan untuk mandi atau
mencuci muka. Alur penularan penyakit mata melalui air dapat dijelaskan pada
diagram dibawah ini.
e. Demam berdarah
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang
tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya bila ada air yang menggenang harus
dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat
penyimpanan air dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada di
tempat air tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk. Mengubur barang bekas
yang dapat menampung air. Upaya pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah
3M+, yaitu menutup, menguras, mengubur dan menggunakan racun serangga bila
diperlukan. Alur penularan penyakit demam berdarah dapat dijelaskan pada diagram
dibawah ini.
ORANG SEHAT
MENJADI
110SAKIT
DBD
f. Kecelakaan
Kecelakaan bisa terjadi akibat pembuangan sampah yang tidak benar, seperti
membuang kulit pisang dapat menyebabkan orang yang menginjak terpeleset.
Membuang benda tajam (pecahan gelas/kaca, paku, duri, dan lain-lain) sembarangan
dapat menyebabkan orang yang menginjak terluka. Membuang sampah di tempat
sampah dengan benar dapat menghindari kecelakaan .
MASUK KE AIR
AIR TERCEMAR DI
SEHINGGA MINUM/
AIR DIGUNAKAN
TERCEMAR CUCI TANGAN
111
b. Kecacingan
Tinja manusia dan kotoran hewan banyak mengandung telur cacing yang
dapat tertelan masuk ke dalam tubuh manusia sehingga menjadi kecacingan. Satu
ekor cacing dapat bertelur lebih dari 100.000 telur. Cacing dalam tubuh perlu makan
yang diambil dari sari makanan yang ada di usus manusia. Penyakit kecacingan selain
disebabkan masuknya telur cacing kedalam mulut dapat pula disebabkan karena
masuknya larva cacing (cacing yang baru menetas) ke dalam tubuh melalui kulit.
Biasanya larva cacing menembus kulit kaki yang tidak memakai alas kaki atau
sepatu.
MAIN DI
MENYEBAR
DI TANAH
TANAH
TIDAK
PAKAI
ALAS
TANGAN KAKI
TANGAN KOTOR
TINJA PEGANG MAKAN
TINJA TIDAK
CUCI KECACING
MENCUCI
MASUK KE TANGAN/ TANGAN AN
AIR MAKANAN
SEHINGGA MAKAN
AIR MAKANAN
TERCEMAR MINUM AIR TERCEMAR
YANG
TINJA
TERCEMAR
LALAT
HINGGAP
DI TINJA LALAT
HINGGAP
DI
MAKANAN
112
F. Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan
Secara umum pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai tindakan
yang dilakukan sebelum peristiwa yang diharapkan akan terjadi, sehingga peristiwa
tersebut tidak terjadi atau dapat dihindari (Igbal, 2012).
Pencegahan atau prevention dapat diartikan sebagai bertindak mendahului (to
come before or procede) atau mengantisipasi (to anticipate) yang menyebabkan
sesuatu proses tidak mungkin berkembang lebih lanjut. Jadi namanya pencegahan
akan memerlukan tindakan antipatif (anticipatory action) berdasarkan pada
penguasaan kita tentang model Riwayat Alamiah Penyakitnya, yang berkaitan inisiasi
(awal mulai) atau kemajuan dari proses suatu penyakit atau masalah kesehatan
apapun tidak mempunyai peluang untuk berlanjut (Igbal, 2012).
Mencegah penyakit berarti menggunakan pengetahuan kita yang mutakhir
sebaik mungkin untuk membina (promote), mencegah penyakit dan ketidakmampuan,
dan memperpanjang umur (mengikuti asal mulanya sebagaimana dimaksud dalam
definisi Public Health menurut Wnslow, 1920). Semua upaya tersebut dapat dicapai
dengan mengorganisir dan menyediakan pelayanan kedokteran dan kesehatan
masyarakat kepada perorangan maupun keluarga atau masyarakat yang membutuhkan
(Syafrudin, 2009).
1. Diare
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,
meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-
tanda Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada
jenis penyebab diare.
Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora
cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E.
intermedia,Aerobacteraerogenes),kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, g
iardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus dan patogen perut lainnya.
a. Cara Penularan melalui :
1) Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh
lalat yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di
jamban.
2) Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
113
3) Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar
di sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat
gigi, dan lain-lain.
4) Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak
mencuci tangan dengan sabun)
5) Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan
oleh manusia.
114
2) Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat
perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga
kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat,
pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.
2. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Aku/ISPA dapat meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran
pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran
pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi,
anak yang menderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit
(P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan
yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya
biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae.
115
b. Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab
penyakit), sebagai berikut :
1) Tingkat hunian rumah padat :
- Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar
lebih atau sma dengan 8m2/jiwa
- Plesterisasi lantai rumah
2) Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat:
- Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
- Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
- Menambah ventilasi buatan
3) Perilaku :
- Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
- Menutup mulut bila batuk
- Membuang ludah pada tempatnya
- Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
- Tidur sementara terpisah dari penderita
3. Tuberculosis
Tuberculosis (TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan
penyebab penyakit adalah kuman / bakteri mikrobakterium tuberkulosis. Tempat
berkembang biak penyakit adalah di paru-paru.
a. Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :
116
3) Lantai rumah disemen
d. Perilaku
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang ludah pada tempatnya
3) Jemur peralatan dapur
4) Jaga kebersihan diri
5) Istirahat yang cukup
6) Makan makan bergizi
7) Tidur terpisah dari penderita
117
- Menutup tempat penampungan air
- Menguras bak mandi 1 minggu sekali
- Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
- Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab
2) Lingkungan sekitar rumah tidak terawatt:
- Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga
- Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
- Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang
dikuras atau memelihara ikan pemakan jentik
3) Perilaku tidak sehat
- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
5. Kecacingan
Penyakit kecacingan biasanya menyerang anak-anak dan disebabkan oleh
Cacing Gelang, Cacing Tambang dan Cacing Kremi.
a. Cara efektif mencegah penyakit Kecacingan (berdasarkan faktor penyebab
penyakit), sebagai berikut :
1) Pembuangan Kotoran Tidak Saniter :
- Buang air besar hanya di jamban
- Lubang WC/jamban ditutup
- Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau
berkelompok dengan tetangga
- Plesterisasi lantai rumah
118
- Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
- Gunakan selalu alas kaki
- Potong pendek kuku
- Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman
6. Penyakit Kulit
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen.
Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil
yang bernama sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara
menembus lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil
bertelur.
a. Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui
peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain.
b. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara antara lain :
1) Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari
dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
2) Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela
agar sinar matahari masuk.
c. Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit),
sebagao berikut :
1) Penyediaan air tidak memenuhi syarat:
- Gunakan air dari sumber yang terlindung
- Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
2) Kesehatan perorangan jelek :
- Cuci tangan pakai sabun
- Mandi 2 kali sehari pakai sabun
- Potong pendek kuku jari tangan
3) Perilaku tidak hygienis :
- Peralatan tidur dijemur
- Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
- Sering mengganti pakaian
- Pakaian sering dicuci
119
- Buang air besar di jamban
- Istirahat yang cukup
- Makan makanan bergizi
7. Penyakit Malaria
a. Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit,
sebagai berikut :
1) Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
- Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan
- Jauhkan kandang ternak dari rumah ayau membuat kandang kolektif
- Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
2) Lingkungan sekitar rumah tidak terawatt
- Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
- Genangan air dialirkan atau ditimbun
- Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput
- Menebar ikan pemakan jentik
3) Perilaku tidak sehat
- Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
- Tidur dalam kelambu
- Pada malam hari berada dalam rumah (Syafrudin, 2009)
8. Penyakit Kespro
a. Condyloma Acuminata
Condyloma acuminata (kondiloma akuminata, genital warts, kutil kelamin)
atau lebih dikenal dengan istilah penyakit Jengger Ayam, mungkin karena
bentuknya yang mirip Jengger Ayam pada condyloma yang luas, adalah
kelainan kulit berbentuk kutil dengan permukaan berlekuk-lekuk mirip jengger
ayam, yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu.
1) Penularan dan Perjalanan Penyakit
HPV ditularkan melalui kontak langsung, dari mulut ke organ
120
kelamin, dari jari ke organ kelamin dan sebaliknya, serta melalui hubungan
seksual, sehingga condyloma acuminata dikelompokkan sebagai Penyakit
Menular Seksual (PMS, STD).
2) Pencegahan HPV
Secara garis besar, upaya pencegahan terhadap penularan HPV dapat
dilakukan dengan:
a) Menjaga hygiene organ genital.
b) Menghindari gonta-ganti pasangan.
c) Penggunaan pengaman (kondom) ditengarai tidak menjamin terjadinya
penularan. Namun demikian tetap dianjurkan menggunakan pengaman
(kondom) jika memiliki pasangan dengan riwayat condyloma
acuminata.
d) Dianjurkan untuk tidak berhubungan intim selama masa pengobatan
hingga pengobatan selesai dan benar-benar dinyatakan aman oleh dokter
yang merawat.
Pencegahan penyakit jengger ayam yang berbasis lingkungan adalah
dengan membersihkan organ genetalia menggunakan air yang bersih yang
bebas dari kuman.
b. Kanker Serviks
Kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker mulut rahim
merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak ditakuti kaum
wanita. Berdasarkan data yang ada, dari sekian banyak penderita kanker di
Indonesia, penderita kanker serviks mencapai sepertiga nya. Dan dari data
WHO tercatat, setiap tahun ribuan wanita meninggal karena penyakit kanker
serviks ini dan merupakan jenis kanker yang menempati peringkat teratas
sebagai penyebab kematian wanita dunia. Kanker serviks menyerang pada
bagian organ reproduksi kaum wanita, tepatnya di daerah leher rahim atau
pintu masuk ke daerah rahim yaitu bagian yang sempit di bagian bawah antara
kemaluan wanita dan rahim. Human papilloma Virus (HPV) merupakan
121
penyebab dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak kematian pada
kaum wanita adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
1) Cara mencegah secara umum yaitu :
a) Hindari berhubungan intim saat usia dini
b) Selalu setia kepada pasangan anda, jangan bergonta-ganti apalagi diikuti
dengan hubungan intim.
c) Lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun sekali,
khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim
d) Jika anda belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya
melakukan vaksinasi HPV
DAFTAR PUSTAKA
122
Anonim. 2015. 18 Ciri Ciri Lingkungan Sehat Dan Tidak Sehat. (online).
http://dosenbiologi.com/lingkungan/ciri-ciri-lingkungan-sehat-dan-tidak-
sehat. Diakses pada tanggal 27 Februari 2016
Anonim. 2015. Sanitasi Dan Air Minum Yang Layak Kurangi Resiko Diare Hingga
94%. (online) http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15061500001. Diakses
pada tanggal 22 Februari 2016
Anonim. Field Book Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis
Lingkungan.
(online).http://new.pamsimas.org/index.php?option=com_phocadownload&
view=category&download=129:phbs-kesling-penyakit&id=47:pedum-
strategi-clts. Diakses pada tanggal 22 Februari 2016
Igbal, Mubarak Wahit . 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika
Mafazah, Lailatul. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu
dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat. (online)
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/pdf/kemas/2819/2875. Diakses pada
tanggal 28 Februari 2016.
Sutarjo, untung suseso, dkk. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementrian
Kesehatan RI. (online).
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf. Diakses pada tanggal 27
Februari 2016
Syafrudin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Timur : CV. Trans Info Media
Wahir, Ali. Rumah Sehat. (online).
http://www.academia.edu/9395947/RUMAH_SEHAT. Diakses pada 28
Februari 2016
123
Kegiatan Belajar 5
1.1 Pendekatan Dalam Kesehatan Masyarakat Khususnya Dalam Ibu dan Anak
1.1.1 Pemeliharaan Kesehatan Ibu
A. Pemeliharaan kesehatan pada remaja calon ibu
Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan
individu yang mempunyai ciri berbeda dengan masa sebelumnya
atau sesudahnya.Kata remaja diterjemahkan dari kata adolescere
yang berarti tumbuh atau masak menjadi dewasa.Adolescere
menggambarkan seluruh perkembangan remaja, baik fisik, psikis
dan sosial. Istilah lain untuk menunjuk pengertian remaja adalah
pubertas.
Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Sebagai periode penting perubahan sikap perilaku
2) Periode peralihan
3) Periode perubahan
4) Masa mencari identitas
5) Usia bermasalah
6) Usia yang menimbulkan kesulitan
7) Masa tidak realistis
8) Ambang masa dewasa
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja,
meliputi :
1) Peningkatan emosional yang terjadi selama masa remaja awal
(masa storm & stress) yang merupakan hasil perubahan fisik,
terutama hormon.
124
2) Perubahan yang cepat secara fisik yang disertai kematangan
seksual
3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain.
4) Perubahan nilai, dimana apa yang dianggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati
dewasa.
5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi.
Periode remaja merupakan “Window opportunity”, periode
yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang
baik agar tidak mengami masalah kesehatan dikemudian hari, dan
menjadi manusia dewasa yang sehat dan produktif. Beberapa masalah
yang sering dialami oleh remaja dari yang bersifat fisik antara lain
anemia, kegemukan, mental-kejiwaan (gangguan belajar), perilaku
berisiko seperti merokok, hubunan seks pranikah, penyalahgunaan
NAPZA, higga terjangkit HIV/AIDS).
Oleh sebab itu, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja sangan penting untuk dimiliki. Kesehatan reproduksi remaja
adalah suatu keadaan dimana remaja dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalani fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja akan membentuk suatu prilaku yang dipengaruhi oleh
pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya, pengalman dan lingkungan.
Beberapa masalah pokok dalam pengembangan kesehatan
reproduksi remaja adalah :
1) Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat
kesehatan dalam kesehatan reproduksi.
2) Melibatkan remaja pada aktfitas yang positif.
3) Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja.
125
4) Memberikan informasi yang ramah bagi para remaja.
5) Kontrasepsi untuk remaja.
6) HIV dan PMS bagi remaja.
7) Memenuhi kebutuhan remaja sesuai tingkatan usia.
8) Kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan.
9) Pendidikan seksualitas berbasis sekolah.
10) Mengembangkan keterampilan untuk menghadapi kehidupan.
126
kehamilan adalah pada usia kurang dari 20 tahun organ reproduksi
belum atang sehingga berisiko tinggi untuk kehamilan, persalinan, dan
nifas, juga untuk terjadi komplikasinya.
2) Fase menjarangkan kehamilan
Pada periode usia isteri antara 20-30/35 tahun, merupakan periode usia
paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jarak atara kelahiran anak
2-4 tahun.
3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan
Periode saat usia istri diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai anak dengan jumlah cukup (disarankan
2 orang) karena jika terjadi kehamilan atau persalinan pada usia ini,
ibu mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetric.
127
6) Proses degenerasi (kemunduran)
Peluang terjadinya masalah-masalah dalam sistem reproduksi
sebenarnya dapat dicegah seminimal mungkin apabila para wanita
mampu memenuhi kriteria-kriteria, antara lain :
1) Mengenal organ reproduksi dan fungsinya melalui pendidikan seks.
2) Memelihara kebersihan diri dan kebersihan dalam hubungan
seksualnya
3) Melakukan upaya pencegahan khusus, untuk menemukan atau
mendeteksi dini beberapa kelainan dan juga untuk menekan biaya
pengobatan apabila terjadi kemoterapi untuk kanker.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian :
a) Memeriksa sendiri payudara, hendaknya dilakukan setidaknya
setahun sekali sejak usia remaja.
b) Pemeriksaan mamografi (rontgen payudara) yang berguna untuk
memastikan adanya tumor payudara.
c) Bila telah aktif secara seksual, lakukan pemeriksaan papsmear
untuk deteksi dini kanker rahim.
d) Pemeriksaan untuk infeksi toxoplasma, rubella, dan chlamdia
(TORCH) diperlukan untuk memastikan apakan diperlukan
penanganan khusus bila menginginkan kehamilan.
e) Pemeriksaan petanda tumor yang dapat dilakukan untuk tumor
indung telur.
128
kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada plasenta dan tali pusat,
pre-eklampsia, eklampsia, perdarahan antepartum, dan gemeli.
2) Penyakit atau keadaan alat kandungan yang dapat mempengaruhi
kehamilan, termasuk didalamnya komplikasi kehamilan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1997), jika tidak melaksanakan
Asuhan Antenatal Care (ANC) sesuai aturan, dikhawatirkan akan
terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi tiga kelompok :
a) Komplikasi obstetrik langsung yang meliputi perdarahan,
preeklampsial eklampsia, kelainan letak (lintang/sungsang),
hidramnion, KPD.
b) Komplikasi obstetrik tidak langsung yang meliputi penyakit
jantung, TBC, Anemia, Malaria, DM.
c) Komplikasi yang tidak berhubungan dengan obstetrik, seperti
cedera akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan dan kebakaran).
d) Sikap dan prilaku pada masa kehamilan dan persalinan
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis, dan adaptasi bagi wanita yang pernah
mengalaminya. Hubungan episode kehamilan dan reaksi psikologis yang
terjadi :
1) Pada trimester pertama
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehigga periode
ini memiliki resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa
tidak nyaman.Pada masa ini kebanyakan wanita merasa tidak sehat
dan seringkali muncul rasa penolakan atas kehamilan.
2) Trimester kedua
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil
lebih terfokus pada perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan,
kehidupan seksual keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang
dikandungnya.
129
3) Trimester ketiga
Berkaitan dengan bayangan risiko kehamilan dan proses persalianan
sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan
atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan hadapi. Masalah
emosi dan kejiwaan yang perlu penanganan khusus diantaranya :
a) Pseudocyesis
b) Reaksi cemas
c) Reaksi panik
d) Reaksi obsesif-kompulsif
e) Depresi berat
f) Reaksi mania
g) Skizophrenia
h) Rasa kehilangan
130
ini merupakan masa krisis, baik bagi ibu maupun bayinya. Sekitar
60% kematian ibu aibat kehamilan terjadi stelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca salin.
131
e) Ibu hamil dan melahirkan yang tidak memiliki jaminan kesehatan
menjadi penerima manfaat jaminan persalinan
2) Aspek pelayanan
Manfaat jamkesmas yang diberikan kepada peserta bersifat
komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai
indikasi medis individu/ perorangan atau disebut sebagai upaya
kesehatan perorangan (UKP).
a) Pelayanan promotif dan preventif diberikan pada saat pelayanan
konsultasi dokter atau tenaga kesehatan yang berkompeten, baik di
fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
b) Pelayanan kesehatan dasar diberikan difasilitas kesehatan tingkat
pertama milik pemerintah (Puskesmas dan jaringannya)
c) Pelayanan kesehatan rujukan diberikan di fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan (rumah sakit) milik pemerintah maupun swasta
d) Pelayanan obat jamkesmas, diarahkan agar rumah sakit supaya
mengacu formularium obat sesuai SK Menkes Nomor 1455/2009
e) Penyediaan obat, vaksin, AMPH dan darah tidak dibebankan
kepada peserta jamkesmas karena seluruh biaya sudah termasuk
dalam paket pembayaran INA-CBGs kecuali AMHP tertentu
sebgaimana ditetapkan dalam surat edaran dirjen BUK (Bina
Upaya Kesehatan), dan Obat HOT yang dapat diklaimkan secara
terpisah
f) Perusahaan jaringan fasilitas kesehatan dengan lebih mendorong
keikutsertaan fasilitas kesehatan swasta untuk melakukan
Perjanjian Kerja Sama (PSK) dengan Tim Pengelola Jamkesmas
Kabupaten/Kota
3) Aspek pendanaan
Pola pembayaran untuk pelayanan jamkesmas dilakukan dengan cara :
132
1) Pembayaran difasilitas kesehatan tingkat pertama dilakukan
dengan cara klaim, didasarkan atas peraturan daerah tarif yang
berlaku setempat.
2) Pembayaran di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dilakukan
dengan cara klaim, didasarkan atas paket INA-CBGs.
4) Aspek pengorganisasian
Pengorganisasian dalam penyelenggaraan jamkesmas adalah dengan
dibentuk Tim yang berada pada tingkat pusat, propinsi, dan
kabupaten/kota.
1) Tim koordinasi yang bersifat lintas sektor dan berfungsi
koordinatif untuk pengambilan kebijakan setempat dengan tetap
mengacu pada kebijakan pusat.
2) Tim pengelola yang bersifat lintas program yang melakukan
pengelolaan langsung jamkesmas.
Masa perinatal dan neonatal merupakan masa yang krisis bagi kehidupan
bayi.Kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Fakto yang
menyebabkan kematian perinatal adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran
preterm atau bayi berat lahir rendah , asfiksia dan hipotermia.
Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hpotermi, cold
stress, yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia, hipoglikemia, dan
mengakibatkan kerusakan otak, pendarahan pada otak, shock dan keterlambatan
tumbuh kembang
1) Pelayanan Kesehatan Perinatal terhadap bayi baru lahir
a) Pemeriksaan kesehatan bayi
b) Pemantauan tanda-tanda vital
c) Pengenalan bayi baru lahir tidak sehat
133
d) Penanganan gawat darurat
e) Pemberin kolostrum dan ASI eksklusif
f) Pengaturan suhu tubuh
g) Perawatan luka tali pusar
h) Pelaksanaan rawat gabung
i) Pelaksanaan rujukan
2) Penatalaksanaan kelainan-kelainan perinatal seperti asfiksia neonatorum, tetanus
neonatorum, dan bayi baru lahir rendah
134
2) Lingkungan pada saat anak lahir (perinatal), meliputi persalinan lama,
persalinan macet, persalinan dengan pertolongan (forcep, vakum
ekstraksi,seksio cesaria, dan lain-lain)
3) Lingkungan setelah anak lahir (postnatal), meliputi gangguan
hormone, penyakit (infeksi), lingkungan rumah, kebersihan,stress,
kasih sayang, stimulasi, adat istiadat, agama,dan stabilisasi rumah
tangga.
135
mereka yang mempunyai jarak kelahiran lebih dari 4 tahun.
2. Pemberian kebutuhan nutrisi yang baik
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian
makanan yang bergizi mutlak sangat diperlukan.Anak dalam pertumbuhan
dan perkembangannya mempunyai beberapa fase yang sesuai dengan umur si
anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat. Bila
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi, maka akan terjadi gangguan gizi pada
anak tersebut yang mempunyai dampak di belakang hari baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak tersebut maupun gangguan
intelegensia.
3. Penyakit muntah-diare
Penyakit ini paling sering menyerang balita, dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu infeksi pada saluran cerna, intoleransi terhadap
makanan yang diberikan, dan infeksi lainnya di luar saluran cerna.Umunya
penyakit ini mempunyai dampak yang lebih buruk bila mengenai anak dengan
gangguan gizi disbanding dengan anak tanpa adanya gangguan gizi.
Pada saat ini, penanganannya haruslah dilaksanakan sesegera
mungkin, yaitu dimulai dengan pemberian oralit, ASI yang harus tetap
diberikan, dan pemberian makanan lain yang tidak merangsang bertambahnya
muntah-mencret tetapi dapat memenuhi kebutuhan anak.
4. Infeksi saluran nafas akut
Penyakit ini merupakan penyakit tersering dijumpai pada anak balita,
baik yang hanya berupa pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada
saluran nafas bawah, yaitu infeksi yang mengenai paru.
5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Pada saat ini, vaksin yang apat dgunakan dalam pencegahan penyakit
telah banyak bereedar di Indonesia, dan hasil daya lindyng yang
ditimbulkannya juga telah terbukti bermanfaat.Sebagai salah satu contoh
adalah keberhasilan dunia termasuk Indonesia dalam menghilangkan penyakit
cacar.
136
Ada 4 strategi utama yang diselenggarakan oleh tujuan MDGs untuk ini,
yakni :
a) Menyediakan home care dan pengobatan yang tepat waktu dan sesuai
untuk komplikasi pada bayi baru lahir
b) Melaksanakan manajemen terpadu penyakit anak untuk usia di bawah
lima tahun
c) Memperluas program imunisasi
d) Pemberian makanan bergizi untuk bayi dan anak
137
dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.
1) Backlog Fighting
Upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3
tahun, pada desa nonUCI setiap 2 tahun sekali
2) Crash program
Kegiatan ini ditunjukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
cepat karena masalah khusus, seperti :
a) Angka kematian bayi tinggi, angka kematian PD3I tinggi
b) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
c) Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang belum
mendapatkan pada saat imunisasi rutin
3) Imunisasi dengan penanganan KLB
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan
dengan situasi epidemiologi penyakit.
4) Kegiatan imunisasi masal untuk antigen tertentu dalam wilayah yang
luas dan waktu tertentu, dalam rangka pemutusn mata rantai penyakit.
Antara lain :
a) Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Suatu upaya utnuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus
polio importasi dengan memberikan vaksin polio kepada setiap
balita termasuk bayi baru lahir tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya.
b) Sub PIN
Suatu upaya untuk memutuskan rantai penularan polio bila
ditemukan satu kasus polio dalam eilayah terbatas dengan
pemberian du kali imunisasi polio dalam interval waktu satu bulan
secara serentak pada seluruh sasaran berumur kurang dari satu
tahun
c) Catch up campaign Campak
Suatu upaya utnuk pemutusan transmisi penularan virus campak
138
pada anak sekolah dan balita.Kegiatan ini dilakukan dengan
pembeian imunisasi campak secara serentak pada anak SD tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.
139
3. Tugas ketergantungan
Menerapkan manajamen kebidanan ,pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga, mencakup:
Membeci asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan,
Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada
masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien
dan keluarga,
4. Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan
pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
140
dan petugas kesehatan lain.
4) Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5) Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang
berkaitan dengan kesehatan.
141
ibu hamil dan donor darah. Bidan berperan untuk memberikan pengertian
akan pentingnya program ini dalam asuhan antenatal untuk menjaga
keselamatan ibu dan anak. Untuk mendukung GSI juga dikembangkan
program Suami Siaga (Suami Siap Antar Jaga), dimana suami sudah
menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke
pemeriksaan dan tempat melahirkan serta siap menjaga dan menunggu
saat istri melahirkan.
4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran,
Antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegah terjadinya 4 terlalu,
pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran,
pelayanan asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasi aktif pria.
5. Memberikan Penyuluhan tentang pentingnya peran suami/laki-laki dalam
menunjang kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas di berbagai tingkatan (
keluarga dan masyarakat)
142
dengan elemen masyarakat yang ada dilibatkan sebagai unsur yang dapat
memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan kegiatan MPS. Dengan
demikian, perlu dicari suatu kegiatan yang dapat membuat kerjasama yang
saling menguntungkan antara bidan dengan elemen masyarakat khususnya
dukun bayi.Sosok yang dihormati dan berpengalaman.Selain itu, masih
tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait budaya dan perilaku
dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali.Kematian ibu dan bayi
diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi risiko yang mungkin terjadi
bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan
menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun. Semakin tinggi cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan
kematian ibu di wilayah tersebut. nifas dan bayi oleh dukun ke tenaga
kesehatan yang kompeten. pelayanan antenatal. keberadaan dukun bayi
sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan. Salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah
faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan
tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut.sangat
dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Namun sampai saat ini di
wilayah Indonesia masih banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun
bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak
merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru
lahir.Pernyataan sesuai dengan pesan pertama kunci MPS yaitu setiap
persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Indikator Output meliputi :
a. Cakupan pelayanan KIA meningkat
b. Penurunan faktor – faktor risiko bagi ibu hamil, bersalin dan nifas serta
bayi baru lahir.
c. Kasus kegawatdaruratan yang ada dilaporkan dan dapat ditangani secara
tepat
dan cepat.
143
2.3 Strategi MPS
Strategi MPS mendukung target internasional yang sudajh disepakati, dengan
demikian tujuan global MPS adalah utnukmenurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai berikut:
a) Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI
pada tahun 1990.
b) Menurunkan angka kematian bayi menajd berkurang dari 35/1.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Berdasarkan lesson learned dari upaya safe motherhood, maka pesan-
pesan kunci MPS adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, stiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
adekuat, setiap perempuan usia subur mempunyai akases terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Empat strategi utama MPS yaitu :
a) Menignkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir berkualitas cost-effective dan berdasarkan bukti.
b) Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program,
lintas sektor dan mitra lainnya utnuk melakukan advokasi guna
memaksimalkan sumber daya yang tersedia serta menignkatkan
koordinasi perencanaan dan kegiatan MPS.
c) Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku sehat dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
d) Mendorong ketrlibatan masyarakat dalam mnejamin penyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
144
DAFTAR PUSTAKA
Indaswary, Dewi Ayu. 2013. Pedoman Pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun
(online). https://ml.scribd.com/doc/180869804/PEDOMAN-KEMITRAAN-
BIDAN-DUKUN-pdf. Diakses pada 22 Februari pada pukul 20.54 WITA
Pramono, Harry, dkk.2009.Pengembangan Program Desa Siaga dengan Model
Pendampinan Mahasiswa untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Ibu dan
Anak.(online).
http://etalase.unnes.ac.id/files/0ab9b40bb24e631e6c33362e55a22a98.pdf.
Diakses Pada Miggu 22 Februari 2016 pada pukul 18.00 WITA.
Prasetyawati, Arsita Eka.2011.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Nuha Medika:
Yogyakarta.
145
Kegiatan Belajar 6
Institusi pelayanan kesehatan ibu dan anak
Puskesmas
A. Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014).
B. Fungsi Puskesmas
Fungsi Puskesmas yaitu:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas dapat diharapkan bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut
serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar
berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat diwilayah kerja. Hasil yang
diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya
pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan
perilaku sehat (IPPI, 2004).
2. Pusat Pemberdayaan dan Keluarga Dalam Pembangunan Kesehatan
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, puskesmas ikut memberdayakan
masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau dan mampu menjaga dan mengatasi
masalah kesehatan secara mandiri. Wujud pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat, kemitraan dengan LSM dan sebagai potensi masyarakat
lainnya.
Sebagai pusat pemberdayaan keluarga, puskesmas diharapkan bisa secara
proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga keluarga sehat tetap sehat dan
keluarga sakit menjadi sehat. Wujudnya adalah pelaksanaan Puskesmas Peduli.
Keluarga yang tingkat keberhasilannya dapat dilihat dari makin banyaknya keluarga
146
sehat di wilayah kerja puskesmas (IPPI, 2004).
147
D. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah
kerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga
pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan
saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sasaran penduduk yang
dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas. Untuk
perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan
unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yanng disebut Puskesmas Pembantu
dan Puskesmas Keliling.
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih,
wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota
Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
“Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas
kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
148
Berikut merupakan tugas-tugas pokok dari masing-masing kepengurusan:
1. Kepala puskesmas
Mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan
kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural dan
jabatan fungsional
2. Kepala urusan tata usaha
Mempunyai tugas dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan
surat menyurat serta pencatatan dan pelaporan
3. Unit I
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak,
keluarga berencana dan perbaikan gizi
4. Unit II
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit, khususnya immunisasi, kesehatan lingkungan dan labolatorium
sederhana
5. Unit III
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan tenaga kerja dan manula
6. Unit IV
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan sekolah dan olah raga, kesehatan jiwa, kesehatan
mata dan kesehatan khusus lainnya
7. Unit V
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan
upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat,
kesehatan remaja dan dana sehat
8. Unit VI
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan
rawat inap
149
9. Unit VII
Melaksanakan tugas kefarmasian
Tata kerja
Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan puskesmasnya
maupun dalam satuan organisasi di luar puskesmas sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
KEPALA PUSKESMAS
TATA USAHA
150
F. Stratifikasi Puskesmas
Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja
puskesmas, dalam rangka perkembangan fungsi puskesmas sehingga dalam rangka
fungsi puskesmas dapat dilaksanakan lebih terarah. Hal ini diharapkan dapat
menimbulkan gairah kerja, rasa tanggung jawab dan kreatifitas kerja yang dinamis
melalui pengembangan falsafah mawas diri.
Tujuan Umum dari Stratifikasi Puskesmas yaitu mendapatkan gambaran
tentang tingkat pengembangan fungsi puskesmas secara berkala dalam rangka
pembinaan dan pengembanganya.
Tujuan Khusus dari Stratifikasi Puskesmas yaitu mendapatkan gambaran
secara menyeluruh perkembangan puskesmas dalam rangka mawas diri, mendapatkan
masukan untuk perencanaan puskesmas dalam waktu mendatang, mendapatkan
informasi tentang masalah dan hambatan pelaksanaan puskesmas sebagai masukan
untuk pembinaan lebih lanjut .
Pengelompokan Puskesmas, Pengelompokan Strata dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Strata I Puskesmas dengan Prestasi kerja Baik (warna hijau)
2. Strata II Puskesmas dengan Prestasi kerja Cukup (warna kuning)
3. Strata III Puskesmas dengan Prestasi kerja Kurang(warna merah)
Ruang Lingkup
Ruang lingkup stratifikasi puskesmas dikelompokan dalam empat aspek yaitu:
1. Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan dari masing-masing kegiatan
2. Hasil dan cara pelaksanaan manajemen puskesmas
3. Sumber daya yang tersedia di puskesmas
151
4. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi hasil kegiatan puskesmas
Dalam jangka panjang, pola pembinaan melalui stratifikasi puskesmas akan
terus ditingkatkan ruang lingkupnya sehingga meliputi seluruh kegiatan yang menjadi
tanggung jawab puskesmas dalam wilayah kejanya termasuk kegiatan adalah rangka
membina usaha kesehatan swasta.
Area Pembinaan
Berdasarkan hasil pelaksanaan hasil stratifikasi puskesmas ada 3 area yang
perlu di bina, yaitu :
1. Sebagai wadah pemberi pelayanan. Pembinaan ini diarahkan terhadap fasilitas
fisik, pelaksanann manajemen dan kemampuan tenaga kerja.
2. Pelaksanaan program-program sektor kesehatan maupun lintas sektoral yang
secara langsung maupun tidak langung menjadi tanggung jawab puskesmas dalam
pelaksanaan maupun sarana penunjang.
3. Peran serta masyarakat untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
produktif. Pembinaan kemampuan puskesmas dalam membina peran serta
masyarakat di bidang kesehatan perlu ditingkatkan.
Pelaksanaan Stratifikasi
1. Mencakup seluruh aspek puskesmas meliputi puskesmas pembantu, puskesmas
keliling, hasil pembinaan peran serta masyarakat misal posyandu.
2. Kegiatan stratifikasi mencakup :
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. analisa masalah dan penentuan langkah penanggulangan.
3. Melaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di semua
puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai ke pusat.
1. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas dan merupakan kegiatan
mengukur kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan
tujuan agar kepala puskesmas dan staf mengetahui kelemahan dan masalah yang
152
dihadapi untuk berusaha memperbaikinya.
153
2. Bagi dinas kesehatan dati II
a. Mendapat gambaran prestasi kerja puskesmas dalam wilayah dati II yang
bersangkutan tiap tahun
b. Mengetahui masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan puskesmas yang
disebabkan oleh sumber daya maupun lingkngan
c. Menentukan langkah serta bantuan yg diperlukan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi puskesmas melalui penyusunan rencana tahunan
d. Mendapat gambaran mengenai kemampuan managemen tiap puskesmas
wilayah Dati II
3. Bagi dinas kesehatan dati I / Kanwil Propinsi
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yangg dialami oleh
dinkes dati I Kandep selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan
puskesmas di wilayah kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh
Dinas dati I/Kanwil propinsi melalui penyusunan rencana tahunan
4. Depkes Pusat
Mendapat gambaran mengenai masalah dan hambatan yg dialami dinkes dati
I/Kanwil selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas di wilayah
kerjanya yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara lain melalui
penyusunan rencana tahunan
154
1. Tersusunnya rencana kerja puskesmas untuk jangka waktu lima tahun secara
tertulis.
2. Tersusunnya rencana kerja tahunan puskesmas, sebagai penjabaran rencana kerja
lima tahunan.
Langkah-Langkah Penyusunan
1. Identifikasi keadaan dan masalah
Untuk menghasilkan suatu rumusan tentang keadaan dan prioritas masalah
yang dihadapi puskesmas dan alternatif pemecahannya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini:
a. Mengetahui kebijakan yang telah ditetapkan baik oleh pusat maupun daerah
b. Pengumpulan data yang mencakup:
1) Data umum
2) Data wilayah
3) Data penduduk
4) Sumber daya puskesmas: sarana dan prasarana fisik, tenaga, dana, dan sumber
daya masyarakat
5) Data status kesehatan
6) Data cakupan program sesuai dengan indicator dan variabel
c. Analisa data
Meliputi analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan, yang meliputi:
1) Analisa derajat kesehatan
Menjelaskan masalah kesehatan yang dihadapi, yang menggambarkan derajat-
derajat kesehatan secara kuantitatif dan penyebaran masalah tersebut menurut
155
kelompok manusia, tempat dan waktu. Dengan kata lain menggunakan pendekatan
epidemiologis.
2) Analisa kependudukan
Adalah analisa menggunakan ukuran-ukuran demografis dalam wilayah kerja
puskesmas, diantaranya jumlah penduduk, penyebarannya berdasarkan kelompok
umur, waktu dan pertumbuhan penduduk, kematian, kesakitan, mobilitas penduduk
dan sebagainya.
3) Analisa upaya pelayanan kesehatan
Masukkan (input) baik sarana, dana, dan tenaga.
Proses, merupakan upaya kesehatan yang dijalankan secara terkoordinasi, supervisi,
stratifikasi. Keluaran (output) merupakan hasil upaya kesehatan yang merupakan
cakupan-cakupan pelayanan yang telah dilaksanakan.
4) Analisa perilaku
Analisa yang dapat menggambarkan tentang sikap dan perilaku masyarakat
terhadap kesehatan dan upaya kesehatan.
5) Analisa lingkungan
Merupakan analisa lingkungan fisik, biologis, sosial budaya dan ekonomi
masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
2. Perumusan Masalah
Adalah upaya mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh
puskesmas berdasarkan analisa di atas dan digambarkan secara kuantitatif dengan
pendekatan epidemiologis sehingga dapat menggambarkan masalah yang sebenarnya
baik dari segi tempat, waktu, dan besarnya masalah.
3. Penentuan Prioritas Masalah
Untuk menentukan tingkat masalah dipergunakan cara:
a. Delbecq, dengan cara mendiskusikan masalah oleh anggota kelompok dengan
saran dari narasumber.
156
b. Hanlon, adalah cara yang lebih sederhana yang sering dipergunakan dan setiap
anggota rapat puskesmas dapat ikut berperan serta. Semua anggota rapat diminta
memberikan nilai terhadap masalah melalui sistem scoring.
Kriteria yang dipakai adalah:
1) Besarnya masalah meliputi:
a) Presentasi penduduk yang terkena
b) Biaya yang dikeluarkan perorang perbulan karena masalah tersebut
c) Kerugian yang dialami penduduk
d) Skore 0-10
2) Tingkat kegawatan/bahaya meliputi:
e) Tingkat keganasan
f) Tingkat urgensinya
g) Kecenderungannya
h) Skore 1-10
3) Kemudahan penanggulangan masalah
Penentuan kemudahan penanggulangan masalah dilaksankn dengan memberi
nilai 0,5-1,5.
4) Faktor PEARL
Adalah menentukan dapat tidaknya program tersebut dilaksanakan,
meliputi :
P = Appropriatness (tepat guna)
E = Ekonomic Feasibility (secara ekonomis murah)
A = Acceptability (dapat diterima)
R = Resource Availability (tersedianya sumber)
L = legality (legalitas terjamin)
Penentuan skor melalui voting (1=ya, 0= tidak) Hasil voting untuk masing-
masing faktor dikalikan sehingga didapatkan hasil akhir dari faktor PEARL tersebut.
Skor dari masing-masing criteria ditabulasi dan dihitung hasil akhirnya dengan
pembobotan, sehingga didapatkan prioritas masalah.
4. Penyusunan Rencana
157
Perencanaan yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang disusun secara
sistematis, dengan urutan sebagai berikut :
1) Perumusan tujuan dan sasaran
2) Perumusan kebijaksanaan dan langkah-langkah
3) Perumusan kegiatan
4) Perumusan sumber daya
5. Penyusunan rencana pelaksanaan (Plan of Action)
158
H. Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk
penggalangan dan pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan
(Depkes RI, 2006).
Ruang Lingkup Lokakarya Mini Puskesmas pada dasarnya meliputi dua hal pokok
yaitu :
1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru. Pertemuan
bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan kegiatan
sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan masalah yang
terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja yang baru.
2. Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan
dilaksanakan untuk :
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama (Depkes RI,
2006).
159
Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan
targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.Tujuan
Tujuan umum lokakarya mini bulanan puskesmas yaitu terselenggaranya
lokakarya bulanan intern puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya antara lain :
a. Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu
b. Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
c. Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu
d. Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e. Disusunnya rencana kerja bulan baru.
160
b) Informasi tentang kebijakan ,program dan konsep baru berkaitan dengan
Puskesmas
c) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA)
Puskesmas.
2) Proses
a) Inventaris kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan / daerah binaan
b) Analisis beban kerja setiap petugas
c) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.
d) Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action = POA).
3) Keluaran
a) Rencana kegiatan (Plan Of Action = POA ) Puskesmas tahunan
b) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA
c) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
161
c) Informasi tentang hasil rapat dikecamatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
2) Proses
a. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.
b. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan.
c. Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3) Keluaran
a) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan.
b) Rencana kerja bulan yang baru.
Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi dan
situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokarkarya Mini Bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
162
kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor
terkait, dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang dimilikinya.
Pelaksanaan lokakarya mini tribulan adalah sebagai berikut :
1) Masukan
a) Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
b) Informasi tentang program lintas sector
c) Informasi tentang program kesehatan
d) Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
2) Proses
a) Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
b) Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sector
c) Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
3) Keluaran
a) Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan
b) Rencana kegiatan masing-masing sektor.
163
b) Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sector
c) Merumuskan cara penyelesaian masalah
d) Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
3) Keluaran :
a) Rencana kerja tribulan yang baru
b) Kesepakatan
Lokarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh camat. Lokarya Mini
Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan pertama tahun
anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun
waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Tempat
penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di kecamatan atau
tempat lain yang dianggap sesuai (Depkes RI, 2006).
I. Supervisi Puskesmas
Supervisi adalah upaya pengarahan dengan cara mendengarkan alasan dan
keluhan tentang masalah dalam pelaksanaan dan memberikan petunjuk serta saran-
saran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaksana, sehingga
meningkatkan daya guna dan hasil guna serta kemampuan pelaksana dalam
melaksanakan upaya kesehatan puskesmas.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya upaya kesehatan puskesmas secara berhasil guna dan
berdaya guna.
2. Tujuan khusus
a. Terselenggaranya program upaya kesehatan puskesmas sesuai dengan
pedoman pelaksanaan.
b. Kekeliruan dan penyimpangan dalam pelaksanaan dapat diluruskan
kembali.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
d. Meningkatnya hasil pencapaian pelayanan kesehatan.
164
Ruang lingkup
1. Mencakup bimbingan di tingkat puskesmas oleh Kepala Puskesmas
kepada para pelaksana kegiatan di wilayah kerjanya. Bimbingan
mencakup :
a. Masukan (input)
Sarana dan prasarana
Anggaran
Ketenagaan
Perlengkapan administrasi
b. Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman kerja
c. Keluaran (output)
Hasil kegiatan yang berupa cakupan pelayanan.
2. Supervisi dilaksanakan terhadap tenaga teknis dan tenaga masyarakat,
dalam bentuk :
a. Pertemuan didalam puskesmas.
Pembimbingan yang dilakukan menyangkut kegiatan teknis maupun
administrasi dan penambahan pengetahuan.
b. Kunjungan lapangan yang dilakukan terhadap :
Petugas kesehatan termasuk bidan desa
Kader kesehatan
Sarana pelayanan (puskesmas pembantu, posyandu).
c. Pelaksanaan pembimbingan
Dokter puskesmas
Staf puskesmas
d. Sasaran pembinaan
Staf puskesmas sebagai pelaksana kegiatan lapangan
Tenaga sukarela (kader, dasa wisma)
165
e. Waktu pelaksanaan
Terhadap staf pelaksana puskesmas dilaksanakan minimal satu
bulan sekali, atau sewaktu-waktu jika ada masalah.
Tenaga desa (kader kesehatan, dasa wisma) minimal sebulan
sekali, atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
Bimbingan terhadap posyandu minimal 3 bulan sekali.
Melalui laporan tertulis mengenai pelaksanaan kegiatan dari
pelaksana. Paling lambat 1 minggu setelah kegiatan.
Format bimbingan yang digunakan sesuai dengan pedoman yang
ada yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan.
166
- Laporan SP2TP mempergunakan sistem tahun kalender
Komponen SP2TP
1. Sistem Pencatatan.
a. Mekanisme Pencatatan.
167
pemberian nomor keluarga tetap mengacu pada pencatatan di Puskesmas.
c. Jenis Formulir
1) Family Folder (berkas keluarga)
Adalah himpunan kartu-kartu individu suatu keluarga yang memperoleh
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
2) Kartu Tanda Pengenal Keluarga
Adalah alat untuk memudahakan pencatatan pencarian file keluarga yang
telah mempunyai family folder apad saat meminta pelayanan ualng
Puskesmas. KTPK diberikan 1 kali saja bagi pengunjung , oleh karena itu
harus dibawa setiap kali berkunjung, dan tidak boleh hilang.
3) Kartu Rawat Jalan
Adalah alat pencatatan informasi pasien yang berkunjung ke Puskesmas
dan untuk mempelajari riwayat perkembangan kesehatan pasien.
4) Register
Adalah formulir untuk merekap dan mengkompilasi data kegiatan di
dalam dan di luar gedung. Puskesmas yang telah dicatat di kartu-kartu
dan buku-buku atau catatan kegiatan.
Jenis-jenis yang ada :
- Reg. Rawat Jalan/Rawat Inap
- Reg. Kunjungan Puskesmas
- Reg. KIA
- Reg. Kohort Ibu
- Reg. Kohort Bayi/Anak
- Reg. Penimbangan Balita
- Reg. Pemeriksaan Anak Sekolah
- Reg. KB
- Reg. Obat-Obatan
- Reg. Perkesmas
- Reg. Gizi
- Reg. Laboratorium
168
- Reg. FKM
- Reg. Keg. Kesling
- Reg. FSM
- Reg. UKS
2. Sistem Pelaporan
a. Mekanisme Pelaporan
Alur Pelaporan
1) Pengelolaan di Puskesmas
- Laporan dari Pustu, BDD, Pusk keliling, Posyandu disampaikan ke
pengelola SP2TP Puskesmas.
- Pengelola menyusun dan mengkompilasi data yang bersumber dari
sensus harian dan register.
- Hasil kompilasi / olahan dimasukkan ke formulir laporan
untuk dikirim ke Dinas Kesehatan kab / kota.
- Hasil olahan dianalisa dan disajikan untuk mengambil
keputusan (pada lokakarya mini).
2) Pengelola di Dinas Kab /Kota
- Laporan dari Puskesmas diterima oleh pengelola SP2TP Dinas untuk
dikompilasi / diolah dan didistribusikan ke penanggung jawab
program.
169
- Perkesmas
- Pelayanan Medik Dasar Gigi-mulut
- Kesling
- Laboratorium
- PKM
- PSM
- Rujukan
3) Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB)
- Formulir W1 : dilaporkan dalam 24 jam, digunakan untuk melaporkan
kejadian luar biasa atau wabah.
Satu helai formulir hanya dapat digunakan untuk melapor satu jenis
tersangka penyakit melaporkan dengan cara yang tercepat, yaitu kurir,
telepon, radio, dll.
Laporan W1 masih memberikan gambaran KLB/wabah secara kasar,
oleh karena itu harus segera diikuti dengan :
Laporan penyelidikan sementara (PE)
Rencana penanggulangan
- Formulir W2 : dilaporkan secara mingguan yaitu laporan dari penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB atau wabah yang perlu dilaporkan
secara rutin, yaitu kolera, diare, pes, DBD, rabies, difteri, polio,
pertusis, campak, dan penyakit yang sedang menjadi wabah (SARS).
c. Kunjungan
Ada 2 kriteria kunjungan :
1) Kunjungan sebagai seseorang yang datang ke Puskesmas baik untuk
mendapat pelayanan kesehatan maupun hanya untuk mendapat keterangan
sehat-sakit. Ada 2 kategori, yaitu :
- Kunjungan baru
Ialah seseorang yang pertama kali dating ke Puskesmas, sehingga
dalam satu tahun hanya dicatat sebagai satu kunjungan baru.
- Kunjungan lama
170
Ialah seseorang yang dating ke Puskesmas untuk kedua kali dan
seterusnya.
Pengecualian dari 2 hal diatas :
- Kunjungan ibu hamil, pada setiap kehamilan baru dianggap sebagai
kunjungan baru, sedangkan kunjungan kedua kali dam seterusnya
selama kurun waktu kehamilan tersebut (untuk memeriksa kehamilan)
dianggap sebagai kunjungan lama.
Dengan demikian penetapan kunjungan ibu hamil tidak ditentukan
dengan tahun tetapi diberlakukan sebagai “episode of illness”.
- Kunjungan ibu menyusui sebagai kunjungan baru 2 kali (sesuai
anjuran menyusui selama 2 tahun).
Kunjungan baru dalam kurun waktu 2 tahun tersebut dihitung sebagai
kunjungan baru.
- Setiap kunjungan balita, setelah ulang tahunnya, dianggap sebagai
kunjungan baru. Jadi setiap balita mempunyai 4 kali kunjungan baru.
Sedangkan kunjungan kedua dan seterusnya dari tahum yang
bersangkutan dicatat sebagai kunjungan lama.
2) Kunjungan Kasus
Kunjungan kasus adalah kasus baru ditambah kasus lama, ditambah
kunjungan kasus lama suatu penyakit. Ada 2 macam kasus :
- Kasus baru, adalah “new episode of illness”. Yaitu pernyataan pertama
kali seseorang menderita penyakit tertentu sebagai hasil diagnose
dokter atau tenaga paramedis. Untuk penderita yang telah sembuh,
kemudian kambuh kembali penyakitnya seperti malaria, ditetapkan
sebagai kasus baru.
- Kasus lama, adalah kunjungan kedua dan seterusnya dari kasus baru
yang belum dinyatakan sembuh atau kunjungan kasus lama dalam
tahun yang sama. Untuk tahun berikutnya, kasus ini diperhitungkan
sebagai kasus baru, karena perhitungan mengikuti tahun kalender.
171
POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
(Depkes, 2012).
Posyandu adalah kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu. Posyandu
adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain :
gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare.
Surat Keputusan Bersama: Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-
masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985
tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan
Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.
b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi
Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program –
program pembangunan masyarakat desa.
c. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan
peranan kader pembangunan.
d. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/di daerah
masingmasing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk
Depkes dan BKKBN.
e. Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara
paripurna.
172
b. Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya
dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh
masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat
kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan
mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan
mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat.
Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS).
Biasanya dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh
masyarakat dan ditentukan masyarakat sendiri.
2. Kedudukan Posyandu
Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau
kelurahan atau nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat
berlokasi di tiap RW, dusun, atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan
Posyandu adalah :
a. Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan
dibina oleh pemerintah desa atau kelurahan.
b. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat
binaan aspek administrasi, keuangan dan program Pokja.
173
c. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.
d. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi
yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan
Kecamatan.
e. Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
3. Pengelola Posyandu
a. Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan
mutu Posyandu ditingkat desa kelurahan sebagai berikut :
1) Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah).
2) Penggungjawab operasional, Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)
3) Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua
Tim Penggerak PKK).
4) Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
5) Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.
b. Pokjanal Posyandu
Pokjanal posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan
terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam
pembinaan Posyandu yaitu :
1) Tingkat Propinsi : BKKBN, PMD (Pembinaan Masyarakat Desa),
Bappeda, Tim Penggerak PKK.
2) Tingkat Kab/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes, BKKBN, PMD,
Bappeda.
3) Tingkat Kecamatan :
a) Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina petugas
Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan)
b) KPD (Kader Pembangunan Desa)
4) Pokjanal Posyandu bertugas :
a) Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program.
b) Menyiapkan kader.
174
c) Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan
masalah.
d) Menyusunan rencana.
e) Melakukan pemantauan dan bimbingan.
f) Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait.
g) Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.
c. Kegiatan Pokok Posyandu : KIA, KB, lmunisasi. Gizi, Penggulangan
Diare.
d. Pembentukan Posyandu
1) Langkah – langkah pembentukan :
a) Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
b) Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah
bimbingan teknis unsur kesehatan dan KB .
c) Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas
diri, sarana dan prasarana posyandu, biaya posyandu
d) Pemilihan kader Posyandu.
e) Pelatihan kader Posyandu.
f) Pembinaan.
2) Kriteria Pembentukan Posyandu
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
lebih tercapai sedangkan satu Posyandu melayani 100 balita.
3) Kriteria Kader Posyandu :
a) Dapat membaca dan menulis.
b) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
c) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
d) Mempunyai waktu yang cukup.
e) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
f) Berpenampilan ramah dan simpatik.
g) Diterima masyarakat setempat.
175
e. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
1) Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD,
Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan
dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat
dengan sistem 5 (lima) meja yaitu :
a) Meja I : Pendaftaran.
b) Meja II : Penimbangan
c) Meja III : Pengisian KMS
d) Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
e) Meja V : Pelayanan KB Kes
f) Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK
sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim,
Bindes, perawat dan petugas KB).
f. Sasaran Posyandu : Bayi/Balita, Ibu hamil/ibu menyusui, WUS dan
PUS.
g. Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui
gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa
lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang
dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat.
4. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan
atau pilihan, yaitu :
a. Kegiatan Utama
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu hamil, pelayanan meliputi :
(1) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang
dilakukan oleh kader kesehatan.
(2) Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang
176
periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila
ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas.
(3) Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada
hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan
tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan
menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan
pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam
ibu hamil.
b) Ibu nifas dan menyusui, pelayanannya meliputi :
(1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan
lahir.
(2) Pemberian vitamin A dan tablet besi
(3) Perawatan payudara
(4) Senam ibu nifas
(5) Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat
dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan
pemeriksaan lochea.
c) Bayi dan anak balita. Jenis pelayanan untuk bayi dan balita
mencakup :
(1) Penimbangan
(2) Penentuan status gizi
(3) Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita
(4) Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila
ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.
2) Keluarga Berencana. Pelayanan KB di Posyandu yang
diselenggarakan oleh kader adalah pemberian pil dan kondom. Bila
ada petugas keehatan maka dapat dilayani KB suntik dan konseling
KB.
177
3) Imunisasi. Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila
ada petugas kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang
diberikan yang sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk
ibu hamil, yaitu : BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus
toxoid.
4) Gizi. Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk
pelayanannya meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini
gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian
vitamin A dan pemberian sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil dan ibu
nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis gondok.
5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare
antara lain dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit
atau larutan gula garam.
b. Kegiatan Pengembangan
Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru,
misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
menular dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Posyandu demikian disebut dengan Posyandu Plus.Penambahan kegiatan
baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya di atas
50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung.
POLINDES
1. Definisi
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang merupakan suatu
tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai
kelengkapan dari pembangunan kesehatan masyarakat desa, untuk
memberikan pelayanan KIA dan KB.
178
2. Stratifikasi Polindes
Dalam menganalisa pertumbuhan Polindes harus mengacu kepada
indikator tingkat perkembangan Polindes yang mencakup beberapa hal:
a. Fisik Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu
memenuhi persyaratan antara lain : Bangunan polindes tampak bersih,
salah satunya ditandai tidak adanya sampah berserakan.
b. Lingkungan yang sehat, bila polindes jauh dari kandang ternak
c. Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk : pemeriksaan kehamilan
dan pelayanan KIA, mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
d. Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik terjamin.
e. Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan
pelayanan.
f. Mempunyai Sarana Air Bersih Dan Jamban Yang Memenuhi Persyaratan
Kesehatan. Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan sendiri dan
memenuhi persyaratan di atas, namun dalam kenyataannya mungkin saja
polindes masih menumpang di salah satu rumah warga atau bersatu
dengan kediaman bidan di desa.
3. Tempat Tinggal Tenaga Kesehatan
Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap) menentukan
efektifivitas pelayanannya, termasuk efektivitas polindes.Selain itu, jarak
tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes.Perawat/ bidan
yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan
pertolongan persalinan di polindes.Untuk mempercepat tumbuh kembang
Polindes tenaga kesehatan harus selalu berada/tinggal di desa dan lebih
banyak melayani masalah kesehatan masyarakat desa setempat.
4. Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan,
sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan
polindes yang baik antara keterlibatan masyarakat melalui wadah LPM dalam
menentukan tarif pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara bersama,
179
diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan
polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat
memuaskan semua pihak.
5. Cakupan Persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya ketersediaan sumberdaya kesehatan termasuk didalamnya
keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya, yaitu bidan desa bahkan
bisa juga perawat.
6. Sarana Air Bersih
Tersedianya air bersih merupakan salah satu persyaratan untuk hidup
sehat.Demikian juga halnya di dalam operasional pelayanan polindes.
Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi
dengan : MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PAM, dll), dan dilengkapi
pula dengan saluran pembuangan air limbah.
7. Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi
Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes
adalah dukun bayi.Karena itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana
meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi dalam pertolongan
persalinan.Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan hal yang dianjurkan
dalam pelayanan pertolongan persalinan di Polindes.
8. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran KIE merupakan salah satu teknologi
peningkatan peran serta masyarakat yang bertujuan untuk mendorong
masyarakat agar bersedia dan mampu memelihara dan melaksanakan hidup
sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan
komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat praktis. Dengan keberadaan
polindes beserta tenaga kesehatan ditengah-tengah masyarakat diharapkan
akan terjalin interaksi antara antara bidan dengan masyarakat. Semakin sering
bidan di desa menjalankan KIE, akan semakin mendorong masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup sehatnya, termasuk di dalamnya meningkatkan
kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di dalam memberikan penyuluhan
180
kesehatan ibu hamil. Seharusnya suatu polindes di dalam pelaksanaan
kegiatannya telah melakukan KIE untuk kelompok sasaran minimal sekali
dalam setiap bulannya. Kegiatan KIE ini dihitung secara kumulatif selama
setahun.
9. Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup
sehat, pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat setempat. Suatu polindes
dianggap baik bila masyarakat di desa binaannya telah terliput dana sehat,
sehingga diharapkan kelestarian polindes dapat terjamin, kepastian untuk
mendapatkan pelayanan yang berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi.
Cakupan dana sehat dianggap baik bila telah mencapai 50 %.
10. Persyaratan Polindes tersedianya tempat yang bersih, namun serasi dengan
lingkungan perumahan di desa serta tersedianya tenaga bidan didesa. Secara
lebih rinci, persyaratan yang perlu diusahakan adalah:
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan,
antara lain: Bidan kit; IUD kit; Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu
hamil; Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan; Infus set
dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%; Obat-obatan sederhana dan
uterotonika; Buku-buku pedoman kia, kb, dan pedoman kesehatan
lainnya; Inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain: Penyediaan air bersih;
Ventilasi cukup; Penerangan cukup; Tersedia sarana pembuangan air
limbah; Lingkungan pekarangan bersih; Ukuran minimal 3x4 meter
persegi.
d. Lokasi bisa dicapai dengan mudah.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post
partum.
181
11. Fungsi Polindes
a. Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak.
b. Sebagai tempat pemeriksaaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
c. Sebagai tempat untuk konsultasi, penyuluhan, dan pendidikan kesmas dan
dukun bayi ataupun kader.
182
3. Kriteria Teknis
a. Luas Bangunan
Pembangunan baru agar mempertimbangkan kebutuhan minimal
pelayanan/kegiatan. Kebutuhan serta luas ruangan, disesuaikan dengan
jenis kegiatan pelayanan yang akan dilaksanakan. Ruang Polindes terdiri
dari ruang dengan fungsi sebagai tempat tinggal bidan dan ruang dengan
fungsi sebagai tempat pelayanan.
b. Rancangan Tata-Ruang
Rancangan tata-ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai
sarana pelayanan kesehatan.Denah dan tata ruang mengacu pada buku
Pedoman Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas Ditjen Bina Kesmas tahun
2006.
c. Peralatan Kesehatan
Kebutuhan dan jenis peralatan minimal Polindes mengacu pada buku Pedoman
Peralatan dan Tata Ruang Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas tahun 2006.
183
DAFTAR PUSTAKA
IPPI. 2016. KMK No. 128 Th 2004 ttg Kebijakan Dasar Puskesmas. (online)
http://www.ippi.or.id/content/elibrary/dasarhukum/KMK_No._128_Th_2004_
ttg_Kebijakan_Dasar_Puskesmas_.pdf. Diakses pada tanggal 24 Februari
2016.
184
Kegiatan Belajar 7
ADOVOKASI DALAM PROMOSI KESEHATAN PENINGKATAN
KESEHATAN IBU & ANAK (KIA)
I. DESKRIPSI SINGKAT
Advokasi merupakan salah satu ketrampilan pokok yang wajib dimiliki oleh
tenaga kesehatan dalam rangka mempromosikan program-program pemerintah di
bidang kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan khususnya Kebidanan,
Keperawatan dan Gizi. Dengan demikian para tenaga kesehatan mampu
mengadakan Advokasi dalam Promosi Kesehatan untuk peningkatan Kesehatan
Ibu dan Anak.
Kemitraan/Negosiasi
1. Pengertian Negosiasi
2. Ciri-ciri negosiasi
3. Langkah-langkah negosiasi
185
IV. URAIAN MATERI
Konsep dasar advokasi
Kata “advokasi” berasal dari kata advocate dari bahasa Inggeris yang
memiliki arti 1. “one who supports or defends a cause”, 2. “one who pleads on
behalf of another”. Disini maksudnya adalah seseorang yang mendukung sebab
tertentu atau seseorang yang meminta dengan gigih atas nama orang lain.
Advokasi adalah proses mempengaruhi pembuat kebijakan yang dilakukan
secara terencana. Pada intinya advokasi dibangun berdasarkan pemahaman dan
kesepakatan bersama oleh berbagai pemangku kepentingan atau stakeholders.
Dengan demikian, advokasi terhadap kebijakan akan membantu meningkatkan
kinerja petugas eksekutif dan legislatif di berbagai tingkat masyarakat.
Advokasi juga bisa dilihat sebagai proses untuk mengangkat isu atau
masalah dalam agenda masyarakat (sehingga masyarakat menganggap isu itu
penting), memberikan jalan keluar atau solusi terhadap masalah tersebut dan
membangun dukungan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusinya.
Selain itu, advokasi dapat dilakukan dengan berbicara lantang dan menciptakan
minat masyarakat terhadap masalah penting dan mendorong pembuat keputusan
untuk mencari jawaban masalah. Pengertian pengertian diatas lebih bersifat makro,
tetapi dapat juga dilihat dalam skala mikro dimana advokasi adalah proses dimana
individu atau kelompok individu berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang
menyangkut kehidupan mereka.
Salah satu teori yang terkait dengan advokasi adalah yang dikemukakan oleh
Sharma (tanpa tahun) dimana advokasi memiliki 8 komponen atau elemen dasar.
Komponen tersebut meliputi 1) Tujuan, 2) Data , 3) Khalayak sasaran, 4) Pesan, 5)
Presentasi, 6) Monitoring dan evaluasi, 7) Penggalangan dana dan 8) Pembentukan
jejaring atau koalisi.
Dalam teori ini ada komponen penggalangan dana karena teori ini dikaji dari
pengalaman organisasi non pemerintah (LSM). Dengan demikian, didalam
kegiatan advokasi juga perlu diperlukan upaya penggalian dana. Sering sekali bila
advokasi dilakukan oleh sektor pemerintah atau LSM nasional atau internasional
186
yang sudah memiliki dana atau sponsor tertentu mereka tidak perlu memikirkan
ada penggalangan dana. Upaya advokasi mereka betul fokus dalam upaya teknis
advokasi.
Tujuan dari advokasi promosi kesehatan bidang KIA adalah adanya
kebijakan untuk melindungi masyarakat yang lemah dan rentan terhadap masalah
KIA dengan dukungan anggaran yang terkait bidang KIA.
Secara umum sasaran atau target advokasi dibedakan menjadi dua yaitu
sasaran primer dan sasaran sekunder. Sasaran primer adalah pembuat keputusan atau
kebijakan yang memiliki otoritas atau kekuasaan secara langsung terhadap tujuan
advokasi. Pada umumnya adalah individu atau mereka yang secara aktif menyetujui
perubahan kebijakan. Dan individu atau kelompok ini hakekatnya adalah merupakan
target sasaran primer dari upaya advokasi yang dilakukan.
Seorang individu atau kelompok pada saat yang sama dapat menjadi kelompok
primer dan sekunder secara bersamaan. Kalau di suatu institusi pendidikan dirasakan
perlu mengeluarkan kebijakan tentang kawasan bebas rokok di institusi tersebut maka
direktur atau pimpinan institusi adalah sasaran primer advokasi. Individu yang
berpengaruh atau mereka yang dapat mempengaruhi kepala institusi mengeluarkan
kebijakan tersebut misalnya kepala departemen di institusi, atau ketua BEM
mahasiswa bahkan isteri dari kepala institusi dapat merupakan sasaran sekunder.
187
Sasaran advokasi secara umum dapat dibedakan menjadi 4 tingkat yaitu tingkat
masyarakat, tingkat eksekutif dan tingkat legislatif. Pada tataran tingkat masyarakat
dapat dibagi berupa sasaran di tingkat keluarga, tingkat masyarakat atau tataran
organisasi kemasyarakatan. Misalnya kepala keluarga sebagai sasaran advokasi bila
upaya advokasi berhasil dapat menghasilkan kebijakan di tingkat keluarga dimana
setiap bulan secara teratur memberikan kontribusi uang atau barang untuk tabungan
ibu hamil di keluarganya. Sedangkan hasil advokasi di tingkat masyarakat misalnya
tokoh masyarakat wilayah tertentu memberikan keputusan bahwa halaman luas di
sebelah rumahnya boleh digunakan untuk kegiatan Posyandu lansia setiap tanggal
tertentu tiap bulan dengan segala fasilitas listrik dan air yang diperlukan. Pada tataran
organisasi kemasyarakatan (lembaga swadaya masyarakat, LSM) sebagai hasil
advokasi jejaring kumpulan berbagai LSM secara bersama mendeklarasikan
dukungan hak bayi memperoleh ASI ibunya dengan mendorong tersedianya pojok
laktasi di fasilitas umum.
188
Kepala Dinas Kesehatan. Sebaliknya proses pembuatan keputusan informal
adalah kegiatan atau prosedur yang mungkin terjadi hampir bersamaan
dengan proses formal tetapi tidak terkait dengan aturan birokrasi,
perundangan dan prosedur lain secara resmi. Misalnya dalam hal Bupati
membuat keputusan secara informal mungkin bisa dipengaruhi oleh istrinya
yang kebetulan aktifis sebuah LSM.
Langkah ini juga dinamakan setting agenda, kenapa? Karena masalah dan isu
begitu banyak yang memerlukan perhatian dan penyelesaian terkait kebijakan
tetapi pasti tidak semua bisa masuk agenda setting saat bersamaan. Advokator
189
harus memilih isu atau masalah apa yang diprioritaskan untuk diselesaikan agar
institusi/atau pembuat kebijakan terkait dapat mengenali bahwa masalah tersebut
perlu penyelesaian kebijakan.
Disini advokator perlu mengidentifikasi solusi masalah dan memilih salah satu
yang prioritas secara layak untuk diselesaikan dari sisi politis, ekonomi serta
sosial.
5. Evaluasi
Ini bagian penting walau sering dilupakan. Advokator yang baik akan melakukan
penilaian pencapaian termasuk keberhasilan, kegagalan, pembelajaran dari upaya
advokasi yang dilakukan dan digunakan sebagai masukan terhadap upaya
advokasi yang baru. Baik advokator maupun institusi yang mengadopsi suatu
perubahan kebijakan seyogyanya selalu melakukan evaluasi efektifitas dari
perubahan tersebut.
190
DINAMIKA PROSES ADVOKASI
ISU SOLUSI
ISU SOLUSI
KEMA KEMAU
UAN AN
POLITI Tahap 3 : membangun dukungan
POLITI politik
K K
Tahap 4 : menyatukan isu, solusi
dan kemauan politik tindakan kebijakan
Proses advokasi
Proses advokasi terdiri dari 3 langkah yaitu: 1. Membentuk tim inti advokasi, 2.
Merumuskan isu strategis, dan 3. Merancang strategi dasar advokasi
(Topimatasang dkk, 2005).
Membentuk tim inti merupakan langkah utama proses advokasi. Tim inti
merupakan kumpulan orang yang akan menjadi motor, penggagas, penggerak dan
pengendali utama seluruh kegiatan advokasi.
Sebaiknya tim inti memiliki kriteria antara lain visi, cara pandang yang sama
terhadap masalah yang akan diadvokasi, rendah hati untuk bekerjasama dan
menerima pembagian peran secara proporsional, memiliki waktu luang yang cukup
sehingga dapat mencurahkan segala pikirannya. Jumlah tim inti sebaiknya tidak
terlalu banyak agar mudah koordinasi dan disarankan 3-5 orang.
191
2. Merumuskan isu strategis
Untuk merumuskan isu strategis sangat diperlukan adanya data. Data berupa
informasi kuantitatif atau kualitatif baik data primer maupun data sekunder. Proses
dapat dimulai dengan identifikasi isu yang memerlukan aksi kebijakan. Hal ini
dapat dilakukan mulai dengan teknik sumbang saran ide spontan dan didukung
dengan adanya data.
Kenapa dipergunakan data untuk kegiatan advokasi? Data dapat digunakan antara
lain untuk mengidentifikasi isu yang perlu aksi kebijakan, membantu merumuskan
tujuan advokasi, memberi informasi ke media yang secara tidak langsung
mempengaruhi pembuat kebijakan, mendukung posisi advokasi yang ada, merubah
persepsi mengenai sebuah isu, melawan argumentasi oposisi.
Perlu diketahui beberapa tolok ukur yang digunakan untuk menilai isu strategis
yang layak diadvokasikan. Selain unsur aktualitas (sedang hangat dan ramai
dibicarakan masyarakat, ngetrend), suatu isu dapat disebut strategis bila memenuhi
kriteria berikut: a) Memang rilevan dengan masalah nyata dan aktual yang
dihadapi masyarakat, b) Masalah mendesak dan sangat penting dapat perhatian
segera. Bila masalah ini tidak diatasi segera dapat berakibat fatal atau kerusakan
yang lebih parah, dan c) Pengaruh dan dampaknya cukup besar dan meluas. Bila
sukses, isu tersebut memberi dampak positif pada perubahan kebijakan publik.
Merumuskan tujuan jangka panjang dan tujuan strategis. Tujuan jangka panjang
merupakan pernyataan umum tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi
advokasi dalam kurun waktu yang lebih lama misalnya 3-5 tahun. Sedangkan
tujuan strategis menggambarkan capaian tujuan jangka pendek, lebih spesifik dan
terukur. Hal ini memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Appropriate,
Reasonable and Time bounding).
Contoh tujuan tujuan advokasi strategik yang memenuhi kriteria SMART misalnya
“Dalam dua tahun ke depan (2012) setiap pemerintah kabupaten membangun 10
192
sekolah untuk anak berkebutuhan khusus” atau contoh lain “Tahun 2012
meningkatkan anggaran pendidikan KB khusus kaum pria yang telah menikah
menikah oleh Perkumpulan KB swasta”. Sebaliknya bisa dibuat dua rumusan
serupa tetapi tidak menggambarkan tujuan advokasi yaitu “Meningkatkan peserta
didik anak berkebutuhan khusus” atau “Meningkatkan penggunaan kondom oleh
kaum pria”. Kenapa demikian? Kembalikan kepada pengertian dan definisi
advokasi.
193
Gambar arus diagram kegiatan advokasi:
PERDA, APBD,
Sasaran kebijakan
Gerakan Masyarakat
menurunk
an angka
kematian
ibu hamil
dan
melahirkan
194
contoh mapping jejaring koalisi kesehatan reproduksi remaja.
195
langsung dengan isu yang diadvokasikan. Misalnya advokasi isu sistem
pelayanan kesehatan maka kelompok yang memiliki basis legitimasi adalah
mereka yang di lapisan bawah yang selama ini tidak diuntungkan dengan
sistem kesehatan yang makin moderen dan mahal yaitu para pekerja dan
kaum ibu di daerah miskin dan kumuh, b) Kelompok ini harus terlibat
secara sadar sebagai pelaku utama advokasi dan tetap berada dalam
koordinasi tim inti. Tentu saja mereka harus setuju dan menyepakati apa
yang akan diadvokasikan. c) Perlu digariskan bahwa mengorganisasikan
kelompok basis tidak sama dengan “memobilisasi mereka”. Hal ini sering
dipraktekkan misalnya kelompok ibu ibu dikumpulkan di balai desa diberi
penyuluhan 1-2 jam lalu dianggap telah terorganisir dan siap menjadi
pelaku advokasi. Hal ini tidak benar karena perlu ada proses
pemberdayaan, proses pendidikan, dialog yang lebih intensif dan lama
sebelum mereka bisa bangkit menjadi pendukung advokasi yang tangguh.
196
Kiat penyampaian ”pesan” advokasi dan Indikator advokasi
197
disampaikan oleh orang atau individu yang terkena langsung dampak tiadanya
kebijakan publik yang diperjuangkan. Dalam ungkapan testimoni ini tentunya
pembawa testimoni adalah orang yang dipilih untuk menyampaikan pesan kepada
pembuat kebijakan. Dalam testimoni untuk memperkuat pengaruh terhadap pembuat
kebijakan biasanya juga mengandung emosi misalnya dalam penyampaian pesan
menggunakan bahasa verbal maupun non verbal yang sangat jelas. Komponen emosi
dapat sangat kuat sehingga dapat “menyentuh” hati dan pikiran pembuat kebijakan
sehingga yang “disentuh” dapat tergerak untuk melahirkan kebijakan yang membela
mereka yang tertekan atau terkena dampak negatif akibat masalah tersebut.
Sebagai contoh dalam advokasi dalam promosi kesehatan terkait bidang KIA
khususnya pentingnya masalah kemudahan atau akses seorang ibu hamil terhadap
pelayanan kegawat darutan kebidanan dalam satu pertemuan terbatas dengan suatu
DPRD kabupaten salah seorang bidan di desa yang bekerja terpencil 3 jam dari
daratan (di suatu kepulauan) menyampaikan “pesan advokasi” dimana apa yang
dilakukan saat mencoba menyelamatkan seorang ibu hamil dengan perdarahan diatas
perahu (karena tiadanya perahu motor yang dapat akses secara cepat kepada
pelayanan ke gawat daruratan) dilakukan dengan kata kata yang menyentuh hati,
bagaimana perjuangannya dilakukan ditengah ganasnya ombak lautan. Karena berasal
dari pengalaman sendiri apa yang dikemukakan dengan perasaan halus sambil bertitik
air mata dan membuat yang mendengarkan termasuk anggota dan Ketua DPRD
“terketuk emosinya” dan akhirnya memutuskan untuk tersedianya perahu bermotor
lengkap dengan peralatan kegawatan kebidanan beserta crewnya dengan dana APBD.
198
informasi yang jelas berkaitan dengan masalah yang akan dikeluarkan
kebijakannya. Kemampuan advokator untuk memberikan informasi berdasarkan
pengalaman akan sangat berharga. Informasi yang diberikan oleh kelompok
advokator kepada pembuat kebijakan lebih kepada apa yang mereka ketahui
bagaimana kebijakan atau program yang ada dijalankan dan mengapa perubahan
sangat diperlukan dan hal apa yang tidak diharapkan dari pembuat kebijakan.
b. Imbauan
Tentunya agar advokator dapat “membujuk” dan mempengaruhi pembuat
keputusan harus ada kesempatan untuk “dialog” (lobi) dengan pembuat
keputusan tersebut. Dialog antara dua pihak ini memiliki asumsi bahwa kedua
pihak memiliki ide yang saling menguntungkan. Namun demikian, kita tidak
boleh berasumsi benar seratus persen. Hal ini juga tidak berarti bahwa advokator
harus setuju bulat bulat dengan apa yang dikatakan pembuat kebijakan. Pelobi
efektif akan mendengarkan apa yang dikatakan pembuat keputusan sehingga
tercipta tukar pikiran atau dialog yang saling menguntungkan.
c. Pengaruh kekuasaan atau politik
Hampir selalu benar bahwa setiap pengambil keputusan di tingkat apapun selalu
mempertimbangkan akibat atau konsekwensi “politik” dalam mengambil
keputusan yang penting. Terkait dengan politik perlu kita sadari bahwa politik
tidak selalu menggunakan rasio yang baik atau kebijakan yang baik tetapi lebih
memperhitungkan kekuasaan. Oleh karena itu, untuk melobi dengan sukses
advokator perlu memiliki kredibilitas “politik” dan kekuatan yang cukup.
Individu seperti ini selalu ada dan dapat diidentifikasi dari anggota atau pimpinan
kelompok jejaring.
Negosiasi
Negosiasi secara sederhana merupakan cara yang efektif untuk memperoleh apa
yang diinginkan advokator. Manusia bernegosiasi untuk menyelesaikan
perbedaan kita dan kita bernegosiasi karena kepentingan diri untuk memuaskan
kebutuhan kita.
Dalam negosiasi biasanya kedua pihak mempunyai kepentingan yang sama dan
199
kepentingan yang bertentangan. Oleh karena itu, perlu dicari jalan keluar yang
bisa diterima keduanya. Advokator melakukan negosiasi jika alternatif untuk
negosiasi yaitu tidak adanya kesepakatan lebih buruk.
Negosiasi lebih luas dari sekedar bujukan dan dengan ungkapan berikut mungkin
dapat dimaknai pentingnya negosiasi dalam proses advokasi. “Jika seorang yang
mempunyai uang bertemu dengan seorang yang mempunyai pengalaman, maka
orang yang berpengalaman akhirnya mendapatklan uang dan orang yang
mempunyai uang akhirnya mendapatkan pengalaman (Harvey Masckay dalam
Negosiasi, seni untuk menang). Dalam negosiasi dengan demikian ada proses
pertukaran.
200
STUDI KASUS
Kisah Ibu Karti dari Desa Semangka, Kecamatan Buah, Kabupaten Kebun
Ibu Karti berusia 56 tahun. Di desanya, ia menjadi seorang kader Posyandu sejak
program itu diperkenalkan pertama kali oleh pemerintah. Sekarang, Posyandu itu
masih berfungsi seperti sediakala. Bahkan, sejak tahun 2003, di desanya sekarang
sudah berdiri Posyandu baru, khusus untuk usia lanjut (usila). Banyak sekali suka
dukanya selama ia menjalani tugasnya. Dia menceritakan tentang bagaimana kondisi
dukun bayi di Desa Semangka.
Di Desa Semangka, ada 3 orang dukun bayi, semua sudah tua-tua. Mereka belum
menurunkan ilmunya kepada keturunannya. Alasannya, karena menjadi dukun bayi
tidak memberikan masa depan yang baik, juga secara tidak langsng tidak disukai oleh
pemerintah. Pemerintah menganggap bahwa persoalan kelahiran harus ditangani
setidaknya oleh bidan di desa atau dokter. Bahkan jika sulit mendapatkan bidan,
maka dukun yang harus dilatih. Muncullah cap “dukun terlatih”.
Ternyata tidak. Hubungan antara bidan dengan dukun seolah semakin tidak harmonis
karena beberapa hal kecil. Misalnya, jika ada orang hendak melahirkan, maka harus
melahirkan di bidan. Tetapi, bidan biasanya hanya membantu melahirkan, sementara
membantu hal lainnya (seperti muncucikan pakaian, mengurut, dll.) tidak mau
dilakukan. Bidan menganggap bahwa itu merupakan tugas dari si dukun. Dukun di
desa, yang sebelumnya memegang peran penting dalam proses kelahiran, tetap masih
mengikuti anjuran dari pemerintah, walau kebijakan itu tidak memihaknya. Bahkan
seringkali terjadi, uang lelah dalam membantu proses melahirkan yang diberikan ke
bidan, sama sekali tidak diberikan atau dibagi ke para dukun. Keluhan itu yang
seringkali keluar dari dukun bayi, karena memang sekarang ini hidup tanpa uang
mungkin sulit.
Di lain waktu, ada ibu yang mau melahirkan di tempat yang jauh dari lokasi bidan.
201
Bidan di desa itu hanya menengok sebentar, kemudian disuntik dan pulang lagi.
Begitu dia pulang, si ibu sudah tidak tahan lagi. Ibu Karti selaku kader sudah
berusaha menghubungi lagi bidan, tetapi biasanya bidan tidak mau pergi menengok.
Akhirnya, Ibu Karti menghubungi si dukun. Dan, dukun biasanya tanpa banyak
alasan langsung menuju ke lokasi dimana ada ibu melahirkan. Karena biasanya
kondisinya kritis, maka memang wajar bahwa banyak kematian ibu disebabkan
karena ditolong oleh dukun.
Sekali lagi, sang dukun itu yang disalahkan. Mereka juga ditakut-takuti supaya
jangan dilaporkan. Bahkan Dinas Kesehatan juga menyalahkan para dukun bayi
tradisional sebagai penyebab utama tingginya angka kematian ibu melahirkan di Desa
Semangka.
Itulah semua yang membuat Ibu Karti bingung. Apalagi sekarang muncul aturan
bahwa seorang ibu harus melahirkan di Puskesmas. Biaya melahirkan untuk keluarga
miskin memang gratis, itupun prosesnya tidak mulus dan tidak semua yang berhak
bisa mendapatkan. Sementara keluarga yang tidak miskin dikenakan biaya Rp
200.000. Jika tidak melahirkan di Puskesmas, yakni dilayani melahirkan di rumah
masing-masing, dikenakan biaya tambahan Rp 50.000.
LEMBAR PENUGASAN 1:
1. Kelas dibagi menjadi 3 (4) kelompok yang berfungsi sebagai tim inti
advokasi,
2. Tiap kelompok mendiskusikan hal yang sama yaitu 3 pertanyaan berikut:
202
3. Tiap kelompok menyiapkan presentasi hasil diskusi selama masing masing 10
menit (dng power point maks 10 slaid)
LEMBAR PENUGASAN 2:
1. Kelas tetap dibagi menjadi 3 (4) kelompok yang berfungsi sebagai tim inti
advokasi,
2. Tiap kelompok mendiskusikan hal yang sama yaitu 3 pertanyaan berikut:
203
DAFTAR PUSTAKA:
1. Anonim. Pengantar Advokasi. Lokalatih Penyegaran Metode Advokasi Bagi
NGO Kesehatan. Tanpa tanggal.
2. Departemen Kesehatan. 2008. DTPS KIBBLA. Panduan Fsilitator Advokasi
Anggaran dan Kebijakan. Perencanaan Ke3sehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan
Anak dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/ Kota.
3. Mills, Harry A. Negosiasi. Seni untuk Menang. Alih Bahasa Drs. F.X
Budiyanto. Binarupa Aksara, 1993.
4. Sharma, Ritu R. Tanpa tahun. In Introduction to Advocacy. Training gudie.
Support for Analysis and Research in Africa (SARA), Health and Human
Resources Analysis in Africa (HHRAA), USAID, Africa Bureau, Office of
Sustainable Development.
5. Topatimasang, Roem; Budiharga, Wilarsa; Rahardjo, Toto et al. Sehat itu Hak.
Panduan Advokasi Masalah Kesehatan Masyarakat. Koalisi untuk Indonesia
Sehat; Pusat Kajian Ekonomy dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia; Indonesian Society for
Social Transformation; USAID; Johns Hopkins Bloomberg School of Public
Health, Center for Communications Program, 2005.
204
Pedoman Bermain Peran
1. Setiap kelompok diminta untuk bermain peran berdasarkan kasus yang diberikan
2. Kelompok 1 dan 3 bermain peran untuk kasus A, sedangkan kelompok 2 dan 4
untuk kasus B.
3. Waktu bermain peran untuk masing-masing kelompok adalah 20 menit.
4. Setiap kali satu kelompok bermain peran, 3 kelompok lainnya harus melakukan
observasi terhadap kejelasan pesan yang disampaikan, efektivitas
mengkomunikasikan pesan, kualitas komunikasi verbal, penggunaan komunikasi
non verbal, intensitas permainan, dan penggunaan waktu.
5. Kasus A dimainkan oleh kelompok 1 dan 3 secara bergantian, dan dilanjutkan
dengan mendengarkan hasil observasi dari kelompok 2 dan 4 dalam waktu 20
menit.
6. Kasus B dimainkan oleh kelompok 2 dan 4 secara bergantian, dan dilanjutkan
dengan mendengarkan hasil observasi dari kelompok 1 dan 3 dalam waktu 20
menit.
7. Fasilitator merangkum hasil bermain peran dikaitkan dengan pejelasan tentang
komunikasi.
LAMPIRAN
Kasus A
Pada bulan Januari 2016, Bidan Tari yang bertugas di Desa Cipiring
melakukan rekapitulasi hasil register ibu hamil yang berkunjung ke Polindes.
Hasilnya menunjukan, pada tahun 2015, jumlah ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya ke Polindes berjumlah 150 orang, dan yang mengejutkan dari hasil
pemerikasaan hemoglobin dengan menggunakan metode Sahli tercatat 100 ibu hamil
memiliki hemoglobin antara 9-11 mg/dl. Dari hasil pengamatan ternyata masih
banyak ibu hamil yang tidak mengkonsumsi makanan sehat dan tidak menghabiskan
Tablet Tambah Darah (TTD) yang diberikan pada masa kehamilan. Kebanyakan dari
mereka tidak suka makan sayur hijau karena tidak dibiasakan sejak kecil makan
sayur, dan suka makan mi instan setiap hari, karena malas masak.. Desa tersebut
merupakan penghasil sayur-sayuran dan bauh-buahan yang melimpah, tetapi hampir
semua hasilnya dijual ke pasar, hasil jualannya dibelikan mi, kerupuk dan camilan-
camilan kecil.
205
Kasus B
Angka kematian ibu dan bayi di desa X masih tinggi dimana salah satu
penyebabnya adalah keterlambatan dalam merujuk jika ditemui kasus
kegawatdaruratan. Hasil studi yang dilakukan menunjukkan pengetahuan masyarakat
tentang kegawatdaruratan maternal-neonatal sudah cukup baik tetapi biaya yang
menjadi kendala untuk merujuk (terutama untuk yang mengantar dan menunggu
pasien di rumah sakit) karena biaya rumah sakit bisa diatasi dengan menggunakan
kartu BPJS dan (Surat keterangan Tidak Mampu), tetapi untuk mengurus perlu waktu
lama sampai 3 hari, masyarakat tidak bisa menyempatkan waktu untuk mengurusnya..
206
Materi Kegiatan Belajar 8
Pemberdayaan Masyarakat/Penggerakan peran serta masyarakat
Revitalisasi Posyandu
1.Komitmen para pengambil kebijakan dan para pembina (Leadership):
207
6. Pembinaan dan pengelolaan kelembagaan Posyandu melalui
POKJANAL Posyandu
7. Dukungan pembiayaan untuk operasional Posyandu
8. Pemantapan Kerjasama Lintas Sektor/Program
9. Pengembangan Forum Desa Siaga
3.Pelayanan di Posyandu:
POSYANDU
Posyandu dimulai terutama untuk melayani balita (imunisasi, timbang berat badan)
dan orang lanjut usia (Posyandu Lansia), dan lahir melalui suatu Surat Keputusan
208
Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes)
RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Ketua
Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan
pada sekitar tahun 1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali
melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni
2001 yang antara lain berisikan “Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu” yang antara
lain meminta diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL)
Posyandu di semua tingkatan administrasi pemerintahan. Penerbitan Surat Edaran ini
dilatarbelakangi oleh perubahan lingkungan strategis yang terjadi demikian cepat
berbarengan dengan krisis moneter yang berkepanjangan.
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil,
melahirkan dan nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.
Pengelola Posyandu.
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
209
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).
Pembentukan Posyandu.
a. Langkah – langkah pembentukan :
1) Pertemuan lintas program dan lintas sektoral tingkat kecamatan.
2) Survey mawas diri yang dilaksanakan oleh kader PKK di bawah bimbingan
teknis unsur kesehatan dan KB .
3) Musyawarah masyarakat desa membicarakan hasil survey mawas diri, sarana
dan prasarana posyandu, biaya posyandu
4) Pemilihan kader Posyandu.
5) Pelatihan kader Posyandu.
6) Pembinaan.
b. Kriteria pembentukan Pos syandu.
Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar
pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai sedangkan
satu Posyandu melayani 100 balita.
c. Kriteria kader Posyandu :
1) Dapat membaca dan menulis.
2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan.
3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat.
4) Mempunyai waktu yang cukup.
5) Bertempat tinggal di wilayah Posyandu.
210
6) Berpenampilan ramah dan simpatik.
7) Diterima masyarakat setempat.
d. Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.
1. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, Tim
Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas,
dilakukan pelayanan masyarakat dengan system 5 meja yaitu :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB & Kes :
· Imunisasi
· Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap
bulan Februari dan Agustus.
· Pembagian pil atau kondom
· Pengobatan ringan.
· Kosultasi KB-Kesehatan
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas
KB).
2. Sasaran Posyandu :
· Bayi/Balita.
· Ibu hamil/ibu menyusui.
· WUS dan PUS.
a. Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
· Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
· Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan Februarii
dan Agustus)
· PMT
211
· Imunisasi.
· Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan balita
melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan program
terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan
materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu
tergambar melalui cakupan SKDN
S : Semua baita diwilayah kerja Posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang naik berat badannya.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
1 ) D / S : baik/kurangnya peran serta masyarakat
2) N / D : Berhasil tidaknya Program posyandu
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan meja
V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat clan
Petugas KB)
f. Dana.
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong
royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta
sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpun melalui kegiatan
Dana Sehat.
212
penting dari pembinaan Posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan
lebih terarah apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual.
Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang
dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas
maupun lingkup yang lebih luas.
a. Catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok Dasa
Wisma (kader PKK) .
b. Register bayi dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember.
c. Register anak balita dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
d. Register WUS- PUS alam wilayah ketiga Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
e. Register Ibu hamil dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d
Desember.
f. Data pengunjung petugas Posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan
kematian ibu hamil melahirkan dan nifas.
g. Data hasil kegiatan Posyandu.
Catatan :
213
a. Menghimpun data dan informasi dari seluruh Posyandu yang ada dalam
wilayah desa/kelurahan.
b. Menyimpulkan seluruh data dan informasi.
c. Menyusun data dan informasi sebagai bahan pertemuan ditingkat
kecamatan (Rakorbang).
1. Puskesmas, PPLKB, Kaurbang mengambil data dari desa untuk dianalisis dan
kemudian menjadi bahan rakor Posyandu di tingkat kecamatan.
2. Hasil analisis digunakan sebagai bahan menyusunan rencana pembinaan.
Masalah-masalah yang dapat diatasi oleh Pemerintah Tingkat Kecamatan
segera diambil langkah pemecahannya sedangkan yang tidak dapat
dipecahkan dilaporkan ke tingkat Kabupaten/Kotamadya sebagai bahan
Rakorbang Tingkat ll.
214
Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang
antar strata Posyandu adalah :
1. Jumlah buka Posyandu pertahun.
2. Jumlah kader yang bertugas.
3. Cakupan kegiatan.
4. Program tambahan.
5. Dana sehat/JPKM.
Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada
kemampuan, keterampilan diiringi rasa memiliki serta tanggungjawab kader PKK,
LPM sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu.
215
Program P.K.K.
Tim Penggerak PKK memiliki 10 program pokok PKK sebagai berikut :
1. Penghayatan dan l Pengamalan Pancasila.
2. Gotong royong
3. Pangan
4. Sandang.
5. Perumahan dan tatalaksana rumah tangga.
6. Pendidikan dan keterampilan
7. Kesehatan.
8. Pengembangan kehidupan berkoperasi.
9. Kelestarian lingkungan hidup.
10. Perencanaan sehat.
Program tersebut bukan urut-urutan tetapi program yang satu terkait dengan
program yang lain dan setiap program dapat berkembang sesuai kemajuan
perkembangan pembangunan daerah setempat sehingga 10 program pokok dapat
menjadi berbagai kegiatan.
Sepuluh (10) program pokok PKK tertuang ke dalam 4 (empat) kelompok kerja
(Pokja) yaitu :
1. Kelompok kerja I (Pokja I) membidangi :
• Penghayatan Pengamalan Pancasila
• Gotong royong.
2. Kelompok Kerja (Pokja II) membidangi
• Pendidikan dan keterampilan.
• Pengembangan kehidupan berkoperasi.
3. Kelompok Kerja (Pokja III) membidangi :
• Sandang
• Pangan
• Perumahan dan tatalaksana rumah tangga.
4. Kelompok KerjaIV (Pokja IV) membidangi :
216
• Kesehatan.
• Kelestarian lingkungan hidup.
• Perencanaan sehat.
Secara khusus Kelompok Kerja IV (Pokja IV) yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan posyandu bersama dengan kader PKK khusus Posyandu serta LPM.
Disamping adanya Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan terdapat pula kelompok
PKK didusun/lingkungan dan kelompok Dasa Wisma terdiri dari 10 s/d 20 Kepala
Keluarga yang ketuanya diangkat dari salah seorang dari 10 atau 20 KK tersebut yang
bertugas dalam melaksanakan dan membina kegiatan program Pokok PKK dan
pengembangannya dicatat dalam 3 (tiga) buku catatan ketua Kelompok Dasa Wisma
yaitu :
1. Buku catatan keluarga mencatat data keluarga secara lengkap.
2. Buku catatan kegiatan keluarga mencatat kegiatan kehidupan keluarga.
3. Buku catatan kelahiran dan kamatian bayi, ibu hamil, ibu meneteki (buteki) dan ibu
nifas.
Ketiga buku catalan kelompok Dasa Wisma merupakan salah satu format SIP.
(http://iinaza.wordpress.com/2008/04/19/serba-serbi-posyandu/)
Pengertian posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program
dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan
dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya
yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu
tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat
yang sama (Depkes RI, 1990).
217
revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan
posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status
gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 1999).
Kontribusi posyandu dalam meningkatkan kesehatan bayi dan anak balita sangat
besar, namun sampai saat ini kualitas pelayanan posyandu masih perlu ditingkatkan.
Keberadaan kader dan sarana yang ada merupakan modal dalam keberlanjutan
posyandu. Oleh karena itu keberadaan posyandu harus terus ditingkatkan sehingga
diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu posyandu pratama, madya, purnama, dan
mandiri.
Jenis posyandu
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya
218
belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai ‘gawat’
sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu
ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali
per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi
cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu
kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :
a. Pelatihan Toma dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi
dengan metoda simulasi.
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali
per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program
utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program
tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi
pada posyandu di tingkat ini adalah :
b. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat
dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
219
4. Posyandu mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu
diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.
(http://www.rajawana.com/artikel/kes
DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah Desa
dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).
220
4.Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdarutan kesehatan.
5.Pelayanan medis dasar sesuai dengan kompetensinya.
6.Promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi, peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), penyehatan lingkungan dan lain-lain.
221
dasar, serta ada UKBM Mandiri.
2.Tumbuh yaitu desa yang sudah lebih lengkap dengan criteria pada tahapan bina
ditambah dengan dibina oeh puskesmas Poned, serta telah memiliki system surveilans
yang berbasis masyarakat.
3.Kembang yaitu desa dengan criteria tumbuh dan memiliki system kewaspadaan
dan kegawatdaruratan bencana serta system pembiayaan kesehatan berbasis
masyarakat yang telah berjalan.
4.Paripurna yaitu desa yang telah memiliki seluruh criteria desa siaga.
(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/17/desa-siaga/)
222
Tujuan Khusus :
•Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
•Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan.
•Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa.
•Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan
sebagainya).
223
yang bisa dihindarkan. Hal sepele itu berpangkal dari “3 Terlambat”, yakni terlambat
dibawa ke rumah sakit, terlambat ditangani, dan terlambat mendapatkan pertolongan.
Kus kemudian mencoba mengatasi persoalan ini, antara lain dengan cara
menghidupkan lagi sistem pranata desa yang pernah berlangsung di tahun 1960-an, di
mana dalam keadaan darurat, seluruh masyarakat desa bersiaga. Sarana komunikasi
berupa kentongan dihidupkannya kembali, dan kepedulian sosial yang telah mulai
meredup di kalangan warga desa, perlahan namun pasti, dibangkitkannya lagi.
Ia ingin membangun suatu pranata masyarakat di mana kebersamaan timbul
bukan karena “suruhan” atau paksaan dari atas, melainkan muncul atas kesadaran dan
kerelaan dari bawah, atau dari kalangan masyarakat itu sendiri.
Gagasan perempuan yang berlatar pendidikan ilmu keguruan dan perburuhan ini
ternyata cukup berhasil. Pada tahun kedua berjalannya program ini, Desa Siaga
tumbuh pesat, dari 55 buah menjadi 300 Desa Siaga. Keberhasilan ini mendapat
tanggapan positif dari Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Barat, yang lantas
mengadopsi konsep ini untuk dijalankan di wilayahnya.
Keberadaan Desa Siaga, ternyata telah memberikan dampak positif, antara lain
berhasil menurunkan angka kematian ibu dan anak, sehingga pada tahun 2004
program ini diadopsi oleh Departemen Kesehatan, dan menjadi kebijakan nasional.
Pada tahun 2006, Depkes menargetkan terbentuknya 12.000 Desa Siaga, dan tahun
2008, seluruh desa diharapkan telah menjadi Desa Siaga. Pengembangan Desa Siaga
ternyata dipandang penting sebagai basis menuju masyarakat Indonesia Sehat.
224
2.Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
3.Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain seperti Kepala Desa, Camat, para
pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lainnya.
Sebuah desa dikatakan desa siaga apabila telah memenuhi syarat sekurang-kurang
satu buah Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Poskesdes merupakan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes dapat dikatakan sebagai suatu sarana kesehatan yang merupakan
pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanan di
Poskesdes dapat meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (penyuluhan), dan
kuratif (pengobatan) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan)
dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
Poskesdes diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi
berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa (Warung Obat Desa,
Kelompok Pemakai Air, Arisan Jamban Keluarga, dan lain-lain). Lain kata,
poskesdes berperan sebagai koordinator dari UKBM-UKBM lain.
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah Poskesdes merupakan kegiatan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, secara minimal berupa :
•Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular
dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), dan faktor-
faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko.
•Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
225
menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk status gizi).
•Kesiapsiagaan dan penanggulangan becana dan kegawatdaruratan kesehatan.
•Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
•Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar
gizi (kadarzi), peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan, dan lain-lain, merupakan
kegiatan pengembangan.
1.Mengembangan rumah pondok bersalin desa (Polindes) yang telah ada menjadi
poskesdes.
2.Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa,
Balai pertemuan desa, dan lain-lain.
3.Membangun bangunan baru, yaitu dengan pendanaan dari pemerintah (Pusat atau
Daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
Untuk melancarkan komunikasi dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan lain
(khususnya Puskesmas), Poskesdes dapat memiliki sarana komunikasi.
226
•Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan
melaksanakannya.
•Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah
dilakukan.
Secara garis besar, langkah pokok yang perlu ditempuh untuk mengembangkan desa
siaga meliputi :
227
Survei Mawas Diri (SMD)
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka masyarakat mampu
melakukan telaah mawas diri untuk desanya.Survey ini dilakukan oleh pemuka
masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Setelah diadakan kegiatan
SMD ini diharapkan ada identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi
di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut,
termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk
memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memilki
motivasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-kader yang
228
masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk
memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan diberi gaji / insentif atau
difasilitasi agar mau berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga perlu dilakukan pemantauan dan
evaluasi, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan di desa siaga perlu dicatat oleh para
kader, misalnya buku register UKBM (kegiatan Posyandu dicatat dalam buku
Register Ibu dan Anak Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu.
Indokator proses adalah indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
•Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa
•Berfungsi / tidaknya Poskesdes
•Berfungsi / tidaknya UKBM yang ada
•Berfungsi / tidaknya Sistem kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawatdaruratan dan bencana.
•Berfungsi / tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat
•Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
229
Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di
suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga, meliputi :
•Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
•Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lain.
•Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
•Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS4.
Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
•Jumlah penduduk yang menderita sakit
•Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
•Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
•Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
•Jumlah balita dengan gizi buruk.
4. Dasar Pemikiran
Dasar Pemikiran dilakukan penyuluhan tentang PHBS adalah karena faktor perilaku
secara teoritis memiliki andil 30 – 35 % terhadap derajat kesehatan, sedangkan
dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, salah
satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PengertianPHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,
mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu
230
KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi
Kesehatan/JPKM.
5. Indikator PHBS
231
Keterangan INDIKATOR PHBS:
232
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber air minum dengan lubang
penampungan minimum 10 m, bila tidak memungkinkan perlu konstruksi
kedap air).
b. Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan tikus
c. Tidak mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan
e. Aman digunakan
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
g. Cukup penerangan
h. Lantai kedap air
i. Luas ruangan cukup
j. Ventilasi cukup baik
k. Tersedia air dan alat pembersih
233
11. Gizi Seimbang
Anggota RT setiap hari :
Mengkonsumsi garam beryodium
Mengkonsumsi aneka ragam makanan
Trimester I min. 1x
Trimester II min. 2x
Trimester III min. 2x
234
RT yang mempunyai rumah dengan bagian bawah/dasar/alas terbuat dari semen,
ubin, keramik/ atau sejenis yang kedap air.
DAFTAR PUSTAKA
235
Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya
Medika.
Effendy, Nasrul.1995.Perawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
EGC.
Entjang, Indan. 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Ryadi, Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Prinsip Dasar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Slamet. 1982. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Usaha Nasional
. 2007. Paket Pelatihan Kader Kesehatan Dan Tokoh Masyarakat Dalam
Pengembangan Desa Siaga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
http://forbetterhealth.wordpress.com/pembangunan-kesehatan-masyarakat-desa/
(http://nyzas-world.blogspot.com/2009/03/perintisan-desa-siaga-pengertian-
desa.html)
236