Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Kesehatan
Dunia saat ini sedang mengalami era globalisasi. Globalisasi
memungkinkan adanya perpindahan penduduk (imigrasi) antar negara atau daerah
yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk dalam negara, baik populasi
maupun variasinya. Menurut United Nations Population Fund (2011), pada akhir
bulan oktober tahun 2011 jumlah penduduk dunia akan mencapai tujuh miliar
penduduk. Ini memungkinkan adanya multikultural atau variasi kultur pada suatu
wilayah. Berdasar pada hal tersebut, penting bagi setiap tenaga kesehatan profesional
termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak dengan perspektif global
bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur atau
budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia saat ini. Penanganan pasien
dengan perbedaan latar belakang budaya disebut dengan transkultural nursing.
Menurut J.N Giger dan Davidhizar konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan
ada
beberapa, antara lain:
1. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
2. Cultural
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari budaya, gaya
hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang dilahirkan dari
pasangan suku sunda dan batak.
3. Diversity
Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan budaya dan
tradisi kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan mendengarkan
dengan cermat tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengakajian tentang budaya
klien merupakan pengkajian yang sisrematik dan komprehensif dari nilai-nilai
pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga, komunitas. Tujuan
engkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien
sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan budaya ( Leininger dan MC Farland,
2002).
Warisan budaya dan sejarah etnik sering membawa pada nilai-nilai dan norma
yang berlaku pada suatu adat istiadat, ras klien, atau dalam hal ini dapat dikaji
tentang persepsin sehat dan sakit menurut budaya klien, keikutsertaan cara-cara
budaya dalam proses perawatan. Relijius dan kepercayaan ini dalah faktor yang
sangat mempengaruhi karena membawa motivasi tersendiri untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya. Kajian religious dapat meliputi agama yang dianut,
sudut pandang pasien terhadap penyeban penyakit, proses penyembuhannya serta
sisi positif agama pasien yang dapat membantu proses kesembuhanya. Variasi
biologis, perbedaan biologis antara anggota kelompok kultur, seperti struktur dan
bentuk tubuh, warna kulit, variasi enzimatik dan genetik, kerentanan terhadap
penyakit, variasi nutrisi. Pengkajian organisasi sosial mengacu pada unit keluarga dan
kelompok sosial, di mana di lihat tentang keadaan soal keluarga seperti ekonomi,
pergaulan sosial. Sedangkan pada kelompok sosila klien dapat dilihat sejarah
lingkungan dan kondisi lingkungan.
Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya
dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi kelahiran secara
universal sama. Namun proses kelahiran sering ditanggapi dengan cara-cara
yang berbeda oleh aneka kelompok masyarakat (Jordan, 1993).
Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini masih
dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam menghadapi situasi ini,
pelayanan kompeten secara budaya diperlukan bagi seorang perawat untuk
menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya berbeda,
serta berupaya mencapai pelayanan yang optimal bagi klien dan keluarga.
Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh dari masyarakat yang
sering menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa
kehamilan dan kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat adat istiadat mereka
terdapat berbagai upacara adat yang rinci untuk menyambut kelahiran bayi seperti
pada upacara mitoni, procotan, dan brokohan.
Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan kelahiran oleh
dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya, kesehatan modern
penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan, dan lain sebagainya tapi
penangana dengan adat dibantu oleh dukun bayi.
Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi bermacam macam. Ada
dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui proses belajar yang diwariskan
Semua budaya mempunyai dimensi lampau, sekarang dan mendatang. Untuk itu
penting bagi perawat memahami orientasi waktu wanita yang mengalami transisi
kehidupan dan sensitif terhadap warisan budaya keluarganya.
Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi dari awal masa
kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta mempengaruhi peralihan
tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya, perawat harus paham dan bias
mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap daur kehidupan manusia. Salah satu
contohnya yaitu aplikasi transkultural pada perawatan dan pengasuhan anak.
1. Fase Laten (Laten Pattern), pada fase ini proses sosialisasi belum terlihat
jelas. Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri sendiri dan
dapat melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase ini anak masih
dianggap sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini masih merupakan satu
kesatuan yang disebut “two persons system”.
2. Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal lingkungan
dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsang an dari lingkungannya.
Orangtua berperan besar pada fase adaptasi,karena anak hanya dapat
belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan orangtuanya.
3. Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment),pada fase ini dalam sosialisasinya
anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas rangsangan yang
diberikan oleh lingkungannya,tapi sudah memiliki maksud dan tujuan. Anak
cenderung mengulangi tingkah laku tertentu untuk mendapatkan pujian dan
penghargaan dari lingkungannya.
4. Fase Integrasi (Integration ), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi
hanya sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan
penghargaan,tapi sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu dengan
dirinya sendiri.
Interaksi anak dengan lingkungannya secara tidak langsung telah mengenalkan dirinya
pada kultural atau kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan keluarga
turut berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas dari