Sap Kehamilan Risiko Tinggi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

Topik : Risiko Tinggi Kehamilan


Sasaran : Ibu Hamil
Tempat : Poliklinik Kebidanan RSUD Wangaya
Hari/Tanggal : 05 Oktober 2018
Waktu : 09.00 – selesai

A. Tujuan umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien mengerti
tentang kehamilan risiko tinggi.

B. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian kehamilan risiko tinggi
2. Menyebutkan faktor risiko terjadinya kehamilan risiko tinggi
3. Menyebutkan tanda bahaya kehamilan
4. Mengetahui deteksi pada kehamilan risiko tinggi
5. Menyebutkan bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko
tinggi
6. Mengetahui cara pencegahan kehamilan risiko tinggi

C. Materi
1. Pengertian kehamilan risiko tinggi
2. Faktor risiko/penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi
3. Tanda bahaya kehamilan
4. Diagnosa kebidanan pada kehamilan risiko tinggi
5. Bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
6. Pencegahan kehamilan risiko tinggi

1
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet
2. Lembar Balik

F. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN


PESERTA
1 5 menit 1. Pembukaan Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri pembukaan yang
3. Menjelaskan tujuan dari disampaikan oleh
penyuluhan moderator.
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5. Menyampaikan kontrak waktu
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
a) Penyampaian materi oleh penyaji : memberikan umpan
1. 1. Menggali pengetahuan peserta balik tehadap materi
tentang kehamilan risiko tinggi yang disampaikan.
2. Menjelaskan tentang pengertian
kehamilan risiko tinggi
3. Menjelaskan tentang penyebab/
faktor risiko kehamilan risiko tinggi
4. Menyebutkan tentang tanda bahaya

2
kehamilan
5. Menjelaskan tentang deteksi pada
kehamilan risiko tinggi
6. Menjelaskan tentang bahaya yang
dapat ditimbulkan karena kehamilan
risiko tinggi
7. Menjelaskan tentang pencegahan
kehamilan risiko tinggi
3 20 menit Tanya jawab Mengajukan
Memberikan kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk bertanya tentang materi
yang kurang dipahami
3 15 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan
dan reinforcement kepada peserta
yang dapat menjawab pertanyaan.
4 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
1. Menjelaskan kesimpulan dari seksama dan
materi penyuluhan menjawab salam
2. Mengucapkan terima kasih
3. Salam penutup

3
G. Setting Tempat

Moderator Penyaji

Fasilitator Notulen
Audian

Observer

H. Pengorganisasian
Moderator : I Kadek Miki Indra Bela
Penyaji : Made Marsini
Fasilitator :
1. Ni Wayan Sintia
2. I Wayan Pasek Nopi Wirawan
3. Ida Ayu Oka Bulan Pradnya Dewi
4. Sang Ayu Risna Sri Wahyuni
5. Ketut Mita Trisna Sari
6. Yan Desi Purnamasari
Observer : Sagung Mirah Purnama Dewi
Notulen : Nadia Vivianthi

I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Poliklinik Kebidanan
RSUD Wangaya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 100% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus

4
LAMPIRAAN MATERI
KEHAMILAN RISIKO TINGGI

PENDAHULUAN
Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik,
metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari
tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di
atas terganggu, maka janin seperti “tercekik”, dan pertumbuhannya akan
terganggu.
Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa
kelainan bawaan ataupun - kelainan karena pengaruh lingkungan, maka
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami
gangguan.
Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses
yang dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan
termasuk kehamilan dengan risiko tinggi, wanita dengan kehamilan risiko tinggi,
mereka harus mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan
kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan risiko tinggi ini.

A. DEFINISI
Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor risiko
yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam
jiwa ibu dan janin. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik
terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama masa
kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.

5
B. FAKTOR RISIKO
Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian
terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau
ciri-ciri yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap
penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut disebut faktor risiko).
Faktor risiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan beratnya
risiko.
Secara umum, kelompok ibu hamil yang tergolong resiko tinggi antara lain
:
1. Umur di bawah 20 tahun, karena rahim dan panggul ibu belum
berkembang.
2. Umur diatas 35 tahun, karena kesehatan dan keadaan rahim sudah tidak
sebaik umur sebelumnya
3. Pernah mengalami kesulitan dan kehamilan dalam persalinan sebelumnya
4. Jumlah anak lebih dari 4 orang, karena makin banyak anak, rahim ibu
makin lemah
5. Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun, karena pada keadaan tersebut rahim dan kesehatan ibu belum pulih
kembali dengan baik
6. Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang lebih dari 10
tahun (terlalu lama)
7. Tinggi badan kurang dari 145 cm, karena ibu mungkin mempunyai
panggul sempit, sehingga sulit melahirkan
8. Kebiasaan ibu (merokok,alkohol, dan obat-obatan)

C. FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN


Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang
menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang
wanita mengalami masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk

6
mengalami hal yang sama pada kehamilan yang akan datang adalah lebih
besar.
1. Karakteristik ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan
berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-
eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi,
protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan)
dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin
melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena
mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya
remaja belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan terjadi karena
"kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilannya pun
tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat
membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar
sehingga kemungkinan operasi sesar jadi lebih besar.
Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi
remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban
kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa
mengakibatkan kelainan letak janin.
Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisiensi
asam folat dalam tubuh. Akibat kurangnya asam folat, janin dapat
menderita spina bifida (kelainan tulang belakang) atau janin tidak
memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang pada ibu yang hamil di usia
tua karena biasanya mereka sudah mempersiapkan kehamilan dengan
baik.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua hampir
mirip pada primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan
fisik yang dimiliki maka ada beberapa risiko yang akan berkurang pada
primigravida tua. Misalnya menurunnya risiko cacat janin yang
disebabkan kekurangan asam folat. Risiko kelainan letak janin juga

7
berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang. Panggulnya juga
sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam primigravida tua justru
berkaitan dengan fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang
sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses
persalinan dan preeklamsia.
Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko kelainan
sindrom down pada janin, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi
mental dan abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan kelainan
kromosom. "Pada kehamilan di bawah usia 30 tahun kemungkinan adanya
sindrom down hanya 1:1600, tapi di atas 35 tahun menjadi 1:600, dan di
usia 40 tahun menjadi 1:160. Peningkatan beberapa kali lipat ini
dikarenakan perubahan kromosom akibat usia ibu yang semakin tua. Pada
wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan
cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, rentan terhadap tekanan
darah tinggi, diabetes atau obesitas dan terhadap keadaan medis lainnya.
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang
dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia
kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan
selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka risikonya meningkat sampai
30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi
besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya
diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Seorang
wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,4 meter, lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan
melahirkan bayi yang sangat kecil.

2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya


Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada
trimester pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami

8
keguguran lagi. Keguguran juga lebih mungkin terjadi pada wanita yang
pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada usia kehamilan 4-8
minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum mencoba hamil
lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran
menjalani pemeriksaan untuk :
a) Kelainan kromosom atau hormone
b) Kelainan struktur rahim atau leher rahim
c) Penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
d) Reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh)
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan
tindakan pengobatan. Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi
baru lahir bisa terjadi akibat :
a) Kelainan kromosom pada bayi
b) Diabetes Mellitus
c) Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
d) Tekanan darah tinggi
e) Penyalahgunaan obat
f) Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan
berikutnya. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat
badan kurang dari 1,5 kg, memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan
bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih
dari 4 kg, mungkin dia menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang
wanita menderita diabetes, maka resiko terjadinya keguguran atau resiko
kematian ibu maupun bayinya meningkat.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil ketika
memasuki usia kehamilan 20-28 minggu. Seorang wanita yang telah
mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin
mengalami :

9
a) Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya
lemah)
b) Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
c) Persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko
perdarahan vagina yang berat
d) Plasenta previa (plasenta letak rendah)
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita
penyakit hemolitik, maka bayi berikutnya memiliki resiko menderita
penyakit yang sama.
Penyakit ini terjadi jika darah ibu memiliki Rh-negatif, darah janin
memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk menyerang darah
janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah.
Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan
memiliki Rh-positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif,
maka peluang anak-anaknya untuk memiliki Rh-positif adalah sebesar
50%. Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh antara ibu dengan
bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan
bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi.
Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan
berikutnya. Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya
pada ibu yang memiliki Rh-negatif diberikanimmunoglobulin Rh-nol-D,
yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena itu, penyakit hemolitik
pada bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi,
kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya,
terutama jika diluar kehamilan dia menderita tekanan darah tinggi
menahun. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan
genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan
berikutnya, dilakukan analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.

10
3. Kelainan struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim
ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya
keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan
pembedahan diagnostik, USG atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di
dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya :
a) kelahiran premature
b) gangguan selama persalinan
c) kelainan letak janin
d) kelainan letak plasenta
e) keguguran berulang
4. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan
ibu dan bayi yang dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting
adalah :
a) Tekanan darah tinggi menahun
b) Penyakit ginjal
c) Diabetes Mellitus
d) Penyakit jantung yang berat
e) Penyakit sel sabit
f) Penyakit tiroid
g) Lupus
h) Kelainan pembekuan darah
5. Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan
lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada bayi yang dikandung.
Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.

11
D. FAKTOR RISIKO SELAMA KEHAMILAN
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu
perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya. Dia
mungkin terpapar oleh teratogen (bahan yang bisa menyebabkan cacat
bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-obatan dan infeksi; atau
dia bisa mengalami kelainan medis atau komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan.
1. Obat-obatan atau infeksi
Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum
selama hamil adalah :
a) Alkohol
b) Phenitoin
c) Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren
atau trimethoprim)
d) Lithium
e) Streptomycin
f) Tetracyclin
g) Talidomide
h) Warfarin.
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah :
a) Herpes simpleks
b) Hepatitis virus
c) Influenza
d) Gondongan
e) Campak Jerman (rubella)
f) Cacar air (varisela)
g) Sifilis
h) Listeriosis
i) Toksoplasmosis
j) Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus

12
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi
hanya sekitar 20% wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang
paling sering terjadi akibat merokok selama hamil adalah berat badan bayi
yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok juga lebih rentan
mengalami :
a) komplikasi plasenta
1) plasenta yang menutupi jalan lahir (placenta previa)
2) plasenta terlepas dinding rahim sebelum terjadinya persalinan
(solusio placenta)
3) plasenta tidak segera keluar (dilahirkan) 30 menit setelah kelahiran
janin (retensio placenta)
b) ketuban pecah sebelum waktunya
c) persalinan premature
d) infeksi rahim
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari
asap rokok dari orang lain karena bisa memberikan efek yang sama
terhadap janinnya. Cacat bawaan pada jantung, otak dan wajah lebih
sering ditemukan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko
terjadinya sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang
dilahirkan oleh ibu perokok bisa mengalami kekurangan yang sifatnya
ringan dalam hal pertumbuhan fisik, perkembangan intelektual dan
perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida (yang
menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan
nikotin (yang merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan
pengkerutan pembuluh darah yang menuju ke plasenta dan rahim).
Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat
bawaan. Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama
dari pemakaian alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan :
a) keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
b) kelainan wajah

13
c) mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan
disebabkan oleh pertumbuhan otak yang dibawah normal
d) kelainan perkembangan perilaku
Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan
mental. Selain itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan
gangguan perilaku yang berat pada bayi maupun anak yang sedang tumbuh
(misalnya perilaku antisosial dan kurang memperhatikan).
Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi
alkohol adalah 2 kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum
berat. Berat badan bayi yang dilahirkan berada di bawah normal, yaitu
rata-rata 2 kg. Suatu pemeriksaan laboratorium yang sensitif dan tidak
memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa digunakan untuk
mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein,
kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi
terhadap :
a) Anemia
b) Bakteremia
c) Endokarditis
d) Abses kulit
e) Hepatitis
f) Flebitis
g) Pneumonia
h) Tetanus
i) Penyakit menular seksual (termasuk AIDS)
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat
suntik atau pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita
penyakit menular seksual lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan
mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami kemunduran dan mereka
bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem saraf pusat, bertindak
sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah.

14
Pembuluh darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah sehingga kadang janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan
pertumbuhan berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka
serta penyempitan sebagian usus.
Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya
dilakukan jika :
a) Seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang
berat
b) Terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
c) Terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur,
19% melahirkan bayi yang pertumbuhannya terhambat dan 15%
mengalami pelepasan plasenta sebelum waktunya.
Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka
resiko persalinan prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya
tetap meningkat, tetapi pertumbuhan janinnya normal.

2. Keadaan Kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh
kehamilan atau keadaan lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa
merupakan ancaman serius terhadap ibu dan bayinya dan harus segera
diobati. Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi kandung
kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika
ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi
ginjal yang bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah
sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh bakteri selama hamil juga bisa
menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4°
Celsius) pada trimester pertama menyebabkan meningkatnya

15
kemungkinan terjadinya keguguran dan kelainan sistem saraf pada bayi.
Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya kemungkinan
terjadinya persalinan prematur.
a) Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak
sesuai. Yang paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang
bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Penyakit
hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki Rh-
positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi
untuk melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-
negatif, maka dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2
bulan. Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan
berikut :
1) Setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin
bercampur
2) Setelah pemeriksaan amniosentesis
3) Dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin
Rh-nol-D kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh.
b) Perdarahan
Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah :
1) Kelainan letak plasenta
2) Pelepasan plasenta sebelum waktunya
3) Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya
kematian bayi, perdarahan hebat dan kematian ibu pada saat
persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan
pemeriksaan USG, pengamatan leher rahim dan Pap smear.
c) Kelainan pada cairan ketuban

16
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim
dan menekan diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan
pernafasan yang berat pada ibu atau terjadinya persalinan prematur.
Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada :
1) ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
2) kehamilan ganda
3) inkompatibilitas Rh
4) bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan
atau kelainan sistem saraf)
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada :
1) bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
2) bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
3) bayi yang meninggal di dalam kandungan
d) Persalinan premature
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut :
1) ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
2) perdarahan
3) stress fisik atau mental
4) kehamilan ganda
5) ibu pernah menjalani pembedahan rahim
Persalinan prematur seringkali terjadi jika :
1) bayi berada dalam posisi sungsang
2) plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
3) ibu menderita tekanan darah tinggi
4) air ketuban terlalu banyak
5) ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.
e) Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat
persalinan.
f) Kehamilan lewat waktu

17
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu,
kemungkinan terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.

E. TANDA BAHAYA KEHAMILAN RISIKO TINGGI


1. Perdarahan
a) Perdarahan pada hamil muda dapat menyebabkan keguguran
b) Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayi dalam kandungan.
2. Bengkak di kaki/ tangan/ wajah, dan sakit kepala disertai kejang
Bengkak atau sakit kepala pada ibu hamil dapat membahayakan
keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.
3. Demam tinggi
Demam tinggi bisa membahayakan keselamatan jiwa ibu, menyebabkan
keguguran atau kelahiran kurang bulan.
4. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi
dalam kandungan.
5. Bayi dalam kandungan tidak bergerak
Keadaan ini tanda bahaya pada janin
6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu
F. BAHAYA YANG DAPAT DITIMBULKAN
1. Bayi lahir belum cukup bulan
2. Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
3. Keguguran (abortus).
4. Persalinan tidak lancar / macet.
5. Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
6. Janin mati dalam kandungan.
7. Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
8. Keracunan kehamilan/kejang-kejang.

18
G. DETEKSI KEHAMILAN RESIKO TINGGI
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di dokter/bidan terdekat.

H. PENCEGAHAN
1. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikinya, dan kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat
diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi.
2. Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan
penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus
diperhatikan bahwa pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal,
tetapi mendapatkan masalah kemudian.
3. Sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC (Antenatal
Care) atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk
memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya. Dengan memeriksakan
kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah
Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
4. Mendapatkan imunisasi TT 2X.
5. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif.
6. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
7. Hindari rokok, alkohol, dll

Cara mencegah kehamilan risiko tinggi


1. Usia hamil tidak kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Rencanakan jumlah anak 2 orang saja.
3. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat atau terlalu jauh.
4. Memeriksa kehamilan secara teratur kepada tenaga kesehatan.
5. Menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
6. Melahirkan denan pertolongan tenaga kesehatan

19
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Resiko


Tinggi. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar Indonesia (Riskesdas).

http://digilib.unimus.ac.id/ babii.pdf (Diakses pada tanggal 22 Oktober 2017;


20.51 WIB)

20

Anda mungkin juga menyukai