KPSP
KPSP
KPSP
PEMERIKSAAN KPSP
No Langkah/Kegiatan Kasus
A. Persiapan 1 2 3
1 Sapalah anak, ibu /keluarga dengan ramah dan perkenalkan diri
2 Jelaskan tujuan pemeriksaan anak pada ibu/keluarga
3 Tanyakan tanggal lahir dan adakah keluhan ibu/keluarga tentang
anaknya.
4 Jika anak belum mencapai usia skrining, minta ibu datang pada usia
skrining terdekat. Apabila ada keluhan masalah tumbuh kembang,
sedang usia anak bukan usia skrining, pemeriksaan digunakan KPSP
terdekat yang lebih muda.
5 Periksa pasien dalam ruangan yang tenang dan perhatian anak tidak
mudah teralihkan
B. Pemeriksaan 1 2 3
6 Menetukan formulir KPSP berdasarka tanggal lahir dan tanggal
pemeriksaan ( bila usia >16 hari dibulatkan 1 bulan)
MERAGUKAN :
- Beri petunjuk pada ibu/keluarga agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering
mungkin.
- Ajari ibu untuk mengintervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengejar ketinggalannya.
- Lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk menunjang adanya
penyakit yang menyebabkan keterlambatan perkembangan
- Evaluasi kembali setelah 2 minggu jika tetap 7 atau 8 lakukan
pemeriksaan lanjutan lainnya
PENYIMPANGAN
- Lakukan pemeriksaan anak secara menyeluruh
Intervensi:
1. Bila perkembangan anak sesual umur (S), lakukan tindakan berikut:
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan balk.
b. Teruskan pota asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
c. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur
dan kesiapan anak.
d. lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu
secara teratur sebulan I kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika
anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkanpada
kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU), Kelompok Bermain danTaman
Kanak-kanak.
e. Lakukan pemeriksaan/Skrinling rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak
berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampal 72bulan.
Intervensi:
a. Tindak lanjut sesual dengan buku pedoman yang ada.
b. Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
C. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agarsegera
dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya
lihat menjadi lebih besar.
Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72
bulan.
Interpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidakmengalami kesulitan melihat sampai baris ketiga pada
poster―E‖. Bila kedua matan anak tidak dapat melihat baris ketiga poster ―E‖, artinyatidak
dapat mencocokkan arah kartu ―E‖ yang dipegangnya dengan arah ―E‖ pada baris ketiga
yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
Intervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa benikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris
yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama dengan kedua matanyarujuk ke Rumah
Sakit dengan menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
D. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemerjksaan
untukmenemukan secara dini adanya masalah mental emosional autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan
tindakanintervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, maka
intervensinyaakan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksj secara dini adanyapenyimpangan
mental emosional pada anak, yaitu:
1. Kuesioner Masafah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72
bulan.
2. Cekiis autis anak prasekolah (Checklist forAutism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18
bulan sampal 36 bulan.
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivjtas (GPPH)
menggunakan Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 buJan ke atas.
Cara melakukan:
1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.
2. Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
Interpretasi :
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
Intervensi:
1. Bila jawaban YA hanya I (satu):
a. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang
Mendukung Perkembangan Anak.
b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke RumahSakit
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
2. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih :
a. Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak.
b. Rujukan harus disertal informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional
yang ditemukan.
E. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah.
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dm1 adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan.
Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan
dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapat berupa salahsatu atau Iebih
keadaan dibawah ini:
1. keterlambatan berbicara .
2. gangguan komunikasi interaksi sosial
3. perilaku yang berulang-ulang
Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in Toddlers). CHAT ini ada 2
jenis pertanyaan, yaìtu:
1. Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Pertanyaan diajukan
secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atau
takut menjawab.
2. Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT
Intervensi:
Bila anak risiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, Rujukke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
F. Deteksi Dlni Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Pada Anak
Prasekolah.
Tujúannya adalah untuk mengetahul secara dini anak adanya Gangguan PemusatanPerhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
adakeluhan dan orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan. Keluhan tersebut dapatberupa
salah satu atau lebih
keadaan di bawah ini:
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
danHiperaktivitas (GPPH) (Abbreviated Conners Ratting Scale)
Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuhanak /guru
TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
Intervensi:
1. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memilikifasilitas
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi dan lebih lanjut.
2. Bila nilai total kurang dan 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1bulan
kemudian.
3. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak(orang tua, pengasuh,
nenek,guru, dsb).
INTERVENSI DAN RUJUKAN DINI
PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG ANAK
Intervensi perkembangan.
Intervensi perkembangan anak dilakukan atas indikasi yaitu:
1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai dengan yang
seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3, 6, 9, 12, 15, 18 bulan dan
seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban ―YA» = 7 atau 8, lakukan intervensi sebagai
berikut:
a. Pilih kelompok umur stimulasi yang lebih muda dan umur anak misalnya: Menurut
KPSP, anak umur 12 bulan belum bisa berdiri, maka dilihat kelompok umur stimulasi 9-
12 bulan atau yang lebih muda (bukan kelompok umur stimulasi 12-15 bulan). Karena
kemampuan berdiri merupakan gerak kasar, maka lihat kotak ―Kemampuan Gerak
Kasar.
b. Ajari orang tua cara melakukan intervensi sesuai dengan masalah/penyimpangan yang
ditemukan pada anak tersebut, misalnya, anak mempunyal penyimpangan gerak kasar,
maka yang diintervensi adalah gerak kasamya.
c. Beri petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering mungkin,
penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermain dengananak agar ia
tidak bosan.
d. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap han sekitar 3-4 jam, selama
2minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.
Bila anak menolak atau rewel, intervens dihentikan dahulu, dilanjutkan apabifa anak
sudah dapat diintervensi tagi.
e. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian untuk
dilakukan evaluasi hasil intervensi dan melihat apakah ada kemajuan/perkembangan atau
tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang sesuai denganumur skrining
yang terdekat.
2. Bila seorang anak mempunyal masalah/penyimpangan perkembangan, sedangkan umur
anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka lakukan intervensi perkembangan
sesual dengan masalah yang ada sebagai berikut:
a. Misalnya: anak umur 19 bulan belum bisa menyebut ayah ibunya dengan panggilan
seperti ―papa‖ ―mama‖ artinya ada penyimpangan kemampuan bahasa dan bicara. Lihat
kelompok umur stimulasi yang Iebih muda, pilih kotak ―Kemampuan Bicara dan
Bahasa yang memuat cara melatih anak supayabisa menyebut kata-kata ―papa‖,
―mama‖, yaitu pada kelompok umur stimulasi 3-6bulan.
b. Sedangkan intervensi berupa stimulasi untuk kelompok umur yang Iebih muda pada
contoh di atas stimulasi untuk kelompok umur 15-18 bulan, tetap diberikan.
c. Ajari orang tua cara melakukan intervensi perkembangan anak sebagaimana yang
dianjurkan pada kotak stimulasi tersebut.
d. Ben petunjuk pada orang tua dan keluarga untuk mengintervensi anak sesering mungkin,
penuh kesabaran dan kasih sayang, bervariasi dan sambil bermaindengananak agar ia
tidak bosan.
e. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap han sekitar 3-4 jam, selama
2minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat ditambah.
Bila anak menolak atau rewel, intervensi dihentikan dahulu, dilanjutkan apabita anak
sudah dapat diintervensi lagi.
f. Minta orang tua atau keluarga datang kembali/kontrol 2 minggu kemudian
untukdilakukan evaluasi hash intervensi dan melihat apakah ada
kemajuan/perkembanganatau tidak. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan KPSP yang
sesuai denganumur skrining yang terdekat.
Evaluasi intervensi perkembangan.
Setelah orang tua dan keluarga melakukan tindakan intervensi perkembangan secaransif di
rumah selama 2 (dua) minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah ada kemajuan/perkembangan
atau tidak.
Cara melakukan evaluasi hasil intervensi perkembangan adalah:
Apabila umur anak sesuai dengan jadwal umur skrining,maka lalukan evaluasi hasil intervensi
dengan menggunakan formulirKPSP sesuai dengan umur anak.
1. Apabila umur anak tidak sesuai dengan jadwal umur skrining, maka lakukan evaluasi hasil
intervensi dengan menggunakan formulir KPSP untuk umur yang lebih muda, paling dekat
dengan umur anak, misalnya anak umur 35 buJan lewat 20 han, gunakan KPSP untuk umur
30 bulan.
2. Bila hash evaluasi intervensi ada kemajuan artinya jawaban ―YA‖ 9 atau 10, artinya
perkembangan anak sesuai dengan umur tersebut, Ianjutkan dengan skrining perkembangan
sesuai dengan umurnya sekarang. Misalnya: umur 35 buJan lewat 20 han, KPSP umur 36
buJan.
3. Bila hasil evaluasi intervensi jawaban ―YA‖ tetap 7 atau 8, kerjakan langkah-
Iangkahberikut:
Teliti kembali apakah ada masalah dengan:
a. Intensitas intervensi perkembangan yang dilakukan di rumah, apakah sudahdilakukan
secara intensif?
b. Jenis kemampuan perkembangan anak yang diintervensi, apakah sudahdilakukan secara
tepat dan benar?
c. Cara memberikan intervensi, apakah sudah sesuai dengan petunjuk dan nasihat tenaga
kesehatan?
d. Lakukan pemeriksaan fisik yang teliti, apakah ada masalah gizi ? penyakit pada anak ?
kelainan organ-organ terkait?
4. Bila ditemukan salah satu atau Iebih masalah di atas:
a. Bila ada masalah gizi atau anak sakit, tangani kasus tersebut sesuai pedoman/standar
tatalaksana kasus yang ada di tingkat pelayanan dasar seperti Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS), tatalaksana gizi buruk, dan sebagainya.
b. Bila intervensi dilakukan tidak intensif, kurang tepat, atau tidak sesuai dengan petunjuk
tenaga kesehatan, sekali lagi, ajari orang tua dan keluarga cara melakukan intervensi
perkembangan yang intensif yang tepat dan benar. Bila perlu dampingi orang
tua/keluarga ketika melakukan intervensi pada anaknya.
5. Kemudian lakukan evaluasi hash intervensi yang ke-2 dengan cara yang sama :
a. Bila kemampuan perkembangan anak ada kemajuan, berilah pujian kepada orang tua dan
anak. Anjurkan orang tua dan keluarga untuk terus melakukanintervensi di rumah dan
kontrol kembali pada jadwal umur skrining berikutnya.
b. Bila kemampuan perkembangan tidak ada kemajuan berarti ada
penyimpanganperkembangan anak (P), dan anak perlu segera dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki tenaga dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, rehabilitasi medik, psikolog
dan ahli terapi (fisioterapis, terapis bicara, dan sebagainya).